Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

69
ASKEP LEUKIMIA LIMFOSIT KRONIS PEMBAHASAN A. Pengertian Leukimia limfosit kronik merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit. . Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996). Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Leukemia limfositik kronis (LLK) adalah jenis kanker darah dan sumsum tulang – jaringan kenyal di dalam tulang tempat sel darah dibuat. Pengertian Kronis dalam leukemia limfositik kronis berasal dari kenyataan bahwa biasanya berkembang lebih lambat dibandingkan dengan jenis leukemia lainnya . Istilah “limfositik” pada leukemia limfositik kronis berasal dari sel-sel yang terkena penyakit – sekelompok sel darah putih yang disebut limfosit, yang membantu memerangi infeksi tubuh Anda. B. Etiologi Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik).

Transcript of Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Page 1: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

ASKEP LEUKIMIA LIMFOSIT KRONIS

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Leukimia limfosit kronik merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70

tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat

pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit. . Leukemia tergolong kronis bila ditemukan

ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996).

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit

(salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah

bening.

Leukemia limfositik kronis (LLK) adalah jenis kanker darah dan sumsum tulang –

jaringan kenyal di dalam tulang tempat sel darah dibuat. Pengertian Kronis dalam leukemia

limfositik kronis berasal dari kenyataan bahwa biasanya berkembang lebih lambat dibandingkan

dengan jenis leukemia lainnya . Istilah “limfositik” pada leukemia limfositik kronis berasal dari

sel-sel yang terkena penyakit – sekelompok sel darah putih yang disebut limfosit, yang

membantu memerangi infeksi tubuh Anda.

B.     Etiologi

Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus

onkogenik).

Faktor lain yang berperan antara lain:

1.    Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat),

infeksi (virus dan bakteri).

2.    Faktor endogen seperti ras

3.    Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang dijumpai kasus

leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).

Faktor predisposisi:

Page 2: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

1.    Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-

lymphoma virus/HTLV)

2.    Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya

3.    Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti

neoplastik.

4.    Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

5.    Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur

6.    Kelainan kromosom

Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke

dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia.

Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit

dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen

jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini

diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab

leukemia tidak dapat diabaikan.

C.    Patofisiologi

Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan

biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya

kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut

kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah

tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel

darah normal.

Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:

1.      Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia

akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah

sel yang immatur.

2.      Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan

vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi

kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.

Ketika leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia

limfositik. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar

Page 3: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar.Masuknya

limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi

anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas

antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya

melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan

jaringan tubuh yang normal.

PATHWAY

Virus, bahan kimia, obat

 

Mempengaruhi sumsum tulang belakang

Kerusakan sumsum tulang belakang

Leukemia mempengaruhi sel limfosit

Anemia

Kadar Hb menurun

Tubuh kekurangan O2

Tidak mampu memasukan dan mencerna makanan

Penurunan leukosit

Daya tahan tubuh menurun

Trombosit menurun

Terjadi perdarahan

RESIKO INFEKSI

KTIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

Epistaxis, petekia

KURANG PENGETAHUAN

HIPERTERMI

Kelemahan fisik

INTOLERANSI AKTIVITAS

Limfosit matang yang ganas di kelenjar getah bening

Page 4: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Penyebaran limfosit ke hati dan limpa

Pembesaran hati dan limpa

Distensi abdomen

Kurang terpajannya informasi

NYERIAKUT

Limfosit masuk BM

Pergeseran sel-sel normal

Leukemia limfosit

Leukemia

Ploriferasi sel pembuat darah bersifat sistemik

 

Page 5: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

D.    Gejala klinis

1.      Anemia

Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang

memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya

hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,

mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

2.      Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi

Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan

tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat

bekerja secara optimal.

3.      Perdarahan

Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi,

hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat

terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan

dapat terjadi secara spontan.

4.      Penurunan kesadaran

Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai

gangguan seperti kejang sampai koma.

5.      Penurunan nafsu makan

6.      Kelemahan dan kelelahan fisik

.

E.     Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia, limfositosis yang

kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blast (menunjukkan

gejala patogonomik untuk leukemia).

Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri dari sel

limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).

Page 6: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari

jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES, granulosit, pulp cell.

70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan kelainan kromosom

yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1).

50 – 70% dari pasien Leukemia Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa:

1.      Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid

2.      Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid (2n+a)

3.      Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)

4.      Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan kromosom

normal, dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil. Untuk menentukan

pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya

didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga

diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron akan

terlihat adanya sel patologis

F.     Penatalaksanaan

1.      Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:

a.       Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

1)      Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi

perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi

trombosit.

2)      Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

b.      Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada

kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai

berikut:

1)      Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut

sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-

sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi

gejala-gajala yang tampak.

Page 7: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

2)      Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak

diri lagi.

3)      Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

4)      Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi

2.      fase Pelaksanaan Kemoterapi:

a.       Fase Induksi

Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid

(prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda

penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda

kuurang dari 5%.

b.      Fase profilaksis sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal

untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada

pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c.       Konsolidasi

Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi

jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah

lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum

tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

G.    Prognosis

Sebagian besar LLK berkembang secara perlahan. Prognosisnya ditentukan oleh stadium

penyakit.

Penentuan stadium berdasarkan kepada beberapa faktor, seperti:

1.      jumlah limfosit di dalam darah dan sumsum tulang

2.      ukuran hati dan limpa

3.      ada atau tidak adanya anemia

4.      jumlah trombosit.

Page 8: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1.      Anamnesa

a.       Identitas.

b.      Keluhan utama.

c.       Riwayat kesehatan sekarang.

d.      Riwayat kesehatan yang lalu.

e.       Riwayat kesehatan keluarga.

2.      Pemeriksaan fisik

a.       Aktivitas

Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan

Tanda : kelemahan otot, somnolen.

b.      Sirkulasi

Gejala : palpitasi.

Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.

c.       Eliminasi

Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.

d.      Makanan / cairan

Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.

Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan

leukemia monositik akut).

e.       Integritas ego

Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.

Tanda : depresi, ansietas, marah.

f.       Neurosensori

Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan.

Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

Page 9: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

g.      Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.

Tanda : gelisah, distraksi.

h.      Pernafasan

Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.

Tanda : dispnea, takipnea, batuk.

i.        Keamanan

Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan

spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran

nodus limfe, limpa atau hati.

B.     DIAGNOSA

1.      Hipertermi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu tubuh

meningkat

2.      Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien meringis

3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu

memasukan dan mencerna makanan ditandai dengan pasien tidak mampu mengunyah dan

menelan

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai

oksigen ditandai dengan pasien tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu.

5.      Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan leukosit yang menyebabkan penurunan daya

tahan tubuh

6.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan

kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,

menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan komplikasi.

C.    INTERVENSI

1.      DX 1: Hipertermi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu

tubuh meningkat

Tujuan dan criteria hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan

suhu tubuh pasien normal dengan criteria hasil

Page 10: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

- Suhu tubuh antara (36 – 37)0C

Intervensi :

a.       Kaji suhu tubuh pasien

Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi

b.      Beri kompres air hangat

Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat

mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.

c.       Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

d.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak

merangsang peningkatan suhu tubuh.

e.       Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau

sesuai indikasi.

Rasionla : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan

elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

2.      DX 2 : Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien meringis

Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

nyeri klien berkurang/hilang dengan kriteria hasil:

-          Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)

-          Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

Intervensi

a.       Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas

Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.

Page 11: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

b.      Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga

tentang cara menghadapinya

Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan

komplikasi

c.       Ajarkan tenik ROM

Rasional : Untuk melancarkan peredaran darah sehingga nyeri berkurang

d.      Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik

atau nonton TV

Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri

3.      DX 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adanya pengangkut nutrisi ke sel ditandai dengan pasien terlihat lemas

Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil:

-Pasien tidak lemas

-Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

a.       Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

b.      Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c.       Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d.      Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga

mencegah distensi gaster.

e.       Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

Page 12: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

4.      DX 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

suplai oksigen ditandai dengan pasien tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu.

Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

aktivitas terlaksana dengan criteria hasil : -ADL mandiri

Intervensi :

a.       Kaji tingkat kebutuhan pemenuhan ADL klien.

Rasionalisasi : mengetahui tingkat kebutuhan ADL klien.

b.      Bantu pasien dalam memenuhi aktivitasnya

Rasional : memudahkan pasien melakukan ADL

c.       HE pentingnya istirahat total untuk kesembuhan

Rasional : memberi pengetahuan kepada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas ADL

d.      Mobilisasi secara bertahap bila keadaan sudah memungkinkan/bebas panas 3 hari

Rasional : melatih pemenuhan ADL secara mandiri

5.      DX 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan leukosit yang menyebabkan penurunan

daya tahan tubuh

Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan

pasien dapat mencegah/menurunkan resiko infeksi dengan criteria hasil:

-Pasien menunjukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan linkungan untuk

meningkatkan penyembuhan

Intervensi

a.       Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : melindungi dari sumber potensial pathogen/infeksi

b.      Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua petugas dan pengunjung.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi.

c.       Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi.

Rasional : hipertermia lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi, dan demam (tak berhubungan

dengan obat atau produk darah) terjadi pada kebanyakan pasien leukemia. C

d.      Cegah menggigil: tingkatkan cairan.

Rasional : membantu menurunkan demam, yang menambah ketidakseimbangan cairan,

ketidaknyamanan, dan komplikasi SSP.

Page 13: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

e.       Dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, batuk.

Rasional :mencegah stasis secret pernafasan, menurunkan resiko atelektasis/pneumonia.

f.       Auskultasi bunyi napas, perhatikan gemericik, ronki : inspeksi sekresi terhadap perubahan

karakteristik, contoh peningkatan produksi sputum atau sputum kental, urine bau busuk dengan

berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.

Rasional : intervensi dini penting untuk mencegah sepsis/septisemia pada individu imunosupresi.

g.      Inpeksi kulit untuk nyeri tekan, area eritematosus: luka terbuka. Bersihkan kulit dengan larutan

antibacterial.

Rasional : mengindikasikan infeksi local, catatan : luka terbuka dapat tidak menghasilkan pus

karena insufisiensi jumlah granulosit.

h.      Inpeksi membrane mukosa mulut. Berikan bersihkan mulut baik. Gunakan sikat gigi halus

untuk perawatan mulut sering.

Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisma.

6.      DX 6 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering

bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan

komplikasi.

Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

pasien mengetahui informasi tentang penyakitnya dengan criteria hasil:

- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi :

a.       Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang

penyakitnya.

b.      Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan

merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.

Page 14: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

c.       Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya

Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses kesembuhan

d.      Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota

keluarga yang sakit.

Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan

penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.

e.       Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan

dari tindakan yang dilakukan.

D.    IMPLEMENTASI

SESUAI DENGAN INTERVENSI

E.     EVALUASI

1.      DX 1: - Suhu tubuh antara (36 – 37)0C

2.      DX 2: -Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)

-Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

3.      DX 3: -Pasien tidak lemas

-Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

- Menunjukkan berat badan yang seimbang.

4.      DX 4: -ADL mandiri

5.      DX 5: -Pasien menunjukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan keamanan linkungan

untuk meningkatkan penyembuhan

6.      DX 6: - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan.

- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen

perawatan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.Jakarta:Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Page 15: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Carpenito-moyet,Lynda Juall,2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Doenges,Marilyn.dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Santosa,Budi,2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.Prima Medika.

http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-keperawatan-anak-dengan-leukemia/.

Browsing tanggal 1 september 2012

Leukemia Limfositik Akut pada Anak

 

 

 

 

 

 

3 Votes

PENDAHULUAN

Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan leukemia yang sering terjadi pada anak-anak.

Insiden LLA berkisar 2-3/100.000 panduduk. Pada anak-anak, insidennya kira-kira 82%,

sedangkan pada dewasa 18%. Dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

perempuan. Leukemia jenis ini merupakan 25% dari semua kanker yg mengenai anak-anak di

bawah umur 15th. Insiden tertinggi pada anak usia antara 3-5th.(1,3,5)

 

DEFINISI

Page 16: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Leukemia limfositik akut adalah suatu penyakit yang berakibat fatal. Dimana sel-sel yang dalam

keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas, dan dengan segera akan

menggantikan sel-sel normal dalam sumsum tulang.(1,5)

 

ETIOLOGI

Penyebab utama penyakit ini belum jelas. Diduga kemungkinan besar karena virus (virus

onkogenik).

Faktor lain yang turut berperan adalah:

1.  faktor eksogen: seperti sinar x, sinar radio aktif, hormon, bahan kimia, infeksi ( virus dan

bakteri).

2.  faktor endogen: seperti ras, faktor konstitusi ( kelainan kromosom, herediter).(1,2,3,4,5)

 

LLA di klasifikasikan menurut FAB (French-American-British)(3,4)

L1 L2 L3

Ukuran sel blas kecil besar Besar

homogen heterogon Homogen

Bentuk inti teratur Tidak teratur Teratur

bulat melekuk Bulat/lonjong

Anak inti Samar/tidak ada 1/ lebih 1/ lebih

Tidak jelas jelas Sangat jelas

sitoplasma sedikit Banyak, basofilik Banyak, bervakuol

 

PATOGENESIS

Page 17: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Bila virus dianggap sebagai penyebabnya ( virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen

tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk kedalam tubuh manusia seandainya

struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen manusia itu. Begitu juga kebalikannya. Jika

antigen manusia dan virus tidak sama, maka virus akan ditolaknya. Oleh WHO, terhadap antigen

jaringan telah ditetapkan istilah HLA ( Human leucocyte Locus A). sistem HLA individu ini

diturunkan menurut hukum genetika. Sehingga peranan ras dan keluarga dalam etiologi leukemia

tidak dapat diabaikan.(1)

 

GEJALA KLINIS

1. pucat dan cepat merasa lelah.

2. infeksi berulang.

3. pendarahan.

4. nyeri tulang dan sendi.

5. penurunan berat badan.

6. limfadenopati, hepatosplenomegali.(1,2,3,4,5)

 

DIAGNOSIS

Dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan darah tepi dan dipastikan oleh pemeriksaan

sumsum tulang atau limpa. Pada stadium dini, limpa mungkin tidak membesar, bahkan gambaran

darah tepi masih normal, dan hanya terlihat gejala pucat yang mendadak dengan atau tanpa

trombositopenia. Dalam keadaan ini pemeriksaan sumsum tulang dapat memastikan diagnostik.(1,2,3,4,5)

 

PENGOBATAN

1. transfusi darah.

Page 18: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

2. kortikosteroid.

3. sitostatika.

4. pasien diisolasikan.

5. imunoterapi. (1,2,3,4,5)

 

PROGNOSIS

Sampai saat ini leukemia masih merupakan penyakit yang fatal. Kematian biasanya disebabkan

oleh pendarahan akibat trombositopenia, leukemia serebral atau infeksi (sepsis). (1)

Sebelum adanya pengobatan untuk leukemia, penderita akan meninggal dalam waktu 4 bulan

setelah penyakitnya terdiagnosis, dan lebih dari 90% penderita penyakitnya bisa dikendalikan

setelah menjalani kemoterapi awal. 50% anak-anak tidak memprlihatkan tanda-tanda leukemia

dalam 5 tahun pengobatan.

 

DAFTAR PUSTAKA

1.    Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid

I.FKUI.Jakarta .1985;469-487.

2.    Mansjoer A, dkk. Hematologi anak. Dalam: kapita selekta kedokteran. Edisi III jilid II.

FKUI.Jakarta.2000; 495-496.

3.    Isbister James, dkk. Terjemahan Hematologi Klinik. Hipokrates.Jakarta.1999.

4.    Hoffbrand .A. V. Terjemahan Haematologi (Esensial Hematology). EGC. Jakarta. 1999.

5.    http//www.medicastore.com

TINJAUAN TEORITIS

Page 19: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

2.1        ANATOMI SISTEM HEMATOLOGI

                  Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum

tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah sekitar 7%-

10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah terdiri dari atas 2 komponen utama,

yaitu sebagai berikut.

1.            Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit,dan protein

darah.

2.            Butir- butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen-komponen berikut ini.

            Eritrosit : sel darah merah (SDM- red blood cell)

            Leukosit : sel darah putih (SDP- white blood cell)

            Trombosit : butir pembeku darah – platelet.

2.2        STRUKTUR DAN FUNGSI NORMAL SEL DARAH PUTIH

Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4000 - 11.000 sel darah putih per

mikroliter. Dari jumlah tersebut, jumlah  tersebut, jumlah sel terbanyak adalah granulosit

(leukosit polimorfonukleus, PMN). Sel granulosit muda memiliki inti berbentuk seperti kuda,

yang akan berubah menjadi multilobular dengan bertambahnya umur sel. Sebagian besar sel

tersebut mengandung granula neutrofilik (neutrofil), namun sebagian kecil mengandung granula

yang dapat diwarnai dengan zat warna asam  (eosinofil), dan sebagian lagi mengandung granula

basofilik (basofil). Dua jenis sel yang lazim ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yang

memiliki inti bulat besar dan sitoplasma sedikit, dan monosit, yang mengandung banyak

sitoplasma tak berglanula dan mempunyai inti yang berbentuk ginjal. Kerja sama sel tersebut

menyebabkan tubuh memiliki sistem pertahanan yang kuat terhadap bebagai tumor, infeksi virus,

bakteri, dan parasit (Ganong,2008). 

Fungsi Sel Darah Putih adalah sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit

penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat

pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut/ membawa zat lemak dari

dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di dalam

pembuluh darah juga terdapat  di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit 

disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan

Page 20: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam

kelenjar limfe, sekarang  beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan

penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 11.000/mm3  disebut leukositosis

dan kurang dari 4000mm3  disebut leukopenia.

          Macam-macam leukosit secara jelas meliputi :

1.            Agranulosit. Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:

a.             Limfosit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya

ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya terdapat granula dan intinya besar,

banyaknya 20%-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam

jaringan tubuh.

b.            Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai

fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna

biru sedikit abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau panjang,

warnanya lembayung muda.

2.      Granulosit disebut juga leukosit  granular terdiri dari :

a.             Neutrofil atau polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti

terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/granula, banyaknya 60%-70%.

b.            Eusinofil. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi granula dalam

sitoplasmanya lebih besar , banyaknya 24%.

c.             Basofil, sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam

protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian sumsum merah,

fungsinya tidak diketahui (Syaifuddin,2006).

2.3        LEUKEMIA

1.            DEFINISI

            Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “darah putih”,

adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik

(Price, 1994).

            Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di dalam darah, sumsum tulang,

dan jaringan retikuloendotelial (Tuker, 1998).

Page 21: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

            Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan

(sel muda) dari sel darah putih (SDP) (Engram, 1998).

            Leukemia merupakan proliferatif neoplastik dari perkusor sel darah putih, yang

menyebabkan penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia dengan akumulasi sel

abnormal pada darah tepi dan infiltrasi organ misalnya hati, limpa, kelenjar limfe, meningen, dan

gonad oleh sel leukemi (Underwood, 1999).

            Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum

tulang, mengganti elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa dan nodus

limfatikus dan invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal dan

kulit (Smeltzer, 2001).

            Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan yang

berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya

fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan

yang berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004).

            Leukemia (kangker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlah sel

darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk sel- sel darah

putihnya tidak normal (Yatim, 2003).

            Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan

dari sel darah putih (Handayani, 2008)

            Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu penyakit

sistem hematologi yang ditandai dengan proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel

darah putih yang mengakibatkan fungsi sel darah putih terganggu.

2.4        KLASIFIKASI LEUKEMIA

         Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :

1.            Maturitas sel :

          Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)

          Kronis (lebih banyak sel dewasa)

2.            Tipe-tipe sel asal

          Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)

          Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)

Page 22: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah perifer. Maturitas sel 

dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia :

1.            LEUKEMIA  MIELOGENUS AKUT (LMA)

                  Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik akut atau dapat juga disebut

leukemia granulositik akut (LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke

semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.

Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena;

insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang

paling sering terjadi.

2.      LEUKEMIA  MIELOGENUS KRONIS (LMK)

                           Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik kronis atau leukemia

granulositik kronis (LGK), juga dimasukan dalam keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih

banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.

Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia ditemukan 90% sampai 95%

pasien dengan LMK. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun, namun insidensinya

meningkat sesuai pertambahan usia.

                  Gambaran menonjol adalah :

-                adanya kromosom Philadelphia pada sel – sel darah. Ini adalah kromosom abnormal yang

ditemukan pada sel – sel sumsum tulang.

-                Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah besar

mieloblast. Temuan ini menandakan pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian sering terjadi

dalam beberapa bulan saat sel – sel leukemia menjadi resisten terhadap kemoterapi selama krisis

blast.

3.            LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)

                  Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas.

Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,dengan

puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA jarang terjadi.

4.            LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)

                  Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama

mengenai individu antara usia 50 sampai 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan penyakit ini

Page 23: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

sebagai leukemia yang umum terjadi. LLK dikarakteristikan oleh proliferasi dari diferensiasi

limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel yang menunjukkan jaringan asal).

Kelompok Klasifikasi Leukemia Akut Menurut

French-American-British (FAB)

Leukemia Limfositik Akut

L-1         pada masa kanak-kanak: populasi sel homogen

L-2         Leukemia limfositik akut tampak pada orang dewasa: populasi sel

heterogen

L-3         Limfoma Burkitt-tipe leukemia: sel-sel besar, populasi sel homogen.

Leukemia Mieloblastik Akut

M-1        Diferensiasi granulositik tanpa pematangan

M-2        Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium

promielositik

    Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang dikaitkan dengan

pembekuan intra vaskular tersebar (Disseminated intravascular coagulation).

    Leukemia mielomonositik akut: kedua garis sel granulosit dan monosit.

     Leukemia monositik akut : kurang berdiferesiasi

    Leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik

    Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat

    Leukemia megakariositik.

2.5    ETIOLOGI

                  Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bukan penyebab tunggal

tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain :

Page 24: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

           Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia pada

hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1 dari leukemia sel T manusia pada limfosit

seorang penderita limfoma kulit dan sejak saat itu diisolasi dari sampel serum penderita leukemia

sel T.

           Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan

peranan , namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi leukemia lebih tinggi dari

saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan insidensi yang meningkat sampai 20% pada

kembar monozigot (identik).

           Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom Down,

kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat.

           Faktor lingkungan.

-                Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-

tahun kemudian.

-                Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen

antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil.

Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi maupun

kemoterapi.

2.6    PATOFISIOLOGI

Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia jika

struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen individu tidak

sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda asing lain.

Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit

dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan ). Oleh

WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A).

Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor

ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.

Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan

biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya

kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut

kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah

Page 25: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel

darah normal.

Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis dan

turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan mengakibatkan

penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure, infiltrasi sel leukemia ke

dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi

keadaan hiperkatabolik.

                                                                                                                       

2.8    MANIFESTASI KLINIS

         Gejala yang khas leukemia secara umum :

           Pucat

           Panas

           Splenomegali

           Hepatomegali

           Limfadenopati

           Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusi

          Gejala yang tidak khas

           Sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik

           Lesi purpura pada kulit

           Efusi pleura

           kejang

         Leukemia Mielogenus Akut

         Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal.

           Peka terhadap infeksi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit

           Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia

           Kecendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kurangnya jumlah trombosit.

           Proliferase sel lukemi dalam organ mengakibatkan  berbagai gejala tambahan : nyeri akibat

pembesaran limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemi meningeal (sering terjadi pada

leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang belakang.

Page 26: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Leukemia Mielogenus Kronis

         Gambaran klinis LMK mirip dengan gambaran LMA, tetapi tanda dan gejalanya lebih

ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.

           Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa.

           Limpa sering membesar.

         Leukemia Limfositik Akut

                  Limfosit imatur berploriferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer dan menggangu

perkembangan sel normal. Akibatnya:

           Hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumah leukosit, sel darah merah,

dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah

atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.

           Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi pada LLA daripada

jenis leukemia lain dan mengakibatkan :

-                Nyeri karena pembesaran hati dan limpa

-                Sakit kepala

-                Muntah karena keterlibatan meninges, dan

-                Nyeri tulang.

         Leukemia Limfositik Kronis

                  Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan baru terdiagnosa pada saat penanganan

fisik atau penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang mungkin terjadi adanya :

           Anemia

           Infeksi

           Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal

           Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun.

           Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

        

2.9 KOMPLIKASI

Page 27: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyabab utama

kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia dan masalah gastroentestinal merupakan komplikasi

lain.

           Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia).

Angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik  perdarahan

kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami

perdarahan berat jika jumah trombositnya turun sampai di bawah 20.000/mm3 darah. Dengan

alasan tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.

           Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam

infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai dengan derajat netropenia, sehingga

jika granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi

imum mempertinggi resiko infeksi.

           Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan

meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal

dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah kristalisasi

asam urat dan pembentukan batu.

           Masalah  gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke oran abdominal

selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi

mukosa mulut. 

2.10  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK    

a.            Pemeriksaan laboratorium

               Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa

pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi menoton dan

terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gajala patognomik untuk

leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat , hipogamaglobinea. Dari

pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang menoton, yaitu hanya terdiri dari

sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pada LMA selain

gambaran yang menoton, terlihat pula adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang

memperlihatkan  banyak sel blas (mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang

Page 28: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

bentuk pematangan sel yang berada di antaranya (promielosit, mielosit, metamielosit dan sel

batang).

b.            Biopsi Limpa

Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan

limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit, dan pulp cell.  

c.             Pungsi Sumsum Tulang

Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang, yang

bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan

bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk

pematangan sel asal darah. Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum

tulang adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior superior

(SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih

dari 1 cm), spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.

d.            Cairan Serebrospinal

         Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu leukemia meningeal.

Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi

maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara intratekal

secara rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan intrakranial

meninggi.

e.             Sitogenik

                  Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21

(kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA dan LMA mempunyai kelainan

berupa:

            Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a).

            Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid.

            Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion).

            Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan

kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar sampai yang sangat kecil.

Page 29: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada

leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau

terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan

mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.

2.11  PENATALAKSANAAN MEDIS DAN PENUNJANG

         a.      Penetalaksanaan Medis

            Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%. Pada trombositopenia

yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-

tanda DIC dapat diberikan heparin

            Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi

dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

            Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX)

pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin

(daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam

kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek

samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila

jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati.

            Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama/ steril).

            Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel

leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang

terbaru masih dalam pengembangan).

         Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman, tetapi

prnsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :

1.            Induksi. Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai sel blas

dalam sumsum tulang kurang dari 5%.

2.             Konsolidasi. Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.

3.            Rumat. Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan memberikan

sitostatika setengah dosis biasa.

Page 30: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

4.            Reinduksi. Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan

pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.

5.            Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan MTX secara intratekal

dan radiasi kranial.

6.            Pengobatan imunologik.

b.      Penatalaksanaan Keperawatan

Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain yang menderita

penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya kurang menggembirakan (sama

seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu

diusahakan ialah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang

ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang

dalam hal ini sangat peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya atau keluarganya. 

Beberapa cara yang bisa kita anjurkan adalah hindari menyikat gigi terlalu keras, karena

bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan klien supaya berhati-hati ketika berjalan di

lantai yang licin seperti kamar mandi agar tidak jatuh. Memberikan klien dan keluarganya

pendidikan kesehatan bagaimana cara mengatasi perdarahan hidung, misalnya dibendung dengan

kapas atau perban, posisi kepala menengadah.

Untuk menangani infeksi klien harus menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan,

mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien untuk menjaga keersihan diri mereka, membatasi

jumlah pengunjung karena dikhawatirkan dapat menularkan penyaki-penyakit seperti flu dan

batuk. Menciptakan lingkungan yang bersih dan jika perlu pertahankan tehnik isolasi.

2.12     PROSES KEPERAWATAN Pasien Leukemia

a.            Pengkajian

1.            Riwayat pemajanan pada faktor-faktor pencetus, seperti pemajanan pada dosis  besar radiasi,

riwayat infeksi virus, genetik dan  penyakit herediter.

2.            Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi :

Pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sumsum

tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala di bawah ini:

            Sakit kepala

Page 31: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

            Infeksi

            Pemeriksaan darah menunjukkan perubahan sel darah putih

            Anemia ® penurunan berat badan, kelemahan dan kelelahan, pucat, malaise, muntah dan

anoreksia.

            Trombositopenia (jumlah trombosit rendah) ® Petekia, Ekimosis, mudah memar,

Kencenderungan perdarahan (pada gusi)

            Netropenia ® Demam, berkeringat pada malam hari.

3.      Infiltrasi organ lain dengan sel-sel leukemia yang menyebabkan beberapa gejala seperti :

            Hepatomegali

            Splenomegali

            Limfadenopati

            Nyri tulang dan sendi

            Hipertrofi gusi.

     

         b.      Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :

1.            Nyeri b.d infiltrasi leukosit ke jaringan sistemik

         Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien nyeri akan berkurang.

         Kriteria Hasil :

            Menyatakan nyeri berkurang dengan indikator 1-3 (tidak ada, ringan, sedang )

            Ekspresi  wajah tenang.

            Tidak ada petunjuk non verbal tentang nyeri

            HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 120/80mmHg.

            Menerima medikasi nyeri sesuai yang diresepkan

            Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik.

            Skala nyeri 1-3 (tidak ada, ringan, sedang )

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji karakteristik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi.

      Rasional : Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi

intervensi.

Page 32: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

2.      Berikan terapi analgetik sesuai dengan instruksi dokter. Lakukan penilaian respon pasien

terhadap pemberian analgetik

      Rasional : analgetik merupakan agen farmakologi yang berfungsi mengurangi rasa nyeri,

analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada siklus nyeri, respon pasien

memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien.

3.      Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekuatiaran pasien.

      Rasional : mengurangi ketakutan dan ansietas akibat penyakit yang di derita. Ketakutan dan

ansietas akan meningkatkan persepsi nyeri.

4.      Gunakan metode distraksi seperti relaksasi, teknik pernapsan dalam, mendengarkan musik, dan

imajinasi.

Raional : teknik pengalihan perhatian atau distraksi dapat membuat  mengurangi nyeri yang

dirasakan pasien karena pasien tidak fokus terhadap nyeri yang dialaminya.

     

2.            Resiko infeksi b.d menurunnya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan neutropenia/

menurunnya sistem imun.

         Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, klien akan  terbebas dari gejala

infeksi.

         Kriteria Hasil:

         Faktor resiko akan hilang ditunjukkan dengan status imun pasien

         Pasien menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan dengan indikator berikut ini (antara 1-3:

tidak pernah, jarang, kadang-kadang,).

         Mengindikasi status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imum dalam batas

normal.

         Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.

         Leukosit  4000 - 11.000/mL, Neutrofil : 150-300/mL

         36-37oC

Intervensi Keperawatan :

1.            Pantau tanda / gejala infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan, penampilan

luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise, nilai leukosit).

         Rasional : memberikan dasar untuk mengkaji perubahan jika terjadi kemungkinan infeksi

Page 33: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

2.            Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut, tanggap imun rendah,

malnutrisi).

         Rasional :  untuk menentukan intervensi selanjutnya

3.            Instruksikan untuk menjaga higiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi baik

pada pasien maupun keluarga.

                           Rasional : higiene pribadi dapat melindungi tubuh untuk meminimalkan pajanan pada organisme

infektif.

4.            Berikan terapi antibiotik bila diperlukan sesuai dengan instruksi dokter.

         Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

5.            Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan.

         Rasional : ruangan yang terisolasi dapat meminimalkan terpaparnya pasien dari sumber infeksi.

6.            Lindungi pasien dari kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat yang sama untuk

setiap pasien infeksi dan memisahkan pasien infeksi dalam kamar yang berbeda.

         Rasional : kontaminasi silang dapat memperbesar resiko infeksi pada klien.

3.            Intoleransi aktivitas : kelemahan  secara menyeluruh akibat anemia.

         Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, terjadi         peningkatan

toleransi aktifitas.

         Kriteria Hasil:

            Mentolenrasi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengan daya tahan, penghematan

energi, dan perawatan diri : Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKSI).

            Menunjukkan penghematan energi, ditandai dengan indikator 1-5 (tidak sama sekali, ringan,

sedang, berat, atau sangat berat),  menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dan

istirahat.

            Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan, dan/atau

peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.

            Istirahat jika mengalami keletihan

            Melaporkan tingkat keletihan

            Hb : 13-16gr/dL (laki-laki), Hb : 12-14gr/dL (perempuan)

            Ht : lk = 40-58%

                Perempuan = 37-43%

Page 34: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

            ERITROSIT : Lk = 4,6-6,2 jt/mm3

                                            Perempuan = 4,2-5,4 jt/mm3

            HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 120/80mmHg, S :36-37oC

Intervensi Keperawatan :

1.      Kaji Tanda-tanda Vital serta pantau respons kardiorespirasi terhadap aktivitas (misalnya,

takikardia, disaritmia lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan, hemodinamik, dan frekuensi

respirasi) pasien dan kadar Hb dalam darah.

Rasional :  memberikan dasar untuk menentukan intervensi serta tingkat kemampuan klien

2.      Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-

hari.

         Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.

3.      Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.

         Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan.

4.      Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi serta berikan

masukan protein dan kalori yang adekuat.

         Rasional : nutrisi kalori dan proten yang cukup dapat membantu mengembalikan energi yang

hilang dan meningkatkan toleransi aktivitas.

5.      Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik menajemen waktu untuk mencegah kelelahan.

         Rasional : pengaturan aktivitas dan menejemen waktu dapat mengatur penggunaan energi

sehingga dapat mencegah kelelahan.

4.            Resiko cedera : perdarahan b.d trombositopenia

         Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, menunjukkan resiko cedera

menurun.

         Kriteria Hasil:

            Menunjukkan pengendalian resiko dibuktikan dengan indikator ini 1-3 (tidak pernah, jarang,

kadang-kadang).

            Menghidari cedera fisik.

Page 35: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

            Mempersiapkan lingkungan yang aman (misalnya, meniadakan ketidakteraturan dan

tumpahan, penempatan pegangan tangan, penggunaan tikar karet, serta pegangan tangan di

kamar mandi).

            Tanda-tanda pendarahan berkurang. Ekimosis tidak ada/berkurang, peteki  tidak ada,

epistaksis tidak ada atau jarang.

           Trombosit : 150.000-450.000/mL

Intervensi Keperawatan :

1.            Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis

Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi pasien dengan adanya anemia.

2.            Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan serta pantau kadar trombosit dalamdarah (tekanan

darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)

Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan.

3.            Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional : untuk mencegah perdarahan.

4.            Ajarkan keluarga dan pasien yang untuk mengontrol perdarahan hidung.

Rasional : untuk mencegah perdarahan.

5.            Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan pada gusi.

6.            Hindari obat-obat yang mengandung aspirin.

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit.

5.            Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, fungsi dan peran.

         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien,maka citra tubuh an harga diri klien

dapat diperbaiki.

         Kriteria Hasil:

            Harga diri yang positif

            Menunjukkan citra tubuh, ditandai dengan indikator kekonsistenan 5 (positif).

            Kongruen antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh.

            Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

Page 36: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

            Mempertahankan peran sebelumnya dalam pembuatan keputusan, mengungkapkan perasaan

dan reaksi terhadap kehilangan, ikut serta dalam aktivitas perawatan diri.

Intervensi Keperawatan :

1.            Kaji perasaan pasien tentang gambaran dan tingkat harga diri.

Rasional : Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi

intervensi.

2.            Berikan motivasi untuk keikutsertaan yang kontinu dalam aktivitas dalam aktivitas dan

pembuatan keputusan.

Rasional : memberikan motivasi memungkinkan kontrol kontinu terdapat kejadian dandiri klien

3.            Berikan dukungan pada klien untuk mengungkapkan kekhawatirannya.

Rasional : mengidentifikasi kekhawatiran merupakan satu tahapan penting dalam mengatasinya.

4.            Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan

Rasional : kesejahteraan fisik meningkatkan harga diri.

5.            Berikan motivasi kepada klien dan pasangannya ataupun keluarga untuk saling berbagi

kekhawatiran mengenai perubahan fungsi seksual

Rasional : memberikan kesempatan untuk mengekspresikan kekhawatirannya

Page 37: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994. Surabaya : Tim

Dokter RSUD dr.Sutomo

Anonim, 2009, Leukemia, http://leukemia-akut.html, 18 Desember 2010

Anonim, 2009, Leukemia, http://penyakit-leukemia-kanker-darah.html, 18 Desember 2010

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Unair &

RSUD dr Soetomo, Surabaya

Leather, Helen L. and Betsy Bickert Poon, in Acute Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C.

Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach, seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York

Pick, Amy M., Marcel Devetten, and Timothy R. McGuire, in Chronic Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert,

R.L., Yee, G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A

Pathophysiologic Approach, seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New

York

Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas Kedokteran

Unika Atma Jaya, Jakarta

Underwood, J. C. E.,1999, Patologi Umum dan Sistemik.VOL.1. Ed. 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta

Widmann.F.K, 1992, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta

Page 38: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

MAKALAH LEUKIMIA KRONIK

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

         Kanker sepertinya menjadi penyakit yang harus benar-benar diperhatikan oleh semua

orang, kalau negara-negara maju dihebohkan dengan kanker serviks, bahkan indonesia juga

kabarnya lagi rame dengan panyakit kanker serviks karena seks bebas kini ancaman penyakit

leukimia atau yang sering disebut kanker darah juga mulai mengancam orang di seluruh dunia.

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang

diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam

tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai

daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam

tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah). Leukemia

umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui

dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal

atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau

ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara

teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

A. Leukimia 

         Leukemia berasal dari bahasa Yunani yang berarti darah putih. Leukemia adalah suatu jenis

kanker yang dimulai dari sel darah putih. Dalam keadaan normal, sel darah putih, berfungsi

sebagai pertahanan tubuh, akan terus membelah dalam suatu kontrol yang teratur. Pada penderita

leukemia, terjadi pembentukkan sel darah putih abnormal (sel leukemia) yang berbeda dan tidak

berfungsi seperti sel darah putih normal. Pada penderita leukemia, sumsum tulang memproduksi

sel darah putih yang tidak normal yang disebut sel leukemia. Sel leukemia yang terdapat dalam

sumsum tulang akan terus membelah dan semakin mendesak sel normal, sehingga produksi sel

darah normal akan mengalami penurunan. 

B. Klasifikasi 

1. Leukemia digolongkan menurut cepatnya penyakit ini berkembang dan memburuk, yaitu: 

Page 39: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

     a. Leukemia akut : Sel darah sangat tidak normal, tidak dapat berfungsi seperti sel normal,

dan jumlahnya meningkat secara cepat. Kondisi penderita dengan leukemia jenis ini memburuk

dengan cepat. 

      b. Leukemia kronik : Pada awalnya sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan

orang dengan leukemia jenis ini mungkin tidak menunjukkan gejala. Perlahan-lahan, leukemia

kronik memburuk dan mulai menunjukkan gejala ketika sel leukemia bertambah banyak dan

produksi sel normal berkurang. 

2. Berdasarkan jumlah lekosit dan adanya bentuk-bentuk abnormal dalam darah perifer: 

     a. Leukemia Leukemik 

         Jumlah lekosit jauh lebih tinggi dari nilai normal disertai adanya lekosit muda dalam darah

perifer. 

      b. Leukemia Anleukemik 

          Jumlah lekosit lebih rendah atau dalam batas normal disertai adanya lekosit muda dalam

darah      perifer. 

      c. Leukemia Aleukemik Jumlah lekosit sedikit lebih tinggi atau dalam batas normal atau

lebih rendah dari normal, dan tidak disertai adanya lekosit muda dalam darah perifer. 

3. Leukemia juga digolongkan menurut tipe sel darah putih yang terkena. 

        Maksudnya, leukemia dapat muncul dari sel limfoid (disebut leukemia limfositik) atau

mieloid (disebut leukemia mieloid). Secara keseluruhan, leukemia terbagi menjadi 

1. Leukemia limfositik kronik : terutama mengenai orang berusia >55 tahun, dan jarang

sekali mengenai anak-anak. 

2.  Leukemia mieloid kronik : terutama mengenai orang dewasa. 

3. Leukemia limfositik akut : terutama mengenai anak-anak, namun dapat juga mengenai

dewasa. Leukemia jenis ini merupakan jenis leukemia terbanyak pada anak (sekitar 75 –

80 % leukemia pada anak) d. Leukemia mieloid akut : Dapat mengenai anak maupun

orang dewasa. Merupakan 20 % leukemia pada anak. 

C. Leukimia Kronik 

      Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Sama seperti tipe leukemia yang lainnya,

leukemia berasal dari mutasi yang terjadi pada spesifik protein yang disebut juga dengan gen

yang mengkontrol perkembangan dan pertumbuhan dari sel darah. Akibatnya sel berkembang

Page 40: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

dan bertumbuh tidak terkontrol Pada leukimia kronik awal penyakit sel-sel leukemia masih bisa

melakukan beberapa pekerjaan yang normal sebagai sel darah putih. Orang yang menderita

leukemia kronis mungkin tidak memiliki gejala apapun pada awalnya. Dokter sering menemukan

leukemia kronis selama pemeriksaan rutin sebelum ada gejala. Perlahan-lahan, leukemia kronik

memburuk karena jumlah sel-sel leukemia dalam darah meningkat. Gejala khas yang timbul,

seperti pembengkakan kelenjar getah bening atau infeksi. 

Ketika gejala muncul, mereka biasanya ringan pada awalnya dan memburuk secara bertahap. 

 1. Leukemia Limfositik Kronik

 

         Defenisi Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar

limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar

getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering

menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di

kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar.

Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga

terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan

aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang

biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan

menghancurkan jaringan tubuh yang normal. Hal ini bisa menyebabkan: 

1. Penghancuran sel darah merah dan trombosit 

2. Peradangan pembuluh darah 

3. Peradangan sendi (artritis rematoid) 

4. Peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis).

Page 41: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Beberapa jenis leukemia limfositik kronik dikelompokkan berdasarkan jenis limfosit yang

terkena. Leukemia sel B (leukemia limfosit B) merupakan jenis yang paling sering ditemukan,

hampir mencapai 3/4 kasus LLK. Leukemia sel T (leukemia limfosit T) lebih jarang ditemukan.

b. Penyebab Penyebabnya tidak diketahui. c. Gejala Pada stadium awal, sebagian besar penderita

tidak memiliki gejala selain pembesaran kelenjar getah bening. Gejala yang timbul kemudian

bisa berupa: 1) lelah 2) hilang nafsu makan 3) penurunan berat badan 4) sesak nafas pada saat

melakukan aktivitas 5) perut terasa penuh karena pembesaran limpa. Pada stadium awal,

leukemia sel T bisa menyusup ke dalam kulit dan menyebabkan ruam kulit yang tidak biasa.

Lama-lama penderita akan tampak pucat dan mudah memar. Infeksi bakteri, virus dan jamur

biasanya baru akan terjadi pada stadium lanjut. d. Diagnosa Kadang-kadang penyakit ini

diketahui secara tidak sengaja pada pemeriksaan hitung jenis darah untuk alasan lain. Jumlah

limfosit meningkat sampai lebih dari 5.000 sel/mikroL. Biasanya dilakukan biopsi sumsum

tulang.

         Hasilnya akan menunjukkan sejumlah besar limfosit di dalam sumsum tulang. Pemeriksaan

darah juga bisa menunjukkan adanya: 1) anemia 2) berkurangnya jumlah trombosit 3)

berkurangnya kadar antibodi. e. Pemeriksaan Laboratorium 1. Jumlah leukosit 30.000 –

200.000 / mm3. 2. Jenis limposit yang ditemukan lebih 95 % terdiri dari limposit kecil dengan

morfologi normal atau agak muda sehingga terlihat gambaran Monoton. 3. Ditemukan Rider

Cell, sel limposit yang serupa dengan monosit. 4. Pada hapusan darah tepi terdapat Smudge

Cell / Smear Cell / Sel coreng yaitu sel limfosit yang rusak setelah diwarnai, hanya inti kelihatan,

bentuk irreguler. 5. Juga ditemukan trombositopenia, Anemia Hemolitik,

Hipogammaglobulinemia (terutama Ig.M) , test Coombs direk positif, juga ditemukan Gamopati

Page 42: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

Monoklonal. f. Pengobatan Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga

banyak penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah

limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit

atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang

merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan

transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik. Terapi penyinaran digunakan untuk

memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah

kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid

lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi

respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid

menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang

membunuh sel kanker dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan

interferon alfa dan pentostatin. g. Prognosa Sebagian besar LLK berkembang secara perlahan.

Prognosisnya ditentukan oleh stadium penyakit. Penentuan stadium berdasarkan kepada

beberapa faktor, seperti: a. jumlah limfosit di dalam darah dan sumsum tulang b. ukuran hati dan

limpa c. ada atau tidak adanya anemia. d. jumlah trombosit. Penderita leukemia sel B seringkali

bertahan sampai 10-20 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis dan biasanya pada stadium awal

tidak memerlukan pengobatan. Penderita yang sangat anemis dan memiliki trombosit kurang dari

100.000/mikroL darah, akan meninggal dalam beberapa tahun. Biasanya kematian terjadi karena

sumsum tulang tidak bisa lagi menghasilkan sel normal dalam jumlah yang cukup untuk

mengangkut oksigen, melawan infeksi dan mencegah perdarahan. 2. Leukemia Mielositik

Kronik.

a. Definisi Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK) adalah suatu

penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan

sejumlah besar granulosit (salah satu jenis sel darah putih)yang abnormal. Penyakit ini bisa

mengenai semua kelompok umur, baik pria maupun wanita; tetapi jarang ditemukan pada anak-

anak berumur kurang dari 10 tahun. Sebagian besar granulosit leukemik dihasilkan di dalam

sumsum tulang, tetapi beberapa diantaranya dibuat di limpa dan hati.Pada LMK, sel-selnya

terdiri dari sel yang sangat muda sampai sel yang matang; sedangkan pada LMA hanya

ditemukan sel muda. Granulosit leukemik cenderung menggeser sel-sel normal di dalam sumsum

tulang dan seringkali menyebabkan terbentuknya sejumlah besar jaringan fibrosa yang

Page 43: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

menggantukan sumsum tulang yang normal. Selama perjalanan penyakit ini, semakin banyak

granulosit muda yang masuk ke dalam aliran darah dan sumsum tulang (fase akselerasi). Pada

fase tersebut, terjadi anemia dan trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) dan proporsi sel

darah putih muda (sel blast) meningkat secara dramatis. Kadang granulosit leukemik mengalami

lebih banyak perubahan dan penyakit berkembang menjadi krisis blast.Pada krisis blast, sel stem

yang ganas hanya menghasilkan granulosit muda saja, suatu pertanda bahwa penyakit semakin

memburuk. Pada saat ini kloroma (tumor yang berisi granulosit) bisa tumbuh di kulit, tulang,

otak dan kelenjar getah bening. b. Penyebab Penyakit ini berhubungan dengan suatu kelainan

kromosom yang disebut kromosom Filadelfia. c. Gejala Pada stadium awal, LMK bisa tidak

menimbulkan gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami : 1) kelelahan dan kelemahan 2)

kehilangan nafsu makan 3) penurunan berat badan 4) demam atau berkeringat di malam hari 5)

perasaan penuh di perutnya (karena pembesaran limpa). Lama-lama penderita menjadi sangat

sakit karena jumlah sel darah merah dan trombosit semakin berkurang, sehingga penderita

tampak pucat, mudah memar dan mudah mengalami perdarahan. Demam, pembesaran kelenjar

getah bening dan pembentukan benjolan kulit yang terisi dengan granulosit leukemik (kloroma)

merupakan pertanda buruk. d. Diagnosa LMK sering terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin.

Jumlah sel darah putih sangat tinggi, mencapai 50.000-1.000.000 sel/mikroliter darah (mornal

kurang dari 11.000). Pada pemeriksaan mikroskopik darah, tampak sel darah putih muda yang

dalam keadaan normal hanya ditemukan di dalam sumsum tulang. Jumlah sel darah putih lainnya

(eosinofil dan basofil) juga meningkat dan ditemukan bentuk sel darah merah yang belum

matang. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan untuk menganalisa kromosom atau

bagian dari kromosom. Analisa kromosom hampir selalu menunjukkan adanya penyusunan

ulang kromosom.Sel leukemik selalu memiliki kromosom Filadelfia dan kelainan penyusunan

kromosom lainnya. e. Pemeriksaan Laboratorium 1) Jumlah erytrosit, hematokrit dan

hemoglobin (7-9 g/dl) kurang dari normal dengan Anemia normokromik normositer 2) Jumlah

leukosit lebih dari 80.000 / mm3 dengan variasi 80.000 – 800.000/ mm3. leukositosis sangat

berat > 500.000/mm3 dijumpai pada anak-anak. 3) Jumlah thrombosit bervariasi (awalnya terjadi

thrombositosis 1.000.000/ mm3 lalu stadium lanjut menjadi thrombositopenia). Pada hapusan

darah thrombosit mengelompok. 4) Jumlah Basofil meningkat (Basophilia) dan juga Eosinifilia

secara absolut. Pada fase lanjut (fase akselerasi) terjadi basophilia > 20 %. 5) Pada pemeriksaan

darah tepi dijumpai seluruh stadium diferensiasi tetapi yang predominant adalah sel-sel yang tua-

Page 44: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

tua seperti Mielosit, Metamielosit, N.batang dan N.segmen sedangkan Mieloblast dan

Promielosit (dibawah 15%) tetap dalam jumlah sedikit. 6) Asam urat jumlahnya meningkat

dalam plasma. 7) Yang khas dalam leukemia ini ditemukannya Kromosom Philadelphia yaitu

Kromosom nomor 22 yang telah kehilangan kedua lengan panjangnya, pindah ke kromosom

nomor 9. f. Pengobatan Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya

memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil apabila jumlah sel darah

putih dapat diturunkan sampai kurang dari 50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik

sekalipun tidak bisa menghancurkan semua sel leukemik. Satu-satunya kesempatan

penyembuhan adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan paling efektif jika

dilakukan pada stadium awar dan kurang efektif jika dilakukan pada fase Akselerasi atau krisis

blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali sumsum tulang dan menyebabkan remisi.

Hidroksiurea per-oral (ditelan) merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk

penyakit ini. Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius, maka

pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa kadang membantu

mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus diangkat melalui pembedahan

(splenektomi) untuk: 1) mengurangi rasa tidak nyaman di perut 2) meningkatkan jumlah

trombosit 3) mengurangi kemungkinan dilakukannya transfusi. g. Prognosis Sekitar 20-30%

penderita meninggal dalam waktu 2 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis dan setelah itu sekitar

25% meninggal setiap tahunnya. Banyak penderita yang betahan hidup selama 4 tahun atau lebih

setelah penyakitnya terdiagnosis, tetapi pada akhirnya meninggal pada fase akselerasi atau krisis

blast. Angka harapan hidup rata-rata setelah krisis blast hanya 2 bulan, tetapi kemoterapi kadang

bisa memperpanjang harapan hidup sampai 8-12 bulan. 3. Leukemia Monositik Kronik

Leukemia ini hampir mirip dengan leukemia myelositik, tetapi disini yang predominant sel

monosit immatur dan matur juga ada disertai myeloblast dan myelosit. Pemeriksaan

Laboratorium : a. Eryhtrosit : - Hitung eritrosit rendah, hematokrit rendah dan hemoglobin

rendah dengan anemia normokromik normositik. b. Leukosit : - Pada stadium permulaan anemia

disertai leukopenia, lalu disusul oleh thrombositopenia. c. Granulosit menurun dan terjadi

peningkatan monosit. Pada stadium progressif terjadi peningkatan monosit yang tinggi. d.

Ditemukan dua tipe : Leukemia monositik tipe Schilling dengan sel monosit yang predominant

dan Leukemia monositik tipe Nageli dengan monosit immatur dan juga banyak myeloblast dan

myelosit. D. Penyebab dan Faktor Risiko Leukemia Penyebab leukemia masih belum diketahui

Page 45: Askep Leukimia Limfosit Kronis 3

secara pasti hingga kini. Namun, menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu

lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut adalah 1. Radiasi

dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di Jepang pada masa

perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini. Terapi medis yang

menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi. Sedangkan radiasi untuk

diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan tidak berhubungan dengan

peningkatan kejadian leukemia. 2. Pajanan terhadap zat kimia tertentu : benzene, formaldehida 3.

Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat menderita

leukemia di kemudian hari. Misalnya kemoterapi jenis alkylating agents. Namun pemberian

kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio manfaat-risikonya. 4.

Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan oleh

kelainan kromosom dapat meningkatkan risiko kanker. 5. Human T-Cell Leukemia Virus-

1(HTLV-1). Virus tersebut menyebabkan leukemia T-cell yang jarang ditemukan. Jenis virus

lainnya yang dapat menimbulkan leukemia adalah retrovirus dan virus leukemia feline. 6.

Sindroma mielodisplastik : sindroma mielodisplastik adalah suatu kelainan pembentukkan sel

darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel (hiposelularitas) pada sumsum tulang. Penyakit

ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang dengan kelainan ini berisiko tinggi untuk

berkembang menjadi leukemia.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Leukemia adalah suatu

jenis kanker yang dimulai dari sel darah putih. Dalam keadaan normal, sel darah putih, berfungsi

sebagai pertahanan tubuh, akan terus membelah dalam suatu kontrol yang teratur. Penyebab

penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Sama seperti tipe leukemia yang lainnya, leukemia

berasal dari mutasi yang terjadi pada spesifik protein yang disebut juga dengan gen yang

mengkontrol perkembangan dan pertumbuhan dari sel darah. Akibatnya sel berkembang dan

bertumbuh tidak terkontrol   DAFTAR PUSTAKA

http://khairul-anas.blogspot.com/2012/04/leukemia.html#ixzz1tEzvtRVD

http://www.kesehatan123.com/1085/apa-itu-leukemia/ http://indonesiaindonesia.com/r/leukimia/

www.wikipedia.com/leukimia http://id.answers.yahoo.com/question/index?

qid=20120117233646AAHzIWH http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/02/leukemia.html