Askep Kolelitiasis

36
MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial Sistem Pencernaan Kolelitiasis Oleh : Kelompok 2 1. Ardiansyah Putra 7. Miza Seprina 2. Eldisa Syafril 8. Nilla Wiryanti 3. Fani Lutfiani 9. Rika Aprianti 4. Gita Aprilonia 10. Rizka Agusny 5. Ilhanda Putri 11. Sahmidar 6.Mika Herly Kelas : II A S1 Keperawatan Dosen Pembimbing : Ns. H. Junaidi, S.Kep Dosen Pakar : Elmi M.Kes STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

description

sistem pencernaan

Transcript of Askep Kolelitiasis

Page 1: Askep Kolelitiasis

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial Sistem Pencernaan

Kolelitiasis

Oleh :

Kelompok 2

1. Ardiansyah Putra 7. Miza Seprina

2. Eldisa Syafril 8. Nilla Wiryanti

3. Fani Lutfiani 9. Rika Aprianti

4. Gita Aprilonia 10. Rizka Agusny

5. Ilhanda Putri 11. Sahmidar

6. Mika Herly

Kelas : II A S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing : Ns. H. Junaidi, S.Kep

Dosen Pakar : Elmi M.Kes

STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

TA : 2014/2015

Page 2: Askep Kolelitiasis

Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul Kolelitiasis. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas tutorial

sistem Pencernaan.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama

kepada dosen pembimbing.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan

buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat memberikan

manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.

Bukittinggi, 30 April 2015

Penulis

i

Page 3: Askep Kolelitiasis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulis................................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Anatomi dan Fisiologi....................................................................................3

B. Definisi .........................................................................................................4

C. Klasifikasi ....................................................................................................4

D. Etiologi ..........................................................................................................5

E. Faktor resiko...................................................................................................6

F. Manifestasi Klinis .........................................................................................7

G. patofisiologi....................................................................................................8

H. komplikasi......................................................................................................8

I. Penatalaksanaan.............................................................................................9

J. Askep..............................................................................................................10

BAB III : PENUTUP.................................................................................................20

A. Kesimpulan....................................................................................................20

B. Saran ..............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Askep Kolelitiasis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka prevalensi orang

dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin

(20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga 4%).

Kolelitiasis termasuk penyakit yang jarang pada anak. Menurut Ganesh et al dalam

pengamatannya dari tahun januari 1999 sampai desember 2003 di  Kanchi kamakoti  

Child trust hospital,  mendapatkan dari 13.675 anak yang mendapatkan pemeriksaan

USG, 43 (0,3%) terdeteksi memiliki batu kandung empedu. Semua ukuran batu sekitar

kurang dari 5 mm, dan 56% batu merupakan batu soliter. Empat puluh satu anak (95,3%)

dengan gejala asimptomatik dan hanya 2 anak dengan gejala (Gustawan, 2007).

Di Indonesia, kolelitiasis baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi

penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak

mempunyai keluhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kolelitiasis ?

2. Bagaimana etiologi kolelitiasis?

3. Bagaiamana patofisiologi kolelitiasis ?

4. Apa saja manifestasi klinis kolelitiasis?

5. Apa saja faktor resiko kolelitiasis?

6. Bagaimana komplikasi kolelitiasis?

8. Bagaimana penatalaksanaan kolelitiasis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kolelitiasis

2. Untuk mengetahui etiologi kolelitiasis

3. Untuk mengetahui patofisiologi kolelitiasis

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kolelitiasis

1

Page 5: Askep Kolelitiasis

5. Untuk mengetahui faktor resiko kolelitiasis

6. Untuk mengetahui komplikasi kolelitiasis

7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik kolelitiasis

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan kolelitiasis

2

Page 6: Askep Kolelitiasis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan fisiologi

a. Anatomi Empedu

Kandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan

visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus

berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus

berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan.

Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan

kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus

untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus.

Peritoneum mengelilingi kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan

collum dengan permukaan visceral hati.

b.   Fisiologi Empedu

Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.

Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu

proses ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan permanen yang satu sama lain saling

berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang

membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.

Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan

ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini

kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya

membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum

3

Page 7: Askep Kolelitiasis

terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

B. Defenisi

Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam

kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &

Suddarth, 2001).

Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada

saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.

(Williams, 2003)

Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,

bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,

2005).

C. Klasifikasi

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan

atas 3 (tiga) golongan.

1. Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.

Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50%

kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :

a. Supersaturasi kolesterol

b. Hipomotilitas kandung empedu

c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.

2. Batu pigmen

Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung <20%

kolesterol. Jenisnya antara lain:

a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)

Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium-

bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor

stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter

Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu,

4

Page 8: Askep Kolelitiasis

khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan

dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin

menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan

adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen

cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu

yang terinfeksi.

b. Batu pigmen hitam.

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa

zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak

ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini

terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini

belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan

empedu yang steril.

3. Batu campuran

Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50% kolesterol.

D. Etiologi

Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi

terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan

komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.

a) Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam

pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi

empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap

dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk

membentuk batu empedu.

b) Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,

perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi

kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis.

Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan

keterlambatan pengosongan kandung empedu.

c) Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus

meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat

5

Page 9: Askep Kolelitiasis

presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding

panyebab terbentuknya batu.

E. Faktor Resiko

a. Jenis kelamin

Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan

pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi

kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga

meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon

(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan

aktivitas pengosongan kandung empedu.

b. Usia

Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang

dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan

orang degan usia yang lebih muda.

c. Berat Badan (BMI)

Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk

terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam

kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi

kontraksi/ pengosongan kandung empedu.

d. Makanan

Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi

gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat

menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

e. Aktifitas Fisik

Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya

kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.

6

Page 10: Askep Kolelitiasis

f. Penyakit Usus Halus

Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,

diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.

g. Nutrisi Intravena Jangka Lama

Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi

untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga

resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu

F. Manifestasi Klinis

Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,

kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan

menderita panas dan berkeringat dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.

Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran

kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya

disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi

besar, pasien mengalami anoreksia. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat

kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi

kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya

saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan

menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan

ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien

melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.

Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan

gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum

akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran

mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada

kulit.

Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan

membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen

empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-colored ”

7

Page 11: Askep Kolelitiasis

G. Patofisiologi

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang

supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena

bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting

dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan

kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan

kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam

media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh

pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang

hidrofilik dari garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau

kadar asam empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang

litogenik. (Schwartz,2000)

Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan

kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan

membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang

lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris

yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. (Schwartz,2000).

H. Komplikasi

a. Kolesistisis

Kolesistisis  adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat

oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.

b. Kolangitis

Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi  yang

menyebar melalui saluran - saluran dari usus kecil setelah saluran- sa luran menjadi

terhalang oleh sebuah batu empedu.

c. Hidrops

Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu.

Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya.

8

Page 12: Askep Kolelitiasis

Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi

empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.

d. Empiema

Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa

dan membutuhkan kole sistektomi darurat segera.

I. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan pendukung dan diit

Kurang lebih 80% pasien sembuh dengan istirahat, pemberian cairan infus,

pengasapan monogastrik, analgesik, dan antibiotik.

Diit dibatasi pada makanan cairan rendah lemak, penatalaksanaan diit merupakan bentuk

terapi utama pada pasien yang mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan

mengeluhkan gangguan gastrointestinal ringan.

b. Farmakoterapi

1. Obat-obat antikosinengik-antispasmodik.

2. Analgesik.

3. Antibiotik bila disertai kolesistitis

4. Asam empedu (asam kemodeoksikolat).

c. Litotripsi

1. Litotripsi syok gelombang extra konporeal: kejutan gelombang berulang yang

diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu untuk memecahkan

batu empedu.

2. Litotripsi syok gelombang intrakonporeal: batu dapat dipecahkan dengan ultra sound,

tembakan laser atau intotripsi hiokolik yang dipasang melalui endoskopi yang diarahkan

pada empedu.

d. Penatalaksanaan Pembedahan

1. Kolesistektomi

9

Page 13: Askep Kolelitiasis

Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan. Kandungan empedu

diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligari.

2. Minikolesistektomi

Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu lewat luka insisi

selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung empedu yang berukuran lebih besar.

3. Kolesitektomi Lapanoskopi

Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding abdomen dalam

umbilikus.

J. Askep Kolelitiasis

1. PENGKAJIAN

Identitas pasien

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

No MR :

Riwayat Kesehatan

RKS : pasien mengtakan demam, berkeringat, lemah, nyeri hebat pada perut kanan atas

yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan

muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar, tidak nafsu makan,

kulit dan mata kuning, gatal-gatal pada kulit, urine berwarna sangat gelap, feses pucat.

RKD : klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayatkan sebelumnya. Klien

memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi

kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung

empedu pun tinggi.

RKK : Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok

manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan

10

Page 14: Askep Kolelitiasis

riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat

keluarga.

Pemeriksaan Fisik

a.      Kesadaran : biasanya kesadaran pasien terganggu

b.       Tanda-Tanda Vital

Pada pasien kolelitiasis suhu meningkat diatas normal karenan terjadi infeksi dan proses

peradangan.

c.      Kepala

Wajah : Wajah menyeringai dan meringis karena kesakitan

Mata : Konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus (berwarna kuning), reflek

cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.

Mulut : Mukosa bibir tampak kering dan kuning

d.       Abdomen

Palpasi            :Nyeri pada kuadran kanan atas,

e.        Integumen

Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit

menurun.

Pemeriksaan penunjang

Leukosit : meningkat 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).

Hb : rendah (N : laki-laki 14gr-18gr, perempuan 12-14gr,)

Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).

Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat

ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat

kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin. Nilai normal SGOT adalah 3-45

u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 0-35 u/L 

Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).

Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi 

sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).

USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu

empedu dan distensi saluran empedu  ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)

11

Page 15: Askep Kolelitiasis

Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk

melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.

PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk

menentukan adanya batu dan cairan pankreas.

Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim

billiar.

CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,

obstruksi/obstruksi joundice.

Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada

saluran atau pembesaran pada gallblader.

Data Fokus

1. Data Subjektif

pasien mengatakan :

Demam

Berkeringat

nyeri hebat pada perut kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu

mual dan muntah

tidak nafsu makan

lemah

kulit dan mata kuning

gatal-gatal pada kulit

urine berwarna sangat gelap

feses pucat.

2. Data objektif

Palpasi nyeri abdomen pada kuadran kanan atas

Suhu naik diatas normal

Tampak muntah

Ikterik

Konjungtiva anemia

Pasien tampak menyeringai dan meringis kesakitan

Mukosa bibir kering

12

Page 16: Askep Kolelitiasis

Hb rendah

Turgor kulit jelek

Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Analisa Data

Data Etilogi Masalah

1. Ds :

klien mengatakan nyeri hebat

pada perut kanan atas yang

menjalar ke punggung atau

bahu

Do :

wajah pasien tampak

menyeringai dan meringis

kesakitan

Palpasi nyeri abdomen pada

kuadran kanan atas

Obstruksi atau

spasme duktus

Nyeri akut

2. Ds :

Klien mengatakan mual,

muntah, demam, berkeringat

Do :

Pasien tampak muntah-muntah

Demam, suhu meningkat diatas

normal, berkeringat

Mukosa bibir kering

Turgor kulit jelek

Penurunan intake

cairan, Kehilangan

cairan yang

berlebihan (Mual,

muntah, berkeringat)

Kekurangan volume

cairan

3. Ds :

Pasien mengatakan mual,

muntah, tidak nafsu makan,

Anoreksia, mual,

muntah

Ketidakseimbangan

nutri kurang dari

13

Page 17: Askep Kolelitiasis

lemah

Do :

Kunjungtiva anemis

Turgor kulit jelek.

Hb rendah

kebutuhan tubuh

Ds:

Pasien mengatakn kulit

gatal-gatal, mata dan kulit

berwarna kuning, urin

berwarna pekat seperti teh,

nyeri perut sebelah kanan

atas

Do :

Kulit dan daerah mata

(khusus Sklera) pasien

tampak berwarna

kekuningan (ikterus)

palpasi nyeri pada

abdomen kuadran kanan

atas

Kadar bilirubin dalam

darah meningkat

(hiperbilirubinemia)

Tugor kulit jelek, kusam

dan kering

Kenaikan kadar enzim

transaminase – SGOT,

SGPT

Peningkatan kadar

bilirubin dalam darah

akibat peradangan

Gangguan integritas

kulit

14

Page 18: Askep Kolelitiasis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis : obstruksi, proses inflamasi

b. Resiko kekurangan volume cairan b.d penurunan intake cairan dan mual, muntah

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,

anoreksia

d. Gangguan Integritas kulit b.d peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat

peradangan

3. INTERVENSI

Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan

NOC NIC

Nyeri akut b.d agen

cedera bilogis :

obstruksi atau

spasme duktus,

proses inflamasi

NOC

Pain level

Pain control

Comfort level

Kriteria Hasil :

Mampu

mengontrol nyeri

(tahu mengontrol

nyeri, mampu

menggunakan

teknik farmakologi

untuk mengurangi

nyeri, mencari

bantuan)

Melaporkan bahwa

nyeri berkurang

dengan

menggunakan

manajemen nyeri

Mampu mengenali

nyeri (skala,

Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri seara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor prespitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri

Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau

Evaluasi bersama pasien dan tim

kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa

lampau

Bantau pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

15

Page 19: Askep Kolelitiasis

intensitas,

frekuensi dan

tanda nyeri)

Menyatakan rasa

nyaman setelah

nyeri berkurang

mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan

kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan penenangan

nyeri (farmakologi, non

farmakologi dan inter personal)

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menetukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non

farmakologi

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasi dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri.

Analgesic Administration

Tentukan lokasi , karakteristik,

kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat

Cek intruksi dokter tentang jenis

obat, dosis dan frekuensi.

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan

atau kombinasi dari analgesik

ketika pemberian lebih dari satu

Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan berat nyeri

Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal

16

Page 20: Askep Kolelitiasis

Pilih rute pemberian secara IV, IM

untuk pengobatan nyeri secara

teratur

Monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgesik

pertama kali

Berikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat

Evaluasi efektivitas analgesik,

tanda dan gejala

Resiko kekurangan

volume cairan b.d

penurunan intake

cairan dan mual,

muntah

1. Mempertahankan urine

output sesuai dengan

usia dan BB, BJ urine

normal, Ht normal.

2. Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam batas

normal.

3. Tidak ada tanda-tanda

dehidrasi, elastisitas

turgor kulit baik,

membrane mukosa

lembab, tidak ada rasa

haus yang berlebihan.

Fluid manegemenent

Pertahankan intake dan output

yang akurat.

Monitor status dehidrasi

(kelembaban membrane

mukosa, nadi adekuat, tekanan

darah ortostatik) jika

diperlukan.

Monitor vital sign.

Monitor masukan

makanan/cairan dan hitung

intake kalori harian.

Monitor status nutrisi.

Dorong keluarga untuk

membantu pasien makan.

Kolaborasi pemberian cairan

IV

Dorong pasien untuk

menambah intake oral

Monitor status cairan termasuk

intake dan output cairan

Monitor tingkat Hb dan Ht

17

Page 21: Askep Kolelitiasis

pasien

Monitor BB

Monitor respon pasien

terhadap penambahan cairan

Pemberian cairan IV dan

monitor tanda dan gejala agar

tidak terjadi kelebihan volume

cairan.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

b.d mual, muntah,

anoreksia

Kriteria hasil :

1. Adanya peningkatan

berat badan sesuai dengan

tujuan.

2. Mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi.

3. Tidak ada tanda-tanda

mal-nutrisi.

4. Tidak ada penurunan

berat badan yang berarti

Nutrition Management

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang

mengandung serat tinggi untuk

mencegah konstipasi

Beri makanan yang terpilih

seperti tinggi serat dan tinggi

protein (sudah dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

Ajarkan pasien bagaimana

membuat atatan harian

Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Nutrition monitoring :

18

Page 22: Askep Kolelitiasis

BB pasien dalam batas normal

Monitor adanya penurunan

berat badan

Monitor tipe dan jumlah

aktifitas

Monitor interaksi anak atau

orang tua selama makan

Monitor lingkungan selama

makan

Jadwalkan pengobatan dan

tindakan tidak selama jam

makan

Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut

kusam dan mudah patah

Monitor mual muntah

Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, Ht

Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan

konjungtiva

Monitor kalori dan intake

nutrisi

Catat adanya edema,

hiperemik, hipertonik, papila

lidah dan cavitas oral

Gangguan Integritas KH : Anjurkan pasien untuk

19

Page 23: Askep Kolelitiasis

kulit b.d

peningkatan kadar

bilirubin

dalam darah akibat

peradangan

1. Integritas kulit yang

baik bisa dipertahankan

(sensasi, temperatur,

hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka/lesi

3. Perfusi jaringan baik

4. Mampu melindungi

kulit dan mempertahankan

kelembaban kulit dan

perawatan alami

menggunakan pakaian yang

longgar

Hindari kerutan pada tempat

tidur

Jaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering

Mobilisasi (ubah posisi pasien)

pasien setiap dua jam sekali

Oleskan lotion atau minyak /

baby oil pada daerah yang

tertekan

Monitor aktivas dan mobilisasi

pasie

Memandikan pasien dengan

sabun dan air hangat

BAB III

PENUTUP

20

Page 24: Askep Kolelitiasis

A. Kesimpulan

Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam

kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &

Suddarth, 2001).

Macam-Macam Kolelitiasis adalah :

1.      Kolelitiasis Kolesterol

2.      Kolelitiasis Pigmen

3.      Kolelitiasis Campuran

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat

berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

21