Askep Gangguan Pendengaran

51
ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I Oleh KELAS SANTA TERESA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KMB I Page 1

description

Askep Gangguan Pendengaran

Transcript of Askep Gangguan Pendengaran

Page 1: Askep Gangguan Pendengaran

ASKEP GANGGUAN PENDENGARAN

MAKALAHdisusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I

Oleh

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO

BORROMEUS 2009

KMB I Page 1

Page 2: Askep Gangguan Pendengaran

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Anatomi Fisiologi Telinga

Sumber : http://media.photobucket.com

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Telinga Luar, terdiri dari :

a. Pinna/Aurikel/Daun Telinga

Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat pada

sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.

b. Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)

Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian

medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang

rawan ini. Terdapat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat

kita rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan menutup

mulut.

c. Kanalis Auditorius Exsternus

KMB I Page 2

Page 3: Askep Gangguan Pendengaran

Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar

glandula seruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut

juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan

perlindungan kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada

membran timpani.

2. Telinga Tengah, terdiri dari :

a. Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi telinga luar dan tengah.

Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncak-nya umbo

mengarah ke medial. Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan

epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan

mukosa di bagian dalamnya.

b. Kavum Timpani

Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemu-kan 3 buah

tulang pendengaran yang meliputi :

1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.

2) Inkus, menghubungkan maleus dan stapes.

3) Stapes, melekat pda jendela oval di pintu masuk telinga dalam.

c. Antrum Timpani

Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian bawah

samping kavum timpani, antrum dilapisi oleh mukosa yang merupakan

lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani, rongga ini berhubungan

dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang terdapat

dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.

d. Tuba Auditiva Eustakhius

Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan

miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa. Tuba

Eustakhius adalah saluran kecil yang memungkinkan masuknya udara luar

ke dalam telinga.

3. Telinga Dalam, terdiri dari :

telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal,

didalamnya terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan

(kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII (nervus fasialis) dan nervus VIII

(nervus kokleovestibularis).

KMB I Page 3

Page 4: Askep Gangguan Pendengaran

2.2. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian

tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang

pendengaran dan perkalian perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong.

Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong

sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui

membran Reissner yang mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan

relative antara membran basalis dan membrantektoria.

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan

ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel

rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus

auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus

eksternus, kanalis auditorius eksternus dan membran timpani. Pinna merupakan

gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Kanalis auditorius eksternus memiliki tulang

rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian medial.

Telinga luar berfungsi menggumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi

ke struktur-struktur telinga tengah, karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi

liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu

melindungi membrane timpani dari trauma, benda asing dan efek termal. Salah satu

perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukan serumen atau

kotoran telinga, yang sebagian besar terdiri dari struktur kelenjar sebasea dan apokrin.

Kondisi-kondisi yang mempengaruhi telinga luar adalah :

1) Malformasi congenital

KMB I Page 4

Page 5: Askep Gangguan Pendengaran

Malformasi congenital pada telinga luar adalah sebagai akibat gangguan

perkembangan arkus brakial 1 dan 2 diantaranya adalah :

a. Atresia Liang Telinga

Kelainan ini jarang ditemukan, penyebabnya belum diketahui dengan jelas,

diduga oleh factor genetic seperti infeksi virus atau intoksikasi bahan kimia pada

kehamilan muda misalnya talidomida. Manifestasi klinis yang tampak adalah daun

telinga yang tidak tumbuh dan liang telinga yang atressia sehingga tindakan yang

dapat dilakukan untuk kelainan ini adalah rekonstruksi yang bertujuan memperbaiki

fungsi pendengaran juga untuk kosmetik.

b. Mikrotia atau Makrotia

Gambar Mikrotia

Sumber : www. microtia.bikinsitus.com & www.kbb.uludag.edu.tr

Pinna yang sangat besar (makrotia) atau sangat kecil (mikrotia). Secara umum

deformitas pinna berkorelasi dengan deformitas pada membran timpani dan telinga

tengah dalam derajat yang dapat diperkirakan. Intervensi yang dapat dilakukan adalah

perbaikan kosmetik dari pinna sendiri sebelum anak berinteraksi di lingkungan

sekolah.

c. Fistula Preaurikular

Sumber : www. cechin.com.ar

KMB I Page 5

Page 6: Askep Gangguan Pendengaran

Fistula dapat ditemukan di depan tragus dan sering terinfeksi. Pada keadaan

tenang tampak muara fistula berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil,

dan dari muara tersebut sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea.

d. Lop Ear (Bat’s Ear)

Lopp Ear, Sumber : www.nzma.org.nz

Merupakan bentuk abnormal dari daun telinga, dimana daun telinga tampak

lebih lebar dan lebih berdiri. Secara fisiologis tidak terdapat gangguan body image

karena berpengaruh pada estetika.

2) Trauma

Trauma pada telinga luar dapat merusak dan menghancurkan aurikula dan

kanalis autikus eksternus, yang termasuk bagaian dari trauma ini diantaranya :

a. Laserasi

Trauma akibat laserasi biasa terjadi karena klien tampak mengorek-ngorok

telinga dengan jari atau penjepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis

dapat menyebabkan

b. Frostbite

Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan bersuhu

rendah dengan angin dingin yang kuat, pemanasan yang cepat dinjurkan seperti

dengan mengguyur telinga yang terkena dengan air hangat bersuhu 100 dan 108ºF

sampai terlihat tanda-tanda pencairan.

c. Hematoma

Hematoma telinga luar sering dijumpai pada pengulat dan petinju akibat

penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan, yang dapat

berakibat terbentuknya telinga bunga kol jika tidak diobati, oleh karena itu perlunya

KMB I Page 6

Page 7: Askep Gangguan Pendengaran

tindakan insisi dan drainage kumpulan darah dalam kondisi steril diikuti dengan

pemasangan balutan tekan khususnmya pada konka. Pada para pegulat atau petinju

perlunya memakai pelindung kepala saat latihan atau saat bertanding.

3) Infeksi dan Non Infeksi Pada Pinna, Aurikula dan Kananlis Autikus Eksternus

a. Serumen

Adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian kartila-

ginosa liang telinga yang diketahui memiliki fungsi sebagai sarana pengangkut debris

epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga

berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura

pada epidermis.

Pada keadaan normal serumen tidak akan tertumpuk di liang telinga, tetapi

akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang telinga

akan menguap oleh panas. Penumpukan serumen yang berlebihan akan menimbulkan

gangguan pendengaran, juga bila liang telinga kemasukan air maka serumen akan

mengembang sehingga menyebabkan rasa tertekan yang menggangu pendengaran.

Interfensi kolaboratif yang dianjurkan adalah :

1) Pemberian obat tetes telinga untuk waktu yang singkat, seperti minyak

mineral, H2O2 3%,

2) Irigasi telinga dengan campuran air (sesuai suhu tubuh) dan H2O2 3%, dalam

melakukan irigasi ini harus berhati-hati agar tidak merusak membrane timpani

dan jika tidak dapat memastikan keutuhan membrane timpaniu sebaiknya

irigasi tidak dilakukan.

3) Jika klien mengeluh telinganya tersumbat maka perlunya dilakukan

penghisapan dengan menggunakan forceps alligator tipe Hartmann.

b. Benda Asing

Benda asing yang sering ditemukan pada liang telinga dapat berupa :

1. Benda hidup seperti serangga

(kecoa, semut atau nyamuk)

2. Benda mati seperti komponen

tumbuh-tumbuhan atau mineral ?(kacang-kacangan, karet penghapusan,

potongan korek api, dll)

KMB I Page 7

Page 8: Askep Gangguan Pendengaran

Intervensi yang dapat dilakuakan adalah kerjasama yang baik antara klien dengan

dokter , karena usaha mengeluarkan benda asing oleh klien sendiri seringkali akan

mendorong benda asing lebih ke dalam.

Tindakan yang harus diperhatikan oleh perawat :

i. Bila benda asing berupa serangga, maka harus dimatikan terlebih dahulu

sebelum serangga dikeluarkan, dengan memasukan tampon basah ke liang

telinga lalu meneteskan cairan misalkan larutan rivanol ke liang telinga selama

10 menit, lalu lakukan irigasi dengan air sesuai suhu tubuh untuk mengeluar-

kannya.

ii. Bila benda asing berupa kacang-kacangan, maka teteskan minyak mineral yang

berguna untuk melunakan kacang-kacangan tersebut dan lakukan irigasi

dengan air untuk mengeluarkannya.

iii. Bila benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen dan yang

kecil dapat diambil dengan kunam atau pengait.

c. Otitis Eksternus

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan oleh

bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini penyebab timbulnya

otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma local dan alergi.

Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema

dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan

bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada

otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus

aureus (15%) dan bakteroides (11%).

Terbagi atas Konsep Otitis Eksternus dan Proses Keperawatannya

1. Konsep Otitis Eksternus

a. Pengertian

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis

disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa

sakit.

Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang

disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan

tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga,

KMB I Page 8

Page 9: Askep Gangguan Pendengaran

deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk

kambuhan.

(http://tht-fkunram.blogspot.com)

Adalah peradangan, infeksi atau respon alergi pada struktur Kanalis Autikus

Eksternal atau Aurikula. Infeksi dapat terjadi sebagai akibat factor-faktor predisposisi :

1) Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa.

2) Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu tubuh dan

kelembaban.

3) Suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan

telinga secara berlebihan.

b. Etiologi

1. Agen infeksi berupa bakteri atau jamur :

a. Pseudomonas Aeruginosa

b. Streptococcus

c. Staphylococcus

d. Aspergillus

2. Allergen eksternal berupa:

i. Kontak dengan kosmetik

ii. Hair spray

iii. Earphone

iv. Anting-anting

v. Hearing aid (Alat Bantu Mendengar)

c. Patoflow diagram

Agen iritan (allergen)

Agen infeksus

Masuk dan kontak dengan lapisan epitel telinga luar

Respon alergi dan respon peradangan dengan/tanpa infeksi

kulit kemerahan Ggn Rasa

Nyaman Nyeri

bengkak

nyeri bila disentuh

KMB I Page 9

Page 10: Askep Gangguan Pendengaran

obstruksi pada kanal auditorius eksternus

konductive hearing loss Ggn Persepsi Sensory

Pendengaran

d. Klasifikasi Otitis Eksterna

Otitis Eksternus terbagi atas:

Otitis Eksterna Akut meliputi Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)

dan Otitis Eksterna Difusi

Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel)/Bisul adalah infeksi bakteri

(Staphylococcus) pada folikel rambut, biasanya lokasi pada ½ bagian

luar dari kanal eksternal. Keluhan klien yang dapat muncul adalah

nyeri, area bengkak dan kemerahan, kemungkinan ditemukan cairan

purulen bila didapatkan furunkelpecah dan lambat laun terjadi

gangguan pendengaran bila lesi menyumbat kanal. Intervensi yang

diberikan adalah terapi sistemik dengan pengobatan topical dengan

tampon yang diberi tetes telinga yang mengandung antibiotika.

Otitis Eksterna Difusi adalah infeksi bakteri (Pseudomonas) yang

biasanya terjadi pada cuaca yang panas dan lembab, disebut juga

‘Swimmer’s ear’. Keluhan klien yang muncul adalah nyeri tekan

tragus, kulit liang telinga hipermi, kadang-kadang terdapat secret yang

berbau, edema dengan tidak jelas batasnya serta tidak terdapat furunkel.

Intervensi yang diberikan adalah dengan memasukan tampon yang

mengandung antibiotica ke liang telinga supaya terdapat kontak yang

baik antara obat dengan kulit yang meradang, juga dapat pula diberikan

obat antibiotika sistemik.

Otitis Eksterna Kronik

Otitis Eksterna Kronis adalah infeksi bakteri yang tidak diobati dengan

baik, trauma berulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan telinga

pada Alat Bantu Mendengar yang menyebabkan infeksi kronis.

Akibatnya terjadi penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan

parut (sikatrik). Intervensi kolaboratif adalah dengan cara operasi

rekonstruksi liang telinga.

KMB I Page 10

Page 11: Askep Gangguan Pendengaran

e. Insiden

1. Sering terjadi pada musim panas dimana banyak orang menikmati

olahraga air (berenang di danau, laut atau kolam renang)

2. Klien yang mengalami trauma terbuka pada kanalis akustikus eksterna

akan lebih mudah mengalami infeksi.

f. Penatalaksanaan

1. Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-

hati.

2. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis dan membrane

timpani bila memungkinkan.

3. Terapi antibiotika local, topical dan sistemik

4. Terapi analgetik

2. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Perawat perlu melakukan anamnesa dari keluhan klien seperti :

i. Nyeri saat pinna dan tragus bergerak

ii. Nyeri pada liang telinga

iii. Telinga terasa tersumbat

iv. Perubahan pendengaran

v. Keluar cairan dari telinga yang berwarna kehijauan.

Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan kepada klien diantaranya

adalah:

i. Kapan keluhan nyeri terasa oleh klien?

ii. Apakah klien dalam waktu dekat lalu berenang di laut, kolam

renang ataukah didanau?

iii. Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga

mengakibatkan nyeri setelah dibersihkan?

iv. Apakah klien pernah mengalami trauma terbuka pada liang telinga

akibat terkena benturan sebelumnya?

KMB I Page 11

Page 12: Askep Gangguan Pendengaran

v. Apakah klien seorang petinju atau pegulat yang sering mengalami

trauma pada telinganya?

b. Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri : nyeri pada telinga b.d reaksi inflamasi,

reaksi infeksi pada telinga.

2. Perubahan persepsi sensory : pendengaran b.d obstruksi pada kanalis

akustikus eksternus akibat infeksi oleh agen bakteri dan allergen.

3. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d perkembangan penyakitnya.

4. Resiko tinggi injury b.d penurunan proses pendengaran.

5. Harga diri rendah b.d gangguan pada pendengaran, telinga sakit.

6. kurang pengetahuan mengenai penyakit penyebab, penatalaksanaan dan

prosedur pembedahan.

c. Intervensi

Prinsip intervensi untuk Otitis Eksterna adalah mengurangi peradangan

(infeksi) dan mengurangi edema serta nyeri yang dirasakan oleh klien,

dengan cara :

1) Kompres hangat local 20 menit selama 3 kali sehari dengan

menggunakan handuk dan air hangat.

2) Istirahat klien

3) Membatasi gerakan kepala

4) Kaji kemampuan klien dalam memberikan obat tetes telinga atau salep

telinga

5) Jelaskan pada klien tentang penyakit yang dialaminya, penyebab

terjadinya penyakit tersebut dan kemungkianan rencana pembedahan

yang akan dilakukan pada klien.

6) Berikan support (dukungan) pada klien tentang usaha-usaha atau

intervensi yang harus dilakukan bagi kesembuhannya.

7) Jika edema mengakibatkan obstruksi kanal maka gunakanlah Earwick,

dengan teknik : kassa yang sudah diberi tetes telinga antibiotika

dimasukkan ke kanalis, dilakukan oleh dokter THT.

8) Kolaborasi terapi antibiotika topical dan steroid

9) Kolaborasi terapi analgetik seperti Acetylsalisilat acid (Aspirin

Entrophen) dan Acetaminophen (Tylenol,Abenol).

d. Evaluasi

KMB I Page 12

Page 13: Askep Gangguan Pendengaran

Tujuan yang diharapkan adalah :

1) Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berangsur-angsur hilang.

2) Persepsi sensory pendengaran dalam batas normal.

3) Tidak terjadi infeksi.

4) Tidak terjadi resiko injury.

5) Harga diri klien tidak terganggu.

6) Pemahaman klien mengenai penyakit, penyebab dan prosedur

pembedahan bertambah.

4) Neoplasma

Berbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan

liang telinga. Osteoma adalah suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang

tampak sebagai benjolan tunggal, kertas dan bundar yang menempel pada sepertiga

bagian dalam telinga.

Eksostosis adalah tumor berupa tonjolan bundar dari tulang kanalis yang

hipertropik (biasanya multiple dan bilateral). Etiologi belum diketahui dengan pasti,

tetapi dapat disebabkan oleh karena sering berenang dalam air dingin.

Karsinoma sel gepeng merupakan keganasan yang paling sering pada liang

telinga dapat segera disembuhkan dan ditangani dengan cepat jika didiagnosis secara

dini demikian juga dengan karsinoma sel basal. Pengobatan awal yang lebih dipilih

adalah eksisi bedah.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila

dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga adalah

suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial.

Membrane timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis, lapisan fibrosa tempat

melekatnya tangkai maleus dan lapisan mukosa dibagian dalamnya.

Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan, prosesus

longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus

melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan

koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars

KMB I Page 13

Page 14: Askep Gangguan Pendengaran

flaksida terdapat daerah yang disebut atik, ditempat ini terdapat aditus adantrum yaitu

lubang yang menghubungkan daerah nasopharing dengan telinga tengah.

Penyakit pada telinga tengah banyak ditemukan diseluruh dunia, seperti

beberapa penelitian menunjukan bahwa otitis media merupakan masalah paling umum

terutama pada anak-anak. Yang termasuk Gangguan pada Telinga Tengah diantaranya

A. Penyakit Membran Timpani

Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya (cone of ligh) positif

yang berarti cahaya dari luar dapat dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit

Membran timpani terjadi secara primer yaitu berasal dari membran timpani dan dapat

pula terjadi akibat adanya penyakit yang mendahuluinya seperti Otitis Media dan

Mastoiditis.

Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat terlihat bercak-bercak

putih tebal akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada lapisan tenaghnya sebagai

akibat peradangan terdahulu (timpanosklerosis). Retraksi membran timpani dapat pula

terjadi bila vakum dalam telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan,

infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. Otitis media kronis dengan

keluarnya secret selalu disertai perforasi membrane timpani yang serius.

Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani adalah pemberian tetes

telinga antibiotika seperti eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk

menghilangkan nyeri, adanya bulging atau vesikel dapat dipecahkan dengan jarum

halus atau miringotomi.

B. Gangguan Tuba Eustakhius

Tuba Eustakhius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasopharing

dan sepertiga bagian lateral tuba berhubungan dengan telinga berupa tulang sedangkan

dua pertiga medial adalah fibrokartilaginosa. Fungsi Tuba Eustakhius adalah untuk

ventilasi, drainage secret dan menghalangi masuknya secret dari nasopharing ke

telinga tengah.

Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah

selalu sama dengan tekanan udara luar, ini dapat dibuktikan :

a. Perasat Valsava

KMB I Page 14

Page 15: Askep Gangguan Pendengaran

Teknik yang dilakukan dengan cara meniupkan dengan kertas dari hidung

dipijat serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa udara masuk

kedalam telinga tengah yang menekan membrane timpani kearah lateral seperti

“meletup”. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila terjadi infeksi pada jalan

nafas.

b. Perasat Tyonbee

Teknik yang dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipijat serta

mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane tympani tertarik ke

medial. Perasat ini lebih fisiologis.

Drainage secret akan dialirkan ke nasopharing melalui tuba eustakhius yang

berfungsi normal. Jika tuba tersumbat, maka akan tercipta keadaan vakum dalam

telinga tengah, sumbatan yang lama dapat mengarah pada peningkatan produksi cairan

yang akan memperberat masalah klien. Bila tidak dapat diatasi dengan pengobatan,

maka keadaan vakum harus dihentikan dengan miringotomi sehingga cairan dapat

didrainage melalui kanalis akustikus eksternus.

Tuba Eustakhius biasanya dalam keadaan tertutup dan baru akan terbuka

apabila oksigen diperlukan masuk ketelinga tengah atau pada saat mengunyah,

menelan dan menguap. Karena selalu tertutup inilah maka tuba eustakhius dapat

melindungi telinga tengah dari kontaminasi sekrei telinga tengah dan organisme

patologik. Gangguan pada Tuba Eustakhius antara lain berupa Tuba Terbuka

Abnormal, Myoklonus Palatal, Palatoskisis dan Obstruksi Tuba.

C. Barotrauma

Adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar

telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba

gagal membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 mmHg, maka otot yang

normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan

negative sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-

kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, yang dapat menyebabkan cairan di

telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

KMB I Page 15

Page 16: Askep Gangguan Pendengaran

Manifestasi klinis berupa nyeri pada telinga, klien mengeluh kurang jelas

pendengarannya, autofonia, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinnitus

dan vertigo.

Intervensi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :

a. Melakukan Perasat Valsava salama tidak ada infeksi pada jalan nafas atas.

b. Terapi dekongestan.

c. Jika cairan masih menetap ditelinga tengah sampai beberapa minggu maka

dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan bila perlu pemasangan pipa

ventilasi (Grommet).

Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu

mengunyah permen karet atau melakukan Perasat Valsava, terutama sewaktu dalam

pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.

e. Gangguan pada Rantai Osikula

Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran (rantai osikula) yang

terdiri dari maleus, inkus dan stapes yang mentransmisikan suara dari membrane

tympani ke fenestra yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma ataupun proses

congenital dapat menghambat transmisi suara ke tempat lainnya.

1. Kelainan Kongenital

Osikula dapat mengalami kelainan bentuk, terputus ataupun terfiksasi

secara congenital, bentuk yang paling umum adalah hilangnya sebagian inkus dam

fiksasi stapes. Liang telinga dapat sama sekali tidak berkembang atau berujung

buntu atau tumbuh dengan penyempitan konsentris. Hal ini secara fungsional dapat

menyebabkan ketulian congenital yang seharusnya mendapatkan terapi secara dini.

Koreksi kosmetik dari mikrosa perlu segera dilakukan sebelum anak masuk

sekolah serta perunya alat Bantu mendengar yang menempel pada tulang

pendengaran agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

2. Otosklerosis

1) Pengertian

Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami

spongiosis si daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat

menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik.

Pengertian lain Otosklerosis adalah pengeseran telinga dimana dalam

kondisi ini kelebihan tulang stapes mengakibatkan hilangnya gerakan stapes.

KMB I Page 16

Page 17: Askep Gangguan Pendengaran

2) Patofisiologi

Kondisi otosklerosis mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan oleh

pembentukan tulang spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis

yang mengakibatkan fiksasi stapes yang menyebabkan kehilangan

pendengaran konduktif.

3) Etiologi

Otosklerosis merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak remaja

dengan bentuk dominant autosomal yang diwariskan.

4) Insiden

Terjadi lebih banyak pada Caucasian dan Perempuan yang dapat mem

perberat kehamilan.

5) Tanda dan Gejala

a. Tes Rinne abnormal.

b. Hilangnya pendengaran secara progesive lambat.

c. Membrane tympani normal atau berwarna orange kemerahan karena

terjadi peningakatan vaskularisasi dari telinga tengah.

6) Penatalaksanaan

a) Pengangkatan stapes yang diganti dengan prosthesis metallic

(stapedektomy).

b) Penggunaan fluorikal (suplemen fluoride) dapat memperlambat

pertumbuhan tulang spongiosa abnormal.

c) Pemakaian Alat Bantu Dengar.

7) Proses Keperawatan klien dengan Post Operasi pada Otosklerosis

a. Pengkajian :

Fungsi pendengaran :

Vertigo

Tinitus

b. Diagnosa keperawatan dan Intervensi :

DK : Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d bedrest, vertigo setelah

operasi stapedektomy.

c. Intervensi :

Kaji pasien : nyeri, mual atau pusing

Dorong pasien untuk latihan aktivitas fisik secara bertahap.

KMB I Page 17

Page 18: Askep Gangguan Pendengaran

Instruksikan pasien untuk istirahat baringa dengan memutarkan

kepalanya ke samping dengan telinga yang dioperasi menghadap ke

atas untuk menjaga posisi protese.

Mengatur pemberian analgetik, suppressant vestibular, obat mual

jika diperlukan.

f. Otitits Media

a) Pengertian

Otitis media adalah pendengaran sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

b) Pembagian Otitis Media

Otitis media terbagi atas :

1. Otitis media supuratif, terdiri dari :

Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP)

2. Otitis media non supuratif, terdiri dari :

Otits Media Serosa Akut (barotraumas)

Otitis Media Serosa Kronis

Disini akan dijelaskan Proses Keperawatan pada klien dengan Otitis Media

secara komperhensip.

A. Otitis Media Akut (OMA)

1. Pengertian

Otitis Media Akut (OMA) adalah infeksi akut telinga tengah.

(Brunner and Sudath. 1997 :2050)

Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan

mendadak dari infeksi bakteri dalam telinga bagian tengah. (Charlene

J.Reevas.2001:16)

2. Etiologi

Penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) :

a) Masuknya bakteri patogenik (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus

Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke dalam telinga tengah.

KMB I Page 18

Page 19: Askep Gangguan Pendengaran

b) Disfungsi tuba eustakhius, seperti obstruksi yang diakibatkan infeksi

saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan disekitar (sinusitis,hipertropi

adenoid), atau reaksi alergi (rhinitis Alergika)

3. Patofisiologi

Masuknya mikroorganisme (Streptococcus Pnemoniae, Hemophillus

Influenza, Moraxella Catarrhalis) ke telinga tengah dai nasopharing atau

telinga luar melalui tuba eustakhius yang mengalami infeksi.

Mukosa yang melapisi tuba Eustakhius, telinga tengah, dan sel-sel mastoid

mengalami peradangan akut. Mukopus terkumpul di dalam telinga dan sel-sel

udara. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga

meradang, disebabkan oleh nekrosis iskhemik. Mukopus kemudian keluar ke

telinga luar. Gendang telinga menyembuhkan dan tuba eustakhius terbuka lagi.

Peradangan biasanya sembuh dengan pengobataan yang efektif dan telinga

tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi kadang-kadang

peradangan terus berlangsung dan diikuti dengan komplikasi.

4. Patoflow Otitis Media Akut (OMA)

E/ Mikroorganisme (S.Pnemoniae, H. Influenza, M. Cattharlis)

Yang berasal dari nasopharing dan infeksi telinga

luar masuk ke telinga tengah

telinga tengah radang Tekanan telinga tengah

Gendang telinga radang, pecah o/k nekrosis ischemia

Mukopus keluar ke telinga tengah gangguan

- Otlagia rasa nyeri

- Demam peningkatan suhu tubuh

gangguan persepsi - Tinnitus

pendengaran - Kurang pendengaran

KMB I Page 19

Page 20: Askep Gangguan Pendengaran

5. Tanda dan Gejala : tergantung berat ringannya infeksi

1) Otlagia (nyeri telingah), akan hilang secara spontan jika terjadi perforasi

spontan membrane timpani.

2) Keluarnya cairan dari telinga

3) Demam

4) Kehilangan pendengaran

5) Tinitus

6. Stadium Otitis Media Akut

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5

stadium yaitu :

a. Stadium oklusi tuba eustakhius adalah adanya gambaran retraksi akibat

terjadinya tekanan negative di dalam tekanan tengah, karena adanya

absorbs udara. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.

Stadium ini sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan

oleh virus atau alergi.

b. Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)

Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane timpani

atau seluruh membrane timpani tampak hiperemesis serta edema. Secret

yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga

sukar terlihat.

c. Stadium supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,

menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu meningkat, rasa nyeri di

telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak

berkurang, maka terjadi ischemia akibat tekanan pada kapiler dan

timbulnya trombophlebitis pada vena kecil dan nekrosis mukosa, dan

submukosa. Nekrosis terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan

berwarna kekuningan dan di tempat ini akan terjadi ruptur.

d. Stadium perforasi

Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang

tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar

KMB I Page 20

Page 21: Askep Gangguan Pendengaran

mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak

yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur

nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.

e. Stadium resolusi

Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali,

bila sudah perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila

daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi dapat

terjadi, walaupun tanpa pengobatan.

7. Insiden

Infeksi telinga bagian tengah, merupakan infeksi yang paling umum

ditemukan pada anak-anak berumur kurang dari 4 tahun.

8. Komplikasi

a. Sukar menyembuh

b. Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang

c. Ketulian sementara atau menetap

d. Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan mastoiditis

akut, kelumpuhan saraf facialis, komplikasi intracranial (meningitis, abses

otak), thrombosis sinus lateralis.

9. Tes diagnostic

a. Pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit

b. Audiometric impedans, Audiometri Nada Murni

c. Kultur organism

10. Penatalaksanaan

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya

a. Stadium oklusi

Pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,

sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Pemberian obat tetes

hidung : HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (usia di atas 12 tahun)

sumber infeksi harus diobati, antibiotika diberikan bila penyebab penyakit

adalah kuman bukan virus atau alergi

b. Stadium presupurasi

Pemberian antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran

timpani terlihat hiperemis difus dilakukan Miringotomi. Antibiotika yang

diajurkan golongan Penicillin diberikan Eritromisin.

KMB I Page 21

Page 22: Askep Gangguan Pendengaran

c. Stadium supurasi

Pemberian antibiotika dan tindakan miringotomi jika membran timpani

masih utuh untuk menghilangkan gejala klinis dan ruptur dapat dihindari.

d. Stadium resolusi

Pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu jika tidak terjadi

resolusi.

Proses Keperawatan Pada Pasien dengan Otitis Media Akut

1. Pengkajian

Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan

fisik seperti di bawah ini :

i. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas

ataukah sebelumnya klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga,

perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan

pendengaran.

ii. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya oedema jaringan, efusi telinga

tengah, proses infeksi/inflamasi pada telinga bagian tengah.

Tujuan : meningkatkan rasa nyaman

Intervensi :

Kaji tingkat nyeri, kualitas dan lokasi nyeri.

R : untuk menentukan sumber dari nyeri karena nyeri dari otitis media

tidak sama dengan otitis eksternal.

Anjurkan untuk menggunakan obat analgeti seperti aspirin, atau

asetaminofen setiap 4 kali sehari sesuai kebutuhan untuk

menghilangkan nyeri dan panas.

R : aspirin mempunyai efek antiinflamatori yang dapat membantu

menghilangkan inflamasi dari telinga.

Anjurkan untuk menghangatkan telinga untuk mengurangi

kontraindikasi.

R : menghangatkan dapat melebarkan pembuluh darah, meningkatkan

reabsorbsi dari cairan dan mengurangi bengkak.

KMB I Page 22

Page 23: Askep Gangguan Pendengaran

Ajarkan untuk melaporkan segera nyeri yang tiba-tiba untuk perawatan

primer.

R : nyeri yang tiba-tiba mengindikasikan adanya perforasi spontan dari

membran timpani dengan tekanan tiba-tiba dari telinga tengah.

3. Discharge planning (perencanaan pulang)

Klien dengan otitis media memerlukan pendidikan tentang gangguan,

penyebab dan pencegahan dan pengobatan spesifik yang direkomendasikan

atau diperintahkan. Diskusikan masalah dibawah ini dengan klien dan

keluarga :

a. Terapi antibiotika dan kemungkinan efek samping

b. Follow up kesehatan dalam 2-4 minggu.

c. Hindari berenang, menyelam, mengorek telinga.

B. Otitis Media Kronis (OMK)

1. Pengertian

OMK adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible

dan biasanya disebabkan karena episode berulang OMA (Bruner and Suddath.

1997 : 2052).

OMK adalah perforasi membran timpani secara permanen, dengan atau tanpa

pengeluaran pus dan kadang-kadang disertai oleh perubahan dalam mukosa

dan struktur tulang dari telinga tengah. (Pricilla Lemone. 2001 : 1496).

2. Etiologi

- Otitis media kronis biasanya disebabkan karena pengulangan dari penyakit

otitis media akut dan disfungsi tuba akustikus.

- Trauma atau penyakit lain.

3. Patofisiologi

Otitis media yang berulang akan menghancurkan pars tensa dan tulang dan

tulang pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan seringnya

penyakit tersebut kambuh. Prosesus longus inkus menderita paling dini karena

aliran darah ke bagian ini kurang. Klien tidak pernah mendapatkan suatu

komplikasi yang berat.

4. Tanda dan Gejala

a. Kehilangan Pendengaran

KMB I Page 23

Page 24: Askep Gangguan Pendengaran

b. Otorea intermitten atau persisten yang bau busuk

c. Tidak ada nyeri

d. Pada pemeriksaan audiogram menunjukan tuli konduktif dalam berbagai

derajat

5. Test Diagnostik

a. Otoskopik Membran Timpani tampak perforasi dan Kolesteatoma dapat

terihat sebagai massa putih dibelakang membrane timpani

b. Audiometri memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau

campuran

6. Penatalaksanaan

a. Penanganan local : pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop

dan alat penghisap, pemberian antibiotika tetes

b. Timpanoplasti, untuk mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup

lubang perforasi tengah, mencegah infeksi berulang dan memperbaiki

pendengaran

c. Prodesur bedah paling sederhana tipe I ( miringoplasti ) untuk menutup

lubang perforasi pada membrane timpani, tipe II sampai V untuk perbaikan

yang lebih intensif struktur telinga tengah

d. Mastoidektomi, untuk mengangkat kolesteatoma, mencapai struktur yang

sakit, dan menciptakan telinga yang aman, kering dan sehat

7. Kopmplikasi

a. Kehilangan pendengaran sensorineural

b. Disfungsi syaraf fasial

c. Lateral sinus thrombosis

d. Abses otak atau subdural

e. Meningitis

C. Otitis Media Perforasi (OMP)

a. Pengertian

Otitis Media Akut Perforasi adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa

telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid

KMB I Page 24

Page 25: Askep Gangguan Pendengaran

yang diikuti dengan rupturnya membrane tympani dan biasanya terdapat sekret

yang mengalir keluar dari telinga bagian tengah ke telinga bagian luar.

www.indoskripsi.com

OMP adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran

timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang

timbul, sekret mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. (Dr Efiaty dan

Prof Nurbaity Sp. THT)

b. Patofisiologi

Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis

media perforatif apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.Bila pross infeksi

kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut.

Beberapa factor yang menyababkan OMA menjadi OMP adalah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. Otitis Media Akut perforasi biasanya disebabkan karena adanya komplikasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas. Sekresi dan inflamasi dari infeksi saluran pernafasan bagian atas ini dapat menyebabkan terjadnya oklusi tuba Eustachii. Normalnya, mukosa dari telinga bagian tengah mengabsorpsi udara di liang telinga bagian tengah. Jika udara tersebut tidak terabsorpsi karena adanya obstruksi tuba Eustachii, maka akan timbul suatu tekanan negativeyang menyebabkan terjadinya suatu produksi secret yang serous. Sekret di telinga bagian tengah ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan mikroba. Dan dengan adanya infeksi saluran pernafasan bagian atas, memudahkan masuknya virus atau bakteri ke telinga tengah. Jika pertumbuhannya cepat, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya infeksi telinga bagian tengah. Jika infeksi dan inflamasi ini terjadi secara terus menerus, hal ini dapat menyebabkan perforasi pada membran thympani.

c. Insiden

Sering dijumpai pada anak-anak, bila terjadi pada orang dewasa kemungkina

pada pasien yang menjalani radioterapi dan barotrauma seperti penyelam

d. Tanda dan Gejala

1. Pasien mengeluh kehilangan pendengaran

2. Rasa penuh dalam telinga

3. Suara letup atau berderik yang terjadi ketika tuba eusakhius berusaha

membuka.

e. Test Diagnostik

KMB I Page 25

Page 26: Askep Gangguan Pendengaran

1. Audiogram menunjukan adanya tuli konduktif dalam

berbagai derajat

2. Otoscope pada membrane timpani tampak sklerotik

(tidak terisi sel udara dan mungkin terdapat rongga dalam tulang akibat

erosi oleh kolesteoma)

f. Penatalaksanaan

1. Miringoplasti, bila kehlangan pendengaran yang

berhubungan dengan efusi telinga tengah menimbulkan masalah bagi

pasien

2. Mastoidektomie yang bertujuan menghilangkan jaringan

patologis serta eradikasi kuman

3. Kortikosteroid dosis rendah, untuk mengurangi oedema

tuba eustakhius pada kasus barotraumas

F. MASTOIDITIS

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada  sel- sel mastoid yang

terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa

yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal

yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam,

nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara

berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).

Sumber : www. idmgarut.wordpress.com

Terbagi atas konsep penyakit Mastoditis dan Proses Keperawatan

KMB I Page 26

Page 27: Askep Gangguan Pendengaran

a. Konsep Penyakit Mastoiditis

1. Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkan

ke dalam sel udara mastoid (Lemone 2004 : 1496)

2. Patofisiologi

Pada mastoiditis akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dan

sel bergabung untuk membentuk ruang yang besar. Bagian dari jalannya

mastoid terkikis. Dengan adanya infeksi kronis, dapat menyebabkan sebuah

abses dapat terbentuk, atau sklerosis tulang dari mastoid.

Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang

yang sangat tips memisahkan sel udara mastoid dari otak. Beruntungnya,

komplikasi ini jarang terjadi sejak pemberian antibiotika yang efektif untuk

therapy otitis media.

3. Patoflow Penyakit Mastoiditis

Tulang septal hancur

Membentuk ruang yang besar

Infeksi kronik

Abses, sklerosis tulang mastoid

Nyeri telinga, Kemerahan

Gangguan rasa nyaman nyeri

Inflamasi, bengkak, panas, sakit kepala

KMB I Page 27

Page 28: Askep Gangguan Pendengaran

Pengeluaran cairan dari telinga

Gangguan persepsi pendengaran

Kehilangan pendengaran

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggu

setelah episode dari otitis media akut dan termasuk :

a. Sakit telinga

b. Kehilangan pendengaran

c. Tampak kemerahan dan inflamasi

d. Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi dari

normal (retroaurikula).

e. Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala.

f. Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.

Penatalaksanaan

a. Pencegahan adalah focus primer dari kolaboratif dan tindakan keperawatan

yang berhubungan dengan mastoiditis.

b. Pengobatan antibiotika yang efektif dari otitis media akut mencegah

mastoiditis pada tingkat awal.

c. Mengikuti tindakan pembedahan, menetapkan secara hati-hati luka dan

pengeluaran untuk membuktikan infeksi atau komplikasi lainnya.

d. Pendengaran klien mungkin sementara atau menetap terpengaruh,

tergantung pada luasnya operasi.

e. Bicara pelan dan jelas, jangan berteriak atau bicara keras yang tidak biasa.

f. Yakinkan keluarganya dan staff mengetahui tentang kehilangan

pendengaran klien dan menggunakan tekhnik komunikasi yang sesuai.

g. Membantu pasien dengan ambulasi awal, karena pusing dan vertigo

biasanya mengikuti pembedahan.

h. Pemberian antibiotika untravena seperti penicillin, Cefriaxone selama 14

hari.

i. Jika tidak membaik dengan antibiotic maka dilakukan operasi

Mastoidektomi, bersama dennganTimpanoplasti.

KMB I Page 28

Page 29: Askep Gangguan Pendengaran

j. Penghembusan udara melalui hidung, bersin dan batuj harus dihindari

karena dapat meningkatkan tekanan pada telinga bagian tengah.

Perawatan di rumah

a. Pendidikan tentang mastoiditis akut, menekankan pentingnya pemberian

terapi antibiotika dan menganjurkan untuk follow up.

b. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaprkan reaksi yang merugigak

untuk perawatan primer.

c. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana teknik aseptic.

b. Proses Keperawatan Untuk Pasien Yang Menjalani Pembedahan Mastoid

1. Pengkajian

A. Riwayat kesehatan : penggambaran lengkap masalah telinga, otorea,

kehilangan pendengaran

B. Pengkajian fisik observasi adanya eritema, oedema, otorea, lesi dan bau

cairan yang keluar

C. Hasil audiogram harus dikaji

2. Diagnose Keperawatan

a. DK : Ansietas b.d prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran,

potensial ganguan pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.

Tujuan : Meredakan ansietas

Intervensi :

Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli

otology pada pasien termasuk anastesi, lokasi insisi dan hasil

pembedahan.

Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan

keprihatinan mengenai pembedahan

b. DK : Nyeri akut b.d Pembedahan Mastoid

Tujuan : Bebas dari rasa tak nyaman

Intervensi :

Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan

Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat

Evaluasi :

Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri

KMB I Page 29

Page 30: Askep Gangguan Pendengaran

Tidak memperlihatkan tanda mengernyitkan wajah, mengeluh atau

menangis

Meminum analgetik bila perlu

c. DK : Resiko infeksi b.d post op Mastoidektomi, pemasangan graft/tandur,

trauma bedah terhadap jaringan dan struktur di sekitarnya

Tujuan : pencegahan infeksi

Intervensi :

Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan

antibiotika sebelum dipasang

Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis

auditorius eksternus selama 2 minggu

Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin)

dan diletakkan di telinga

Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu,

cairan purulen)

Evaluasi ;

Tidak ada tanda atau gejala infeksi

Tanda vital normal termasuk suhu

Tak mengeluarkan cairan purulen dari kanalis auditorius externus

d. DK : Perubahan persepsi sensori auditoris b.d kelainan telinga/pembedahan

telinga

Tujuan : Memperbaiki komunikasi

Intervensi :

Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika

berbicara, berbicara jelas dan tegas tanpa berteriak, memberikan

pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.

Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektif.

Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.

DK tambahan :

Resiko trauma b.d kesulitan keseimbanganatau vertigo selama periode

pascaoperasi segera

Perubahan persepsi sensori b.d potensial kerusakan nervus fasialis

Kerusakan integritas kulit b.d pembedahan telinga, insisi dan tempat graft

KMB I Page 30

Page 31: Askep Gangguan Pendengaran

Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan

asuhan pascaoperatif dan harapan

G. KOLESTEATOMA

a. Pengertian

Kolesteatoma adalah suatu kista epithelial yang berisi deskuamasi

epitel/keratin.

b. Patofisiologi

Sel epitel debris mengumpul dalam telinga bagian tengah, membentuk kista

yang merusak struktur telinga dan mengurangi pendengaran, seperti pada

mastoiditis. Deteksi dan pengobatan secara dini pada otitis media dengan

memberikan antibiotika akan menurunkan kolesteatoma. Kolesteatoma sangat

berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat mengakibatkan hilangnya

pendengaran.

c. Etiologi

Komplikasi dari Otitis Media Kronis

d. Penatalaksanaan

Mastoidektomy dapat menghilangkan kolesteatoma

e. Komplikasi

Komplikasi terjadi apabila sudah terjadi proses nekrosis tulang yakni :

a. Labirinitis

b. Meningitis

c. Abses otak

KMB I Page 31

Page 32: Askep Gangguan Pendengaran

(Gambar Kolesteatoma, sumber : www. medicastore.com )

H. MASSA TELINGA TENGAH

a. Jenis-jenis Massa Telinga Tengah

1. Glomus jugulare adalah tumor yang timbul dari bulbus jugularis (Brunner &

Suddath: 1999;2056)

2. Neuroma nervus fasialis adalah tumor nervus VII, nervus fasialis (Brunner

& Suddath: 1999;2056)

3. Granuloma kolesterin adalah reaksi system imun terhadap produk samping

darah (Kristal kolesterol) di dalam telinga tengah (Brunner & Suddath:

1999;2056)

4. Timpanosklerosis adalah timbunan kolagen dan kalsium di dalam telinga

tengah yang dapat mengeras di seputar osikulus sebagai akibta infeksi

berulang

b. Penatalaksanaan

Pada dasarnya semua jenis massa dilakukan pengangkatan massa

melalui pembedahan, dan jika tidak memungkinkan pembedahan digunakan

terapi radiasi.

KMB I Page 32

Page 33: Askep Gangguan Pendengaran

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telinga adalah salah satu organ pancaindra yang memiliki fungsi yang

sangat vital bagi kehidupan manusia.

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/aurikula), meatus autikus

eksternus, kanalis auditorius eksternus dan membran timpani. Sedangkan

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membrane timpani, bila

dilihat dari arah liang telinga berbentuk bundar dan lekung dan gendang telinga

adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah

ke medial.

B. Saran

Semoga dengan terselesaikannya makalah ini mahasiswa keperawatan

dapat melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan

gangguan system pendengaran.

KMB I Page 33

Page 34: Askep Gangguan Pendengaran

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara. Editor : Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes. STIKes Santo Borromeus. Bandung.

Brunner & Sudath . 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Buku II Edisi 9, Alih Bahasa : Agung Waluyo dkk. EGC. Jakarta.

www.google_image.com

http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/oma-perforasi

http://tht-fkunram.blogspot.com/2009/02/otitis-eksterna-oe_24.html

www.nzma.org.nz

www. cechin.com.ar

www. medicastore.com

www. idmgarut.wordpress.com

KMB I Page 34