Askep CA Rekti

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KARSINOMA RECTI I. KONSEP MEDIS A. Pengertian Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. 1

description

Askep

Transcript of Askep CA Rekti

Page 1: Askep CA Rekti

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN KARSINOMA RECTI

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon

dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat

gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali.

1

Page 2: Askep CA Rekti

B. Insidens dan Faktor Risiko

Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya

menyerang Recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi

pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Kebiasaan diet rendah serat.

2. Polyposis familial

3. Ulcerasi colitis

4. Deversi colitis

C. Patofisiologi

Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui

secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas

tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat

berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa

penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa

menyebabkan kanker kolorektal.

Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang

pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian

menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi

secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ

lain mungkin dapat terkena.

Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3

fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini

berjalan lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan

tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung

bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan

gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-

lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap

enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium

lanjut.

2

Page 3: Askep CA Rekti

D. Gambaran Klinis

Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi,

perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus

dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan

menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat

tergantung dari besarnya tumor.

Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar

sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar

daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar.

Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus

ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian

proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan

karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi

sehingga terjadi obstipasi.

E. Diagnosis Banding

1. Kolitis ulserosa

2. Penyakit Chron

3. Kolitis karena amuba atau shigella

4. Kolitis iskemik pada lansia

5. Divertikel kolon

F. Prosedur Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan:

1. Anamnesis yang teliti, meliputi:

Perubahan pola/kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun

konstipasi (change of bowel habit)

Perdarahan per anum

Penurunan berat badan

Faktor predisposisi:

3

Page 4: Askep CA Rekti

o Riwayat kanker dalam keluarga

o Riwayat polip usus

o Riwayat kolitis ulserosa

o Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium)

o Uretero-sigmoidostomi

o Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat)

2. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada:

Status gizi

Anemia

Benjolan/massa di abdomen

Nyeri tekan

Pembesaran kelenjar limfe

Pembesaran hati/limpa

Colok rektum(rectal toucher)

3. Pemeriksaan laboratorium

4. Pemeriksaan radiologis

5. Endoskopi dan biopsi

6. Ultrasonografi

Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus

pengkajian keperawatan.

G. Pengobatan

Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.

1. Pilihan utama adalah pembedahan

2. Radiasi pasca bedah diberikan jika:

a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria

b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional

c. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada

metastasis jauh.

(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).

3. Obat sitostatika diberikan bila:

4

Page 5: Askep CA Rekti

a. inoperabel

b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah

menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian

residif kembali.

Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah

adalah:

1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.

Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan

total 6 siklus.

2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan

3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)

Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus

operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif.

Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit

darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang

memuaskan.

II. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan

yang perlu dikaji adalah:

1. Aktivitas/istirahat:

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan/keletihan

- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang

mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam

hari.

- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,

tingkat stres tinggi.

2. Sirkulasi:

5

Page 6: Askep CA Rekti

Gejala:

- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas

Tanda:

- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3. Integritas ego:

Gejala:

- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara

mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan,

keyakinan religius/spiritual)

- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,

pembedahan)

- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak

mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.

Tanda:

- Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi:

Gejala:

- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi

Tanda:

- Perubahan bising usus, distensi abdomen

- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:

Gejala:

- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian

zat aditif dan bahan pengawet)

- Anoreksia, mual, muntah

- Intoleransi makanan

Tanda:

- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

6

Page 7: Askep CA Rekti

- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung

proses penyakit

7. Keamanan:

Gejala:

- Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.

Tanda:

- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8. Interaksi sosial

Gejala:

- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan

perubahan status kesehatan.

9. Penyuluhan/pembelajaran:

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B. Tes Diagnostik

Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:

Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil

1. Pemeriksaan laboratorium:

Tinja

CEA (Carcino-embryonic

anti-gen)

Untuk mengetahui adanya darah dalam

tinja (makroskopis/mikroskopis)

Kurang bermakna untuk diagnosis awal

karena hasilnya yang tidak spesifik serta

dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi

bermanfaat dalam mengevaluasi dampak

terapi dan kemungkinan residif atau

metastase.

7

Page 8: Askep CA Rekti

2. Pemeriksaan radiologis

3. Endoskopi dan biopsi

4. Ultrasonografi

Perlu dikerjakan dengan cara kontras

ganda (double contrast) untuk melihat

gambaran lesi secara radiologis.

Endoskopi dengan fiberscope untuk

melihat kelainan struktur dari rektum

sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk

menentukan jenis tumor secara patologi-

anatomis.

Diperlukan untuk mengtahui adanya

metastasis ke hati.

C. Prioritas Keperawatan

1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian

2. Meningkatkan kenyamanan

3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal

4. Mencegah komplikasi

5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan

terapi.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Peningkatan bunyi usus/peristaltik

8

Page 9: Askep CA Rekti

Peningkatan defekasi cair

Perubahan warna feses

Nyeri/kram abdomen

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi

nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Ditandai dengan:

Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus

otot buruk

Peningkatan bunyi usus

Konjungtiva dan membran mukosa pucat

Mual, muntah, diare

3. Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman

perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola

interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)

Ditandai dengan:

Eksaserbasi penyakit tahap akut

Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan

Iritabel

Fokus perhatian menyempit

4. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor

melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian,

kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat)

Ditandai dengan:

Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa,

ansietas

Menyatakan diri tidak berharga

Depresi dan ketergantungan

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi

informasi.

Ditandai dengan:

9

Page 10: Askep CA Rekti

Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan

pernyataan konsep

Tidak akurat mengikuti instruksi

Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial

lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu kebutuhan defekasi (bila

tirah baring siapkan alat yang

diperlukan dekat tempat tidur,

pasang tirai dan segera buang

feses setelah defekasi).

2. Tingkatkan/pertahankan asupan

cairan per oral.

3. Ajarkan tentang makanan-

minuman yang dapat

memperburuk/mencetus-kan

diare.

4. Observasi dan catat frekuensi

defekasi, volume dan

karakteristik feses.

5. Observasi demam, takikardia,

letargi, leukositosis, penurunan

Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa

tanda sehingga perlu diantisipasi

dengan menyiapkan keperluan klien.

Mencegah timbulnya maslah

kekurangan cairan.

Membantu klien menghindari agen

pencetus diare.

Menilai perkembangan maslah.

Mengantisipasi tanda-tanda bahaya

perforasi dan peritonitis yang

memerlukan tindakan kedaruratan.

Antibiotika untuk

10

Page 11: Askep CA Rekti

protein serum, ansietas dan

kelesuan.

6. Kolaborasi pemberian obat-

obatan sesuai program terapi

(antibiotika, antikolinergik,

kortikosteroid).

membunuh/menghambat

pertumbuhan agen patogen biologik,

antikolinergik untuk menurunkan

peristaltik usus dan menurunkan

sekresi digestif, kortikosteroid untuk

menurunkan proses inflamasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan

absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses

keganasan usus.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring selama

fase akut/pasca terapi

2. Bantu perawatan kebersihan

rongga mulut (oral hygiene).

3. Berikan diet TKTP, sajikan

dalam bentuk yang sesuai

perkembangan kesehatan klien

(lunak, bubur kasar, nasi biasa)

Menurunkan kebutuhan metabolik

untuk mencegah penurunan kalori

dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan

selera makan.

Asupan kalori dan protein tinggi

perlu diberikan untuk mengimbangi

status hipermetabolisme klien

11

Page 12: Askep CA Rekti

4. Kolaborasi pemberian obat-

obatan sesuai indikasi

(roborantia)

5. Bila perlu, kolaborasi pemberian

nutrisi parenteral.

keganasan.

Pemberian preparat zat besi dan

vitamin B12 dapat mencegah anemia;

pemberian asam folat mungkin perlu

untuk mengatasi defisiensi karen

amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin

dihentikan sementara untuk

mengistirahatkan saluran cerna.

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman

perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran,

pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma).

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur rutin

dan aktivitas yang diharapkan.

2. Eksplorasi kecemasan klien dan

Informasi yang tepat tentang situasi

yang dihadapi klien dapat

menurunkan kecemasan/rasa asing

terhadap lingkungan sekitar dan

membantu klien mengantisipasi dan

menerima situasi yang terjadi.

12

Page 13: Askep CA Rekti

berikan umpan balik.

3. Tekankan bahwa kecemasan

adalah masalah yang lazim

dialami oleh banyak orang dalam

situasi klien saat ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga

(significant others) selama fase

kecemasan dan pertahankan

ketenangan lingkungan.

5. Kolaborasi pemberian obat

sedatif.

6. Pantau dan catat respon verbal

dan non verbal klien yang

menunjukan kecemasan.

Mengidentifikasi faktor

pencetus/pemberat masalah

kecemasan dan menawarkan solusi

yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan

adalah wajar dan tidak hanya dialami

oleh klien satu-satunya dengan

harapan klien dapat memahami dan

menerima keadaanya.

Memobilisasi sistem pendukung,

mencegah perasaan terisolasi dan

menurunkan kecemsan.

Menurunkan kecemasan,

memudahkan istirahat.

Menilai perkembangan masalah

klien.

4. Koping individu tak efektif (koping

menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan

stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman

kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak

adekuat).

13

Page 14: Askep CA Rekti

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Bantu klien mengembangkan

strategi pemecahan masalah yang

sesuai didasarkan pada kekuatan

pribadi dan pengalamannya.

2. Mobilisasi dukungan emosional

dari orang lain (keluarga, teman,

tokoh agama, penderita kanker

lainnya)

3. Kolaborasi terapi

medis/keperawatan psikiatri bila

klien mengalami depresi/agresi

yang ekstrim.

4. Kaji fase penolakan-penerimaan

klien terhadap penyakitnya

(sesuai teori Kubler-Ross)

Penderita kanker tahap dini dapat

hidup survive dengan mengikuti

program terapi yang tepat dan

dengan pengaturan diet dan aktivitas

yang sesuai

Dukungan SO dapat membantu

meningkatkan spirit klien untuk

mengikuti program terapi.

Terapi psikiatri mungkin diperlukan

pada keadaan depresi/agresi yang

berat dan lama sehingga dapat

memperburuk keadaan kesehatan

klien.

Menilai perkembangan masalah

klien.

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi

informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan Proses pembelajaran sangat

14

Page 15: Askep CA Rekti

klien/orang terdekat dan

kemampuan/kesiapan belajar

klien.

2. Jelaskan tentang proses penyakit,

penyebab/faktor risiko, dan

dampak penyakit terhadap

perubahan status kesehatan-sosio-

ekonomi, fungsi-peran dan pola

interaksi sosial klien.

3. Jelaskan tentang terapi

pembedahan, radiasi dan

kemoterapi serta efek samping

yang dapat terjadi

4. Tekankan pentingnya

mempertahan-kan asupan nutrisi

dan cairan yang adekuat.

dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan

mental klien.

Meningkatkan pengetahuan klien

tentang masalah yang dialaminya.

Meningkatkan partisipasi dan

kemandirian klien untuk mengikuti

program terapi.

Penderita kanker yang mengikuti

program terapi yang tepat dengan

status gizi yang adekuat

meningkatkan kualitas hidupnya.

15

Page 16: Askep CA Rekti

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,

EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,

EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Engram, B. (1995). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, ed. 3.Jakarta:

EGC

Wim De Jong (1999). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta: EGC

16