Askep Ibu Hamil Dengan

90
Askep Ibu hamil dengan Hypertiroid Posted on 9 April 2009 by hidayat2 4 Votes ASKEP IBU HAMIL DENGAN HYPERTIROID TINAJUAN TEORI A. Konsep Dasar Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal. Pasien dengan penyakit primer ini mungkin mengidap batu ginjal, penyakit tulang atau tanpa gejala. 1. Pengaruh kehamilan terhadap penyakit Kehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan penderita tambah berat. 2. Pengaruh penyakit terhadap kehamilan dan persalinan - Kehamikan sering berakhir ( abortus habitualis ) - Partus prematurus - Kala II hendaknya diperpendek dengan akstraksi vakum / forsial, karena bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi kordis. B. Etiologi Hipertiroid : - Pembesaran kelenjar tiroid - Hiperfungsi kelenjar tiroid - Peningkatan metabolism basal 15-20 % C. Tanda dan gejala Hipertiroid : - Eksoftalmus - Tremor - Takikardia - Pembesarankelenjar tiroid - Hiperkinesis

Transcript of Askep Ibu Hamil Dengan

Askep Ibu hamil dengan HypertiroidPosted on 9 April 2009 by hidayat2

     

 

4 Votes

ASKEP IBU HAMIL DENGAN HYPERTIROIDTINAJUAN TEORIA. Konsep DasarHipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal. Pasien dengan penyakit primer ini mungkin mengidap batu ginjal, penyakit tulang atau tanpa gejala.1. Pengaruh kehamilan terhadap penyakitKehamilan dapat membuat strua tambah besar dan keluhan penderita tambah berat.2. Pengaruh penyakit terhadap kehamilan dan persalinan- Kehamikan sering berakhir ( abortus habitualis )- Partus prematurus- Kala II hendaknya diperpendek dengan akstraksi vakum / forsial, karena bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi kordis.B. Etiologi

Hipertiroid :

- Pembesaran kelenjar tiroid

- Hiperfungsi kelenjar tiroid

- Peningkatan metabolism basal 15-20 %

C. Tanda dan gejala

Hipertiroid :

- Eksoftalmus

- Tremor

- Takikardia

- Pembesarankelenjar tiroid

- Hiperkinesis

- Kenaikan BMR sampai 25 %

- Aneroksia

- Lekas letih

- Kesulitan dalam menelan

- Mual dan muntah

- Konstipasi

- Hiptonik obat

D. Penatalaksanaan

- Pemberian obbat-obat profiltluarasil dan metiazol dosis rendah

- Operasi tiroidektomi, lakukan pada trimester III

E. Pengaruh Kehamilan Terhadap Penyakit

Kehamilan dapat membuat struma tambah besar dan keluhan penderita bertambah berat.

F. Komplikasi dan Pengangan

Kematian meningkat dan dapat mencapai 50 %. Pembedahan adalah terapi yang dianjurkan, tetapi

mungkin timbul hipokalsemia pasca bedah. Kalau perlu dilakukan pemeriksaan kalsium berkala dan

bila nyata harus dilakukan koreksi dengan kalsium glokonat 2-3 x 20 ml cairan 10 %, bila keluhan

menjadi ringan, diet makanan kalsium 4 gelas susu / hari dapat dianjurkan. Dalam kenyataan tetani

neonatal sering membantu dalam memerlukan hiperparatiriodisme ibu, yang kemudian dioperasi

untuk mengangkat adenomanya.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pemeriksaan Fisik :

a. Kulit

1) Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan.

2) Erythema, pigmentasi, mixedema local.

3) Kuku → terjadi onycholosi → terlepas, rusak.

4) Ujung kuku/jari → terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari → tabuh / clubbing finger disebut

PLUMER NAIL.

5) Kalau ada peningkatan suhu → lebih dari 37,8o C → indikasi Krisis Tyroid.

b. Mata ( Opthalmoptik )

1) Retraksi kelopak mata atas → mata membelalak / tanda Dalrymple.

2) Proptosis ( eksoptalmus ), karena jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit.

3) Iritasi Conjunction dan Hemosis.

4) Laktrimasi

5) Ortalmoplegia

6) Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit menunduk dan mata melihat

objek yang digerakkan ke atas.

7) Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata menutup.

8) Tanda stelwag : mata jarang berkedip.

9) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan mata membelalak.

10) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.

11) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal konvergensi.

c. Cardio vaskuler.

1) Peningkatan tekanan darah

2) Tekanan nadi meningkat

3) Takhikardia

4) Aritmia

5) Berdebar-debar

6) Gagal jantung

d. Respirasi

1) Perubahan pola nafas

2) Dyspnea

3) Pernafasan dalam

4) Respirasi rate meningkat

e. Gastrointestinal

1) Poliphagia → nafsu makan meningkat.

2) Diare → bising usus hyperaktif

3) Enek

4) Berat badan turun

f. Otot

1) Kekuatan menurun

2) Kurus

3) Atrofi

4) Tremor

5) Cepat lelah

6) Hyperaktif refleks tendom

g. Sistem persyarafan

1) Iritabiltas → gelisah

2) Tidak dapat berkonsentrasi

3) Pelupa

4) Mudah pindah perhatian

5) Insomnia

6) Gematar

h. Status mental dan emosional

1) Emosi labil → lekas marah, menangis tanpa sebab

2) Iritabilitas

3) Perubahan penampilan

i. Status ginjal

1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).

2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan → banyak minum )

j. Status reproduksi

1) Pada wanita :

a. Hypomenorrhoe

b. Amenorrhoe

Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH

2) Laki-laki :

a. Kehilangan libido

b. Penurunan potensi

k. Leher

1) Teraba adany apembesaran tyroid ( goiter ).

2) Briut ( + ).

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Serum T3 dan T4 meningkat ( Normal : T3 :8 – 16 g. T4 4-11 g )

b. TSH serum menurun

c. Tyroid → radio aktif iodine up take ( RAIU ) meningkat ( Normal: 10-35 % )

d. BMR meningkar

e. PBI meningkat ( Normal :4 g – 8 g, hypertiroid > 8 g, hypertiroid < g)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare, mual, nyeri

abdomen dan atau peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaporesis.

Tujuan : nutrisi adekuat.

Intervensi :

a. Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitanin B.

b. Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi sering dan tambahan diantara waktu makan.

c. Konsulkan pasien untuk makanan yang disukai.

d. Hindari stimulan : kopi, the, cola, atau makanan yang lain yang mengandung kafein atau teobromin

yang meningkatkan perasaan kenyang dan paristaltik.

e. Hindari makanan dengan jumlah yang banyak serat atau makanan yang banyak mengandung

bumbu.

f. Berikan dorongan untuk memperbanyak minum 2 sampai 3 liter setiap hari ; hindari jus yang

mungkin dapat menyebabkan diare.

g. Berikan lingkungan dengan pengunjung yang cocok bila pasien yang menginginkannya.

h. Timbang pasien setiap hari, pada waktu yang sama dengan timbangan dan pakaian yang sama.

i. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam.

j. Kaji efektifitas pengobatan untuk mengatasi mual dan nyeri abdomen.

Hasil yang diharapkan / evaluasi :

Berat badan meningkat sampai batas yang normal bagi pasien : makan diet yang dianjurkan tanpa

menunjukkan ketidaknyamanan abdomen ;tidak yang dianjurkan tanpa menunjukkan

ketidaknyamanan abdomen; tidak mengalami diare; masukan dan haluaran seimbang.

2. Hipetermia yang berhubungan dengan status hipermetabolik ditandai dengan panas.

Tujuan : suhu normal 36,5oC – 37,5oC.

Intervensi ;

a. Berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.

b. Gunakan pakaian dan linen tempat tidur yang tipis.

c. Pertahankan lingkungan yang sejuk.

d. Kaji efektifitas selimut hipetermia bila dilakukan :

- Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.

e. Berikan asetamenofen sesuai pesanan ( aspirin merupakan kontra indikasi )

f. Tingkatkan masukan cairan sampai 2500 ml / hari.

g. Pantau tanda vital, tingkat kesadaran, halyaran urine setiap 2 sampai 4.

h. Kolaborasikan dengan dokter dalam menggunakan tindakan pendinginan tambahan bila

keadaannya membutuhkan.

Hasil yang diharapkan /evaluasi :

a. Pasien sadar dan responsif

b. Tanda-tanda vital dan haluaran urine normal.

3. Intoleran aktivitas yang berhubunagan dengan ketiddakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi terhadap panas ditandai

dengan kelemahan.

Tujuan : Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi.

Intervensi :

a. Kaji tanda vital dasar dan tingkat aktivitas sebelumnya.

b. Batasi akatifitas sampai tingkat toleransi pasien dengan melakukan pangkajian respon ( mis : kaji

tanda vital selama melakukan aktifitas dan bandingkan dengan tanda vital dasar ).

c. Biarkan pasien membuat priorotas dalam perawatan di dalam keterbatasanna.

d. Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istitrahat yang cukup.

e. Berikan peralatan yang dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan energi yang

berlebihan oleh pasien sebelum aktivitas.

f. Hentikan aktifitas pada awal timbulnya gejala intoleran : dispnea, takipnea, takikardia, keletihan.

g. Bantu pasien saat melakukan aktifitas yang tidak mampu dilakukan karena kelemahan atau tremor.

h. Rencanakan aktifitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan meningkatan toleransi

untuk perawatan diri.

Hasil yang diharapkan / evaluasi :

a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran.

b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan.

4. Perubahan proses fikir yang berhubungan dengan peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis

oleh tingginya kadar hormon tiroid ditandao dengan labil, peka rangsang, gugup.

Tujuan : tidak terjadi perubahan proses pikir.

Intervensi :

a. Kaji tingkat kesadaran, orientasi, afek dan persepsi setiap 4 jam sampai 8 jam : laporkan adanya

perubahan negatif.

b. Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi dan orang : berikan penekanan bahwa hal

tersebut tepat adanya.

c. Berikan lingkungan yang stabil, tenang, tanpa stress, dan tidak merangsang.

1) Atasi lingkunangan yang terlalu berisik.

2) Konsisten dalam waktu dan saat melakukan prosedur atau aktifitas.

3) Batasi pengunjung sesuai kebutuhan.

4) Hindari pergantian personel yang sering.

5) Cegah situasi yang menimulkan kemarahan emosional bila memungkinkan

d. Rencanakan perawatan bersama pasien; berikan penjelasan yang jelas dan singkat.

e. Antisipasi kebutuhan akan pencegahan reaksi hiperaktif.

f. Informasikan pasien bahwa aktifitasnya mungkin dibatasi.

g. Ajarkan teknik menurunkan stress dan kaji penggunaannya oleh pasien.

h. Berikan aktifitas yang menghibur dan benda-benda yang menurunkan rangsangan ; hindari hal-hal

yang membutuhkan manipulasi motorik halus.

i. Orientasikan kembali pasien pada lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan dan berikan petunjuk

yang mengorientasikan ( misalnya : jam, kalender, gambar-gambar yang dikenal pasien dan

sebagainya ).

j. Panyau terhadap reaksi buruk terhadap pengobatan.

Hasil yang diharapkan :

a. Pasien berorientasi

b. Berespon sesuai terhadap situasi dan orang

c. Menggunakan teknik reduksi stress

About these ads

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di

berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang

konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak

dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan

perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin,

serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang

berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan

pembentukan panas.

Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya

, sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar

hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui

hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan

sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan.

Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang

terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat

dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.

2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan tentang konsep penyakit hipotiroid serta pendekatan asuhan

keperawatannya.

1. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi definisi dari hipotiroid.

2. Mengidentifikasi etilogi hipotiroid.

3. Mengidentifikasi manifestasi klinis hipotiroid.

4. Menguraikan patofisiologi hipotiroid.

5. Mengidentifikasi penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid.

6. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan hipotiroid.

7. Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan hipotiroid.

8. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan hipotiroid.

3. Rumusan Masalah

1.Apakah definisi dari hipotiroid?

2. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?

3. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?

4. Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?

5. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?

6. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?

7. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?

8. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?

4. Manfaat

Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit hipotiroid serta mampu menerapkan

asuhan keperawatan pada klien dengan hipotiroid pada ibu hamil dengan pendekatan

Student Centre Learning.

2.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan oleh

kehilangan hormon tiroid. (Baradero,2009)

Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat

dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid

dalam darah, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid. Hipotiroid yang

sangat berat disebut miksedema.

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid

yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan – kekacauan yang berakibat pada

hipotiroid. Kekacauan-kakacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan

kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan

banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-

konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

Penyakit hipotiroid biasa sering dikenal sebagai salah satu penyakit yang banyak

terjadi pada ibu hamil. Penyakit ini menyerang ibu hamil dimana ibu hamil mengalami

penurunan hormon. Hal ini terjadi karenahipotiroid pada ibu hamil dapat meningkatkan

risiko keguguran atau kelahiran prematur dan menyebabkan anemia, gagal jantung,

preeklampsia, kelainan plasenta, dan pndarahan setelah melahirkan dan pada bayi akan

mengalami berat lahir pada bayi rendah.

Fakta mengatakan yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia yaitu IQ

rendah, bayi yang baru lahir terkena hipotiroid karna ibu.

2. KLASIFIKASI

Secara klinis di kenal 3 hipotiroid,yaitu :

1. Hipotiroid sentral,karena kerusakan hipofisis atau hipothalamus.

2. Hipotiroid primer apabila yang rusak kelenjar tiroid.

3. Karena sebab lain,seperti farmakologis,defisiensi yodium,kelebihan yodium,dan

resistensi perifer.

Yang paling banyak di temukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena

itu,umumnya diagnosis di tegakkan berdasar ataas TSH merangka.

3. ETIOLOGI

Terbagi menjadi 4 yaitu :

    

1. Hashimoto’s Tiroiditis Adalah penyakit autoimun dimana system imun tubuh secara

tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Sebagian kondisi ini diperkirakan

mempunyai suatu basis genetik.

2.  Lymphoctic Thiroiditis ( yang mungkin terjadi setelah hipertiroid )

Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan

disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu

lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai lymphoctic thiroiditis.

3.  Kekurangan Hormon Tiroid

Kebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap harus

terpenuhi. Kelenjar gondok ( tiroidea ) menghasilkan hormon tiroid yang

prosesnya memerlukan unsure yodium. Sealin itu hormon tiroid, kelenjar

gondok menghasilkan hormon pertumbuhan, sebagai pengatur metabolisme

protein, lemak dan masih banyak fungsinya.

Pada ibu hamil jumlah yodium adalah 200 µg. dalam keaadan dimana ibu

hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat kekurangan

yodium, maka kehamilan ini berakibat memperberat penyakit gangguan

kelenjar tiroid tersebut.

4.  Terapi Radiasi

Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat

mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada kehamilan dengan hipotiroid, kebutuhan hormon tiroksin akan meningkat

sehingga dapat terjadi hipotiroid. Hal ini mengakibatkan timbulnya mekanisme

umpan balik (feedback mechanism) yang meningkatkan produksi TSH untuk

merangsang pelepasan tiroksin pada kelenjar tiroid. Rangsangan TSH terus-menerus

pada kelenjar tiroid yang tidak mendapat cukup suplai untuk produksi hormon

tiroksin berakibat pada hiperplasia kelenjar tiroid. Akibat berulangnya episode

hiperplasia, involusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis,

nekrosis, kalsifikasi pembentukan kista yang menampakkan diri sebagai struma

nodosa. Penyebab hipotroid primer umumnya meliputi tiroiditis autoimun seperti

tiroiditis Hashimotho’s, penyebab iatrogenik seperti radiasi atau pembedahan,

hipotiroid kongenital, obat - obatan seperti lithium atau amiodaron, defisiensi

yodium, dan penyakit-penyakit infiltratif. Hipotiroidisme sekunder dapat disebabkan

oleh penyakit hipotalamus atau hipofisa (Sheehan disease).

Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak

janin. Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid

dari ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan

dengan hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri,

hipotiroid meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak

mencukupi, maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul

goiter atau struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher

(gondok). Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun,

obstipasi, lesu, anoreksia, BB meningkat, dapat berisiko terjadinya abortus,

peningkatan tekanan darah & prematuritas.

4. Manifetasi klinis

Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya :

Cepat lelah

Suara serak,

Warna kulit menjadi kekuringan terutama daerah periorbital, kulit rasa kering

Rambut rontok,

Gangguan tidur,

Lamban bicara,

Mudah lupa,

Obstipasi

Metabolisme rendah menyebabkan: bradikardia, tak tahan dingin, berat badan

meningkat, & anoreksia.

Psikologis: depresi. Reproduksi: oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.

Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang yaitu secara

subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari

10 x per 20 menit

5. Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik

(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang

menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid

yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar

yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia dan, apabila tidak diobati

dapat menyebabkan kematian, penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves,

dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

6. Efek pada ibu hamil

Hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-

proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang

meluas untuk tubuh.Penderita hipotiroid jarang terjadi hamil karena biasanya tidak terjadi

ovulasi. Walaupun demikian, seorang cebol (cretin) dan penderita miksoedema dapat

menjadi hamil. Biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, sehingga tidak jarang

wanita menderita abortus habitualis. Selain itu kemungkinan cacat bawaan dan

cretinismus janin lebih besar. Diagnosis berdasarkan gejal-gejala klinis seperti

pemebengkakan kulit di sekitar mata (non-pitting-oedema), kulit kering, lekas letih, suara

serak dan lidah besar.

1. Penatalaksanaan

Terapi yang baik adalah pencegahan.Pencegahan dapat di lakukan dengan

1. pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein.

2. Mengkomsumsi Makanan yang di beri garam beryodium atau pemberian suplemen

yodium untuk merangsang produksi hormon.

3. Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral.

Pemberian obat khusus,yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus ).di berikan mulai dosis

kecil,lalu di naikkan sampai kita mendekati dosis toksis,lalu di turunkan.Penilain

dosis yang tepat ialah dengan menilai gejala klinis dan hasil laboraterium.

8. Pemeriksaan diagnostik

9. Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan Fisik

Pada umumnya pemeriksaan hipotiroid, umumnya didapatkan benjolan (goiter).

Hal–hal  yang dinilai adalah:

a.    Jumlah nodul : soliter atau multipel

b.   Konsistensi : lunak, kistik, keras, sangat keras

c.    Nyeri pada penekanan : ada/tidak

d.   Pembesaran kelnjar getah bening di sekitar tiroid ada/tidak.

Diagnosa pasti didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium TSHs & T4. Bila

memungkinkan dapat pula dengan T3.

Didapatkan refleks tendon yang menurun. Pada pemeriksaan fisik kulit terasa kasar, kering,

dan dingin. Suara agak serak, lidah tebal, tekanan darah agak tinggi, kadang-kadang

terdengar ronkhi. Refleks fisiologis, daya pikir dan bicara agak lambat. Sering dijumpai

retensi cairan pada jaringan longgar. Pada kondisi yang berat dapat timbul hipotermi,

hipoventilasi, bradikardi, amenorea dan depresi.

2.      Laboratorium

Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada hipotiroid adalah :

o Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4 rendah.

o Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas yang

tinggi,T3 dalam batas normal.

Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka perlu

dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan TSHs dan anti

TPO.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Askep kasus:

Pengkajian

Anamnesa:

1. Identitas pasien

2. Keluhan Utama :

3. Riwayat Penyakit Sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga : -

5. Riwayat penyakit masa lalu : -

Pemeriksaan Fisik:

Pemeriksaan Diagnostik.

2. Diagnosa

1.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan an penurunan proses kognitif.

2. Perubahan suhu tubuh

3.Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.

4.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

3.3 Intervensi

1.Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif

Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.

Kriteria hasil : aktivitas dapat di lakukan

Intervensi Rasional

1. Atur interval waktu antara aktivitas dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

2. Bantu aktiviatas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lain.

3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress.

1. Mendorong aktivitas sambil memeberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

2. Dengan membersihkan trakheostomy, menghindari terjadinya penumpukan sekret dan agar jalan nafas bersih

3. Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulakan stree pada pasien.

2.Perubahan suhu tubuh

Tujuan : Pemeliharan suhu tubuh yang normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh tetap normal.

Intervensi Rasional

1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan

1. Meminimalkan kehilangan panas

2. Mengidentifikasi adanya infeksi dan memperkecil komplikas

3. Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan

selimut.

2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar

3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunanya dari nilai dasar suhu normal pasien.

dimulainya komamik sedema.

3.Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrontestinal

Tujuan : pemeliharaan funsi usus yang normal

Kriteria hasil : usus tetap terjaga

Intervensi Rasional

1. Dorong peningkatan asupan cairan

2. Berikan makanan yang kaya akan serat

3. Ajarkan kepada klien,tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air.

4. Pantau fungsi usus

5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas toleransi

1. Meminimalkan kehilangan panas

2. Meningkatkan massafeses dan frengkuensi biang air besar.

3. Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras.

4. Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.

5. Meningkatkan evakuasi feses.

latihan.

4.Pola nafas tidak efektif berhubungan depresi ventilasi

Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas yang normal

Kriteria hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.

Intervensi Rasional

1.Pantau frekuensi ke dalaman pola pernafasan oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial

2. Dorong pasie untuk nap;as dalam dan batuk.

3. Berikan obat ( hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.

4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika di perlukan.

6. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.

7. Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasannya adekuat.

8. Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotiksedatif.

9. Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin di perlukan jika terjadi depresi pernapasan

BAB III

PENUTUP

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon

tiroid yang abnormal rendahnya.Ada banyak kekacauan-kekacauan yang

berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau

tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi

pertumbuhan.

Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid

bertempat pada bagian bawah leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran

udara(Trakea)dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang

di bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan oleh suatu bagian tengah.

Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah ( yang kebanyakan datang dari

makanan-makanan seperti seafood,roti,dan garam) dan menggunakannya untuk

memproduksi hormon-hormon tiroid.Dua hormon yang paling penting adalah

thyroxine(T4 ) dan triiodothyronine(T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari

masing-masing gormon-hormon tiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2000. Rencana Asuhan

Keperawatan.EGC : Jakarta.

FKUI . 2006 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . FKUI : Jakarta

http://drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/tirotoksikosis.html

http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/hipertiroidisme.html

http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/2-dalam/3-klien-hipertirodisme.html

Kelenjar Tiroid pada Kehamilan

BAB IPENDAHULUAN

A.    Latar BelakangDalam hal pembelajaran kita saat ini tentunya kita ingin mendapatkan banyak pengetahuan terutama dalam hal yang menyangkut bidang kita, dalam kesehatan. Untuk itu dalam tugas ini kelompok kami membuat suatu pembahasan mengenai kelenjar Tiroid pada  kehamilan dengan penyakit hypertiroid dan hypotiroid.Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea.Penyakit tiroid yang diangkat dalam pembahasan ini yaitu kekurangan (hipotiroid) dan Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolisme basal 15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Berbagai gangguan atau penyakit endokrin dapat mempersulit atau menghambat  kehamilan dan sebaliknya kehamilan dapat mempengaruhi penyakit endokrin. B.    Tujuan PenulisanAdapun maksud dan tujuan dari penulisan makala ini yaitu :1.    Dalam memenuhi tugas terhadap dosen keperawatan Maternitas II khususnya mengenai Kelenjar Tiroid pada Kehamilan2. Sebagai pembelajaran mahasiswa menganai Kelenjar Tiroid pada Kehamilan

C.    Manfaat1.    Untuk mengetahui pengertian dari tiroid dan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kelenjar tiroid2.    Untuk dapat memahami penjelasan mengenai penyakit tiroid terutama pada kehamilan

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A.    DefinisiTiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian belakang. Fungsi utamanya memproduksi hormon tiroid (T3 dan T4) dari iodium dan tirosin, dan mengatur aktivitas metabolisme tubuh. Produksi atau sekresi T4 dan T3, diatur oleh banyaknya thyroid stimulating hormone (TSH) yang dilepaskan dari kelenjar pituitari dan diterima oleh kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid  dapat  mengganggu metabolisme tubuh dan berakibat buruk pada otak, hati, usus, sistem reproduksi, jantung, dan ginjal.Kelainan tiroid pada wanita 4-5 kali lebih banyak dibandingkan pada pria dan sebagian besar terjadi pada saat wanita hamil. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Selama kehamilan normal kadar tiroid binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4 ikut meningkat. Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi dan sistem saraf selama trimester pertama kehamilan. Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang merupakan satu-satunya kelenjar yang bisa langsung diperiksa pada pemeriksaan fisik. Kelenjar tiroid merupakan organ yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea.Pemeriksaan fungsi tiroid atau kemungkinan disfungsi memerlukan pemeriksaan yang lebih dari sekedar observasi dan palpasi daerah lokasi kelenjar tiroid. Tingkat metabolik dan ritme, termasuk keteraturan menstruasi pada wanita usia subur, diatur

oleh kelenjar tiroid . Efek aktivitas tiroid sangat luas. Oleh karena itu, observasi tingkah laku, penampilan, kulit, mata, rambut, dan status kardiovaskular merupakan hal yang penting. Beberapa temuan memerlukan perhatian lanjut (misalnya, pembesaran, konsistensi yang kasar dan berpasir,dan nodul).Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh. Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan.

B.    Anatomi dan Fisiologi Kelenjar TiroidAnatomi Kelenjar TiroidKelenjar  tiroid mulai terlihat/terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan desensus atau menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal ,

persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu jauh akan memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang memproduksi kalsitonin.Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu atau huruf H, dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea inferior. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus prefaring yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis, sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari tiroid.Fisiologis Kelenjar TiroidBahan utama bagi pembentukan hormon thyroid adalah Iodine. Iodine ini terdapat banyak dalam bahan yang berasal dari laut (ikan laut, ganggang, dan sebagainya), atau terdapat dalam alam masuk tubuh lewat minuman serta makanan. Nasib unsur Iodine tersebut yang sudah berada dalam saluran makanan adalah sebagai berikut (CRYER 1976, EVERED 1976, MC KENZIE 1976, INGBAR 1974) : Unsur Iodine diserap usus, masuk sirkulasi dan ditangkap oleh bermacam-macam kelenjar, antara lain : choroid, ciliary body, kelenjar susu, plasenta, kelenjar air ludah, mukosa lambung serta intestinum tenue dan paling banyak oleh kelenjar gondok. Hanya yang terakhir akan disinggung, sebab yang lain tidak mempunyai arti fisiologik maupun klinik.

Prosesnya meliputi tujuh langkah :1. Penangkapan iodide ("iodide trapping ") oleh folikel, yang merupakan proses aktif.2. Organifikasi, dalam mana terjadi oksidasi iodine menempati valensi lebih tinggi yang diteruskan dengan iodinasi oleh unsur ini terhadap residu tirosil molekul thyroglobulin, untuk membentuk MIT (monoiodotyrosin) dan DIT (diiodotyrosin).3. Proses coupling, terjadi pembauran MIT dan DIT membentuk T3 (triodotyronin) dan dua DIT membentuk T4 (thyro)dn). Keduanya masih dalam molekul thyroglobulin (TG).4. Penyimpanan TG yang mengandung MIT, DIT, T3 dan T4 ke dalam kolloid.5. Proteolisis. Pelepasan ikatan TG dengan hormon diatas. Pelepasan ini dipengaruhi protease enzim. Efek TSH terutama ialah memindah TG—hormon tadi dari kolloid ke sel folikel, dan baru disini dicerna oleh enzim proteolisis.6. Deiodinasi. Sebetulnya merupakan usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi unsur Iodine. Dari empat iodotyrosin dan iodotyronin tadi hanya iodotyronin (T3, T4) yang secara biologik dan fisiologik aktif. Oleh karenanya MIT dan DIT dipecah lagi menjadi unsur Iodine dan gugusan tyrosil, yang kemudian kembali lagi dalam siklus hormonogenesis.7. Pelepasan hormon : baik T4 maupun T3 dikeluarkan dari kelenjar, tetapi sebagian besar adalah T4. Hormon yang berada dalam sirkulasi diangkut oleh protein, yaitu : TBG (thyroid binding globulin), TBPA (binding prealbumin) dan albumin. Di samping yang bound ada juga yang "free" , FT4 maupun FT3, yang merupakan hormon aktif dan efektif, lagipula inilah yang efektif dalam mekanisma umpan balik dengan hipofise maupun hipotalamus. Kirakira 0,04% thyroxin dan 0,4% triiodothyronin dalam keadaanbebas. Sebagian besar T4 (80%) dimetabolisir dengan cara deiodinasi diperifer dan kira-kira 50% membentuk T3.

Berdasar hal ini dan sebab lainnya, thyroxin dianggap sebagai "prohormon" sedangkan T3 sebagai active-hormonnya. Hal ini dibuktikan dengan data yang memperlihatkan penderita

athyreotic yang dibuat euthyroid dengan T4 sintetik, maka dalam darahnya terdapat kadar T3 yang normal. Sebagian kecil thyroxin tidak di-deiodinasikan, tetapi terkonjugasi dan diekskresikan lewat empedu. Meskipun ada sirkulasi enterohepatik, toh sebagian ada yang dikeluarkan di tinja maupun di urine. Pengaturan aktifitas kelenjar gondok dipengaruhi oleh hormon TSH dari lobus anterior hipofisis, yang sebaliknya ia masih diatur oleh hipotalamus (TRH thyroid releasing hormone). Kenaikan free hormon T3 dan T4 akan menurunkan, sebaliknya penurunan kadarnya akan menaikkan sekresi TSH sebagai umpan baliknya. Umpan balik ini terutama lewat hipofisis, meskipun kemungkinan lewat hipotalamus belum dikesampingkan. Dengan demikian semua keadaan yang disertai kurangnya kadar hormon dalam sirkulasi akan meningkatkan TSH (pada hipothyroidi, baik compensated maupun decompensated hypothyroidism). Kenaikan TSH diikuti hiperplasi dan hiperfungsi kelenjar gondok. Di samping pengaturan ini, masih ada "autoregulation " oleh kelenjar sendiri, yang berusaha mengatur Iodine intrathyroidal. Sebagai contoh : apabila ada defisiensi Iodine ringan maka reaksi tubuh pertama ialah meningkatnya uptake meskipun TSH tetap. Pada penyakit GRAVES, dulu dianggap sebab utamanya ialah akibat stimulus TSH, namun hakekatnya tidak sedemikian mudah. Stimulator yang berperanan di sini ialah : LATS. Sekarang ada bermacam-macam TSI ini (thyroid stimulating immunoglobulins) di antaranya LATS — p (protector), HTS (human thyroid stimulator) dan H — TACS (human thyroid adenylcyclase stimulator) (Mc KENZIE 1976, SALO MON, KAREN dan KLEEMAN, 1976).Sehubungan dengan tahap/step hormonogenesis di atas, maka obat, zat yang berpengaruh dalam pembentukan hormon ini dapat digolongkan menurut titik tangkap kerjanya, yang semuanya memberikan kurangnya sekresi hormon. Iodine dalam kadar banyak (step 2, 3, 4, 5), thiocyanat, perchlorat, perjodat, nitrat, goitrin dan progoitrin (step 1), thiourea, PTU, MTU, methimazol, PAS, sulfonylurea, sulfonamide (step 2, 3). Perlu diketahui zat yang dapat lewat atau tidak dapat lewat plasenta. Yang dapat lewat, antara lain : unsur Iodine, antithyroid drugs

(PTU, MTU dan sebagainya), LATS, TRH. Yang tidak dapat lewat : TSH. Mengenai T3 dan T4 dapat disimpulkan bahwa terdapat transfer ini tetapi jumlahnya sangat sedikit pada manusia, sedangkan pada domba malahan hanya T3 yang lewat sedangkan T4 tidak. (DUSSAULT et al 1972). Apabila kadar Iodine intrathyroidal kurang (seperti pada pengobatan dengan ATD, defisiensi Iodine, kerusakan karena radiasi) maka kelenjar akan membuat lebih banyak T3 daripada T4, demikian juga sekresinya. Di sini terdapat " preferential

C.    Fisiologi Tiroid dalam KehamilanHormon tiroid tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) disintesis di dalam folikel tiroid. Tiroid-stimulating hormone (TSH) merangsang sintesis dan pelepasan T3 dan T4, yang sebelumnya didahului dengan pengambilan iodide yang penting untuk sintesis hormon tiroid. Walaupun T4 disintesis dalam jumlah yang lebih besar, namun di jaringan perifer T4 dikonversi menjadi T3 yang lebih poten melalui proses deiodinasi. Selama kehamilan normal kadar tiroid binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4 ikut meningkat.Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi dan sistem saraf. Selama trimester pertama kehamilan, fetus bergantung pada ibu untuk menyediakan hormon tiroid melalui plasenta karena fetus tidak dapat menghasilkan hormon tiroid sendiri sampai trimester kedua. Pada minggu ke-10-12, kelenjar tiroid fetus mulai berfungsi namun fetus tetap membutuhkan iodin dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid. Selama trimester kedua dan ketiga, hormon tiroid disediakan oleh ibu dan fetus, namun lebih banyak oleh ibu. Selama kehamilan, fungsi kelenjar tiroid maternal bergantung pada tiga faktor independen namun saling terikat, yaitu :     Peningkatan konsentrasi hCG yang merangsang kelenjar tiroid,     Peningkatan ekskresi iodide urin yang signifikan sehingga menurunkan konsentrasi iodin  plasma, dan     Peningkatan thyroxine-binding globulin (TBG) selama trimester pertama, menyebabkan peningkatan ikatan hormone tiroksin. 

Pada akhirnya, faktor-faktor ini bertanggung jawab terhadap peningkatan kebutuhan tiroid.a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)Seperti yang disebutkan di atas, human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon peptid yang bertanggung jawab untuk produksi progesteron dalam konsentrasi yang adekuat pada awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta yang sedang berkembang. Konsentrasi hCG meningkat secara dramatis selama trimester pertama kehamilan dan menurun secara bertahap setelahnya. Secara struktural, peptide hCG terdiri atas dua rantai, sebuah rantai α dan rantai β, dimana rantai α dari hCG identik dengan struktur yang membentuk TSH. Struktur yang homolog ini menjadikan hCG mampu merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid, namun tidak sekuat TSH.    Kadar TSH turun selama kehamilan trimester pertama, berbanding dengan peningkatan hCG Walaupun hCG sebagai stimulan kelenjar tiroid, konsentrasi hormon tiroid bebas (tidak terikat) pada umumnya dalam batas normal atau hanya sedikit di atas normal selama trimester pertama. Efek perangsangan dari hCG pada kehamilan normal tidak signifikan dan normalnya ditemukan pada pertengahan awal kehamilan. Pada awal minggu ke-12 atau pada kondisi patologis tertentu, termasuk hipermesis gravidarum dan tumor trofoblastik, konsentrasi hCG mencapai kadar maksimal yang akan menginduksi keadaan hipertiroid dimana kadar tiroksin bebas meningkat dan kadar TSH ditekan. b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama kehamilan, akibat peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan meningkatnya pengeluaran iodine lewat ginjal yang berlangsung pada awal kehamilan. Ini merupakan faktor penyebab turunnya konsentrasi iodine dalam plasma selama kehamilan. Kompensasi dari kelenjar tiroid dengan pembesaran dan peningkatan klirens iodin plasma menghasilkan hormon tiroid yang cukup untuk mempertahankan keadaan eutiorid. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pembesaran kelenjar tiroid adalah hal  yang fisiologis, merupakan kompensasi

adaptasi terhadap peningkatan kebutuhan iodin yang berhubungan dengan kehamilan. c. Thyroxine Binding Globulin Hormon tiroid dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu  thyroxine binding globulin (TBG), albumin, dan thyroxine binding prealbumin (TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga protein tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada pasien tidak hamil, sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan normal, terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini menggambarkan peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI) normal. Untuk menjamin kestabilan kadar hormon bebas, mekanisme umpan balik merangsang pelepasan  TSH yang bekerja untuk meningkatkanpengeluaran hormon dan menjaga kestabilan hemostasis kadar hormon bebas. Peningktan konsentrasi TBG merupakan efek langsung dari peningkatan kadar estrogen selama kehamilan.      Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG, memperpanjang waktu paruh dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi TBG serum. Estrogen juga merangsang hati untuk mensintesis TBG dan menyebabkan penurunan kapasitas TBPA. Pada akhirnya, proporsi hormon tiroksin dalam  sirkulasi yang berikatan dengan TBG meningkat selama kehamilan, dan dapat mencapai 75%. Kadangkala perubahan hormonal ini dapat membuat pemeriksaan  fungsi tiroid selama kehamilan sulit diinterpretasikan.

D.    EtiologiTerbagi menjadi 4 yaitu :1.    Hashimoto’s Tiroiditis Adalah penyakit autoimun dimana system imun tubuh secara tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Sebagian kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis genetik.2. Lymphoctic Thiroiditis ( yang mungkin terjadi setelah hipertiroid ) Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid.

Ketika peradangan disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai lymphoctic thiroiditis.3. Kekurangan Hormon TiroidKebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap harus terpenuhi. Kelenjar gondok ( tiroidea ) menghasilkan hormon tiroid yang prosesnya memerlukan unsure yodium. Selain itu hormon tiroid, kelenjar gondok menghasilkan hormon pertumbuhan, sebagai pengatur metabolisme protein, lemak dan masih banyak fungsinya.Pada ibu hamil jumlah yodium adalah 200 µg. dalam keaadan dimana ibu hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat kekurangan yodium, maka kehamilan ini berakibat memperberat penyakit gangguan kelenjar tiroid tersebut.4. Terapi RadiasiRadiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.

E.    PatofisiologiPada kehamilan dengan hipotiroid, kebutuhan hormon tiroksin akan meningkat sehingga dapat terjadi hipotiroid. Hal ini mengakibatkan timbulnya mekanisme umpan balik (feedback mechanism) yang meningkatkan produksi TSH untuk merangsang pelepasan tiroksin pada kelenjar tiroid. Rangsangan TSH terus-menerus pada kelenjar tiroid yang tidak mendapat cukup suplai untuk produksi hormon tiroksin berakibat pada hiperplasia kelenjar tiroid. Akibat berulangnya episode hiperplasia, involusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis, nekrosis, kalsifikasi pembentukan kista yang menampakkan diri sebagai struma nodosa. Penyebab hipotroid primer umumnya meliputi tiroiditis autoimun seperti tiroiditis Hashimotho’s, penyebab iatrogenik seperti radiasi atau pembedahan, hipotiroid kongenital, obat - obatan seperti lithium atau amiodaron, defisiensi yodium, dan penyakit-penyakit infiltratif. Hipotiroidisme sekunder dapat disebabkan oleh penyakit hipotalamus atau hipofisa (Sheehan disease).

Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak janin. Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid dari ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan dengan hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri, hipotiroid meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak mencukupi, maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul goiter atau struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher (gondok). Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun, obstipasi, lesu, anoreksia, BB meningkat, dapat berisiko terjadinya abortus, peningkatan tekanan darah & prematuritas.

F.    Fungsi Kelenjar TiroidFungsi utama kelenjar tiroid adalah mempertahankan laju metabolisme yang sesuai. Kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid penting untuk metabolisme kalsium dan juga bekerja untuk mengurangi konsentrasi kalsium plasma darah. Hal ini mencegah terbentuknya osteoklas-osteoklas baru (Martinelli & Fontana, 1990). Ketidakseimbangan dapat menyebabkan tulang-tulang melemah.Adapun fungsi kelenjar tiroid adalah:1. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi2. Mengatur pengguanaan oksidasi3. Mengatur pengeluaran karbondioksida4. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan5. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:1.    Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein2.    Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel. Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan

mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid. Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH).Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3). Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.

Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu. Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil. 

G.    Manifestasi klinisGejala utama :1.    Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah

Adam’s apple.2.    Perasaan sesak di daerah tenggorokan.3.    Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).4.    Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).5.    Suara serak.6.    Distensi vena leher.7.    Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala8.    Kelainan fisik (asimetris leher)9.    Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang yaitu secara subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 x per 20 menit

Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :1.    Tingkat peningkatan denyut nadi2.    Detak jantung cepat3.    Diare, mual, muntah4.    Berkeringat tanpa latihan5.    Goncangan6.    Agitasi

H.    Pembentukan dan Sekresi Hormon TiroidAda 7 tahap, yaitu:1.    TrappingProses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifatenergy dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.2.    OksidasiSebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin

membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar  iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.

3.    CouplingDalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.4.    Penimbunan (storage)Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.5.    DeiodinasiProses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.6.    ProteolisisTSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.7.    Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan

Thyroid Binding Pre Albumin(TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.

I.    Kelenjar  Tiroid Selama Masa Kehamilan1.    Fungsi Tiroid pada KehamilanPerubahan mencolok dalam paramater tiroid selama kehamilan adalah peningkatan dari TBG dengan akibat meningkatnya T4 total dan T3 total pada serum. Peningkatan TBG disebabkan oleh glikosilasi hepar akibat-estrogen dari TBG dengan Nasetilglukosamin, yang memperpanjang kecepatan bersihan metabolik TBG. Biasanya tidak terdapat perubahan dalam prealbumin pengikat tiroksin dan sedikit perubahan pada albumin. Walaupun T4 dan T3 total meningkat, keseimbangan yang baru timbul antara tironin bebas dan terikat, dan kadar T4 bebas dan T3 bebas normal. Perubahan lain pada kehamilan termasuk suatu peningkatan bersihan iodida, yang pada daerah dengan asupan iodin yang rendah, dapat menyebabkan suatu penurunan T4, suatu kenaikan TSH, dan pembesaran tiroid. hCG, yang mencapai puncak mendekati akhir dari trimester pertama, mempunyai aktivitas agonis TSH yang lemah dan dapat merupakan 24 penyebab dari pembesaran tiroid yang ringan yang terjadi pada saat tersebut. Ibu melintasi plasenta dan mensuplai kebutuhan janin; dalam jumlah yang besar, I dapat menghambat fungsi tiroid janin. TSH-R Ab[stim] dan TSH-R Ab[blok] ibu juga dapat melintasi plasenta dan dapat merupakan penyebab dari gangguan fungsi tiroid pada janin. Seperti dijelaskan di atas, sebagian besar T3 dan T4 ibu

diiodinisasi oleh deiodinase-5 plasental tipe 3 dan tidak mencapai janin. Namun, obat-obatan antitiroid seperti propiltiourasil dan metimazol melintasi plasenta dan dalam dosis yang besar akan menghambat fungsi tiroid janin

Kehamilan akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi kelenjar tiroid ibu, sehingga kadang-kadang menyulitkan penegakan diagnosis penyakit atau menentukan adanya kelainan tiroid.Proses hiperplasia glandular dan bertambahnya volume kelenjar tiroid akan menyebabkan kelenjar tiroid membesar sedang, sehingga penggunaan iodid (iodide uptake) oleh kelenjar tiroid ibu juga akan meningkat. Akibatnya, sekresi harian hormon tiroksin juga akan meningkat. Pada awal kehamilan hormon tiroksin ibu akan pindah kejanin sehingga terjadi hipotiroidisme janin. Proses akan terjadi selama kehamilan.Hormon tiroid diperlukan untuk perkembangan otak dan fungsi mental normal. Selain kadar hormon total ataupun terikat, konsentrasi thyroid-binding globulin (TBG) dalam serum darah ibu juga akan meningkat secara bermakna. Akibat rangsangan tiroid, karena adanya aktivitas silang dari hormon chorionic gonadotropin yang lemah, maka pada awal kehamilan aktivitas tirotropin akan menurun, sehingga tidak dapat melalui sawar plasenta.Pada kehamilan 12 minggu pertama kadar hormon chorionic gonadotropin akan mencapai puncaknya dan kadar tiroksin bebas akan meningkat dan akan menekan kadar tirotropin, sehingga thyrotropin releasing hormone (TRH) tidak dapat terdeteksi dalam serum darah ibu. Berbeda dengan trimester pertama, pada pertengahan kehamilan, walaupun serum TRH janin tidak meningkat, tetap dapat terdeteksi. Hal ini karena adanya transfer plasenta yang minimal.Gangguan kelenjar tiroid pada umumnya di dapatkan pada perempuan muda. Insidensi hipertiroidism, hipotiroidism, dan tiroiditis diperkirakan sekitar 1%.Terhadap hubungan yang erat antara fungsi kelenjar tiroid ibu

dan janin yang dikandungnya. Janin bergantung pada hormon tiroksin ibu. Obat-obat yang diminum ibu akan mempengaruhi kelenjar tiroid ibu dan kelenjar tiroid janin.Sebagian besar gangguan kelenjar tiroid dapat diketahui dengan terdeteksinya otoantibodi pada berbagai komponen sel. Antibodi selain dapat merangsang fungsi kelenjar tiroid, juga dapat menghambat atau bahkan menyebabkan terjadinya peradangan kelenjar tiroid, sehingga jaringan tiroid akan menjadi hancur.Thyroid stimulating immunoglobulin yang menempel dan mengaktifkan reseptor tirotropin menyebabkan hiperfungsi dan pertumbuhan kelenjar tiroid. Antibodi ini dapat diidentifikasi pada sebagian besar penderita dengan gambaran klasik penyakit graves.Selama masa hamil, pembesaran moderat kelenjar tiroid merupakan akibat hiperplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularitas. Konsumsi oksigen dan peningkatan BMR merupakan akibat aktivitas metabolik janin.Kelenjar tiroid berkembang bersama struktur kepala dan leher selama minggu ketiga dan keempat. Sekresi tiroksin dimulai selama minggu ke-8. Tiroksin ibu tidak dengan mudah menembus plasenta. Akibatnya, janin yang tidak memproduksi hormon tiroid akan lahir menderita hipotiroidisme kongenital. Apabila kondisi ini tidak diobati,bayi akan mengalami retardasi mental berat. Semua neonatus diskrining melalui pemeriksaan darah setelah lahir untuk mengetahui apakah neonatus tersebut mengalami hipotiroidisme (Appendiks F).Korteks adrenal dibentuk selama minggu keenam dan menghasilkan hormon pada minggu  ke-8 dan ke-9. Menjelang aterm, janin menghasilkan lebih banyak kortisol. Hal ini diduga membantu dimulainya persalinan dengan menurunkan progesteron ibu dan merangsang produksi prostaglandin.Pankreas dibentuk dari usus depan selama minggu kelima sampai ke-8. Pulau Langerhans terbentuk selama minggu ke-12. Insulin dihasilkan pada minggu ke-20. Bayi dari ibu yang diabetesnya tidak terkontrol akan mengalami hiperglikemia akibat hiperglikemia ibu, yang selanjutnya akan merangsang hiperinsulinemia dan hiperplasia sel-sel pulau Langerhans. Kondisi

ini akan menghasilkan janin berukuran besar. Hiperinsulinemia juga menghambat pematangan paru, sehingga neonatus berisiko mengalami distres pernapasan dan hipoglikemia saat sumber glukosa ibu hilang saat melahirkan. Pengaturan kadar glukosa ibu selama masa hamil mengurangi masalah pada bayi.

2.    Kelainan kelenjar tiroid dalam kehamilana.    HipotiroidHipotiroid adalah menurunnya produksi hormon tiroid pada kalenjar tiroid. Kalenjar tiroid sendiri bertugas melepas hormon tiroid keseluruh tubuh lewat pembuluh darah. Pada kasus hipotiroid, pelepasan ini tidak bisa terlaksana dengan baik sehingga berbagai aktivitas fisik dan mental akan ikut terganggu.Sebagian besar penyakit hipotiroid pada orang dewasa disebabkan oleh dirusaknya kelenjar tiroid oleh otoantibodi, khususnya antibodi antitthyroid peroxidase. Oleh karena itu, gangguan-gangguan hipotiroid juga berhubungan dengan tirotoksikosis graves. Kedua kelainan ini mungkin berhubungan akibat terjadinya transfer timbal balik sel-sel janin pada kehamilan sebelumnya.Secera klinis diagnosis hipotiroid ditegakan apabila kadar tiroksin bebas rendah, sedangkan kadar tirotropin meningkat.Keadaan hipotiroid di hubungkan dengan meningkatnya kejadian infertilitas (kemandulan) atau keguguran, dan tidak umum ditemukan keadaan hipertiroid yang berat dalam kehamilan.Karena adanya perdarahan haid anovulatoar (ovulasi tidak ada). Maka wanita ini jarang menjadi hamil (mandul). Namun, wanita cebol ini dapat pula menjadi hamil.KlasifikasiSecara klinis di kenal 3 hipotiroid,yaitu :1.    Hipotiroid sentral,karena kerusakan hipofisis atau hipothalamus.2.    Hipotiroid primer apabila yang rusak kelenjar tiroid.3.    Karena sebab lain,seperti farmakologis,defisiensi yodium,kelebihan yodium,dan resistensi perifer.

Yang paling banyak di temukan adalah hipotiroidisme primer.

Oleh karena itu,umumnya diagnosis di tegakkan berdasar ataas TSH merangka.Gejala-gejala: cebol (kritinismus), edema kulit lembut, kulit kering, lekas letih, lidah besar, dan suara serak. Pengaruh pada kehamilan dan persalinan:1)    Abortus habitualis (abortus 3 kali atau lebih/berturut-turut)2)    Cacat bawaan dan kritinismus janin3)    Kehamilan dapat berlanjut sampai a terme, namun karena ibu cebol persalinan dapat macet dan diakhiri dengan seksio sesarea.4)    Tetapi dilakukan dengan pemberian tiranon.

Insidensi dalam kehamilanInsidensi kejadian hipotiroid adalah sekitar 2,5%. Defisiensi kelenjar tiroid klinik ditemukan pada 1,3 per 1000 dan subklinis 23 per 1000 orang.Hipotiroid subklinisInsidensi keadaan hipotiroid subklinis pada perempuan berusia antara 18-45 tahun adalah sekitar 5 %. Dari semua ini, 2-5 % pertahun keadaan mereka memburuk dan berkembang menjadi kegagalan tiroid secara klinis.Faktor keturunan merupakan faktor resiko. Faktor-faktor resiko lainnya untuk terjadinya kegagalan kelenjar tiroid adalah penyakit diabetes tipe 1 dan antibodi anti mikrosomal.Efek hipotiroid subklinis pada hasil akhir kehamilanKelainan organ tiroid ibu dan janin saling berhubungan. Pada keduanya fungsi tiroid sangat bergantung pada cukup tidaknya iodin. Defisiensi asupan iodin pada awal kehamilan dapat menyebabkan keadaan hipotiroid pada ibu.Hipotiroid dengan gambaran klinik yang jelas berhubungan dengan keadaan perinatal yang buruk. Jika gangguan tiroid ini dapat diatasi sebelum terjadi kehamilan, biasanya didapatkan keadaan perinatal yang normal.Terapi pengganti yang di gunakan adalah dengan memberikan tiroksin, dosis antara 50-100 g per hari. Kadar serum tirotropin diukur setiap 4-6 minggu dan dosis tiroksin ditingkatkan antara 25-50 g sampai mencapai nilai normal.

Kehamilan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan tiroksi yaitu sekitar sepertiganya dan kemungkinan akibat meningkatnya produksi hormon estrogen. Oleh karena itu, pada kehamilan kebutuhan tiroksin pengganti jadi lebih tinggi.Keadaan hipotiroid pada ibu dapat menghambat perkembangan neurofisiologik janin. Anak-anak yang dilahirkan oleh perempuan dengan kadar T4 kurang dari 10 persentil, berisiko terjadinya ketidakseimbangan perkembangan psikomotor. Selain itu, pada hipotiroid subklinis bisa meningkatkan terjadinya persalinan prematur, solusio plasenta, dan perawatan bayi di NICU.Defisiensi iodinBegitu konsepsi terjadi, kebutuhan iodin yang cukup sangat diperlukan guna perkembangan neurologik janin. Asupan yang di rekomendasikan selama kehamilan adalah paling tidak 220 g/hari.Defisiensi iodin akan mempengaruhi gangguan perkembangan neurologik janin. Pemberian suplemen tambahan pada keadaan defisiensi iodin yang ringan, akan mencegah terjadinya goiter pada janin.Defisiensi iodin yang sedang akan memberikan efek sedang pula dan efeknya terhadap perkembangan fungsi intelektual dan psikomotor sangat bervariasi, sedangkan defisiensi iodin yang berat akan menyebabkan kerusakan yang berat seperti keadaan kretinisme endemik (endemic cretinism).Pemberian tambahan iodin sebelum kehamilan akan mencegah kerusakan neurologik akibat defisiensi berat, bahkan akan memberikan efek pencegahan yang parsial meskipun baru diberikan ketika kehamilan sudah terjadi.Hipotiroid kongenitalInsudensi hipotiroid kongenital adalah sekitar 1 diantara 4000-7000 bayi. 75 % bayi-bayi dengan hipotiroid memiliki kondisi agenesis kelenjar tiroid atau dishormonogenesis, sedangkan 10 % lainnya menderita hipotiroid transien. Pemberian terapi pengganti tiroksin secara dini dan agresif sangat penting untuk bayi-bayi ini, kecuali pada yang menderita hipotiroid kongenital yang berat.

Gejala klinis

Diagnosis berdasarkan klinis sulit dilakukan karena penyakit hipotiroid pada kehamilan dengan kehamilan normal memiliki gejala-gejala klinis yang sama seperti :    kelelahan     mual     penurunan berat badan    kesemutan     sulit buang air besar     pusing, sakit kepala Selain itu gejala lain seperti :     pembengkakan kulit disekitar mata (non-pitting oedema)    kulit kering    suara serak dan    lidah besar    Hipotiroid pada ibu hamil dapat berakibat buruk bagi ibu maupun perkembangan janin atau bayinya, terutama bila hipotiroid terjadi pada trimester pertama karena pada periode tersebut janin hanya dapat memperoleh hormon tiroid dari ibunya. Sebanyak 2,5% wanita akan memiliki kadar TSH yang meningkat hingga lebih dari 6 dan sebanyak 0,4% akan memiliki kadar TSH lebih dari 10 selama kehamilan. Apabila tidak diobati, hipotiroidisme pada masa kehamilan dapat menyebabkan :    Biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, sehingga tidak jarang wanita menderita abortus habitualis.     Kelahiran premature    BBLR    Anemia     Kelainan plasenta (solusio plasenta)    Perdarahan setelah melahirkan.

    Mempercepat terjadinya - Gagal ginjal kongestif pada ibu - Gagal jantung -  Preeklampsia Dampak pada anak yang dilahirkan adalah     ketidakseimbangan perkembangan psikomotor 

    Kemungkinan cacat bawaan    Bayi juga menjadi hipotiroid     Kretinisme     Memiliki berat badan rendah dan     Berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang  atau retardasi mentalPemeriksaan Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka perlu dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan TSHs,  FT4, T3 dan anti TPO.PenatalaksanaanPengobatan hipotiroidisme adalah Terapi pengganti dengan memberikan tiroksin, dosis antara 50-100 g per hari. Tujuannya ada¬lah menormalkan kadar hormon tiroid pada ibu hamil sehingga mencegah kelainan kehamilan dan cacat janin Kadar serum tirotropin diukur setiap 4-6 minggu dan dosis tiroksin ditingkatkan antara 25-50 g sampai mencapai nilai normal.Diagnosa1.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.2. Perubahan suhu tubuh3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

Intervensi1.    Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitifTujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.Kriteria hasil : aktivitas dapat di lakukanIntervensi :    Atur interval waktu antara aktivitas dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.Rasional    :    Mendorong aktivitas sambil memeberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

Intervensi :         Bantu aktiviatas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lain.Rasional    :    Dengan membersihkan trakheostomy, menghindari terjadinya penumpukan sekret dan agar jalan nafas bersihIntervensi :        Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress.Rasional    :    Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulakan stree pada pasien.2.    Perubahan suhu tubuhTujuan : Pemeliharan suhu tubuh yang normalKriteria hasil : Suhu tubuh tetap normal.Intervensi    :    Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.Rasional    :    Meminimalkan kehilangan panasIntervensi    :    Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luarRasional    :    Mengidentifikasi adanya infeksi dan memperkecil komplikasIntervensi    :    Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunanya dari nilai dasar suhu normal pasien.Rasional    :    Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya komamik sedema.

3.    Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrontestinalTujuan : pemeliharaan funsi usus yang normalKriteria hasil : usus tetap terjagaIntervensi    :    Dorong peningkatan asupan cairanRasional    :    Meminimalkan kehilangan panasIntervensi    :    Berikan makanan yang kaya akan seratRasional    :     Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar.Intervensi    :    Ajarkan kepada klien,tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air.Rasional    :     Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras.

Intervensi    :    Pantau fungsi ususRasional    :     Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.Intervensi    :    Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas toleransi latihan.Rasional    :    Meningkatkan evakuasi feses.         4.    Pola nafas tidak efektif berhubungan depresi ventilasiTujuan :Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas yang normalKriteria hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.Intervensi    :    Pantau frekuensi ke dalaman pola pernafasan oksimetri denyut nadi dan gas darah arterialRasional    :    Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.Intervensi    :     Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.Rasional    :    Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasannya adekuat.Intervensi    :     Berikan obat ( hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.Rasional    :    Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotiksedatif.Intervensi    : Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika di perlukan.Rasional    :    Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin di perlukan jika terjadi depresi pernapasan

b.    HipertiroidHipertiroid pada kehamilan (morbus basodowi) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolisme basal 15-20%, kadang kala disertai pembesaran ringan  kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.(Wilson, 2005)Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap

pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.Bentuk yang umum dari masalah ini adalah penyakit graves,sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma , tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat,tiroditis subkutan dan berbagai bentuk kenker tiroid. (arief mansjoer, 1999)Insidensi kehamilan dengan gejala tirotoksikosis atau hipertiroidisme adalah 1:2000 kehamilan.Kehamilan normal akan menimbulkan keadaan klinik yang mirip dengan kelebihan tiroksin (T4), sehingga tirotoksikosis yang ringan mungkin akan sulit terdiagnosis. Gambaran laboratorium memperlihatkan kadar serum T4 bebas meningkat, sedangkan kadar tirotropin menurun. Kadar tirotropin bisa terdeteksi sampai kadar kurang dari 0,1 m U/I , sehingga akan meyebabkan ditemukannya keadaan hipertiroid subklinis (sekitar 1%). Keadaan subklinis ini dapat ditemukan dan terdeteksi dengan pemeriksaan tirotropin. Efek jangka panjang keadaan tirotoksikosis subklinikal yang persisten diawasi secara berkala karena dan menyebabkan terjadinya aritmia jantung, hipertrofi ventrikel jantung, dan osteopenia.Beberapa gejala yang sering ditemukan adalah takikardi pada kehamilan normal, nadi rata-rata waktu tidur meningkat, tiromigali, eksoftalmus, tremor, hiperkinesis, kenaikan bmr sampai 25%, dan kadar tiroksin dalam darah. Kelenjar tiroid membesar dan berat badan tidak tambah walaupun cukup makan.Gejala Klinik    Takikardi     Susah tidur (Insomnia)    Eksoftalmus (Mata kelihatan melotot)    Tiromegali    Penurunan berat badan     Nyeri sendi    Tremor (Gemetaran), Gugup (Nervous)    Merasa kepanasan pada suhu normal atau dingin    Keringat berlebihanPengaruh kehamilan terhadap penyakit :    Kehamilan dapat membuat struma tambah besar dan 

    keluhan penderita bertambah beratPengaruh penyakit terhadap kehamilan dan persalinan :    Kehamilan sering berakhir : abortus (abortus habitualis)    Partus prematurus    Kala II hendaknya diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps, karena bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi kordis.

Dampak  pada Janin dan NeonatusSebagian janin bisa dalam keadaan eutiroid dan sebagian kecil lainya hiper atau hipotiroid. Kedua kondisi ini dapat terjadi seiring dengan ada tidaknya goiter.Gambaran klinik yang mungkin dapat ditemukan pada bayi baru lahir dari ibu yang terpapar  tiroksin secara berlebihan adalah sebagai berikut :    Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin atau bayi baru lahir akibat adanya transfer thyroid-stimulating immunoglobulin melalui plasenta. Janin bisa dalam keadaan nonimmune hydrops atau bahkan meninggal.    Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dari ibu yag mendapatkan pengobatan golongan thiomide. Keadaan hipotiroid ini dapat diterapi dengan pemberian tiroksin secara intra-amniotik.    Pada janin juga dapat terjadi hipotiroidism tanpa adanya goiter sebagai akibat masuknya thyrotropin-receptor blocking antibodies ibu melalui plasenta.Hasil Akhir KehamilanKeadaan bayi perinatal dari perempuan dengan tirotoksikosis sangat tergantung dengan tercapai tidaknya pengontrolan metabolic. Kelebihan tiroksin dapat menyebabkan keguguran spontan.Pada perempuan yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka yang tetap hipertiroid meskipun terapi telah diberikan, akan meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi, kegagalan jantung dan keadaan perinatal yang buruk.Pemeriksaan Laboratorium    Thyroid-stimulating hormone (TSH): biasanya rendah.

    Kadar serum T4 bebas meningkat.    Triiodothyronine (T3): meningkat.    TSH receptor antibody (TSI): antibodi ini ada pada Grave's disease.    Antithyroid antibodi: antibodi ini ada pada Hashimoto dan Grave's disease.Penatalaksanaan•    Pemberian obat-obat Propylthiouracil (PTU) atau methimazole (Tapazole) •    Operasi tiroidektomi, lakukan pada trimester IIIPengobatan hyperthyroid dalam kehamilan dipergunakan obat-obatan seperti Propylthiouracil (PTU) atau methimazole (Tapazole) yang merupakan obat lapis pertama (first line). Kedua obat ini sama efekifitasnya serta tidak meningkatkan risiko efek samping jika dikonsumsi saat hamil.Beberapa klinisi memilih propylthiouracil (PTU) karena obat ini sebagian menghambat perubahan T4 menjadi T3 dan lebih sedikit melewati sawar plasenta bila dibandingkan dengan methimazole. Walau jarang dan belum terbukti, penggunaan methimazole harus lebih hati-hati karena pemberian diawal kehamilan diduga ada hubungannya dengan terjadinya atresia esophagusm (kegagalan pada fase embrio), khoana dan aplasia cutis.

Diagnosa Keperawatan1.    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; 2.    Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.3.    Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia. 4.    Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan

penutupan kelopak mata/eksoftalmus.

Intervensi Keperawatan 1.    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; ,Tujuan : mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.Intervensi1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi. 2.    Pantau CVP jika pasien menggunakannya. 3.    Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien. 4.    Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur. 5.    Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik. 6.    Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia. 7.    Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal. 

2.    Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.Hasil yang diharapkan : Megungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktifitas.

Intervensi1.    Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan aktifitas. 2.    Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan sianosis. 3.    Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sesori, warna – warna yang sejuk dan

musik santai (tenang).4.    Sarankan pasien untuk mengurangi aktifitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak – banyaknya jika memungkinkan. 5.    Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman, seperti: sentuhan/masase, bedak yang sejuk.6.    Memberikan aktifitas pengganti yang menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.

3.    Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan); mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.Tujuan : Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda – tanda malnutrisiIntervensi 1.    Auskultasi bising usus. 2.    Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual dan muntah. 3.    Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan adanya penurunan berat badan. 4.    Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna. 5.    Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu dll).

4.    Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.Tujuan : Mampu mengidentifikasikan tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.Intervensi1.    Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak

mata, lapang pandang sempit, air mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata.2.    Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda (diplopia).3.    Anjurkan pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.4.    Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.5.    Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan

BAB IIIKESIMPULAN

Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Selama kehamilan normal kadar tiroid binding globulin (TBG) dalam sirkulasi meningkat dan juga akhirnya T3 dan T4 ikut meningkatKelainan tiroid pada kehamilan dapat berupa kekurangan (hipotiroid) atau kelebihan (hipertiroid) hormon tiroid. Kelainan tiroid ini dapat mempengaruhi ibu dan janin yang dikandungnya.Pada umumnya, hipotiroid pada ibu hamil terjadi karena kekurangan iodium. hipotiroid pada kehamilan dengan kehamilan normal memiliki gejala-gejala klinis yang sama seperti : kelelahan, mual, penambahan, berat badan. kesemutan, sulit buang air besar, pusing, sakit kepala, pembengkakan kulit disekitar mata (non-pitting oedema), kulit kering, suara serak dan lidah besar. Hipotiroid pada masa kehamilan dapat menyebabkan : kehamilan berakhir dengan abortus, sehingga tidak jarang wanita menderita abortus habitualis, kelahiran prematures, anemia, gagal jantung, preeclampsia, kelainan plasenta (solusio plasenta), perdarahan setelah melahirkan. Dampak pada anak yang dilahirkan adalah ketidakseimbangan perkembangan psikomotor, kemungkinan cacat bawaan, bayi juga menjadi hipotiroid, kretinisme, memiliki berat badan rendah dan

berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang  atau retardasi mental. Pengobatan hipotiroidisme adalah Terapi pengganti dengan memberikan tiroksin, dosis antara 50-100 g per hari.Hipertiroid pada kehamilan penyebab tersering adalah Graves. Gejala kliniknya takikardi, susah tidur (Insomnia), eksoftalmus, tiromegali, penurunan berat badan, nyeri sendi, tremor gugup, merasa kepanasan pada suhu normal atau dingin, dan keringat berlebihan. Kelebihan tiroksin dapat menyebabkan keguguran spontan. Sebagian janin bisa dalam keadaan eutiroid dan sebagian kecil lainya hiper atau hipotiroid. Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin atau bayi baru lahir. Pada perempuan yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka yang tetap hipertiroid meskipun terapi telah diberikan, akan meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi, kegagalan jantung dan keadaan perinatal yang buruk. Pengobatan hyperthyroid dalam kehamilan dipergunakan obat-obatan seperti Propylthiouracil (PTU) atau methimazole (Tapazole) yang merupakan obat lapis pertama (first line).

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. Lowdermilk. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Penerbit. Buku Kedokteran EGC. 

Biunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Vol.2 Edisi 8, Penerbit EGC Buku Kedokteran.

Cuningham, F.G.  Obstetri William Vol 1.  Edisi 2.  Jakarta : EGC. 2006. 

P. Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. edisi ke 4. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 

http://rinton.wordpress.com/2009/10/21/tiroid-kelenjar-gondok/

http://www.indonesiaindonesia.com/f/11231-kelenjar-tiroid/

http://artikelkedokteran.net/fungsi-kelenjar-tiroid.htm

http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-pada-ibu-hamil-dgn-hypertiroid.htm

http://keperawatantakim.blogspot.com/2009/09/04/askep-gangguan-tiroid.html(tinjauanteoritis)

http://www.asuhan-kep-kebidanan.co.cc/2010/03/askep-ibu-hamil-dgn-hyprtiroid.html

Diposkan oleh Lani Makaminang   di 08:50

THYROID PADA KEHAMILANTHYROID PADA KEHAMILAN

ANATOMI FISIOLGIAda 4 macam control terhadap faal kelenjar tiroid:1. TRH (Throtrophin releasing hormone); hormone ini di sintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH ini dikeluarkan lewat system hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.2. TSH (Thyroid stimulating hormone); suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit (alfa dan beta). Sub unit alfa sama seperti hormone glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan human chronic gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormone secara aktif. Tetapi sub unit beta adalah khusus untuk setiap hormone. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor dipermukaan sel thyroid TSH-reseptor (TSH-r) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan yodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormone meningkat.3. Umpan balik sekresi hormone. Kedua ini merupakan efek umpan balik ditingkat hipofisis. Khususnya hormone bebaslah yang berperan dan bukannya hormone yang terikat. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.4. Pengaturan tingkat kelenjar thyroid sendiri. Gangguan yodinasi tirosin dengan pemberian yodium banyak disebut fenomena Wolf-Chaikoff escape, yang terjadi karena mengurangnya afinitas trap yodium sehingga kadar intrathyroid akan

mengurang. Escape ini terganggu pada penyakit thyroid autoimun.

Fungsi hormon tiroksin dalam tubuh yaitu :1. Meningkatkan kecepatan metabolisme kecepatan metabolisme secara menyeluruh.2. Pada anak-anak untuk merangsang pertumbuhan.Pembentukan, penyimpanan dan sekresi hormon tiroid terdiri dari langkah-langkah berikut:1. Tiroglobulin (TGB) mengandung tirosin yang dihaskan didalam sel folikel tiroid dipindahkan kedalam koloid melalui proses eksositosis.2. Tiroid menangkap yodium dari darah dan memindahkannya ke dalam koloid oleh sel folikel melalui suatu pompa yodium (iodine trapping mechanism) yang sangat aktif.3. Didalam koloid, yodium dengan cepat melekat ke sebuah tirosin didalam molekul tiroglobulin. Pengikatan satu yodium ke tirosin didalam molekul TGB menghasilkan monoiodotirosin (MIT) sedangkan perlekatan dua iodium menghasilkan diiodotirosin (DIT).4. Penggabungan 2 diiodotirosin menghasilkan T4 dan penggabungan 1 monoiodotirasin dan 1 diiodotirosin menghasilkan T3.5. Pada stimulasi yang sesuai sel foikel tiroid memakan sebagian tiroid yang mengandung tiroglobulin melalui proses fagositosis. Lisosom menyerang vesikel yang dimakan tersebut dan memisahkan produk beryodium dari tiroglobulin. T3 dan T4 bebas berdifusi didalam darah baik secara langsung maupun melalui limfe.6. Hormon-hormon tiroid tetap disimpan dikoloid sampai saatnya dipecah dan disekresikan.Bagaimana cara mendeteksi thyroid desease?American Thyroid Association merekomendasikan skrining fungsi thyroid seperti kadar serum thyroid-stimulating hormone (TSH) pada usia 35 tahun da dilakukan tiap 5 tahun. Walaupun skrining masih kontroversi, namun uji laboratorium adalah diagnosis standar. Skrining juga direkomendasikan pada wanita yang mengalami infertilitas atau mengalami gangguan menstruasi. 

Mekanisme pengaturan hormon tiroid oleh hipotalamus-hipofisis-tiroid.TSH (thyroid Stimulating Hormone) mempertahankan struktur kelenjar tiroid. Jika kekurangan hormon ini akan terjadi atrofi tiroid dan hanya sedikit hormon yang dihasilkan.apabila banyak sekresi hormon (hipertiroidisme) akan terjadi pertambahan ukuran sel folikular. TSH disekresi oleh hipofisis anterior. TRH (Thyrotropin Relaxing Hormone) berfungsi untuk merangsang sekresi TSH oleh hipofisis anterior. TRH dihasilkan oleh hipotalamus. Pertambahan hormon tiroxin akan merangsang umpan balik negatif pada hipotalamus dan menginhibisi sekresi TRH. 

Thyroid pada kehamilang/dL sebelum hamil. Kelenjar thyroid akan berfungsi pada 10-11 minggu dan mencapai kadar T4 darah dewasa pada saat 18-20 minggu. Selama kehamilan terjadi peningkatan basal metabolik rate (BMR) 20-25%, dimulai 4 bulan kehamilan. Sehingga terjadi peningkatan konsumsi oksigen oleh aktifitas metabolik janin.g/dL dari level 5-12 Diawal kehamilan terjadi peningkatan hormone thyroxine (T4) dan penurunan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH). Perubahan kedua hormon tersebut diikuti dengan peningkatan hCG sehingga terjadi mual muntah. TSH sedikit menurun pada trimester pertama dan kemudian kembali normal sepanjang masa kehamilan. Estrogen meningkatkan jumlah protein dalam serum, yang meningkatkan jumlah protein pengikat hormone thyroid total dalam darah. Thyroid berfungsi normal jika TSH, Free T4 dan Free T3 normal sepanjang kehamilan. T4 meningkat pada 6 – 12 minggu postpartum. Peningkatan serum protein-bound iodine (PBI) sampai pada level 9-16 Kelenjar tiroid secara moderat membesar dikarenakan terjadinya hiperplasia jaringan glandular dan peningkatan vaskularisasi. Hipertropi jaringan tiroid tidak berhubungan dengan peningkatan aktivitas tiroid sendiri melainkan oleh karena peningkatan basal metabolismerate selama hamil. Bagaiman pun juga kehamilan normal tidak menyebabkan tiromegali yang signifikan, dan terjadinya goiter yang terjadi pada kehamlan sebaiknya dipertimbangkan sebagai keadaan yang patologik.Dalam beberapa penelitian menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat hormon thyroid yang rendah memiliki bayi dengan perkembangan fisik maupun mental yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang memiliki tingkat hormon thyroid normal. Penelitian tersebut juga memperlihatkan adanya kaitan antara umur kehamilan (kurang dari 12 minggu) pada ibu yang memiliki tingkat hormon thyroid yang rendah dengan perkembangan fisik maupun mental bayi mereka, namun hal tersebut tidak memperlihatkan hasil yang sama pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Komplikasi penyakit tiroid dalam kehamilan lebih dari 3 %. Walaupun insidennya rendah namun cepat dikenali dan perawatan dibutuhkan untuk memastikan hasil yang optimal pada maternal fetal.Kehamilan dihubungkan dengan defisiensi yodium dipengaruhi beberapa faktor seperti:1. Kebutuhan yodium meningkat pada saat ibu hamil, karena yodium dihantarkan melalui plasenta pada janin.2. Terjadi peningkatan ekskresi yodium 2x lipat, karena adanya peningkatan aliran filtrasi glomerular dan penurunan reabsorbsi tubular ginjal.3. Kelenjar thyroid meningkatkan ambilan yodium sampai 3x lipat akibat turunnya yodium dalam plasma.

T4 bebas

10mgg 

hCG

20mgg 

30mgg TBG

T4 total

Tirotropin

40mgg

10mgg 

20mgg TBG

T4 total

Tirotropin

T4 bebas

30mgg 

T3 total

T3 bebas40mggJanin Ibu

Hormon Tidak hamil Hamil Perubahan saat kehamilang/dl Meningkatg/dl 6-15 T4 (Total) 5-12,5 T3 (Total) 50-175 ng/dl 125-275 ng/dl MeningkatT4 (Bebas) 2,5 ng/dl 2,5 ng/dl Tidak ada perubahanT3 (Bebas) 0,3 ng/dl 0,3 ng/dl Tidak ada perubahang/ml 2,5 ng/dl Tidak ada perubahanTSH 1,9-5,9 FTI 4,5-12 0,3 ng/dl Tidak ada perubahanR3TU 25-35% 15-25 % Meningkat

Tabel Prenatal High-Risk Factor

Factor Maternal Implication Fetal/Neonatal ImplicationThyroid disorderHypothyroidism infertility spontaneous abortionBMR, goiter, myxedema risk congenital goitercretinismMental retardation Inciden cecongenital anomalies Hyperthyroidism risk postpartum hemorhage incidence preterm birthRisk preeclamsia tendency to thyrotoxicosisDanger of thyroid stormHORMON 1st TRIMESTER 2nd TRIMESTER 3rd TRIMESTER

TSH Normal/decreased Normal normalFree T4 Normal Normal normalFree T3 Normal Normal normalTotal T4 Hight Hight HightTotal T3 Hight Hight HightT3 resin uptake Low Low Low(inverse measure of protein binding) Free T4 index (FT4, FTI) Normal Normal Normal

Sumber : www.thyroid.org 

HIPERTIROIDISME

a. Etiologi • Grave’s desease: suatu kelainan thyroid yang bersifat auto-imun, artinya ada zat-zat tertentu dalam darah (TSI) yang merangsang thyroid sehingga membesar dan menghasilkan hormone yang berlebihan.• Peradangan kelenjar thyroid (thyroiditis): misalnya Quervarin thyroiditis atau hashimoto thyroiditis. Peningkatan produksi hormone akibat reaksi peradangan (inflamasi).• Tumor kelenjar hipofise (pituitary adenoma): tumor ini menyebabkan peningkatan TSH sehingga menyebabkan hiperstimulasi thyroid.• Hyperthyroid akibat obat-obatan (drug induce): sering disebabkan oleh obat jantung yang dinamakan amiodarone (cordarone).

b. Patofisiologi 

Pada penyakit Grave, antibodi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan. Antibodi ini bisa menyeberangi palsenta dan merangsang kelenjar tiroid pada janin. Akibatnya, janin bisa mengalami detak jantung yang cepat dan tidak bisa bertumbuh seperti yang diharapkan. Kelenjar tiroid bayi bisa membesar, membentuk gondok.Patofisiologi dibalik manifestasi klinis penyakit hipertiroid Graves akibat rangsangan berlebih system saraf adrenergik dan yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang bersirkulasi. Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid. Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka terjadi hipermetabolisme yang meningkatkan aktivitas system saraf simpatis. Jumlah TH yang berlebihan menstimulasi system kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada takikardia dan peningkatan curah jantung, volume sekuncup, kepekaan adrenergik dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat,mengarah pada keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasil akhir defisiensi nutrisi.

c. Manifestasi KlinisEksoftalmusTremorHiperkinesisTakikardiaKenaikan BMR dan tiroksin dalam darah sampai 25%.Sulit berkonsentrasiGugup dan emosi labilHiperdefekasiKelemahan otot proksimalLeher tampak membesar

Gejala yang sering pada ibu hamil dengan hyperthyroid seperti:• Takikardi• Exopthalmus• Inroleransi panas• Gugup• Palpitasi• Penurunan berat badan

d. Komplikasi Hiperthyroidism yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi.Komplikasi maternal meliputi: Keguguran 

Infeksi Preeklamsia Persalinan premature Congestive heart failure (CHF) Placental abtruption Perinatal death Postpartum hemorrhageKomplikasi pada janin dan janin baru lahir meliputi: Prematuritas Kematian janin intrauteri Goiter janin (tirotoksikosis)Pengobatan yang berlebihan bisa menyebabkan hipothyrodism pada janin.

e. Pemeriksaan Diagnostiko Khasnya terjadi penurunan serum TSH dan peningkatan T3, T4 dan fT4.o Peningkatan serum kalsium.o Peningkatan jumlah sel darah merah dan penurunan sel darah putih.o Radioaktif iodine uptake test.

f. PenatalaksanaanDalam penanganan hipertiroidisme selama kehamilan, harus diingat bahwa ada 2 klien yang ditangani yaitu ibu dan janinnya. Wanita hamil dengan hipertiroid, harus dirawat inapkan untuk mengontrol kadar hormone tiroid yang berlebihan. Tirah baring dianjurkan untuk mengurangi aktifitas yang berlebihan dan ketidakstabilan emosi. Lakukan diet yang proporsional untuk mengembalikan defisit kalori akibat metabolisme yang berlebihan dan keperluan pertumbuhan buah kehamilan.Terapi lini pertama untuk penyakit graves pada kehamilan, meliputi obat-obatan antitiroid. Pengobatan pada hipertiroid dengan pemberian thioamides (methimazole atau propylthiouracil) yang berfungsi untuk mengurangi aktifitas kelenjar thyroid.Tindakan operasi memiliki resiko buruk terhadap kehamilan dan janin. Tapi bisa dipertimbangkan dilakukan atas dasar demi kesehatan ibu. Operasi dilakukan pada trimester kedua.Terapi seperti: Thionamida Propiltiourasil (PTU)o Mulai dengan dosis 300-450 mg per hari, yang dibagi dalam 3 dosis.o Bila kadar T4 dan T3 bebas mencapai batas normal, diberikan dosis pemeliharaan 50-300 mg (tergantung hasil pengobatan) per hari, dalam dosis terbagi. Iodine atau Yodium

o Preparat Iodin (missal larutan lugol) dapat menekan pelepasan tiroid dalam kelenjar dan mengurangi vaskularisasi dan memadatkan kelenjar tiroid.o Preparat ini, dapat melalui sawar uri dan mempengaruhi kelenjar tiroid janin.o Larutan lugol diberikan sebanyak 3 tetes dalam segelas air putih dan diminumkan sekali sehari selama 1-2 minggu. Penghambat beta andreganik (beta blocker)o Obat ini digunakan untuk mengurangi manifestasi simpatetik (tremor, palpitasi, dan takhikardia) sebelum dikontrol PTU.o Gunakan propanolol dengan dosis 40-80 mg per hari, yang dibagi dalam 3-4 dosis.o Tidak dapat digunakan pada kehamilan dengan hipertiroid yang disertai penyakit paru obstruktif, blockade jantung, dekoimpensasio kordis dan diabetes mellitus tipe insulin dependen. TiroidektomiBila terjadi badai tiroid (strom), keselamatan ibu menjadi perhatian utama. Di samping penanganan gawat darurat lain, gunakan PTU 400 mg untuk setiap 8 jam. Berikan pula Natrium Iodida melalui infuse sejumlah 1 g per hari dan propanolol (jika diindikasikan) 40 mg dosis awal, dilanjutkan dengan dosis penyesuaian setiap 8 jam.

HIPOTIROIDISME 

Pada umumnya, hipotiroid pada ibu hamil terjadi karena kekurangan iodium. Selain itu, sekitar 10% dari ibu hamil memproduksi antibodi atau zat anti yang menyerang kelenjar tiroidnya sendiri yang disebut Anti TPO-Ab (Anti Thyroid Peroxidase Antibody) pada awal kehamilannya. Sebagian dari ibu hamil yang positif memproduksi anti TPO akan mengalami hipotiroid tetapi bersifat subklinik atau tidak bergejala, namun bila diperiksa di laboratorium akan didapatkan kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang tinggi. Hipotiroid pada ibu hamil dapat berakibat buruk bagi ibu maupun perkembangan janin atau bayinya, terutama bila hipotiroid terjadi pada trimester pertama karena pada periode tersebut janin hanya dapat memperoleh hormon tiroid dari ibunya. 

a. Etiologi• Kehilangan jaringan thyroid: akibat operasi atau rusak akibat radiasi• Antibodi antitiroid: bisa terjadi pada penderita diabetes atau lupus, rheumatoid arthritis, hepatitis kronik, atau Sjogren syndrome• Bawaan lahir• Gangguan produksi: hashimoto thyroiditis• Obat-obatan: beberapa obat bias menyebabkan hypothyroid misalnya Lithium (eskalith, lithobid).

b. Patofisiologi Hipothyroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormone thyroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormone thyroid.Sintesis hormone thyroid diatur sebagai berikut:a. Hipotalamus membuat thyrotropin releasing hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anteriorb. Hipofisi anterior mensintesis thyrotropin yang merangsang kelenjar thyroid.c. Kelenjar thyroid mensintesis hormone thyroid (triiodothyronin= T3 dan tetraodothyronin= T4) yang merangsang metabolism jaringan yang meliputi; konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin, serta kerja daripada hormone-hormon lain.Pada hipotiroidisme, hormon tiroxin tidak dihasilkan oleh kelenjar tiroid maka tidak terjadi umpan balik negatif dan hal ini menyebabkan hipersekresi TRH yang akhirnya kan menyebabkan kelenjar tiroid membesar. Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respon terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi adalah penurunan produksi asam lambung, penurunan motilitas usus, penurunan datak jantung, gangguan fungsi neurologik, penurunan produksi panas. Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami atherosclerosis.akumulasi proteoglican hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleura, cardiac dan abdominal sebagai tanda dari menurunnya hormon tiroid memungkinkan klien mengalami anemi. 

c. Manifestasi KlinisCebol (kretinismus)Edema kulit lembutKulit keringLekas letih, fatigueEdema pada kelopak mataKenaikan berat badan

DepresiLidah besarSuara serak Intoleransi terhadap dinginKonstipasiRambut kasarKaku, keram otot

d. Hasil laboratoriumHormon Hasil

T4 RendahFT1 RendahFT4 RendahTSH MeningkatAdanya peningkatan Ab Antimikrosomal dan Ab anti thyroglobulin 

e. Pemeriksaan DiagnostikUntuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka perlu dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan TSHs dan anti TPO.Pengukuran antibody seperti menilai TRAbs pada ibu hamil dengan melakukan pemeriksaan TSH-binding inhibitory immunoglobulin (TBII). Antibodi berpotensi menghambat stimulasi TSH endogen. Efek ini muncul pada wanita dengan Hashimoto’s hipotiroidism. Pemeriksaan yang ada saat ini adalah thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI). TRAbs dapat dideteksi pada trimester pertama, tetapi nilainya sering menurun pada trimester kedua dan ketiga, dan bisa terdeteksi sebelum meningkat lagi setelah persalinan. f. Komplikasi Abortus habitualis Cacat bawaan dan kritinismus janin Partus dengan tindakan seksio sesarea Anemia Hipergestasional Abrupsi plasenta Persalinan premature Perdarahan post partumKomplikasi terhadap ibu meliputi: Microcytic anemia Preeklamsia

Placental abtruption Postpartum hemorrhage Disfungsi jantung Keguguran Thyrotoxicasi (lebih sering terjadi pada trimester 2 dan trimester 3)Komplikasi terhadap janin meliputi: Prematurity Low birth weight Congenital anomalies Stillbirth Perkembangan neuropsikologi

g. ManagemenSebelum kehamilanMempertimbangkan adanya penyakit hipotirodisme pada diagnosis lain yang berhubungan dengan infertilitas dan atau kelainan menstruasi, atau menunda kehamilanMasa kehamilanMelanjutkan pemberian pengganti hormon thyroidPada tiap semester harus dikaji tentang fungsi thyroidMemantau adanya tanda-tanda myxedemaPersalinanTidak ada tindakan yang spesifikSetelah kelahiranPantau apakah terjadi pemburukan penyakit tiroidTerapi meliputi:1. Tiroksin. Tablet yang tersedia antara lain dalam dosis 50 dan 100 mg, terapi dimulai dari dosis rendah lalu dinaikkan perlahan.50mg/hr 100mg/hr 150mg/hr periksa darah 3-4 minggu 3-4 mingguTujuan terapi : Untuk memperbaiaki kadar T4 dan TSH menjadi normal. Pasien akan menjadi lebih baik dalam 2-3 minggu.2. Pemberian 300-400 L-T intravena (Levotyroxine/Synthroid)3. Diit rendah kalori, suplemen hormon thyroid4. Meningkatkan hormon tiroid harus sedikit demi sedikit dan TSH dimonitor tiap bulan.5. Prosedur pembedahan untuk mengangkat goiter yang membahayakan struktur leher.

ASUHAN KEPERAWATAN

HYPERTHYROID

A. PENGKAJIAN1. Pemeriksaan Fisik:a. Kulit• Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan• Eritema, pigmentasi, mixedema local• Kuku: terjadi onyholosis (terlepas, rusak)• Ujung kuku/jari; terjadi aerophacy yaitu perubahan ujung jari Tabuh/clubbing finger atau yang sering disebut PLUMER NAIL.• Kalau ada peningkatan suhu > indikasi krisis thyroid37,8ºC b. Mata• Retraksi kelopak mata • Eksoptalmus• Iritasi conjunction dan hemosis• Laktrimasi• Ortalmoplegiac. Cardio vascular• Peningkatan tekanan darah• Takikardi• Tekanan nadi meningkat• Aritmia• Berdebar-debar• Gagal jantungd. Respirasi• Perubahan pola nafas• Dyspnea

• Pernafasan dalam

e. Gastrointestinal nafsu makan meningkat• Poliphagia bising usus hyperaktif• Diare • Berat badan menurunf. Otot• Kekuatan otot menurun• Kurus• Atrofi• Tremor• Cepat lelah• Hyperaktif reflex tendong. Sistem persyarafan gelisah• Iritabilitas • Tidak dapat berkonsentrasi• Pelupa• Insomniah. Status mental dan emosional lekas marah, menangis tanpa sebab• Emosi labil • Iritabilitas• Perubahan penampilani. Status ginjal• Polyuri (banyak dan sering kencing) banyak minum)• Polidipsi (rasa haus berlebihan j. Leher• Teraba adanya pembesaran thyroid• Briut (+)

2. Pemeriksaan Diagnostik• Serum T3 dan T4 meningkat (Normal: T3 8-16gr, T4 4-11gr)• TSH serum menurun radioaktif iodine up take meningkat (Normal: 10-35%)• Thyroid • BMR meningkat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, mual, nyeri abdomen, peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis.2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan peningkatan metabolisme3. Cemas berhubungan dengan faktor psikologi; hipermetabolik, efek hormone thyroid seperti pseudocholamin ditandai dengan ketakutan, perasaan bimbang,

panic, lepas control.4. Hipertermia berhubungan dengan status hipermetabolik ditandai dengan panas atau peningkatan suhu tubuh > 37°C, takikardi5. Diare berhubungan dengan cemas, peningkatan peristaltic usus6. Resiko injuri berhubungan dengan faktor fisik; tremor7. Gangguan proses pikir berhubungan dengan proses penyakit; peningkatan rangsangan system saraf simpatis akibat tingginya kadar hormone thyroid ditandai dengan memory deficit, tidak dapat berkonsentrasi.8. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan janin ditandai dengan status nutrisi ibu yang buruk.

C. INTERVENSI1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, mual, nyeri abdomen, peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis.Kriteria hasil: Nutrisi adekuatNOC: • Berat badan meningkat sampai batas normal bagi klien• Memakan diet yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen.• Tidak mengalami diare• Intake dan output seimbang

NIC:• Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitamin B.• Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi sering dan tambahan diantara waktu makan• Konsulkan klien untuk makanan yang disukai• Hindari stimulasi: kopi, teh, makanan lain yang mengandung kafein atau teobromin yang meningkatkan perasaan kenyang dan peristaltic• Dukung klien untuk memperbanyak minum • Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama• Pantau input dan output setiap 8 jam• Kaji efektifitas pengobatan untuk mengatasi mual dan nyeri abdomen

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan peningkatan metabolismeKriteria hasil: 

• Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi• Meminta bantuan hanya ketika dibutuhkan• Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa menunjukkan bukti-bukti intoleransi.

NOC:• Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleransi

NIC:• Kaji tanda vital dan tingkat aktifitas sebelumnya• Batasi aktifitas sampai tingkat toleransi dengan melakukan pengkajian respon• Biarkan klien membuat prioritas dalam perawatan didalam keterbatasannya• Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang cukup• Berikan peralatan yang dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan energy yang berlebihan • Hentikan aktifitas pada awal timbulnya gejala intoleransi: dispnea, takipnea, takikardi, keletihan• Bantu klien saat melakukan aktifitas yang tidak mampu dilakukan karena kelemahan atau tremor• Rencanakan aktifitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan meningkatkan toleransi untuk perawatan diri.

3. Cemas berhubungan dengan faktor psikologi; hipermetabolik, efek hormone thyroid seperti pseudocholamin ditandai dengan ketakutan, perasaan bimbang, panic, lepas control.Kriteria hasil: • Perubahan koqnitif• Tidak menunjukkan adanya gelisah, tremor.NOC: • Mampu menunjukkan sikap relaksasi• Catat adanya penurunan cemas untuk menentukan tingkatan pengendalian• Kaji tingkat kesehatan seperti pengungkapan perasaannyaNIC:• Observasi perilaku untuk mengidentifikasi ada tidaknya cemas• Damping klien saat cemas, buat suasana atau sikap tenang• Jelaskan prosedur suatu tindakan yang membuat lingkungan sekitar menjadi ribut• Gunakan penggunaan bahasa yang sederhana karena konsentrasi klien mudah tidak fokus• Diskusikan pada klien dan keluarga tentang penyebab emosi yang labil/reaksi psikologi

• Yakinkan klien dan keluarga bahwa dengan penggunaan obat yang di anjurkan dapat mengontrol emosional klien• Kolaborasi untuk pemberian obat anti cemas atau sedative dan monitor efeknya• Menyediakan pelayanan supportif sesuai kebutuha seperti konseling, pelayanan sosial, keagamaan. 

4. Hipertermia berhubungan dengan status hipermetabolik ditandai dengan panas atau peningkatan suhu tubuh > 37°C, takikardiKriteri hasil:• Tanda-tanda vital dalam batas normalNOC:• Suhu 36°C-37°C• Nadi dalam batas normal, irama reguler• Tensi darah dalam batas normal• Respirasi dalam batas normal• Tidak ada takikardiNIC:• Monitor TTV• Catat ada tidaknya peningkatan tensi darah yang sangat fluktuasi• Monitor tensi, nadi setelah minum obat• Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah beraktifitas• Monitor tanda-tanda takikardi• Monitor irama dan suara jantung• Monitor suara nafas• Identifikasi penyebab pasti perubahan vital sign• Tingkatkan asupan cairan sampai 2500cc/hari

5. Diare berhubungan dengan cemas, peningkatan peristaltic ususKriteria hasil:• Stool soft and formed• Pola eliminasi yang baikNOC:• Keseimbangan elektrolit, asam dan basa• Hidrasi• Eliminasi bowel• Anxiety self-control

NIC:• Monitor keseimbangan elektrolit• Rehidrasi• Pantau output dan input cairan

• Beri diet yang banyak mengandung elektrolit (ex: kaya potassium, rendah sodium, rendah karbohidrat• Monitor tingkat stress klien• Kolaborasi untuk pemberian cairan infus• Observasi turgor kulit• Identifikasi factor-faktor yang dapat menyebabkan diare

6. Resiko injuri berhubungan dengan faktor fisik; tremorKriteria hasil:• Mampu menjaga keseimbangan badan saat berdiri• Mampu menjaga keseimbangan saat duduk tanpa sandaran• Mampu menjaga keseimbangan saat berjalan

NOC:• Fall prevention behavior• Exercise therapy; muscle contol• Balance NIC:• Identifikasi perilaku dan faktorfaktor yang dapat menyebabkan cedera• Monitor keseimbangan, gaya berjalan dan cemas untuk ambulatory• Assist unsteady individual with ambulation• Anjurkan klien untuk meminta bantuan untuk bergerak• Ajarkan klien untuk meminimalkan resiko jatuh• Modifikasi situasional (penempatan barang, sarana dan prasarana) untuk mencegah cedera• Assist with toileting at frequent, scheduled interval• Bantu klien untuk berdiri/duduk• Use motor activities that require attention to and use of both sides of the body• Collaborate with home caregivers regarding exercise and physical activity

7. Gangguan proses pikir berhubungan dengan proses penyakit; peningkatan rangsangan system saraf simpatis akibat tingginya kadar hormone thyroid ditandai dengan memory deficit, tidak dapat berkonsentrasi.Kriteria hasil:• Mampu berkonsentrasi• Daya ingat yang bagus• Mengeti akan informasi yang disampaikan

NOC:• Mampu memfokuskan atau mempertahankan perhatian• Mampu mengulang kembali informasi yang baru disampaikan maupun informasi yang lama dengan tepat

• Mampu mengambil keputusan yang tepatNIC:• Gunakan bahasa yang sederhana, singkat dan jelas dan penyampaian yang tidak terlalu cepat• Kaji tingkat kesadaran, orientasi, afek dan persepsi setiap 4jam-8 jam; laporkan adanya perubahan negatif• Libatkan keluarga dalam perencanaan, menyediakan dan mengevaluasi perawatan klien• Cegah situasi yang menimbulkan kemarahan emosional• Beri lingkungan yang stabil, tenang, tanpa stress dan atasi lingkungan yang terlalu berisik• Konsisten dalm ucapan, waktu saat melakukan suatu aktifitas atau prosedur• Hindari pergantian caregiver yang sering• Antisipasi kebutuhan akan pencegahan reaksi hiperaktif• Berikan aktifitas yang menghibur• Orientasikan kembali klien pada lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan dan berikan petunjuk yang mengorientasikan (ex: jam, kalender, dll).• Pantau reaksi pengobatan yang diberikan

8. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan janin ditandai dengan status nutrisi ibu yang buruk.Kriteria hasil:• Pertahankan status nutrisi yang adekuat• Perilaku terhadap prenatal care• Pengetahuan; kehamilanNOC:• Mampu melakukan prenatal care• Menjaga keseimbangan kesehatan sejak prekonseptual kehamilanNIC:• Anjurkan untuk makan sering dalam porsi yang sedikit• Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitamin B.• Beritahu ibu/suami/keluarga akan pentingnya melakukan ANC secara teratur• Monitor status nutrisi ibu• Monitor berat badan selama kehamilan• Monitor kadar hormone thyroid selama kehamilan• Bantu klien/suami/keluarga untuk mempertahankan atau untuk terminasi janin• Monitor DJJ• Monitor TTV• Anjurkan ibu untuk memonitor aktifitas janin• Jelaskan efek pada janin terhadap program pengobatan yang sedang dijalani• Persiapkan fisik dan psikologis ibu untuk resiko terminasi janin 

HYPOTHYROIDA. PENGKAJIAN• Pemeriksaan fisik• Riwayat adanya faktor-faktor penyebab• Riwayat radiasi pada kepala atau leher serta pembedahan.• Nyeri pada lehar dan pembengkakan, kanker leher.• Adanya peningkatan BB, anoreksia, toleransi terhadap dingin, rambut kering dan menipis, fatigue.• Penurunan libido, menstruasi yangtidak teratur, konstipasi.• Pemeriksaan diagnostic

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakcukupan oksigen.2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.3. Inefektif termoregulasi berhubungan dengan metabolisme yang melambat4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan kekeringan.5. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan janin ditandai dengan lahir prematur

C. INTERVENSI1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakcukupan oksigen ditandai dengan lekas letih, fatiqueNOC:• Toleransi terhadap aktivitas• Konservasi energiNIC:• Kaji aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien• Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat• Tentukan penyebab fatigue (perawatan, nyeri, dan pengobatan).• Monitor dan catat pola tidur pasien dan lamanya tidur.• Batasi stimulasi lingkungan (cahaya, suara), untuk memfasilitasi relaksasi.

2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.NOC:• Manajemen impaksi• Training BAB

NIC:• Monitor tanda dan gejala adanya konstipasi.• Monitor bising usus.

• Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan konstipasi.• Jelaskan penyebab masalah konstipasi dan rasionalisasi tindakan yang akan dilakukan.• Berikan enema atau irigasi bila diperlukan.

3. Inefektif termoregulasi berhubungan dengan metabolisme yang melambatNOC:• Termoregulasi• Status tanda-tanda vitalNIC:• Monitor temperature setiap 2 jam, bila diperlukan• Monitor tanda-tanda vital• Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi• Monitor kseimbangan elektrolit• Monitor intake dan output• Monitor status nutrisi• Ajarkan pada asien mengenai mencegah terjadinya hipotermia• Selimuti pasien dengan selimut hangat bila diperlukan

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan kekeringan.NOC:• Integritas kulit• Keseimbangan cairanNIC:• Observasi ekstremitas terhadapwarna, kehangatan, pembengkakan, nadi, tekstur, edema, dan ulserasi.• Monitor kulit pada area yang kemerahan dan tekanan• Monitor temperatur kulit• Catat perubahan pada kulit atau membrane mukosa• Monitor infeksi terutama pada daerah yang edema

5. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan janin ditandai dengan lahir prematur

Kriteria hasil:• Stabilisasi respirasi, heart rate • ThermoregulationNOC:• Vital sign dalam batas normal• Termoregulasi stabil• Peningkatan suhu kulit bayi

NIC:

• Monitor tinggi dan berat badan bayi• Monitor suhu, pernafasan, heart rate bayi• Monitor intake dan output bayi• Monitor safety of infant’s environment• Jelaskan rasional pengobatan, prosedur yang dilakukan• Restrain infant during procedures• Maintain infant’s daily rutine during hospitalization

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran edisi 29. Jakarta; EGC.Guyton, Arthur. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta; EGC.Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta; EGC.Reeder S., Martin., Griffin., K. 1997. Maternity Nursing Family, Newborn and Women’s Health Care Edition 18th. Lippincott ; Philadelphia.Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa perawat. Jakarta; EGCSherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta; EGC.Olds, Sally B., 1996, Maternal-newborn nursing: a family centered approach 5th ed, London, Ladewig.Noname, Ethical Digest No. 54 Thn. VI Aguatus 2008, semijurnal farmasi & kedokteran, Pillitteri A., 2007Maternal & Child Health Nursing Care of the Childbearing & Childrearing Family 5th ed, Lippincott; Philadelphia.Herdman, T. H., 2007, Nursing Diagnoses: Defenition & Classification 2007-2008, Philadelphia; NANDA International.Morhead S, et al., 2004, Nursing Outcome Classifikation 3th ed, Mosby; USA.Dochterman J.M & Bulechek G.M., 2004, Nursing Interventions Classification 4th ed, Mosby, USA.http://endocrine.niddk.nih.gov/pubs/prenancy/Cunningham F. G, et al., obstertri Williams vol 1 ed 21, Jakarta; EGCSchorge O, et al., 2008, Williams Gynecology, Mc Graw Hill Medical; New York

http://www.depkes.go.id/popops/articleswindow.phd. diunduh pada tanggal 1 September 2009http://pediatrics-undip.com/journal/outcome_bayi_ibu_hipo_atau_hipertiroidisme.pdf diunduh pada 2 September 2009.www.mediaindo.co.id ,2006