Askep Depresi

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Neurotik ialah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional, karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Gejalanya yaitu kecemasan yang dirasakan secra langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan psikologis dan kemudian munculah gejala-gejala subyektif yang mengganggu. Psikoneurosa atau lebih populer disingkat dengan neurosa adalah sekelompok reaksi psikis yang ditandai secara khas dengan unsur kecemasan dan secara sadar diekspresikan dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri. Pada psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadian yang serius dalam kaitannya dengan realitas eksternal dan biasanya penderita memiliki sejarah hidup penuh kesulitan dan tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar biasa. Gangguan neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan frustrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa neurotik merupakan suatu bentuk perilaku maladaptif karena adanya tekanan- tekanan psikologik sebagai faktor penyebab yang mendasar. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Apa yang dimaksud dengan neurotic? 1.2.2. Apasaja factor penyebab dari gangguan neurotic? 1

description

Asuhan Keperawatan Jiwa (Depresi)

Transcript of Askep Depresi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Neurotik ialah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional, karena

tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Gejalanya yaitu kecemasan

yang dirasakan secra langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan

psikologis dan kemudian munculah gejala-gejala subyektif yang mengganggu.

Psikoneurosa atau lebih populer disingkat dengan neurosa adalah sekelompok

reaksi psikis yang ditandai secara khas dengan unsur kecemasan dan secara sadar

diekspresikan dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri. Pada

psikoneurosa tidak terjadi disorganisasi kepribadian yang serius dalam kaitannya

dengan realitas eksternal dan biasanya penderita memiliki sejarah hidup penuh

kesulitan dan tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar biasa. Gangguan

neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan frustrasi. Hal ini sesuai

dengan pendapat bahwa neurotik merupakan suatu bentuk perilaku maladaptif

karena adanya tekanan-tekanan psikologik sebagai faktor penyebab yang

mendasar.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan neurotic?

1.2.2. Apasaja factor penyebab dari gangguan neurotic?

1.2.3. Apasaja gejala dari gangguan neurotic?

1.2.4. Apasaja aspek-aspek kecenderungan neurotic?

1.2.5. Apasaja klasifikasi gangguan neurotic?

1.2.6. Bagaimana penatalaksanaan pada gangguan neurotic?

1.2.7. Bagaimana terapi farmakologi pada gangguan neurotic?

1.2.8. Bagaimana terapi Non-Farmakologi pada gangguan neurotic?

1.3. Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari neurotic

1.3.2. Untuk mengetahui factor penyebab dari neurotic

1.3.3. Untuk mengetahui gejala dari gangguan neurotic

1.3.4. Untuk mengetahui aspek-aspek kecenderungan dari neurotic

1.3.5. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan neurotic

1

1.3.6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gangguan neurotik

1.3.7. Untuk mengetahui terapi farmakologi pada gangguan neurotic

1.3.8. Untuk mengetahui terapi Non-Farmakologi pada gangguan neurotic

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Neurotik

Neurotik merupakan jenis gangguan mental yang paling ringan, gejalanya

membuat distres yang tidak dapat diterima oleh penderitanya, dan individu sadar

kalau dirinya bermasalah namun tidak tahu bagaimana mengatasinya. Gangguan

neurotik dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ)

adalah gangguan mental yang tidak mempunyai dasar organik, individu

mempunyai insight, dan hubungan dengan realitanya tidak terganggu. Gejalanya

yaitu kecemasan yang dirasakan secara langsung atau diubah oleh berbagai

mekanisme pertahanan psikologis dan kemudian muncullah gejala-gejala

subyektif yang mengganggu.

Gangguan neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan

frustrasi. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa neurotik merupakan suatu bentuk

perilaku maladaptif karena adanya tekanan-tekanan psikologik sebagai faktor

penyebab yang mendasar. Menurut Chaplin (2002) neurotik merupakan suatu

penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-tanda:

a) wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat-sifat kesukarannya,

b) konflik-konflik batin,

c) reaksi-reaksi kecemasan’

d) kerusakan parsial atau sebagian pada struktur kepribadiannya,

e) seringkali, tetapi tidak selalu ada, disertai pobia, gangguan pencernaan, dan

tingkah laku obsesif kompulsif.

Neurosa adalah kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tak

dapat diselesaikannya suatu konflik sadar. Kecemasan yg timbul dirasakan secara

langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan psikologik (defence-

mechanism) dan muncullah gejala-gejala subjektif lain yang mengganggu. Namun

sering kali banyak masyarakat beranggapan, gangguan neurotik itu tidak

berbahaya. Padahal banyak penelitian membuktikan sebagian besar masyarakat

yang menderita gangguan neurotik dan tidak menyadarinya bisa berakibat terkena

gangguan psikiotik. Proses terjadinya gangguan neurotik ini sendiri berawal dari

gangguan psikologi kemudian berubah menjadi gangguan fisik bagi penderita.

3

2.2. Faktor-faktor Penyebab Neurotik

Sebab-sebab timbulnya gangguan neurotik, adalah:

2.2.1.Tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat, yang

menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan dan ketegangan-

ketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat sifatnya. Sehingga orang

yang bersangkutan mengalami mental breakdown.

2.2.2. Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik emosional dan konflik

internal yang serius, yang sudah dimulai sejak kanak-kanak.

2.2.3. Individu sering tidak rasional sebab sering memakai defence mechanism

yang negatif dan lemahnya pertahanan diri secara fisik dan mental.

2.2.4.Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya sangat lemah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab gangguan

neurotik bisa berasal dari individu itu sendiri, seperti keterbatasan individu dalam

menghadapi masalahnya, gagalnya individu untuk memecahkan persoalan yang

dihadapi. Penyebab lainnya berasal dari luar individu, seperti adanya tekanan-

tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat, adanya pengaruh lingkungan

yang buruk. Semua itu bisa menyebabkan ketakutan yang disertai dengan

kecemasan, ketegangan batin, frustrasi, konflik-konflik emosional, individu

menggunakan mekanisme pertahanan diri yang negatif, yang bisa mengakibatkan

gangguan mental. Gangguan mental itu adalah perilaku individu yang neurotik.

2.3. Gejala-gejala Neurotik

Walaupun penderita neurotik menujukkan berbagai gejala, namun pada

umumnya ditunjukkan oleh adanya gambaran diri yang negatif, cenderung merasa

kurang mampu dan merasa rendah diri. Gejala utamanya adalah kecemasan, selain

itu perasaan depresi juga dapat ditemui pada penderita neurotik, pada umumnya

sering terlihat murung. Gejala lain dari neurotik adalah individu menjadi sangat

perasa, penyesuaian diri yang salah, kesulitan konsentrasi atau dalam mengambil

keputusan.

Orang yang mengalami gangguan neurotik ditandai oleh:

a) Anxiety, sebagai simbol rasa takut, gelisah, rasa tidak aman, tidak mampu,

mudah lelah, dan kurang sehat.

4

b) Depressive Fluctuations, tanda mudah tertekan, susah, suasana hati muram,

mudah kecewa.

c) Emosional Sensitivity, sangat perasa, tidak mampu menyesuaikan secara baik

emosi dan sosialnya serta labil. Mudah tersinggung dan banyak melakukan

mekanisme pertahanan diri.

2.3.1.Gejala Utama:

a) Afek depresif

b) Kehilangan minat dan kegembiraan

c) Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya aktivitas.

2.3.2.Gejala Tambahan:

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e) Gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri

f) Tidur terganggu

g) Nafsu makan terganggu

2.4. Aspek-aspek Kecenderungan Neurotik

Aspek-aspek yang merupakan ciri gejala gangguan neurotic adalah:

2.4.1.Tender-Mindedness.

Adanya keinginan yang berlebihan untuk mendapat perlindungan, menyukai

kelembutan, ramah, sangat sensitif, sentimentil, artistik, imajinatif, suka

berkhayal, sering bertindak yang tidak praktis serta berperilaku yang

tujuannya menarik perhatian dengan mencari pertolongan.

2.4.2.Depressiveness.

Adanya gejala depresi, mudah merasa tertekan, menarik diri, muram,

pemalu, tidak komunikatif, sering terlihat diam, cenderung pesimis dan sulit

beradaptasi dengan situasi baru.

2.4.3.Submissivenes.

Sangat patuh, pasrah, mudah dipengaruhi dan sangat tergantung. Tidak ada

dorongan untuk menonjolkan diri atau menarik perhatian serta takut

membuat masalah dengan orang lain.

5

2.4.4.Anxiety.

Mudah cemas, takut dan tegang, mudah merasa bersalah, mudah distimulasi,

emosinya tidak matang dan tidak stabil, daya tahan terhadap frustrasi

rendah, sering merasa kesepian dan sering menunjukkan perilaku

hipokondriasis.

2.5. Klasifikasi Neurotik

NEROSA GEJALA UTAMA DINAMIKA DASAR

1. Cemas Kecemasan yang

“mengambang bebas”,

biasanya dengan

serangan-serangan

akut

Menangani ancaman

internal dan external,

dengan represi yang

sederhana. Kecemasan

belum “terikat” atau

terawasi oleh pembelaan

ego.

2. Konversi Menyerupai penyakit

organik, dapat

mencakup berbagai

gejala sensorik,

motorik atau penyakit

somatik

Menjadi sakit untuk

melarikan diri dari

keadaan stres yang

menimbulkan kecemasan

3. Disosiasi Amnesia, fague,

kepribadian ganda.

Melarikan diri dari konflik

yang menimbulkan

kecemasan, dengan

mengisolasi atau

mendisosiasi ujung-ujung

yang berlawanan

mengenai konflik;

umpamanya dalam reaksi

fague, konflik antara

melawan dan menarik diri

6

dipecahkan dengan

menjadi amnesik dan

melarikan diri.

4. Fobik Ketakutan irasional

yang disadari oleh

individu, tetapi

menimbulkan

kecemasan bila tidak

dituruti

Reaksi defensif atau

ketakutan bersyarat tetap

untuk melindungi dirinya

sendiri dari stres yang

menimbulkan kecemasan,

dengan melakukan salah-

pindah kecemasan itu dari

bahaya yang sebenarnya

ke suatu aspeknya yang

berhubungan secara

simbolik yang kemudian

melindungi penderitaan

terhadap keharusan

menghadapi keadaan

stres  itu sendiri

5. Obsesif-

kompulsif

Impuls atau pikiran

irasional yang tetap

dan yang disadari oleh

individu, tetapi dapat

dihindari olehnya.

Reaksi-reaksi pembelaan

yang melindungi individu

terhadap ancaman internal

dan external, dengan

kegiatan, pembentukan

reaksi, isolasi substitusif

mngenai keinginan yang

menimbulkan kecemasan

dan lepas dari dasar

afektifnya; melawan

ketakutan, dengan

tindakan-tindakan

kompulsif dan dengan

7

“mengatur” keadaan

secara obsesif sedemikian

rupa sehingga segala

sesuatu dapat diawasi dan

tidak akan terjadi

kesalahan apa-apa.

6. Depresif Perasaan kesal, putus

asa, celaan diri sendiri

Putus asa yang hebat

karena kegagalan diluar

bersama sebagian

kecemasan yang

ditimbulan oleh kegagalan

itu dihilangkan oleh

menghukum diri sendiri.

7. Neurastenik Perasaan lemah, lelah,

kurang minat, keluhan

badaniah

Melindungi diri sendiri

terhadap kecemasan yang

ditimbulkan oleh keadaan

hidup yang menyenangkan

dan individu merasa

terperangkap. Menyatakan

keputusasaan, merasa

terlalu lelah dan sakit

untuk meneruskan

perlawanan atau usaha.

8. Depersonali

sasi

Perasaan

ketidakwajaran dan

keasingan terhadap

dirinya, tubuh dan

lingkungannya yang

biasa disadari oleh

individu

Melindungi diri terhadap

kecemasan yang

ditimbulkan oleh

pengalaman-pengalaman

waktu kanak-kanak yang

tidak dapat dikuasai oleh

represi; suatu penyelesaian

8

primitif dan darurat

dengan keguncangan

kebiasaan tentang

tubuhnya.

9. Hipokondrik Perasaan cemas

tentang adanya

penyakit pada

berbagai bagian

tubuh.

Rasa bermusuhan terhadap

orang lain tidak dapat

diselesaikan sehingga

fokus perhatiannya pada

kelemahan tubuhnya

sendiri

2.6. Penatalaksanaan Neurotik

2.6.1.Menurunkan atau menghilangkan gejala gangguan neurotic

2.6.2.Mengambalikan fungsi utama tubuh

2.6.3.Meminimalkan resiko relaps atau rekurens

a) Penderita Gagal Menerima Obat.

Penderita gagal menerima obat dapat disebabkan oleh:

1. Penderita tidak menerima pengaturan obat yang sesuai sebagai akibat

kesalahan medikasi (medication error) berupa kesalahan peresepan,

dispensing, cara pemberian atau monitoring yang dilakukan.

2. Penderita tidak mematuhi aturan yang direkomendasikan dalam

penggunaan obat

3. Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena ketidakpahaman

4. Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena tidak sesuai

dengan keyakinan tentang kesehatannya.

5. Penderita tidak mampu menebus obat dengan alasan ekonomi.

b) Indikasi Farmakoterapi

Pelaksanaan farmakoterapi ditujukan untuk pasien:

1. Neurotik sedang atau berat

2. Mempunyai gambaran melankolik atau psikotik

3. Dahulu pernah mengidap neurotic

4. Mempunyai respon positif terhadap pengobatan neurotik dimasa lalu

9

5. Kegagalan pendekatan terapi psikologi

2.7. Terapi Farmakologi

Jenis G3 Obat lini

pertama

Dosis Obat Lini

Kedua

Alternatif

Gangguan

kecemasan

umum

Venlafaxin

Paroksetin

Escitalopram

75mg/hari

20mg/hari

10mg/hari

Benzodiazepin

Imipramin

Buspiron

Hidroksizin

Gangguan

kepanikan

Fluoksamin

Fluoksetin

20mg/hari

20mg/hari

Imipramin

Klomipramin

Alprazolam

Klonazepam

Fenelzin

Gangguan

kecemasan

social

Paroksetin

Sertralin

Venlafaxin XR

20mg/hari

50mg/hari

37,5/75mg/hari

Citalopram

Escitalopram

Fluvoxamin

Klonazepam

Busipron

Gabapentin

Fenelzin

Contoh Resep :

a) Nama Obat : Cipralex

b) Komposisi : Escitalopram

c) Indikasi : Pengobatan Pada episode depresi mayor, gangguan panic

dengan atau tanpa agoraphobia

d) Kontra Indikasi : Penggunaan bersama MAOI

e) Dosis : 10mg 1 x/hari. Maks 20mg/hari

f) Peringatan : Gejala paradoksial, kejang, riwayat mania atau hipomania,

diabetes, gangguan psikiatrik lain, usia lanjut dan pasien sirosis.

g) Efek Samping : Penurunan nafsu makan dan libido, insomnia, somnolen,

pusing sinusitis, mual,diare, konstipasi, keringat berlebihan, gangguan

ejakulasi, impotensi, lemah, panas.

h) Interaksi obat : MAO non selektif, moklobemid, selegilin, tramadol,

sumatriptan, bupropion, omeprazole, flueksetin, metoprolol, antidepresan atau

antipsikotik.

2.8. Terapi Non-Farmakologi

2.8.1.Olahraga Teratur

10

2.8.2.Asupan Diet Berimbang

2.8.3.Hindari minum alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan yang

tidak dianjurkan

2.8.4.Tidur yang cukup

2.8.5.Bersabar dan bersikap baik pada diri sendiri

2.8.6.Curhat

2.8.7.Lakukan rutinitas

2.8.8.Hindari lembur

2.8.9.Melakukan psikoterapi

11

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.

U dengan harga diri rendah yang menggunakan pendekatan proses keperawatan

yaitu pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pada klien dengan diagnosa medis skizoprenia paranoid di ruang Perkutut Rumah

Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta mulai dilaksanakan dari tanggal 20-22

Juli 2010 dengan nomor register 01-36-63 klien masuk Rumah Sakit pada tanggal

03 Juli 2010, berdasarkan data status medis klien.

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas Klien

Klien bernama Tn. U usia 34 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki,

status perkawinan duda dengan satu orang anak perempuan, baru satu bulan

bercerai dengan istrinya. Klien beragama Islam, suku bangsa Betawi,

pendidikan terakhir klien tamat SMP, alamat rumah klien di Jl. Sawah Baru

RT/RW 001/011, No. 4 Kelurahan Rawa Badak, Kec. Guja, Jakarta Utara.

Sumber informasi dari klien dan reka medic keperawatan.

3.1.2.Alasan Masuk

Alasan klien masuk Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, klien

diantar oleh ibu kandungnya karena klien sering marah-marah tanpa sebab

kurang lebih satu tahun, bicara kacau dan pernah berobat alternatif namun

tidak ada perubahan. Klien mengatakan pernah mendengar suara-suara yang

menyuruhnya untuk bunuh diri dan melihat bayangan setiap detik berupa

perempuan cantik.

3.1.3.Faktor Predisposisi

Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, dan baru

pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Klien

mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan,

tindakan kriminal, tetapi klien mengatakan sering mengalami kekerasan

verbal dalam keluarga yaitu orang tua klien, perasaan saat itu klien sangat

sedih dan menganggap dirinya bandel sehingga pantas untuk di marahi oleh

12

orang tuanya. Masalah keperawatannya adalah : harga diri rendah, koping

keluarga inefektif.

Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa

selain klien hingga saat ini. Pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan adalah perceraian yang dialami klien dengan istri pertama

pada usia 19 tahun perasaan klien saat itu kecewa karena istri pertamanya

tidak mau ikut pindah ke Jakarta dan ingin tetap tinggal di Sukabumi. Klien

pernah memakai narkotika pada saat SMP selama kurang lebih tiga tahun.

Alasan memakai narkotika ingin menghilangkan stress di rumah, karena

sering dimarahi orang tuanya, yang dianggap kurang mengerti perasaannya

dan dicap bandel. Masalah keperawatannya adalah: harga din rendah,

koping keluarga inefektif.

3.1.4.Pemeriksaan Fisik

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah :

110/60 mmHg, suhu:36,8°C, RR:21 x/menit, TB:170 cm, BB:61 cm, klien

mengatakan bahwa badannya sehat, tidak mengeluh menderita fisik, klien

terlihat tenang dan kooperatif. Saat klien sedih dan tanpa kegiatan, tekanan

darah klien turun menjadi 100/60 mmHg. Masalah keperawatannya adalah :

Harga Diri Rendah.

3.1.5.Psikososial

a. Genogram

Keterangan :

= Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

= Klien

13

= Orang yang tinggal serumah

= Putus hubungan/ Cerai

= Garis Pernikahan

= Garis keturunan

Klien mengeluh di dalam keluarga sering dikekang oleh ibunya dan

terlalu mengatur klien karena bandel, ia cenderung lebih dekat dengan

kawan sekolahnya, sementara ia jarang berbagi, berkeluh kesah kepada

keluarganya. Ayah klien meninggal saat klien masih duduk di bangku

SMP. Komunikasi dengan ayah klein juga kurang baik sama seperti ibu

klien, sampai saat ini klien masih merasa kurang nyaman, cemas jika

teringat pengalaman masa lalu bersama orang tuanya. Sejak bercerai

tahun 1997, klien menikah lagi dikaruniai satu orang anak perempuan

yang saat ini berumur empat tahun. Klien cerai untuk yang kedua kalinya

pada bulan Juni 2010 (satu bulan yang lalu), anak dibawa oleh mantan

istrinya. Saat ini klien sering mengeluh tentang anaknya, ia merasa sedih,

khawatir tidak bisa membahagiakan anaknya. Masalah keperawatannya

adalah:koping keluarga inefektif, harga diri rendah, ketidakberdayaan.

b. Konsep Diri

Gambaran diri klien adalah klien mengatakan ia menyukai seluruh

anggota tubuhnya, klien merasa sedih tidak bisa melihat anak

kandungnya, dan ingin sekali merawatnya namun ia merasa tidak mampu

karena kondisinya saat ini. Klien merasa bahwa dirinya adalah seorang

laki-laki, usia 34 tahun, yang mempunyai hobi membaca buku dan

mengaji. Klien kehilangan perannya sebagai ayah dan kepala keluarga,

klien merasa dirinya telah gagal sebagai kepala keluarga, tidak mempu

menjadi ayah bagi anaknya. Ideal diri klien, klien mengatakan ingin

meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi namun karena

masalah ekonominya saat ini, mimpi tersebut belum bisa terwujud,

sehingga klien merasa sedih, putus asa, klien juga merasa tidak punya

apa-apa lagi karena hartanya habis untuk membayar hutang istrinya.

Harga diri, klien merasa malu karena saat ini ia sudah tidak bekerja lagi

sebagai sales, dan merasa malu karena sekarang dirawat di rumah sakit

14

jiwa dan ingin segera pulang. Klien sedih tidak mampu melunasi hutang,

malu pada teman-teman dan kehrarganya. Masalah keperawatannya

adalah: Harga Diri Rendah, ketidakberdayaan.

c. Hubungan Sosial

Klien mengatakan orang yang sangat berarti terhadap dirinya adalah

kawan sekolahnya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Klien tidak

mau berinteraksi dengan tetangganya, malas bicara dengan orang lain

karena banyak hutang. Klien kesulitan berhubungan dengan orang lain

karena merasa disepelekan, direndahkan dan curiga setiap kali ada orang

yang datang padanya mempunyai maksud untuk menagih hutang

sehingga klien lebih memilih membatasi pergaulan dan mengurung diri

di kamar. Masalah keperawatannya adalah : Isolasi sosial.

d. Spiritual

Klien mengatakan beragama Islam, kegiatan ibadah klien yaitu ikut

pengajian tiap sabtu sore, sekitar jam 15.00 sampai maghrib.

3.1.6.Status Mental

a. Penampilan

Penampilan klien sudah rapi, penggunaan pakaian sesuai. Klien

mengatakan bahwa ia mandi pagi dengan sabun, shampoo dan gosok gigi

begitu pula dengan sore hari, klien mengatakan baju gantinya ada di

ruang Elang, ruangan sebelumnya klien pernah dirawat. Kuku klien

bersih dan pendek. Tidak ditemukan masalah keperawatan.

b. Pembicaraan

Klien terlihat diam jika tidak di ajak bicara tetapi mau di ajak

berinteraksi dengan teman/pasien lain. Klien sulit untuk menentukan

topik pembicaraan, tidak mampu memulai pembicaraan. Masalah

keperawatannya adalah : Isolasi Sosial.

c. Aktivitas Motorik

Klien terlihat lesu, tidak melakukan kegiatan yang bermanfaat, hanya

duduk, jalan mondar-mandir, namun terlihat tenang tidak menunjukan

kegelisahan. Masalah keperawatannya adalah : Isolasi Sosial

d. Alam Perasaan

15

Klien mengatakan bahwa ia merasa sedih karena tidak bisa bertemu dan

merawat anaknya yang tidak dia temui sejak enam bulan yang lalu. Klien

merasa khawatir dengan keadaan anaknya karena belum pernah dijenguk

anaknya selama dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.

Klien merasa sedih karena belum boleh pulang ke rumah, masih dirawat

di Rumah Sakit Jiwa. Hal lain yang membuat klien merasa sedih adalah

hutang yang bertumpuk, tidak tahu bagaimana pemecahan masalahnya

sebagai kepala keluarga. Merasa gagal karena tidak bisa mencari jalan

keluar untuk keluarga. Mata klien terlihat berkaca-kaca ketika ditanya

tentang pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Masalah

Keperawatannya adalah : Harga diri rendah, Ketidakberdayaan.

e. Afek

Klien terlihat sedih ketika ditanya tentang masa lalu yang tidak

menyenangkan, perkataan dan sikap sudah sesuai, emosi stabil. Tidak

ditemukan masalah keperawatan.

f. Interaksi Selama Wawancara

Inetraksi selama wawancara terhadap klien, kontak mata dapat

dipertahankan dankooperatif, suara pelan dan lambat. Masalah

keperawatannya adalah : Harga Diri Rendah.

g. Persepsi Halusinasi

Klien pernah mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan di

tahun 2008 sebelum akhirnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan dan masuk ke ruang Elang. Selama diruang Perkutut, klien

mengaku tidak ada lagi muncul bayangan dan suara halusinasi tersebut.

Klien juga telah menerapkan cara yang telah diajarkan oleh perawat

ruangan Elang sebelumnya untuk menghilangkan halusinasi. Masalah

keperawatannya adalah : Resiko gangguan sensori persepsi:halusinasi.

h. Proses Pikir

Pembicaraan klien sudah sesuai dengan stimulus/ pertanyaan perawat,

sehingga tidak ditemukan masalah keperawatan.

i. Isi Pikir

16

Isi pikir klien sudah sesuai dengan kenyataan, jadi tidak ditemukan

masalah keperawatan.

j. Tingkat Kesadaran

Kesadaran klien Compos Mentis, tidak ada tanda-tanda bahwa klien

disorientasi, klien sudah dapat mengenal waktu, tempat dan orang sesuai

dengan keadaan yang sebenamya. Tidak ditemukan masalah

keperawatan.

k. Memori

Klien dapat bercerita tentang masa lalunya, klien juga dapat menjawab

dan ingat tentang cara menghilangkan halusinasi yang telah diajarkan

oleh perawat ruangan Elang sebelumnya, klien dapat berkenalan dengan

baik dan benar. Tidak ditemukan masalah keperawatan.

l. Tingkat Konsentrasi Berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dan mau menjawab setiap pertanyaan

perawat, mampu menjumlahkan hitungan sederhana dengan benar. Tidak

ditemukan masalah keperawatan.

m. Kemampuan Penilaian

Klien dapat mengambil keputusan sederhana dengan diingatkan. Masalah

keperawatannya adalah : Harga Diri Rendah.

n. Daya Tilik Diri

Klien mengatakan bahwa ia dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto

Heerdjan karena halusinasi dengar dan lihat, tapi saat ini klien

mengatakan halusinasi sudah tidak ada. Tidak ditemukan masalah

keperawatan.

3.1.7.Kebutuhan Persiapan Pulang

Klien mampu untuk memenuhi, menyediakan kebutuhan sehari-hari

seperti makan, mandi, berpakaian dengan diingatkan/ bantuan minimal.

Klien dapat BAB/BAK secara mandiri. Klien tidur siang selama satu jam

(13.00-14.00 WIB), tetapi kadang-kadang tidak tidur siang. Sementara klien

tidur malam selama enam sampai delapan jam (21.00-05.00 WIB),

terkadang susah tidur malam karena tidak betah berada di Rumah Sakit

Jiwa, ingin pulang ke rumah. Klien mengatakan bahwa tidak ada kegiatan

17

yang dilakukan sebelum dan sesudah tidur. Klien dapat minum obat secara

teratur, tapi kadang-kadang masih diingatkan. Untuk pemeliharaan

kesehatannya, klien perlu perawatan lanjut dan dukungan dari tim

kesehatan, keluarga dan masyarakat dimana ia tinggal, guna untuk

mengatasi masalah kesehatan jiwanya saat ini. Klien mengatakan bahwa

sebelum cerai, ia bekerja sebagai sales dan mengatur keuangan keluarganya

untuk kegiatan klien di dalam rumahnya. Sementara kegiatan di luar

rumahnya, klien mengatakan sering bepergian karena tuntutan pekerjaannya

sebagai sales. Masalah keperawatannya adalah Harga Diri Rendah.

3.1.8.Mekanisme Koping

Klien mengatakan bahwa jika ia ada masalah, bercerita pada kawan

sekolahnya, tapi klien terkadang menyimpan masalahnya sendiri, klien

cenderung tertutup pada keluarganya, klien juga pernah mendengar bisikan

halusinasi yang menyuruhnya bunuh diri. Masalah keperawatannya adalah

Isolasi Sosial, Resiko Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi.

3.1.9.Masalah Psikososial dan Lingkungan

Masalah dengan dukungan kelompok yaitu klien merasa malu apabila rekan

kerjanya meremehkannya. Masalah berhubungan dengan lingkungan yaitu

klien stress apabila tidak ada yang mau di ajak bicara dengannya. Masalah

dengan pendidikan klien yaitu klien tidak mampu melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena masalah keuangannya

saat ini. Masalah dengan pekerjaan klien yaitu klien sudah tidak bekerja lagi

sebagai sales karena ada masalah dengan istrinya sebelum akhirnyabercerai.

Masalah dengan perumahan, klien mengaku ingin punya rumah sendiri, saat

ini, klien mengaku pernah banyak hutang. Klien mengatakan bahwa tidak

menemukan kendala dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Masalah

lainnya, klien tidak dapat bertemu anak kandungnya, karena anaknya tinggal

bersama mantan istrinya, dan belum pernah menjenguk klien. Masalah

keperawatannya adalah : Harga diri rendah.

3.2. Analisa Data

Nama klien :Tn. U

Ruangan :Perkutut

18

No RM :01 36 63

Tgl/Pukul :20 Juli 2010/14.00 WIB

Tgl Pukul Data Masalah

20

Juli

201

0

14.0 WIB Ds:

Klien sangat sedih dan

menganggap dirinya bandel

sehingga pantas untuk di

marahi oleh orang tuanya.

Klien sering mengeluh

tentang anaknya, ia merasa

sedih, khawatir tidak bisa

membahagiakan anaknya.

Klien merasa dirinya telah

gagal sebagai kepala

keluarga, tidak mampu

menjadi ayah bagi anaknya.

Klien mengatakan ingin

meneruskan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi

namun karena masalah

ekonominya saat ini, mimpi

tersebut belum bisa

terwujud, sehingga klien

merasa

sedih, putus asa.

Klien merasa malu karena

saat ini ia sudah tidak

bekerja lagi sebagai sales.

Klien merasa malu karena

sekarang diirawat di rumah

sakit jiwa dan ingin segera

pulang.

Harga diri rendah

19

Klien sedih tidak mampu

melunasi hutang, malu pada

teman-teman dan keluarga

nya.

Klien merasa malu apabila

rekan kerjanya meremehkan

nya.

Klien mengaku ingin punya

rumah sendiri, karena saat ini

klien masih tinggal di rumah

orang tuanya.

Do:

Klien terlihat matanya

berkaca-kaca ketika ditanya

tentang pengalaman masa

lalu yang tidak

menyenangkan.

Saat klien sedih dan tanpa

kegiatan, tekanan darah klien

turun menjadi 100/60

mmHg.

Saat berinteraksi dengan

perawat suara klien pelan

dan lambat.

Ds:

Klien tidak mau berinteraksi

dengan tetangganya, malas

bicara dengan orang lain

karena banyak hutang.

Klien kesulitan berhubungan

dengan orang lain karena

merasa disepelekan dan

Isolasi Sosial

20

direndahkan.

Klien merasa curiga setiap

kali ada orang yang datang

padanya mempunyai maksud

untuk menagih hutang

sehingga klien lebih memilih

membatasi pergaulan dan

mengurung diri di kamar.

Do:

Klien sulit untuk

menentukan topic

pembicaraan dan tidak

mampu memulai

pembicaraan.

Klien terlihat lesu, tidak

melakukan kegiatan yang

bermanfaat, hanya duduk,

jalan mondar-mandir, namun

terlihat tenang tidak

menunjukan kegelisahan.

Ds:

Klien mengeluh di dalam

keluarga sering dikekang

oleh ibunya dan terlalu

mengatur klien karena

bandel, ia cenderung lebih

dekat dengan kawan

sekolahnya, sementara ia

jarang berbagi, berkeluh

kesah kepada keluarganya.

Klien pernah memakai

narkotika pada saat SMP

Koping keluarga inefektif

21

selama kurang lebih tiga

tahun. Alasan memakai

narkotika ingin

menghilangkan stress di

rumah, karena sering

dimarahi orang tuanya, yang

dianggap kurang mengerti

perasaannya.

Klien masih merasa kurang

nyaman, cemas jika teringat

pengalaman masa lalu

bersama orang tuanya.

Klien kurang pengetahuan

tentang penyakitnya saat ini,

fisik, sistem pendukung,

koping, obat- obatan, faktor

presipitasi yang berhubungan

tentang kesehatannya saat

ini.

Do:

Selama dalam pengkajian

klien belum pernah di jenguk

keluarganya.

Ds:

Klien mengatakan pernah

melihat bayangan dan

mendengar bisikan

halusinasi yang

menyuruhnya bunuh diri

pada tahun 2008.

Klien mengatakan bahwa

cara menghilangkan

Resiko Gangguan Sensori

Persepsi:Halusinasi

Ketidakberdayaan

22

halusinasi tersebut dengan

cara yang telah diajarkan

oleh perawat ruang Elang

sebelumnya.

Do:

Klien terlihat sering

melamun dan suka

menyendiri

Ds:

Klien merasa sedih tidak bisa

melihat anak kandungnya,

dan ingin sekali merawatnya

namun ia merasa tidak

mampu karena kondisinya

saat ini.

Klien merasa tidak punya

apa-apa lagi karena hartanya

habis untuk membayar

hutang istrinya.

Klien kehilangan perannya

sebagai ayah dan kepala

keluarga, klien merasa

dirinya telah gagal sebagai

kepala keluarga.

Do:

Klien tampak matanya

berkaca-kaca ketika ditanya

tentang pengalaman masa

lalu yag tidak

menyenangkan.

23

3.3. Diagnosa Keperawatan

3.3.1.Harga diri rendah

3.3.2. Isolasi social

3.3.3.Ketidakberdayaan

3.3.4.Koping Keluarga Inefektif

3.3.5.Resiko Gagguan Persepsi Sensori : Halusinasi

3.4. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

3.4.1.Diagnosa Keperawatan I:Harga Diri Rendah

a. Data subyektif :

Klien mengatakan ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi namun karena masalah ekonominya saat ini, mimpi tersebut belum

bisa terwujud, sehingga klien merasa sedih, putus asa. Klien sangat sedih

dan menganggap dirinya bandel sehingga pantas untuk dimarahi oleh

orang tuanya. Klien merasa dirinya telah gagal sebagai kepala keluarga,

tidak mampu menjadi ayah bagi anaknya. Klien merasa malu karena saat

ini ia sudah tidak bekerja lagi sebagai sales, sekarang dirawat di rumah

sakit jiwa dan ingin segera pulang. Klien sedih tidak mampu melunasi

hutang, malu pada teman-teman dan keluarganya, merasa malu apabila

rekan kerjanya meremehkannya. Klien mengaku ingin punya rumah

sendiri, karena saat ini klien masih tinggal di rumah orang tuanya.

b. Data Obyektif :

Klien terlihat matanya berkaca-kaca ketika ditanya tentang pengalaman

masa lalu yang tidak menyenangkan. Saat klien sedih ketidakberdayaan

dan tanpa kegiatan, tekanan darah klien turun menjadi 100/60 mmHg.

Saat berinteraksi dengan perawat suara klien pelan dan lambat.

c. Tujuan Umum :

Klien memiliki harga diri positif

d. Tujuan Khusus (TUK)

1) Tujuan Khusus 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

- Kriteria Hasil:

Setelah tiga kali pertemuan klien menunjukan tanda-tanda percaya

kepada perawat:ekspresi wajah cerah, menunjukan rasa senang,

24

kontak mata positif, mau berjabat tangan, menyebutkan nama,

menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat,

dan mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

- Rencana Tindakan:

Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal

maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama

lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya, jelaskan tujuan

pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan

menerima klien apa adanya, beri perhatian kepada klien dan

perhatian kebutuhan dasar klien.

2) Tujuan Khusus 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki.

- Kriteria Hasil:

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, keluarga dan

lingkungan yang dimiliki klien.

- Rencana Tindakan:

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif,

utamakan memberi pujian yang realistik.

3) Tujuan Khusus 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

- Kriteria Hasil:

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat menilai kemampuan yang

dapat digunakan.

- Rencana Tindakan:

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan

selama sakit, diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

penggunaannya.

4) Tujuan Khusus 4:

Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

25

- Kriteria Hasil:

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat membuat rencana kegiatan

sehari-hari.

- Rencana Tindakan:

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan meliputi kegiatan mandiri, dengan bantuan

sebagian, ataupun yang membutuhkan bantuan total. Tingkatkan

kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, berikan contoh cara

pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5) Tujuan Khusus 5:

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya.

- Kriteria Hasil:

Setelah tiga kali pertemuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai

kondisi sakit dan kemampuannya.

- Rencana Tindakan:

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan, beri pujian atas keberhasilan klien, diskusikan

kemungkinan pelaksanaan di rumah.

e. Pelaksanaan

1) SP 1 (TUK 1 – TUK 4)

Pada hari selasa tanggal 20 Juli 2010 pukul 11.00-11.15 WIB,

dilakukan SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi

kemampuan/ hal positif yang ada pada klien. Mengidentifikasi

kemampuan positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai

kemampuan positif yang masih dapat digunakan, membantu klien

memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klein,

memberikan reinforcement yang positif, menganjurkan klien

memasukkan kegiatan ke dalam jadwal harian klien.

2) SP 2 (TUK 5)

Pada hari rabu tanggal 21 Juli 2010 pukul 14.00-14.10 WIB,

dilakukan SP 2: Membaca al-qur'an yaitu dengan menanyakan apakah

26

sudah ada yang pernah mengajarkan tentang cara membaca al-qur'an,

menanyakan apakah ada manfaat dari membaca al-qur'an yang sudah

diajarkan, mengidentifikasi cara klien membaca al-qur'an dan alat apa

yang dibutuhkan, memberikan penjelasan tentang cara membaca al-

qur'an, memberikan kesempatan kepada klien mempraktekan cara

membaca al-qur'an sesuai yang telah dilatih, memberikan

reinforcement yang positif, menganjurkan klien untuk memasukan

kegiatan tersebut ke dalam jadwal harian klien

f. Evaluasi

1) SP 1 (TUK 1 – TUK 4)

- Evaluasi Subyektif:

Klien mengatakan kegiatan yang disenangi adalah membaca buku

dan al-qur'an, klien mengatakan ingin dilatih membaca al-qur'an.

- Evaluasi Objektif:

Kontak mata dapat dipertahankan, klien bicara perlahan-lahan.

- Analisa:

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan positifnya.

- Perencanaan tindak lanjut perawat:

Melatih klien membaca al-qur'an.

- Perencanaan tindak lanjut klien:

Memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian klien ingin dilatih

membaca al-qur'an.

2) SP 2 (TUK 5)

- Evaluasi Subyektif:

Klien mengatakan akan membaca al-qur'an setiap sore, klien

mengatakan manfaat membaca al-qur'an adalah merupakan

tuntunan hidup yang membuat hati jadi tenang.

- Evaluasi Objektif:

Kontak mata dapat dipertahankan, klien terlihat bersemangat

membaca al-qur'an.

- Analisa:

Klien dapat membaca al-qur'an dengan lancar.

27

- Perencanaan tindak lanjut perawat:

Melatih klien membaca buku yang digemarinya.

- Perencanaan tindak lanjut klien:

Memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian klien, membaca al-

qur'an sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.

28

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Neurotik merupakan jenis gangguan mental yang paling ringan, gejalanya

membuat distres yang tidak dapat diterima oleh penderitanya, dan individu sadar

kalau dirinya bermasalah namun tidak tahu bagaimana mengatasinya. Gangguan

neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan emosi, konflik, dan frustrasi. Penyebab

timbulnya ganguan tersebut adalah adanya tekanan-tekanan social, individu yang

mengalami banyak frustrasi, individu yang sering berfikir tidak rasional dan

pribadinya yang sangat labil.

Orang yang mengalami gangguan neurotik ditandai dengan ansietas,

depressive fluctuations dan emosional sensitivity. Dengan gejala utama yaitu afek

depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi, mudah lelah

dan menurunnya aktivitas. Sedangakn gejala tambahannya yaitu berupa

konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,

gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang

suram dan pesimistis, gagasan/perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh

diri, tidur dan nafsu makan terganggu.

Penatalaksanaan medis yang dilakukan yaitu dengan menurunkan atau

menghilangkan gejala gangguan neurotic, mengambalikan fungsi utama tubuh,

dan meminimalkan resiko relaps atau rekurens. Sedangkan Non-farmakologis

yaitu dengan olahraga teratur, asupan diet berimbang, menghindari minum

alcohol atau menggunakan narkoba dan pengobatan yang tidak dianjurkan, tidur

yang cukup, bersabar dan bersikap baik pada diri sendiri, curhat, lakukan rutinitas,

hindari lembur dan melakukan psikoterapi.

4.2. Saran

Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat

mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan gangguan neurotik. Dan

dengan terselesainya makalah ini, semoga dapat membantu segala pihak

khususnya para perawat dan calon perawat dalam menjalankan asuhan

keperawatan yang berhubungan dengan suatu kasus seperti gangguan depresi dan

lain-lain, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada kliennya.

29

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Achir Yani Syuhaimie. 2000. Aspek Spiritual Dalam Keperawatan.

Jakarta: Widya Medikal

L, Sheila. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Stuart,Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Townsend,MaryC. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.

Jakarta:EGC

30