Askep Gagal Ginjal Akut
-
Upload
salwa-aurelia-firdaus -
Category
Documents
-
view
150 -
download
13
Transcript of Askep Gagal Ginjal Akut
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN AKUT RENAL FAILURE
DI RUANG ICU RUMAH SAKIT Dr. KARIADI SEMARANG
DISUSUN OLEH :
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
2004
AKUT RENAL FEILUR
Pengertian
Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata
dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai
oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/ hari).
Klasifikasi
ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu :
1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan perfusi
ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi volume dan
dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).
Etiologinya :
a. Penurunan volume vaskuler
- kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar.
- Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare
b. Kenaikan kapasitas vaskuler
- sepsis
- blokade ganglion
- reaksi anafilaksis
c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung
- renjatan kardiogenik
- payah jantung kongestif
- tamponade jantung
- disritmia
- emboli paru
- infark jantung
2. ARF renal
ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya aliran
darah ginjal keseluruh bagian atau sebagian ginjal hal ini dikarenakan keadaan
pra renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab lain karena stenosis arteri
renalis sehingga mengurangi aliran darah keseluruh ginjal, iskemik lokal dapat
terjadi bila terjadi penyakit vaskuler oklusif, glomerulonefritis akut,
nefrosklerosis maligna, penyakit kolagen, angitis hipersensitif.
3. ARF post renal
ARF post renal adalah suatu keadaan dimana sebagai akibat dari obstruksi
pada sepanjang saluran perkemihan dari tubulus sampai meatus uretral.
Etiologi :
a. Obstruksi saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kista dll.
b. Ekstravasasi
Patofisiologi
Pre renal azotemia
Penurunan fungsi ginjal akan mengaktifkan baroreseptor yang kemudian akan
mengaktivasi sistem neurohumoral dan ginjal, agar tubuh dapat tetap mempertahankan
tekanan darah, perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerular. Sistem renin- angiotensin-
aldosteron, vasopresin, aktivasi sistem saraf simpatik akan mengakibatkan vasokonstriksi
sistemik, retensi garam dan air sehingga tekanan darah dan volume intravaskuler dapat
dipertahankan. Hanya saja bila sistem mekanisme adaptif ini tidak berhasil maka laju
filtrasi glumerular menurun dan terjadilah azotemia pra renal.
Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan tonusitas
medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari cairan tubular distal. Oleh
karenanya perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun
sampai kurang dari 400 ml/ hari, berat jenis urin meningkat dan konsentrasi natrium urin
rendah ( biasanya < 5 mEq/ L).
Intra renal / renal
Bila perfusi ginjal yang lemah menetap selama periode yang cukup lama, ginjal
dapat rusak sehingga pengembalian perfusi ginjal tidak lagi memberikan efek pada
filtrasi glomerulus. Pada situasi ini terjadi gagal ginjal intrinsik (kategori intra renal
seperti NTA, nefropati vasomotor dan nefrosis nefron bawah).
Post renal
Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar dapat
mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi ini dapat terjadi pada setiap tempat dalam
saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat melewati obatruksi, mengakibatkan kongesti
yang akan menyebabkan tekanan retrograd melalui sistem kolagentes dan nefron.
Keadaan ini memperlambat laju aliran cairan tubular dan menurunkan LFG. Sebagai
akibatnya reabsorbsi natrium, air dan urea meningkat menyebabkan penurunan natrium
urine dan meningkatkan osmolalitas dan BUN urine.
Gejala klinis
Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :
- Vital sign rendah
- Turgor kulit menurun
- Tekanan vena sentral
- Hipotensi ortostatik
Pada ARF intra renal :
a. Fase oliguria berlangsung 7- 21 hari atau kurang dari 4 minggu. Apabila lebih
dari 4 minggu perlu dilakukan biopsi ginjal.
- Kesadaran : disorientasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai
koma.
- Gastro intestinal : anoreksia, mual, muntah, mulut terasa kering, stomatitis,
perdarahan gastrointestinal.
- Pernafasan : kusmaul, dyspnea, cheyne stokes bau nafas kha ureum/
pneumonia uremik.
- Kulit/ mukosa : perdarahan, anemia, dermatitis uremik dijumpai adanya
udem karena overhidrasi.
Pemeriksaan laboratorium
- Kenaikan sisa metabolisme protein : uruem kreatinin, NPN, asam
urat.
- Gangguan keseimbangan asam basa asidosis metabolik
- Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatriumia
atau hiponatrium, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
b. Fase poliuria
Fase ini terjadi diuresis dimana volume urin lebih dari 1 liter/ 24 jam dan
kadang dapat mencapai 4- 5 liter/ 24 jam. Poliuria terjadi karena efek diuretik
ureum, disamping adanya gangguan faal tubuli dalam mereabsorbsi garam dan
air.
Pada fase ini kadar ureum dan kreatini masih meningkat pada 3- 5 hari
pertama. Setelah itu akan menurun dan diiringi perbaikan klinisnya, karena
permulaan fase poliuria, LFG masih terlalu rendah. Pada fase ini banyak
kehilangan cairan dan elektrolit sehingga perlu diperhatikan kemungkinan
terjadinya dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit.
c. Fase penyembuhan
Penyembuhan secara sempurna faal ginjal akan berlangsung sampai 6- 21
bulan. Faal ginjal yang paling akhir adalah normal pada faal konsentrasi.
Pada post renal
Pada post renal sering diketahui tanda- tanda seperti :
- Poliuria disertai anuria
- Syndrom diabetes insipidus (pittesin- resisten diabetes insipidus )
- Kolik, batu
- Hidronefrosis bilateral
Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
ARF pra renal
- Darah : ureum kreatinin, elektrolit serta osmolaritas.
- Urine : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis urine.
ARF renal : urine dan darah, uji diuretik.
ARF post renal
- Darah : ureum, kreatinin dan elektrolit.
- Urine : ureum, kreatini, elektrolit dan berat jenis urine.
b. USG
c. CT Scan abdomen
Penatalaksanaan
ARF pra renal
Mempertahankan diuresis diberikan manitolo dan furosemid.
ARF renal
Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
mencegah infeksi, pengelolaan konservatif.
ARF post renal
Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu
diperhatikan pula adanya kemungkinan terjadinya sindroma pasca obstruksi
berupa poliuria hebat yang memerlukan koreksi cairan elektrolit
Diagnosa keperawatan
A. Pasien dengan ARF azotemia pre renal :
1. Perubahan perfusi jaringan b/ d hipovolumia sekunder terhadap ARF
B. Pasien dengan ARF intra renal/ renal :
1. Perubahan perfusi jaringan b/ d iskemik ginjal sekunder terhadap
glomerulonefritis akut.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/ d ARF
3. Kelebihan volume cairan b/d ARF, filtrasi buruk dan masukan intravena
C. Pasien dengan ARF post renal :
1. Perubahan eliminasi urine b/ d obstruksi sekunder terhadap kanker, prostat,
obstruksi uretra.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan rasa nyaman b/d inefektif eliminasi urine,
kandung kemih penuh.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/ d kerusakan sekunder sel
tubulus.
INTERVENSI
Asuhan keperawatan ARF azotemia pre renal
DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Perubahan
perfusi jaringan
b/ d
hipovolumia
sekunder
terhadap ARF
Pasien akan stabil
secara hemodinamik
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
dengan kritria hasil :
Tidak terjadi
gangguan perfusi
jaringan
- pantau TTV, tekanan desak kapiler
pulmonari, tekanan vena sentral, curah
jantung, indeks jantung setiap 1 jam
sampai stabil kemudian tiap 2 jam.
- pantau hasil laboratorium (Na, K,
Hb, Ht, Px koagulasi).
- monitor membran mukosa yang
kering
- Validasi catatan cairan yang masuk
dan keluar
- Pantau cairan yang masuk dan reaksi
transfusi bila kelebihan
- Pantau adanya perubahan fungsi
mental
Untuk mengetahui vital sign
dan hemodinamika agar tetap
stabil
Untuk mengetahui
abnormalitas elektrolit
Untuk mengetahui adanya
dehidrasi
Untuk mengetahui
keseimbangan cairan elektrolit
Menghindari terjadinya oedem
Untuk mengetahui apakah
pasien mengalami disorientasi
tempat
Asuhan keperawatan ARF intra renal/ renal
DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Perubahan perfusi
jaringan b/ d
iskemik ginjal
sekunder terhadap
glomerulonefritis
akut.
Resiko tinggi
terhadap infeksi
b/ d ARF
Kelebihan
volume cairan b/d
ARF, filtrasi
buruk dan
masukan
intravena
Pasien mampu
mempertahankan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam tidak
tampak tanda-
tanda infeksi
dengan KH :
Tidak terlihat tanda
infeksi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
4 x 24 jam volume
cairan dapat
dipertahankan
dengan KH :
Output dan input
cairan dalam
keadaan seimbang.
- atur hidrasi dfan hindari terjadinya
dehidrasi
- amati tanda dan gejala retensi cairan
- pantau nilai- nilai hasil pemeriksaan
laboratorium Na, K, Cl, keseimbangan
asam basa
- Amati tanda- tanda infeksi
- jaga keseterilan dalam melakukan
prosedur tindakan invasif
- cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
- Hitung jumlah cairan yang masuk dan
keluar tiap 1 jam
- catat warna dan jumlah urine yang
keluar setiap 1 jam.
Menghindari terjadinya
kekurangan cairan dan
elektrolit
Mengurangi dan menghindari
faktor – faktor pencentus
erjadinya nosokomial infeksi.
Untuk memantau bila terjadi
kelebihan volume cairan
tubuh
Asuhan keperawatan ARF potrenal
DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Perubahan
eliminasi urine
b/d obstruksi
sekunder terhadap
kanker, prostat,
obstruksi uretra.
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit b/d
kerusakan
sekunder sel
tubulus.
Resiko tinggi
terhadap
perubahan rasa
nyaman b/d
inefektif eliminasi
urine, kandung
kemih penuh.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam pasien
dapat
mempertahankan
eliminasi BAK
Pasien akan
mempertahankan
keseimbangan
cairan dan elektrolit
Pasien akan
mempertahan kan
rasa nyaman selama
eliminasi urine
Pertahankan pemasangan urine kateter
Amati pola buang air kecil
Inspeksi urine terhadap dermaturi dan
batu
Pertahankan validasi data haluaran
urin yang keluar
Berikan asupan cairan elektrolit sesuai
dengan program dokter
Pantau respon- respon yang
menguntungkan dan merugikan
terhadap segmen pengobatan
Berikan obat penghilang rasa nyeri
sesuai dengan program dokter
Jaga privasi klien saat melakukan
tindakan keperawatan
Lebih mudah dalam
menghitung jumlah urine
yang keluar
Untuk mempertahankan
cairan dan elektrolit tubuh
Memberikan rasa nyaman
sehingga pasien bisa
mengalihkan perhatian
terhadap nyeri
Daftar pustaka
APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby
Year Book. Michigan
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa. Jakarta. EGC.
Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A nursing
proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.