ASKEP BRAWIJAYA

38
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Hernia Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith,1994) . Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). B. Etiologi Hernia 1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus vaginalis. 2. Kerja otot yang terlalu kuat. 3. Mengangkat beban yang berat. 4. Batuk kronik. 5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi. 6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti: obesitas dan kehamilan. 1

Transcript of ASKEP BRAWIJAYA

Page 1: ASKEP BRAWIJAYA

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Hernia

Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari

berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot

yang mengelilinginya dan ke l e mah an pad a j a r i ng an i ka t sua tu o rgan

t e r s ebu t (Gr i f f i t h , 1994) .

Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang

(Oswari, 2000 : 216).

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding

rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).

B. Etiologi Hernia

1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus

vaginalis.

2. Kerja otot yang terlalu kuat.

3. Mengangkat beban yang berat.

4. Batuk kronik.

5. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

6. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:

obesitas dan kehamilan.

1

Page 2: ASKEP BRAWIJAYA

C. Klasifikasi Hernia

Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi herniamenurut macam, sifat dan

proses terjadinya. Berikut ini penjelasannya :

Macam-macam hernia:

1. Inguinal.

Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :

Indirek / lateralis:

Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda

spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria

dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia

ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya

pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau mengatakan

adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa

mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,

mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri

dapat timbul kembali.

Direk / medialis:

Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak

melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini

lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi

pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini

disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna

sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri

atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke

skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan

testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.

Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis

eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya

defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi

ireponibilis.

2

Page 3: ASKEP BRAWIJAYA

2. Femoral :

Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita

daripada pria. Ini mulaisebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang

membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat

dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi

dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.

3. Umbilikal :

Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena

peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan

wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya

yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti

infeksi,nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.

4. Incisional :

batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:

1. Hernia bawaan atau congenital Patogenesa

pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam

beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih

dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebihsering terbuka. Bila kanalis kiri

terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,

kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus

terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia

inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.

Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang

3

Page 4: ASKEP BRAWIJAYA

menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,kanal tersebut dapat

terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.

2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut:

Hernia reponibel/reducible,

yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak

ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

Hernia ireponibel,

yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam

rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri

tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus

=perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun

tanda sumbatan usus.

Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer

= penjara),

yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata

berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga

perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau

vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan

untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan

vaskularisasi disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata

mengakibatkan nekrosisdari isi abdomen di dalamnya karena tidak

mendapatdarah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini

merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlumen dapat

pertolongan segera.

4

Page 5: ASKEP BRAWIJAYA

D. Patofisiologi Hernia

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan

seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau

batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,

tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu

kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya

pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan

yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi

kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena

organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam

waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan

yang sangat parah sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut

menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan

dapat menyebabkan ganggren.

E. Manifestasi klinis Hernia

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,

benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,

mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila

terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi

ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi

berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri

palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba

mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking

pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang

melebar. Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari

tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus

5

Page 6: ASKEP BRAWIJAYA

pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung

jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka

itu adalah hernia inguinalis medialis.

F. Pemeriksaan Diagnostik Hernia

1. Pemeriksasaan darah

a. Lekosit: peningkatan Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada

anemia/kehilangan darah.

b. Hematokrit: peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi

c. Waktu koagulasi: Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis

intraoperasi/pascaoperasi.

2. Urinalisis

BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.

3. GDA

Mengevaluasi status pernafasan terakhir.

4. EKG

Untuk mengetahui kondisi jantung.

G. Penatalaksanaan Hernia

1. Terapi konservatif/non bedah meliputi :

Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian

sabuk/korset padahernia ventralis. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan

Hernia inkaseata yang tidak menunjukkan gejala sistemik.

2. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasiherniografi efektif.

3. Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan

setelah 5 menit di evaluasi kembali.

4. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuatsebaiknya digunakan marleks

untuk menguatkan dinding perut setempat.

5. Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien berbaring

dalam posisi trendelernberg 40°.

6

Page 7: ASKEP BRAWIJAYA

6. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,misalnya Asetaminofen, antibiotic

untuk membasmi infeksi,dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

7. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan

gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama

BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk

gejala-gejala.

8. Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.

H. Komplikasi Hernia

Hernia berulang,

Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasienlaki-laki,

Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,

Luka pada usus (jika tidak hati-hati),

Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,

Fostes urin dan feses,

Residip,

Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

7

Page 8: ASKEP BRAWIJAYA

BAB II

ASKEP TEORI

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Data-data pengkajian, meliputi tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan

hernia. Yaitu, adanya benjolan di daerah inguinal, rasa nyeri , mual muntah.

6. Data Penunjang

a. Pemeriksasaan darah

Lekosit: peningkatan Hemoglobin yang rendah dapat mengarah pada

anemia/kehilangan darah.

Hematokrit ; peningkatan hematokrit mengindikasikan dehidrasi

Waktu koagulasi ; Mungkin diperpanjang, mempengaruhi hemostasis

intraoperasi/pascaoperasi.

b. Urinalisis

BUN, Creatinin, munculnya SDM atau bakteri mengindikasikan infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma

jaringan.

Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 2x24 jam.

Kriteria Hasil :

- kx mengungkapkan nyeri berkurang

- kx bebas dari rasa nyeri

- Ekspresi wajah tenang dan santai

- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman

8

Page 9: ASKEP BRAWIJAYA

Rencana tindakan

1. Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.

R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan

asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif

2. Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri

R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda – tanda nyeri hebat sehingga

dapat menentukan tindakan selanjutnya.

3. Beri penjelasan pada pasien sebab – sebab terjadinya nyeri

R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab – sebab nyeri.

4. Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi

R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah

sehingga dapat mengurangi nyeri.

5. Beri dorongan pada pasien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.

R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu

6. Kolaborasi: dengan dokter untuk pemberian obat analgesic

R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat

mengurangi atau menghilangkan nyeri.

2. Resti terjadi infeksi pada luka operasi.

Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil :

- tidak ada tanda – tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor, functio laesa).

Rencana tindakan

1. Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi

R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga

kebersihan daerah luka operasi.

2. Observasi tanda – tanda infeksi pada daerah operasi

R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem,

kemerahan, dan berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.

9

Page 10: ASKEP BRAWIJAYA

3. Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.

R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah

sumber kontaminasi luka.

4. Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptic

R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka

operasi dari infeksi.

5. Observasi gejala cardinal

R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan

salah satu tanda infeksi.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.

R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi

10

Page 11: ASKEP BRAWIJAYA

Kehamilan , batuk kronis obesitas

Tekanan intra abdomen

Peregangan Rongga Dinding

hernia

Cincin hernia

Hernia skrontalisPenekanan Pembuluh Darah

PEMBEDAHAN

Terputusnya kontuinitas jaringan

lunak

strangulasi

penekanan

Gangguan rasa nyaman dan nyeri

Proses penyembuhan

Peningkatan katabolisme

Kebutuhan nutrisi

Resti perdarahan

Terputusnya jaringan

saraf

nyeri

Kelemahan otot abdomen karena usia atau secara konginetal

Destruksi pertahanan tubuh

Masuknya organisme

Resiko tinggi infeksi

Keterbatasan gerak

Hipo peristaltik usus

Gangguan eliminasi BAB konstipasi

Kurang perawatan diri

Gangguan mobilitas fisik

WOC HERNIA

11

Page 12: ASKEP BRAWIJAYA

BAB III

LAPORAN KASUS

Tanggal MRS : 18 – 06 - 2012

Tgl pengkajian : 19-06-2012

Jam pengkajian : 13.00 WIB

A. Identitas klien   

No reg : 06.37.95           

Nama                                : Tn S

Umur                                : 50 thn

Jenis kelamin                    : laki-laki

Alamat                              : -

Agama                              : Islam

Suku/bangsa                     : jawa/Indonesia

Ruangan : Dahlia

Penanggung biaya : Ny “A” istri dari Tn “S”

Diagnose medis                : hernia Skorntalis

B. Riwayat kesehatan klien

Keluhan utama

Nyeri pada bagian scrotum.

Riwayat penyakit Sekarang

Px masuk rumah sakit hari senin tanggal 18 juni 2012 dengan keluhan utama nyeri pada

bagian scrotum. Dengan skala nyeri 9. Dr menyarankan untuk masuk ke rumah sakit tingkat III

BRAWIJAYA di ruangan dahlia. Px melakukan oprasi pada tanggal 19 juni 2012, jam

11.00WIB. px mengeluhkan nyeri pada bagian scroutum akibat oprasi insisi.

Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit apapun sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

12

Page 13: ASKEP BRAWIJAYA

Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang

sama seperti yang diderita klien yaitu hernia scrotal, maupun penyakit menular seperti HIV,

Hepatitis dan penyakit menurun seperti DM dan hipertensi.

Riwayat alergi

Px mengatakan bahwa tidak memiliki alergi baik makanan maupun obat-obatan.

C. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran :Composmentis

GCS : 4/5/6

Tanda-Tanda Vital:

S : 37,3 °C

TD : 120/80 mmHg

N : 100 x/menit

Head totoe

Kepala

a) inspeksi : bentuk kepala normal, tidak terdapat pembesaran, tidak terdapat lesi.

b) palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.

Wajah

a) inspeksi : wajah terlihat meringis, warna sawo matang, tidak terdapat lesi.

b) palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.

Mata

a. inspeksi : bentuk mata simetris, conjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada

kelainan, pupil miosis.

Hidung

a) inspeksi : bentuk simetris, tidak ada secret.

13

Page 14: ASKEP BRAWIJAYA

b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.

Mulut

a) inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak berbau, lidah bersih, tidak ada stomatitis,

tidak ada pembesaran tonsil (T1 = normal).

Telinga

a. Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat serumen.

b. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.

Leher

a. inspeksi : tidak terdapat pembesaran vena jugularis.

b. Palpasi : tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid.

Dada/thorax

*paru-paru

a. inspeksi : pergerakan dada simetris

b. palpasi : tidak ada nyeri tekan,vocal fremitus

c. perkusi : suara paru sonor

d. auskultasi : suara paru normal (vesikuler).

*Jantung

a. palpasi :ictus cordis 5-6

b. perkusi : bunyi jantung redup

c. auskultasi :S1S2 tunggal, irama regular.

14

Page 15: ASKEP BRAWIJAYA

Abdomen

a. inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada asites.

b. palpasi : tidak ada nyeri tekan.

c. perkusi : suara tympani.

d. auskultasi : bising usus 18 x/menit

Genitalia

a. inspeksi : terdapat luka bekas operasi, tidak terdapat varices.

b. palpasi : terdapat nyeri tekan.

Extermitas

* Atas

a. inspeksi : bentuk simetris,warna kulit sawo matang tidak terdapat lesi, tidak

terdapat pembengkakan.

b. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, persendian normal, kekuatan otot baik,

kelembapan baik, turgor baik.

*Bawah

a. inspeksi : bentuk simetris, warna sawo matang, tidak terdapat lesi, jumlah jari-jari

lengkap, tidak terdapat varices

b. palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, kekuatan otot tidak baik, tidak terdapat odema.

15

3

5

3

5

Page 16: ASKEP BRAWIJAYA

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Kegiatan Di rumah Di rumah sakit

Nutrisi px mengatakan selama

dirumah px makan 3xsehari

dengan porsi dihabiskan.

px mengatakan selama

dirumah sakit px makan

3xsehari ½ Porsi habis.

Eliminasi Px mengatakan selama di

rumah px BAK 4xsehari

sedangkan BAB 3xsehari.

Px mengatakan selama

dirumah sakit px BAK

3xsehari sedangkan BAB

2xsehari.

Personal hygine Px mengatakan dirumah px

mandi 2xsehari, mengosok

gigi pagi da malam.

Px mengatkan dirumah

sakit px belum pernah

mandi dan menggosok gigi.

Spiritual Px mengatakan selama

dirumah px taat dalam

beribadah.

Px mengatakan selama di

rumah sakit px tidak pernah

beribadah namun px berdoa

untuk kesembuhannya.

16

Page 17: ASKEP BRAWIJAYA

Data penunjang ( lab, foto rontgen, dll)

1. hasil lab Nilai Rujukan

hemoglobin :14,2 gr/dl (P= 14-18)/(l=12-16)

leokosit : 7000/mm³ (5-10)m³

trombosit : 352 ribu/mm² (150-350)ribu/mm²

SGOT : 13 U/L (0-30)U/L

SGPT : 7 U/L (0-30)U/L

2. foto thorax pa

cor : normal

pulmo : tak tampak kelainan kedua sinus baik.

Terapi

Infuse : RL (500 cc/24 jam=7 tetes)

Injeksi : Cefotaxim 2x1gr (IV)

: Antrain 3x1gr (IV)

17

Page 18: ASKEP BRAWIJAYA

ANALISA DATA

No Tgl

&jam

Data Etiologi masalah

1. DS:Px mengatakan nyeri

pada scroutum

sebelah kanan.

DO:TTV

TD:120/80mmHg

N: 100x/mnt

S: 37,50c

-Wajah tampak meringis

Ku : lemah

-Skala nyeri 9

- luka operasi insisi

insisi pembedahan

resti perdarahan

terputusnya jaringan

syaraf

nyeri

Nyeri

2. DS: px mengatakan nyeri

pada scroutum kanan.

DO: TTV

TD:120/80mmHg

N:100x/mnt

S: 37,50c

-terdapat luka oprasi

Ku : lemah.

Pembedahan

Terputusnya kontinuitas

jaringan lunak

Destruksi pertahanan

Masuknya mikroorganisme

Resiko tinggi infeksi

Resti infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d adanya insisi dari pembedahan

2. Resti infeksi b.d masuknya mikroorganisme

18

Page 19: ASKEP BRAWIJAYA

Intervensi keperawatan

NO Tgl/Jam Dagnosa Keperawatan Intervensi Rasional

1. Nyeri b.d adanya insisi dari

pembedahan

TU : setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam nyeri

berkurang.

KH : TTV

TD:120/80-130/90mmHg

N: 60-100x/mnt

S: 36,5-37,50c

-Wajah tidak tampak

meringis

Ku : baik

-skala nyeri berkurang

- luka operasi insisi sembuh.

1. Observasi

skala nyeri

2. Atur posisi

pasien

3. Anjurkan

teknik

distraksi dan

relaksasi

4. Observasi

TTV

1. Untuk

mengetahui

derajat

ketidaknya

manan

nyeri

2. Untuk

mengurangi

nyeri.

3. Menurunka

n

ketegangan

otot, sendi

dan

melancarka

n peredaran

darah

sehingga

dapat

mengurangi

nyeri.

4. Untuk

mengetahui

perkembang

an

kesehatan

19

Page 20: ASKEP BRAWIJAYA

5. Beri

dorongan

pada pasien

untuk

melakukan

mobilisasi

secara

bertahap.

6. Kolaborasi:

dengan

dokter untuk

pemberian

obat

analgesic

px

5. Menghindar

i kekakuan

sendi otot

dan

penekanan

pada daerah

tertentu

6. Analgesik

berfungsi

sebagai

depresan

system

syaraf pusat

sehingga

dapat

mengurangi

atau

menghilang

kan nyeri.

2. Resti infeksi b.d masuknya

mikroorganisme

TU : setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam px

mengatakan nyeri

berkurang.

1. Obsevasi

TTV

1. Untuk

mengetahui

perkembang

an

kesehatan

px

20

Page 21: ASKEP BRAWIJAYA

KH: TTV

TD:120/80-130/90mmHg

N:60-100x/mnt

S: 36,5-37,50c

-luka oprasi mulai sembuh

Ku : baik.

2. Rawat luka

operasi

dengan

tekhnik

aseptic

3. Kolaborasi

dengan

dokter dalam

pemberian

antibiotik.

2. Tindakan

aseptik

akan

menghangat

pertumbuha

n kulitan

dan

menjaga

luka operasi

dari infeksi.

3. Anergiotik

berfungsi

untuk

membunuh

kuman dan

mencegah

infeksi

21

Page 22: ASKEP BRAWIJAYA

Impelementasi

No

.

tgl/jam Dx keperawatan Implementasi Paraf

1. 19-06-

2012/

14.20

WIB

15.00

WIB

15.30

WIB

1. Nyeri b.d

adanya insisi

dari

2. Resti infeksi

b.d masuknya

mikroorganis

me.

3. mengatur posisi pasien

6.Mengkolaborasi: dengan dokter untuk

memberikan obat analgesic antrain 3x1

gr

1. mengobservasi TTV

2. 19-06-

2012

19.30

WIB

22.00

WIB

24.00

WIB

05.00

WIB

1. Nyeri b.d

adanya insisi

dari

2. Resti infeksi

b.d masuknya

mikroorganis

me.

1. Mengobservasi skala nyeri.

3. Menganjurkan tekhnik distraksi dan

relaksasi.

3. mengkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotic cefotaxim 2x1gr.

1. Mengobservasi TTV

22

Page 23: ASKEP BRAWIJAYA

No Tgl/jam Dx keperawatan Implementasi paraf Evaluasi

1. 20-06-

2012

10.00

10.05

11.00

11.30

12.00

1. Nyeri b.d

adanya insisi

pembedahan

2. Resti infeksi

b.d masuknya

mikroorganis

me.

1. Nyeri b.d

adanya insisi

pembedahan

1. Mengobservasi skala

nyeri

3. Mengobservasi tanda-

tanda vital.

4. Atur posisi

5. Menganjurkan tekhnik

distraksi dan relaksasi.

5.Mengkolaborasi: dengan

dokter untuk

pemberian obat

analgesic antrain 3x1

gr.

S : Px

mengatakan

nyeri berkurang

pada bagian

bekas oprasi.

O: TTV

TD:140/90mm

Hg

N: 100x/m

S: 37,50c

-Wajah px tidak

tampak

meringis

-Skala nyeri px

7

A: masalah

teratasi

sebagian

P: intervensi

dilanjutkan

2. 20-06-

2012

14.30WI

B

15.00

15.00

1. Nyeri b.d

adanya

insisi

pembedah

an

2. Resti

3.Memberikan dorongan

pada pasien untuk

melakukan mobilisasi

secara bertahap.

3. Mengobservasi skala

nyeri

1. Mengobservasi

S : Px

mengatakan

nyeri berkurang

pada bekas

insisi

O: TTV

D:130/70mmH

g

N: 87x/m

S: 37,20c

-Wajah px tidak

tampak

23

Page 24: ASKEP BRAWIJAYA

infeksi b.d

masuknya

mikroorga

nisme

tanda-tanda vital meringis

-Skala nyeri px

6

A: masalah

teratasi

P: intervensi

dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 25: ASKEP BRAWIJAYA

Dongoes, Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, edisi 3, EGC Jakarta.

Stark, John E. 2003. Manual Ilmu Penyakit Paru,Binarupa Aksara : Jakarta

Rubenstein, David, dkk. Kedokteran Klinis, edisi 6, Erlangga Jakarta.

Price, Sylviana Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit EGC, edisi 6:

Jakarta.

25