askep halusinasi

65
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang- undang No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Teguh, 2009). Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan (Suliswati, 2005). Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Disebutkan pula bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan orang lain, mengganggu ketertiban keamanan umum

description

halusinasi adalah gangguan mental

Transcript of askep halusinasi

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Teguh, 2009). Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan (Suliswati, 2005).Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Disebutkan pula bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan orang lain, mengganggu ketertiban keamanan umum wajib mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO. Prevalensi penderita di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita gangguan jiwa. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta mengalami skizofrenia. Tingginya angka gangguan kesehatan jiwa tersebut penyebabnya multifaktorial bisa diakibatkan masalah sosial, ekonomi, maupun gizi yang kurang dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah penderita skizofrenia (Yosep, 2007). Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat di definisikan sebagai penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai suatu sindrom gangguan jiwa (Videbeck, 2008).Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa sebesar 8,1 %. Angka ini jauh lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit tuberculosis(7,2%), kanker(5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Namun pada kenyataannya berdasarkan data Riskesdas 2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-24.000 orang penderita gangguan jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh keluarganya. Sedangkan di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan Juni 2011 tercatat 3 tidak kurang 200 orang penderita gangguan jiwa tidak dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun 2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah diagnosa / jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang mengalami perilaku kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%, pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi sebanyak 1606 jiwa atau sekitar 41%, pasien yang mengalami isolasi sosial : menarik diri sebanyak 457 jiwa atau sekitar 11,7%, pasien yang mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau sekitar 2,8%, pasien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu sebanyak 82 jiwa atau sekitar 2,1%, kemudian pasien yang mengalami depresi sebanyak 662 jiwa atau sekitar 16,9%, pasien yang ingin melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 116 jiwa atau sekitar 2,3%, pasien yang sudah pulang dan kambuh lagi ada 4452 jiwa atau sekitar 11,5%, pasien skizofrenia sendiri ada 3912 jiwa atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah pasien laki-laki sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa (Arfian, 2010).

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:\1. bagaimana asuhan keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umum :Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran1.3.2 Tujuan khusus :1.Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan dengan Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan2.Mendiskripsikan diagnosa keperawatan dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan 3.Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan4.Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan5.Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan6.Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan

1.4 Manfaat Penelitian1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan dengan Ganguan Halusinasi pendengaran sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah keperawatan jiwa2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006).Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009).Halusinasi adalah merupakan ketidakmampuan individu dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus sesuai dengan yang di terima melalui panca indra ( Dep. Kes. RI 2000 ).Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system pengindraan. Menurut ( Ermawati Dalami , S.Kp 2009).

2.2 KlasifikasiMenurut Stuart Sudden, 2007, Halusinasi dibagi dalam:1. Halusinasi Pendengaran / AuditorikKarakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang. Biasanya klien mendengarkan suara orang yang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal.2. Halusinasi Penglihatan / VisualKarakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometrik, gambar kartun dan panorama yang kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.3. Halusinasi Penghidu / AlfaktariKarakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikkan seperti darah, urin, faces. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.4. Halusinasi PerabaKarakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.5. Halusinasi PengecapKarakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, feses. 6. Halusinasi SinestetikKarakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah vena atau arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin.7. Halusinasi KinestetikKarakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.3 Etiologi 1. Faktor predisposisi Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)a. Faktor perkembanganJika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.

b. Faktor sosiokulturalBerbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.c. Faktor biokimiaMempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP). d. Faktor psikologisTipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.e. Faktor geneticGen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Factor presipitasi Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya.Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu:a. Dimensi fisikHalusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.

b. Dimensi emosionalPerasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.c. Dimensi intelektualHalusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.d. Dimensi sosialKlien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.e. Dimensi spiritualSecara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

2.4 Tanda dan GejalaMenurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :1. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.2. Melihat seseorang yang sudah meninggal.3. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain4. Bicara atau tertawa sendiri.5. Marah-marah tanpa sebab.6. Menutup mata.7. Mulut komat-kamit8. Ada gerakan tangan9. Tersenyum10. Gelisah11. Menyendiri, melamun

2.5 Proses terjadinya halusinasiMenurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:1. Tahap pertamaPada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.2. Tahap keduaPada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.3. Tahap ketigaPada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir. 4. Tahap keempat Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

2.6 Mekanisme kopingMekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

2.7 Penatalaksanaan (Yosep, 2009)1. Medis (Psikofarmako)a. ChlorpromazineObat ini untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.b. Haloperidol (HLP)Dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.c. Trihexyphenidil (THP)Dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

2. KeperawatanTindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.

BAB 3Konsep Dasar Keperawatan dengan Halusinasi

3.1 Pengkajian Pasien Halusinasi1. Identitas Klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian.

2. Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien berbicara sendiri, minum obat tidak teratur.

3. Fakor Prediposisi dan Prepitasi Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa. Pertama kali masuk pada bulan September tahun 2013 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2014. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.

4. Fisik 1.Tanda Vital: TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit Suhu : 370C RR : 16x/menit2. Ukur: TB : 174cm BB : 59kg

3. Keluhan fisik: TidakJelaskan : selama di rumah sakit jiwa px tidak pernah mengalami sakit

5. Psikososial1. Genogram

X

27

Penjelasan : Pasien anak perempuan dari 2 bersaudara yang berumur 27 tahun dan tinggal serumah dengan orang tua dan nenek dari ayahnya.2. Konsep diria. Citra tubuhPasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnyab. Identitas diriPasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status perkawinanc. PeranPasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.d. Ideal diriPasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.e. Harga diriPasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.3. Hubungan SosialDalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.4. Kehidupan SpiritualPasien menganut agama Islam. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ, pasien hampir tiap hari melakukan sholat lima waktu. Saat masuk rumah sakit pasien jarang mengikuti kegiatan ibadah.

6. Status Mentala. PenampilanPenampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotorb. PembicaraanSaat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukanc. Aktivitas motorikAktivitas pasien tenangd. Alam perasaan Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknyae. Afek pasienTidak ada gangguanf. Interaksi selama wawancaraPasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baikg. Gangguan persepsiSaat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.h. Proses pikirProses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.i. Tingkat kesadaran Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.j. MemoriGangguan pada memori jangka panjangk. Tingkat konsentrasi dan berhitungPasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaanl. Kemampuan penilaianPasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.m. Daya tilik diriPasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

7. Kebutuhan Persiapan Pulanga. Makan dan minumPasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandirib. BAB/BAKPasien BAB 1x/hr, BAK 4x/hr, secara mandiric. MandiPasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabund. Berpakain dan berhiasPasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang laine. Istiraht dan tidurTidur siang jam, tidur malam 8 jam, tidak mengalami gannguan tidurf. Penggunaan obatPasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ), Vit C (2x1), Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2x1)

8. Mekanisme Koping Asertif yaitu cerita dengan orang lain

9. Aspek Medis1. Diagnosa medis : Skisofrenia2. Terapis Medis : a. Triheksipenidile 2 mg 2x1 kapb. Haloperidol 5 mg 2x1 tabc. Diazepam 5 mg 0-0-1 tabd. Vit. B Complex 2x1 tab

3.2 Analisa DataNo. Data Masalah

1. DS : - Pasien mengatakan melihat bayangan hantu laki-laki yang ingin memeluknya.DO : - Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil karena terputusGangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan

2.DS : - Pasien mengatakan sendiri pada malam hari Pasien mengatakan kesepian pada malam hari DO : - Pasien terlihat sedih dan murungKerusakan Interaksi Sosial : Menarik diri

DS : - Pasien mengatakan merasa lemah Pasien mengatakan lelah untuk beraktifitasDO : - Penampilan kurang rapi Rambut jarang disisir Gigi tampak kotor dan berbau Kuku kaki kotorDefisit Perawatan Diri

3.3 Pohon Masalah Defisit Perawat Diri

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan

Kerusakan Interaksi Sosial

3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan berhubungan dengan Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan

3.5 Rencana TindakanNoDiagnosa Keperawatan TujuanKriteria EvaluasiIntervensiRasional

1Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaranTUM : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari, pasien dapat mengontrol halusinasi

TUK : 2. Pasien dapat membina hubungan saling percayad.

1. Ekpresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, dan mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.

1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama pasien, buat kontrak, tanyakan perasaan pasien.

1. Dengan adanya hubungan saling percaya menjadi dasar interaksi perawat dengan pasien

2. Pasien dapat mengenal halusinasinya

2. Pasien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya halusinasi

2.1 Adakan kontak secara sering dan singkat 2.2 Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya

2.3 Diskusikan dengan apa yang dirasakan pasien dan beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya

2.4 Diskusikan dengan pasien apa yang di lakukan untuk menghadapi halusinasi

2.1 Agar mengetahui perilaku yang pasien lakukan

2.2 Agar mengetahui perilaku yang pasien lakukan

2.3 Agar mengetahui apa yang di rasakan pasien

2.4 Agar mengetahui cara yang tepat untuk mengahadapi halusinasi

3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3.pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasinya3.1 Identifikasi cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi

3.2 Diskusikan cara mengontrol halusinasi 3.3 Bantu pasien memilih cara yang sudah diajarkan

3.4 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang di pilih

3.5 Beri pujian jika berhasil3.1 agar dapat mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya

3.2 untuk mengetahui cara mengontrol halusinasi

3.3 cara yang tepat akan menyembuhkan halusinasi dari pasien

3.4 latihan yang cukup akan membuat pasien sembuh dari halusinasinya

3.5 dengan memberi pujian maka pasien merasa senang dan cepat sembuh

4 Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik4.pasien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah halusinasi4.1Diskusikan dengan pasien manfaat dan kerugian tidak minum obat

4.2 Pantau pasien saat penggunaan obat

4.3 beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar4.1 Meningkatkan pengetahuan pasien tentang fungsi obat

4.2 Meningkatkan pengetahuan pasien tentang obat

4.3 Meningkatkan semangat agar bisa mempraktekan apa yang sudah diajarkan

2.Defisit perawatan diri TUM : Pasien dapat mandiri dalam perawatan diri

TUK : 1. Pasien membina hubungan saling percaya dengan perawat

2. Pasien mengetahui Pentingnya perawatan diri

3. Pasien mengetaui cara-cara perawatan diri

4. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat

5. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

1. Menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat : wajah ceria, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata

2. Pasien dapat menyebutkan : penyebab tidak merawat diri, manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda bersih dna rapi

3. Pasien menyebutkan frekuensi menjaga dan pasien dapat menjelaskan cara perawatan diri, frekeunsi gosok gigi, frekuensi berhias, frekuensi potong kuku

4. Pasien mempraktekkan perawatan diri engan bantuan perawat : gosok gigi, berhias, gunting kuku

5. Pasien melaksanakan praktek perawtan diri secara mandiri

1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien (Sapa pasien den gan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama pasien, buat kontrak, tanyakan perasaan pasien)

2. Diskusikan dengan pasien penyebab pasie tidak merawat diri, menjaga perawatan diri, tanda-tanda perawatan diri yang baik

3.1 Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama mandi, gosok gigi, keramas, berpakaian, berhias, gunting kuku

3.2 Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar

3.3 Berikan pujian positif

4.1 Bantu pasien saat perawatan diri mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku

4.2 Beri pujian setelah pasien melaksanakan perawatan diri

5.1 Pantau pasien dalam melaksanakan perawtan diri, mandi, gogok gigi, keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku

5.2 Beri pujian saat saat pasien melaksanakan perawatan diri secara mandiri

1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dengan pasien

2. Membantu pasien agar mengerti apa itu kebersihan diri dengan penjelasan-penjelasan yang singkat dan mudah mengerti

3. Mengetahui potensi penegtahuan pasien tentang tentang kebersihan diri membantu pasien untuk mengerti mengenai kebersihan diri

6 Mendorong motivasi pasien dalam merawat diri

5.Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat dirinya

3.6 Implementasi dan Evaluasi KeperawatanNama : NIRM : Ruang : DxJam, Hari/TanggalImplementasiEVALUASI

1.

2.

Selasa, 14 April 201508.00

10.00

Rabu, 19 Juni 201308.00

Kamis, 20 Juni 201308.00

Rabu, 19 Juni 201314.00

Kamis, 20 Juni 201308.30SP 11. Bina hubungan saling percaya dengan pasienFase OrientasiP : Selamat pagiPS : Selamat pagi susP : Kenalkan nama saya Anggriani Ayu, bisa di panggil Ani. Saya adalah mahasiswa Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3 hari dan ini adalah hari pertama saya praktek disini. Nama anda siapa? dan senang dipanggil apa ?PS: Nama saya Nn. R, dipanggil RinaP : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?PS : Baik susP : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena saya disini ingin membantu Nn. R untuk memberikan solusi dari masalah Nn. RPS : iya sus, tadi malam di kamar mandi saya melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluk saya.P : Oh, bagaimana kalau kita berbincang-bincang sebentar ? Nn. R mau ? Nn. R mau didalam atau diluar ?PS : didalam susP : baiklah, kita akan berbincang-bincang tentang halusinasi penglihatan yang Nn. R alami. Maunya berapa lama ?PS : 20 menit susFase KerjaP : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi. Nn. R tau apa itu halusinasi ?PS : tidak susP : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi tidak nyata. Halusinasi ada 5 macam, pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan. Yang Nn. R alami saat ini adalah halusinasi penglihatan. Tapi ses akan memberikan Nn. R cara untuk mengatasinya agar sembuh. Nn. R maukan ?PS : mau sesP : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan mengajarkan cara yang pertama yaitu dengan menghardik. Kalau Nn. R melihat bayangan itu lagi, Nn. R harus mengatakan Pergi, kamu tidak nyata sambil menutup mata. Apa Nn. R sudah mengerti ?PS : iya, saya mengerti sesP : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi sambil mempragakannyaPS : pergi, kamu tidak nyata (sambil menutup mata)P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara menghardik jika bayangan-bayangan itu datang lagi. Bagaimana perasaan Nn. R sekarang setelah mengetahui bagaimana cara menghardik halusinasi?PS : saya senang sesP : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam jadwal kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh perawatPS : Iya sesFase TerminasiP : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita lanjutkan sebentar dan ses akan mengajarkan Nn. R cara yang kedua. Nn. R bisa jam 10 sebentar ?PS : iya sesP : maunya dimana diluar atau di dalam sini ?PS : disini saja sesP : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada jam 10 yah. Sampai ketemu sebentar

SP 2Bina hubungan saling percaya dengan pasienFase OrientasiP : selamat siang Nn. RPS : selamat siang sesP : bagaimana perasaan hari ini ? apakah Nn. R masih melihat bayangan itu? Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan berbincang-bincang sedikit yah. Mau Nn. R berapa lama ?PS : iya sus, 20 menitP : maunya dimana ? disini saja atau di tempat lain?PS : disini sajaFase KerjaP : cara yang kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu denganbercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Nn. R melihat bayangan lagi Nn. R bisa bercakap-cakap dengan orang lain seperti tolong saya melihat bayangan, mari kita berakap-cakap. Nn. R mengerti kan ?PS : iya sesP : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan tadi?PS : (mengulangi sambil memperagakannya)P : bagus, ternyata Nn. R mampu melakukannya.Fase TerminasiP : bagaimana perasaan Nn. R setelahm saat latihan tadi?PS : senang sesP : bagaimana kalau latihan bercakap-cakap kita masukkan dalam daftar kegiatan harian ? maunya jam berapa ?PS : Jam 8 dan jam 6 sore sesP : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa mempragakan saat melihat bayangan itu lagiPS : iya sesP : sepertinya waktu kita sudah selesai, nanti ses datang besok pagi lagi untuk mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa disini lagi jam 8 yahPS : iya sesP : kalau begitu ses permisi dulu, sampai bertemu besok lagiSP 3 Bina hubungan saling percaya.Fase OrientasiP : selamat pagi Nn. R, masih ingat dengan saya ?PS : selamat pagi ses, iya ses TitieP : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah Nn. R masih melihat bayangan ?PS : iya sesP : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang kita latih sebelumnya ?PS : iya sesP : bagus, kalau begitu sesuai janji kita kemarin kita akan belajar cara yang ketiga yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara ?PS : disini saja sesP : mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?PS : iya sesFase KerjaP : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R lakukan ?PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain bersama, makan,P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Bagaimana kalau kita latih 2 kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R menyanyi setelah itu berdoa yah. Nn. R bisa kan ?PS : iya ses, (sambil memperagakan)P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa memperagakannya. Kegiatan ini bisa Nn. R lakukan agar mencegah bayangan tersebut muncul.PS : iya sesFase terminasiP : bagaimana perasaan Nn. R setelah bercakap-cakap cara yang ketiga ?PS : senang sesP : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang sudah kita belajar untuk mencegah bayangan tersebut.PS : menyebutkan (menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal)P : bagus sekali! Mari kita masukkan dalam kegiatan jadwal harian Nn. R yahh. Bagaimana kalau besok kita belajar cara keempat cara mencegah halusinasi yaitu dengan menggunakan obat yang baik. Bagaimana kalau jam 8 ?PS : iya sesP : kita bertemu disini lagi yah, sampai jumpa besok lagi yahSP4Membina hubungan saling percaya dengan pasienFase OrientasiP : selamat pagi Nn. R PS : selamat pagi sesP : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ? apakah bayangannya masih muncul lagi ? apakah Nn. R memakai ketiga cara yang kita diskusikan pada hari sebelumnya ?PS : iya sesP : apakah pagi ini Nn. R sudah minum obat ?PS : sudah sesP : oh bagus! Bagaimana kalau kita mendiskusikan obat-obat yang Nn. R minum ? kita akan mendiskusikan 20 menit saja yah di tempat iniPS : iya sesFase KerjaP : Nn. R minum obat sangatlah penting supaya bayangan yang Nn. R lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang diminum?PS : ada 4 sesP : iya warna yang putih (THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi dan 7 malam, gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya untuk pikiran biar tenang dan yang kuning untuk daya tahan tubuh biar Nn. R tidak sakit.PS : iya sesP : Kalau bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti dikonsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Nn. R akan kambuh dan sulit mengembalikan kekeadaan yang semula.PS : iya sesP : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Nn. R harus minum obat teratur dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.PS : iya sesP : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita bercakap-cakap tentang obat?PS : senang sesP : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah bayangannya? PS : sudah 4 sesP : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari kita masukan jadwal minum obat pada kegiatan harian Nn. R .PS : iya sesP : kalau begitu ses permisi dulu yah karena waktu kita sudah habis. Nanti kita bertemu lagi lain waktu. Selamat siang Nn. R

SP1Bina hubungan saling percaya dengan pasienFase OrientasiP : Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany Porong mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3 hari mulai dari hari ini sampai tanggal 20 Juni 2013. Nama Nona siapa ? Senang dipanggil sapa ?PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama panggilan Rina.P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah mandi dan gosok gigi ? PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak ada sikat gigiP : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri tujuannya untuk R dapat mengetahui jenis-jenis kebersihan diri, sehingga tidak terserang penyakit. Pertama yaitu mandi. Sebelum diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20 menit ya ? Mau dimana ? disini aja ya di ruang tengah. Setuju ?PS : setuju Suster.Fase KerjaP : Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R apa kegunaannya mandi ? Menurut R apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya ?PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya tidak ada sikat gigi, agar gigi bersih mulut bau.P : Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri terutama gigi masalah apa menurut R yang bisa muncul ?PS : gigi ompong.P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan cara gosok gigi yang benar sesuai janji kita 20 menit. Baiklah caranya . Pertama, kumur-kumur dengan air bersih. Lalu oleskan pasta gigi ke sikat gigi. Gosok gigi dengan sikat gigi dari atas ke bawah beberapa kali, lalu gosok kesisi depan gigi sampai kebelakang gigi, depan gigi dan bagian dalam gigi, tengah-tengah gigi juga. Lalu buang busa atau cairan dari gosok gigi tadi. Dan terakhir kumur-kumur 2-3x. Apa R bisa mengerti? Coba di praktekkan kembali ?PS : R dapat mempraktekkan kembali.P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi kita masukkan ke jadwal kegiatan harian,setelah makan pagi dan makan siang jam 8 pagi dan jam 2 siang. Setuju ?PS : iya suster.Fase TerminasiP : bagaimana perasaan R saat berbincang-bincang tadi, coba R jelaskan dan mempraktekkan kembali cara menggosok gigi dengan benar. R dapat melakukannya dengan baik, baiklah pertemuan kita sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan perawatan diri yang kedua dan ketiga yaitu berdandan/berhias dengan gunting kuku.PS : iya ses P : berapa lama R punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?di mana R mau berbincang-bincang dengan saya besok?PS : disini saja sesP : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di ruangan tengah ini lagi ?selamat pagi sampai jumpa besok.SP 2Membina hubungan saling percaya dengan pasien.Fase orientasiP :Selamat Pagi R masih ingat dengan saya? PS : Masih suster TitieP : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin R lakukan? sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini R akan melakukan perawatan diri yang kedua yaitu berdandan/berhias sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 20 menit, kesepakatan kita kemarin Kita akan melakukannya di ruang tengah, Agar tubuh tetap terawat apakah setuju ?PS : Setuju Suster.Fase KerjaP : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan kepada saya bagaimana cara menggosok gigi sesuai yang kemarin dijelaskan dan dipraktekkan ? PS : pasien dapat mempraktekkan dengan benarP : Hebat, R dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita mempraktekkannya perawatan diri yang kedua berdandan/berhias. Caranya siapkan sisir, bedak, dan kaca. sisir rambut, kemudian mulai berdandan sesuai yang dinginkan. Ketiga menggunting kuku kaki, caranya siapkan alat gunting kuku, kemudian gunting kuku dari ibu jari samapi jari kelinci. bagaimana masih bisa ???PS : R dapat mempraktekkannya meskipun masih malu.P : Bagus... R dapat mempraktekkan dengan baik..bagaimana kalau kegiatan di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?apabila kuku R mulai panjang. PS : iya sesFase TerminasiP : Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-bincang tadi?Apa-apa perawatan yang telah dilakukan ?PS : iya suster, menggosok gigi, berdandan/berhias dan menggunting kuku.P : bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3 perawatan diri yang telah diajarkan, Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti kita bertemu lagi di lain waktu karena ses sudah selesai praktek disini yah.S : Pasien mengatakan mengerti cara menghardik halusinasi

O : Pasien sudah melakukan apa yang diajarkan

A : halusinasi mulai teratasi

P : latihan menghardik halusinasi 2x sehari

S : Pasien Mengatakan Mengerti Cara Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain

O : Pasien Sudah Melakukan Apa Yang Diajarkan

A : Masalah Teratasi, Sp2 Bisa Dilakukan Secara Mandiri

P : Lanjutkan Intervensi Berikutnya

S : Pasien Mengatakan Dapat Melakukan Aktifitas Terjadwal Sesuai Kegiatan

O : Pasien Sepakat Dengan Rencana Kegiatan, Pasien Kooperatif, Pasien Tenang

A : Sp3 Sudah Mampu Dilakukan Pasien Secara Mandiri

P : Lanjutkan Intervensi Selanjutnya

S : Pasien Mengatakan Mengerti Tentang Penggunaan ObatO : Pasien Dapat Minum Obat Secara Teratur, Pasien Tampak Tenang

A : Sp4 sudah bisa dilakukan pasien secara mandiri

P : Anjurkan untuk minum obat teratur

14.20S : Pasien masih mengatakan merasa lemah

O : Pakaian masih belum rapih, Gigi kotor, Kuku masih panjang

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan

08.50S : Pasien megatakan bajunya masih belum rapih, Pasien mengatakan kukunya sudah bersih

O : Baju masih belum rapih, Gigi kotor, Kuku pendek

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan

BAB 4PENUTUP4.1 Kesimpulan1. Halusinasi banyak terjadi pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan menarik diri2. Halusninasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap rangsangan eksternal atau internal3. Perencanaan keperawatan dengan masalah utama halusinasi berfokus pada intervensi :a. Membina hubungan saling percayab. Orientasi alam realitac. Tingkatkan aktifitas4. Tidak semua gejala halusinasi yang terdapat dalam teori di jumpai pada saat asuhan keperawatan5. Keluarga merupana faktor pendukung utama dalam membantu klien mengatasi masalahnya baik selama di rumah sakit maupun berada dirumah

4.2 Saran1. Halusinasi merupakan perubahan sensori terhadap rangsangan eksternal ataupun internal sehingga menimbulkan resiko tinggi diri mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, untuk itu perawat dan keluarga perlu mengenal tanda dan gejala halusinasi dan membawa pasien ke alam realita.2. Komunikasi terapeutik antara perawat, pasien dan keluarga harus dipertahankan.3. Oleh karena keluarga merupakan faktor pendukung utama dalam perawatan pasien maka keluarga perlu dimotivasi untuk terlibat secara aktif dalam perawatan pasien halusinasi.4. Fiksasi bukan pilihan utama pada pasien halusinasi tapi perhatikan dan kenali respon klien yang berhubungan dengan halusinasi dan gunakan komunikasi terapeutik bagi pasien yang tidak kooperatif.5. Perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi pasien pada perawat dan keluarga.