ASKEP intervensi krisis

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intervensi krisis merupakan suatu intervensi ringkas yang terfokus pada upaya memobilisir kekuatan-kekuatan dan sumber- sumber klien untuk mengatasi suatu situasi krisis dan memperbaiki tingkat penanggulangan, kepercayaan dan pemecahan masalah. Menurut Eaton dan Roberts (2009, halaman 207), suatu krisis dapat ditimbulkan oleh setiap peristiwa yang sangat menekan atau traumatik, seperti yang dirasakan oleh klien, dimana individu tidak memiliki kekuatan-kekuatan ego atau mengatasi kemampuan-kemampuan untuk secara efektif menghadapi masalah yang ada sekarang ini. Intervensi krisis didasarkan atas teori krisis yang berbunyi bahwa individu-individu memiliki mekanisme-mekanisme penanggulangan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang menekan, namun dalam beberapa situasi, peristiwa-peristiwa tersebut merentangkan individu-individu diluar kemampuan- kemampuan penanggulangan normal mereka dan melemparkannya ke dalam suatu kesimpulan ketakseimbangan. Bila strategi-strategi dan mekanisme penanggulangan dari individu-individu itu gagal menyebut peristiwa tersebut dan kekuatan- kekuatan serta sumber-sumbernya tak cukup memadai untuk menghadapi peristiwa tersebut, maka individu-individu merasa situasi itu sebagai 1

Transcript of ASKEP intervensi krisis

Page 1: ASKEP intervensi krisis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Intervensi krisis merupakan suatu intervensi ringkas yang terfokus pada upaya

memobilisir kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber klien untuk mengatasi suatu situasi krisis

dan memperbaiki tingkat penanggulangan, kepercayaan dan pemecahan masalah. Menurut

Eaton dan Roberts (2009, halaman 207), suatu krisis dapat ditimbulkan oleh setiap peristiwa

yang sangat menekan atau traumatik, seperti yang dirasakan oleh klien, dimana individu

tidak memiliki kekuatan-kekuatan ego atau mengatasi kemampuan-kemampuan untuk secara

efektif menghadapi masalah yang ada sekarang ini.

Intervensi krisis didasarkan atas teori krisis yang berbunyi bahwa individu-individu

memiliki mekanisme-mekanisme penanggulangan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa

yang menekan, namun dalam beberapa situasi, peristiwa-peristiwa tersebut merentangkan

individu-individu diluar kemampuan-kemampuan penanggulangan normal mereka dan

melemparkannya ke dalam suatu kesimpulan ketakseimbangan. Bila strategi-strategi dan

mekanisme penanggulangan dari individu-individu itu gagal menyebut peristiwa tersebut dan

kekuatan- kekuatan serta sumber-sumbernya tak cukup memadai untuk menghadapi peristiwa

tersebut, maka individu-individu merasa situasi itu sebagai suatu krisis. Sasaran dari

intervensi krisis itu adalah untuk membahas krisis itu dengan strategi-strategi

penanggulangan, membantu individu-individu memperbaiki tingkat penanggulangan,

kepercayaan dan pemecahan masalah mereka dan memungkinkan individu-individu untuk

menarik kekuatan-kekuatan baru yang teridentifikasi, sumber-sumber dan mekanisme-

mekanisme penanggulangan bila menghadapi penekan – penekan di masa depan.

Walaupun pengalaman krisis itu mungkin saja traumatik bagi individu-individu, maka

pengalaman ini dapat berlaku sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan

(2005). Intervensi krisis itu tepat untuk pekerjaan dengan individu-individu, keluarga-

keluarga dan/atau komunitas-komunitas yang dengan segera mengikuti suatu situasi krisis

dan dalam jangka pendek dalam sifat dasarnya, berakhir hanya antara satu sampai enam

minggu. Badan-badan profesional yang berintervensi/campurtangan dalam situasi-situasi

1

Page 2: ASKEP intervensi krisis

krisis melekat pada model-model intervensi krisis yang berbeda, namun dalam pekerjaan

sosial, kesehatan mental dan profesi-profesi penyuluhan, model tujuh tahap dari Roberts

(1991) adalah model intervensi krisis yang paling luas diakui dan dimanfaatkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari intervensi krisis ?

2. Bagaimanakah konsep dari krisis ?

3. Bagaimanakah periode terjadinya krisis ?

4. Apakah penyebab terjadinya krisis ?

5. Apakah factor pengimbang dari krisis ?

6. Apakah tipe-tipe dari krisis ?

7. Apakah gejala dari pasien krisis ?

8. Bagaimanakah fase-fase terjadinya krisis ?

9. Apakah prinsip dari intervensi krisis ?

10. Apakah tujuan dari intervensi krisis ?

11. Bagaimanakah langkah-langkah untuk mencapai tujuan ?

12. Bagaimanakah pohon masalah dari krisis ?

13. Bagaimanakah asuhan keperawatan teori intervensi krisis ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari intervensi krisis.

2. Untuk mengetahui konsep dari krisis.

3. Untuk mengetahui periode terjadinya krisis.

4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya krisis.

5. Untuk mengetahui factor pengimbang dari krisis.

6. Untuk mengetahui tipe-tipe dari krisis.

7. Untuk mengetahui gejala dari pasien krisis.

8. Untuk mengetahui fase-fase terjadinya krisis.

9. Untuk mengetahui prinsip dari intervensi krisis.

10. Untuk mengetahui tujuan dari intervensi krisis.

2

Page 3: ASKEP intervensi krisis

11. Untuk mengetahui langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

12. Untuk mengetahui pohon masalah dari krisis.

13. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori intervensi kris

3

Page 4: ASKEP intervensi krisis

BAB 2

ISI

2.1 Definisi Intervensi Krisis

Krisis adalah suatu kondisi dimana individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara

(mekanisme koping) yang biasa dipakai. Krisis dapat terjadi akibat ketidakseimbangan

psikologis, yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas

diri. Hal ini merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dengan bentuk dan

penyebab yang bermacam-macam, dan dapat disebabkan karena factor eksternal maupun

internal. (Asuhan Keperawatan Jiwa, Sujono Riyadi & Teguh Purwanto, 2009)

Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau

ancaman yang dirasakan pada diri individu (Iyus Yosep, 2007)

Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat

menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis terjadi jika

seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang penting, dan tidak dapat

diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan.

2.2 Konsep Krisis

1. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologik

2. Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik

3. Krisis bersifat personal

4. Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat (4-6 minggu)

5. Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik

2.3 Periode Terjadinya Krisis

a. PRAKRISIS :

Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan

b. KRISIS

4

Page 5: ASKEP intervensi krisis

Individu mengalami ancaman / bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan individu

mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan

orang lain. Individu memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan, gagal

melakukan mekanisme koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala.

c. POST KRISIS :

Penyelesaian krisis dapat menghasilkan :

1. Sama dengan sebelum krisis : Hasil pemecahan masalah efektif

2. Lebih baik daripada sebelum krisis : Individu menemukan sumber dan cara

penanganan yang baru

3. Lebih rendah dari sebelum krisis : Ke maladaftif (terjadi depresi dan curiga)

2.4 Penyebab Krisis

a. Kehilangan

1. Kehilangan orang yang penting

2. Perceraian

3. Pekerjaan

b. Transisi

1. Pindah rumah

2. Lulus sekolah

3. Perkawinan

4. Melahirkan

c. Tantangan

1. Promosi

2. Perubahan karir

2.5 Faktor Pengimbang (Balancing Factor)

Manusia adalah makhluk yang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psiko-sosial-spiritual,

dalam keadaan sehat (terhindar dari stress dan ketegangan) individu berada dalam keadaan

seimbang. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keadaan keseimbangan tersebut yaitu :

a. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian

5

Page 6: ASKEP intervensi krisis

1. Apa arti kejadian pada individu

2. Pengaruh kejadian pada masa depan

3. Apakah individu memandang masalah secara realitas

Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam

menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi

yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam

menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.

b. Situasi pendukung/yang mendorong

Hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber

pada individu.

c. Koping

Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika

individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat,

dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional

sehingga menimbulkan KRISIS.

Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :

1. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan

keseimbangan

2. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah

3. Kemampuan mengatasi problema serta mempertahankan keseimbangan psikososial.

2.6 Tipe-Tipe Krisis

a. Krisis Maturasi

Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap

mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi

individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap

dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.

6

Page 7: ASKEP intervensi krisis

Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan yang dapat

mengganggu keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan,

menjadi orang tua, menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan

peran yang dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal, dan

tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Krisis Situasi

Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatu

kejadian yang spesifik, seperti kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak diinginkan

atau kehamilan diluar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, kegagalan

disekolah. Peristiwan tersebut dapat berupa :

1. Peristiwa Dapat Diduga

Peristiwa tersebut dapat terjadi dalam peristiwa hidup (misal : memulai sekolah,

gagal sekolah), hubungan dalam keluarga (misal : bertambah anggota keluarga,

berpisah, percereaian) dan diri sendiri (misal : putus pacar).

2. Peristiwa Tak Terduga

Peristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diharapkan. Peristiwa tersebut

misalnya individu mengalami peristiwa seperti kematian orang yang dicintai akibat

PHK, diperkosa, dipenjara, kecelakaan atau bencana.

c. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )

Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta menyebabkan

kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus,

kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis

maturasi.

Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):

1. Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal.

2. Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal yang

diantisipasi secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali.

7

Page 8: ASKEP intervensi krisis

3. Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal yang

tidak diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau bahkan

tidak mempunyai control diri.

4. Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang

mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak dapat

dipecahkan.

5. Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline

personality.

6. Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang

parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis akut,

marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan

halusinogenik.

2.7 Gejala Pasien Krisis

1. Gejala Fisik - Keluhan somatik (sakit

kepala, gastrointestinal, rasa

sakit)

- Gangguan nafsu

makan(peningkatan atau

penurunan berat badan yang

signifikan), gangguan tidur

(insomnia, mimpi buruk)

- Gelisah, sering menangis,

iritabilitas.

2. Gejala Kognitif - Konfusi, sulit berkonsentrasi

- Pikiran yang kejar-mengejar

- Ketidakmampuan mengambil

keputusan.

3. Gejala Perilaku - Disorganisasi

8

Page 9: ASKEP intervensi krisis

- Impulsive, ledakan kemarahan

- Sulit menjalankan tanggung

jawab peran yang biasa.

- Menarik diri dari interaksi

social.

4. Gejala Emosional - Ansietas, marah, merasa

bersalah

- Sedih, depresi

- Paranoid, curiga

- Putus asa, tidak berdaya.

2.8 Fase-Fase Terjadinya Krisis

Fase 1

a. Individu dihadapkan pada stressor pemicu.

b. Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa

digunakan.

Fase 2

a. Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem solving

sebelumnya.

b. Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung.

Fase 3

a. Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan

masalah, baik internal maupun eksternal.

b. Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi.

Fase 4

a. Kegagalan resolusi

b. Kecemasan berubah menjadi kondisi panik, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil,

perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik

9

Page 10: ASKEP intervensi krisis

2.9 Prinsip Intervensi Krisis

1. Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsi sebelum krisis.

2. Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung aspek-aspek kesehatan dari

fungsi individu.

3. Dalam intervensi krisis pendekatan pemecahan masalah digunakan secara sistematik

(seperti proses keperawatan) yang meliputi:

a. Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji kelebihan dan

kekurangan sistem pendukung individu dan keluarga.

b. Merencanakan hasil yang spesifik atau tujuan yang didasarkan pada prioritas.

c. Memberikan penanganan langsung. (mis., menyediakan rumah singgah bila klien

diusir dari rumah, merujuk klien ke “rumah perlindungan” bila terjadi penganiayaan

oleh suami atau istri).

d. Mengevaluasi hasil dari intervensi.

4. Hierarki Maslow. Kerangka kerja Hierarki Maslow tentang kebutuhan dapat membantu

menemukan prioritas intervensi.

a. Sumber daya fisik diperlukan untuk bertahan hidup (mis., makanan, rumah singgah,

keselamatan).

b. Sumber daya sosial diperlukan untuk mendapatkan kembali rasa memiliki (misal:

dukungan keluarga, jaringan kerja sosial, dukungan komunitas).

c. Sumber daya psikologis diperlukan untuk mendapatkan kembali harga diri (mis.,

penguatan yang positif, pencapaian tujuan)

5. Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis mencakup berbagai fungsi

berikut ini:

a. Membentuk hubungan dan mengkomunikasikan harapan serta optimisme.

b. Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan, bila perlu.

c. Memberikan anjuran dan alternatif (misal: membuat rujukan kelembaga yang tepat).

d. Membantu klien memilih alternatif.

e. Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan layanan dan sumber daya

yang diperlukan klien.

10

Page 11: ASKEP intervensi krisis

2.10 Tujuan Intervensi Krisis

1. Meredakan inpact/krisis

2. Menolong individu mengembangkan perilaku yang efektif untuk menangani krisis

3. Meningkatkan fungsi klien lebih tinggi daripada prekrisis (mengembalikan individu

pada tingkat fungsi sebelum krisis)

2.11 Langkah-Langkah untuk Mencapai Tujuan

1. Pengkajian individu dan masalahnya

a. Persepsi terhadap masalah dan pencetus

b. Kekuatan dan ketrampilan koping

c. Kekuatan support sistem (situasi pendukung)

2. Diagnose yang mungkin timbul

Contoh : coping individu tidak efektif (individu/keluarga)

3. Intervensi terapeutik

a. Organisasi dan analisa data

b. Menggali alternatif pemecahan masalah dan cara pemecahan masalah

c. Menentukan dukungan atau support system

d. Menolong individu memperoleh pengertian tentang krisisnya

e. Menolong individu mengembangkan perasaanya

f. Menyelidiki mekanisme penanganan

g. Memulihkan hubungan social

4. Implementasi krisis

a. Program antisipasi

Pendidikan kesehatan tentang pencegahan krisis dan respon adaptif secara dini

terhadap situasi yang penuh stress

Ditujukan kepada : individu, kelompok, keluarga, masyarakat

Mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko dan untuk berkembangnya

krisis dan mengajarkan strategi koping untuk menghindari berkembangnya krisis.

b. Program intervensi krisis

1) Manipulasi lingkungan

11

Page 12: ASKEP intervensi krisis

Merubah lingkungan fisik dan interpersonal untuk support dan jauhkan

stressor

Tujuan : menjauhkan sumber stress dan memberi dukungan

2) General support (dukungan umum)

Klien merasa perawat selalu ada dan akan membantu, hangat, menerima,

empati, melindungi (sikap terapeutik perawat)

3) Pendekatan umum

Memberi asuhan pada kelompok resiko yang mempunyai masalah krisis yang

sama

4) Individual approach

Tujuan : tercapainya penyelesaian masalah dengan cepat

- `Menentukan persepsi perawat-klien

- Menghubungkan arti peristiwa dan krisis

- Mengklarifikasi miskonsepsi

- Perhatian perasaan yang menyertai krisis

- Gali alternatif pemecahan masalah

- Coba memecahkan masalah yang sesuai

- Rangsang perilaku dan koping baru

- Reinforcement untuk meningkatkan harga diri

Tehnik :

1. Mengungkapkan perasaan : klien mengungkapkan perasaan dengan bicarakan

area emosi yang membebani

Contoh : Mengijinkan klien untuk menangis dengan melihat segi positif dari

pelepasan emosi. Mengajukan pertannyaan terbuka untuk mendorong klien

mengungkapkan perasaannya, misal: ceritakan kepada saya perasaan anda

sejak anda kehilangan pekerjaan.

2. Klarifikasi

Klien didorong untuk menguraikan secara lebih jelas, hubungan beberapa

peristiwa dalam kehidupan

12

Page 13: ASKEP intervensi krisis

Contoh : Saya perhatikan bahwa setelah anda berdebat dengan suami, anda

menjadi sakit dan tidak dapat turun dari tempat tidur, apakah memang

demikian?

3. Saran

Suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau menerima ide-ide /

keyakinan bahwa perawat dapat membantu mereka untuk memecahkan

masalahnya

Contoh : Banyak orang lain menemukan bahwa, bicara dengan orang lain

sangat menolong mengatasi masalahnya, dan saya pikir andapun bisa.

4. Manipulasi

Menggunakan keinginan, nilai, emosi klien untuk kepentingannya melalui

proses yang terapeutik

Contoh : Tampaknya anda berhasil dalam pernikahan anda, dan saya pikir

anda dapat mengatasi masalah ini serta mempunyai hubungan yang lebuh erat

lagi

5. Reinforcement

Memberi respon yang positif terhadap perilaku yang adaptif

Contoh : Itu adalah pertama kali anda sanggup membela diri dihadapan atasan

anda dan hal tersebut terjadi dengan baik. Saya sangat senang anda dapat

melakukannya

6. Sokongan koping

Mendorong klien menggunakan koping yang adaptif dan menekan koping

yang maldaftif

Contoh : Bila anda merasa sangat marah/kesal. dengan mengendarai sepeda

biasanya dapat mengurangi rasa marah sehingga bila kembali ke rumah anda

dapat menyelesaikan masalah dengan istri anda dengan tenang

7. Meningkatkan harga diri

Membantu klien untuk merasa berarti dan berguna

8. Mengidentifikasi cara pemecahan

Bersama klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dan menilai

konsekuensinya.

13

Page 14: ASKEP intervensi krisis

2.12 Pohon Masalah

Faktor Penyebab :

1. Peristiwa Kehilangan

2. Transisi

3. Tantangan

Mekanisme koping tidak efektif

Stres

Krisis

2.13 Asuhan Keperawatan Teori

2.13.1 Pengkajian

Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama

enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada masalah

yang actual.

Beberapa aspek yang harus dikaji adalah :

1. Faktor Predisposisi

- Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase-fase tumbuh

kembang akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam

hidupnya. Setiap fase, individu mengalami krisis yang lazim disebut krisis

maturasi.

14

Page 15: ASKEP intervensi krisis

- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund Freud dari fase oral, anal,

falik, laten dan pubertas.

- Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu

keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi

orang tua, menopause, lanjut usia.

- Krisis maturasi mengalami perubahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran

yang memada, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaan orang lain

terhadap peran baru.

2. Faktor Presipitasi

a. Mengidentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya :

- Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena

kematian

- Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena

operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan

kemampuan melihat dan sebagainya.

- Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah

digusur

- Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang

hebat dengan pasangan hidup

- Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja

yang berbeda

- Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman

terhadap pemenuhan kebutuhan.

b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhdap kejadian

Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok

pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

- Apa makna/arti kejadian bagi individu

- Pengaruh kejadian terhadap masa depan

- Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic

15

Page 16: ASKEP intervensi krisis

c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga,

sahabat dan orang-orang penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu

- Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman?

- Apakah punya teman tempat mengeluh/curhat?

- Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?

- Apakah ada orang/lembaga yang dapat memberi bantuan?

- Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan

sebagainya.

d. Mengidentifikasikan hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang

meliputi strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil.

- Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

- Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang

menyebabkan kegagalan tersebut

- Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengtasi masalah sekarang

- Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir

dengan jernih?

- Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi ketegangan?

Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis?

3. Perilaku

Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis

antara lain :

a) Perasan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri

atau membunuh orang lain

b) Perasaan diasingkan oleh lingkungannya

c) Kadang-kadang menunjukkan gejala somatic

Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi

berdasarkan fase respon terhadap musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap

musibah yang dialami.

a) Dampak emosional

16

Page 17: ASKEP intervensi krisis

Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut :

syok, panik, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan

menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.

b) Pemberani (heroic)

Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim

kedaruratan mengatasi kecemasan dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang terlalu

berlebihan dapat menyebabkan keletihan.

c) Honey moon (bulan madu)

Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi

malapetaka. Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari

berbagai pihak terkumpulkan, akan membantu membentuk masyarakat baru.

Masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung.

d) Kekecewaan

Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu

merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban

sering membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh

rasa benci/bermnusuhan terhadap orang lain.

e) Rekontruksi reorganisasi

Individu mulai menydari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi

masalahnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini

akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadinya musibah

4. Mekanisme Koping

Mekanisme koping menggambarkan upaya klien untuk mengatasi ansietas yang di

timbulkan oleh penyakit fisik. Ada 4 mekanisme koping yang sering di gunakan klien

yaitu : pengingkaran, regresi, represi dan kompensasi. Klien cenderung menggunakan

koping yang berarti banginya termasuk mencari informasi, menyendiri atau

melakukan hobinya.

17

Page 18: ASKEP intervensi krisis

2.13.2 Diagnosa Keperawatan

1. Koping individual yang tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang

lain yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga

dan bersalah.

2. Perubahan proses interaksi keluarga berhubungan dengan anggota keluarga yang

dirawat di rumah sakit, ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan bersalah.

2.13.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Koping individual yang tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang lain

yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan

bersalah.

Tujuan

Pasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas.

Intervensi

1. Membina hubungan saling percaya dengan lebih banyak memakai komunikasi non

verbal.

2. Mengizinkan pasien untuk menangis.

3. Menunjukkan sikap empati.

4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasien belum mau berbicara.

5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawat dapat mengerti apabila dia belum siap

untuk membicarakan perasaannya dan mungkin pasien merasa bahwa nanti perawat

akan mendengarkan jika dia sudah bersedia berbicara.

6. Membantu pasien menggali perasaan serta gejala – gejala yang berkaitan dengan

perasaan kehilangan.

Diagnosa 2

Perubahan proses interaksi keluarga berhubungan dengan anggota keluarga yang dirawat

di rumah sakit, ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan bersalah.

Tujuan

18

Page 19: ASKEP intervensi krisis

Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya kepada perawat atau orang lain.

Intervensi

1. Melakukan pendekatan kepada anggota keluarga dengan sikap yang hangat, empati

dan memberi dukungan.

2. Menanyakan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh anggota

keluarganya, seperti timbulnya penyakit, beban yang dirasakan, akibat yang diduga

timbul karena penyakit yang didertita oleh anggota keluarga tersebut.

3. Menanyakan tentang perilaku keluargayang sakit.

4. Menanyakan tentang sikap keluarga secara keseluruhan dalam menghadapi keluarga

yang sakit.

5. Mendiskusikan dengan keluarga apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi perasan

cemas, takut, dan rasa bersalah.

2.13.4 Implementasi

Asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari intervensi tindakan keperawatan yang

diberikan pada klien.

2.13.5 Evaluasi

Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :

1. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis?

2. Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang

menjadi factor pencetus?

3. Apakah perilaku maladaptif atau symptom ditunjukkan telah berkurang?

4. Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali?

5. Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu?

19

Page 20: ASKEP intervensi krisis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu kejadian atau

peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu

keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak dapat memecahkan

masalah. Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk

mengatasi ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai

peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat diidentifikasi.

Dalam hal ini, intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam

mencegah gangguan jiwa dengan focus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah

dampak lebih jauh dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja sama dan interdisiplin

dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan mental.

Sehingga dalam menghadapi keadaan krisis dapat menggunankan asuhan yang holistik

dan mampu menjadikan keadaan yang balance kembali terhadap individu krisis. Asuhan

yang tepat mampu menjadi tindakan preventif awal sehingga tidak jatuh ke keadaan yang

lebih buruk.

3.2 Saran

Seorang perawat seharusnya memberikan asuhan keperawatan secara holistic, baik bio-

psiko-sosial dan spiritual klien untuk memenuhi kesejahteraannnya. Selain itu, seorang

perawat sebaiknya dapat membantu klien untuk memberi mekanisme koping yang efektif

kepada serta dukungan keluarga juga sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan

masalah klien agar terhindar dari krisis.

20

Page 21: ASKEP intervensi krisis

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pelayanan Medik, DEPKES RI. 1994. Pedoman Perawatan Psikiatrik. Jakarta

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta:

EGC.

Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta. EGC.

Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga University Press.

Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta:

EGC.

http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-jiwa-pada-klien.html (diunduh 18April

2013; 19.00 WIB)

http://dunia-askep.blogspot.com/2010/04/askep-pada-pasien-krisis.html?m=0 (diunduh 18 April

2013; 19.00 WIB)

http://dherhasya.blogspot.com/2012/09/askep-intervensi-krisis.html (diunduh 23 April 2013;

18.00 WIB)

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-jiwa-dengan-krisis.html (diunduh 23 April

2013; 18.00 WIB)9

21