Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Documents
-
view
767 -
download
9
Transcript of Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
TUGAS : KGD
DOSEN : Ns. Fitri Ningsih, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISSTEM
MUSKULOSKELETAL “DISLOKASI”
Disusun Oleh :
Kelompok II
LA GOLO
SAMNIA
ANDRIADIN SURADI
HASRAT
SUHERMAN
WA ODE JALIA
LA SARI
RAHMAN RAHIM
ELIAS
ZAINAL
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
2013
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………….............
B. Rumusan Masalah……………………………………....................
C. Tujuan …………………………………………............................
D. Manfaat………………………………………………...................
BAB II : PEMBAHASAN
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian ………………………………………………......
B. Etiologi..............................……………………………….....
C. Patofisiologi……………………………………………… ...
D. Manifestasi Klinis……………………………………….......
E. Komplikasi ............................................................................
F. Penyimpangan KDM……………………………….............
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................
H. Terapi .....................................................................................
2. KONSEP ASKEP
A. Pengkajian ……………………………………..………........
B. Diagnosa………………………………………………….....
C. Perencanaan……………………………………………........
D. Implementasi ..........................................................................
E. Evaluasi ..................................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………........
B. Saran……………………………………………….…….........
DAFTAR PUSTAKA
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Askep ini tepat pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah ‘’ KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‘’. Adapun
askep ini membahas mengenai ASKEP PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL “DISLOKASI”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta
saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan askep ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi
generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan
banyak terima kasih.
Raha, Oktober 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu
dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun
menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah KMB II, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun
askep ini mendapatkan informasi atau wawasaan mengenai “Askep pada Klien
dengan Dislokasi”.
C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan
askep ini, penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan
mengambil referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik
penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang
digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak
lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)
(Brunner&Suddarth)
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,
dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan
segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Berdasakan defenisi para ahli diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan
bahwa dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi).
2. Anatomi dan Fisiologi
Anterior Posterior
a. Histologi Tulang
Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis
(Arif Musstaqin, 2008) yaitu
5
1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat
lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.
2) Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.
b. Komponen Penyusun Tulang
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :
1) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan
osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang
memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke
dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran
darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator
yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang.
2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang
sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif
Mustaqqin, 2008).
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan
perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru.
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga
struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh
6
bergerak, matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor.
Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang
merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah
dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot
menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas
untuk mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & suddarth, 2002).
c. Fungsi Utama Tulang
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai
fungsi utama yaitu :
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-
alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru).
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan
garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).
Patofisiologi dari fraktur dapat dilihat pada diagram berikut :
7
Rudapaksa atau trauma berat
Adanya Hubungan dengan dunia luar
Organisme merugikan mudah masuk
Resiko infeksi
Cedera vaskuler, pembentukan trombus
Oedema
Disfungsi Neurovaskuler
Perubahan aliran darah
Perubahan membran Alveolar (kapiler)
edema paru
Kerusakan
fraktur
Luka terbuka
Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri saat pergerakan
Enggan untuk bergerak
Kerusakan mobilitas Fisik
Mobilisasi sekret terganggu
Kerusakan pertukaran gas
Tirah baring yang cukup lama Penekanan yang terlalu lama
Sirkulasi darah terganggu Bising usus menurun
Retensi faeces
dalam colon
Pemenuhan nutrisi dan O2 ke jaringan menurun
Cairan faeces direabsorpsi oleh colon
Ischemia
faeces kering
Konstipasi
Nekrosis jaringan
↓
Dekubitus
Ancaman integritas
Stressor
Cemas
Penyakit (Osteoporosis)
Merangsang nociceptor sekitar untuk
mengeluarka histamin, bradikinin,
prostaglandin
Nyeri dihantarkan melalui Serabut A-
delta dan
Sumsum tulang belakang
Serabut saraf aferen
Spinal melalui sinap pada dorsal root dan
sinap pada dorsal horn
Spinal assenden (STT/SRT)
Thalamus
Kortek Serebri
Timbul Nyeri
Merangsang RAS di Hipothalamus
REM Menururn
Terjaga
et al, 2000)
3. Klasifikasi Dislokasi
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
8
2. Dislokasi patologik
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.
3. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena
mengalami pengerasan)
4. Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,
diantaranya
a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir
b. Trauma akibat kecelakaan
c. Trauma akibat pembedahan ortopedi
d. Terjadi infeksi di sekitar sendi
5. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan
stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi
dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur
sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan
timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan
panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi
kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan
cara dibidai.
6. Manifestasi Klinis
Nyeri
Perubahan kontur sendi
9
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Deformitas
Kekakuan
7. Komplikasi
Dini1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
2).Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3). Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
3. Kelemahan otot
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto X-ray
Untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur
2. Foto rontgen
Menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi
3. Pemeriksaan radiologi
Tampak tulang lepas dari sendi
4. Pemeriksaan laboratorium
9. Penatalaksanaan :
10
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-
4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan
BAB III
KONSEP ASKEP
11
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas Klien meliputi:
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
Identitas penanggung jawab
Nama, umur. jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hub. dengan klien, dan alamat
b.Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : nyeri
Q : seperti tertekan benda berat
R : pada sendi
S : 7 (0-10)
T : pada saat beraktivitas
Riwayat kesehatan dahulu
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.
- Riwayat pemakaian obat-obatan
a. Pengkajian primer
1) Airway
Jalan napas bersih
Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi
Tidak ada jejas badan daerah dada
2) Breathing
Peningkatan frekunsi napas
12
Napas dangkal
Distress pernapasan
Kelemahan otot pernapasan
Kesulitan bernapas : sianosis
3) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
Sakit kepala
Pingsan
berkeringat banyak
Reaksi emosi yang kuat
Pusing, mata berkunang – kunang
Triase : Hijau
b. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi
b. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi
c. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
d. Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi
b. pengkajian psikososial
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang
disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter,
maupun dengan perawat.
c. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel
darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit,
urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit
Klasifikasi Data
13
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
Klien mengatakan sangat lemas
Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
Klien mengatakan susah bergerak
Klien mengatakan cemas
Klien mengatakan merasa malu dengan keadaanya
Data objektif
Klien nampak lemas
Wajah nampak meringis
Keterbatasan mobilitas
Skala nyeri 3 (0-5)
Klien nampak cemas
Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS :
Klien mengatakan
nyeri apabila
beraktivitas
Klien mengatakan
nyeri seperti ditekan
benda berat
Klien mengatakan
adanya nyeri pada
sendi
DO :
Adanya trauma
Pergeseran frakmen tulang
Terputusnya kontinuitas
tulang
Nyeri
Nyeri
14
Wajah Nampak meringis
Skala nyeri 3 (0-5)
Pembengkakan local
DS :
Klien mengatakan
sangat lemas
Klien mengatakan
susah bergerak
Klien mengatakan
terjadi kekauan pada
sendi
DO :
Klien nampak lemas
Keterbatasan
mobilitas
Adanya trauma
Pergeseran frakmen tulang
Terputusnya kontinuitas
tulang
Nyeri
Kerusakan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas
fisik
DS :
Klien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
DO :
Klien nampak cemas
Kurang terpaparnya
informasi
Kurang pengetahuan
Ansietas
Ansietas
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran sendi ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
15
- Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
- Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
DO : - Wajah nampak meringis
- Skala nyeri 3 (0-5)
- Pembengkakan local
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar sendi,
ditandai dengan:
DS : - Klien mengatakan sangat lemas
- Klien mengatakan susah bergerak
- Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
DO : - Klien nampak lemas
- Keterbatasan mobilitas
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan:
DS : - Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
DO : - Klien nampak cemas
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Tupan:
Setelah diberiakn
tindakan keperawatan
selama 7 hari nyeri
teratasi.
Tupen:
Kaji lokasi dan skala nyeri
Observasi TTV
Ajarkan tekhnik distraksi
Untuk menentukan rencana
yang tepat
Untuk mengetahui
perkembangan pasien
Untuk mengalihkan
16
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3 hari nyeri
berangsur-angsur
membaik dengan
kriteria hasil:
Klien mengatakan
nyerinya berkurang
Ekspresi wajah
tenang
dan relaksasi
Berika obat analgesic
sesuai indikasi
perhatian agar pasien tidak
terfokus pada nyeri.
Membantu mengurangi
nyeri.
2. Tupan:
Setelah diberiakn
tindakan keperawatan
selama 5 hari kerusakan
mobilitas fisik teratasi.
Tupen:
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 2 hari kerusakan
mobilitas fisik
berangsur-angsur
membaik dengan
kriteria hasil:
Pasien dapat
melakukan aktivitas
kembali
Dapat
mempertahankan
gerakan sendi secara
maksimal
Kaji kembali kemampuan
dan keadaan secara
fungsional pada kerusakan
yang terjadi.
Monitor fungsi motorik
dan sensorik setiap hari
Lakukan latihan ROM
secara pasif.
Ganti posisi tiap 2 jam
sekali
Observasi keadaan kulit
Berikan perawatan kulit
dengan cermat seperti
massage dan memberi
pelembab ganti linen atau
pakaian yang basah.
Koordinasikan aktivitas
dengan ahli physioterapi.
Mengidentifikasi masalah
utama terjadinya gangguan
mobilitas fisik.
Menentukan kemampuan
mobilisasi
Mencegah terjadinya
kontraktur.
Penekanan terus-menerus
menimbulkan dekubitus.
Mencegah secara dini
dekubitus.
Meningkatkan sirkulasi dan
elastisitas kulit dan
menurunkan dekubitus.
Kolaborasi penanganan
physiotherapy.
17
3. Tupan:
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 5 hari ansietas
teratasi
Tupen:
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 1 hari ansietas
berangsur-angsur
teratasi
kriteria:
- Klien memahami
penyakitnya
Observasi tingkat
kecemasan keluarga
Beri kesempatan pada
keluarga untuk
mendiskusikan tentang
penyakit klien
Beri penjelasan tentang
penyakit klien pada
keluarga
Sebagai dasar untuk
menentukan rencana
tindakan selanjutnya
Membuat keluarga lebih
memahami tentang
kondisi klien
Menambah pengetahuan
keluarga, sehingga
mengurangi ansietas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Dislokasi disebabkan oleh
1. Tidak diketahui
2. Faktor predisposisi
a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
b. Trauma akibat kecelakaan.
c. Trauma akibat pembedahan ortopedi
d. Terjadi infeksi disekitar sendi.
B. Saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena
kurangnya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya
membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedokteran, edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan dan Kawan-
Kawan, Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 1982.
19
Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care,
edisiketiga, Alih Bahasa: I Made Kariasa, SKp. Dan Ni Made Sumarwati,
SKp. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.
Satriaperwira. Wordpress. com/dislokasi
20