Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA

28
TUGAS : KGD DOSEN : Ns. Fitri Ningsih, S.Kep ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISSTEM MUSKULOSKELETAL “DISLOKASI” Disusun Oleh : Kelompok II LA GOLO SAMNIA ANDRIADIN SURADI HASRAT SUHERMAN WA ODE JALIA LA SARI RAHMAN RAHIM ELIAS ZAINAL PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 1

Transcript of Askep dislokasi AKPER PEMKAB MUNA

Page 1: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

TUGAS : KGD

DOSEN : Ns. Fitri Ningsih, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISSTEM

MUSKULOSKELETAL “DISLOKASI”

Disusun Oleh :

Kelompok II

LA GOLO

SAMNIA

ANDRIADIN SURADI

HASRAT

SUHERMAN

WA ODE JALIA

LA SARI

RAHMAN RAHIM

ELIAS

ZAINAL

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

AKADEMI KEPERAWATAN

2013

1

Page 2: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang …………………………………………….............

B. Rumusan Masalah……………………………………....................

C. Tujuan …………………………………………............................

D. Manfaat………………………………………………...................

BAB II : PEMBAHASAN

1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian ………………………………………………......

B. Etiologi..............................……………………………….....

C. Patofisiologi……………………………………………… ...

D. Manifestasi Klinis……………………………………….......

E. Komplikasi ............................................................................

F. Penyimpangan KDM……………………………….............

G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................

H. Terapi .....................................................................................

2. KONSEP ASKEP

A. Pengkajian ……………………………………..………........

B. Diagnosa………………………………………………….....

C. Perencanaan……………………………………………........

D. Implementasi ..........................................................................

E. Evaluasi ..................................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………........

B. Saran……………………………………………….…….........

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan

Askep ini tepat pada waktunya. Askep ini disusun untuk memenuhi tugas

dari mata kuliah ‘’ KEPERAWATAN GAWAT DARURAT‘’. Adapun

askep ini membahas mengenai ASKEP PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL “DISLOKASI”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah

mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat

banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan

penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta

saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan askep ini.

Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi

generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Muna.

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan

banyak terima kasih.

Raha, Oktober 2013

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

3

Page 4: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

A. Latar Belakang

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya

seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka

mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:

sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu

dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun

menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami

dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan

gampang dislokasi lagi.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang

disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,

tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi

tugas dalam mata kuliah KMB II, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun

askep ini mendapatkan informasi atau wawasaan mengenai “Askep pada Klien

dengan Dislokasi”.

C. Metode Penulisan

Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan

askep ini, penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan

mengambil referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik

penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang

digunakan.

BAB II

PEMBAHASAN

4

Page 5: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

A. KONSEP PENYAKIT

       1.         Pengertian

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak

lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi)

(Brunner&Suddarth)

Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,

dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan

segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000)

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Berdasakan defenisi para ahli diatas, maka dapat kami tarik kesimpulan

bahwa dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan

sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau

terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari

mangkuk sendi).

2. Anatomi dan Fisiologi

Anterior Posterior

a. Histologi Tulang

Secara histologinya, pertumbuhan tulang di bagi dalam 2 jenis

(Arif Musstaqin, 2008) yaitu

5

Page 6: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

1) Tulang imatur, terbentuk pada perkembangan emrional dan tidak terlihat

lagi pada usia satu tahun. Tulang imatur mengandung jaringan kolagen.

2) Tulang matur, ada 2 jenis yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular.

b. Komponen Penyusun Tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun atas tiga jenis sel :

1) Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan

proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu

proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan

osteoid, osteoblas menyekresi sejumlah besar fosfatase alkali yang

memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke

dalam matriks tulang. Sebagai fosfatase dari alkali akan memasuki aliran

darah sehingga kadar fosfatase alkali dalam darah dapat menjadi indicator

yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah

tulang.

2) Osteosit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan

untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3) Osteoklas adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan

mineral dan matriks tulang diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan

osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel ini menghasilkan proteolitik yang

memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang

sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah (Arif

Mustaqqin, 2008).

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat

badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang memberikan

perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung dan paru.

Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyangga

struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh

6

Page 7: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

bergerak, matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan flor.

Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang, sumsum tulang

merah yang terletak dalam rongga tulang menghasilkan sel darah merah

dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot

menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas

untuk mempertahankan temperatur tubuh (Brunner & suddarth, 2002).

c. Fungsi Utama Tulang

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai

fungsi utama yaitu :

1) Membentuk rangka badan

2) Sebagai pengumpil dan tempat melekat otot

3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-

alat dalam (seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru).

4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium, dan

garam.

5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi

tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoletik untuk memproduksi sel

darah merah, sel darah putih, dan trombosit (Arif Mustaqqin, 2008).

Patofisiologi dari fraktur dapat dilihat pada diagram berikut :

7

Page 8: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Rudapaksa atau trauma berat

Adanya Hubungan dengan dunia luar

Organisme merugikan mudah masuk

Resiko infeksi

Cedera vaskuler, pembentukan trombus

Oedema

Disfungsi Neurovaskuler

Perubahan aliran darah

Perubahan membran Alveolar (kapiler)

edema paru

Kerusakan

fraktur

Luka terbuka

Terputusnya kontinuitas jaringan

Nyeri saat pergerakan

Enggan untuk bergerak

Kerusakan mobilitas Fisik

Mobilisasi sekret terganggu

Kerusakan pertukaran gas

Tirah baring yang cukup lama Penekanan yang terlalu lama

Sirkulasi darah terganggu Bising usus menurun

Retensi faeces

dalam colon

Pemenuhan nutrisi dan O2 ke jaringan menurun

Cairan faeces direabsorpsi oleh colon

Ischemia

faeces kering

Konstipasi

Nekrosis jaringan

Dekubitus

Ancaman integritas

Stressor

Cemas

Penyakit (Osteoporosis)

Merangsang nociceptor sekitar untuk

mengeluarka histamin, bradikinin,

prostaglandin

Nyeri dihantarkan melalui Serabut A-

delta dan

Sumsum tulang belakang

Serabut saraf aferen

Spinal melalui sinap pada dorsal root dan

sinap pada dorsal horn

Spinal assenden (STT/SRT)

Thalamus

Kortek Serebri

Timbul Nyeri

Merangsang RAS di Hipothalamus

REM Menururn

Terjaga

et al, 2000)

3.      Klasifikasi Dislokasi

1.     Dislokasi congenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

8

Page 9: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

2.     Dislokasi patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.

3.     Dislokasi traumatic

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami

stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena

mengalami pengerasan)

4. Etiologi

Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,

diantaranya

a.      Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir

b.     Trauma akibat kecelakaan

c.      Trauma akibat pembedahan ortopedi

d.     Terjadi infeksi di sekitar sendi

5. Patofisiologi

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan

congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan

stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi

dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur

sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan

timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan

panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi

kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan

cara dibidai.

6. Manifestasi Klinis

Nyeri

Perubahan kontur sendi

9

Page 10: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Perubahan panjang ekstremitas

Kehilangan mobilitas normal

Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

Deformitas

Kekakuan

7. Komplikasi

Dini1). Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat

mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang

mati rasa pada otot tesebut

2).Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3). Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut

1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan

kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40

tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis

membatasi abduksi.

2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau

kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

3. Kelemahan otot

8. Pemeriksaan Diagnostik

1.     Foto X-ray

Untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur

2.     Foto rontgen

Menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi

3.     Pemeriksaan radiologi

Tampak tulang lepas dari sendi

4.     Pemeriksaan laboratorium

9. Penatalaksanaan :

10

Page 11: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan

anastesi jika dislokasi berat.

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke

rongga sendi.

3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan

dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-

4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa

penyembuhan

BAB III

KONSEP ASKEP

11

Page 12: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

1. PENGKAJIAN

a. Biodata

Identitas Klien meliputi:

Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.

Identitas penanggung jawab

Nama, umur. jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hub. dengan klien, dan alamat

b.Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

RSMRS

- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat

penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit.

Keluhan utama : Nyeri

Riwayat keluhan utama

P : nyeri

Q : seperti tertekan benda berat

R : pada sendi

S : 7 (0-10)

T : pada saat beraktivitas

Riwayat kesehatan dahulu

- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama

sebelumnya.

- Riwayat pemakaian obat-obatan

a. Pengkajian primer

1) Airway

Jalan napas bersih

Tidak terdengar adanya bunyi napas ronchi

Tidak ada jejas badan daerah dada

2) Breathing

Peningkatan frekunsi napas

12

Page 13: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Napas dangkal

Distress pernapasan

Kelemahan otot pernapasan

Kesulitan bernapas : sianosis

3) Circulation

Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

Sakit kepala

Pingsan

berkeringat banyak

Reaksi emosi yang kuat

Pusing, mata berkunang – kunang

Triase : Hijau

b. Pengkajian Sekunder

a. Pemeriksaan Fisik

a. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang

mengalami dislokasi

b. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami

dislokasi

c. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi

d. Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi

b. pengkajian psikososial

Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang

disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter,

maupun dengan perawat.

c. pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel

darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit,

urinalisasi,dan penentuan gula darh, BUM dan elektrolit

Klasifikasi Data

13

Page 14: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Data subjektif

Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi

Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi    

Klien mengatakan sangat lemas

Klien bertanya-tanya tentang keadaannya

Klien mengatakan susah bergerak

Klien mengatakan cemas

Klien mengatakan merasa malu dengan keadaanya

Data objektif

Klien nampak lemas

Wajah nampak meringis

Keterbatasan mobilitas

Skala nyeri 3 (0-5)

Klien nampak cemas

Analisa Data

Symptom Etiologi Problem

DS :

Klien mengatakan

nyeri apabila

beraktivitas

Klien mengatakan

nyeri seperti ditekan

benda berat

Klien mengatakan

adanya nyeri pada

sendi    

DO :

Adanya trauma

Pergeseran frakmen tulang

Terputusnya kontinuitas

tulang

Nyeri

Nyeri

14

Page 15: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Wajah Nampak meringis

Skala nyeri 3 (0-5)

Pembengkakan local

DS :

Klien mengatakan

sangat lemas

Klien mengatakan

susah bergerak

Klien mengatakan 

terjadi kekauan pada

sendi

DO :

Klien nampak lemas

Keterbatasan

mobilitas

Adanya trauma

Pergeseran frakmen tulang

Terputusnya kontinuitas

tulang

Nyeri

Kerusakan mobilitas fisik

Gangguan mobilitas

fisik

DS :

Klien bertanya-tanya

tentang penyakitnya

DO :

Klien nampak cemas

Kurang terpaparnya

informasi

Kurang pengetahuan

Ansietas

Ansietas

  

2.  Diagnosa Keperawatan

1.     Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran sendi ditandai dengan :

DS : - Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas

15

Page 16: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

- Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat

- Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi    

DO : - Wajah nampak meringis

- Skala nyeri 3 (0-5)

- Pembengkakan local

2.     Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar sendi,

ditandai dengan:

DS : - Klien mengatakan sangat lemas

- Klien mengatakan susah bergerak

- Klien mengatakan  terjadi kekauan pada sendi

DO : - Klien nampak lemas

- Keterbatasan mobilitas

3.    Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan:

DS : - Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya

DO : - Klien nampak cemas

3. RENCANA KEPERAWATAN

No Rencana Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Tupan:

Setelah diberiakn

tindakan keperawatan

selama 7 hari nyeri

teratasi.

Tupen:

Kaji lokasi dan skala nyeri

Observasi TTV

Ajarkan tekhnik distraksi

  Untuk menentukan rencana

yang tepat

  Untuk mengetahui

perkembangan pasien

  Untuk mengalihkan

16

Page 17: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama 3 hari nyeri

berangsur-angsur

membaik dengan

kriteria hasil:

Klien mengatakan

nyerinya berkurang

Ekspresi wajah

tenang

dan relaksasi

Berika obat analgesic

sesuai indikasi

perhatian agar pasien tidak

terfokus pada nyeri.

 Membantu mengurangi

nyeri.

2. Tupan:

Setelah diberiakn

tindakan keperawatan

selama 5 hari kerusakan

mobilitas fisik teratasi.

Tupen:

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama 2 hari kerusakan

mobilitas fisik

berangsur-angsur

membaik dengan

kriteria hasil:

Pasien dapat

melakukan aktivitas

kembali

Dapat

mempertahankan

gerakan sendi secara

maksimal

 Kaji kembali kemampuan

dan keadaan secara

fungsional pada kerusakan

yang terjadi.

Monitor fungsi motorik

dan sensorik setiap hari

  Lakukan latihan ROM

secara pasif.

  Ganti posisi tiap 2 jam

sekali

  Observasi keadaan kulit

  Berikan perawatan kulit

dengan cermat seperti

massage dan memberi

pelembab ganti linen atau

pakaian yang basah.

Koordinasikan aktivitas

dengan ahli physioterapi.

 Mengidentifikasi masalah

utama terjadinya gangguan

mobilitas fisik.

 Menentukan kemampuan

mobilisasi

  Mencegah terjadinya

kontraktur.

 Penekanan terus-menerus

menimbulkan dekubitus.

  Mencegah secara dini

dekubitus.

  Meningkatkan sirkulasi dan

elastisitas kulit dan

menurunkan dekubitus.

Kolaborasi penanganan

physiotherapy.

17

Page 18: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

3. Tupan:

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama 5 hari ansietas

teratasi

Tupen:

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

selama 1 hari ansietas

berangsur-angsur

teratasi

kriteria:

- Klien memahami

penyakitnya

Observasi tingkat

kecemasan keluarga

Beri kesempatan pada

keluarga untuk

mendiskusikan tentang

penyakit klien

Beri penjelasan tentang

penyakit klien pada

keluarga

Sebagai dasar untuk

menentukan rencana

tindakan selanjutnya

Membuat keluarga lebih

memahami tentang

kondisi klien

Menambah pengetahuan

keluarga, sehingga

mengurangi ansietas

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

18

Page 19: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya

seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

Dislokasi disebabkan oleh

1. Tidak diketahui

2. Faktor predisposisi

a. Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

b. Trauma akibat kecelakaan.

c. Trauma akibat pembedahan ortopedi

d. Terjadi infeksi disekitar sendi.

B. Saran

Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena

kurangnya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya

membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca

sangat kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran, edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan dan Kawan-

Kawan, Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 1982.

19

Page 20: Askep dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA

Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care,

edisiketiga, Alih Bahasa: I Made Kariasa, SKp. Dan Ni Made Sumarwati,

SKp. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.

Satriaperwira. Wordpress. com/dislokasi

20