Askep G3 Sistem Persyarafan Akibat Infeksi

27
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan Akibat Peradangan / Infeksi Bersama : Ns. Frits Yogyantomo, S.Kep.

description

Frits Yogyantomo, S.Kep Ns

Transcript of Askep G3 Sistem Persyarafan Akibat Infeksi

  • Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan Akibat Peradangan / InfeksiBersama : Ns. Frits Yogyantomo, S.Kep.

  • A. MENINGITISPengertianInfeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh :Bakteri : pnemokokkus, meningokokkus, stapilokokkus, streptokokkus, salmonella, dll.Virus : Hemofilus influenza, dan herpes simpleks.

  • Pathofisiologi

    Mikrobiologi penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai cara, all :Hematogen dan atau limpatikPerkontuinitatumRetrograd melalui syaraf periferLangsung masuk cairan serebrospinal

  • Efek peradangan dapat mengenai ketiga lapisan meningen dan ruang ruang yang berada di antara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut meningo-enchephalitis. Efek pathologis yang terjadi all :Hiperemia meningensEdema jaringan otakEksudasi

  • Perubahan perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan TIK dan hydrocephalus (pada anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinalis juga eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan dapat menyebabkan abses otak.

  • PengkajianData yang perlu diperoleh pada klien dengan meningitis adalah :Data Subyektif (dapat diperoleh dari klien maupun keluarga)Pemahaman klien/keluarga tentang penyebab penyakitDemam, peningkatan suhu tubuhRiwayat infeksi khususnya ISPA dan infeksi paru (TBC)

  • Nyeri kepalaKesulitan proses berpikirKelelahan otot dan inkoordinasiSemenjak kapan kapan keluhan kleuhan dirasakan dan upaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.Data ObyektifPeningkatan suhu tubuhyang sangat mencolokPerubahan perilaku yang mengindikasikan ketidaknyamanan dan atau disorientasi

  • Perubahan TTV. Yang perlu diwaspadai perubahan TTV yang mengindikasikan peningkatan TIK, seperti pola nafas tidak teratur, nadi dan perubahan sistolik tekanan darah.Perubahan kesadaran (dari apatis sampai komatus), gunakan Glasgow Coma Scale.Muntah, dapat mengindikasikan adanya iritasi lambung atau peningkatan TIK. Observasi secara cermat terhadap sifat muntahnya sebab muntah proyektil dapat mengindikasikan peningkatan TIK.

  • Tanda tanda iritasi meningeal, yaitu :Kaku kudukBrudzinky signKernig signKejang kejangKelainan kelainan neurologik melalui pemeriksaan fungsi motorik, fungsi sensorik dan fungsi kranial seperti :Nyeri kepala (gejala awal yang tersering)Parastesia, ItchingHyperalgesiaHilangnya sensasi

  • Gangguan penglihatan (visus yang menurun, diplopia, photopobia)Pupil : anisokor, reaksi terhadap cahaya berkurang dan ptosis.Kadang kadang hemiparese atau hemiplegi.Data PenunjangPemeriksaan CSS baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis.Warna (Infeksi bakteri = purulen, infeksi virus dan tuberkulosis = xantokrom)

  • Tekanan meningkatSel PMN (Polimorfonukleus) meningkat.Protein meningkatGlukosa menurunNone +Pandi +Pemeriksaan TambahanDarah lengkap, LEDKultur darahFoto kepala, thorax, vertebraEEG, CT Scan Otak

  • Masalah dan Intervensi KeperawatanMasalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan syaraf pusat (meningitis, encephalitis, abses oatk) serta intervensinya.Potensial penyebaran infeksiKemungkinan penyebab :Proses peradanganCairan tubuh yang statisDaya tahan tubuh yang kurang

  • Tujuan dan Kriteria Evaluasi :Sampai terjadi penyembuhan, infeksi skunder tidak terjadi.Intervensi Keperawatan :Isolasi klienPertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik itu pengunjung maupun petugas.Hindarkan klien dari orang orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung.Observasi secara teratur tiap 4 6 jam suhu tubuh klien

  • Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang menetap.Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinyaLakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien nafas dalam.Observasi urine output : warna, bau, jumlah.Tidakan kolaboratif :Kolaborasi dengan tim medik pemberian antibiotik (Intra vena / intra thecal)Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan.

  • Gangguan Perfusi CerebralKemungkinan Penyebab :Oedema cerebralSirkulasi darah ke otak yang kurangTujuan / Kriteria Hasil :Kesadaran baikFungsi Motorik dan sensorik baikTTV stabilNyeri kepala berkurang / hilangTidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

  • Intervensi Keperawataan :Klien bed rest dg posisi terlentang atau posisi elevasi 15 45 0 sesuai indikasiMonitor TTV setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik, tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan yang tidak teratur)Monitor status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnyaKaji adanya kaku kuduk, dan kejang-kejangCegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut, dan bila panas berikan kompres

  • Monitor intake dan out put cairan, catat karakteristik urin, turgor kulit dan kondisi membran mukosaBantu klien menghindari batuk, muntah dan obstipasi. Anjurkan klien merubah posisinyaCiptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung , lingkungan yang hangat, sentuhan yang lembut dan hindarkan suara-suara kerasBerikan waktu untuk istirahat di antara aktifitas-aktifitas dan hindarkan prosedur yang terlalu lama

  • Tindakan Kolaboratif :Kolaborasi untuk pemberian cairan intra vena baik elektrolit, cairan hipertonisKolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darahKolaborasi pemberian oksigenKolaborasi pemberian obat-obatan : steroid, chlorpromazine, acetaminophenPotensial terjadi traumaKemungkinan penyebab :Kelelahan, paralise, parasthesia, ataxia, vertigoRangsangan kejang

  • Intervensi Keperawatan :Beri papan pengaman di sisi tempat tidurSiapkan mesin penghisap lendir di sisi tempat tidurAwasim klien selama terjadi kejangHindarkan penekanan pada tubuh selama kejangMempertahan bed rest selama fase akutBantu klien dalam mobilisasi

  • Tindakan kolaboratif :Kolaborasi pemberian terapi seperti dilantin dan luminalPerubahan rasa nyaman : NyeriKemungkinan Penyebab :Proses peradangan / infeksiSirkulasi toxinTujuan / kriteria Hasil :Nyeri berkurang / hilangKlien tampak rileksKlien dapat tidur dan istirahat dengan baik

  • Intervensi :Ciptaka lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti kebisingan, cahaya yang berlebih / silauPertahankan tetap bed rest dan bantu ADLBerikan kompres dingin pada kepala dan dahiPertahankan posisi yang nyaman bagi klien Lakukan massage pada daerah leher dan otot bahu dan punggungGunakan penghangat di daerah leher dan punggung (balsem atau handuk yang dihangatkan)

  • Tindakan kolaboratif :Kolaborasi pemberian analgesik (kodein)Perubahan/Gangguan mobilitas FisikKemungkinan Penyebab :Kerusakan neuromuskulerPerubahan kognitif-percetualNyeri/discomfortBed restTujuan / Kriteria Hasil :Tidak terjadi kontraktur, drop foot

  • Integritas kulit baikFungsi eliminasi baikKekuatan dan fungsi otot baikIntervensi :Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitasRubah posisi klien setiap 2 jamLetakan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila klien kooperatifLatih klien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif/pasif.Gunakan penahan/foot board selama terjadi paralise kaki/tungkai

  • Jaga agar posisi kepala tetap seimbang dalam posisi terlentangEvaluasi penggunaan alat alat bantu selama paralise, misalnya posisi foot boardKaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta gunakan alat untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjolKaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema dan tanda tanda lainnyaObservasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk memperlancar sirkulasi darah

  • Bila pasien mulai duduk lakukan segera pengukuran TTVGunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensifDorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan baikTindakan Kolaboratif : Konsultasi dengan fisioterapis bila pasien menolak untuk melakukan aktifitasKaji kemungkinan pemasangan alat elektronik sesuai dengan indikasiBeri obat obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program pengobatan

  • B. ENCEPHALITISPengertian :Peradangan jaringam otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medulla spinalisEtiologi :Virus seperti arbovirus, herpes simpleksReaksi Toxin seperti thypoid fever, campak, chiken poxKeracunan seperti arsenik dan CO

  • C. ABSES OTAKPengertian :Akumulasi cairan pada jaringan otak, biasanya merupakan komplikasi dari infeksiEtiologi :Penyebaran dari fokus infeksi yang berdekatan dengan cerebelum, lobus temporalis (Mastoiditis, otitis media)Nekrotik emboli biasanya bersumber dari infeksi endocarditis bakterial dan abses paruAskep pada klien ini (Encephalitis dan abses otak) Askep Meningitis