Askep Kelompok Emma Veo

download Askep Kelompok Emma Veo

of 103

description

lll

Transcript of Askep Kelompok Emma Veo

ASKEP BATU EMPEDU BAB ITINJAUAN KASUS

1.1 DefinisiBatu empedu berbentuk lingkaran, oval dan facet ditemukan pada saluran empedu.Batu empedu mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan elemen-elemen ini.1. Batu Empedu (choleliths) adalah badan kristal terbentuk dalam tubuh dengan pertambahan atau concretion komponen empedu yang normal atau abnormal.2. Batu Empedu (Kolelitiasis/koledokolitiasis) merupakan adanya batu di kandung empedu, ataupada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.

1.2 EtiologiBatu di dalam kandung empedu.Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:a) Infeksi kandung empedub) Usia yang bertambahc) Obesitasd) Wanitae) Kurang makan sayurf) Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;a) Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi.b) Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi .3. Batu saluran empeduSering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.

1.3 Tanda dan gejalaTanda dan Gejala yang mungkin terjadi pada penyakit Batu Empedu yaitu :1) Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.2) Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.3) Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut Clay-colored 4) Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.5) Regurgitasi gas: flatus dan sendawa6) Gejala akut dan gejala kronis yang terjadi pada penyakit Batu Empedu yaitu :GEJALA AKUT GEJALA KRONIS

TANDA :1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas 3. Kandung empedu membesar dan nyeri4. Ikterus ringanTANDA:1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atasGEJALA:1. Rasa nyeri (kolik empedu) yangMenetap2. Mual dan muntah 3. C)Febris (38,5 GEJALA:1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan2. Nausea dan muntah3. Intoleransi dengan makanan berlemak4. Flatulensi5. Eruktasi (bersendawa)

1.4 Fisiologi Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat dibawah lobus kanan hati.Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang kecil di dalam hati.Saluran empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus.Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus.Bagian terminal dari kedua saluran dan ampla dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter Oddi.

Gambar 1. Batu dalam kandung empeduFungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu yang dihasilkan hati. Empedu yang dihasilkan hati tidak langsung masuk ke duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan disimpan di kandung empedu. Pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik dalam kandung empedu sehingga cairan empedu dalam kandung empedu akan lebih pekat 10 kali lipat daripada cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu akan mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu adalah masuknya kimus asam dalam duodenum.Adanya lemak dalam makanan merupakan rangsangan terkuat untuk menimbulkan kontraksi.Hormone CCK juga memperantarai kontraksi.Dua penyakit saluran empedu yang paling sering frekuensinya adalah pembentukan batu (kolelitiasis) dan radang kronik penyertanya (kolesistitis).Dua keadaan ini biasa timbul sendiri-sendiri, atau timbul bersamaan.

1.5 Patofisiologi Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.Faktor predisposisi yang penting adalah :1) Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu2) Statis empedu3) Infeksi kandung empeduPerubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu .Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis.Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi.Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.

Perjalanan BatuBatu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.

Pathway

Ekskrasi kolesterol bilirubin

1.6 Manifestasi Klinik1) 90% batu empedu (kemungkinan) bersifat asimtomatik.2) Kolik bilier : nyeri kolik yang berat pada perut bagian atas yang menjalar ke sekitar batas iga kanan dengan atau tanpa muntah. Terdapat periodisitas waktu, seringkali muncul pada malam hari yang hilang spontan setelah beberapa jam. Diagnosis banding meliputi infak miokard, eksaserbasi ulkus peptikum, GERD.3) Kolesistitis kronis : diagnosis yang tidak pasti yang ditunjukkan oleh nyeri abdomen bagian atas yang samar-samar dan hilang timbul, kembung, flatulens, dan intoleransi makanan berlemak. Dapat mengindikasikan adanya episode ringan kolesistitis berulang. Diagnosis banding meliputi PUD (penyakit ulkus peptikum) dan GERD kronis.4) Kolesistitis obstruktif akut : nyeri hipokondrial kanan yang menetap, pireksia, mual dengan atau tanpa icterus. Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dengan tanda murphy positif. 5) Kolangitis : nyeri abdomen, demam tinggi/menggigil, icterus obstruktif (tias charcot), nyeri tekan hebat pada kuadran kanan atas.6) Icterus obstuktif : nyeri abdomen bagian atas, feses yang pucat/seperti tanah liat, urin berwarna gelap, gatal-gatal. Dapat berlanjut menjadi kolangitis jika CBD tetap tersumbat.7) Pankreatitis : nyeri pada pusat atau epigastrium, nyeri punggung, demam, takikardia, nyeri tekan epigastrium.

1.7 Pemeriksaan PenunjangTes laboratorium :1) Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu). 2) Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). 3) Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).4) Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).5) USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik).6) Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.7) PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas.8) Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.9) CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice.10) Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader.11) Kenaikan serum kolesterol12) Kenaikan fosfolipid13) Penurunan ester kolesterol14) Kenaikan protrombin serum time15) Penurunan urobilirubin1.8 PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada penyakit Batu Empedu yaitu :1. Penatalaksanaan pendukung dan dietKurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk.Manajemen terapi :1) Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein2) Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.3) Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign4) Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.5) Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).

2. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahana. Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (misal : monooktanoin atau metil tertier butil eter/MTBE) dengan melalui jalur : melalui selang atau kateter yang dipasang perkutan langsung kedalam kandung empedu; melalui selang atau drain yang dimasukkan melalui saluran T Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan; melalui endoskop ERCP; atau kateter bilier transnasal. b. Pengangkatan non bedah Beberapa metode non bedah digunakan untuk mengelurkan batu yang belum terangkat pada saat kolisistektomi atau yang terjepit dalam duktus koledokus. Prosedur pertama sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan lewat saluran T Tube atau lewat fistula yang terbentuk pada saat insersi T Tube; jaring digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus koledokus. Prosedur kedua adalah penggunaan endoskop ERCP. Setelah endoskop terpasang, alat pemotong dimasukkan lewat endoskop tersebut ke dalam ampula Vater dari duktus koledokus. Alat ini digunakan untuk memotong serabut-serabut mukosa atau papila dari spingter Oddi sehingga mulut spingter tersebut dapat diperlebar; pelebaran ini memungkinkan batu yang terjepit untuk bergerak dengan spontan kedalam duodenum. Alat lain yang dilengkapi dengan jaring atau balon kecil pada ujungnya dapat dimasukkan melalui endoskop untuk mengeluarkan batu empedu. Meskipun komplikasi setelah tindakan ini jarang terjadi, namun kondisi pasien harus diobservasi dengan ketat untuk mengamati kemungkinan terjadinya perdarahan, perforasi dan pankreatitis.c. ESWL (Extracorporeal Shock-Wave Lithotripsy) Prosedur noninvasiv ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang diarahkan pada batu empedu didalam kandung empedu atau duktus koledokus dengan maksud memecah batu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen.

3. Penatalaksanaan bedahPenanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedudilaksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif jika gejala yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisi psien mengharuskannya Tindakan operatif meliputi :a) Sfingerotomy endosokopikb) PTBD (perkutaneus transhepatik bilirian drainage)c) Pemasangan T Tube saluran empedu koledoskopd) Laparatomi kolesistektomi pemasangan T TubePenatalaksanaan pra operatif :a) Pemeriksaan sinar X pada kandung empedub) Foto thoraksc) Ektrokardiogramd) Pemeriksaan faal hatie) Vitamin k (diberikan bila kadar protrombin pasien rendah)f) Terapi komponen darahg) Penuhi kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa scara intravena bersama suplemen hidrolisat protein mungkin diperlikan untuk membentu kesembuhan luka dan mencegah kerusakan hati.

BAB IITINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian1. Aktivitas dan istirahat: Subyektif : kelemahanObyektif : kelelahan2. Sirkulasi :Obyektif : Takikardia, Diaphoresis3. Eliminasi : Subyektif : Perubahan pada warna urine dan feces Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat . 4. Makan / minum (cairan)Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit, Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas, Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi, Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn), Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.Obyektif :Kegemukan, Kehilangan berat badan (kurus).5. Nyeri/ Kenyamanan :Subyektif :Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu, Nyeri apigastrium setelah makan, Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.Obyektif :Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).6. Respirasi :Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.

7. Keamanan :Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ).8. Belajar mengajar :Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.

2.2 Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisis.2) Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan.3) Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri.4) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.

2.3 Rencana Keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi, iskemia jaringan / nekrisisTujuan : Nyeri terkontrol, teradaptasiKriteria hasil :a. Penurunan respon terhadap nyeri (ekspresi)b. Laporan nyeri terkontrolIntervensi :a. Observasi catat lokasi, tingkat dan karakter nyeri. Rasional :membantu mengidentifikasi nyeri dan memberi informasi tentang terjadinya perkembangannya.b. Catat respon terhadap obat nyeri. Rasional :nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi.c. Tingkatkan tirah baring (fowler) / posisi yang nyaman. Rasional :posisi fowler menurunkan tekanan-tekanan intra abdominal.d. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam). Rasional :meningkatkan istirahat dan koping.e. Ciptakan lingkungan yang nyaman (turunkan suhu ruangan). Rasional :mendukung mental psikologik dalam persepsi tentang nyerif. Kompres hangatRasional :dilatasi dingin empedu spasme menurung. Kolaborasi :Antibiotik, Analgetik, Sedatif, Relaksasi otot halus

2) Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan.Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuatKriteria hasil :a. Turgor kulit yang baikb. Membran mukosa lembabc. Pengisian kapiler baikd. Urine cukupe. TTV stabilf. Tidak ada muntahRencana intervensi :a. Pertahankan intakke dan output cairan. Rasional :mempertahankan volume sirkulasi.b. Awasi tanda rangsangan muntah. Rasional :muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida.c. Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/hr). Rasional :mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.d. Kolaborasi :Pemberian antiemetik, Pemberian cairan IV.3) Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan gangguan pencernaan lemak, mual muntah, dispepsia, nyeri.Tujuan : Menunjukkan kestabilan BBKrieteria hasil : BB stabil, laporan tidak mual muntahRencana intervensi :a. Kaji perkiraan kebutuhan kalori tubuh. Rasional :mengidentifikasi jumlah intake kalori yang diperlukan tiap hari.b. Timbang BB sesuai indikasi. Rasional :mengawali keseimbangan diet.c. Diskusi menu yang disukai dan ditoleransi. Rasional :meningkatkan toleransi intake makanan.d. Anjurkan gosok gigi sebelum atau sesudah makan. Rasional :menjaga kebersihan mulut agar tidak bau dan meningkatkan nafsu makan.e. Konsultasi pada ahli gizi untuk menetapkan diit yang tepat. Rasional :berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat.f. Anjurkan mengurangi makan na berlemak dan menghasilkan gas. Rasional :pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri.g. Berikan diit rendah lemak. Rasional :mencegah mual dan spasme.h. Kaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak. Rasional :menunjukkan ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas.i. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.Rasional :membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen.j. Kolaborasi :Nutrisi total, garam empedu. 4) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi.Tujuan : menyatakan pemahaman klienKriteria hasil : a. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam pengobatanRencana intervensi :a. Kaji informasi yang pernah didapat. Rasional :mengkaji tingkat pemahaman klien.b. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostik. Rasional :memungkinkan terjadinya partisipasi aktif.c. Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi.d. Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya.e. Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak. Rasional :mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu.f. Diskusikan program penurunan berat badan. Rasional :kegemukan adalah faktor resiko terjadinya colesistitis.g. Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping. Rasional :batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus (choledocholithiasis). Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. Etiologi :a. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi dan iskemia vesika bilaris. Sumbatan batu empedu pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguam aliran darah dan limfe, bakteri komensal kamudian berkembang biak.b. Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosac. Infeksi bakteri : Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim enzim pankreas.

Daftar Pustaka

Doengoes,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: ECG.Ganang.W.F.1995.Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC.Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.http://www.newsmedical.net/health/GallstonesWhatareGallstones%28Indonesian%29.aspxhttp://nswahyunc.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.htmlDiposkan oleh Debby Natalia di 20.26 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU) Laporan Pemdahuluan I. Pengertian : a. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu (Duktus Koledocus ). b. Batu Empedu(kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung empedu. c. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu. d. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu. II. Penyebab: Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Macam-macam batu yang terbentuk antara lain: 1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu. Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu: Infeksi kandung empedu Usia yang bertambah Obesitas Wanita Kurang makan sayur Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol 2. Batu pigmen empedu , ada dua macam; Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi 3. Batu saluran empedu Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu. III. Pathofisiologi : Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya. Faktor predisposisi yang penting adalah : Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu Statis empedu Infeksi kandung empedu Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu . Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu. IV. Perjalanan Batu Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut atau kronik. Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif. V. Gejala Klinis Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut. GEJALA AKUT GEJALA KRONIS TANDA : 1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme 2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas 3. Kandung empedu membesar dan nyeri 4. Ikterus ringan TANDA: 1. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu) yang Menetap 2. Mual dan muntah 3. Febris (38,5C) GEJALA: 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan 2. Nausea dan muntah 3. Intoleransi dengan makanan berlemak 4. Flatulensi 5. Eruktasi (bersendawa) VI. Pemeriksaan penunjang Tes laboratorium : 1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu). 2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl). 3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml). 4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt). 5. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik) 6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum. 7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya batu dan cairan pankreas. 8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar. 9. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi joundice. 10. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran pada gallblader. Daftar Pustaka : 1. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588. 2. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330. 3. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536. 4. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991. 5. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251. 6. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76. VII. Pengkajian 1. Aktivitas dan istirahat: subyektif : kelemahan Obyektif : kelelahan 2. Sirkulasi : Obyektif : Takikardia, Diaphoresis 3. Eliminasi : Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan atas, urine pekat . 4. Makan / minum (cairan) Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit. Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas. Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi. Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn). Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia. Obyektif : Kegemukan. Kehilangan berat badan (kurus). 5. Nyeri/ Kenyamanan : Subyektif : Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu. Nyeri apigastrium setelah makan. Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit. Obyektif : Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+). 6. Respirasi : Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman. 7. Keamanan : Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan ( defisiensi Vit K ). 8. Belajar mengajar : Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah. Prioritas Perawatan : a. Meningkatkan fungsi pernafasan. b. Mencegah komplikasi. c. Memberi informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan Tujuan Asuhan Perawatan : a. Ventilasi/oksigenasi yang adekwat. b. Mencegah/mengurangi komplikasi. c. Mengerti tentang proses penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan Diagnosa Perawatan: A. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/ kelelahan, ditandai dengan : Takipneu Perubahan pernafasan Penurunan vital kapasitas. Pernafasan tambahan Batuk terus menerus B. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan : Kehilangan cairan dari nasogastrik. Muntah. Pembatasan intake Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama. C. Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan Pemasanagan drainase T Tube. Perubahan metabolisme. Pengaruh bahan kimia (empedu) ditandai dengan : adanya gangguan kulit. D. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan : Menanyakan kembali tentang imformasi. Mis Interpretasi imformasi. Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi. ditandai : . pernyataan yang salah. . permintaan terhadap informasi. . Tidak mengikuti instruksi. Daftar Pustaka : 7. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588. 8. Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma, Edisi II.P: 329-330. 9. Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536. 10. D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991. 11. Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251. 12. Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne : 74 - 76. Asuhan keperawatan : I. Indentitas klien : Nama :Tuan IL , 38 tahun, laki-laki. Alamat : Status : Kawin. Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pedagang. Suber informasi : Klien dan istri. Tanggal masuk RS : Diagnosa Masuk : Kolangitis, Kolesistitis, Kolelitiasis. II. Status Kesehatan saat ini : Alasan kunjungan/ keluhan utama : 1 bulan sebelum masuk RS. Klien merasa nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar, nyeri bila menarik nafas, nyeri seperti ditusuk. Panas naik turun hingga menggigil, bila nyeri klien menjadi sesak. selama di rumah diberikan obat promag keluhan hilang tetapi hanya sementara. sehari sebelum masuk RS dirasa nyeri timbul lagi shg klien. III. Riwayat Kesehatan yang lalu : Pada usia 12 tahun klien pernah bengkak diseluruh tubuh dan tidak pernah berobat, sembuh sendiri. belum pernah operasi dan dirawat di RS, tak ada alergi terhadap makanan dan obat-obatan , Klien merokok 1/2 bungkus per hari dan minum kopi 2x sehari. Kien terbiasa minum obat sendiri bila sakit tak pernah berobat ke dokter atau ke puskesmas . Frehuensi makan 3x sehari , berat badan waktu masuk ke RS 50 kg. makanan yang disukai supermi, Tak ada makanan yang pantangan. sedangkan makanan yang tidak disukai adalah gorengan dan makanan yang mengandung santan. nafsu makan baik. Frekuensi bab 1 x sehari konsistensi padat, sedangkan kencing rata-rata 6 x sehari, tak ada keluhan dalam eliminasi. klien tidak terjadwal dalam memenuhi pola istirahat dan tidur, kadang-kadang sampai pk. 23.00 Kegiatan waktu luang membuat meja dan kursi. Klien hidup bersama seorang istri dan 4 orang anaknya, 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. IV. Riwayat lingkungan Kebersihan,lingkungan cukup, kondisi rumah luas, dengan enam kamar, tinggal dirumah dengan lingkungan yang ramai (padat bukan karena polusi atau kendaraan bermotor). V. Aspek PsikoSosial : Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak timbul sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi. Hubungan klien dan perawat baik, akomodatif, dengan bahasa indonesia yang cukup baik. Klien tidak mengeluh tentang biaya pengobatan/perawatan karena klien sudah menyiapkan sebelum masuk rumah sakit. Klien beragama Islam, sholat lima wakt, hanya kadang-kadang ia lakukan. Dirumah sakit klien tidak sholat karena menurutnya ia sakit. Pengkajian Fisik : 1. Aktivitas/istirahat: Klien merasakan lemah, mobilisasi duduk, merasa sakit pada lokasi drain bila posisi berubah dari berbaring ke duduk. Sore tidur 2 jam, malam tidur mulai jam 10.00. Kadang-kadang terganggu oleh keramaian pasien lain. 2. Sirkulasi : Sinus normokardia, suhu subfebris 37,5 c , Denyut nadi :90 kali permenit. 3. Eliminasi Klien bab 1 kali sehari, konsistensi lembek, warna kuning, jumlah urine 1500 cc/24 jam. 4. Makan/minum ( cairan ) Sering regurgitasi, keluar cairan kurang lebih 200 cc/24 jam Diet cair (DH I) dihabiskan , 1200 kalori dalam 900 cc /24 jam Minum air putih 1500 cc/24 jam Peristaltik normal (20 30 kali/menit) Selama tujuh hari intake scara parenteral , yaitu amilase dan RD tidak kembung Klien tampak kurus (BB: 47,7Kg) 5. Nyeri/Kenyamanan Tidak timbul rasa nyeri, hanya kadang-adang sakit, pada waktu perubahan posisi dari baring ke duduk. 6. Respirasi : Respirasi normal : 20 kali /menit Klien merasa nyaman bernafas bila duduk. 7. Keamanan : Suhu klien 37,5 C (subfebris) Sklera tampak icterik, kulit agak kering Tampak plebitis (kemerahan) pada bekas infus dilengan kiri dan kanan 8. Klien telah dilakukan operasi Cholecistektomi tanggal 30 April 1998. Sekarang ia mengalami perawatan hari ke delapan . Terpasang drainase T. Tube, produksi cairan hijau pekat 500cc/24 jam Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 April 1998 : H B . 10,7 (13-16) Hematokrit : 31 ( 40 - 48 ) Leukosit : 154.00 ( 50,00 - 100,00) Trombosit : 328,00 ( 200.00 - 500.00) Bilirubin Direck : 6,1 ( Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

15 Makanan Sehat Untuk Penderita Batu EmpeduAdvertisement Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit batu empedu? Empedu adalah organ yang berada di bagian bawah hati. Empedu berfungsi untuk membantu proses pencernaan dalam usus kecil. Batu empedu adalah penyakit yang disebabkan karena banyaknya kandungan kolesterol dalam empedu. Kantung empedu juga berfungsi untuk menyimpan berbagai zat yang dihasilkan oleh hati seperti kolesterol, garam empedu dan bilirubin.Penyebab Batu EmpeduPada dasarnya penyebab batu empedu ada dua macam yaitu:1. Batu empedu yang disebabkan karena kolesterol. Batu ini terbentuk karena penumpukan kolesterol pada empedu sehingga menyebabkan batu empedu. Ciri batu empedu yang berasal dari kolesterol adalah memiliki warna kuning kehijauan. Kasus batu empedu yang berasal dari kolesterol menjadi kasus yang sangat umum.2. Batu empedu yang disebabkan karena penumpukan zat bilirubin dalam kantung empedu. Bilirubin adalah zat yang berperan untuk membantu menghancurkan sel- sel darah merah. Jika hati mengalami kerusakan atau gangguan biasanya produksi bilirubin akan berlebih sehingga bisa menjadi batu empedu. Ciri dari batu empedu yang berasal dari bilirubin adalah memiliki warna yang lebih gelap dan berbentuk butiran kecil-kecil.Penderita batu empedu harus melakukan kontrol yang sangat teliti terhadap makanan. Tidak semua jenis makanan bisa dikonsumsi oleh penderita batu empedu. Berikut ini adalah beberapa daftar makanan sehatuntuk penderita batu empedu.Makanan Sehat Untuk Batu Empedu

1. Minyak ZaitunMinyak zaitun memiliki kandungan zat anti oksidan yang sangat tinggi. selain itu minyak zaitun memiliki zat asam yang bisa mencegah pembentukan batu empedu. Bahkan konsumsi minyak zaitun secara rutin juga bisa mengurangi resiko pembentukan batu empedu. Fakta ini telah diteliti oleh Dr Penny Stanway yang ditulis dalam bukunya yang berjudul Miracle of Olive Oil.2. Daging Merah tanpa LemakDaging merah tanpa lemak hanya boleh dikonsumsi dalam porsi yang sangat sedikit. Penderita batu empedu sama sekali tidak boleh mengkonsumsi banyak lemak karena bisa meningkatkan potensi batu empedu yang lebih parah. Jika lemak masuk ke dalam tubuh maka kantung empedu bisa menyebabkan beberapa reaksi seperti diare, mual, sembelit, sakit perut dan mulas. Hal ini disebabkan karena empedu sama sekali tidak merespon kadar lemak yang masuk ke tubuh.3. Beras MerahBeras merah bisa menjadi menu pengganti beras putih. Beras merah tidak meningkatkan potensi lemak dalam tubuh. Bahkan kandungan zat mangan dalam beras merah bisa bermanfaat untuk menetralisir lemak yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu beras merah banyak mengandung zat anti oksidan yang bisa bermanfaat untuk mengurangi kolesterol jahat dalam tubuh. Meskipun beras merah diijinkan untuk dikonsumsi, namun hanya dalam batas tertentu saja. Beras merah selain untuk batu empedu juga terkenal sebagai makanan untuk diet cepat yang dapat menurunkan berat badan secara drastis.4. BrokoliBrokoli adalah jenis sayur yang memiliki kalori rendah dan banyak mengandung serat. Selain itu brokoli juga banyak mengandung vitamin A dan vitamin C. Brokoli tidak mengandung lemak sama sekali dan bahan kandungan lain yang ditemukan adalah karbohidrat, protein, dan kalsium. Brokoli bisa dikonsumsi dalam jumlah yang terbatas karena jika berlebihan dapat menyebabkan produksi gas yang menyebabkan sakit perut. Untuk itu brokoli adalah makanan untuk penderita asam lambung yang harus dihindari.5. TunaIkan tuna bisa menjadi sumber protein tinggi untuk penderita batu empedu. Konsumsi tuna yang masuk dalam batas toleransi adalah sekitar 3 ons per hari. Kandungan ikan tuna yang baik untuk kesehatan empedu adalah omega 3 yang bisa bermanfaat untuk mengatur kadar kolesterol buruk pada tubuh. Pada umumnya semua penderita batu empedu bisa mengkonsumsi ikan tuna, tapi jika menyebabkan sakit perut sebaiknya dihindari.6. SalmonSalmon menjadi salah satu jenis ikan yang bisa dikonsumsi oleh penderita batu empedu. Ikan salmon mengandung omega 3 dan lemak hingga 11 gram. Konsumsi ikan salmon harus dibatasi pada penderita batu empedu karena bisa menyebabkan kenaikan kadar kolesterol. Tapi jika tidak menyebabkan rasa sakit atau gangguan lain maka boleh dikonsumsi secara rutin.7. YogurtYogurt adalah makanan yang bisa menjadi sumber kalori untuk tubuh. Yogurt memiliki beberapa kandungan yang sangat baik untuk penderita batu empedu seperti protein, serat, anti oksidan dan lemak tak jenuh. Yogurt mengandung lemak tak jenuh yang sangat baik untuk penderita batu empedu. Bahkan konsumsi yogurt secara rutin dapat mencegah komplikasi batu empedu.8. LobakLobak adalah salah satu sumber makanan yang bisa menjadi obat bagi penderita batu empedu. Jenis lobak yang sangat baik untuk penyakit batu empedu adalah lobak hitam. Lobak terbukti bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah, meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar lipid dalam darah. Konsumsi harian lobak hitam juga dapat membantu meringankan sakit batu empedu. Penelitian ini telah dimuat dalam Jurnal Biomedik dan Bioteknologi yang keluar pada tahun 2012.9. BayamBayam menjadi sayuran hijau yang bisa dikonsumsi dalam batas tertentu oleh penderita batu empedu. Bayam banyak mengandung senyawa oksalat yang bisa meningkatkan potensi masalah batu ginjal. Jadi, meskipun bayam aman untuk dikonsumsi namun harus dalam batas tertentu. Potensi bayam hanya menyebabkan masalah pada batu ginjal dan bukan pada masalah batu empedu. Tapi biasanya banyak penderita batu empedu yang juga memiliki komplikasi batu ginjal. Jadi, bayam aman untuk penderita batu empedu, tapi batasi jumlah konsumsi harian. Bayam juga dapat dijadikan makanan penambah darah super cepat yang dapat membantu penderita penyakit anemia.10. MentimunMentimun memiliki banyak kandungan air yang bermanfaat untuk membersihkan racun pada hati. Selain itu mentimun juga banyak mengandung vitamin B, lariciresinol, secoisolariciresinol dan pinoresinol. Anda bisa mengkonsumsi mentimun menjadi jus. Bahkan campuran jus mentimun, wortel dan jeruk sangat disarankan untuk penderita batu empedu.11. LemonLemon memiliki kandungan asam sitrat dan vitamin C yang sangat baik untuk penderita batu empedu. Kandungan asam sitrat dan vitamin C bisa membantu melarukan kalsifikasi dalam tubuh, sehingga lemon bisa digunakan untuk melarutkan batu empedu. Konsumsi lemon dapat dilakukan bersamaan dengan minyak zaitun. Lemon juga banyak mengandung anti oksidan yang bisa mencegah peradangan dan infeksi pada organ tubuh.12. TomatTomat adalah buah yang banyak mengandung vitamin dan mineral. Berbagai nutrisi yang ditemukan dalam buah tomat antara lain adalah vitamin A, vitamin C, vitamin K, vitamin B6, folat dan tiamin. Bahkan buah tomat juga mengandung sumber kalsium seperti potassium, mangan, magnesium, tembaga dan fosfor. Senyawa licopene dalam tomat juga berperan penting untuk mengendalikan kesehatan organ vital tubuh seperti empedu. Konsumsi tomat secara rutin akan mengurangi resiko batu empedu dan meringankan sakit batu empedu.13. SemangkaSemangka memiliki kandungan air mencapai lebih dari 90 persein. Selain itu semangka juga mengandung vitamin A, vitamin B6 dan vitamin C. bahkan semangka juga memiliki kandungan licopene, asam amino dan anti oksidan. Selain itu semangka tidak memiliki kandungan lemak. Senyawa licopene dalam semangka mampu mengatasi dan mencegah peradangan dan anti oksidan yang bisa mengatasi masalah radikal bebas. Kandungan air dalam semangka juga bisa mengatasi masalah dehidrasi sehingga bisa membantu penderita batu empedu.14. SeledriSeledri adalah sayuran yang banyak mengandung kalsium, tembaga, magnesium, natrium, seng, zat besi, dan kalium. Selain itu seledri juga memiliki kandungan asam lemak dan semua vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Beberapa zat lain yang ditemukan dalam seledri adalah senyawa tiamin, asam folat, serat dan riboflavin. Semua jenis nutrisi dalam seledri bisa merangsang kekebalan tubuh dengan meningkatkan potensi senyawa anti oksidan dalam tubuh. Seledri bisa membantu sistem kebugaran tubuh bagi penderita batu empedu.15. Ubi JalarUbi jalar mengandung banyak vitamin A, vitamin B5, B6, dan beberapa senyawa lain seperti niasin, riboflavin, tiamin dan karotenoid. Bahkan ubi jalar sama sekali tidak memiliki kandungan lemak dan rendah sodium. Serat dalam ubi jalar juga sangat baik untuk membantu proses pencernaan. Ubi jalar bisa dikonsumsi oleh penderita batu empedu dengan cara direbus atau dikukus.Jenis Makanan yang Harus di Hindari Penderita Batu EmpeduMengatur makanan untuk penderita empedu memang hal yang cukup rumit. Berikut ini adalah panduan untuk makanan yang tidak boleh dikonsumsi. Semua jenis makanan yang dikemas seperti kue, makanan ringan , makanan cepat saji dan minuman kemasan. Semau jenis makanan yang banyak mengandung lemak dan memiliki kadar gula tinggi. Semua jenis makanan yang banyak mengandung sodium. Makanan yang diolah dengan cara digoreng dan makanan yang banyak mengandung kolesterol buruk. Makanan tinggi protein yang berasal dari hewan seperti susu tinggi lemak dan keju.Selain dari jenis makanan sehat untuk penderita batu empedu, gaya hidup sehatdengan konsumsi makanan kaya serat juga dapat membantu batu empedu hilang dan mencegahnya datang kembali.

ASKEP BATU EMPEDU

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu yang mengenai ASUHAN KEPERAWATAN BATU EMPEDUDalam menyelesaikan Makalah ini tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada dosen - dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan Makalah ini.Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, dan untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih.

Padang, November 2013

Penulis

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGInsiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 % pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru USG, maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone).B. TUJUAN Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud dengan asuhan keperawatan kolelitiasis. Tujuan Khusus Untuk mengetahui dan memahami defenisi, etiologi, anatomi fisiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi dan asuhan keperawatan batu empedu Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.

BAB IITINJAUAN TEORI1. DEFENISIKolelitiasis (Batu Empedu) merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu seperti kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan fosfolipid. (Price, 2005, hlm 502).Kolelitiasis adalah batu yang terdapat di saluran empedu utama atau di duktus koledokus (koledokolitiasis), di saluran sistikus (sistikokolitiasis) jarang sekali di temukan dan biasanya bersamaan dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal atau hepatolitiasis. (Hadi Sujono, 2002 hlm 778).Batu empedu pada umumnya di temukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan di sebut sebagai batu saluran empedu sekunder. (Sudoyo, dkk., 2006, hlm 479 ).Kolelitiasis merupakan batu saluran empedu, kebanyakan terbentuk di dalam kandung empedu itu sendiri. Unsur pokok utamanya adalah kolesterol dan pigmen, dan sering mengandung campuran komponen empedu. Manifestasi batu empedu timbul bila batu bermigrasi dan menyumbat duktus koledukus. (Ester, 2001, hlm 211).Batu empedu adalah batu yang berbentuk lingkaran dan oval yang di temukan pada saluran empedu. Batu empedu ini mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan dari elemen-elemen tersebut. (Grace, Pierce. dkk, 2006, hlm 121).2. ETIOLOGIMenurut Mansjoer (2006) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Kolelitiasis yaitu: diantara jenis kelamin, umur, berat badan, makanan, faktor genetik, aktifitas fisik dan infeksi. Berikut ini akan dijelaskan tentang faktor-faktor penyebab Kolelitiasis, antara lain:

Jenis KelaminWanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan pria, ini dikarenakan oleh hormon Estrogen berpengaruh terhadap peningkatan ekskresi kolestrol oleh kandung empedu, penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (Estrogen) dapat meningkatkan kolestrol dalam kandung empedu dan penurunan aktifitas pengosongan kandung empedu. UmurResiko untuk terkena Kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang usia lebih muda. Berat BadanOrang dengan berat badan tinggi mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi Kolelitiasis, ini dikarenakan dengan tingginya Body Mass Index (BMI) maka kadar kolestrol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi atau pengosongan kandung empedu MakananIntake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu Faktor Genetik Orang dengan riwayat keluarga Kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga Aktifitas FisikKekurangan aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya Kolelitiasis, ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi

InfeksiBakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu, mucus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasiMenurut Mansjoer Arif (2001, hlm. 510) Beberapa faktor resiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita, infeksi (kolesistitis), kegemukan, paritas, serta faktor genetik. Terjadinya batu kolesterol adalah akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya di atas nilai kritis kelarutan kolesterol dalam empedu.Menurut Price, (2005, hlm. 502) Penyebab batu empedu masih belum di ketahui sepenuhnya, akan tetapi tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu. Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan terjadinya statis. Faktor hormonal (terutama selama kehamilan) dapat di kaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini.Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu, di bandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu3. ANATOMI FISIOLOGI1) Anatomi EmpeduKandung empedu adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan visceral hepar. Kantung empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.2) Fisiologi EmpeduKandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml. Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris.Saluran ini kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.4. MANIFESTASI KLINIK1. Rasa nyeri dan kolik bilierJika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.2. IkterusObstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: gatah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.3. Perubahan warna urine dan feses.Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut Clay-colored .4. Defisiensi vitaminObstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.(Smeltzer, 2002)5. Regurgitasi gas: flatus dan sendawaKolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain: Jenis kelamin Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.

UsiaResiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. Berat Badan (BMI) Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu. Makanan Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu. Riwayat KeluargaOrang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingn dengan tanpa riwayat keluarga. Aktifitas FisikKurangnya aktifitas fisik berhungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi. Penyakit Usus HalusPenyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik. Nutrisi Intravena Jangka Lama Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.5. PATOFISIOLOGIBatu pigmenBatu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.Mekanisme batu pigmenPigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empeduAkibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferasePresipitasi / pengendapanBerbentuk batu empeduBatu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi Batu kolesterolKolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).

6. PENATALAKSANAANa) Non Bedah, yaitu : Therapi Konservatif- Pendukung diit : Cairan rendah lemak- Cairan Infus : menjaga kestabilan asupan cairan- Analgetik : meringankan rasa nyeri yang timbul akibat gejalapenyakit- Antibiotik : mencegah adanya infeksi pada saluran kemih- Istirahat Farmako TherapiPemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan perlu dilanjutkan. Penatalaksanaan Pendukung dan DietSuplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk kedalam susu skim. Makanan berikut ini ditambahkan jika pasien dapat menerimanya: buah yang dimasak, nasi atau ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi atau teh. Makanan seperti telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bumbu-bumbu yang berlemak, sayuran yang membentuk gasserta alkohol harus dihindari. Penatalaksanaan diet merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang hanya mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan mengeluarkan gejala gastrointestinal ringan. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)Prosedur nononvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang (repeated shock wafes) yang diarahkan kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau doktus koledokus dengan maksud untuk mencegah batu tersebut menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik, yaitu piezoelelektrik, atau oleh muatan elektromagnetik. Energy ini di salurkan ke dalam tubuh lewat redaman air atau kantong yang berisi cairan. Gelombang kejut yang dikonvergensikan tersebut diarahkan kepada batu empedu yang akan dipecah.Setelah batu dipecah secara bertahap, pecahannya akan bergeraj spontan dikandung empedu atau doktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu yang diberikan peroral. Litotripsi Intrakorporeal.Pada litotripsi intrakorporeal, batu yang ada dalam kandung empedu atau doktus koledokus dapat dipecah dengan menggunakan grlombang ultrasound, laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoskop, dan diarahkan langsung pada batu. Kemudian fragmen batu atau derbis dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi. Prosedur tersebut dapat diikuti dengan pengangkatan kandung empedu melalui luka insisi atau laparoskopi. Jika kandung empedu tidak di angkat, sebuah drain dapat dipasang selama 7 hari.b) Pembedahan1. CholesistektomyMerupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau pada cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif .Tujuan perawatan pre operasi pada bedah cholesistectomy :- Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi.- Meningkatkan kesehatan klien baik fisik maupun psikologis- Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal-halyang akan dilakukan pada post operasi. Tindakan Keperawatan Pada Cholecystotomy- Posisi semi Fowler- Menjelaskan tujuan penggunaan tube atau drain dan lamanya- Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri2. KolesistektomiDalam prosedur ini kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi. Kolesistektomi dilakukan pada sebagian besar kasus kolesistis akut dan kronis. Sebuah drain (Penrose) ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa absorben.3. MinikolesistektomiMerupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4cm. kolesistektomi Laparoskopik (atau endoskopik), dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilicus. Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen ditiup dengan gas karbon dioksida (pneumoperitoneum) umtuk membantu pemasangan endoskop dan menolong dokter bedah melihat struktur abdomen. Sebuah endoskop serat optic dipasang melalui luka insisi umbilicus yang kecil. Beberapa luka tusukan atau insisi kecil tambahan dibuat pada dinding abdomen untuk memasukkan instrumen bedah lainnya ke dalam bidang operasi.4. KoledokostomiDalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Keteter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas. Kandung empedu biasanya juga mengandung batu, dan umumnya koledokostomi dilakukan bersama-sama kolesistektomi.7. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis: a. Asimtomatik.b. Obstruksi duktus sistikus.c. Kolik bilier.d.Kolesistitis akut.a) Empiem.b) Perikolesistitis.c) Perforasi.e.Kolesistitis kronis.a) Hidrop kandung empedu.b) Empiema kandung empedu.c) Fistel kolesistoenterik.d) Ileus batu empedu (gallstone ileus).

BAB IIIASKEP TEORITISA. PENGKAJIAN1. Identitas KlienMeliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.2. Identitas Penanggung JawabIdentitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.3. Keluhan UtamaMerupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.4. Riwayat Kesehatana. Riwayat Kesehatan SekarangMerupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.b. Riwayat Kesehatan DahuluKaji apakah klien pernah dirawat atau diobati sebelumnya dengan penyakit yang sama.

c. Riwayat Kesehatan KeluargaKaji pola makan kebiasaan keluarga yang kurang baik seperti menyimpan dan menyiapkan makanan, pola diet, pola sanitasi yang kurang (cuci tangan) dan pola memasak makanan.5. Pemeriksaan Fisika) Aktifitas/IstirahatGejala : KelemahanTanda : Gelisahb) SirkulasiTanda : Takikardia, berkeringatc) EliminasiGejala : Perubahan warna urine dan fesesTanda : Distensi abdomen.d) Makanan / CairanGejala : Anoreksia,mual.Tanda : adanya penurunan berat badan.e) Nyeri/KenyamananGejala :Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan. Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.Tanda :Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas ditekan; tanda murphy positif.f) KeamananTanda :Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).g) Penyuluhan/PembelejaranGejala : Kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu.Adanya kehamilan/melahirkan; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: 3,4 hari.Rencana pemulangan:Memerlukan dukungan dalam perubahan diet/penurunan berat badan.6. Pemeriksaan Diagnostik Ultrasonografi digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis kolelitiasis dan membedakan antara obstruktif dan non obstruktif ikterus (Ignatavicius, 1991). Pemeriksaan diagnostik tambahan menurut LeMone, 2000, yaitu: Darah lengkap :Menunjukkan WBC (sel darah putih) tinggi akibat infeksi dan peradangan Kadar bilirubin serum diukur untuk memastikan obstruksi adanya dalam sistem saluran empedu X-ray perut, yang disebut plat datar, dilakukan untuk batu yang divisualisasikan ke layar monitor. Kolesistogram oral dilakukan dalam situasi darurat. Gallbladder nonacute scan, juga disebut HIDA scan, dilakukan melalui teknik kedokteran nuklir untuk menilai kolesistitis akut

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1)Nyeri akut b.d agen injuri fisik (obstruksi,proses pembedahan).2)Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk ingesti dan absorpsi.3) Resiko defisit volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan (mual,muntah,drainase selan yang berlebihan)C. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx 1 :Nyeri akut b.d agen injuri fisik (obstruksi,proses pembedahan).Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurangKriteria hasil : Melaporkan nyeri berkurangMenunjukkan keterampilan relaksasi mempertahankan ekspresi yang rileks.Intervensi : 1.Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).Rasional:Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi 2. Dorong menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan napas dalam.Rasional:Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapatmeningkatkan koping.3.Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.Rasional:Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen. DX II :Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk ingesti dan absorpsiINTERVENSI1.Pertahankan masukan dan haluaran akurat,perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine.Kaji membrane mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.Rasional :Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian 2.Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.Rasional:Muntah berkepanjangn, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium dan klorida. DX III :Resiko defisit volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan (mual,muntah,drainase selan yang berlebihan)

INTERVENSI1.Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati,menolak bergerak.Rasional:Tanda non-verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas.2.Perkirakan/hitung pemasukan kalori juga komentar tentang napsu makan sampai minimal.Rasional :Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi. Berfokus pada masalah membuat suasana negative dan mempengaruhi masukan.3.Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau. Rasional :Untuk meningkatkan napsu makan/menurunkan mual D. IMPLEMENTASI KEPERAWATANImplementasi adalah fase ketika perawat melakukan proses asuhan keperawatan yang sesuai dengan tujuan yang spesifik.E. EVALUASI KEPERAWATANEvaluasi adalah fase akhir proses keperawatan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakanO : Respon Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakanA : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanBatu Empedu(kolelitiasis)adalahadanya batu yang terdapat pada kandung empedu.Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu yang disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam empedu, pigmen empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada kandung empedu ( Barbara C. Long, 1996 )Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli,batu empedu) biasanya terbentuk dalam kantung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memilki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari 3 orang akan memiliki batu empedu (Brunner, 2003).B. SaranPeran perawat dalam penanganankolelitiasismencegah terjadinya kolelitiasisadalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klienkolelitiasisharus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadiankolelitiasis.

Minggu, 16 Desember 2012ASKEP KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)

TINJAUAN TEORI

A. PengertianKolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu ( Marlyn E Doengoes, 2000).

Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein (Sylvia A Price,1998).

Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus koledukus) yang disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut ( Susan Martin Tucker, 1998 ).

Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dan dapat langsung diteruskan dengan pembedahan eksplorasi ( Theodore R. Schorock, MC, 1995)

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kolelitiasis adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut.

B. Patofisiologi

Jenis jenis batu empedu :

1. Batu colesterol : pembentukan batu ini dipengaruhi oleh factor makanan2. Batu pigmen hitam : terbentuk karena gangguan keseimbangan metabolik pada anemia hemolitik ataupun sirosis hepatis3. Batu kalsium : berbentuk kecil-kecil, tidak teratur, berjumlah banyak, berwarna kecoklatan, kemerahan atau hitam.

C. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medisa. Penatalaksanaan operatif1) Kolesistektomi : Bandung empedu dibuka, batu dan cairan empedu dikeluarkan. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu.2) Koledosistotomi : insisi pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batub. Penatalaksanaan instrumentatif1) ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Litotripsi) : memecah batu dengan gelombang kejut2) ERCP (Ekstra Corporeal Reseksi Colangio Prosedur) : memotong serabut mukosa spikter addi sehingga spinkter terbuka. c. Penatalaksanaan konservatif1) Dengan pengobatan simtomatik : antibiotic, anti emetic, vit K2) Diet rendah lemak3) Pemberian obat Urodoksikolat (pelarut batu )2. Penatalaksanaan keperawatana. Meredakan nyerib. Memperbaiki status nutrisic. Pengaruran diet TKTP, rendah lemakd. Support Mental pada pre operasi

D. Asuhan Keperawatan 1. Data Dasar Pengkajiana. aktivitas dan istirahat ( gelisah, kelemahan )b. sirkulasi : takikardi, berkeringatc. eliminasi : perubahan warna urine/feses, teraba masa pada kwadran atas abdomend. makanan dan cairan : anoreksia, mual, muntahe. nyeri/ kenyamanan : kolik adomen menyebar ke punggung dan bahu kanan, distensi abdomen dan nyeri tekan pada kwadran abdomen atasf. pernapasan : peningkatan frekuensi pernapasan, napas pendek dan dangkalg. keamanan : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatalh. penyuluhan / pembelajaran : kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu, adanya kehamilan / melahirkan : riwayat DM, penyakit inflamasi usus

Pemeriksaan Diagnostika. Darah lengkap : lekositosis sedangb. Bilirubin dan amilase : meningkatc. Enzim hati serum-AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH;agak meningkat, ditandai obstruksi bilierd. Kadar protrombin : menurun bila obstrksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorsi vitamin Ke. Ultrasond : menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan / duktus empeduf. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenumg. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran denganfluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik ada)h. Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronik ) : menyatakan batu pada sistem empedu. Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat lewat muluti. Skan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksij. Skan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilierk. Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedul. Foto dada : menunjukkan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri

2. Diagnosa keperawatan1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, spasme, proses iflamasi, iskemik jaringan, infeksi2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat akibat muntah3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat akibat mual, muntah, dispepsia4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi

3. Perencanaan Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, spasme, proses iflamasi, iskemik jaringan, infeksiTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurangKriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan keterampilan relaksasi, mempertahankan ekspresi yang rileks.Intervensi : observasi dan catat lokasi, beratnya dan karakter nyeri; tingkatkan tirah baring; beri posisi yang nyaman, dorong menggunakan teknik relaksasi; kontrol suhu lingkungan, berikan obat analgetik sesuai program.

Dx 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat akibat muntahTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan terpenuhiKriteria Hasil : klien mengatakan sudah tidak muntah lagi, membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, dan pengisian kapiler baik.Intervensi : pertahankan masukan dan haluaran akurat, awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya muntah, hindarkan dari lingkungan yang berbau, lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, sarankan untuk minum banyak kurang lebih 8 gelas/hari, dan berikan obat antiemetik sesuai program.

Dx 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat akibat mual, muntah, dispepsiaTujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan nutrisi klien terpenuhiKriteria hasil : mual muntah hilang, menunjukkan kemajuan pencapaian BB atau mempertahankan BB klien.Intervensi : kaji distensi abdomen, pantau bising usus, timbang BB,berikan suasana menyenangkan pada saat makan, sajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan kedaan hangat, hitung pemasukan kalori, kolaborasi untuk konsul dengan ahli diet.

Dx 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasiTujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambahKriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, mengngkapkan pengertian tentang kebutuhan perencanaan diet potensial dan peningkatan distres kandung empeduIntervensi : beri penjelasan, kaji ulang proses penyakit, kaji ulang program obat, diskusikan pentingya program penurunan berat badan bila diindikasikan, anjurkan klien untuk menghindari makanan tinggi lemak.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGCCarpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGCDr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGCMarilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGCNealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta: EGCPrice A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGCSoeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUISudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER RSPAD Gatot soebrotoTucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC Keperawatankitas blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010Diposkan oleh Bayu Darma Bestari di 23.57 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: ASKEP, KMB 1 komentar:

ASKEP KOLELITIASIS

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner & Suddarth, 2001).Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson, 2005).

B. ETIOLOGI

Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.Kondisi klinis yang dikaitkan dengan semakin meningkatnya insiden batu empedu adalah diabetes, sirosis hati, pangkreatitis, kanker kandung empedu dan penyakit/reseksi ileum. faktor lainnya adalah obesitas, multipararitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan dan ingesti segera makanan yang mengandung kalori rendah/lemak rendah (puasa).

C. KLASIFIKASI

Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :1. Tipe kolesterol.2. Tipe pigmen empedu.3. Tipe campuran.

Batu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu.Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin.

D. PATOFISIOLOGI

Kolelitiasis (Batu empedu) Tersusun dari pigmen Tersusun dari kolesterolProses hemolitik/ Batu pigmen Batu Kolesterol Akibat gangguanInvestasi E. Coli hati

Megnubah bilirubin akibat pigmen yang tak sintesis as. empedu ekskresi kolesterol diglukosonida terkonjugasi mengadakan & pe sintesis meningkat pengendapan dalam hati Bilirubin bebas Batu Supersaturasi getah empedu oleh empeduKristal kalsium Terutama pada ps. MengendapBilirubin sirosis hepatis, hemolisis & infeksi Batupercabangan bilier

Predisposisi batu empedu

Sebagai iritan

Peradangan dalam kandung empedu

E. MANIFESTASI KLINIS

Batu empedu dapat mengalami 2 jenis gejala :1. Gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri.2. Gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu.

Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis

1. Rasa Nyeri dan Kolik Bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi & akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung/bahu kanan ; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah.

2. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning.

3. Perubahan Warna Urin & Feses Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat (clay-colored).

4. Defisiensi Vitamin Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E & K yang larut dalam lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.

F. DIAGNOSIS

Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan radiologi (ultrasonografi & tomografi computer).

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang penting adalah terjadinya kolesistitis akut & kronik, koledokolitrasis & pankreatitis, yang lebih jarang ialah kolangitis, abses hati, sirosis bilier & ikterus obstruktif.

H. PENATALAKSANAAN

1. Konservatifa. Diet rendah lemak.b. Obat-obatan antikolinergik-antispasmodik.c. Analgesik.d. Antibiotik, bila disertai kolesistitis.e. Asam empedu (as. kenodeoksikolat) 6,75-4,5 gr/hr, diberikan dalam waktu lama, dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadamg- kadang diare.

2. Kolesistektomi Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal, namun seperti biasa. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/Istirahat Gejala : kelemahan. Tanda : geilsah.

2. Sirkulasi Gejala/Tanda : takikardia, berkeringat.

3. Eliminasi Gejala : perubahan warna urine & feses. Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea. 4. Makanan/Cairan Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak & makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia. Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.

5. Nyeri/Kenyamanan Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba-tiba & biasanya memuncak dalam 30 menit. Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, tanda Murphy positif.

6. Pernapasan Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.

7. Keamanan Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal (pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K).

8. Penyuluhan dan Pembelajaran Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu, adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.

9. Pemeriksaan Diagnostik- Darah lengkap : Leukositis sedang (akut).- Billirubin & amilase serum : meningkat.- Enzim hati serum-AST (SGOT) : ALT (SGOT), LDH : agak meningkat, alkalin fosfat & S-nukleotidase, ditandai pe obstruksi bilier.- Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorpsi vit. K.- Ultrasound : menyatakan kalkuli & distensi empedu/duktus empedu.- Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum.- Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran dengan fluoroskopi antara penyakit kandung empedu & kanker pangkreas.- CT-Scan : dapat menyatakan kista kandung empedu.- Scan hati : menunjukkan obstruksi percabangan bilier.

10. Prioritas Keperawatan1. Menghilangkan nyeri & meningkatkan istirahat.2. Mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit.3. Mencegah komplikasi.4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis.

11. Tujuan Pemulangan1. Nyeri hilang.2. Homeostasis meningkat.3. Komplikasi dicegah/minimal.4. Proses penyakit, prognosis & program pengobatan dipahami.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.Hasil yang diharapkan : - Melaporkan nyeri hilang.- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :- Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik).Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.

- Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut.

- Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah.

- Control suhu lingkungan.Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan ketidaknyamanan kulit.

- Dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh : bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang.Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping.

- Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan pasien sering.Rasional : membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan kembali perhatian yang dapat menghilangkan nyeri.

- Berikan obat sesuai indikasi.Rasional : menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan membantu dalam manajemen nyeri.2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster.Hasil yang diharapkan : - Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil.- Membrane mukosa lembab.- Turgor kulit baik.- Pengisian kapiler baik.- Secara individu mengeluarkan urin cukup dan tak ada muntah.

Intervensi :- Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urin, nadi perifer, dan pengisian kapiler.Rasional : memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.

- Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif, atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium, dan klorida.

- Hindarkan dari lingkungan yang berbau.Rasional : menurunkan rangsangan pada pusat muntah.

- Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut ; berikan minyak.Rasional : menurunkan kekeringan membrane mukosa, menurunkan risiko perdarahan oral.

- Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas suntikan lebih lama dari biasanya.Rasional : menurunkan trauma, risiko perdarahan/pembentukan hematom.

- Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus-menerus pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, ptekie, hematemesis/melena.Rasional : protombin darah menurun dan