ASKEP Lansia Menjelang Ajal

50
ASKEP Lansia Menjelang ajal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni : 1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. 2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas). 3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak

Transcript of ASKEP Lansia Menjelang Ajal

Page 1: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

ASKEP Lansia Menjelang ajal

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

       Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan

menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang

menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,

1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok

yakni :

1.        Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.

2.        Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3.        Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

      

       Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai

usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai

kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan

berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap

menjaga kesehatan

Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental. Keluhan

yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya disertai dengan perasaan

cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya.

Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal menunggu ajal) dalam prediksi secara medis sering

diartikan penderita tidak lama lagi meninggal dunia. Keadaan ini menyebabkan lansia

mengalami kecemasan menghadapi kematian.

Page 2: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

       Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita,

terutama terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud tindakan aktif antara lain

mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis,

sosial, dan spiritual.

       Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut

usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang

menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh dokter bahwa

lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis., menderita

kanker). Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut

“stadium paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan.

Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal,

kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.

       Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan keperawatan,

memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi

penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik, tenang

dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman. Diperlukan

pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia. Kualitas hidup

adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut sehingga

lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan agar dapat menikmati kesenagngan selama

akhir hidupnya. Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat meringankan, bukan menyembuhkan.

Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan

semangat dan motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang

dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu.

1.2    Rumusan Masalah

1.        Apa yang di maksud keadaan paliatif/terminal ?

2.        Apa saja penyakit terminal?

3.        Apa saja Manifestasi klinis dari pasien menjelang ajal ?

Page 3: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

4.        Bagaimana fase – fase kehilangan?

5.        Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia menjelang ajal ?

1.3    Tujuan

1.        Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien terminal

2.        Tujuan Khusus

a)        Mahasiswa mampu memahami pengertian hospice

b)        Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis penyakit terminal

c)        Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik

d)       Mahasiswa mampu memahami fase-fase kehilangan

e)        Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit

Terminal.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Hospice dan Perawatan Paliatif

       Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap

penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa

tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Perawatan akhir

Page 4: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

hayat/perawatan terminal adalah suatu proses perawatan medis lanjutan yang terencana melalui

diskusi yang terstuktur dan didokumentasikan dengan baik, dan proses ini terjalin sejak awal

dalam proses perawatan yang umum/biasa. Dikatakan sebagai perawatan medis lanjutan karena

penderita biasanya sudah masuk ke tahap yang tidak dapat disembuhkan (incurable). Melalui

proses perawatan ini diharapkan penderita dapat meng-identifikasi dan meng-klarifikasi nilai-

nilai dan tujuan hidupnya serta upaya kesehatan dan pengobatan yang diinginkannya seandainya

kelak ia tidak lagi mampu untuk memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri. Atau, penderita dapat

pula menunjuk seseorang yang akan membuat keputusan baginya sekiranya hal itu terjadi.

       Dalam perawatan ini, keluarga ikut dilibatkan sehingga dengan demikian diharapkan semua

kebingungan dan konflik dikemudian hari dapat dihindari. Proses ini perlu senantiasa dinilai

kembali dan di-up date secara reguler karena dalam perjalanannya tujuan perawatan dan

prioritasnya sering kali berubah-ubah tergantung pada situasi/kondisi yang dihadapi saat itu. Bila

pada awalnya tujuan kuratif dan menghindari kematian merupakan prioritas utama, pada stadium

terminal tujuan perawatan beralih ke usaha mempertahankan fungsi, meniadakan penderitaan

dan mengoptimalkan kualitas hidup penderita. Dengan demikian diharapkan penderita dapat

menghadapi akhir hayatnya secara damai, tenang dan bermartabat (with dignity). Peralihan ini

seharusnya terjadi secara gradual/tidak secara mendadak. Sering kali tujuan perawatan dan

prioritas di pihak penderita dan keluarganya tidak sejalan dengan tujuan dan prioritas dokternya.

       Hal ini perlu dikomunikasikan dengan baik sehingga kedua belah pihak dapat memilih apa

yang terbaik bagi penderita. Disini dokter memegang peran kunci karena dialah yang lebih

banyak mengetahui tentang perjalanan penyakit yang senantiasa berubah serta alternatif

pengobatan yang mungkin diberikan pada penderita untuk mencapai tujuan perawatan tadi serta

bagaimana prognosisnya. Karena itu pengkajian secara teratur dan up-dating perlu selalu

diusahakan dan dikomunikasikan dengan penderita/ keluarganya. Untuk mencapai tujuan

tersebut diatas diperlukan kerjasama dari beberapa ahli yang bekerja bersama dalam sebuah team

yang multidisipliner dan bekerja secara interdisipliner sehingga perawatan penderita dapat

berjalan secara komprehensif.

Page 5: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

       Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu

tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).

Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan terakhir

kehidupan dimana bertujuan:

Mempertahankan hidup, Menurunkan stress, Meringankan dan mempertahankan kenyamanan

selama mungkin (Weisman). Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang

dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan nyeri

dan takut, tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan

mengurusnya.

       Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga, kenyataan ini

sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk menghindari hal diatas bukan hanya

keluarganya saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya.

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita, terutama

terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud tindakan aktif antara lain

mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis,

sosial, dan spiritual.

       Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit (lanjut

usia) dan keluarganya. Perawatan paliatif tidak hanya diberikan kepada lanjut usia yang

menjelang akhir hayatnya, tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosisoleh dokter bahwa

lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh (mis., menderita

kanker). Sebagian pasien lanjut usia, pada suatu waktu akan menghadapi keadaan yang disebut

“stadium paliatif”, yaitu kondisi ketika pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan.

Biasanya dokter memvonis pasien lanjut usia yang menderita penyakit yang mematikan (misal,

kanker, stroke, AIDS) juga mengalami penderitaan fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.

       Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang medis dan keperawatan,

memungkinkan diupayakan berbagai tindakan dan pelayanan yang dapat mengurangi

penderitaan pasien lanjut usia, sehingga kualitas hidup di akhir kehidupannya tetap baik, tenang

dan mengakhiri hayatnya dalam keadaan iman dan kematian yang nyaman. Diperlukan

Page 6: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

pendekatan holistik yang dapat memperbaiki kualitas hidup klien lanjut usia. Kualitas hidup

adalah bebas dari segala sesuatu yang menimbulkan gejala, nyeri, dan perasaan takut sehingga

lebih menekankan rehabilitasi dari pada pengobatan agar dapat menikmati kesenagngan selama

akhir hidupnya. Sesuai arti harfiahnya, paliatif bersifat meringankan, bukan menyembuhkan.

Jadi, perawatan paliatif diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan

semangat dan motivasi. Perawatan ini merupakan pelayanan yang aktif dan menyeluruh yang

dilakukan oleh satu tim dari berbagai disiplin ilmu.

       Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang

digariskan oleh WHO, yaitu :

1.        Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.

2.        Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia.

3.        Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.

4.        Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

5.        Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6.        Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia.

       Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah dengan mengikut sertakan

keluarga pasien, pemuka agama (sesuai agama klien), relawan, pekerja sosial , dokter, psokolog,

ahli gizi, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan perawat. Prinsip pemberian perawatan paliatif

adalah membieri perawatan paripurna kepada klien lanjut usia dengan pengawasan dari tim

profesional.

Tim Perawatan Paliatif

       Tim perawatan paliatif terdiri atas tim terintegrasi, antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli

fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli gizi, rohaniawan, dan relawan.

Perlu diingat bahwa tujuan perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan lanjut usia.

Penderitaan terjadibila ada salah satu aspek yang tidak selaras, baik aspek fisik maupun psikis,

peran dalam keluarga, masa depan yang tidak jelas, gangguan kemampuan untuk menolong diri,

dan sebagainya.untuk memahami dan mengatasi hal tersebut, peran tim interdisiplin menjadi

sangat penting/dominant. Keberhasilan perawatan paliatif bergantung pada kerja samayang

Page 7: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

efektif dan pendekatan interdisiplin antara dokter, perawat, pekerja sosial medis,

rohaniawan/pemuka agama, relawan, dan anggota pelayanan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Setiap anggota tim harus memahami dan menguasai prinsip perawatan paliatif yang selama ini

belum dapat dipelajari dengan seksama. Tim harus mampu mengupayakan dan menjamin agar

pasien lanjut usia mendapat pelayanan perawatan seutuhnya yang mencakup bio-psiko-kultural

dan spiritual.

       Artinya, tidak ada anggota tim yang menjadi primadona. Pemimpin tim dan dibantu

anggotanya harus berusaha keras untuk mencapai tujuan perawatan.

Tentu saja kerja tim ini tidak mudah tanpa adanya semangat kebersamaan dalam memberi

bantuan kepada pasien lanjut usia. Pemberian asukan keperawatan pada pasien harus bekerja

sama secara profesional, ikhlas, dan dengan hati yang bersih. Perawatan paliatif untuk lanjut usia

bukan suatu intervensi yang bersifat kritis. Perawatan paliatif adalah perawatan yang terencana.

Walaupun dapat terjadi kondisi kritis dan kedaruratan medis yang tidak terduga, hal ini dapat

diantisipasai, bahkan dapat dicegah melalui ikatan kerja tim yang solid dan kuat. Kekhususan tim

paliatif antara lain:

1.        Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup kerjanya.

2.        Para profesional ini bergabung dalam satu kelompok kerja.

3.        Secara bersama, mereka menyusun dan merancang tujuan akhir perawatan, melakukan

langkah tujuan pendek.

4.        Bila perlu, kepemimpinan dapat terbagi di antara anggota tim, bergantung pada kondisi

yang paling diperlukan oleh pasien lanjut usia.

5.        Tim adalah motor penggerak semua kegiatan pasien.

6.        Proses interaksi adalah kunci keberhasilan.

Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak berbentuk kerucut, melainkan lebih

berbentuk lingkaran dengan pasien sebagai titik sentral. Kunci keberhasilan juga interdisiplin

bergantung pada tanggung jawab seiap anggota tim, sesuai dengan kemahiran dan

spesialisasinya, sehingga setiap kali pimpinan berganti, tugas profesi masing-masing tidak akan

terganggu. Keberhasilan keperawatan paliatif pada pasien lanjut usia yang satu akan menjadi

pengalaman dan akan meningkatkan kekuatan tim untuk upaya penanggulangan gejala yang

samapada pasien yang lain.

Page 8: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

 

 

Dokter

 

Rohaniawan

 

Pekerja Sosial

 

Ahli Nutrisi

 

Pemberi Asuhan

Page 9: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

 

 

Relawan

 

Ahli Terapi Okupasi

 

 

Psikolog

 

 

Fisioterapis

 

Perawat

 

PASIEN

Dokter

Rohaniawan

Pekerja Sosial

Page 10: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

Ahli Nutrisi

Pemberi Asuhan

Relawan

Ahli Terapi Okupasi

Psikolog

Fisioterapis

Perawat

PASIEN

  Bagan kepemimpinan dalam perawatan paliatif

2.2    Jenis-Jenis Penyakit Terminal

Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:

1.        Penyakit-penyakit kanker.

2.        Penyakit-penyakit infeksi.

3.        Congestif Renal Falure (CRF)

4.        Stroke Multiple Sklerosis.

5.        Akibat kecelakaan fatal.

Page 11: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

6.        AIDS.

2.3    Manifestasi Klinik

2.3.1        Fisik

a)        Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan

ujung jari.

b)         Aktivitas dari GI berkurang.

c)        Reflek mulai menghilang.

d)       Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan tangan

dan ujung-ujung ekstremitas.

e)        Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.

f)         Denyut nadi tidak teratur dan lemah.

g)        Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.

h)        Penglihatan mulai kabur.

i)          Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.

j)          Klien dapat tidak sadarkan diri.

2.3.2        Psikososial

Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross mempelajari respon-

respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya

yaitu:

1.        Respon kehilangan

a)        Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara tertentu untuk

mengulurkan tangan.

b)        Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor.

c)        Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menanggis.

2.        Hubungan dengan orang lain

a)        Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk

b)        berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.

2.4 Grieving (Berduka)

Page 12: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

       Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan , biasanya akibat perpisahan .

Dimanifestasikan dalam perilaku, perasaan dan pemikiran . Berduka juga merupakan proses

mengalami reaksi psikologis, fisik, dan sosial terhadap kehilangan yang dipersepsikan. Respon

yang ada dalam berduka yaitu keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, rasa

bersalah dan marah . Berduka juga mencakup pikiran, perasaan dan perilaku.

      

       Breavement adalah respon subjektif dalam masa berduka yang dilalui selama reaksi berduka.

Biasanya berefek pada masalah psikis dan kesehatan . Sedangkan berkabung adalah periode

penirimaan terhadap kehilangan dan berduka yang terjadi selama individu dalam masa

kehilangan. Sering dipengaruhi oleh kebudayaan dan kebiasaan.

2.4.1 Reaksi Berduka

A.      Menolak dan Isolasi

Tidak percaya terhadap hal tersebut.

Tidak siap menghadapi masalah.

 Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-buat (menolak berkepanjangan).

B.       Marah (Anger)

Marah terhadap orang lain untuk hal-hal sepele: iritabel/sensitive.

C.       Bargaining/tawar menawar

Mulai tawar menawar terhadap loss.

Mengekspresikan rasa bersalah , takut , putisment terhadap rasa berdosa, baik nyata maupun

imajinasi

D.      Depresi

Rasa berduka terhadap apa yang terjadi.

Kadang bicara bebas atau menarik diri.

E.       Acceptane/penermaan

Penurunan interest lingkungan sekitar.

Berkeinginan untuk membuat rencana – rencana .

Page 13: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

2.4.2 Konsep Teori Berduka

A.      Teori Engel ( 1964)

       Teori ini memiliki cirri cirri bahwa berduka terdiri dari syok , tidak percaya, mengembalikan

kesadaran , mengenali dan restitusi .

B.       Teori Kubler – Ross ( 1969)

       Konsep berduka terdiri atqs lima tahap diantara lain mengingkari, marah, fase tawar-

menawar, fase sedih yang mendalam dan penerimaan.

C.       Teori Rando (1991)

       Pada teori rando terdiri dari penghindaran, konfrontasi, dan akomodasi. Meskipun tidak ada

dua orang yang bereaski sama terhadap kematian dan ajal, namun respon fisiologis dan

psikologis terhadap kemkatian, yang dikenal sebagi berduka telah digambarkan dalam tahapan –

tahapan oleh orang – orang terkenal seperti engel, linderman, Parkes, Bolbley, dan Kubler Ross.

       Berduka merupakan respo0n normal dan universal terhadap kehilangan yang dialami melalui

perasaan, perilaku, dan penderitaan emosional. Berduka adalah proses pergeeseran melewati

nyeri akibat kehilangan. Kehilangan kesehatan, teman , kerabat, pekerjaan , keamanan financial

merupakan sebagian dari kehilangan kumulatif yang menyebabkann berduka pada lansia.

Periode berduka adalah waktu penyembuhan , adaptasi, dan pertumbhan.

       Asuhan keperwatan untuk pasien dan pemberi perawatan yang berduka memerluikan rasa

saling member yang sensitive, peduli dan empati. Berbagai pendapat, perasaan dan ketenangan

merupakan intervensi keperawatan yang paling tepat . Bimbingan adaptif dapat membantu

mereka mempersiapkan orang yang menjelang ajal untuk mengahadapi nyeri dan perasaan

alamiah mereka yang berhubungan dengan proses berduka .

2.4.3 Berduka dan Proses Keperawatan Berduka

1.        Pengkajian

Page 14: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

       Dalam proses ini perawat dapat menghindari asumsi yang salah tentang kematian, member

kesempatan klien untuk mengeksploitasi perasaan, mengkaji klien dan keluarga tentang makna

kehilangan mereka, dan gunakanlah komunikasi yang empati dan berduka.

Kaji reaksi klien selama berduka, kaji factor – factor yang mempengaruhi kehilangan, kaji

karakteristik personal dan identitas klien , kaji bagaimana hubungan dengan subyek yang hilang ,

kaji karakteristik kehilangan, kaji keyakian spiritual dan sistem pendukung yang lain.

2.        Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan untuk klien klien berduka adalah :

a.Berduka disfungsional.

b.Berduka yang diantisipasi.

c.Penyesuaian diri yang terganggu.

3.        Perencanaan dan Implementasi

a.Lakukan lah komunikasi yang baik dengan klien.

b.Pertahankan harga diri klien.

c.Tingkatkan aktivitas yang mungkin bisa dilakukan oleh klien.

d.Tingkatkan kenyamanan spiritual.

e.Tingkatkan dukungan keluarga klien.

f.Beri perhatian yang cukup.

2.5 Dying (Sekarat/Menjelang Ajal)

       Sekarat adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju kematian. Dengan

makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, meningkat pula jumlah penderita penyakit

kronis, yang pada suatu saat mengalami keadaan dimana tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan

untuk memperbaiki kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari .

      

       Bagi penderita yang keadaannya tidak sadar/koma dalam, semua fungsi organ jelas tidak

bisa membaik dengan berbagai pengobatan, keadaan yang jelas tidak member harapan . Akan

Page 15: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

tetapi apabila penderita masih dalam kesadaran penh , dan masih mampu bermobilisasi , dengan

berbagai fungsi organ yang masih berfungsi, mka persoalan etika hokum menjadi lebih rumit.

       Dalam hal diatas yang menjadi masalah bagi praktek kedokteran di Indonesia adalah

bagaimana memberitahukan keadaan sebenarnya pada penerita yang sering kali member beban

psikologis sangat berat, sehingga keluarga kerapkali menyembunyikan kebenaran dari klien .

menurut hak azaz otonomi , seharusnya klien lah yang paling berhak tahu atas kondisi kesehatan

nya.

2.5.1 Teori – Teori Dying (Menjelang Ajal / Sekarat )

       penulis yang paling dikenal dalam bidang kematian dan menjelang ajal adalah Elizabeth

KublerRoss. Hasil kerjanya membuat peka perawat , professional layanan kesehatan dan

konsumen terhadap proses menjelang ajal dan kebutuhan-kebutuhan yang melekat pada orang

yang menjelang ajal. Teorinya mengatakan bahwa orang yang menjelang ajal mengalami lima

tahap, dimulai dengan penyingkapan awal terminalitas dan berakhir dengan momeng akhir

kehidupan. Tahap l, penyangkalan dan isolasi, biasanya mewakili pertahanan temporer yang

digantikan dengan penerimaan parsial. Penyangkalan ini tidak boleh diinterpretasikansebagai

adaptasi yang negative atau merendahkan. Sebagai pertahanan awal, penyangkalan membantu

seseorang dengan melindunginya dari ansietas dan ketakutan. Pada Tahap II, kemarahan dan

penyangkalan digantikan dengan perasaan marah , gusar , iri , kebencian,. Hal ini dianggap

sebagai salah satu tahap yang paling sulit bagi keluarga dan pemberi perawatan karena perasaan

ini sering diarahkan pada mereka. Selama Tahap III, tawar menawar, orang sering berupa

negosiasi dengan Tuhan untuk mendapatkan tambahan waktu. Tahap IV, depresi , meliputi 2

jenis kehilangan : kehilangan yang terjadi di masalalu dan kehilangan hidup yang akan terjadi.

Yang disebut sebagai persiapan berduka oleh Kubler Ross. Tahap V , penerimaan , merupakan

fase akhir dari proses menjelang ajal.

       Amberton mengisolasi empat strategi koping utama yang digunakan oleh orang yang

menjelang ajal.: penyangkalan , ketergantungan , pemindahan , dan regresi. Teorinya

menekankan pada suatu pendekatan tim dalam merawat orang yang menjelang ajal, dengan focus

pada pendekatan asuhan paliatif daripada pendekatan kuratif. Dukungan yang konsisten oleh

Page 16: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

pemberi perawatan diperlukan pada saat pasien yang menjelang ajal terombang-ambing  diantara

berbagai bentuk ketergantungan dan kecukupan diri. Orang yang menjelang ajal perlu

mengetahui bahwa mereka tidak akan diabaikan atau ditinggal sendiri.

      

       Pattison tidak menyetujui pembagian proses menjelang ajal menjadi tahapan-tahapan

kronologis yang tersusun. Ia mengindentifikasi berbagai mekanisme koping ego yang digunakan

oeh orang yang menjelang ajal pada berbagai titik yang berbeda selama siklus hidup. Lansia

menggunakan altruism, humor , supresi, pikiran , antisipasi, dan sublimasi untuk menghadapi

kebutuhan-kebutuhan terminal. Patrison merujuk pada fase-fase proses menjelang ajal : fase

akut, fase kehidupan kronis , fase menjelang ajal, fase akhir. Ia mengatakan bahwa persiapan

reaksi psikologis muncul selama interval hidup-mati. Pendekatan individual diperlukan untuk

menghadapi stress dan krisis yang dapat muncul kapan saja dalam proses menjelang ajal.

      

       Wiesman mengemukakan adanya kemungkinan fase-fase pada ekspresi respons emosional

yang continue dan berubah-ubah selama proses menjelang ajal. Ia menekankan pada

individualitas seseorang daripada member label berdasarkan urutan munculnya reaksi emosional.

2.6 Death (Kematian)

       Kematian adalah kondisi berhentinya fungsi organ tubuh secara menetap atau terhentinya

kerja otak secara menetap. Meninggal dunia adalah keadaan insane yang diyakini oleh ahli

kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah

terhenti . Kematian adalah satu fase kehidupan yang terakhir bagi manusia. Persepsi seseorang

tentang kematian berbeda-beda. Dalam merawat lansia yang tidak ada harapan untuk sembuh,

seorang perawat profesional harus mempunyai ketrampilan yang multikompleks. Sesuai dengan

peran yang dimiliki, perawat harus mampu memberi pelayanan keperawatan dalam memenuhi

kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Perawat juga dituntut untuk membantu anggota

keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia dan harus menyelami perasaan hidup

dan mati.

       Pemberian askep pada lansia yang sedang menghadapi sekratul maut tidak selamanya

mudah. Klien lansia akan memberi reaksi yang berbeda-beda, bergantung pada kepribadian dan

Page 17: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

cara klien lansia menghadapi hidup. Bagaimanapun keadaannya, perawat harus dapat menguasai

situasi, terutama anggota keluarga dalam keadaan kritis ini memerlukan perhatian perawat karna

kematian seorang dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung sehari-hari. Kadang-

kadang sebelum ajal tiba, klien lansia kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.

       Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lansia tidak dapat lagi atau

tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian/mati adalah apabila seorang tidak lagi

teraba denyut nadinya, tidak bernapas selama beberapa menit, dan tidak menunjukan segala

refleks, serta tidak ada kegiatan otak.

Penyebab kematian diantara lain adalah sebagai berikut :

1.        Penyakit

a.         Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae)

b.        Penyakit kronis, misalnya:

CVD (cerebrovaskuler disease), CRF (chronic renal failure (gagal Ginjal), Diabetes Melitus

(gangguan endokrin), MCI (myocard infark (gangguan kardiovaskular), COPD (chronic

obstruction pulmonary disease).

2.        Kecelakaan (hematoma epidural)

Ciri/tanda klien lansia menjelang kematian:

1.        Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada

anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.

2.        Gerakan peristaltik usus menurun.

3.        Tubuh klien tampak mengembung.

4.        Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung hidungnya.

5.        Klien tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.

6.        Denyut nadi mulai tidak beraturan.

Page 18: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

7.        Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada

saluran pernapasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh lansia.

8.        Tekanan darah menurun.

9.        Terjadi gangguan kessadaran (ingatan menjadi kabur)

Tanda-tanda kematian:

1.        Pupil mata tetap membesar atau melebar dan tidak berubah.

2.        Hilangnya semua refleks dan ketidaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil

pemeriksaan EEG dalam waktu 24jam.

2.7    Fase-Fase Kehilangan

       Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-mati mengamcam dan

mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang kematian dan pengaruh terhadap

anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien

dalam perawatan penyakit terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek, ia tiak akan

bisa menerima begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang.

Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam menghadapi

bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk memahami kondisi klien

pada saat ini, yaitu:

1.        Tahap peningkatan atau denial

Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau mengontrol nyeri dan

dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap denial yaitu:

a)        Tidak percaya diri

b)        Shock

c)        Mengingkari kenyataan akan kehilangan

d)       Selalu membantah dengan perkataan baik

e)        Diam terpaku

f)         Binggung, gelisah

Page 19: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

g)        Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar

h)        Nyeri tubuh, mual

2.        Tahap anger atau marah

Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu:

a)        Klien marah-marah

b)        Nada bicara kasar

c)        Suara tinggi

3.        Tahap tawar menawar atau bergaining

Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan menciptakan kembali

tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu:

a)        Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai.

b)        Seirng berjanji pada Tuhan.

c)        Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.

d)       Merasa bersalah terus menerus.

e)        Kemarahan mereda.

4.        Tahap depresi

Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau reaksi kehilangan. Gambaran

pada tahap ini yaitu:

a)        Klien tidak banyak bicara.

b)        Sering menanggis.

c)        Putus asa.

5.        Tahap acceptance atau menerima

Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran pada tahap ini yaitu:

a)        Tenang/damai.

b)        Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.

Page 20: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

c)        Berpartisipasi aktif.

d)       Tidak mau banyak bicara.

e)        Siap menerima maut.

      

       Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik, dapat saja terjadi,

ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-bentuk reaksi lain. Jangka waktu

periode tahap tersebut juga sangat individual. Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal

memang berat bagi setiap individu. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan

kesejahteraan pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas

pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan ketidakseimbangan atau ketegangan yang

cepat mengusahakan koping.

Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan dalam suatu rentang

yaitu harapan ketidakpastian dan putus asa.

1.        Harapan

Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya harapan dapat

mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping yang adekuat.

2.        Ketidakpastian

Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai dengan rasa tidak aman dan

putus asa, meskipun secara medis sudah dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat

klien masuk dalam maladaptif.

3.        Putus asa

Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi upaya yang dapat berhasil

untuk mengobati penyakitnya. Dalam kondisi ini dapat membawa klien merusak atau melukai

diri sendiri.

2.8    Asuhan Keperawatan Pada Lansia Menjelang Ajal-Keadaan Terminal

2.8.1 Pengkajian

Page 21: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

       Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik yaitu

suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan aspek

pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.

Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminal

yaitu dengan menggunakan metode “PERSON”.

P: Personal Strenghat

Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatannya atau pekerjaan.

Contoh yang positif:

Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman, Bekerja dengan

siapa saja dalam kegiatan sehari-hari.

Contoh yang negatif:

Kecewa dalam pengalaman hidup.

E: Emotional Reaction

Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.

Contoh yang positif:

Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan.

Contoh yang negatif:

Tidak berespon (menarik diri)

R: Respon to Stress

Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu.

Contoh yang positif:

1.        Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi.

2.        Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan olah raga.

Contoh yang negatif:

1.Menyangkal masalah.

2.Pemakaian alkohol.

S: Support System

Page 22: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti.

Contoh yang positif:

1.   Keluarga

2.   Lembaga di masyarakat

Contoh yang negatif:

Tidak mempunyai keluarga

O: Optimum Health Goal

Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi)

Contoh yang positif:

1.   Menjadi orang tua

2.   Melihat hidup sebagai pengalaman positif

Contoh yang negatif:

1.   Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat

2.   Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik

N: Nexsus

Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit atau mempunyai

gejala yang serius.

Contoh yang positif:

Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan.

Contoh yang negatif:

1.   Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan.

2.   Menunda keputusan.

Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal menggunakan pendekatan

meliputi.

1.        Faktor predisposisi

Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal, sistem

pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu:

Page 23: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

a)        Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal, penyalahgunaan zat,

perawatan psikiatri sebelumnya.

b)        Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.

c)        Kemampuan koping.

d)       Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan support tambahan.

e)        Tingkat perkembangan

f)         Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.

g)         Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.

h)        Adanya reaksi sedih dan kehilangan

i)          Pengetahuan klien tentang penyakit

j)          Pengalaman masa lalu dengan penyakit

k)        Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal, persepsi terhadap

dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas kesehatan dan beratnya perjalanan

penyakit.

l)          Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.

2.        Fokus Sosiokultural

Klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola kultur atau latar belakang

budaya terhadap kesehatan, penyakit, penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik

secara verbal maupun non verbal.

3.        Faktor presipitasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal, yaitu:

a)        Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.

b)        Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.

c)        Support dari keluarga dan orang terdekat.

d)       Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik diri, cepat

tersinggung dan tidak ada semangat hidup.

Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor presipitasi, diantaranya:

1)        Penyakit kanker

2)        Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis

Page 24: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

3)        Congestif Renal Failure (CRF)

4)        Stroke Multiple Sklerosis

5)        Akibat kecelakaan yang fatal

4.        Faktor perilaku

a)        Respon terhadap klien

Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis dan keadaan ini

mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung sehingga secara langsung dapat menganggu

fungsi fisik/penurunan daya tahan tubuh.

b)        Respon terhadap diagnosa

Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah shock atau tidak percaya

perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien dapat berupa emosi kesedihan dan

kemarahan.

c)        Isolasi social

Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien kehilangan kontak dengan

orang lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana pendapat orang terhadap dirinya.

5.        Mekanisme koping

Denial

Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang berfungsi pelindung

kien untuk memahami penyakit secara bertahap, tahapan tersebut adalah:

1)        Tahap awal (initial stage)

Yaitu tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “saya harus meninggal karena penyakit

ini”

2)        Tahap kronik (kronik stage)

Persetujuan dengan proses penyakit “aku menyadari dengan sakit akan meninggal tetapi tidak

sekarang”. Proses ini mendadak dan timbul perlahan-lahan.

3)        Tahap akhir (finansial stage)

Page 25: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

Menerima kehilangan “saya akan meninggal” kedamaian dalam kematiannya sesuai dengan

kepercayaan.

Regresi

Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan terhadap fungsi perannya. Mekanisme ini juga

dapat memecahkan masalah pada peran sakit klien dalam masa penyembuhan.

Kompensasi

Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasannya karena penyakit yang

dialami.

Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi diatas, yang perlu dikaji saat pengkajian pada klien

terminal singkat “kesadaran“ antara lain adalah:

1)        Belum menyadari (closed awereness)

Yaitu klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian, tidak mengerti mengapa

klien sakit, dan mereka yakin klien akan sembuh.

2)        Berpura-pura (mutual pralensa)

Yaitu klien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tahu prognosa penyakit terminal.

3)        Menyadari (open awereness)

Yaitu klien dan keluarga menerima/mengetahui klien akan adanya kematian dan merasa tenang

mendiskusikan adanya kematian.

       Pengkajiaan adalah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat

merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan sembuh, perawat harus

mengidentifikasi dan menetapkan masalah pasien terlebih dahulu. Oleh karena itu tahapan itu

meliputi pengumpulan data, analisis data mengenai status kesehatan dan berakhir penegakan

diagnose keperawatan, yaitu permyataan tentang masalah pasien yang dapat di intervensi. Tujuan

pengkajian adalah member gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien yang

memungkinkan tim perawatan untuk merencanakan asuhan keperawatannya secara

perseorangan.

       Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan keluarganya. Siapa

pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan apa

Page 26: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

yang telah di laksanakan ? tindakan apa saja yang telah diberikan ? adakah bukti mengenai

pengetahuannya, prognosisnya dan pada proses kematian yang mana pasien berada? Apakah ia

menderita rasa nyeri? Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosisnya,dan bagaimana

reaksi mereka? Filsafat apa yang dianut pasien dan keluarganya mengenai hidup dan mati,

pengkajian kebutuhan,keadaan, dan masalah kesehatan/keperawatan pasien khususnya. Sikap

pasien terghadap penyakitnya,antara lain apakah pasien tabah terhadap penyakitnya, apakah

menyadari tentang keadaannya?

a.         Perasaan Takut.

Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak terkendalikan yang begitu sering

di asosiakan dengan keadaan sakit terminal, terutama bila keadaan tersebut di sebbkan oleh

penyakit yang ganas. Perawat harus menggunakan pertimbnagan yang sehat apabila sedang

merawaat orang yang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara

yang tepat.

       Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri, walaupun secara teori, nyeri

tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri,seperti aspirin,dehidrokodein dan

dektromororamid. Apabila orang berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut,

respons mereka secara tipikal mencakup perasaan yang takut terhadap hal yang tidak jelas,takut

meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan yang belum selesai dan

sebagainya.

       Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan mengalami kematian

tersebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada umumnya orang akan merasa takut dan cemas.

Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress.

b.        Emosi.

       Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian ,antara lain mencela dan mudah

marah.

c.         Tanda vital.

       Perubahan fungsi tubuh sering tercermin pada suhu badan, denyut nadi, pernafasan, dan

tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya berkaitan satu sam lain. Setiap

Page 27: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting

untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.

d.        Kesadaran.

       Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang merupakan ekspresi

tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar

gerak, gerak tekan dan sikap, bersifat adekuat yaitu tepat dan sesuai (mahar mardjono 1981).

e.         Fungsi tubuh.

       Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai fungsi khusus.

Tingkat Kesadaran

1. Komposmentis sadar sempurna

2. Apatis Tidak ada perasaan/kesadaran menurun

(masabodoh)

3. Somnolen Kelelahan (mengantuk berat)

4. Soporus Tidur lelap patologis (tidur pulas)

5. Subkoma Keadaan tidak sadar/hampir koma

6. Koma Keadaan pingsan lama disertai dengan

penurunan daya reaksi.

2.8.2        Diagnosa Keperawatan

1.        Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial berhubungan dengan

kondisi sakit terminal.

2.        Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan fungsi

3.        Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal

4.        Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti, ditandai dengan klien

selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang

cemas

Page 28: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

5.        Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan kematian, ditandai

dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit

yang dideritanya, menghindari kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain

maupun perawat.

6.        Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam melaksanakan

alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa lemah dan tidak

berdaya dalam melakukan ibadah sholat.

7.        Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan

2.8.3        Rencana Keperawatan

1.Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial berhubungan

dengan kondisi sakit terminal

Tujuan :

Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit terminal

Intervensi :

a)        Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon jika dIbutuhkan

klien dan gali perasaan klien.

b)        Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.

c)        Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan menjelang.

d)       Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di dekatnya.

e)        Perhatikan kenyamanan fisik klien.

2.Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan fungsi

Tujuan :

Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri dan martabat klien

Intervensi :

a)        Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.

b)        Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang lain.

c)        Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain hygiene, eliminasi.

d)       Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling berkunjung dan melakukan hal – hal yang

disenangi klien.

Page 29: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

e)        Beri klien support dan biarkan klien memutuskan sesuatu untuk dirinya, misalnya dalam hal

perawatan.

3.Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal

Tujuan :

Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian

Intervensi :

a)        Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan lain lain.

b)        Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut merasakan apa yang dirasakan klien.

c)        Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari teman dekat, keluarga

ataupun keyakinan klien.

d)       Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti penderitaan, kematian dan

sekarat.

e)        Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih, takut ataupun depresi,

yakinkan bahwa perawat selalu siap membantu.

f)         Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi tentag pengalaman –

pengalaman klien yang menyenangkan.

4.Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti, ditandai dengan

klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah perubahan atau tidak (fisik), raut muka

klien yang cemas

Tujuan :

Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup

Intervensi :

a)        Kaji tingkat kecemasan klien.

b)        Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.

c)        Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan harapan hidup dengan

tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan dan pengobatan.

d)       Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.

e)        Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama dengan klien.

Page 30: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

f)         Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan mendengarkan musik

kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal dengan menarik nafas dalam.

g)        Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.

h)        Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.

5.Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan kematian,

ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya, menyalahkan Tuhan

atas penyakit yang dideritanya, menghindari kontak sosial dengan keluarga/teman, marah

terhadap orang lain maupun perawat

Tujuan :

Koping individu positif

Intervensi :

a)        Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien.

b)        Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami suatu kematian dan

itu telah ditentukan oleh Tuhan.

c)        Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.

d)       Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan mendengarkan segala

keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.

e)        Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien.

f)         Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup.

g)        Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum menjelang ajal.

h)        Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.

6.Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam

melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa

lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat

Tujuan :

Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit

Intervensi :

a)        Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.

b)        Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.

Page 31: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

c)         Ajarkan tata cara tayamum.

d)       Ajarkan kepada klien untuk berzikir.

e)        Datangkan seorang ahli agama.

7.Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan

Tujuan :

Membantu individu menangani kesedihan secara efektif

Intervensi :

a)        Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan – perasaan antara lain : sedih, marah

dan lain – lain.

b)        Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan – perasaan anggota keluarga.

c)        Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari – hari yang dapat dilakukan.

d)       Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang realistis.

e)        Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan cara duduk disamping keluarga,

mendengarkan keluhan dengan tetap menghormati klien serta keluarga.

f)         Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara keagamaan menjelang saat –

saat kematian.

       Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia, yang menjadi obyek adalah pasien

lanjut usia (core), disusul dengan aspek pengobatan medis (cure), dan yang terakhir, perawatan

dalam arti yang luas (care),. Core,cure,care merupakan tiga aspek yang saling berkaitan dan

saling berpengaruh. Kapanpun ajal menjemput, semua orang harus siap. Namun ternyata semua

orang termasuk lanjut usia akan merasa syok berat saat dokter memvonis bahwa penyakit yang

dideritanya tidak bisa disembuhkan.

BAB 3

Page 32: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

Penutup

3.1 Kesimpulan

A.      Hospice adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap

penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa

tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual.

B.       Jenis-Jenis Penyakit Terminal

Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah: Penyakit-penyakit kanker,

Penyakit-penyakit infeksi, Congestif Renal Falure (CRF), Stroke Multiple Sklerosis, Akibat

kecelakaan fatal, AIDS.

3.        Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam menghadapi

bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk memahami kondisi klien

pada saat ini, yaitu: tahap peningkatan atau denial, tahap anger atau marah, tahap tawar menawar

atau bergaining, tahap depresi, tahap acceptance atau menerima

3.2 Saran

       Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

kelompok kami meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah

yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Page 33: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI. Jakarta: Fakultas

Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA

Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi Media

Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : EGC.

Http//www.Google.com/ asuhan keperawatan menjelang ajal+PDF ( di akses tanggal 24 April

2013, pukul 12.10 WIB )

Http//www.Google.com/ tanda-tanda kematian+PDF ( di akses tanggal 24 April 2013, pukul

13.00 WIB )

Diposkan oleh Arek-arek S13B SHT'10 di 19.49 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: KOMUNITAS Lokasi: Kota Surabaya, Indonesia

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Entradas populares

Konsep Dasar Gerontik (KOMUNITAS 3)

Page 34: ASKEP Lansia Menjelang Ajal

BAB II ISI 2.1 Konsep Dasar Gerontik 2.1.1 Definisi Lanjut Usia  (Lansia) Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan mer...

Askep Lansia dengan gangguan psikologi dan psikososial

BAB   2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Teori Lansia 2.1.1. Batasan Lansia Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia mel...

Askep Lansia dengan gangguan sosial kultural

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, ps...

askep lansia dengan kondisi kritis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencap...

ASKEP Lansia Gg. Biologis (Kel.3/S1-3B)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.   Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Prose...

ASKEP Lansia Menjelang ajal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang        Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardy...

tugas komunitas 3 : Komunikasi Terapeutik pada Lansia

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1   Konsep Dasar Komunikasi Kunci keberhasilan dari pemberian asuhan keperawatan dan pelayanan sosial lans...

Komunitas Terapeutik pada Lansia

Tugas kelompok komunitas "Terapeutik pada Lansia". Kelompok2   http://www.scribd.com/doc/132065196/komunitas-terapeutik-pd-lansia...

Blogger templates

Categorías