ASKEP FRAKTUR

download ASKEP FRAKTUR

of 65

Transcript of ASKEP FRAKTUR

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    1/65

    ASKEP FRAKTUR

    A. KONSEP DASAR

    1. Pengertian

    a Fraktur

    Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

    (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans

    and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang

    disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

    Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical

    Nursing.

    b Patah Tulang Tertutup

    Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa patah tulang tertutup

    adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

    Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena

    kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).

    c Patah Tulang Humerus

    Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :

    1) Fraktur Suprakondilar Humerus

    2) Fraktur Interkondiler Humerus

    3) Fraktur Batang Humerus

    4) Fraktur Kolum Humerus

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    2/65

    Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

    1) Tipe Ekstensi

    Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.

    2) Tipe Fleksi

    Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.

    (Mansjoer, Arif, et al, 2000)

    d Platting

    Adalah salah satu bentuk dari fiksasi internal menggunakan plat yang terletidak sepanjang tulang

    dan berfungsi sebagai jembatan yang difiksasi dengan sekrup.

    Keuntungan :

    1) Tercapainya kestabilan dan perbaikan tulang seanatomis mungkin yang sangat penting

    bila ada cedera vaskuler, saraf, dan lain-lain.

    2) Aliran darah ke tulang yang patah baik sehingga mempengaruhi proses penyembuhan

    tulang.

    3) Klien tidak akan tirah baring lama.

    4) Kekakuan dan oedema dapat dihilangkan karena bagian fraktur bisa segera digerakkan.

    Kerugian :

    1) Fiksasi interna berarti suatu anestesi, pembedahan, dan jaringan parut.

    2) Kemungkinan untuk infeksi jauh lebih besar.

    3) Osteoporosis bisa menyebabkan terjadinya fraktur sekunder atau berulang.

    2. Anatomi Dan Fisiologi

    a Struktur Tulang

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    3/65

    Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya

    struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh

    darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut

    benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan

    tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun

    dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang

    disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan

    sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap

    sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang

    panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal

    Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa

    metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang

    didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat

    sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel

    darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang

    memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang

    terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism

    Syndrom (FES).

    Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel

    pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada

    matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel

    tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang

    disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan

    substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah

    metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam

    kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darahdalam tulang antara 200400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et

    al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).

    b Tulang Panjang

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    4/65

    Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering menahan

    beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan,

    diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya

    tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung

    tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis

    adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis

    merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini

    merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan

    penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al,

    1993)

    c Tulang Humerus

    Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.

    1) Kaput

    Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga

    glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian

    yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik

    terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan

    lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus

    intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher

    chirurgis yang mudah terjadi fraktur.

    2) Korpus

    Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang,tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid).

    Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah

    lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah

    spiralis atau radialis.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    5/65

    3) Ujung Bawah

    Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan

    bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat

    persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada

    kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan

    medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)

    d Fungsi Tulang

    1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

    2) Tempat mlekatnya otot.

    3) Melindungi organ penting.

    4) Tempat pembuatan sel darah.

    5) Tempat penyimpanan garam mineral.

    (Ignatavicius, Donna D, 1993)

    3. Etiologi

    1) Kekerasan langsung

    Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian

    demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

    2) Kekerasan tidak langsung

    Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya

    kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor

    kekerasan.

    3) Kekerasan akibat tarikan otot

    Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    6/65

    Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

    ketiganya, dan penarikan.

    (Oswari E, 1993)

    4. Patofisiologi

    Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan

    tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari

    yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya

    atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur,

    periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang

    membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah

    hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang

    patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

    ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.

    Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et

    al, 1993)

    a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

    1) Faktor Ekstrinsik

    Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan

    arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

    2) Faktor Intrinsik

    Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur

    seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan

    tulang.

    ( Ignatavicius, Donna D, 1995 )

    b. Biologi penyembuhan tulang

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    7/65

    Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk

    menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan

    tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan

    tulang, yaitu:

    1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

    Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah

    membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler

    baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 2448 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

    2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler

    Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari

    periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami

    proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast

    beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang

    menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah

    fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

    3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

    Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan

    keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini

    dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel

    tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk

    kallus atau bebat pada

    permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi

    lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah frakturmenyatu.

    4) Stadium Empat-Konsolidasi

    Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar.

    Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    8/65

    pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara

    fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa

    bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

    5) Stadium Lima-Remodelling

    Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau

    tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang

    terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,

    dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk

    struktur yang mirip dengan normalnya.

    (Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)

    c. Komplikasi fraktur

    1) Komplikasi Awal

    a) Kerusakan Arteri

    Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis

    bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

    emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

    b) Kompartement Syndrom

    Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,

    tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau

    perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar

    seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

    c) Fat Embolism Syndrom

    Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur

    tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke

    aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan

    gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    9/65

    d) Infeksi

    System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi

    dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur

    terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

    e) Avaskuler Nekrosis

    Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa

    menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.

    f) Shock

    Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa

    menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

    2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

    a) Delayed Union

    Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang

    dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke

    tulang.

    b) Nonunion

    Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang

    lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang

    berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan

    karena aliran darah yang kurang.

    c) Malunion

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    10/65

    Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan

    perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang

    baik.

    (Black, J.M, et al, 1993)

    5. Klasifikasi Fraktur

    Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi

    beberapa kelompok, yaitu:

    a. Berdasarkan sifat fraktur.

    1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

    luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

    2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara

    fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

    b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

    1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

    korteks tulang seperti terlihat pada foto.

    2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

    a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

    b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang

    spongiosa di bawahnya.

    c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi

    pada tulang panjang.

    c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.

    1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat

    trauma angulasi atau langsung.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    11/65

    2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang

    dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

    3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma

    rotasi.

    4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang

    ke arah permukaan lain.

    5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

    insersinya pada tulang.

    d. Berdasarkan jumlah garis patah.

    1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

    2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

    3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang

    sama.

    e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

    1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak

    bergeser dan periosteum nasih utuh.

    2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

    fragmen, terbagi atas:

    a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

    overlapping).

    b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

    c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

    f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

    g. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    12/65

    Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar

    trauma, yaitu:

    a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

    b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

    c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

    pembengkakan.

    d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman

    sindroma kompartement.

    (Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D,

    1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo,

    Soelarto, 1995)

    6. Dampak Masalah

    Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang mungkin timbul terjadi

    merupakan respon terhadap klien terhadap enyakitnya. Akibat fraktur terrutama pada fraktur

    hunerus akan menimbulkan dampak baik terhadap klien sendiri maupun keada keluarganya.

    a Terhadap Klien

    1) Bio

    Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang terkena trauma, peningkatan

    metabolisme karena digunakan untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi

    melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi

    2) Psiko

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    13/65

    Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya

    hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari

    hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta tuakutnya

    terjadi kecacatan pada dirinya.

    3) Sosio

    Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani

    perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam

    melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.

    4) Spiritual

    Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam

    jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.

    b Terhadap Keluarga

    Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya terkena fraktur

    adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan

    sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini

    sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain tiu, keluarga harus bisa

    menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi

    keluarga.

    Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa timbul

    saat klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini

    tentunya menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.

    B. ASUHAN KEPERAWATAN

    Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan

    yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

    perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

    1. Pengkajian

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    14/65

    Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan

    kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah

    terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap

    ini. Tahap ini terbagi atas:

    a. Pengumpulan Data

    1) Anamnesa

    a) Identitas Klien

    Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,

    pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

    b) Keluhan Utama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau

    kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

    rasa nyeri klien digunakan:

    (1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi

    nyeri.

    (2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah

    seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

    (3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau

    menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

    (4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan

    skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan

    fungsinya.

    (5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari

    atau siang hari.

    (Ignatavicius, Donna D, 1995)

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    15/65

    c) Riwayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

    membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

    penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh

    mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

    diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    d) Riwayat Penyakit Dahulu

    Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa

    lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

    penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.

    Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut

    maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna

    D, 1995).

    e) Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor

    predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa

    keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D,

    1995).

    f) Riwayat Psikososial

    Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalamkeluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

    dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

    (1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    16/65

    Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus

    menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

    pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

    mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

    keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna

    D,1995).

    (2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

    Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

    kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

    Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

    muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium

    atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah

    muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan

    mobilitas klien.

    (3) Pola Eliminasi

    Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu

    juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan

    pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola

    ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)

    (4) Pola Tidur dan Istirahat

    Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu

    pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,

    suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos.

    Marilynn E, 1999).

    (5) Pola Aktivitas

    Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

    berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    17/65

    adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan

    beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    (6) Pola Hubungan dan Peran

    Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus

    menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    (7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

    Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat

    frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

    pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image) (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    (8) Pola Sensori dan Kognitif

    Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada

    indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.

    Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    (9) Pola Reproduksi Seksual

    Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus

    menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga,

    perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius,

    Donna D, 1995).

    10) Pola Penanggulangan Stress

    Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan

    pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif

    (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    18/65

    Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

    frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

    (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    2) Pemeriksaan Fisik

    Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan

    gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan

    total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang

    lebih sempit tetapi lebih mendalam.

    a) Gambaran Umum

    Perlu menyebutkan:

    (1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:

    (a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan

    klien.

    (b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur

    biasanya akut.

    (c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

    (2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

    (a) Sistem Integumen

    Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

    (b) Kepala

    Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri

    kepala.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    19/65

    (c) Leher

    Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

    (d) Muka

    Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi,

    simetris, tak oedema.

    (e) Mata

    Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)

    (f) Telinga

    Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

    (g) Hidung

    Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

    (h) Mulut dan Faring

    Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

    (i) Thoraks

    Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

    (j) Paru

    (1) Inspeksi

    Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang

    berhubungan dengan paru.

    (2) Palpasi

    Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    20/65

    (3) Perkusi

    Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

    (4) Auskultasi

    Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

    (k) Jantung

    (1) Inspeksi

    Tidak tampak iktus jantung.

    (2) Palpasi

    Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

    (3) Auskultasi

    Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

    (l) Abdomen

    (1) Inspeksi

    Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

    (2) Palpasi

    Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

    (3) Perkusi

    Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

    (4) Auskultasi

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    21/65

    Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

    (m) Inguinal-Genetalia-Anus

    Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

    b) Keadaan Lokal

    Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status

    neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:

    (1) Look (inspeksi)

    Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

    (a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).

    (b) Cape au lait spot (birth mark).

    (c) Fistulae.

    (d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.

    (e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).

    (f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

    (g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

    (2) Feel (palpasi)

    Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral

    (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua

    arah, baik pemeriksa maupun klien.

    Yang perlu dicatat adalah:

    (a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    22/65

    (b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar

    persendian.

    (c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal).

    Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau

    melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka

    sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar

    atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

    (3) Move (pergeraka terutama lingkup gerak)

    Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan

    dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar

    dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran

    derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik.

    Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang

    dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

    (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)

    3) Pemeriksaan Diagnostik

    a) Pemeriksaan Radiologi

    Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen

    (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit,

    maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan

    proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena

    adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan

    pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca

    pada x-ray:

    (1) Bayangan jaringan lunak.

    (2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    23/65

    (3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

    (4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

    Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

    (1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang

    sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak

    pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

    (2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang

    tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

    (3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.

    (4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang

    dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

    b) Pemeriksaan Laboratorium

    (1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

    (2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik

    dalam membentuk tulang.

    (3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino

    Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

    c) Pemeriksaan lain-lain

    (1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme

    penyebab infeksi.

    (2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi

    lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

    (3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    24/65

    (4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang

    berlebihan.

    (5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

    (6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

    (Ignatavicius, Donna D, 1995)

    b. Analisa Data

    Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianaisa untuk menemukan masalah

    kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif dan

    data objektif, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun potensial.

    Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan

    menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah

    kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.

    3. Perencanaan

    4. Pelaksanaan

    5. Evaluasi

    DAFTAR PUSTAKA

    Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta,

    1995.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    25/65

    Black, J.M, et al, Luckman and Sorensens Medikal Nursing : A Nursing ProcessApproach, 4 th

    Edition, W.B. Saunder Company, 1995.

    Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.

    Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.

    Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.

    Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 1994.

    Ignatavicius, Donna D, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B. Saunder

    Company, 1995.

    Keliat, Budi Anna, Proses Perawatan, EGC, Jakarta, 1994.

    Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    26/65

    Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta,

    2000.

    Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.

    Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta 1997.

    Reksoprodjo, Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa Aksara, Jakarta,

    1995.

    Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta, 1998.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    27/65

    FRAKTUR

    I. PENGERTIAN

    Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh

    kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144).

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

    umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).

    Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka

    adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi

    (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

    Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma

    langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh

    laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,

    mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)

    Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasanlangsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi

    tersebut (FKUI, 1995:553).

    II. ETIOLOGI

    Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

    a. Cedera traumatik

    Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

    1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara

    spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit

    diatasnya.

    2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    28/65

    jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

    3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

    b. Fraktur Patologik

    Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat

    mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

    1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan

    progresif.

    2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul

    sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

    3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang

    mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi

    kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium

    atau fosfat yang rendah.

    c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit

    polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

    III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMUR

    a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

    luar.b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan

    dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :

    1) Derajat I

    - luka kurang dari 1 cm

    - kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.

    - fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.

    - Kontaminasi ringan.

    2) Derajat II

    - Laserasi lebih dari 1 cm

    - Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse

    - Fraktur komuniti sedang.

    3) Derajat III

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    29/65

    Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta

    kontaminasi derajat tinggi.

    c. Fraktur complete

    Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari

    posisi normal).

    d. Fraktur incomplete

    Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

    e. Jenis khusus fraktur

    a) Bentuk garis patah

    1) Garis patah melintang

    2) Garis pata obliq

    3) Garis patah spiral

    4) Fraktur kompresi

    5) Fraktur avulsi

    b) Jumlah garis patah

    1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

    2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan

    3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.

    c) Bergeser-tidak bergeserFraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

    Fraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi

    fragmen (Smeltzer, 2001:2357).

    IV. PATOFISIOLOGI

    Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :

    1. Fase hematum

    Dalam waktu 24 jam timbulperdarahan, edema, hematume disekitar fraktur

    Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat

    2. Fase granulasi jaringan

    Terjadi 1 5 hari setelah injury

    Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    30/65

    Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan

    osteoblast.

    3. Fase formasi callus

    Terjadi 6 10 harisetelah injuri

    Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus

    4. Fase ossificasi

    Mulai pada 2 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh

    Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang

    menyatukan tulang yang patah

    5. Fase consolidasi dan remadelling

    Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas

    osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).

    V. TANDA DAN GEJALA

    1. Deformitas

    Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan

    keseimbangan dan contur terjadi seperti :

    a. Rotasi pemendekan tulang

    b. Penekanan tulang2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang

    berdekatan dengan fraktur

    3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

    4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

    5. Tenderness/keempukan

    6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan

    struktur di daerah yang berdekatan.

    7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)

    8. Pergerakan abnormal

    9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

    10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    31/65

    VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Foto Rontgen

    Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung

    Mengetahui tempat dan type fraktur

    Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan

    secara periodik

    2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan

    lunak.

    3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

    4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun (

    perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)

    Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma

    5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera

    hati (Doenges, 1999 : 76 ).

    VII. PENATALAKSANAAN

    1. Fraktur Reduction

    Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual

    dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.

    Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan,

    seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates

    batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.

    Peralatan traksi :

    o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek

    o Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.

    2. Fraktur Immobilisasi

    Pembalutan (gips)

    Eksternal Fiksasi

    Internal Fiksasi

    Pemilihan Fraksi

    3. Fraksi terbuka

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    32/65

    Pembedahan debridement dan irigrasi

    Imunisasi tetanus

    Terapi antibiotic prophylactic

    Immobilisasi (Smeltzer, 2001).

    MANAJEMEN KEPERAWATAN

    I. PENGKAJIAN

    Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh

    (Boedihartono, 1994 : 10).

    Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :

    a. Sirkulasi

    Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis

    vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

    b. Integritas ego

    Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,

    hubungan, gaya hidup.

    Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

    c. Makanan / cairan

    Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi

    (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa

    pra operasi).

    d. Pernapasan

    Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

    e. Keamanan

    Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune

    (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi

    kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat

    penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat

    transfuse darah / reaksi transfuse.

    Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

    f. Penyuluhan / Pembelajaran

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    33/65

    Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,

    antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau

    tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol

    (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga

    potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

    II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial

    berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

    Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006)

    meliputi :

    1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan

    cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas

    2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan

    oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.

    3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,

    kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan,

    penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.

    4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakanmuskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

    5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur

    invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.

    6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

    dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

    III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

    Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk

    menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

    Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun

    pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    34/65

    Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture

    Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :

    1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat

    adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ;

    awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat

    di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

    Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.

    Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang

    - Klien tampak tenang.

    Intervensi dan Implementasi :

    a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

    R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

    b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri

    R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri

    c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

    R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.

    d. Observasi tanda-tanda vital.

    R/ untuk mengetahui perkembangan klien

    e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesikR/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok

    stimulasi nyeri.

    2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai

    energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-

    hari yang diinginkan.

    Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

    Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.

    - pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.

    - Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

    Intervensi dan Implementasi :

    a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    35/65

    R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk

    aktivitas seperlunya secar optimal.

    b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

    R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan

    menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

    c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

    R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

    d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

    R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

    3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara

    tidak diinginkan.

    Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.

    Kriteria Hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

    - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

    - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

    Intervensi dan Implementasi :

    a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.

    R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yangtepat.

    b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.

    R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.

    c. Pantau peningkatan suhu tubuh.

    R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.

    d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,

    gunakan plester kertas.

    R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.

    e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

    R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal

    lainnya.

    f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    36/65

    R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar

    tidak terjadi infeksi.

    g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

    R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko

    terjadi infeksi.

    4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik

    yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

    Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

    Kriteria hasil : - penampilan yang seimbang..

    - melakukan pergerakkan dan perpindahan.

    - mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

    0 = mandiri penuh

    1 = memerlukan alat Bantu.

    2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

    3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

    4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

    Intervensi dan Implementasi :

    g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

    h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

    R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan

    ataukah ketidakmauan.

    i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

    R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

    j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

    R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

    k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

    R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan

    mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    37/65

    5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi,

    kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

    Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

    Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

    - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.

    - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

    Intervensi dan Implementasi :

    a. Pantau tanda-tanda vital.

    R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.

    b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

    R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

    c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

    R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

    d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.

    R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya

    proses infeksi.

    e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

    R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

    6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

    dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

    Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses

    pengobatan.

    Kriteria Hasil : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu

    tindakan.

    - memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

    Intervensi dan Implementasi:

    a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.

    R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang

    penyakitnya.

    b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    38/65

    R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa

    tenang dan mengurangi rasa cemas.

    c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.

    R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

    d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

    R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari

    tindakan yang dilakukan.

    IV. EVALUASI

    Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian

    tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi

    keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

    Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :

    1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

    2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

    3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai

    4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

    5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol

    6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : Philadelpia

    Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

    Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

    Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

    Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

    E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta

    Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

    Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta

    Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    39/65

    Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth,

    Edisi 8. EGC : Jakarta.

    FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    40/65

    Rabu, 02 Mei 2012

    ASKEP FRAKTUR

    ASKEP FRAKTUR

    A. KONSEP DASAR

    1. Pengertian

    a Fraktur

    Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

    (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans

    and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang

    disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

    Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical

    Nursing.

    b Patah Tulang Tertutup

    Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa patah tulang tertutup

    adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

    Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena

    kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).

    c Patah Tulang Humerus

    Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :

    1) Fraktur Suprakondilar Humerus

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    41/65

    2) Fraktur Interkondiler Humerus

    3) Fraktur Batang Humerus

    4) Fraktur Kolum Humerus

    Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

    1) Tipe Ekstensi

    Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.

    2) Tipe Fleksi

    Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.

    (Mansjoer, Arif, et al, 2000)

    d Platting

    Adalah salah satu bentuk dari fiksasi internal menggunakan plat yang terletidak sepanjang tulang

    dan berfungsi sebagai jembatan yang difiksasi dengan sekrup.

    Keuntungan :

    1) Tercapainya kestabilan dan perbaikan tulang seanatomis mungkin yang sangat penting

    bila ada cedera vaskuler, saraf, dan lain-lain.

    2) Aliran darah ke tulang yang patah baik sehingga mempengaruhi proses penyembuhan

    tulang.

    3) Klien tidak akan tirah baring lama.

    4) Kekakuan dan oedema dapat dihilangkan karena bagian fraktur bisa segera digerakkan.

    Kerugian :

    1) Fiksasi interna berarti suatu anestesi, pembedahan, dan jaringan parut.

    2) Kemungkinan untuk infeksi jauh lebih besar.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    42/65

    3) Osteoporosis bisa menyebabkan terjadinya fraktur sekunder atau berulang.

    2. Anatomi Dan Fisiologi

    a Struktur Tulang

    Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya

    struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh

    darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut

    benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan

    tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun

    dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas kanal utama yang

    disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks tulang disebut Lamellae, ruangan

    sempit antara lamellae disebut Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap

    sistem kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang

    panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal

    Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa

    metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang

    didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat

    sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel

    darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang

    memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang

    terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism

    Syndrom (FES).

    Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel

    pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada

    matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel

    tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang

    disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan

    substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah

    metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam

    kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    43/65

    dalam tulang antara 200400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,et

    al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).

    b Tulang Panjang

    Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering menahan

    beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan,

    diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya

    tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh sisi dari ujung

    tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis

    adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis

    merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini

    merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan

    penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al,

    1993)

    c Tulang Humerus

    Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung bawah.

    1) Kaput

    Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga

    glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian

    yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik

    terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan

    lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus

    intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leherchirurgis yang mudah terjadi fraktur.

    2) Korpus

    Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang,

    tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid).

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    44/65

    Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah

    lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah

    spiralis atau radialis.

    3) Ujung Bawah

    Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan

    bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat

    persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada

    kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan

    medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)

    d Fungsi Tulang

    1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

    2) Tempat mlekatnya otot.

    3) Melindungi organ penting.

    4) Tempat pembuatan sel darah.

    5) Tempat penyimpanan garam mineral.

    (Ignatavicius, Donna D, 1993)

    3. Etiologi

    1) Kekerasan langsung

    Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian

    demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

    2) Kekerasan tidak langsung

    Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya

    kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor

    kekerasan.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    45/65

    3) Kekerasan akibat tarikan otot

    Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.

    Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari

    ketiganya, dan penarikan.

    (Oswari E, 1993)

    4. Patofisiologi

    Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan

    tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari

    yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya

    atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur,

    periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang

    membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah

    hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang

    patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

    ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.

    Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et

    al, 1993)

    a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

    1) Faktor Ekstrinsik

    Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan

    arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

    2) Faktor Intrinsik

    Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur

    seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan

    tulang.

    ( Ignatavicius, Donna D, 1995 )

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    46/65

    b. Biologi penyembuhan tulang

    Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk

    menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan

    tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan

    tulang, yaitu:

    1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

    Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah

    membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler

    baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 2448 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

    2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler

    Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari

    periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami

    proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast

    beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang

    menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah

    fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

    3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

    Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan

    keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini

    dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel

    tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk

    kallus atau bebat pada

    permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi

    lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur

    menyatu.

    4) Stadium Empat-Konsolidasi

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    47/65

    Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar.

    Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan

    pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara

    fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa

    bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

    5) Stadium Lima-Remodelling

    Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau

    tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang

    terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,

    dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk

    struktur yang mirip dengan normalnya.

    (Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)

    c. Komplikasi fraktur

    1) Komplikasi Awal

    a) Kerusakan Arteri

    Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis

    bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

    emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

    b) Kompartement Syndrom

    Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,

    tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau

    perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luarseperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

    c) Fat Embolism Syndrom

    Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur

    tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    48/65

    aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan

    gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

    d) Infeksi

    System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi

    dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur

    terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

    e) Avaskuler Nekrosis

    Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa

    menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.

    f) Shock

    Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa

    menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

    2) Komplikasi Dalam Waktu Lama

    a) Delayed Union

    Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang

    dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke

    tulang.

    b) Nonunion

    Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang

    lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang

    berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan

    karena aliran darah yang kurang.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    49/65

    c) Malunion

    Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan

    perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang

    baik.

    (Black, J.M, et al, 1993)

    5. Klasifikasi Fraktur

    Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi

    beberapa kelompok, yaitu:

    a. Berdasarkan sifat fraktur.

    1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

    luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

    2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara

    fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

    b. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

    1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

    korteks tulang seperti terlihat pada foto.

    2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

    a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

    b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang

    spongiosa di bawahnya.

    c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi

    pada tulang panjang.

    c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    50/65

    1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat

    trauma angulasi atau langsung.

    2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang

    dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

    3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma

    rotasi.

    4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang

    ke arah permukaan lain.

    5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada

    insersinya pada tulang.

    d. Berdasarkan jumlah garis patah.

    1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

    2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

    3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang

    sama.

    e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

    1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak

    bergeser dan periosteum nasih utuh.

    2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

    fragmen, terbagi atas:

    a) Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

    overlapping).

    b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

    c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    51/65

    f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

    g. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

    Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar

    trauma, yaitu:

    a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

    b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

    c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

    pembengkakan.

    d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman

    sindroma kompartement.

    (Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D,

    1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo,

    Soelarto, 1995)

    6. Dampak Masalah

    Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang mungkin timbul terjadi

    merupakan respon terhadap klien terhadap enyakitnya. Akibat fraktur terrutama pada fraktur

    hunerus akan menimbulkan dampak baik terhadap klien sendiri maupun keada keluarganya.

    a Terhadap Klien

    1) Bio

    Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang terkena trauma, peningkatan

    metabolisme karena digunakan untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi

    melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    52/65

    2) Psiko

    Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya

    hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari

    hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta tuakutnya

    terjadi kecacatan pada dirinya.

    3) Sosio

    Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani

    perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam

    melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.

    4) Spiritual

    Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam

    jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.

    b Terhadap Keluarga

    Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya terkena fraktur

    adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan

    sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini

    sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain tiu, keluarga harus bisa

    menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi

    keluarga.

    Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa timbul

    saat klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini

    tentunya menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.

    B. ASUHAN KEPERAWATAN

    Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan

    yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

    perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    53/65

    1. Pengkajian

    Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan

    kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah

    terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap

    ini. Tahap ini terbagi atas:

    a. Pengumpulan Data

    1) Anamnesa

    a) Identitas Klien

    Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,

    pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

    b) Keluhan Utama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau

    kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

    rasa nyeri klien digunakan:

    (1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi

    nyeri.

    (2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah

    seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

    (3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau

    menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

    (4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkanskala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan

    fungsinya.

    (5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari

    atau siang hari.

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    54/65

    (Ignatavicius, Donna D, 1995)

    c) Riwayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

    membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

    penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh

    mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

    diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    d) Riwayat Penyakit Dahulu

    Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa

    lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

    penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.

    Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut

    maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna

    D, 1995).

    e) Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor

    predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa

    keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D,

    1995).

    f) Riwayat Psikososial

    Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam

    keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

    dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

    g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

  • 5/21/2018 ASKEP FRAKTUR

    55/65

    (1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

    Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus

    menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

    pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

    mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

    keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna

    D,1995).

    (2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

    Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

    kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

    Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

    muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutam