Askep Hipertensi
-
Upload
lp-askep-cuii-eaty -
Category
Documents
-
view
4.363 -
download
0
description
Transcript of Askep Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan
hipertensi terjadi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1
jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan
penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan
serius pada organ lain di tubuh.
Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak
terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal
ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan
tekanan darah segera. Hal ini memerlukan kesigapan perawat dalam menangani
perawatannya.
Mengingat peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam jiwa ini maka
penyusun tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan dengan hipertensi ini.
2. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Hipertensi.
B. Tujuan Khusus
1
1) Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.
2) Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan
hipertensi.
3) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
hipertensi.
4) Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan hipertensi.
5) Dapat mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan dengan
baik dan benar.
3. METODE PENULISAN
Adapun teknik yang digunakan untuk menyusunnya adalah dengan observasi,
wawancara, studi kepustakaan dan mengumpulkan beberapa sumber yang dapat
menunjang dalam penyelasaian makalah ini.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dalam beberapa BAB, yaitu :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab
utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal..
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (sedang)
Stadium 3 (berat)
<130
130-139
140-159
160-169
160-209
<85
85-89
90-99
100-109
110-119
3
Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstroktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstroksi. Medula adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal,
4
mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang
5
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung
tidak mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai
paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia,
insiden infark otak mencapai 80%.
E. EVALUASI DIAGOSTIK
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina
harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji
kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat
disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan
elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat
terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden
urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena,
arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
6
dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit
renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau;
latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam
resiko tinggi (pris, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, di atas
85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu
dimulai terapi obat-obatan.
7
Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter
memilih kelompok obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping
paling kecil, dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia
dalam pilihan pertama; diuretic dan penyekat beta. Apabila pasien dengan
hipertensi ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar
pasien mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah dengan
pemberian jadual terapi obat-obatan yang rumit.
Algoritma Penanganan Hipertensi
Respon tidak adekuat
8
Modifikasi gaya hidup Penurunan berat badan Pengurangan asupan alkohol Aktivitas fisik berkurang Pengurangan masukan natrium Penghentian rokok
Lanjutkan modifikasi gaya hidupPemilihan farmakologi awal:Diuretik atau penyekat β lebih disukai karena terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas.ACE inhibitor, kalsium antagonis, reseptor penyekat α dan penyekat α-β belum pernah diuji maupun dibuktikan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Naikan dosis obat
Ganti dengan obat lain
Tambahkan bahan kedua dari jenis yang berbeda
Tambahkan bahan kedua atau ketiga dan/atau diuretika bila belum diresepkan
Respon tidak adekuat
Respon tidak adekuat
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia
Tanggal masuk : 6 Januari 2005
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2005
Ruang : 10A/ penyakit dalam dewasa
No. Medrek : 05010109
9
Diagnosa Medis : Hipertensi stadium 3
Alamat : Citepus RT 01 RW 06 Pajajaran Bandung.
2) Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SD
Hubungan dengan klien : Keponakan
Alamat : Citepus RT 01 RW 06 Pajajaran Bandung.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan utama saat masuk rumah
sakit
Sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita merasakan keluar
darah dari lubang hidung sebelah kiri dengan tiba-tiba dan berwarna
merah segar encer, sebanyak lebih dari setengah gelas belimbing. Darah
keluar terus-menerus sampai masuk ke rumah sakit. Sebelumnya, 15 jam
sebelum masuk rumah sakit klien juga merasakan keluhan yang sama,
tapi darah yang keluar hanya sedikit dan berhenti sendiri.
(2) Keluhan utama saat pengkajian
Pada saat dikaji klien mengatakan tubuhnya lemas dank lien terlihat
bedrest.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak 3 bulan klien merasakan sering buang air kecil dan banyak, sering
merasakan lapar, sering haus dan banyak minum. Tidak ada riwayat panas
badan dan mimisan sebelumnya. Riwayat sakit tekanan darah tinggi sudah
dirasakan sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit dan klien tidak berobat
10
secara teratur. Tekanan darah tertinggi 200/- selama 2-3 tahun sebelum masuk
rumah sakit. Penderita pernah merasakan bengkak pada kedua tungkainya,
lekas capai bila beraktivitas.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit menular, hipertensi, diabetes
melitus dan penyakit menurun lainnya.
3. Pola aktivitas sehari-hari
Tanggal 12 Januari 2005
No Jenis Sebelum sakit Sesudah sakit
1 Nutrisi
a.
Frekuensi
Jenis
Kesulitan menelan
Pantangan/ alergi
b.
Frekuensi
Jenis
Pantangan
3 x/ sehari, habis 1 porsi
Nasi, sayur, lauk- pauk
Tidak ada
Tidak ada
6-7 gelas
air putih
tidak ada
3 x/ sehari, habis 1 porsi
Nasi, sayur, lauk-pauk
Tidak ada
Asin, tinggi natrium
6-7 gelas
air putih
tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
b. BAK
Frekuensi
Warna
Kesulitan
1 x/ hari
lembek
kuning khas feces
3 x/ hari
kuning jernih
tidak ada
1 x/ hari
lembek
kuning khas feces
3 x/ hari
kuning jernih
tidak ada
3 Istirahat tidur
a. Tidur malam 6 jam/ hari dari pukul 6 jam/ hari dari pukul
11
b. Tidur siang
09.00-03.00
2 jam/ hari
09.00-03.00
2 jam/ hari
4 Personal hygiene
Mandi
Sikat gigi
Cuci rambut
2 x/ hari, mandiri
2 x/ hari
2 hari sekali
2 x/ hari, diseka oleh
keluarga dan perawat
2 x/ hari dibantu oleh
keluarga dan perawat
2 hari sekali dibantu
oleh keluarga dan
perawat
5 Aktivitas Klien beraktivitas
sebagai ibu rumah tangga
yang selalu di rumah.
Klien bedrest di tempat
tidur, kebutuhan ADL
seperti BAB dan BAK
masih dapat dipenuhi
dengan bantuan perawat
dan keluarga.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum
Kesadaran : Composmentis GCS : 15
Vital Sign : Suhu : 36,5 0C
Nadi : 67x/mnt
Tensi : 130/80 mmHg
Respirasi : 20 x/mnt
b. Sistem pernafasan
12
Bentuk hidung simetris nasal ditengah, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, fungsi penciuman dan kepatenan hidung baik. Leher ditengah, bentuk
dada simetris, pengembangan paru-paru simetris anterior-posterior, tidak
terlihat penggunaan otot-otot nafas tambahan, vibrasi kiri dan kanan anterior
posterior seimbang pada kedua paru. Pada perkusi terdengar resonan pada
seluruh daerah paru, suara nafas murni vesikuler dengan frekuensi nafas 20 x/
menit.
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan JVP, CRT kurang dari 3 detik, iktus kordis teraba pada
ICS 6 kanan mid klavikula peranjakan 2 cm, bunyi jantung murni reguler pada
S1 dan S2, tidak ada bunyi jantung tambahan. Nadi radialis 67 x/ menit. Pada
perkusi jantung dullness.
d. Sistem pencernaan
Mukosa bibir lembab, lidah dan gusi tidak ada stomatitis, pergerakan lidah
baik, jumlah gigi 32 lengkap, tidak ada caries, uvula simetris, reflek menelan
baik. Pada auskultasi bising usus 21 x/ menit, pada perkusi tympani pada
lambung, dullness pada hepar, tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas pada
seluruh area abdomen dan tidak terdapat pembesaran hati dan lien.
e. Sistem persarafan
1) Tes serebral fungsi
Klien dapat berorientasi dengan tempat, orang dan waktu, klien dapat
berespon dengan baik, klien dapat berkomunikasi dengan normal, GCS (E
=4, M = 6, V = 5).
2) Saraf cranial
Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi dengan mata
tertutup.
13
Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
Tidak terdapat penyempitan lapang pandang.
Nervus III (Okulomotorius)
Adanya kontraksi pupil 3 mm bentuk pupil bulat isokor pada kedua
mata.
Nervus IV (trochlearis)
Pada kedua mata tidak terdapat nistagmus, diplopia dan deviasi mata.
Nervus V (Trigeminus)
Mata klien mengedip saat bulu mata disentuh dengan kapas, klien
dapat merasakan usapan pada mata, dahi dan dagu.
Nevus VI (Abducend)
Klien mampu menggerakkan mata ke kanan dan ke kiri.
Nervus VII (Facialis)
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup,
bentuk wajah simetris.
Nervus VIII (Akustikus)
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glosofaringeus)
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkata
“ah”.
Nervus XI
Klien dapat mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah.
f. Sistem Perkemihan
14
Tidak terdapat keluhan nyeri pada genito urinaria tidak teraba pembesaran
ginjal, tidak terdengar suara bruits pada arteri renalis, tidak ada nyeri tekan
pada simpisis, tidak terdapat nyeri ketuk pada perkusi ginjal.
g. Sistem Muskuloskeletal
Klien tampak berbaring lemah di tempat tidur. Klien mengatakan jika ingin
turun dari tempat tidur atau ke kamar mandi harus dibantu oleh keluarga.
Kedua lengan dan kaki klien simetris. Tidak ditemukan oedema pada daerah
ekstremitas atas dan bawah. Terdapat penurunan fungsi motorik : klien merasa
lemah pada ekstremitas sebelah kiri. Tingkat kemampuan mobiliasasi klien
yaitu perlu bantuan / bimbingan sederhana / pengawasan.
Kekuatan otot
h. Sistem integumen
Warna rambut sebagian besar putih dan hitam, penyebaran rambut merata,
keadaan kulit kepala bersih, lesi (-), tidak ditemukan adanya ketombe, rambut
bersih dan tertata rapi. Tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala, dan rambut
tidak mudah rontok. Warna kulit sawo matang, kuku tampak bersih dan
pendek, kulit tampak bersih dan tidak lengket. Turgor kulit Kembali dalam 3
detik Suhu klien 36,50C.
i. Sistem endokrin
Tidak terdapat moonface, tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar paratiroid,
riwayat poliuri tidak ada, riwayat polipagia tidak ada, riwayat polidipsi tidak
ada.
5. Data Psikologis
a. Status emosi
Emosi klien stabil ekspresi wajah klien tenang dan terlihat cemas.
5 4
5 4
15
b. Kecemasan
Klien terlihat cemas dari klien selalu tersenyum apabila ditegur oleh perawat
dan bicara dengan keluarganya.
c. Pola koping
Menurut klien bila mendapat masalah ia sering membicarakannya dengan
keluarganya.
d. Gaya komunikasi
Klien dapat berkomunikasi verbal maupun nonverbal. Klien dapat
berkomunikasi dengan dokter, perawat, keluarga dan klien lainnya, bahasa
yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
e. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian anggota tubuhnya karena semuanya ini
adalah anugrah dari Tuhan YME yang harus disyukurinya.
2) Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas seperti biasa.
3) Identitas diri
Klien merasa bangga dilahirkan sebagai wanita.
4) Harga diri
Klien merasa senang karena banyak yang menyayanginya walaupun jauh
dari rumah.
5) Peran
Klien adalah sebagai seorang bibi dari keponakannya
6. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga, dokter, perawat dan klien lainnya baik, terlihat
dengan klien sering berkomunikasi dengan keluarga, dokter, perawat dan klien
lain.
7. Data spiritual
16
Klien menganut agam Islam selama dirawat klien beribadah ditempat tidur saja
dan slalu berdoa untuk kesembuhannya. Klien menganggap sakitnya sebagai
cobaan.
8. Data Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 6 Januari 2005
No Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
1 Hematologi
Hemoglobin (L)
Leukosit (L)
Hematokrit (L)
Trombosit
10,6
6.806
34
174.000
13-18
3,8-10,6rb
40-52
150-440rb
gr/dL
mm3
%
mm3
2 Kimia Klinik
Ureum
Kreatinin (LK)
Glukosa sewaktu
Natrium
Kalium
43
0.69
166
137
3,3
15-50
0,6
<140
135-145
3,6-5,5
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/L
9. Therapi Medis
Aspar K 3 x1 tab PO
Furomesid 1x 40 mg PO
Caltopril 3 x 12,5 mg PO
Diit rendah garam
17
II. ANALISA DATA
No DATA
INTERPRETASI DATA
DAN KEMUNGKINAN
PENYEBAB
MASALAH
1. DS:
Klien mengatakan lemas
DO:
Klien bedrest
Kondisi penyakit klien
↓
Klien harus tirah baring
↓
Menimbulkan kekakuan
tonus otot
↓
Resiko terjadinya kekakuan
otot-otot ekstremitas
Resiko terjadinya
kekakuan otot-otot
ekstremitas
2. DS : Kurangnya pengetahuan Resiko hipertensi
18
Klien
mengatakan sering
tidak melanjutkan
pengobatan.
Klien
mengatakan jarang
kontrol.
DO :
Klien tidak tahu
apa itu hipertensi.
Klien tidak tahu
mengapa perlu
pengobatan rutin.
tentang pengertian,
penyebab, dan pencegahan
hipertensi
↓
Tidak melanjutkan
pengobatan
↓
Tekanan darah tidak
terkontrol
↓
Resiko terjadinya kembali
berulang
3. DS :
Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang penyakitnya
Klien mngatakan
ingin segera pulang
DO :
Klien menanyakan
tentang keadaanya
Penyakit Hipertensi
↓
membutuhkan perawatan
dan pengobatan yang lama
↓
kurangnya informasi
mengenai kondisi
penyakitnya dan prosedur
pengobatannya
↓
stressor bagi klien
↓
Cemas
Gangguan Rasa
Aman : Cemas
III. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABOLASI
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal
Ditemukan
Nama/ TT
Perawat
Tanggal
Terpecahkan
Nama/ TT
Perawat
19
1. Resiko terjadinya
kekakuan otot-otot
ekstremitas
sehubungan dengan
tirah baring lama.
12-01-2005 Egi
2. Resiko terjadinya
kembali hipertentensi
sehubungan dengan
kurangnya
pengetahuan klien
tentang hipertensi.
12-01-2005 Egi
3. Gangguan Rasa
Aman : Cemas
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tentang kondisi
penyakitnya
12-01-2005 Egi
20
c. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa KeperawatanPerencanaan
Tujuan Intervensi Rasional1 2 3 4 51 Resiko terjadinya kekakuan otot-
otot ekstremitas sehubungan
dengan tirah baring lama.Ditindai
dengan
DS:
Klien mengatakan lemas
DO:
Klien bedrest
Tupan :
Tidak terjadi kekakuan otot-
otot ekstremitas.
Tupen :
Dalam 3 hari klien mampu
menggerakkan ekstremitas atas
dan bawah dengan kriteria :
Klien tidak lemas lagi.
Klien tidak bedrest
lagi.
1. Lakukan mobilisasi secara
bertahap.
2. Lakukan ROM pasif.
3. Libatkan keluarga dalam
setiap tindakan
1. Meningkatkan
secara bertahap
tingkat aktivitas
klien sampai
normal.
2. Mencegah adanya
kekakuan dan
untuk
memperlancar
peredaran darah.
3. Klien merasa lebih
nyaman bila
dibantu oleh
keluarga.
2. Resiko terjadinya kembali
hipertensi sehubungan dengan
Tupan :
Tidak terjadi hipertensi
1. Observasi TTV. 1.
perkembangan
21
1 2 3 4 5kurangnya pengetahuan klien
tentang hipertensi. Ditindai dengan
DS :
Klien mengatakan sering
tidak melanjutkan pengobatan.
Klien mengatakan
jarang kontrol.
DO :
Klien tidak tahu apa itu
hipertensi.
Klien tidak tahu mengapa perlu
pengobatan rutin
berulang setelah klien kembali
ke rumah.
Tupen :
Dalam 1x24 jam setelah
mendapat penyuluhan
kesehatan tentang hipertensi
klien paham dengan kriteria :
Mengerti tentang
penyakit dan
penanganannya.
Patuh terhadap program
perawatan diri.
2. Berikan pendidikan
kesehatan mengenai
hipertensi, meliputi :
Pengertian
hipertensi secara
singkat dan sederhana.
Penyebab
hipertensi.
Diit hipertensi.
Program perawatan
diri.
Komplikasi
hipertensi secara
singkat dan sederhana.
3. Anjurkan keluarga
untuk memantau klien
dalam makan obat dan diit
hipertensi.
2.
kesehatan
diharapkan
pengetahuan klien
bertambah dan
resiko hipertensi
berulang dapat
dicegah.
3.
termotivasi untuk
makan obat dan
menjalani diitnya.
4.
22
1 2 3 4 5klien.
4. Berikan diit rendah
garam dengan sedikit tapi
sering.
3. Gangguan Rasa Aman : Cemas
berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang kondisi
penyakitnya. Ditandai dengan :
DS :
Klien dan keluarga
mengatakan kurang
mengetahui tentang
penyakitnya
Klien mngatakan ingin segera
pulang
DO :
Klien menanyakan tentang
keadaanya
Tupan :
Gangguan rasa aman : cemas tidak terjadi.
Tupen:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari, diharapkan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaannya meningkat, dengan kriteria:- Klien dan
keluarga tidak mengeluh merasa khawatir tentang penyakitnya.
- Klien dan keluarga secara verbal mengatakan mengerti tentang penjelasan dari perawat.
- Ekspresi wajah klien tenang
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dan keluarga.
2. Bantu klien untuk menyesuaikan dirinya dengan kehidupan di RS.
3. Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai kondisi penyakit, proses penyembuhan dan perawatan klien.
4. Beri penjelasan pada klien
1. Dengan adanya hubungan saling percaya klien mau mengungkapkan masalah dan perasaannya pada perawat.
2. Dengan penyesuaian kehidupan di RS supaya klien terbiasa dengan keadaan lingkungan di RS demi kesembuhannya.
3. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman klien dan keluarga sehingga mengurangi kecemasan.
4. Diharapkan dapat
23
1 2 3 4 5dan keluarga tentang keadaan penyakit, prosedur pengobatan dan perawatan selama klien dirawat di RS.
5. Kaji pemahaman klien dan keluarga mengenai keadaan penyakit, prosedur pengobatan dan perawatan.
menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaannya dan dapat membantu mengurangi kecemasan pada klien.
5. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman klien dan keluarga sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya.
24
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal dan
Waktu
Diagnosa
KeperawatanImplementasi
Nama dan
Paraf
11-01-2005
07.30
Dx3 ,
Dx2 ,Dx1
- Mengajarkan dan membantu
Melakukan mobilisasi secara
bertahap.
- Mengajarkan dan membantu
Melakukan ROM pasif
- Melibatkan keluarga dalam setiap
tindakan
Hasil :
Perawat membantu klien dalam
mengajarkan dan membimbing klien
dalam melakukan mobilisasi dan
klien mau melakukan
- Mengobservasi TTV
Hasil :
Tekanan darah =130/80 mmHg
Nadi = 67 x/menit
Respirasi = 21 x/mnt
Suhu = 36,50 C
08.00 Dx 3 Memberi
kan diit rendah garam
Respon : Porsi makan habis 1 porsi.
09.00 Dx3 Melakuka
n ROM pasif kepada klien dengan
mobilisasi secara bertahap
Respon : Klien dapat melakukan
25
ROM pasif
Melibatka
n keluarga dalam setiap tindakan.
Respon : keluarga mengerti dan ikut
terlibat dalam membantu mobilisasi
klien.
10.00 Dx3 Memberi
kan terapi Aspar K 3 x1 tab PO
Respon : obat diberikan dan tidak
ada reaksi alergi.
Memberi
kan therapy Furomesid 1x 40 mg
PO dan Caltopril 3 x 12,5 mg PO
Respon : obat diberikan dan tidak
ada reaksi alergi.
Pantau
dan catat respon terhadapan obat.
Respon : tidak ada reaksi alergi dan
klien lebih tenang.
10.30 Dx2 , DX3 Memberikan pendidikan kesehatan
pada klien dan keluarga tentang
hipertensi
Respon : Klien dan keluarga
mengatakan telah mengerti tentang
penyakit hipertensi yang dideritanya
meliputi : pengertian, penyebab, diit,
program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.
12.15 Dx2 Memberi
kan diit rendah garam
Respon : Porsi makan habis 1 porsi
26
V. EVALUASI
DX
No.
Tangga
l dan
Waktu
PerkembanganNama
dan
Paraf
1 12-01-
2005
S :
- Klien mengatakan mulai bisa menggerakkan ekstremitas atas
maupun bawah.
O :
- Klien dapat melakukan ROM pasif.
A :
- Masalah teratasi sebagian.
P :
- Lanjutkan intrervensi
I :
- Mengajarkan dan membantu Melakukan mobilisasi secara
bertahap.
- Mengajarkan dan membantu Melakukan ROM pasif
- Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan
E :
- Klien dapat mengikuti latihan ROM secara pasif dan dapat
menggerakkan tangan dan kakinya secara aktif walaupun
sedikit
R :
- Kaji Cara klien dan keluarga melakukan ROM
2.. 12-01-
2005
S :
- Klien dan keluarga mengatakan telah mengerti tentang
penyakit hipertensi yang dideritanya meliputi : pengertian,
penyebab, diit, program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.
27
O :
- Klien dan keluarga dapat menyebutkan pengertian,
penyebab, diit, program asuhan perawatan diri, dan
komplikasi dari hipertensi.
A :
- Masalah teratasi.
3 12-01-
2005
S :
- Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya
- Klien mengatakan ingin segera pulang
O :
- Klien menanyakan tentang keadaanya
A :
- Masalah teratasi
28
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &Suddarth. 1996. Kepererawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
Doengoes , Marilin .2002.Rencana Asuhan Keperawatan , Edisi : 3.Jakarta : EGC
29
30