Askep Lansia Dg Strategi Piagam Ottawa
description
Transcript of Askep Lansia Dg Strategi Piagam Ottawa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DI PANTI
DENGAN PENDEKATAN OTTAWA CHARTER
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kelompok Khusus
pada Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran Bandung
Disusun oleh :
Nama : Agus Warseno
NPM : 220120110011
MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif
di pelbagai bidang antara lain; kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang kesehatan. Kamajuan ini berdampak pada
peningkatan kualitas kesehatan penduduk serta usia harapan hidup manusia Indonesia,
akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat lebih cepat.
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar
7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7%
adalah di pulau Jawa dan Bali. Berikut perubahan jumlah lansia Indonesia dari tahun ke
tahun.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Lansia Indonesia
Tahun 1980 1990 2000 2006 2010 2020 (prakiraan)
Usia Harapan Hidup
52,2 tahun
59,8 tahun 64,5 tahun 66,2 tahun
67,4 tahun 71,1 tahun
Jumlah Penduduk Lansia
7.998..543
11.277.557
14.439.967 +19 juta +23,9 juta +28,8 juta
% 5,45 6,29 7,18 8,90 9,77 11,34Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Lansia adalah seorang individu baik laki-laki maupun perempuan yang berumur antara
60-69 tahun. Lanjut usia merupakan suatu bagian dari tahap perjalanan hidup manusia yang
keberadaannya senantiasa harus diperhatikan. Pandangan sebagian masyarakat yang
menganggap lansia sebagai manusia yang tidak mampu, lemah, dan sakit-sakitan
menyebabkan mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya, sehingga
segala aktivitas lansia sangat dibatasi (Nugroho, 2000). Kondisi ini diperparah oleh tidak
adanya waktu, tempat, dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas untuk mengisi
sisa hidupnya sehingga lansia menjadi kehilangan self efficacy (keberdayagunaan-mandiri).
BAB II
TINJUAN TEORI
I. PENGERTIAN
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki dir atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. (Darmojo, R. 2000)
II. TEORI-TEORI MENUA
A. Teori genetic clock
Tiap spesies didalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi
Jam ini menghitung mitosis dan menghentikan replikasi tertentu, jadi menurut
konsep ini kita akan meninggal dunia meskipun tidak disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit.
Teori ini didukung oleh kenyataan mengapa beberapa spesies mempunyai perbedaan
umur harapan hidup yang nyata.
Secara teoritis dapat dimungkinkan kita memutar jam ini meski hanya beberapa
waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan lain-lain.
Teori ini disebut juga biological clock atau celuller agung.
B. Teori mutasi somatik
Terjadi mutasi progesif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan sel tersebut.
“Error catastrope” yaitu menua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan beruntun
dalam waktu yang lama, terjadi kesalahan dalam proses transkripsi
(DNA)(RNA) maupun dalam proses translasi (RNA)protein/enzim)
C. Teori menua akibat metabolisme
Pada tahun 1935 Mc Kay Et. Al (terdapat dalam boldstein, Et Al 1989)
memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada usia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Hewan yang paling terhambat pertumbuhannya dapat mencapai umur 2 x lebih
panjang umur kontrolnya.
Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan
karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
(Parmodjo, Budi, R Geritri 2000)
III. MITOS-MITOS LANJUT USIA
A. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih parahnya dimasa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan sudah berhasil di lewati.
Kenyataannya :
1. Sering di temui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit.
2. Depresi
3. Kkutiran
4. Paranoid
5. Masalah psikotok
B. Mitos konservatisme dan kemunduran
Pandangan bahwa lansia pada umumnya :
1. Konservatif
2. Tidak kreatif
3. Menolak inovasi
4. Berorientasi ke masa silam
5. Merindukan masa lalu
6. Kembali ke masa kanak-kanak
7. Susah berubah
8. Keras kepala
9. Cerewet
Kenyataannya : Tidak semua lansia bersikap dan berfikiran demikian.
C. Mitos berpenyakit
Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat penyakit yang menyrtai proses menua.
Kenyataanya :
1. Memang proses ketuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme sehingga rawan kena penyakit.
2. Tetapi banyak penyakit pada masa sekarang yang dapat dikontrol dan diobati
D. Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan kerusakan bagian tertentu dari
otak. Kenyataannya :
Tidak semua lansia dalam proses ketuaannya di iringi dengan kerusakan bagian otak
(banyak yang masih tetap sehat dan bugar).
E. Mitos asexualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seksnya berkurang. Kenyataannya :
1. Menunjukkan bahwa pada lansia kehidupan sexnya normal saja.
2. Memang frekuensi hubungan sexual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi
masih tetap tinggi.
F. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataannya :
Tidak demikian banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktifitas mental dan material pada usia lanjut.
IV. BATASAN USIA MENURUT WHO
a Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.
b Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun
c Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
d Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun
V. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Perubahan-perubahan fisik
a. Sel
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Lebih besar ukurannya.
3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
b. Sistem persyarafan
1. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
2. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
3. Mengecilnya saraf panca indera.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium
dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
c. Sistem pendengaran
1. Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
2. Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadinya pengumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d. Sistem penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4. Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat dan susah melihat dalam kegelapan.
5. Hilangnya daya akomodasi.
6. fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi menurun)
7. Lever (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan dan
berkurangnya tempat aliran darah.
e. Sistem genito urinaria
1. Ginjal
Mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50&
fungsi tubulus berkurang akibatnya : kurangnya kemampuan mengkonsentrasi
urine, BJ urine menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN meningkat sampai 21
mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2. Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi
urin.
3. Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.
4. Vagina : Selaput lendir menjadi kering dan elastisitas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali,
terjadi perubahan-perubahan warna.
5. Daya seksual : Orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya
tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seseorang berhenti : frekuensi
seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun, tetapi
kapasitasnya untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
f. Sistem endokrin
1. Produksi dari hampir semua hormon menurun
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3. Pituitari :
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah;
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4. Menurunnya aktivitas tiroid,
Menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat.
5. Menurunnya produksi aldosteron.
6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan
testeron.
g. Sistem kulit
1. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
3. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
4. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
5. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
6. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
7. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
h. Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)
1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2. Kifosis
3. Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.
4. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5. Persendian membesar dan menjadi kaku.
6. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
7. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban.
Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1. Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (herediter)
5. Lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastis.
Keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan
seseorang ketakutan mungkin oleh faktor lain seperti penyakit.
Kenangan (memori)
Kenanangan lama tidak berubah
1. Kenangan jangka panjang
Berjam – jam sampai berhari – hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
2. Kenangan jangka panjang
0 – 10 menit, kenangan buruk
IQ (intelegency Quation)
1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
2. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor : terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan – tekanan dai faktor
waktu.
Perubahan – perubahan psikososial
1. Pensiun
Nilai seseorang diukur oleh produktivitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan.
2. Merasakan atau sadar akan kematian
3. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan :
Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
6. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
7. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
8. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
9. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman – teman dan
famili.
10. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri
VI. MASALAH DAN PENYAKIT YANG SERING DIHADAPI LANSIA
A. Mudah lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh :
Faktor psikologis, perasaan bosan kelebihan atau perasaan depresi
Gangguan organis, misalnya anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang atau
(osteomalasea), gangguan pencernaan, kelainan metabolisme (DM, hipertiroid),
gangguan ginjal dengan uremia/gangguan faal hati dan gangguan sistem peredaran
darah serta jantung.
Pengaruh obat-obatan, misalnya obat penenang, obat jantung dan obat-obat yang
melelahkan daya tahan otot.
B. Nyeri dada
Dapat disebabkan oleh :
1. Penyakit jantung koroner yang menyebabkan iskemia jantung.
2. Aneurisme aorta
3. Radang selaput jantung (perikarditis)
4. Gangguan pada sistem alat pernafasan pletropneumonia/emboli paru-paru dan
gangguan pada saluran alat pencernaan bagian atas.
C. Sesak nafas pada waktu melakukan aktivitas fisik
Dapat disebabkan oleh :
1. Kelemahan jantung
2. Gangguan sistem saluran pernafasan
3. Karena BB berlebih
4. Anemia
D. Berdebar-debar.
Dapat disebabkan :
1. Gangguan irama jantung
2. Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis
3. Faktor-faktor psikologis dan lain-lain.
VII. PENYEBAB TERJADINYA PROSES MENUA
1. Berkurangnya jumlah sel baru
2. Sel yang dibentuk berbeda dan lebih buruk kualitasnya dari pada sel-sel yang
dibentuk pada masa muda
3. Penyusutan organ-organ dalam tubuh karena bekerjanya tubuh yang terus menerus
4. Faktor-faktor kejiwaan
VIII. CARA MEMPERTAHANKAN KESEHATAN LANSIA
1. Menghindari kelebihan BB
2. Mengatur pola makan
a. Mengurangi makanan berlemak dan kolesterol tinggi
b. Makan-makanan yang mengandung serat
c. Makan-makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna/bergizi
d. Makan-makanan yang tinggi protein
3. Menghindari faktor-faktor resiko penyakit jantung (merokok, minum alkohol kopi)
4. Melakukan hoby yang bermanfaat (membaca, bertaman dan lain-lain)
5. Memeriksakan diri secara rutin ke puskesmas dan mengikuti posyandu lansia serta
melaksanakan anjuran petugas kesehatan.
6. Melakukan olahraga secara teratur.
IX. KUNCI MENUJU MASA TUA YANG BAHAGIA DAN BERGUNA
1. Berat badan (BB) berlebihan supaya dihindarkan
2. Aturlah makanan yang sesuai/kurangi lemak/kolesterol
3. Hindari faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik/koroner
4. Agar terus merasa beguna dengan mempunyai kegiatan/hoby yang bermanfaat.
5. Gerak badan teratur wajib harus dilakukan
6. Ikuti nasehat dokter dan hindari situasi tegang
7. Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik.
X. PROMOSI KESEHATAN PADA LANSIA BERDASARKAN PIAGAM OTTAWA
Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan
tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi
kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah
merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap
program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular,
program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh
adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk
definisi mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical,
mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment“. (Ottawa
Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya dan sebagainya).
Konsep Promosi Kesehatan:
1. Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)
2. Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan
terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
XI. Misi Promosi Kesehatan
• Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan
perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam
rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi
merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar
dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
• Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program
dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki
peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
• Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri.
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga
diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
XII. Strategi Promosi Kesehatan Global (WHO, 1984)
• Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang
kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan.
Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang
bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan
memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat
kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan
peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat
dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down (dari
atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar
pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah
suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan
dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan
dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari
informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi
kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah
(miskin)
• Dukungan Sosial (social support)
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Dukungan
social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis
sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang
lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana
ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau
dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih diterima.
• Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan
masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan
masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat
maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih
besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat
bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007).
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi
masyarakat harus ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada
dasarnya tidak berbeda dengan pemberdayaan masyarakat dalam bidang-bidang lainnya.
Sasaran Promosi Kesehatan:
1. Sasaran Primer
Sesuai misi pemberdayaan. Misal : kepala keluarga, Lansia
2. Sasaran Sekunder
Sesuai misi dukungan sosial. Misal: Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama
3. Sasaran Tersier
Sesuai misi advokasi. Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Ny ”S” berumur 76 tahun, beragama islam, pendidikan terakhirnya tidak tamat SMP
dan alamat di Balai Makmur, sekarang Ny ”S” tinggal di Panti Tresna Werdha Teratai
dikamar II.
2. Riwayat Kesehatan
Ny ”S” datang ke panti dengan alasan tidak ada yang ngurusin sehingga dia diantar
tetangganya ke Panti Tresna Werdha Teratai dan Ny ”S” juga pernah menderita asma
namun sekarag sudah sembuh namun Ny ”S” susah untuk mengigat masa lalunya. Dalam
pengkajian ini ditemukan masalah keperawatan disorientasi
3. Pola Aktivitas / Latihan
Ny ”S” setiap makan/minum dilakukan denga bantuan minimal, dan (berpakaian, wc,
mandi. pindah tempat) Ny ”S” dilakukan dengan butuh bantuan total sedangkan ambulasi
Ny ”S” dilakukan dengan mandiri/sendiri. Dalam pengkajian ini ditemukan masalah
keperawatan gangguan mobilitas fisik dan difisit kurang perawatan diri.
4. Pola Nutrisi
Pola nutrisin Ny ”S” baik dan tidak ada keluhan, gigi tidak utuh yang mana giginya
sudah ompong sebagian dan kesulitan menelan tidak ada.
5. Pola Eliminasi
Pola eliminasi (BAB dan BAK) Ny ”S” normal dan tidak ada keluhan. Dalam
pengkajian ini tidak ditemukan masalah keperawatan
6. Pola Istirahat / Tidur
Pola istirahat / tidur Ny ”S” kalau malam Ny ”S” tidur malam selama 8 jam dari jam
21.00 wib s/d 05.00 wib sedangkan tidur siang 1 ½ jam dari jam 13.00 wib s/d 14.30 wib.
7. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang saya lakukan adalah tinggi badan 140 cm, berat badan 38 kg,
tekanan darah 100/80 mmHg, suhu tubuh 37oC, nadi 80 x/menit dengan irama teratur,
respirasi 28 x/menit dengan irama normal, batuk tidak ada.
8. Sistem Integumen
Pada sistem integumen pada Ny ” S ” kulit normal, temperatur normal, turgor tidak
elastis, kemerahan pada kaki kanan dan gatal-gatal pada kulit tidak ada keluhan.
9. Sistem Neurosensory
Pada sistem neurosensory Ny ”S” dalam keadaan sadar, memakai bahasa
Palembang, tremor ada dan tidak terdapat pusing.
10. Sistem Muskuloskeletal
Pada sistem muskuloskeletal Ny ”S” terdapat nyeri didaerah sendi-sendi dan kaki
kanan Ny ”S”, mempunyai ambang/nilai nyeri 4-6, durasi nyeri yaitun nyeri setiap sendi-
sendi dan kaki kanan digerakkan, freuensi nyeri sering terjadi pada pagi dan sore hari,
cara pengolahan nyeri Ny ”S” hanya didiamkan saja, Ny ”S” mengeluh nyeri disetiap
sendi-sendi dan kaki kanannya dan ditemukan masalah keperawata nyeri.
11. Sistem Persepsi – Kognitif
Pola persepsi kognitif Ny ”S” mengatakan pendengaran tidak bermasalah, pada
penglihatan Ny ” S” tidak bermasalah.
12. Pola Konsep Diri
Ny ”S” berkata senang tinggal dipanti karena Ny ”S” merasa banyak teman.
Daftar Masalah Keperawatan :
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Difisit kurang perawatan diri
3. Nyeri
4. Dis Oreantasi
4.2 Analisa Data
Nama lansia :Ny ”S”
Umur : 76 tahun
Data Masalah Keperawatan1. DS :
- klien mengatakan nyeri pada saat digerakkan sendi dan kaki kanannya
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
Nyeri
- Kaki kanan klien tampak bengkak dan kemerahan
- Skala nyeri 3-6/ sedang
- TTV
TD: 100/80mmHg
RR: 28 x/menit
N: 80x/menit
S: 37oC
2. DS :
- Klien mengatakan nyeri saat digerakkan bagian sendi-sendi dan kaki kanan
- Klien mengatakan tidak bisa berdiri.
DO:
- Klien tampak berbaring terus, tidak bisa berjalan dan duduk
- Kekuatan otot 3
- TTV
TD: 100/80mmHg
RR: 28 x/menit
N: 80x/menit
S: 37oC
3. DS :
- Klien mengatakan mandi terus namun setelah diamati pasien tidak pernah mandi
DO :
gangguan mobilitas fisik
Difisit kurang perawatan diri
- Klien tampak kotor
- Klien tampak BAB dan BAK ditenpat tidur
- TTV
TD: 100/80mmHg
RR: 28 x/menit
N: 80x/menit
S: 37oC
4. DS:
- Klien mengatakan susah mengingat sesuatu yang sudah terjadi atau yang sudah dialami dan
umurnya sendiri
DO:
- klien tampak bingung
- klien tampak lupa terus nama perawatnya meskipun sudah sering berinteraksi
- TTV
TD: 100/80mmHg
RR: 28 x/menit
N: 80x/menit
S: 37oC
Disorientasi
4.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d proses infeksi sendi
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan fungsi sendi
3. Difisit kurang perawatan diri b.d nyeri pada waktu bergerak
4. Disorientasi b.d proses penuaan
4.4 Perencanaan Keperawatan
Nama Lansia : Ny ”S”
Umur : 76 tahun
No Diagnosa Keperawatan
Perencanaan KeperawatanTujuan Intervensi Rasionalisasi
Nyeri b.d oroses infeksi sendi
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan fungsi sendi
Difisit perawatan diri b.d nyeri pada watu bergerak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri b.d proses infeksi sendi dapat teratas/berkurang dala waktu 3 x 24 jam dengan Kriteria hasil : TTV: normal, skala nyei 1-3, klien tampak rileks
Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan mobilitas fisik b.d gangguan fungsi sendi dapat teratas/berkurang dala waktu 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : TTV: normal, kekuatan otot 4-5, klien tampak bisa duduk dan berjalan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan difisit kurang perawatan diri b. Nyeri pada waktu bergerak dapat teratasi/berkurang dalam waktu 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : TTV: normal, klien
· Kaji keluhan nyeri
· Kompres air hangat/dingin
· Dorong unuk sering mengubah posisi
· Berikan masase yang lembut
· Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
· Pertahankan istirahat tirah baring/duduk
· bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
· Berikan lingkungan yang nyaman
· Diskusikan aktivitas perawatan diri
· Kaji kemampuan tingkatan kekurangan untuk melakuan kebutuhan sehari-hari
· Berikan umpan aik yang positif
· Untuk mengeahui skala berapa nyeri yang dirasakan
· Untuk meredakan rasa nyeri
· untuk mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi, mestabilkan sendi, mengurangi rasa sakit pada sendi
· Untuk mengurangi nyeri
· Tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan proses inflamasi.
· Istirahat sistemik dianjurkan untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
· untuk mempertahankan /meningkatkan fungsi sendi kekuatan otot dan stamina umum.
· Untuk menghindari cidera akibat
Disorientasi b.d proses penuaan
tampak bersih
klien tampak BABA dan BAK di WC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan disorientasi b.d proses penuaan dapat teratas/berkurang dalam waktu 3 x 24 jam dengan kriteria hasil : TV: normal, klien tampak bisa mengingat sesuatu yang sudah dilewati dan yang sudah diajarkan,
Klien tampak tidak bingung lagi
untuk setiap usaha yang dilakukan/ keberasilanya
· Bantu klien memvalidasi ajaran yang sudah diajari
· Berikan umpan baik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan/ keberasilanya
· Berikan kontrak untuk pertemuan berikunya
kecelakaan/ jatuh.
· Aktivitas melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasn saat ini
· Untuk mengetahui dan mengontrol dalam melakukan kebutuhan sehari-hari pasien
· Agar semangat dalam melakukan latihan keberhasilannya
· Untuk membantu proses pnyenbuhan
· Agar semangat dalam melakukan latihan keberhasilannya
· Agar tidak terjadinya tindakan tanpa persetujuan klien
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo. 1999. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
http://www.google.com/ Rasjad chairuddin diakses pada tanggal 5 Juni 2009.
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aaesccuaple.
Marlynn, Doegoens. 2000. Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru. 2006. Ilmu Penyakit dalam Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien Muskuluslektal. Jakarta: EGC