Askep CA Kolon

55
ASKEP CA Kolon (Kanker Kolon) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari dinding dalam dari ususbesar. Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut kanker- kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker- kanker usus besar dipercayai telah berkembang dari polip- polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.

description

asuhan keperawatan kanker usus besar

Transcript of Askep CA Kolon

ASKEP CA Kolon (Kanker Kolon)

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnyadaridindingdalamdariususbesar.Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar dipercayai telah berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum1.Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker kolonTujuan Khusus1.Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker kolon2.Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien dengan penyakit kanker kolon

1.3 METODE PENULISANDalam pembuatan makalah ini, kami mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber internet, referensi penunjang dan diskusi kelompok.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Definisi

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker(cancer). (SylviaA Price,2005).Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada.(Susan Martin Tucker,1998).Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).(www.republika.co.id).Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS 1998 )Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon.

2.2 Etiologi

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.Faktor resiko telah teridentifikasi.Faktor resiko untuk kanker kolon :- Usia lebih dari 40 tahun- Darah dalam feses- Riwayat polip rektal atau polip kolon- Adanya polip adematosa atau adenoma villus- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam danbakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists ).Makanan yang harus dihindari :-Daging merah-Lemak hewan-Makanan berlemak-Daging dan ikan goreng atau panggang-Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)-Makanan yang harus dikonsumsi:-Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )-Butir padi yang utuh-Cairan yang cukup terutama air

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum.Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30 tahun.Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohns juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.2.3 Manifestasi Klinis

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merahsegar dalam feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

2.4 Patofisiologi

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.

Tumor dapat menyebar melalui :1.Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).2.Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.3.Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:1.Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).2.Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.3.Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.4.Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.

2.5 Klasifikasi

Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).

T Tumor primerTO Tidak ada tumorTI Invasi hingga mukosa atau sub mukosaT2 Invasi ke dinding ototT3 Tumor menembus dinding ototN Kelenjar limfaN0 tidak ada metastaseN1 Metastasis ke kelenjar regional unilateralN2 Metastasis ke kelenjar regional bilateralN3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regionalM Metastasis jauhMO Tidak ada metastasis jauhMI Ada metastasis jauh

Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan tampak membahayakan.Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode.Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat.Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.

Tempat metastase yang lain termasuk:-KelenjarAdrenalin-Ginjal-Kulit-Tulang-Otak Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumorpecahmenujukeronggaperitonial.

2.6 KomplikasiKomplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:1.Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.2.Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.3.Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.4.Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.5.Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.6.Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

2.7 Pencegahan

Pencegahan Kanker Kolon.1.Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.2.Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.3.Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.4.Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.5.Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.6.Hidup rileks dan kurangi stress.2.8 Penatalaksanaana)PenatalaksanaanmedisPasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatanbedah. Pilihan mencakup kemoterapi,terapiradiasidanatauimunoterapi.Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi

b)PenatalaksanaanbedahPembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengankolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakanlesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumorsudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.-Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan,pembuluhdarahdannoduslimfatik)-Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsisigmoiddansemuarektumsertasfingteranal)-Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjutdarikolostomi-Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)

c)DifersivekaluntukkankerkolondanrektumBerkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasipadajaringansekitar.

d)Penatalaksanaan Keperawatan1.Dukungan adaptasi dan kemandirian.2.Meningkatkan kenyamanan.3.Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.4.Mencegah komplikasi.5.Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

e)Penatalaksanaan Diet1.Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.2.Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)3.Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.4.Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.5.Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.6.Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2.9Pemeriksaan penunjang

1.Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupunkolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.2.Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema).Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopydancolonoscopy.Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yangsudahmetastasis.Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.3.Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.4.Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.5.Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.6.Scan (misalnya,MR1.CZ:gallium)dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.7.Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.8.Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.9.Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANPADA KANKER KOLON

3.1 PengkajianPENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Biodata :PasienNama: Tn. AUmur: 35 thAgama: IslamPendidikan: SarjanaPekerjaan: PNSStatus Pernikahan: MenikahAlamat: Kalirejo, Lampung TengahTanggal Masuk RS: Sabtu, 05 Mei 2012Diagnosa Medis: Ca. Colon

2. Keluhan utama :Nyeri hebat pada bagian perut

3. Riwayat Kesehatan :a. Riwayat Penyakit Sekarang :Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 akibat mengalami penyakit Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri pada abdomen, kram perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.b. Riwayat Penyakit Dahulu :Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya saja tidak terlalu suka sayuran.+4 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit thypoid sampai diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging hewan, jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum / alkoholic.c. Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.

GENOGRAM

Keterangan :

=Laki-laki= Perempuan= Meninggal= Garis Pernikahan= Garis Keturunan= Klien

4. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktifitas dan latihanPekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit, klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu oleh keluarganya.2. Tidur dan istirahatSebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam. Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami klien, klien tampak lemah.3. Kenyamanan dan nyeriKlien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah (dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan nyeri.4. NutrisiSebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat badan dalam 2 bulan terakhir turun drastis menjadi 57 kg. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas & berminyak. Diet di rumah sakit adalah diet rendah lemak hewani dan tinggi serat. Kebutuhan pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.5. Cairan, elektrolit, dan asam basaSebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi minum klien+2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support IV Line jenis RL 20 tetes/menit6. OksigenasiKlien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur, klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.7. Eliminasi fekal/bowelFrekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan.Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir.8. Eliminasi urinFrekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.9. Sensori, persepsi, dan kognitifKlien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori, persepsi, dan kognitif

5. Pemeriksaan Fisik Head To Toea. Keadaan UmumKesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit, irama reguler kekuatan sedang, Respirasi 26x/menit, irama regular, Suhu 36,50Cb. Kepala : kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak mata klien bagian bawah.Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis, gangguan indera pencium, atau secret.Mulut : Mulut klien normal, dimana gigi kliennormal, tidak ada lubang, dan tidak ada gigi palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak sianosis. Gusi klien berwarna merah, lidah klien tampak kotor.Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk, tidak ada hematoma, tida ada lesi.Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak ada pembesaran tonsil.c. Dada : bentuk dada klien normalPulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris. Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri. Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor. Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiriCor : Inspeksi: ictus cordis tidak nampak. Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid clavicula sic 5, Perkusi : menunjukkan batas jantung normal.Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi jantung II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III (SIII) tidak ada, murmur tidak ada.d. Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi : adanya nyeri tekan padaperut bawah. Auskultasi : peristaltikpermenit.e. Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.f. Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.g. Ekstremitas :- atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif- bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktifPsiko sosio budaya dan spiritual :Psikologis :Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah gelisah. Cara mengatasi gelisahnya klien dihibur keluarga. Dukungan yang diberikan oleh keluarga sangat baik, keluarga memberikan semangat kepada klien agar klien selalu berdoa supaya cepat sembuh.Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah istirahat di rumah. Klien juga mengatakan sedikit cemas dengan penyakitnya. Klien takut akan perubahan status kesehatannya.

Sosial :Aktivitas atau peran di masyarakat adalah sebagai anggota RT 5 Kalirejo. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah lingkungan yang kotor. Cara mengatasinya dengan melakukan kegiatan kerja bakti.Budaya :Budaya yang diikuti klien adalah budaya jawa. Kebudayaan yang dianut tidak merugikan kesehatannya.Spiritual :Aktivitas ibadah sehari-hari sholat 5 waktu. Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah yasinan. Keyakinan klien tentang masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami : klien yakin akan dirinya pasti sembuh.

6. Pemeriksaan PenunjangTes Diagnostik : (05 Mei 2012)HematologiHasilNilai NormalInterpretasi

Hb11,512-18 g/dLTurun

Ht/PVC4240-52%Normal

Leukosit7.0004.000-10.000 /uLNormal

Trombosit253.000150.000-450.000 /uLNormal

Masa protrombin13.011.0-17.0 detikNormal

Radiologi :Foto colon ( Barium Enema)Colonoscopy

7. Terapi Medis

Bed restIVFD RL 20 tetes/menitTh/oral :Th/inj :KemoterapiLeukovorin5-FU, Levamisol, LeuvocorinPembedahan / Laparaskop

3.2 Proses Keperawatan

ANALISA DATA

Nama Klien: Tn. ANo. Register: 123Umur: 35 tahunDiagnosa Medis: Ca. ColonRuang Rawat: Paviliun Asri 3Alamat: KalirejoTGL/JAMDATA FOKUSPROBLEMETIOLOGI

05/05/1208.00 WIBDS :-Klien mengatakan perutnya sangat sakit bagian bawah-Klien mengatakan perutnya bertambah sakit saat bergerak-Klien mengatakan nyeri hilang timbulDO :-Klien tampak meringis kesakitan-Klien tampak gelisah-Skala nyeri klien 8-Klien tampak tidak nyaman dengan perutnyaNyeri akutObstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain

06/05/1213.00 WIBDS :-Klien mengatakan nyeri pada daerah yang di insisi-Klienmengatakan tubuhnya masih lemahDDO :-Klien tampak lemah-Klien tampak menahan nyeri-Ekspresi wajah klien cemberut-Tampak kemerahan pada daerah bekas operasiNyeri akutAgen cedera fisik (insisi pembedahan)

06/05/1213.30 WIBDS :-Klien mengatakan gatal pada daerah yang di insisi-Keluarga klien mengatakan badan klien hangatDO :-Daerah pembedahan tampak masih baru dan terfiksasi-Leukosit : 15.000 /Ul-Suhu : 37,5 CRisiko infeksi

Tindakan invasif, insisi post pembedahan

06/05/1214.00 WIB

06/05/1215.00 WIBDS-Klien mengatakan punggungnya terasa panas-Klien mengatakan susah bergerak-Klien mengatakan tidak mampu beraktifitas secara mandiriDDO :-Klien terlihat berbaring di tempat tidur-Klien tampak terpasang kateter-Aktifitas klien terlihat dibantu keluarga-Klien tampak lemah-Tampak adanya luka insisi pada perut klien

DDS :-Klien mengatakan tidak nafsu makan-Klien mengatakan tubuhnya lemas-Keluarga klien mengatakan klien belum memakan apapun pasca operasi-Klien mengatakan lidahnya terasa pahitDDO :-Klien tampak lemas-Bibir klien tampak kering & pucat-BB turun+11 kg selama sakitIntoleransi aktifitas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhKelemahan fisik

Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

Diagnosa keperawatanyang mungkin muncul (NANDA):Pre OperasiNyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lainPost Operasi1.Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)2.Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan3.Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik4.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan

3.3PengkajianPengkajian pada pasien dengan kanker kolon diperoleh data sebagai berikut sbb:Aktivitas/istirahatPasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.SirkulasiGejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah.Integritas egoFaktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.Tanda : Kontrol, depresi.Menyangkal, menarik diri, marah.EliminasiAdanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.Makanan/cairanGejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edemaNeurosensoriGejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.Nyeri/kenyamananGejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)PernapasanGejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).Pemajanan asbesKeamananGejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.Tanda: Demam.Ruam ku1it, ulserasiSeksualitasGejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahunMultigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.Interaksi sosialGejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukungRiwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan)Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaranGejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudaraSisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosisPenyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.Riwayat pengobatanPengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.

3.4Diagnosa Prioritas

1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lainKami mengambil diagnosa ini sebagai diagnosa utama karena didasarkan pada keluhan utama klien yaitu mengalami nyeri perut. Pada kasus ini, nyeri abdomen tersebut karena adanya obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lain. Hal ini jika tidak segera ditangani akan berakibat fatal pada klien.2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)Nyeri disebabkan karena adanya insisi post pembedahan. Nyeri yang dirasakan oleh klien dalam kasus ini sangat hebat yaitu skala 8 yang menyebabkan klien kesulitan dalam melakukan aktifitas dan istirahat.3. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahanResiko infeksi pada klien disebabkan karena adanya luka heacting pasca operasi. Pada kasus tersebut luka pada perut klien mengalami gatal dan kemerahan, dimana hal tersebut merupakan tanda terjadinya infeksi.4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisikIntoleransi aktifitas terjadi karena adanya luka insisi post operasi menyebabkan diskontuinitas jaringan sehingga fungsinya terganggu. Pada kasus klien mengalami luka insisi sehingga kesulitan dalam beraktifitas. Klien mengatakan apabila bergerak perutnya terasa amat nyeri, sehingga aktifitas klien perlu dibantu baik oleh keluarga maupun perawat.5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makananKetidakseimbangan nutrisi pada klien terjadi karena fungsi digestif klien belum berfungsi secara optimal pasca operasi, sehingga klien belum mampu mencerna makanan dengan baik.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanKanker kolonadalahsuatukankeryangberadadicolon.Kankerkolonmerupakan penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Kankerkolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS1998).Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar peluangnya.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kankerkolon.Dari kasus diagnosa keperawatan yang muncul di antaranya :Pre Operasi1. Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan menekan organ yang lainPost Operasi1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)2. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk mencerna makanan

5.2 SaranDemikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien denganKanker kolon. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993,Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien,Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.McCloskey&Bulechek, 1996,Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Sjamsuhidayat & wong,2005,Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta

Suyono,dkk, 2001,Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI, Jakarta.University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

PROFIL PENDERITA KANKER KOLON DAN REKTUM DI RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG

(PROFILE OF COLO-RECTAL CANCER AT HASAN SADIKIN HOSPITAL BANDUNG)

Mochamad Aleq Sander, dr., M.Kes., SpB, FinaCS

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami 188A Malang 65145 e-mail: [email protected] blog: bedahunmuh.wordpress.com

ABSTRAK Karsinoma kolorektal adalah keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat. Di Indonesia jumlah penderita kanker kolorektal menempati urutan ke-10 (2,75%) setelah kanker lain (leher rahim, payudara, kelenjar getah bening, kulit, nasofaring, ovarium, jaringan lunak, dan tiroid). Kunci utama keberhasilan penanganan karsinoma ini adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini, sehingga terapi kuratif dapat dilakukan. Namun sayang sebagian besar penderita di Indonesia berobat dalam stadium lanjut sehingga angka survival rendah. Karsinoma kolorektal memerlukan penanganan multimodalitas dan belum terdapat keseragaman secara nasional dalam pendekatan terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui epidemiologi, gejala klinis, cara diagnosis, macam terapi, dan prognosis penderita kanker kolon dan rektum serta didesain sebagai penelitian deskriptif retrospektif. Teknik sampling menggunakan total sampling yaitu penderita kanker kolon dan rektum di poliklinik Bedah Digestif RSUP Hasan Sadikin Bandung dari Januari tahun 2005 samapai Desember 2008. Ada 163 sample yang eligible, dimana yang berusia di bawah 40 tahun 19 (11,7%) dan di atas 55 tahun 61 (37,4%). Pasien wanita lebih banyak yaitu 89 (54,6%). Lokasi tumor di rektum paling banyak yaitu 115 (70,6%). Stadium Dukes B2 adalah terbanyak yaitu 33 (20,2%). Gejala klinis terbanyak adalah BAB darah dan lendir yaitu 76 (46,6%). Adeno Ca Well Differentiated merupakan histologi yang paling sering ditemukan yaitu 93 (57,1%). Penatalaksanaan yang sering dilakukan untuk kanker rektum adalah miles procedure yaitu 21 (12,9%) sedangkan untuk kanker kolon dilakukan hemicolectomy dan colostomy sebanyak 19 (11,7%). Prognosis didapatkan sembuh 90 (55,2%), tidak/belum sembuh 24 (14,7%), tidak kontrol 38 (23,3%), dan yang kontrol ditempat lain 2 (1,2%). Kesimpulan penelitian adalah kanker kolon dan rektum banyak ditemukan pada usia dekade ke-5. Lokasi terbanyak adalah rektum dengan tipe histologi adenocarcinoma. Stadium Dukes B2 dan gejala BAB darah menduduki porsi terbanyak. Miles procedure adalah prosedur terapi yang paling banyak diterapkan untuk kanker rektum. Kata kunci: kanker kolon dan rektum ABSTRACT Colo-rectal cancer represent one of the most third malignancy in the world and second caused of death in US. In Indonesia amount of colo-rectal cancer was sequence to 10 (2.75%) after others cancer (cervix, breast, lymph, skin, nasofaring, ovarium, soft tissue, and thyroid). Key success in treatment of this cancer was that they found in early stage and followed curative therapy. Unfortunately in Indonesia they came after advanced stage and they had low survival. Colo-rectal cancer need multimodalities and in Indonesia not yet found uniformity in approach of therapy. The aim of research is to know the epidemiology, clinical symptom, diagnosis, therapy, prognosis. Descriptive study with retrospective design. Total sampling was all outpatient in digestive department of Hasan Sadikin Hospital of Bandung with colo-rectal cancer from January 2005 up to December 2008. 163 eligible respondens who had age below 40 yo 19 (11,7%) and above 55 yo 61 (37,4%). Female 89 (54,6%). Rectum was the most location that is 115 (70.6%). A lot of stadium was Dukes B2 that is 33 (20,2%). The most clinical manifestation was defecate blood that is 76 (46,6%). Adenocarcinoma well differentiated was the most common type of histology that is 93 (57,1%). Miles Procedure was 21 (12.9%) and hemicolectomy and colostomy were 19 (11,7%). The prognosis was healing 90 (55,2%), not yet healed 24 (14,7%), not control 38 (23,3%), and who control in the other place 2 (1,2%). Conclusion: mostly of colo-rectal cancer was found in fifth decade. A lot of cancer location was rectum and adenocarcinoma as a type of histology. Dukes B2 and defecate blood had most proportion, blood excision biopsy, and followed by radical mastectomy were the most therapy procedure. Miles procedure was the most common therapy in rectal cancer. Keywords: colo-rectal cancer

LATAR BELAKANG Kanker kolorektal adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal atau tumbuh di dalam struktur saluran usus besar (kolon) dan atau rektum. Umumnya, karsinoma kolon jarang ditemukan sebelum umur 40 tahun kecuali bila mereka merupakan komplikasi dari penyakit kolitis ulseratif, kolitis granulomatosa, poliposis multipel familial, sindrom Gardner, dan sindrom Turcot. Pada populasi umum, risiko terjadinya kanker kolorektal secara nyata akan meningkat pada umur 50 tahun dan menjadi dua kali lipat lebih besar pada setiap dekade berikutnya. Karsinoma rektum lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada wanita, tetapi tidak ada perbedaan jenis kelamin yang mencolok pada karsinoma di daerah kolon yang lain. Dari kajian epidemiologi, disimpulkan ada pengaruh lingkungan yang sangat besar, khususnya diet, memainkan peranan yang nyata pada penyebab dari kanker kolon, yang peranannya lebih besar daripada pada kanker rektum. Faktor keturunan dapat juga berperan sebagai pencetus timbulnya kanker jenis ini. Sebagaimana pengaruh genetik dari sindrom karsinoma poliposis yang dapat diterangkan menurut hukum Mendel, maka predisposisi genetik pada kanker dapat timbul pada populasi umum. Sanak keluarga derajat satu (first degree relatives) dari pasien yang menderita karsinoma kolorektal mempunyai risiko tiga kali lipat lebih besar daripada kontrol (Sjamsuhidayat et al, 2006).Etiologi Perkembangan kanker kolorektal merupakan interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan multipel beraksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi kanker kolorektal (Robbins, 2005). Terdapat 3 kelompok kanker kolorektal berdasarkan perkembangannya yaitu: 1) kelompok yang diturunkan (inherited) yang mencakup kurang dari 10% dari kasus kanker kolorektal; 2) kelompok sporadik, yang mencakup sekitar 70%; 3) kelompok familial, mencakup 20%. Kelompok diturunkan adalah mereka yang dilahirkan sudah dengan mutasi germline (germline mutation), pada salah satu allele dan terjadi mutasi somatik pada allele yang lain. Contohnya adalah FAP (familial adenomatous polyposis) dan HNPCC (hereditery non-polyposis colorectal cancer). HNPCC terdapat pada sekitar 5% dari kanker kolorektal. Kelompok sporadik membutuhkan dua mutasi somatik, satu pada masing masing allele-nya (Schwartz, 1995). Terdapat dua model perjalanan perkembangan kanker kolorektal (karsinogenesis) yaitu LOH (loss of heterozygocity) dan RER (replication error). Model LOH mencakup mutasi tumor gen supresor meliputi gen APC, DCC, dan p53 serta aktifasi onkogen yaitu K-ras. Model ini contohnya adalah perkembangan polip adenoma menjadi karsinoma. Sementara model RER karena adanya mutasi gen hMSH2, hMLH1, hPMS1, dan hPMS2. Model terakhir ini contohnya adalah perkembangan HNPCC. Pada bentuk sporadik, 80% berkembang lewat model LOH dan 20% berkembang lewat model RER (Robbins, 2005). Deteksi Dini Dan Diagnosis Deteksi dini (skrining) dan diagnosis pada pengelolaan kanker kolorektal memiliki peranan penting di dalam memperoleh hasil yang optimal yaitu meningkatnya survival dan menurunnya tingkat morbiditas dan mortalitas para penderita kanker kolorektal. Deteksi dini adalah investigasi pada individu asimtomatik yang bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan terapi kuratif. Indikasi, secara umum deteksi dini dilakukan pada dua kelompok yaitu populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada populasi dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun. Deteksi dini dilakukan pula pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi menderita kanker kolorektal yaitu: 1) penderita yang telah menderita kolitis ulserativa atau Crohn > 10 tahun; 2) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal; 3) individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker kolorektal. Individu dengan riwayat keluarga memiliki risiko menderita kanker kolorektal 5 kali lebih tinggi dari pada individu pada kelompok usia yang sama tanpa riwayat penyakit tersebut. Terdapat dua kelompok pada individu dengan keluarga penderita kanker kolorektal, yaitu: 1) individu yang memiliki riwayat keluarga dengan hereditery non-polyposis colorectal cancer (HNPCC); 2) individu yang didiagnosis secara klinis menderita familial adenomatous polyposis (FAP).Macam-macam deteksi dini pada kanker kolorektal adalah sebagai berikut: 1. Deteksi dini pada populasi. a. Test darah tersamar pada feses (fecal occult blood test/FOBT) setiap tahun. FOBT menurunkan tingkat mortalitas kanker kolorektal sebesar 16% dan juga menurunkan insidens kanker kolorektal, disebabkan oleh deteksi dan polipektomi pada adenoma yang ditemukan. b. Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Kebanyakan kanker kolorektal berasal dari polip adenoma sehingga setiap lesi harus diangkat. Tindakan polipektomi telah terbukti secara bermakna menurunkan risiko kanker kolorektal. 2. Deteksi dini pada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi. a. Penderita yang telah menderita colitis ulserativa atau Crohn >10 tahun. Apabila telah berjalan selama 20 tahun atau ditemukan adanya displasia, maka kolonoskopi harus dilakukan setiap tahun. Penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal: 1) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma harus selalu ditawarkan untuk menjalani follow-up kolonoskopi; 2) apabila ditemukan polip berukuran < 1 cm pada follow-up maka selanjutnya dilakukan kolonoskopi setiap 5 tahun; 3) apabila ditemukan lebih dari 3 adenoma, atau paling sedikit satu berukuran > 1 cm, atau adanya displasia berat, maka dilakukan kolonoskopi setiap 3 tahun. Apabila pada kolonoskopi selanjutnya tidak ditemukan polip, maka kolonoskopi dapat dihentikan. b. Penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma kolorektal. Meliputi: 1) penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma harus selalu ditawarkan untuk menjalani follow-up kolonoskopi; 2) apabila ditemukan polip berukuran 1 cm, atau adanya displasia berat, maka dilakukan kolonoskopi setiap 3 tahun. Apabila pada kolonoskopi selanjutnya tidak ditemukan polip, maka kolonoskopi dapat dihentikan. c. Individu dengan adanya riwayat keluarga penderita kanker kolorektal. d. Individu berisiko tinggi menderita FAP berdasarkan riwayat katuarga dengan FAP. Meliputi: 1) bila fasilitas tersedia dilakukan pemeriksaan genetik adanya mutasi gen APC; 2) ditawarkan kolonoskopi setiap dua tahun dan sigmoidoskopi setiap tahun (Sjamsuhidayat et al, 2006). Stadium Sistim klasifikasi yang digunakan adalah sistim Astler-Coller yang diperkenalkan pada tahun 1954 dan kemudian direvisi tahun 1978, berdasarkan atas kedalaman invasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, dan adanya metastasis jauh (Sjamsuhidayat et al, 2006) yaitu: 1) stadium A: hanya terbatas pada lapisan mukosa; 2) stadium B: sudah masuk dalam lapisan muskularis propria (B1), masuk dalam lapisan subserosa (B2), masuk sampai ke struktur-struktur yang berdekatan (B3); 3) stadium C: bila sudah ada keterlibatan kelenjar (Cl sampai C3); 4) stadium D : bila sudah ada metastasis baik secara limfatik atau hematogen . Pada tahun 1987 American joint committee on cancer dan international union against cancer memperkenalkan sistim klasifikasi TNM yaitu: 1) ekstensi tumor (T) dibagi atas T1 s/d T4; 2) adanya keterlibatan kelenjar (N) dibagi atas: N1 bila < 4 kelenjar, N2 bila > 4 kelenjar, N3 bila terdapat kelenjar sepanjang pembuluh darah; 3) adanya metastasis jauh (M1). Adapun sistim TNM dapat dijabarkan sebagai berikut (Schwartz, 1995): Tumor Primer (T) Tx : Tumor primer tak dapat ditentukan To : Tidak ditemukan tumor primer Tis : Carcinoma in situ: invasi intraepithelial ke lamina propria T1 : Tumor menyebuk submucosa T2 : Tumor menyebuk muscularis propria T3 : Tumor menembus muscularis propria ke subserosa atau perikolika atau jaringan perirektal T4 : Tumor menginfiltrasi organ atau struktur atau ke peritoneum visceral Kelenjar Limfe Regional (N) Nx : KGB Regional tidak dapat ditentukan No : Tak terdapat keterlibatan KGB regional N1 : Metastasis ke 1-3 KGB regional N2 : Metastasis ke 4 atau lebih KGB regional Metastasis jauh (M) Mx : Tidak dapat ditentukan adanya metastasis jauh Mo : Tidak ditemukan metastasis jauh M1 : Ditemukan metastasis jauh Definisi Stadium Stadium 0 Tis, No, Mo Stadium I T1, No, Mo T2, No, Mo Stadium 11 T3, No, Mo T4, No, Mo Stadium III Semua T, N1, Mo Sernua T, N2, Mo Stadium IV Semua T, Semua N, M1

Derajat Histopatologi Dukes membedakannya menjadi 5 derajat (Sjamsuhidayat et al, 2006) yaitu: 1) derajat I:tumor menyerupai adenoma disertai proliferasi aktif epitel, tapi dapat dikenali sebagai malignansi karena adanya infiltrasi ke lapisan muskularis mukosa; 2) derajat II: tumor dengan sel-sel karsinoma yang ramai berkelompok tetapi tetap terbatas dalam bentuk yang cukup rata pada satu atau 2 lapisan lebih dalam di sekitar ruang glandula. Terlihat adanya nukleus yang berwarna dan mitosis yang tidak teratur; 3) derajat III: sel-sel lebih sedikit berdiferensiasi dan diatur dalam suatu cincin yang tidak rata, seringkali 2-3 baris lebih dalam di sekitar ruang glomerular. Gambaran mitosis tidak sebanyak pada derajat II; 4) derajat IV: sel-sel tumor makin anaplasia dan tidak membentuk struktur glandular sama sekali tetapi meliputi satu per satu jaringan atau dalam kelompok kecil yang tidak teratur.

METODE Penelitian ini adalah deskriptif retrospektif yang dilakukan di Sub Bagian Bedah Digestiv RSUP Hasan Sadikin Bandung dengan teknik sampling menggunakan total sampling dari status rekam medik penderita kanker kolorektal di poliklinik Bedah Digestiv dari tanggal 1 Januari 2003 sampai 31 Desember 2008 yang telah terdiagnosis pasti dengan hasil PA sebanyak 163 penderita dengan karakteristik responden sebagai berikut: 1) pasien kanker kolorektal dengan stadium sesuai sistem TNM/AJCC 1987 atau Klasifikasi Duke modifikasi Astler Cohler 1978; 2) pasien kanker kolorektal yang diagnosis pastinya ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi; 3) pasien kanker kolorektal yang di work-up sejak awal di RSUP Hasan Sadikin Bandung; 4) status lengkap berada dibagian rekam medik poli rawat jalan RSUP Hasan Sadikin Bandung. Data yang diperoleh dari status rekam medik dideskripsikan dan kemudian dianalisis serta dihitung persentasenya. Data yang telah dihitung selanjutnya disusun ke dalam grafik. Hasil analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tabulasi dengan tabel deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Responden Berdasar Usia

umur respondensumur respondens22 26 35 38 42 45 48 51 54 57 60 63 66 72 76Percent8642011 111111312127444 443242454644312 21 121 1111112Gambar 1. Karakteristik responden berdasar usia Pada gambar 1 didapatkan kanker kolorektal terbanyak pada usia antara 41-55 tahun yaitu 83 orang (50,9%).

Gambar 2. Karakteristik responden berdasar range usia Pada gambar 2 didapatkan usia rata-rata kanker kolorektal adalah 51,5 tahun dan paling muda 22 tahun dan paling tua 78 tahun dengan standar deviasi (SD) 10,87 (gambar 1).

Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin

Gambar 3. Karakteristik responden berdasar jenis kelamin Pada gambar 3 didapatkan penderita kanker kolorektal terbanyak adalah wanita yaitu 89 orang (54,6%).

range usia respondenrange usia responden56Percent6050403020100375112jenis kelamin respondensjenis kelamin respondenspria wanitaPercent60504030201005545 Karakteristik Responden Berdasar Diagnosis Klinis

Gambar 4. Karakteristik responden berdasar diagnosis klinis Pada gambar 4 didapatkan diagnosis terbanyak kanker kolorektal adalah kanker rektum 115 kasus (70,6%).

Karakteristik Responden Berdasar Stadium Klinis

Gambar 5. Karakteristik responden berdasar stadium klinis Pada gambar 5 didapatkan stadium klinis yang terbanyak ditemukan adalah Dukes B2 yaitu 33 (20,2%).

diagnosa klinisdiagnosa klinisCa Colon Ca Rectosigmoid Ca rectumPercent8060402007126stadium kanker kolorektalstadium kanker kolorektalDukesB3Dukes DDukes C3Dukes C2Dukes C1Dukes B3Dukes B2Dukes B1Dukes APercent3020100Karakteristik Responden Berdasar Gejala Klinis

Gambar 6. Karakteristik responden berdasar gejala klinis Pada gambar 6 didapatkan gejala klinis yang terbanyak ditemukan adalah BAB berdarah dan lendir yaitu 76 kasus (46,6%).

Karakteristik Responden Berdasar Gambaran PA

Gambar 7. Karakteristik responden berdasar gambaran PA Pada gambar 7 didapatkan sebagian besar penderita kanker kolorektal pasca biopsi didapatkan gambaran histopatologi berupa adenocarcinoma well diff sebanyak 93 kasus (57,1%).

gejala klinisgejala klinisBAB berdarah dan lentidak bisa BABBAB tai kambingmencretPercent5040302010047142514hasil patologi anatomihasil patologi anatomiSignet ring cell CaAdeno musinous CaAdeno Ca well diffAdeno Ca poorly diffAdeno Ca moderatelyPercent706050403020100857923prosedur terapiprosedur terapiSubtotal colectomy,cReseksi anteriorHemicolectomy,radioTMiles prosedur, chemMiles prosedur,chemoMiles prosedur,radioHemicolectomyColostomy,chemoTx,raColostomy,radioTx,chHartman prosedur,cheHartman prosedur,radColostomyPercent1412108642025127913312157463125Karakteristik Responden Berdasar Prosedur Terapi

Gambar 8. Karakteristik responden berdasar prosedur terapi Pada gambar 8 didapatkan prosedur terapi yang sering dilakukan adalah prosedur Miles yaitu 21 kasus (12,9%).

Karakteristik Responden Berdasar Prognosis

Gambar 9. Karakteristik responden berdasar prognosis Pada gambar 9 didapatkan sebagian besar sample yang diteliti yaitu 38 kasus (23,3%) tidak melakukan kontrol ke poli digestiv.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) jumlah kanker kolorektal cenderung meningkat setiap tahunnya dalam kurun waktu 3 tahun; 2) kanker kolorektal banyak ditemukan pada golongan usia antara 41-55 tahun; 3) sebagian besar penderita kanker kolorektal adalah wanita; 4) kanker rektum merupakan diagnosis klinis terbanyak sedangkan gambaran PA adenocarcinoma well differentiated merupakan hasil biopsi terbanyak; 5) stadium klinis B2 dan C2 menjadi stadium terbanyak; 6) gejala klinis berupa berak darah dan berlendir merupakan gejala yang follow upfollow upOs berunding dgn kelfollow up di tmp laikeluarga menolak folsembuhtidak/belum sembuhtidak follow upPercent6050403020100551523paling sering dijumpai pada kanker kolorektal; 7) prosedur terapi yang sering diterapkan adalah operasi Miles atau reseksi abdominoperineal dengan membuat kolostomi secara permanen, hal ini disebabkan sebagian besar kasus yang dijumpai adalah kanker rektum 1/3 distal. Saran yang dapat diberikan yaitu: 1) perlu upaya pemberian informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada penderita kanker kolorektal mengenai: faktor risiko terjadinya penyakit kanker kolorektal, gejala-gejala awal penyakit kanker kolorektal sehingga diharapkan penderita datang berobat masih stadium dini sehingga terapi kuratif bisa dilakukan, pentingnya pemeriksaan saringan pada siapa saja terutama yang berusia diatas 40 tahun ataupun yang mempunyai riwayat salah satu atau lebih anggota keluarganya pernah mengidap kanker kolorektal, pentingnya melakukan kontrol rutin guna penyembuhan yang lengkap; 2) perlunya mengadakan sistem pencatatan rekam medis yang lebih lengkap dan konsisten guna kepentingan pihak rumah sakit, penderita kanker kolorektal, dan untuk penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Sjamsuhidayat; Karnadihardja, W; Rudiman, R; Lukman, K; Ruchiyat, Y; Prabani, C. 2006. Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal. PT. Roche Indonesia. Robbins. 2005. Pathologic Basis of Disease.7th Edition. International Edition. Pennsylvania: Elsevier. Schwartz. 1995. Principles of Surgery. 8th Edition. The United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Pengabdian Kepada MasyarakatDr. Ami Ashariati, dr., Sp.PD, K-HOMFakultas Kedokteran / Departemen Ilmu Penyakit DalamTim Peneliti :Ami Ashariati --> Peneliti UtamaTahun : 2010Halaman Naskah : 0 halamanSumber Dana : MandiriBesaran Dana : 0SK. Penetapan : MandiriPublikasi : Buku : Ca-colon POI Malang September 2010Kategori Penelitian : KesehatanPosting : 31-01-2012Visitor : 3900

Download Article : PDF 3808 byte.

Title :OPTIMIZING CHEMOTHERAPY IN COLORECTAL CANCER : Treatment in stage II When to hold and When to fold ? Strategic Management in mCRCAuthor : Dr. Ami Ashariati, dr., Sp.PD, K-HOM

Year : 2010 Abstact :Abstract Advances in systemic chemotherapy have improved the overall survival (OS) for patients with stage III Colon cancer, but the role of adjuvant therapy in stage II disease remains a controversial topic. In the multicenter International Study of Oxaliplatin, 5-Fluorouracil, and Leucovorin in the adjuvant treatment of colon Cancer (MOSAIC) study, patients with stage II (40%) and stage III disease were randomly assigned to receive 5 FU/Leucovorin (LV) with or without oxaliplatin in the adjuvant setting. A recent update of MOSAIC demonstrated a significant disease-free survival (DFS benefit for patients with stage III disease who were treated with oxaliplatin-based therapy, but only a trend toward improved DFS for high-risk patients with stage II disease (T4 lesion, poolydifferentiated histology, venous ivasion, perforation, obstruction, less than 10 lymphnode examined). More recent studies, systemic reviews, and met-analyses in average-risk patients with stage II disease have failed to demonstrate an increase in OS with addition of adjuvant chemotherapy. Ongoing investigations are directed toward using known molecular markers to individualize treatment decisions based on the tumor biology. The ECOG 5202 (3,610 patients) is prospectively investigating the role of molecular markers microsatellite instability (MSI) and 18q loss of heterozygosity (18qLOH) for prognostic and decisions regarding adjuvant chemotherapy in stage II colon cancer. MSI high (low risk or retention of 18q) groups should not be treated with adjuvant chemotherapy because of their inherent good prognosis and lack of benefit from 5-FU therapy. The evidence does not support the routine use of adjuvant chemotherapy in average-risk patients with stage II colon cancer, given minimal benefit and potential toxicity. Advances in systemic chemotherapy have not improved the overall survival (OS) for patients with stage IV Colon cancer, just given improvement quality of life (palliative). Strategic management individualized, have not gold standard.

Keyword : Chemotherapy, Colorectal Cancer Stage II, mCRC,