askep hipertensi keluarga

30
1 LAPORAN PENDAHULUAN PERENCANAAN KELUARGA DENGAN DEWASA HIPERTENSI Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2011 Waktu : 1 x 60 menit 1. Latar Belakang Jumlah usia dewasa (25 – 44 tahun) di kota Depok pada tahun 2005 jumlah usia dewasa (25 – 44 tahun) sebesar 448.848 atau sebesar 41,2% dari total penduduk, dengan prevalensi hipertensi sebesar 25,6% yang melebihi angka nasional sebesar 21%. Sedangkan jumlah penduduk pada usia 20-59 di kelurahan A pada bulan Agustus tahun 2011 adalah 42.574 orang ( 52,3 % ) dari jumlah total penduduk sebesar 81.460. Kondisi ini menunjukkan bahwa kecenderungan penyakit hipertensi menjadi ancaman produktifitas masyarakat khususnya usia dewasa. Beberapa penelitian di Indonesia menjelaskan, prevalensi hipertensi berkisar antara 17- 22%. Jadi, dengan mengobati hipertensi di masyarakat dengan benar akan menurunkan efek lebih lanjut, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Tujuan pengobatan hipertensi saat ini adalah, selain untuk menurunkan tekanan darah, juga ditujukan untuk menurunkan komplikasi kardiovaskuler. Menurut consensus JNC V12, pengobatan nonfarmakologik harus didahulukan. (Listyani W.S., 2004) Dalam rangka mengatasi permasalahan hipertensi pada dewasa sangat dibutuhkan peran keluarga sebagai system yang terbuka yang dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya , yaitu lingkungan atau masyarakat. Olah karena itu keluarga dapat membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota keluarga yang sehat dan akan mewujudkan masyarakat yang sehat. Prinsip dasar dalam mengatasi hipertensi adalah perlunya dibangun atas dasar pemberdayaan (empowerment) melalui upaya perubahan perilaku sebagai orang dewasa yang dilaksanakan secara mandiri baik dalam hal pendanaan maupun pelaksanaannya. Berbagai permasalahan terkait kesehatan keluarga dan usia dewasa sebagai fokus agregat baik yang bersifat aktual, resiko, maupun potensial menuntut peran dan fungsi serta tanggung jawab perawat komunitas dalam upaya mencegah, mengurangi atau meminimalisir permasalahan kesehatan yang muncul pada usia dewasa khususnya yang menderita hipertensi.

description

askep hipertensi keluarga

Transcript of askep hipertensi keluarga

  • 1

    LAPORAN PENDAHULUAN

    PERENCANAAN KELUARGA DENGAN DEWASA HIPERTENSI

    Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2011

    Waktu : 1 x 60 menit

    1. Latar Belakang

    Jumlah usia dewasa (25 44 tahun) di kota Depok pada tahun 2005 jumlah usia dewasa

    (25 44 tahun) sebesar 448.848 atau sebesar 41,2% dari total penduduk, dengan prevalensi

    hipertensi sebesar 25,6% yang melebihi angka nasional sebesar 21%. Sedangkan jumlah

    penduduk pada usia 20-59 di kelurahan A pada bulan Agustus tahun 2011 adalah 42.574

    orang ( 52,3 % ) dari jumlah total penduduk sebesar 81.460. Kondisi ini menunjukkan bahwa

    kecenderungan penyakit hipertensi menjadi ancaman produktifitas masyarakat khususnya usia

    dewasa.

    Beberapa penelitian di Indonesia menjelaskan, prevalensi hipertensi berkisar antara 17-

    22%. Jadi, dengan mengobati hipertensi di masyarakat dengan benar akan menurunkan efek

    lebih lanjut, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Tujuan pengobatan hipertensi saat ini

    adalah, selain untuk menurunkan tekanan darah, juga ditujukan untuk menurunkan komplikasi

    kardiovaskuler. Menurut consensus JNC V12, pengobatan nonfarmakologik harus

    didahulukan. (Listyani W.S., 2004)

    Dalam rangka mengatasi permasalahan hipertensi pada dewasa sangat dibutuhkan peran

    keluarga sebagai system yang terbuka yang dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya , yaitu

    lingkungan atau masyarakat. Olah karena itu keluarga dapat membentuk manusia sebagai

    anggota masyarakat yang sehat bio-psiko-sosial-spiritual. Diyakini bahwa keluarga yang sehat

    akan mempunyai anggota keluarga yang sehat dan akan mewujudkan masyarakat yang sehat.

    Prinsip dasar dalam mengatasi hipertensi adalah perlunya dibangun atas dasar pemberdayaan

    (empowerment) melalui upaya perubahan perilaku sebagai orang dewasa yang dilaksanakan

    secara mandiri baik dalam hal pendanaan maupun pelaksanaannya.

    Berbagai permasalahan terkait kesehatan keluarga dan usia dewasa sebagai fokus agregat

    baik yang bersifat aktual, resiko, maupun potensial menuntut peran dan fungsi serta tanggung

    jawab perawat komunitas dalam upaya mencegah, mengurangi atau meminimalisir

    permasalahan kesehatan yang muncul pada usia dewasa khususnya yang menderita hipertensi.

  • 2

    Hasil pengkajian yang dilakukan Keluarga Bp D Kelurahan A Kota B didapatkan

    bahwa Ibu S mengatakan bahwa mengeluh sering pusing sejak kelahiran anak yang ke-3. Ibu S

    mengeluh kuatir ketika anak pulang terlambat dan merasa dada berdebar ketika mendengar

    suara keras. Bp. D mengeluh sering kelelahan setelah pulang kerja dan sering marah-marah.

    Keluarga mengatakan tidak mengetahui secara jelas mengenai penyakit hipertensi, penyebab

    dan faktor resikonya, komplikasi dan perawatannya dirumah. Ibu S hanya mengetahui bahwa

    menurut tenaga kesehatan karena pengaruh KB. Ibu S mengatakan biasanya diobati dengan

    obat warung atau rebusan buah mengkudu dan memeriksakan kesehatannya apabila merasa

    sakitnya sudah tidak tertahan. Ibu S menyukai makanan asin dan Bp. D merasa tidak ada

    makanan pantangan. Hasil pemeriksaan fisik TD 160/100 mmHg.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis menyusun rancangan perencanaan

    keluarga dewasa dengan hipertensi sesuai masalah yang didapatkan pada saat pengkajian

    2. Tujuan Perencanaan

    1) Tujuan umum

    Tersusunnya perencanaan kegiatan keperawatan keluarga dalam upaya untuk mengatasi

    permasalahan kesehatan keluarga

    2) Tujuan khusus

    Diharapkan mahasiswa dan keluarga:

    a. Menyepakati permasalaan kesehatan yang muncul

    b. Menyepakati prioritas masalah

    c. Menyepakati rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pada

    keluarga

    3. Persiapan Perencanaan Keperawatan

    a. Metode

    Metode yang digunakan adalah diskusi

    b. Media

    Media yang digunakan adalah :

    - Nursing Kit : Spignomanometer, stetoskop,

    - Alat tulis : spidol berwarna, kertas, penggaris

    c. Waktu dan tempat

    Hari : Kamis

    Tanggal : 13 Oktober 2011

    Tempat : Rumah Ibu S RT 02 RW 08 Kelurahan A

  • 3

    4. Proses Perencanaan Keperawatan

    Tahapan dari intervensi yaitu :

    a. Persiapan

    Perawat :

    - Mempersiapkan media yang digunakan dalam perencanaan

    - Mempersiapkan kerangka perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan

    dewasa hipertensi

    - Mempersiapkan fisik dan mental dengan baik

    Klien :

    - Mengatur setting tempat yang memudahkan komunikasi antara keluarga dan

    mahasiswa.

    b. Pelaksanaan

    NO KEGIATAN WAKTU

    (Menit)

    1 Ucapkan salam, menjelaskan tujuan, kontrak waktu 5

    2 Menyampaikan hasil pengkajian yang telah didapatkan dalam

    keluarga menjelaskan masalah kesehatan yang diketemukan

    10

    4 Menyepakati prioritas masalah dengan keluarga 10

    5 Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang akan dilakukan

    untuk mengatasi masalah kesehatan bersama dengan keluarga

    Penkes, perawatan langsung, dan konseling

    15

    6 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan intervensi yang

    disepakati dengan keluarga

    15

    7 Menuliskan kegiatan yang telah disepakati bersama keluarga

    dalam, menyimpulkan hasil dan kontrak kegiatan

    5

    5. Kriteria Evaluasi

    a. Kriteria struktur

    - Keluarga bersedia untuk mendiskusikan perencanaan

    - Seting tempat disiapkan sesuai dengan tujuan kegiatan perencanaan

    b. Kriteria proses

    - Keluarga aktif dalam merencanakan intervensi terkait masalah kesehatan

    - Proses membuat perencanaan berjalan dengan lancar

  • 4

    c. Kriteria hasil

    - Teridentifikasi prioritas masalah kesehatan keluarga

    - Tersusunnya rencana intervensi yang disepakati antara keluarga bersama perawat.

    - Keluarga mampu menyepakati waktu pelaksanaan kegiatan intervensi

    Mengetahui

    Supervisor,

    Depok, 12 Oktober 2011

    Mahasiswa,

  • 5

    ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

    I. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. D

    2. Usia : 47 Tahun

    3. Pendidikan : SD

    4. Pekerjaan : Swasta

    5. Alamat : RT 02 RW 8, Kelurahan A

    6. Komposisi Anggota Keluarga :

    No. Nama

    Jenis

    Kelamin

    Hub dgn

    KK Umur Pendidikan Pekerjaan

    1. Ibu. S P Isteri 43 th SMP IRT

    2. Y L Anak 21 th SMA Swasta

    3. U P A nak 18 th SMA Swasta

    4. R P Anak 12 th SMP -

    Genogram :

    Keterangan Genogram :

    Ibu S. Mengalami hipertensi. Menurut keluarga ke-2 orang tua dari Ibu S sudah

    meninggal karena sakit pada umur yang sudah tua, Ibu dari Bp. D sudah meninggal tetapi

    : Laki-laki

    : Perempuan

    : garis pernikahan

    : garis keturunan

    : Meninggal : tinggal serumah

    Bp. S 79 th

    Bp. D 47 th

    An. Y 21 th

    An. R 18 th An.R 12 th

    Ibu S 43

  • 6

    bapaknya masih hidup. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat dari keluarganya yang

    sakit jantung, DM, stroke atau hipertensi. Ibu S dan An. R pada hari ke-5 kunjungan

    didapatkan sakit batuk pilek, dan Tn. D dari hasil pemeriksaan gula darah mengalami

    kencing manis.

    7. Tipe keluarga :

    Keluarga Bp. D termasuk tipe keluarga inti (nuclear family), yaitu terdiri dari ayah, ibu

    dan 3 orang anak.

    8. Suku bangsa :

    Keluarga Bp. D berasal dari Jawa timur dengan nada suara yang keras dan Ibu S dari

    Jawa Tengah merasa berdebar-debar ketika mendengar suara yang keras. Bahasa yang

    digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Dalam keluarga tidak ada pantangan

    apapun yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Ibu S menyukai asin dan tidak suka

    sayur, sedangkan Bp. D suka minum manis dan tidak ada makanan pantangan. Keluarga

    merasa tidak tahu bahwa suara keras dan makanan asin dapat meningkatkan tekanan

    darah. Ibu S tidak bisa mengambil keputusan bagaimana agar Tn D dapat bicara secara

    pelan, biasanya kalau suami marah marah biasanya tidak di dengar dan ditinggal pindah

    tempat saja. Keluarga belum tahu bagaimana memberikan perawatan untuk diet rendah

    garam

    9. Agama

    Kegiatan keagamaan rutin dirumah, Semua anggota keluarga beragama Islam. Tn D

    kadang kadang mengikuti sholat berjamaah di musola sebelah rumah. Keluarga biasa

    melakukan sholat lima waktu. Keluarga jarang mengikuti kegiatan keagamaan seperti

    pengajian bersama masyarakat sekitar.

    10. Status sosial ekonomi keluarga :

    Keluarga menganggap penghasilannya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,

    karena ke-2 anaknya sudah bekerja hanya tinggal anak ke-3 yang masih SMP. Keluarga

    tidak memiliki tabungan di bank, tetapi kadang keluarga menyimpannya dirumah untuk

    memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    11. Aktivitas rekreasi keluarga

  • 7

    Keluarga mengatakan ada program tahunan untuk melakukan rekreasi. Ibu S mengatakan

    ketika pikirannya baru tertekan, biasa mengisi waktu luang dirumah mengobrol dengan

    tetangga.

    II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 12. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

    Tahap perkembangan keluarga Tn. D pada tahap perkembangan keluarga dengan anak

    dewasa awal, karena saat ini anak pertama berusia 26 tahun. Tugas perkembangan

    keluarga dengan anak usia pertengahan adalah :

    Mencari dan memilih pasangan hidup , Belajar hidup bersama pasangan , memulai

    sebuah keluarga, merawat anak, mengatur rumah tangga, memulai jenjang karier,

    menemukan kelompok sosial yang sesuai.

    13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

    Menurut keluarga yang belum terpenuhi adalah meencari dan memilih pasangan hidup

    untuk anaknya, mengarahkan kelompok sosial yang sesuai dengan anak-anaknya.

    Keluarga berharap anak-anaknya mempunyai rumah sendiri. Keluarga mengatakan tidak

    ada rencana khusus untuk menghadapi masa tua.

    14. Riwayat keluarga inti

    Ibu S mengatakan mengalami hipertensi sejak kelahiran anak yang ke-3, dan

    mengatakan sering pusing. Anak-anak tidak pernah menderita penyakit yang serius.

    Menurut Ibu S, suaminya yaitu Bp. D mengeluh badannya terasa lemah tetapi tidak

    pernah mau periksa atau berobat.

    15. Riwayat keluarga sebelumnya

    Keluarga Bp.D berasal dari Jawa timur terbentuk setelah menikah dengan Ibu. S yang

    berasal dari Jawa tengah. Keluarga Bp. D mempunyai 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1

    perempuan, anaknya sudah bekerja dan tinggal satu yang masih SMP.

    III. Lingkungan 16. Karakteristik rumah

    Luas rumah yang ditempati berukuran 7 m x 10 m2 terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang

    keluarga dan 1 ruang tamu, 1 dapur serta 1 ruang warung. Bangunan rumah berbentuk

    permanen. Lantai rumah terbuat dari keramik dengan dinding yang terbuat dari tembok.

  • 8

    keadaan rumah kelihatan bersih tetapi kurang rapi, ventilasi kurang dan udara masuk

    bebas dari ruang tamu dan ruang warung. Pencahayaan untuk penerangan kurang. Dapur

    klien berada dibelakang rumah, Sumber air meninum menggunakan air sumur. WC

    tampak licin.

    Denah rumah :

    Keterangan: A : Kamar tamu

    B: Kamar keluarga

    C: Kamar tidur 1

    D: Kamar tidur 2

    E: Kamar tidur 3

    F: Dapur

    G: WC

    H: Warung

    17. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

    Masyarakat dilingkungan sekitarnya berasal dari berbagai suku, dan perumahan yang

    padat. Pada saat siang hari sebagian besar tetangga bekerja termasuk ibu-ibu yaitu

    membuat kerajianan. Hubungan keluarga dengan tetangga baik dan Ibu S sering

    mengurangi ketegangan pikiran dengan main ketetangga sebelah rumahnya.

    18. Mobilitas geografis keluarga

    Selama ini keluarga jarang bepergian jauh, Ibu S biasa berjalan kaki. Jarak kepelayanan

    kesehatan dapat dijangkau dengan mudah karena dengan jalan kaki sudah sampai ke

    Dokter atau Puskesmas.

    19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat

    F

    B

    A C

    H

    G

    E

    D

  • 9

    Perkumpulan dilakukan satu tahun sekali dengan keluarga besar terutama pada saat

    lebaran. Interaksi keluarga dengan masyarakat baik. Keluarga merasa tidak ada masalah

    dengan masyarakat sekitar.

    20. Sistem pendukung keluarga

    Menurut Ibu S biasanya yang sering mendukung adalah anak-anaknya, dan sebaliknya

    anak-anak sering juga mendukung Ibu S.

    IV. Struktur Keluarga 21. Pola komunikasi keluarga

    Keluarga Tn.S mengatakan bahasa yang digunakan sehari-hari menggunakan bahasa

    Indonesia. Komunikasi antar anggota keluarga selalu dilakukan untuk minta

    pertimbangan dan menjelaskan masalah yang dihadapi. Komunikasi selalu dilakukan

    dengan suaminya, tetapi Ibu S mengatakan bahwa suaminya setiap pulang kerja selalu

    marah. Anak anaknya jarang berkomunikasi secara terbuka dengan ayahnya karena takut.

    Ibu S mengatakan tidak tega menyampaikan saran kepada suaminya karena takut nanti

    membuat tidak nyaman suaminya. Keluarga mengatakan bahwa komunikasi yang tidak

    terbuka akan menimbulkan masalah tetapi tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.

    22. Struktur kekuatan keluarga

    Pengambilan keputusan dalam keluarga adalan Bp. D selaku kepala rumah tangga, tetapi

    setiap keputusan yang diambil biasanya telah dimusyawarahkan bersama istrinya. Bp.D

    Kadan-kadang memaksakan pendapatnya terutama pada anak-anaknya. Sedangkan Ibu S

    biasanya dalam menyampaikan suatu masalah kepada anaknya biasanya dengan kasih

    sayang.

    23. Struktur peran keluarga

    Bp. D berperan sebagai kepala rumah tangga. Ibu S mempunyai peran sebagai pengatur

    rumah tangga. Anak-anak melaksanakan peran psikososial. Menurut keluaga tidak ada

    masalah dengan masing-masing peran dalam keluarga.

    24. Nilai dan norma budaya

    Keluarga Tn.D mengatakan norma yang ada di masyarakat harus di ikuti supaya di hormati

    oleh warga yang lain. Keluarga selalu menanamkan nilai nilai kebaikan pada anak-

    anaknya. Dalam keluarga merasa tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan

  • 10

    V. Fungsi Keluarga

    25. Fungsi afektif

    Seluruh anggota keluarga saling menghormati dan menyayangi. Ibu D mengatakan sering

    merasa kuatir terutama ketika anak-anaknya pulang kerja terlambat. Dari aspek psikis

    anak-anak merasa takut berkomunikasi dengan bapaknya.

    26. Fungsi sosialisasi

    Seluruh anggota keluarga berinteraksi dengan baik dengan tetangga. Dan hubunganya

    dengan tetangga dan masyarakat lainya baik.

    27. Fungsi perawatan keluarga

    a. Mengenal masalah

    Saat dilakukan pemeriksaan fisik tekanan darah Ibu S. 160/100 mmHg, dan saat

    ditanya apa penyebab hipertensi tidak tahu, dan hanya menyatakan menurut petugas

    puskesmas karena penggunaan KB hormonal.

    b. Mengambil keputusan

    Ibu S mengatakan minum mixagrip jika dia mengeluh pusing , dan akan

    menggunakan fasilitas kesehatan ke Puskesmas bila merasa tidak bisa menahan.

    Bapak D tidak pernah mau berobat pada saat sakit. Ibu S jarang melakukan

    pemeriksaan tekanan darah dan tidak tahu komplikasi yang ditimbulkan dari

    hipertensi.

    c. Merawat anggota keluarga yang sakit

    Ibu. S mengatakan tidak tahu cara mencegah dan mengontrol tekanan darah tinggi. Ibu

    S biasa mengkonsumsi rebusan mengkudu. Makanan yang disukai adalah asin dan

    kadang-kadang sayur soup. Ibu S tidak rutin memeriksakan tekanan darah secara

    teratur.

    d. Memelihara/memodifikasi lingkungan

    Ibu S mengatakan disetiap kamar tidur terdapat jendela, ruang tamu. terdapat didepan

    rumah, barang-barang tertata kurang rapi. Ruang tamu pencahayaan kurang. Suara

    bising terdengar ketika banyak anak-anak yang belanja makanan dirumah.

  • 11

    e. Fasilitas kesehatan yang ada

    Fasilitas kesehatan yang digunakan keluarga yaitu dokter praktek dan puskesmas,

    tetapi idak rutin dan keluarga menyatakan bahwa Bp. D tidak pernah memanfaatkan

    pelayanan kesehatan.

    VI. Stress dan Koping Keluarga 27. Stressor jangka pendek

    Keluarga mengatakan saat ini masalah yang dirasakan adalah Ibu S sering mengeluh

    pusing dan suka tangannya terasa kesemutan. Ibu S merasa kuatir ketika anak-

    anaknya datang terlambat dan suka berdebar-debar ketika mendengar suara keras.

    Koping yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah adalah dengan

    menceritakan pada anaknya. Sedangkan Bp. D sering keras bila berpendapat.

    Keluarga yakin semua masalah pasti ada jalan keluarnya asal kita mau berusaha dan

    berdoa. Koping yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah adalah

    dipecahkan secara bersama-sama tetapi suami cenderung mendominasi.

    VII. Pemeriksaan fisik

    Ibu S

    Bp. D An. U

    Keadaan Umum Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis

    Cara berpakaian Rapi Rapi Rapi

    Kebersihan personal Bersih Bersih Bersih Postur dan cara berjalan Tampak lemah Tegak, tampak

    energik

    Tanda-tanda vital Tekanan Darah 160/100 mmHg

    TD:120/80 mmHg TD: 100/70 mmHg

    Nadi 82 x/menit Nadi: 80x/menit Nadi: 70 x/ mnt RR: 24 x/menit RR: 14 x/menit RR: 14x/mnt BB: 63 Kg BB: 65 BB: TB :149 TB: 156 TB:

    PEMERIKSAAN KEPALA Mata Konjuntiva tidak

    anemis Konjuntiva tidak anemis

    Konjuntiva tidak anemis

    Leher Tidak ada peningkatan JVP

    Tidak ada peningkatan JVP

    Tidak ada peningkatan JVP

  • 12

    Dada (Pernafasan) Inspeksi simetris auskultasi suara nafas vesikuler

    Inspeksi simetris auskultasi suara nafas vesikuler

    Inspeksi simetris auskultasi suara nafas vesikuler

    Dada (Cardiovaskuler) Auskultasi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada suara jantung tambahan

    Auskultasi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada suara jantung tambahan

    Auskultasi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada suara jantung tambahan

    Perut Simetris, tidak ada nyeri tekan

    Simetris, tidak ada nyeri tekan

    Simetris, tidak ada nyeri tekan

    EKSTREMITAS Tangan terasa kesemutan

    Tangan dan kaki sering terasa kesemutan

  • 13

    B. Analisa Data Data

    Diagnosa Keperawatan

    Data Subyektif - Ibu S mengatakan tekanan darah tinggi yang

    dideritanya sejak kelahiran anak ke-3. - Keluarga mengatakan belum begitu

    mengetahui masalah hipertensi, Ibu S mengeluh pusing dan lemah.

    Data Objektif - Tekanan darah 160/100 mmHg

    Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada keluarga Bp. D khususnya Ibu S b.d ketidakmampuan keluarga merawat hipertensi

    Data Subjektif - Ibu S mengatakan sering kuatir, dada sering berdebar ketika mendengar suara keras, suaminya sering marah setiap pulang kerja. Anak anak tidak mau bercerita kepada bapaknya ketika ada masalah karena takut. - Ibu S merasa tidak berani menyampaikan masukan pada suami, ketika suami dianggap salah karena kasihan dan biasanya hanya dipikir saja - Bp D. sedikit bicara dan jarang berinteraksi dengan anak-anaknya. Data Objekif - Ibu S tampak sedih ketika bercerita

    Koping keluarga tidak efektif pada keluarga Tn. D b.d ketidakmampuan menciptakan pola komunikasi yang efektif

    Data Subjektif - Ibu S mengatakan setelah kerja sering suaminya mengeluh kelelahan. - Ibu S mengatakan Bp D tidak pernah memperhatikan pola makannya. - Bp. D mengatakan keluhan ini dirasakan satu tahun -Bp. D mengatakan penyakitnya adalah gula dan sampai sekarang tidak ada makanan yang di hindari. - Bp. D mengeluh sering kesemutan pada kakinya Data Objekif - Gula darah 300 g/dl

    Risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada keluarga Tn. D khususnya Bp. D b.d ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang DM

  • 14

    Data Subjektif - Ibu S dan An. T mengatakan sedang mengalami batuk pilek - Ibu S dan keluarga mengatakan tidak tahu cara perawatan batuk pilek - Bp. D mengatakan batuk pilek adalah penyakit biasa dan tidak berbahaya Data Objekif - Ibu S dan An. T tampak batuk dan pilek, suara napas vesikuler

    Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami ISPA

    C. Prioritas Masalah 1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak khususnya Ibu S pada keluarga Bp. D b.d

    ketidakmampuan keluarga merawat hipertensi

    Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

    Sifat Masalah : Resiko

    2/3x1 2/3 Pada Ny. S terdapat keluhan pusing, TD: 160/100 mmHg sudah 14 tahun. Apabila masalah ini tidak diatasi akan mengalami gangguan kesadaran, atau kelumpuhan

    Kemungkinan masalah dapat diubah : Sebagian

    2/2x2 2 Keluarga tidak tahu penyebab dan akibat yang ditimbulkan dari hipertensi. Keluarga dari segi tenaga dan biaya untuk mengatasi masalah tersedia. Fasilitas kesehatan ada posbindu maupun puskesmas yang dapat dijangkau karena jarak yang dekat.

    Potensial masalah dapat dicegah : Cukup

    2/3x1

    2/3

    Masalah mudah diatasi karena kooperatif dan fasilitas yang mendukung untuk mengatasi masalah tersedia. Tindakan yang dilakukan yang sesuai kesehatan: tidak suka makan yang berkolesterol, biasa mengkonsumsi buah mengkudu. Masalah puing ini muncul sudah 14 tahun. Ada keluarga yang sakit tetapi tidak memperhatikan pola makan.

    Menonjolnya masalah : Masalah perlu diatasi tetapi tidak harus segera

    2/2x1 1 Keluarga mengatakan pusingnya menggangu tetapi dapat diatasi dengan caranya sendiri

  • 15

    Total

    2. Koping keluarga tidak efektif pada keluarga Tn. D b.d ketidakmampuan keluarga menciptakan

    pola komunikasi yang efektif

    Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

    Sifat Masalah :

    3/3x1 1 Masalah ini actual didukung dgdata. Ny. S merasa sering kuatir dan takut menyakiti suami ketika ada masalah keluarga. Tn. D suka marah-marah, dan anak-anak cenderung tidak terbuka dengan bapaknya. Masalah ini akan menyebabkan memperparah kondisi penyakit Ibu S dan menggangu psikologis anggota keluarga apabila tidak segera diatasi

    Kemungkinan masalah dapat diubah : Sebagian

    2/2x2 2 Pengetahuan untuk mengatasi masalah tidak ada, tenaga dan kemampuan keluarga tersedia. Pengetahuan dan waktu perawat tersedia. Sarana fasilitas social pendukung keluarga belum tersedia

    Potensial masalah dapat dicegah :

    2/3x1 2/3 Masalah ini sulit karena berhubungan dengan perilaku. Tindakan yang dilakukan keluarga belum ada. Masalah ini dirasakan sudah lama

    Menonjolnya masalah : Masalah tidak dirasakan

    1/2x1 Keluarga tidak menyadari adanya masalah

    Total 3 1/3 3. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada keluarga Tn. D khususnya Bp. D b.d ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan DM

    Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

  • 16

    Sifat Masalah : aktual

    3/3x1 1 Masalah ini aktual didukung dengan data. Bp D merasa sering kelelahan. apabila tidak diatasi akan menimbulkan pekerjaannya terganggu sehingga ekonomi juga terganggu.

    Kemungkinan masalah dapat diubah :

    0/2x2 0 Pengetahuan untuk mengatasi masalah tidak ada, tenaga dan kemampuan keluarga tidak ada Pengetahuan dan waktu perawat tersedia. Sarana fasilitas social pendukung keluarga belum tersedia

    Potensial masalah dapat dicegah :

    1/3 1/3 Masalah sulit. Tindakan yang dilakukan tidak ada

    Menonjolnya masalah : Masalah tidak dirasakan

    1/2 Keluarga merasakan itu sebagai suatu masalah yang tidak perlu segera diatasi

    Total 1 4. Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami ISPA

    Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

    Sifat Masalah : aktual

    3/3x1 1 Masalah ini aktual didukung dengan data. Bp D merasa sering kelelahan. apabila tidak diatasi akan menimbulkan pekerjaannya terganggu sehingga ekonomi juga terganggu.

    Kemungkinan masalah dapat diubah :

    0/2x2 0 Pengetahuan untuk mengatasi masalah tidak ada, tenaga dan kemampuan keluarga tidak ada Pengetahuan dan waktu perawat tersedia. Sarana fasilitas social pendukung keluarga belum tersedia

    Potensial masalah dapat dicegah :

    1/3 1/3 Masalah sulit. Tindakan yang dilakukan tidak ada

  • 17

    Menonjolnya masalah : Masalah tidak dirasakan

    1/2 Keluarga merasakan itu sebagai suatu masalah yang tidak perlu segera diatasi

    Total 1 Diagnosa Keperawatan sesuai Prioritas masalah adalah sebagai berikut: 1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada keluarga Bp. D khususnya Ibu S b.d

    ketidakmampuan keluarga merawat hipertensi 2. Koping keluarga tidak efektif pada keluarga Tn. D b.d ketidakmampuan keluarga merawat 3. Risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada keluarga Tn. D khususnya Bp. D b.

    ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan DM 4. Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D b/d Ketidakmampuan keluarga merawat

    anggota keluarga yang mengalami ISPA

  • 18

    RENCANA KEPERAWATAN No Diagnosa

    Keperawatan Keluarga

    Tujuan Khusus

    Kriteria Evaluasi Rencana Tindakan Umum Kriteria Standar

    1 Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada keluarga Bp. D khususnya Ibu S, berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat penderita hipertensi

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x45 menit, diharapkan keluarga dapat mencegah terjadinya gangguan perfusi otak pada Ibu S

    Setelah dilakukan pertemuan selama 1 x 45 mnt diharapkan : 1. Keluarga dapat

    mengenal masalah hipertensi : a. Menjelaskan

    pengertian hipertensi

    b. Menyebutkan faktor resiko hipertensi

    c. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi

    Respon verbal Respon verbal Respon verbal

    Pengertian hipertensi adalah Peningkatan tekanan darah yang tidak normal lebih dari atau sama dengan 140 mmHg per 90 mmHg Menyebutkan minimal 3 dari 5 faktor resiko hipertensi : 1. Umur 2. Keturunan 3. Garam 4. Stress 5. Makanan berlemak Menyebutkan minimal 3 dari 4 tanda dan gejala hipertensi : pusing, tengkuk terasa pegal, lemah, mual

    1. Jelaskan pengertian, penyebab dan tanda-tanda penyakit hipertensi

    2. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal yang sudah dijelaskan

    3. Berikan pujian atas kemampuan keluarga.

    4. Tanyakan pendapat keluarga

  • 19

    1.

  • 20

    2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan terjadinya hipertensi pada anggota keluarga a. Menjelaskan

    akibat yang terjadi bila keluarga tidak mencegah terjadinya hipertensi

    b. Memutuskan untuk bersedia mengatasi hipertensinya

    Respon Verbal Afektif

    Menyebutkan akibat lanjut dari hipertensi : 1. Stroke 2. Penyakit Jantung 3. Penyakit Ginjal 4. Kebutaan Keluarga berjanji akan melakukan control secara teratur dan mentaati semua yang tidak diperbolehkan.

    1. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat hipertensi bila tidak segera ditangani akan mengakibatkan Komplikasi Biaya perawatan

    meningkat Aktivitas sehari-hari

    terganggu 5. Berikan kesempatan

    keluarga untuk merespon atas akibat yang bisa terjadi pada dirinya.

    6. Berikan pujian atas kemampuan keluarga dalam merespon bila terjadi pada diri keluarga.

    7. Pertahankan kemampuan keluarga dengan menganjurkan keluarga agar tetap menjalakan pola hidup sehat sehari-hari.

  • 21

    3. Keluarga dapat menyebutkan cara merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi di rumah a. Menjelaskan

    cara mencegah dan merawat hipertensi lebih lanjut di rumah

    b. Mendemonstrasika

    n cara mengatasi keluhan pusing dan tegang pada daerah tengkuk dengan terapi modalitas tradisional

    Respon verbal Respon psikomotor Respon verbal dan afektif

    Menyebutkan cara merawat keluarga dengan hipertensi dirumah 1. Diet rendah garam dan lemak 2. Mengontrol berat badan 3. Kurangi Pikiran yang berat 4. Olahraga 5. Istirahat Cara merawat keluarga dengan hipertensi di rumah : 1. Mengajarkan menu sehari

    sesuai BB 2. Membuat obat herbal: jus

    mentimun 3. Refleksi 4. Relaksasi autogenik

    5. Diskusikan dengan keluarga cara mencegah terjadinya hipertensi antara lain : a. Batasi makanan yang

    banyak mengandung garam-garaman seperti ikan asin, dan makanan yang banyak mengandung lemak seperti: daging merah dan bakso.

    b. Hindari stress c. Istirahat cukup &

    teratur d. Olah raga seminggu 3

    kali

    6. Demonstrasikan membuat menu sesuai BB

    7. Demonstrasikan cara membuat jus mentimun Ambil mentimun 2

    buah sedang Dikupas bersih lalu

    diparut atau dijus Tuang ke dalam gelas

    bersih lalu diminum 2 kali sehari sampai TD stabil

  • 22

    8. Demonstrasikan cara melakukan relaksasi autogenik

    9. Demonstrasikan cara refleksi

  • 23

    4. Melakukan modifikasi lingkungan yang aman bagi keluarga dengan hipertensi

    Respon psikomotor

    Pada kunjungan yang tidak direncanakan kondisi rumah bersih, lantai tidak licin, perabotan rapi, rumah tenang

    1. Bantu keluarga memodi-fikasi lingkungan yang nyaman bagi kelurga dengan hipertensi

    2. Beri kesempatan keluarga menunjukkan kemampuan-nya dalam memodifikasi lingkungan rumah

    3. Beri pujian bila keluarga dapat mempertahankan lingkungan yang aman bagi usila dengan hipertensi

  • 24

    5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan a. Menyebutkan

    fasilitas kesehatan yang tersedia

    b. Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan

    Respon verbal

    Respon Verbal

    Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mengatasi hipertensi : 1. RS 2. Puskesmas 2. Posbindu 3. Dokter praktek 3. Perawat/ bidan Manfaat fasilitas kesehatan : 1. Memberikan informasi

    kesehatan 2. Membantu meningkatkan

    kesehatan 3. Memberikan perawatan 4. Memberikan pengobatan 5. Memberikan pelayanan rawat

    inap

    1. Menjelaskan dan

    memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mencegah hipertensi : RS Puskesmas Posbindu Dokter praktek Perawat/ bidan

    2. Bantu keluarga memilih

    fasilitas kesehatan yang sesuai dengan kondisi keluarga

    1. Klarifikasi pengetahuan

    keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan

    2. Diskusikan manfaat fasilitas kesehatan

  • 25

    2.

    Koping keluarga tidak efektif pada keluarga Bp. D khsusunya Ibu S b.d ketidakmampuan merawat

    Setelah diberikan tindakan keperawatan 2 x 45 menit, diharapkan keluarga Bp. D, khususnya Ibu S dapat memelihara dan meningkatkan koping yang efektif

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 45 menit, diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan : 1. Mempertahankan

    koping keluarga yang efektif

    2. Meningkatkan koping keluarga yang efektif

    3. Memahami berbagai koping efektif lainnya

    4. Mendemostrasikan koping keluarga yang efektif sewaktu ada masalah

    Respon verbal dan respon psikomotor

    Koping keluarga yang efektif antara lain : 1. Mengungkapkan secara verbal

    masalah yang dihadapi 2. Mencari pengalihan yang

    positif seperti beribadah, olahraga, pengajian, dll

    3. Menggunakan koping yang efektif dalam mengatasi masalah

    4. Konseling

    1. Identifikasi koping yang biasa dilakukan keluarga bila ada masalah

    2. Beri penguatan atas koping keluarga yang positif

    3. Diskusikan beberapa koping yang dapat digunakan keluarga bila ada masalah seperti : mengungkapkan secara verbal, mengalihkan pada kegiatan positif

    4. Dorong keluarga untuk tetap menggunakan koping yang ada dan mencoba koping efektif lainnya

    5. Lakukan role play cara menggunakan koping yang baru

    6. Anjurkan keluarga mencoba koping baru dalam mengatasi masalah

    7. Lakukan konseling 8. Beri dukungan dan pujian

    atas koping yang efektif pada keluarga

  • 26

    Risiko ketidakstabilan kadar gula darah pada keluarga Tn. D khususnya Bp. D b. ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan DM

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 45 mnt keluarga Bp. D mampu menjaga kestabilan gula darah

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45 mnt keluarga mampu: 1. Mengenal diabetes mellitus dengan menyebutkan pengertian DM, penyebab DM, tanda dan gejala DM 2. Mengambil keputusan untuk mengatasi DM 3.Keluarga dapat merawat anggota keluarga dengan DM

    Respon verbal dan psikomotor

    Pengertian DM : Suatu keadaan dimana pangkreas tidak cukup menghasilkan insulin, atau sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin seperti seharusnya,sehingga kadar gula dalam darah meningkat atau bertambah.

    Penyebab DM: a. Keturunan b. Pola makan c. Kurang gerak d. Kegemukan e. Penyakit

    Tanda dan gejala

    diabetes mellitus: a. Poliuri b. Polidipsi c. Polifagi d. Kesemutan e. Cepat merasa lelah dan mengantuk f. Infeksi yang sering kambuh g. Penglihatan kabur i. Gatal-gatal terutama bagian luar kelamin

    1. Identifikasi penyebab kelelahan pada keluarga

    2. Beri penguatan atas informasi yang diberikan

    3. Diskusikan beberapa tindakan yang dapat digunakan keluarga bila mengalami kelelahan seperti : Makan sesuai kebutuhan tubuhnya, menjaga keseimbangan aktivitas dan istirahat

    4. Dorong keluarga untuk tetap menjaga diet dan menjaga keseimbangan aktifitas-istirahat

    5. Demonstrasikan diet dan olahraga

    8. Beri dukungan dan pujian atas tindakan dalam menjaga pola diet dan aktivitas pada keluarga

  • 27

    Keluarga mengerti akibat dari diabetes mellitus bila tidak dikelola dengan baik:

    a. Luka yang sukar sembuh b. Impotensi c. Kebutaan d. Penyakit jantung e. Gangguan pada pembuluh darah otak

    f. Terganggunya fungsi ginjal

    Keluarga memutuskan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi diabetes mellitus

    Keluarga mampu

    melakukan perawatan DM: program diet dan pola makan, pentingnya olahraga, terapi obat DM

  • 28

    Risiko penularan infeksi pada keluarga Bp. D b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami ISPA

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 45 mnt keluarga Bp. D mampu mencegah penularan ISPA

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45 mnt keluarga mampu: Mengenal ISPA dengan menyebutkan : pengertian, penyebab, gejala dan tanda, derajat, dan jenis IISPA

    Mengambil keputusan untuk

    Penyakit infeksi saluran

    pernapasan akut disebut

    juga batuk pilek dan dapat

    terjadi pada siapa saja

    Penyebab ISPA:

    Tertular penderita lain

    Belum imunisasi lengkap

    Kurang gizi Tinggal di

    lingkungan yang kurang sehat

    Kebiasaan jajan Jenis ISPA:

    Ringan Sedang Berat

    Akibat ISPA:

    Biaya pengobatan

    Gali pemahaman keluarga tentang ISPA

    Diskusikan dengan keluarga menggunakan lembar balik dan leaflet tentang : pengertian, klasifikasi, penyebab, dan tanda gejala ISPA Berikan kesempatan bertanya pada keluarga bila ada hal yang belum dimengerti Tanyakan kembali pada keluarga tentang hal-hal yang telah didiskusikan Bantu keluarga dalam mengidentifikasi tanda & gejala ISPA pada anggota keluarga Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga mengidentifi-kasi kondisi anggota keluarga Diskusikan bersama keluarga akibat dari

  • 29

    mengatasi ISPA dengan ; memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan ISPA

    Merawat anggota keluarga dengan ISPA

    mahal Kekebalan tubuh

    menurun Gangguan

    tumbang Kematian

    Pencegahan ISPA

    Jauhkan anak-anak dari penderita ISPA

    Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan

    Berikan makanan bergizi setiap hari

    Mintakan imunisasi lengkap

    Menutup mulut bila batuk

    Membuang dahak atau lendir pada tempat tertutup

    Usahakan ruang tempat tinggal mempunyai udara yang cukup bersih dan jendela yang cukup

    Jangan merokok

    ISPA bila tidak dikelola dengan baik Motivasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi ISPA Beri reinforcement positif atas jawaban kel.

    Tanyakan kepada keluarga keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan ISPA Fasilitasi keluarga dalam membuat keputusan terkait perawatan ISPA. Motivasi keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Beri penguatan atas pencapaian keluarga.

  • 30

    Cara perawatan: Istirahat yang

    cukup Jika hidung

    tersumbat bersihkan pakai tissue atau dengan ujung sapu tangan bersih

    Berikan minum yang banyak

    Beri makanan yang bergizi

    Bila panas beri kompres hangat dan obat penurun panas

    Beri kecap dan jeruk