askep gerontik katarakkkkkkk 2003

48
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjat kan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpakan kasih dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah KEPERAWATAN GERONTIK yang berjudul “PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA” Makalah ini, diambil dari buku yang berkaitan dengan judul ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini, banyak memperoleh petunjuk, dorongan serta bimbingan yang tak ternilai dari berbagai pihak. Dalam kesempataan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ns. Ida Ramadani, S.Kep selaku pembibing 2. Teman- teman yang ada di sekolah tinggi Ilmu Kesehatan TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU. 3. Makalah ini belumlah sempurna, namun bagi penulis hasil ini sangat lah berarti sehingga dapat memberikan dorongan sekaligus tantangan untuk terus berkarya. Oleh karena itu, Penulis membuka diri untuk menerimah berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Transcript of askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Page 1: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat kan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpakan

kasih dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

KEPERAWATAN GERONTIK yang berjudul “PENGKAJIAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PENGLIHATAN PADA LANSIA”

Makalah ini, diambil dari buku yang berkaitan dengan judul ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini, banyak memperoleh petunjuk,

dorongan serta bimbingan yang tak ternilai dari berbagai pihak. Dalam kesempataan

ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Ida Ramadani, S.Kep selaku pembibing

2. Teman- teman yang ada di sekolah tinggi Ilmu Kesehatan

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU.

3. Makalah ini belumlah sempurna, namun bagi penulis hasil

ini sangat lah berarti sehingga dapat memberikan dorongan

sekaligus tantangan untuk terus berkarya. Oleh karena itu,

Penulis membuka diri untuk menerimah berbagai masukan

dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Page 2: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul..................………................................................................... i

Halaman Judul Dalam............................................………............................. ii

Kata Pengantar................................................................................… iii

Daftar Isi............................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Tujuan Kegiatan................................................................... 3

1.3 Manfaat.................................................................................. 3

1.4 Sistematika Laporan............................................................ 3

BAB 2 KONSEP TEORI......................................................................... 5

2.1 Konsep Teori Lansia........................................................... 5

2.2 Konsep Penyakit Katarak................................................... 11

2.3 Konsep AsuhanaKeperawatan Pada Pasien

Dengan Post Operasi Katarak........................................... 13

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 20

3.1 Pengkajian............................................................................ 20

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan

Prioritas Keperawatan.......................................................... 26

3.3 Perencanaan........................................................................ 28

3.4 Implementasi........................................................................ 34

3.5 Evaluasi................................................................................. 35

BAB 4 PENUTUP................................................................................... 36

4.1 Kesimpulan........................................................................... 36

4.2 Saran..................................................................................... 36

Daftar Pustaka...................................................................................... 37

Lampiran – lampiran............................................................................. 38

Satuan Acara Penyuluhan................................................................... 38

Lampiran Materi: Perawatan Mata Post Operasi Katarak..................... 41

Page 3: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah

mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan

ekonomi, perbaikan linkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan

umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut

meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.

Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia

I. TAHUN Laki-laki Perempuan Total

1971

1980

1990

1995

2000

2005

2010

2015

2020

44,2

50,6

58,1

61,5

63,3

64,9

66,4

67,7

69,0

47,2

53,7

61,5

65,4

67,2

68,8

70,4

71,7

73,0

45,7

52,2

59,8

63,5

65,3

66,9

68,4

69,8

71,7

Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta

dengan usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut

usia lebih kurang 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari

penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah “Baby Boom” pada masa lalu

berganti menjadi “Ledakan penduduk lanjut usia”.

Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di Indonesia

yang dilakukan oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi peningkatan jumlah

lanjut usia yang sangat signifikan seperti terlihat dalam tabel berikut:

Page 4: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Tabel 1.1 Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia

Tahun 1980 1985 1990 1995 2000 2020

Total penduduk (55 tahun

ke atas)

148 165 183 202 222

a. Total (juta) 11,4 13,3 16 19 22,2 29,12

b. Persentase (%) 7,7 8 8,7 9,4 10 11,09

Harapan hidup 55,30 58,19 61,12 64,05 65-70 70-75

Menurut penelitian Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo

Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat

diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 1971 –

2020 sesuai pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 – 2020

II. TAHUN Jumlah Lansia Persentase

1971 (a) 5.306.874 4,48%

1980 (b) 7.998.543 5,45%

1990 (c) 11.277.557 6,29%

1995 (d) 12.778.212 6,56%

2000 (d) 15.262.199 7,28%

2005 (d) 17.767.709 7,97%

2010 (d) 19.936.859 8,48%

2015 (d) 23.992.553 9,77%

2020 (d) 28.822.879 11,34%

Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat

Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994

Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:

1) Majunya pelayanan kesehatan

2) Menurunnya angka kematian bayi dan anak

3) Perbaikan gizi dan sanitasi

4) Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi

Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah.

Page 5: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.

Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola

penyakit pada lansia juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak

menular (degeneratif).

Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55

tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi

12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas

Kesehatan I, 1992).

Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para

tenaga klinis. Perubahan – perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia

untuk melaksanakan aktivitas sehari – hari atau perubahan kemampuan seorang

pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki

kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek – aspek lain dari

kondisi klien lansia.

Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat

sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk

mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks

keperawatan gerontik, maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini,

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga Surabaya, Angkatan II, Gerbong I, diterjunkan secara langsung di Panti

Sosial Tresna Werdha “ Bahagia” di Kabupaten Magetan, guna mendapat

pengalaman secara langsung mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada

lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan

atau masalah kesehatan.

1.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan

penerapan asuhan keperawatan gerontik khusunya pada klien lansia dengan post

operasi katarak guna meningkatkan status kesehatan klien lansia.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik adalah:

1) Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.

2) Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek

keperawatan.

Page 6: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

BAB II

KONSEP TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia,

Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Post Operasi Katarak.

2.1 Konsep Teori Lansia

2.1.1 Batasan Lansia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.1.2 Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan

masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun

psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun

psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,

penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai

fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak

harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini

diartikan:

1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang menuntut

dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri

dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979)

seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang

menyertai lansia yaitu:

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,

Page 7: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya,

3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau

pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak

dan

5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan

perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar

adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin

bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat

terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi

tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi

pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara

fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan

teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan

yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut

dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah

memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap

peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah

perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan

dan peran sosial (Goldstein, 1992)

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

3) Selalu mengingat kembali masa lalu

4) Selalu khawatir karena pengangguran,

5) Kurang ada motivasi,

6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang

kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil

kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla

trehadap diri dan orang lain.

Page 8: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

2.1.3 Teori Proses Menua

1) Teori – teori biologi

a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies

– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia

yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya

akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –

sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)

b) Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)

c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut

sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan

masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.

e) Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

f) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan

organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

g) Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan

yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya

elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

h) Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

membelah setelah sel-sel tersebut mati.

Page 9: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

2) Teori kejiwaan sosial

a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan

bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat

dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara

kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple

loss), yakni :

1. kehilangan peran

2. hambatan kontak sosial

3. berkurangnya kontak komitmen

2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)

1) Permasalahan umum

a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia

lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut

usia.

e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan

lansia.

Page 10: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

2) Permasalahan khusus :

a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,

mental maupun sosial.

b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat

individualistik.

f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu

kesehatan fisik lansia

2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

1) Hereditas atau ketuaan genetik

2) Nutrisi atau makanan

3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) Stres

2.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1) Perubahan fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh,

diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria,

endokrin dan integumen.

2) Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

b) Kesehatan umum

c) Tingkat pendidikan

d) Keturunan (hereditas)

e) Lingkungan

f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili.

i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

Page 11: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

diri, perubahan konsep dir.

3) Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970)

Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia

Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam

penyakit lansia, yaitu :

1) Depresi mental

2) Gangguan pendengaran

3) Bronkhitis kronis

4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.

5) Gangguan pada koksa / sendi pangul

6) Anemia

7) Demensia

2.2 Konsep Penyakit Katarak

2.2.1 Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur

penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996).

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi

akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital ). Dapat

juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, pengguanan kortikosteroid

jangka panjang, penyakit sistemis seperti Diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme,

pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar matahari (sinar ultraviolet), atau kelainan

seperti uveitis anterior.

2.2.2 Etiologi

1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis

2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X

atau benda – benda radioaktif.

3) Penyakit mata seperti uveitis.

4) Penyakit sistemis seperti DM.

Page 12: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

5) Defek congenital

2.2.3 Klasifikasi Katarak

1) katarak kongenital

Adalah katarak sebagian pada lensa yang sudah idapatkan pada waktu lahir.

Jenisnya adalah:

a) Katarak lamelar atau zonular.

b) Katarak polaris posterior.

c) Katarak polaris anterior

d) Katarak inti (katarak nuklear)

e) Katarak sutural

2) Katarak juvenil

Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.

3) Katarak senil

Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa

macam yaitu:

a) katarak nuklear

Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa

b) Katarak kortikal

Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa

c) Katarak kupliform

Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

Katarak senil dapat dibagi atas stadium:

a) katarak insipiens

Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk

gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.

b) katarak imatur

Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai

seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada

lensa.

c) katarak matur

Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air

bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul.

d) katarak hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan

dapat keluar melalui kapsul lensa.

4) Katarak traumatik

Page 13: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

2.2.4 Factor Resiko

Perokok dan peminum alkohol

2.2.5 Patofisiologi

Lensa yang normal adalah posterior iris yang jernih, transparan berbentuk

seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengadung tiga

komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada korteks dan

mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia

nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas

terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul

posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna tampak seperti Kristal salju

pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Peerubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari bada silier ke

sekitar daerah yang berada di luar lensa misalnya dapat menyebabtkan penglihatan

mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyeb abkan koagulasi

sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah

satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influx air ke dalam

lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.

teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun seiring dengan bertambahnya usia dan tidak ada

pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.

Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes namun

sebenarnya merupakan suatu konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan

katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh.

Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak

terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor

yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,

obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes dan asupan vitamin anti oksidan yang kurang

dalam jangka waktu yang lama.

Page 14: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

2.2.6 WOC

2.2.7 MANIFESTASI KLINIS

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif . biasanya pasien mengatakan

penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat

tertentu yang diakibatkan karena kehilangan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi

pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga tak akan tampak dengan

oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak akan di pendarkan dan bukannya di transmisikan

dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur

atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat

di malam hari. Pupil, yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.

Katarak terjadi biasanya bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat

memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas akan mengembangkan strategi secara khas untuk

menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.

Misalnya, ada yang mengatur ulang perabot rumahnya Sehingga sinar tidak akan langsung

menyinari mata mereka. Ada yang menggunakan topi berkelepak lebar atau kaca mata

hitam dan menurunkan pelindung cahaya pada saat mengendarai mobil pada siang hari.

II.2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) kartu mata snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral

penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau

vitreus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit system saraf atau

penglihatan keretina atau jalan optic.

2) pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mm hg).

3) pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi

lempeng optic, papiledema, pendarahan retina, dan mikroaneurisme. dilatasi dan

pemeriksaan belahan- lampu memastikan diagnose katarak.

4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan

aterosklerosis, PAK.

Page 15: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

II.2.9 PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi obat untuk katarak dan tak dapat diambil dengan

pembedahan laser. Namun masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan

prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan

penghisapan keluar melalui kanula.

bila penglihatan dapat diperiksa dengan dilator pupil dan refraksi kuat

sampai ke titik dimana pasien melakukan aktifitas hidup sehari-hari maka penanganan

biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari

pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi,

aktifitas rekreasi, menyetir mobil dan kemampuan bekerja sangat penting untuk

menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.

pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila

ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kwalitas hidup atau bila visualisasi

segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit

retina atau saraf optikus seperti pada diabetes dan glaucoma.

pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada

orang yang berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan

anestesia local berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu di rawat bila ada

indikasi medis. Keberhasilan pengemballian penglihatan yang bermanfaat dicapai pada

95 % pasien.

pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual

sifatnya, dukungan financial dan psikososial dan konsekwensi pembedahan harus

dievaluasi karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.

kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesia local (retrobulbar) atau

peribulbar. Yang dapat mengimobiiisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan

untuk mengatasi perasaan kloustrofobia sehubungan dengan draping bedah. Anastesi

umum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anestesia local yang tak mau bekerja

sama dengan alasan fisik atau psikologis atau yang tidak berespon terhadap anastesi

local.

ada dua macam tekhnik pembedahan tersedia utuk ppengangkatan katarak :

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya

penglihatan yang mempengaruhi aktifitas normal pasien atau katarak yang

menyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain

seperti retinopati diabetika.

Page 16: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

BAB III

Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak

3.1 Pengkajian

1. Data biografi klien

a) Nama : Tn. M

b) umur :75 th

c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah

a) Agama: Islam

b) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak

c) TB/BB: 140 cm / 33 kg

d) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.

e) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.

f) Alamat: Sepanjang, Surabaya

g) Orang yang dekat dihubungi: adik klien

h) Hubungan dengan klien: adik kandung.

2. Riwayat keluarga

Tidak ada riwayat keluarga yang menderita penyakit katarak sebelumnya.

3. Riwayat pekerjaan

Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber –

sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --

1) Riwayat lingkungan hidup

Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi

kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian

kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih.

Pertukaran udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan

privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.

2) Riwayat rekreasi

Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok

teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat

senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta

kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan

bertemu dengan teman – temannya yang lain.

3) Sistem pendukung

Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan

kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD

Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan

Page 17: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan klien.

4) Deskripsi kekhususan

Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum

pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin,

bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.

5) Status kesehatan

Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun

yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa

seat – sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata

kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.

Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung

atau baru bangun tidur.

Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata

kiri terasa panas dan berair.

Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala

Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.

Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari

langsung.

Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari

perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka

pada post operasi serta pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh

klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang

menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami beberapa

pantangan yang arus dijalaninya.

Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1

Satus imunisasi: --

Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu,

cuaca tidak ada pada klien.

6) Aktivitas sehari- hari

Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari- hari klien

diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu

memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan

berpakaian secara mandiri.

Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post

operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret

pada mata kiri klien.

Psikologis kien meliputi:

Page 18: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena

umurnya sudah tua.

Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya

secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.

Emosi klien stabil

Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien

mengunjungi teman – temannya di wisma yang lain.

Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di

luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari

tuanya di panti. Klien mengatakan senang tinggal di panti karena

mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan kebutuhan lain

terpenuhi.

7) Tinjauan sistem

a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.

b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)

c) Skala koma glasgow: 15

d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80

mmHg.

e) Sistem kardiovaskuler:

- Inspeksi: keadaan umum terlihat baik

- Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran

jantung.

- Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.

- Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain

menyertai.

f) Sistem pernafasan:

- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-)

- Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba.

- Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang

- Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)

g) Sistem integumen

Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+),

dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.

h) Sistem perkemihan

Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4

x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)

i) Sistem muskuloskletal

Page 19: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-),

kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada

kelainan tulang, atrofi dll.

j) Sistem endokrin

Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada

pembesaran kelenjar.

k) Sistem immune

Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat

alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan

tidak tahu.

l) Sistem gastrointestinal

Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum

panti ditambah dengan kadang – kadang minum kopi. Klien mampu

menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa

keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur

3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga

klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB

sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien

mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan.

m) Sistem reproduksi

Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat

berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.

n) Sistem persyarafan

Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien

terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo

(-), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup aik.

Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur

tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau

menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam

dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak

pandang 50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan

bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.

8) Status kognitif/afektif/sosial

Page 20: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

o) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10,

fungsi intelektual utuh.

p) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari

fungsi mental dalam keadaan baik.

q) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan – raguan,

kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda – tanda depresi pada

klien.

r) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam

kedaan normal.

9) Data penunjang

Hasil pemeriksaan gluko test (-)

Analisa Data

Nama : Tn. M ( 75 th)

R.Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu

Dx.Medis : Katarak

No Data Etiologi Masalah

1.

2.

DS:

- Klie

n mengeluh nyeri pada mata

kiri pot op menyebar ke

kepala saat terpapar sinar

matahari atau baru bangun

tidur.

- Klie

n mengatakan bila nyeri

kambuh, mengalami kesulitan

tidur.

- Klie

n mengatakan riwayat operasi

katarak mata kiri 16 hari yll.

DO:

- Mat

a kiri berair, hiperemis(+)

- IOL

Interupsi

pembedahan

katarak pada mata

kiri.

Peningkatan

Nyeri

Page 21: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

3.

(+)

DS:

- Klie

n mengatakan mata kiri terasa

nyeri, panas dan nyeri

menyebar sampai ke kepala.

- Klie

n mengatakan mata kirinya

terus berair dan mengeluarkan

kotoran.

DO:

- Sekr

et pada mata kiri (+).

- Mat

a kiri berair(+)

- Riw

ayat post op katarak 16 hari

yll.

DS:

- Klie

n mengatakan matanya terasa

kabur sejak 3 tahun yang

lalu.

- Klie

n mengatakan usianya sudah

85 tahun.

DO:

- Klie

n berjalan tegap, cara berjalan

seimbang tapi ragu – ragu.

- Klie

n mampu melihat dalam jarak

kerentanan

skunder terhadap

interupsi

pembedahan

katarak.

Keterbatasan

penglihatan.

Resiko infeksi

Resiko cidera

Page 22: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

pandang 50 mtr.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap

interupsi permukaan tubuh.

3. Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan

yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena

pelindung mata.

4. Gangguan sensori persepsi b.d penurunan ketajaman penglihatan.

3.3 Diagnosa keperawatan yang Prioritas.

1. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap

interupsi permukaan tubuh.

3. Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di

lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman

persepsi karena pelindung mata.

3.4 NCP

Nama : Tn. M ( 75 th)

R.Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu

Dx.Medis : Katarak

N

o

Dx kep Tujuan K.H Intervensi Rasional

1. Nyeri b/d

interupsi

pembedah

an katarak

pada mata

kiri.

Setelah

dilakukan

intervensi

keperawatan

selama 3x24

jam

diharapkan

nyeri hilang.

-

-

tercukupi 8

jam.

-

berair dan

tidak merah.

aktifitas yang

disebutkan dokter

yang mungkin

termasuk

menghindari

aktifitas berikut:

-

memberika

n

kenyamana

n dan

mengurang

i tekanan

pada bola

Page 23: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

sisi yang

dioperasi

-

melewati

pinggang

-

benda yang

beratnya

melebihi 10

kg.

-

-

selama

defekasi.

penyembuhan

luka:

-

dorongan

untuk

mengikuti diet

yang

seimbang dan

asupancairan

yang adekuat.

aseptik untuk

meneteskan tetes

mata:

-

sebelum

memulai

-

mata.

tindakan

penghilang

nyeri non

invasif

adalah

tindakan

mandiri

yang dapat

dilaksanaka

n perawat

dalam

usaha

meningkatk

an

kenyamana

n pada

klien.

mambantu

dalam

menekan

respon

nyeri dan

menimbulk

an

kenyamana

n pada

klien.

Page 24: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

penetes agak

jauh dari mata

-

meneteskan,

hindari kontak

antara ata,

tetesan dan

alat penetes.

Ajarkan teknik ini

kepada klien dan

anggota keluarganya.

menunjukka

n

peningaktan

tekanan

intra okuli

(TIO) atau

komplikasi

lain.

diperlukan

utnuk

menguangi

gerakan

mata dan

mencegah

peningkata

n tekanan

okuler.

Pembatasa

n yang

spesifik

tergantung

pada

beberapa

faktor,

termasuk

sifat dan

luasnya

pembedaha

n,

preferensi

dokter,

umur serta

status

kesehatan

klien

secara

Page 25: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

keseluruha

n.

Pemahama

n klein

tentang

alasan

untuk

pembatasa

n ini dapat

mendorong

kepatuhan

klien.

2. Resiko

infeksi b/d

peningkata

n

kerentanan

skunder

terhadap

interupsi

pembedah

an katarak.

Setelah

dilakukan

intervensi

keperawatan

selama 3x24

jam

diharapkan

infeksi

teratasi.

-

n luka insisi

tanpa

infeksi.

-

(-)

-

kelopak

mata (-)

-

pada

kelopak

mata (-)

-

purulen (-)

-

suhu tubuh

(-)

gejala infeksi:

-

edema pada

kelopak mata

-

konjungtiva

(pembuluh

darah

menonjol)

-

kelopak mata

dan bulu mata

-

pada bilik

anterior

(antara korm\

nea dan iris)

-

suhu

-

laboratorium

abnormal

(mis.

hidrasi

yang

optimal

meningkat

kan

kesehatan

secara

keseluruh

an, yang

meningkat

kan

penyembu

han

aseptik

meminimi

alkan

masuknya

mikroorga

nisme dan

menguran

gi resiko

Page 26: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Peningkatan

SDP, hasil

kultur dan

sensitivitas

positif)

untuk mencegah

ketegangan pada

jahtan (misal

anjurkan klien

menggunakan

kacamata

protektif dan

pelindung mata

pada siang hari

dan pelindung

mata pada malam

hari).

infeksi.

infeksi

memung

kinkan

penangan

an yang

cepat

untuk

meminim

alkan

keseriusa

n infeksi.

3. Resiko

cidera b/d

keterbatas

an

penglihata

n.

Setelah

dilakukan

intervensi

keperawat

an selama

3x24 jam

diharapka

n cedera

teratasi.

Klien tidak

mengalami

cidera atau

trauma

jaringan

selama dirawat

lingkungan untuk

menghilangkan

kemungkinan

bahaya:

-

penghalang

dari jalur

berjalan.

-

dan laci

tertutup atau

terbuka

dengan

sempurna.

penglihat

an atau

menggun

akan

pelindun

g mata

dapat

mempeng

aruhi

resiko

cidera

yang

berasal

dari

gangguan

Page 27: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

tidur. Letakkan

benda dimana

klien dapat

melihat dan

meraihnya tanpa

klien menjangkau

terlalu jauh.

ketajama

n dan

edalaman

persepsi.

ini dapat

mengura

ngi resiko

terjatuh.

Page 28: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

3.5 .Catatan Perkembangan

Nama : Tn. M ( 75 th)

R.Rawat : Ruang RSUD M. Yunus Bengkulu

Dx.Medis : Katarak

Tgl. dx.kep Implentasi Evaluasi

4 –

12 –

2001

09.00

Nyeri akut

b/d interupsi

pembedahan

jaringan

tubuh

Memberikan HE

pentingnya:

- Pembatasan aktifitas.

- Asupan gizi dan

minum yang

memadai (makan 1

porsi habis).

Mengurangi

paparan terhadap

sinar matahai atau

kontak langsung

dengan benda

alergen

S: -Klien mengatakan

nyeri pada mata kiri

hilang

- Klien sudah dapat

istirahat dengan

baik.

O: Mata berair (-),

kemerahan (-)

A: Masalah teratasi

P: intervesi dihentikan

5 –

12 –

2001

11.00

Resiko tinggi

terhadap infeksi b/d

peningkatan

perentanan

sekunder terhadap

interupsi

permukaan tubuh

Mengevaluasi lingkungan

kamar tidur klien:

- Penempatan benda –

benda di meja.

- Kebersihan lantai

kamar.

- Memasang gorden

untuk mengurangi

paparan terhadap

snar matahari.

S: -Klien mengatakan

matanya sudah tidak

panas lagi,berair (-)

O: mata berair (-),

kemerahan (-),

sekret (-)

A: Masalah teratasi.

P: intervensi dihentikan.

6 –

12 –

2001

12.30

Resiko tinggi

terhadap cidera b/d

keterbatasan

penglihatan, berada

di lingkungan yang

asing dan

keterbatasan

Mengajarkan teknik

perawatan kebersihan

mata:

- Cara membersihkan

sekret.

- Cara meneteskan obat

S:-Klien mengatakan

penglihatannya

sudah lebih terang.

O: -Klien berjalan ke

luar wisma tanpa

dibimbing dan tanpa

Page 29: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

mobilitas dan

perubahan

kedalaman persepsi

karena pelindung

mata.

tetes mata.

- Menggunakan

pelindung mata

bila keluar wisma

di siang hari.

memakai tongkat.

A:- Masalah teratasi.

P:-intervensi

keperawatan

BAB 4

PENUTUP

Page 30: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

4.1 Kesimpulan

Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan

keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam

konteks peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan

secara profesional.

Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial

Tresna Werdha “Bahagia” Magetan dari tanggal 03 – 07 Deseber 2001,

mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang

memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna

mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.

4.2 Saran

1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan.

Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah

disepakati guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.

2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya

Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya

guna membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan

gerontik dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih.

3) Bagi mahasiswa sendiri

Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna

mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.

Page 31: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

DAFTAR PUSTAKA

Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup

Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,

Binarupa Aksara, Jakarta.

Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan

gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little

Brown and Company. Boston

Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta

Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Lanjut Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta

...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan

I. Depkes Ri. Jakarta

...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan

II. Depkes Ri. Jakarta

Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT

Gramedia, Jakarta.

Page 32: askep gerontik katarakkkkkkk 2003

Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.

EGC. Jakarta

Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit

Buku