ASKEP ASMA
-
Upload
budhiasa-ari -
Category
Documents
-
view
37 -
download
1
description
Transcript of ASKEP ASMA
LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA
OLEH : KELOMPOK 11
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif
intermiten, reversible dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner & Suddart, vol 1, 2002).
Asma didefinisikan sebagai suatu penyakit dari system pernafasan yang meliputi peradangan jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Crackett, Antony. 1997).
2.ETIOLOGI / PENYEBAB/ FAKTOR PENCETUS
Allergen Infeksi saluran pernapasan Tekanan jiwa Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat Obat-obatan Polusi udara Lingkungan kerja
3.MANIFESTASI KLINIS Pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah. Gejala klasik dari asma adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada
4. PATOFISIOLOGI
PATHWAY
Alergen, infeksi saluran napas, tekanan jiwa, olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan,
polusi udara, dan lingkungan kerja
Reaksi antigen dan antibodi
Dikeluarkan substansi vasoaktif ( histamine, bradikinin, dan anafilaktosin)
Hipersekresi mukus Hipereaktifitas bronkhus
Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan
Ketidakefektifan pola napas
Kurang pengettahuan Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intoleransi aktifitas
Ansietas
Keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise, kelemahan, dan keletihan fisik
Faktor pencetus serangan asma
Edema mukosa dan dinding bronkhus
Keluhan psikososial, kecemasan, ketidaktahuan
akan prognosis
5. KLASIFIKASI Asma Alergik/Ekstrinsik Idiopatik atau Nonalergik
Asma/Intrinsik Asma Campuran(Mixed Asma)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG
Pengukuran fungsi paru (spirometri) Tes provokasi bronchus Pemeriksaan kulit Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan radiologi
7.PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan nonfarmakologi-Penyuluhan-Menghindari faktor pencetus-Fisiotherapi
Pengobatan farmakologi-Metaproterenol (alupent, metrapel)-Metilxantin (aminofilin dan teofilin)-Kortikosteroid
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.PENGKAJIANAnamnesa: Nama, Umur, dan Jenis kelamin Usia Tempat tinggal Pekerjaan Suku bangsa Tanggal masuk rumah sakit (MRS) Nomor rekam medis, asuransi kesehatan, dan
diagnosis medis
Riwayat penyakit saat ini Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Pengkajian psiko-sosio-kultural Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat Pola hubungan dan peran Pola persepsi dan konsep diri Pola penanggulangan stres Pola sensorik dan kognitif Pola tata nilai dan kepercayaan
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil premitus .
Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
Auskultasi Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkhokontriksi, edema mukosa dan dinding bronchus, serta sekresi mucus yang kental ditandai dengan batuk tak efektif dan tidak mampu untuk mengelurkan sekresi jalan napas.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan perubahan frekuensi atau pola napas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan kelemahan, kehilangan masa otot, tonus otot buruk, dan berat badan 10%-20% di bawah ideal.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik umum ditandai dengan takikardi sebagai respon terhadap aktivitas.
5. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis ( efek hipoksemia ) ditandai dengan menyatakan masalah sehubungan dengan perubahan kejadian hidup.
6. Kurang pengetahuan berhubugan dengan ketidaktahuan akan prognosis ditandai dengan adanya permintaan informasi.
3.INTERVENSI KEPERAWATAN
No No. Dx
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria hasil : - Klien mampu melakukan batuk efektif - Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) - Tanpa ada penggunaan otot bantu napas.
1. Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum
2. Atur posisi semifowler 3. Ajarkan cara batuk efektif 4. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml / hari kecuali tidak di indikasikan 5. Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, perkusi dan fibrasi dada Kolaborasi : 6.Pemberian obat bronkodilator golongan B2 -Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutalini 0,25mg, fenoterol HBr 0,1 % solusion, orchiprenalini sulpur 0,75mg -Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (aminofilin) bolus IV 5-6 mg/kg BB.
1. Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi 2.Meningkatkan exspansi dada 3. Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan pengeluaran secret yang melekat dijalan napas 4. Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas 5. Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan secret 6. -Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronchus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi. -Pemberian secara intravena merupakan usaha pemeliharaan agar dilatasi jalan napas dapat optimal.
No No. Dx
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi Rasional
7. Agen mukolitik dan ekspektoran 8. Kortikosteroid
7. Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas 8. Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkhus
2. 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan fungsi parunya.
Kriteria hasil : - Irama napas regular - Frekuensi napas 16-
20x/menit
1.Identifikasi factor penyebab 2. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernapasan serta melaporkan setiap perubahan yang terjadi 3.Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditnggikan 60-90o (semi fowler) 4.Observasi tanda-tanda vital 5.Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam 6.Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan napas dalam yang efektif 7.Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan.
1.Dengan mengidentifikasikan penyebab,kita dapat menentukan jenis tindakan yang tepat 2. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien 3. Penurunan diafragma dapat memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal. 4. Peningkatan frekuensi napas dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru 5. Auskultasi dapat menentukan kelainan suara napas pada bagian paru 6. Batuk efektif dapat membantu mengeluarkan secret, 7. Pemberian O2 dapat menurunkan beban pernapasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hipoksemia
3. 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil : -menunjukan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
1.Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat ksulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. 2.Auskultasi bunyi usus 3.Berikan perawatan oral sering, buang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. 4.Dorong periode istirahat semalam jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering. 5. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin. 6. Timbang berat badan sesuai indikasi
1.Pesien distres pernafasan, sering anoreksia karena dispnea dan produksi sputum 2.Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, dan hipoksemia 3.Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas. 4. Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kaloro total. 5. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang menganggu napas abdomen dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dipsnea. 6. Bergunakan untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Kolaborasi: 7.Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan yang mudah cerna, secara nutrisi seimbang, mis: nutrisi tambahan oral/selang, nutrisi parenteral . 8. Kaji pemeriksaan laboratorium, mis : albumin, profil asam amino, besi pemeriksaan keseimbangan nitrogen, glukosa, elektrolit.
7. Metode makan dan kebutuhan kalori di dasarkan pada situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien/penggunaan energy 8.Mengevaluasi/ mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.
4. 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas teratasi Kriteria hasil : -melaporkan/ menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dipsnea, kelemahan berlebihan, dan takikardi.
1.Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dipsnea, peningkatan kelemahan/kelelahan atau perubahn tanda vital selama dan setelah aktivitas. 2.Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. 3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. 4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur. 5. Bantu aktivitas perawatan diri yang di perlukan.
1.Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. 2. Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat 3. Tirah baring di pertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan. 4. Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, 5. Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. 5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien menyatakan kesadaran terhadap ansietas.
Kriteria hasil : -pasien tampak rileks -melaporkan ansietas menurun sampai tigkat dapat ditangani
1. Observasi peningkatan kegagalan pernapasan, agitasi, gelisah, emosi labil. 2. Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsang. 3. Identifikasi persepsi pasien terhadap ancaman yang ada oleh situasi. 4. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. 5. Bantu orang terdekat untuk berespons positif pada pasien/situasi. Kolaborasi: 6.Berikan sedatif sesuai indikasi dan awasi efek merugikan..
1.Memburuknya hipoksemia dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas. 2. Meurunkan ansietas dengan menigkatkan relaksasi dan penghemat energy. 3. Membantu pengenalan ansietas/takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu. 4.Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi. 5. Meningkatkan penurunan ansietas melihat orang lain tetap tenang. Karena ansintas dapat menular, bila orang terdekat/staf memperlihatkan ansietas mereka, kemampuan koping pasien dapat dengan mudah di pengaruhi. 6. Mungkin diperlukn untuk membantu menangani ansietas dan meningkatkan istirahat.
6. 6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Kriteria hasil : -klien tidak bertanya-tanya tetang penyakitnya
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisifasi, lingungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat. 2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernapas. 3. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat. 4. Jelaskan dosis obat, Frekuensi pemberian, Kerja yang di harapkan,. Kaji potensial interaksi dengan obat/substansi lain. 5. Dorog pasien/orang terdekat untuk menyatakan takut/masalah. Jawab pertanyaan secara nyata.
1. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu 2. Dapat menunjukan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. 3. Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar. 4.Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien. 5. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi/peningkatan ansietas. Kesalahan konsepsi dapat mempengaruhi koping untuk meningkatkan/ mempertahankan kesehatan.
IMPLEMENTASISesuai dengan intervensi
EVALUASI Dx 1 : Klien mampu melakukan batuk efektif Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) Tanpa ada penggunaan otot bantu napas.
Dx 2 : Irama napas regular Frekuensi napas 16-20x/menit
Dx 3 : menunjukan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
Dx 4 : melaporkan/ menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
yang dapat diukur dengan tak adanya dipsnea, kelemahan berlebihan, dan takikardi.
Dx 5 : pasien tampak rileks melaporkan ansietas menurun sampai tigkat dapat ditangani
Dx 6 : klien tidak bertanya-tanya tetang penyakitnya
TERIMA KASIH