ASKEP ANAK DG HIV.doc

64
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Definisi AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162) AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T). (Tambayong, J:2000) AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601) AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354) Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus.

Transcript of ASKEP ANAK DG HIV.doc

Page 1: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1  Definisi

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat

menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human

Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)

AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah

melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T).

(Tambayong, J:2000)

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang

disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan

pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.

(Carolyn, M.H.1996:601)

AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang

dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu

yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354)

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh

retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur,

parasit dan virus.

1.2  Etiologi

HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki

limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain

dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi

HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke

dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).

1.3  Patofisiologi

Page 2: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja

sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan peran kritis

dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap

bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan

penurunan sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang

bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan

peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan

bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang

menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik

sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai

superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dan

kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah

bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti

infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat

berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke

organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat

viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada

jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi

terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan

terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.

Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering

simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada replikasi viral,

selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan imun sitomatik progresif,

dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif,

kelainan fungsi imun tampak pada saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase

akhir, dengan gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan terkait

HIV, dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan perubahan pada jenis

vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi aportunistik.

Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priode

inkubasi “  atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada

Page 3: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi

imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;

hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara anak-

anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan.

Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulin

secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan

keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4

sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik.

Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15%

pasien dengan AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang

normal. Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang

berbeda dengan dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan

frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.

1.4  Pathway (Terlampir)

Page 4: ASKEP ANAK DG  HIV.doc
Page 5: ASKEP ANAK DG  HIV.doc
Page 6: ASKEP ANAK DG  HIV.doc
Page 7: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

1.5  Tanda Dan Gejala

Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara

klinis dan imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis

tidak tampak sering mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian

imunologik bayi beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter

spesifik usia untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan

jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal

masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama. Selain itu,

pajanan obat ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen HIV tanpa infeksi

dapat membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena itu, hal ini peting

untuk merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung CD4, dan bila

mungkin menggunakan parameter yang ditegakkan dari observasi bayi tak

terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.

Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi

jarang diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For

Diseasen Control sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan

berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati generalisata

(didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak

bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang

terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini,

kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the European

Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan

bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang

tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang lebih rendah diantara bayi

yang tidak terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang didiskriminasi paling baik

antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis kronik, parotitis,

limfadenopati persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman yang

tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang

terinfeksi daripada bayi yang tidak terinfeksi.

Page 8: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI

HIV PADA ANAK

Kelas P-O: infeksi intermediate

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda

infeksi HIV

Kelas P-1: infeksi asimtomatik

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin

memiliki fungsi imun normal (P-1A) atau abnormal (P-1B)

Kelas P-2: infeksi sitomatik

P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal

berkembang,   limfadenopati, hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare

rekuren atau persistem yang tidak spesifik.

P-2B: penyakit neurologi yang progresif

P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid

P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren,

kandidiasis oral persisten, stomatitis herpes rekuren, atau zoster

multidermatomal.

P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau

limforma otak

P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati,

gangguan hematologi)

Tanda pertama infeksi tidak nyata. Pengalaman dari beberapa pusat

penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20% bayi yang terinfeksi secara cepat akan

berkembang menjadi gangguan imun dan AIDS. Banyak dari bayi ini akan

menampakkan gejala aneumonia Pneumocystis carinii (PCP) pada usia 3 sampai 6

bulan, atau menderita infeksi bakteri serius lain. Pada beberapa bayi, jumlah CD4

mungkin normal saat terjadinya PCP.

Dalam 2 tahun setelah lahir, kebanyakan bayi akan mengalami beberapa

derajat kegagalan berkembang, demam rekuren atau kronik, keterlambatan

Page 9: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

perkembangan, adenopati persisten, atau hepatosplemegali. Semua ini bukan

keadaan kecacatan, dan konsisten dengan kelangsungan hidup yang lama.

Melebihi ulang tahun pertama, sekitar 8% bayi ini akan berkembang menjadi

AIDS terbatas CDC per tahun. Penunjukan “AIDS” merupakan kebergunaan yang

sangat terbatas pada prognosis atau pada nosologi deskriptif infeksi HIV, tetapi

penyakit indicator AIDS berperang sebagai tanda tingginya perkembangan

penyakit dan sebagai catalog kondisi yang sering terlihat dengan perkembangan

penyakit. Masing-masing dibahas secara singkat dibawah:

Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP). PCP merupakan penyakit

indicator AIDS paling sering, yang terjadi pada sekitar sepertiga anak dan bayi

yang terinfeksi. Usia rata untuk munculnya penyakit adalah sekitar usia 9 bulan,

meskipun puncaknya sampai usia 3 sampai 6 bulan diantara bayi-bayi yang

berkembang sangat cepat. Tidak seperti reaksi PCP pada orang dewasa, infeksi ini

biasanya merupakan infeksi primer pada anak yang terinfeksi HIV, bergejala

subkutan atau mendadak dengan demam, batuk, takipnea, dan ronki. PCP sulit

dibedakan dengan infeksi paru lain atau usia ini, dan karena trimetoprim-

sulfametoksasol dan kortikosteroid intravena diberikan pada awal perjalanan

penyakit menyebabkan perbaikan yang signifikan, lavese bronkoalveolar

diagnostic harus dipikirkan secara serius pada bayi beresiko dengan gambaran

klinis konsisten. PCP memberikan prognosis yang tidak baik pada awal penelitian

dengan kelangsungan hidup media 1 bulan setelah diagnosis. Saat ini dikenali

bahwa penyakit yang lebih ringan dapat terjadi dan konsisten dengan

kelangsungan hidup yang lama. Profilaksin PCP dengan trimetoprim-

sulfametoksasol oral efektif, dan merupakan indikasi untuk bayi dengan

kehilangan limfosit CD4 yang signifikan, sebelum PCP, dan pada beberapa bayi

muda dengan perkembangan gejala terkait HIV yang cepat.

Pneumolitis Interstisial Limfoid (LIP). Infiltrasi paru intersisial kronik

telah ditentukan pada orang dewasa yang terinfeksi HIV dalam jumlah kecil,

tetapi terjadi pada sekitar 20% anak yang terinfeksi HIV. Dianggap berhubungan

dengan infeksi virus Epstein-Barr. Kondisi ini ditandai dengan perjalanan kronik

eksa-serbasi intermiten (sering selama infeks respirasi yang terjadi di antara

Page 10: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

infeksi atau selama infeksi. Infiltra dada kronik yang terlihat pada sinar-X sering

menunjukkan diagnosis, tetapi hanya biopsy paru terbuka yang dapat dipercaya

untuk diagnosis definitive. Hipoksia jaran parah sampai terbawa selama beberapa

tahun, dan beberapa perbaikan pada kostikosteroid. LIP sebagai gejala yang

timbul pada infeksi HIV dapat disertai prognosis yang lebih baik, dan sering

terlihat pada kelompok gejala dengan hipergamaglobulinemia yang nyata dan

parotitis.

Infeksi Bakteri Rekuren. Untuk criteria AIDS pediatric CDC, infeksi

bakteri rekuren adalah dua atau lebih episode sepsis, meningitis, pneumonia, abses

internal, atau infeksi tulang dan sendi; ini semua terlihat pada 15% anak-anak

dengan AIDS pediatric. Infeksi bakteri yang lebih sedikit, seperti infeksi sinus

rekuren atau kronik, otitis media, dan pioderma masih sering terjadi.

Streptococcus pneumonia merupakan isolate darah yang paling sering pada anak

yang terinfeksi HIV, meskipun stafilokokal gram-negatif, dan bahkan bakteremia

pseudomonal terjadi berlebihan. Penanganan episode demam pada anak yang

terinfeksi HIV sama dengan penanganan anak dengan kondisi yang menganggu

imunitas lain. Gangguan kemampuan untuk menjaga respons antibody yang

efektif dan kurangnya pajanan membuat anak yang terinfeksi HIV rentang

terhadap penyakit bakteri yang lebih setius. Profilaksis dengan immunoglobulin

intravena dapat mengurangi frekuensi dan keparahan infeksi bakteri yang serius.

Penyakit Neurologi Progresif. Sampai 60% anak yang terinfeksi HIV

dapat munculkan tanda infeksi system saraf pusat. Pada sekitar seperempatnya,

infeksi ini dalam bentuk ensefalopati static yang biasanya bermanifestasi pada

tahun pertaman dengan keterlambatan perkembangan. Pada sekitar sepertiganyan,

terjadi ensefalopati progresif, dengan kehilangan kejadian yang penting

sebelumnya dan deficit motorik dan kognitif yang berat. Pencitraan saraf dapat

memperlihatkan atrofi serebral, kelainan subtansi alba, atau klasifikasi ganglion

basal, atau kesemuanya, meskipun keparahan abnormalitas pencitraan sering tidak

berkorelasi dengan gambaran klinis. Zidovudin IV kontinu ditemukan

menyebabkan perbaikan yang dramatic pada beberapa anak dengan deficit

perkembangan saraf; kostikosteroid juga menguntungkan pada laporan terisolasi.

Page 11: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

Wasting Syndrome. Kegagalan kronik untuk tumbuh pada infeksi HIV

lanjut terjadi pada sekitar 10% bayi dan anak dengan AIDS dan hamper selalu

multifaktorial. Deficit system saraf pusat dari latergi sampai kelemahan dalam

mengunyah; abnormalitas neuroendokrin; malabsorpsi dan diare akibat infeksi

HIV primer, infeksi usus sekunder, atau terapi; dan katabolisme yang diinduksi

infeksi sering berperang pada masalah yang menjengkelkan ini.

Infeksi Oportunistik. Lebih dari satu lusin infeksi oportunistik spesifik

memenuhi AIDS, meskipun setelah PCP, paling sering pada AIDS pediatric

adalah esofagistis kandida, terjadi pada sekitar 10%, dan infeksi kompleks,

Mycobakterium avium. Diantara virus-virus, infeksi CMV diseminata dan lama

pada saluran cerna, dan infeksi virus varisela zoster apitikal, rekuren dan ekstensif

sering terjadi. Walaupun daftar panjang pathogen yang menyebabkan penyakit

berat dan lama tidak lazim pada penjamu ini, virus respirasi yang lazim,

mencakup virus sinsitial respiratorius, jarang menyebabkan penyakit yang

berkomplikasi.

Terkenanya organic lain. Terkenanya hepar padi infeksi HIV pediatric

sering mengambil bentuk organ yang membesar sedang sampai berat,

transaminitis berfluktuasi. Yang jarang adalah hepatitis kolestatik berat yang

terjadi pada bayi yang terinfeksi pada tahun pertama, dengan prognosis buruk.

Kelainan hati dapat disebabkan oleh infeksi yang bersama dengan CMV, HCV,

atau HBV, oleh infeksi HIV itu sendiri, atau banyak agen infeksius lain. Penyakit

ginjal yang sering terjadi, paling sering bermanifestasi protenuria. Perubahan

mesangial dan glomerulokslerosis fokal telah diindentifikasi sebagai patologi

yang paling sering terjadi pada anak dengan AIDS. Kelainan jantung dapat

diperhatikan pada separuh anak semua usia penyakit HIV, meskipun insiden

kardiomiopati simtomatik hanya 12 sampai 20%; efusi pericardial dan gangguan

fungsi ventrikel merupakan kelainan ekokardiografi yang paling sering

ditemukan. Meskipun frekuensi penyakit paru kronik pada pasien ini, terkenanya

vertikel kiri beberapa kali lebih sering daripada yang kanan. Tekanan HIV

langsung, autoimunitas, malnutrisi dan infeksi bersama dengan virus miotropik

semuanya telah dihipotesis sebagai etiologi. Fenomena autoimun mencakup

Page 12: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

anemia hemolitik positif-coombs dan trombositopenia. Sarcoma Kaposi dan

kanker sekunder lain jarang pada anak yang terinfeksi HIV.

1.6  Diagnosis

Diagnosis awal bayi yang terinfeksi sangat diinginkan, tetapi pengenalan

awal bayi yang beresiko HIV lebih penting. Hanya jika infeksi HIV pada

perempuan hamil teridentifikasi, terhadap kesempatan untuk mengubah ibu dan

bayi secara cepat dengan terapi antiviral atau preventif. Oleh karena itu uji dan

konseling HIV harus menjadi bagian rutin pada perawatan kehamilan.

Menetapnya antibody terhadap HIV yang didapat secara transplasenta

pada bayi merupakan komplikasi pemakaian uji antibody konversional dalam

mendignosis infeksi HIV pada masa bayi. Karena antibodi seperti ini dapat

menetap dalam sirkulasi bayi yang tidak terinfeksi selama 18 bulan, diagnosis

infeksi pada bayi beresiko memerlukan biakan virus dari bayi (biakan HIV), atau

adanya antigen HIV (antigen p24) atau asam nuclear viral-[reaksi rantai

polymerase HIV (PCR)]. Uji virolegi dengan PCR atau biakan HIV darah perifer

dapat diharapkan menegakkan atau menyingkirkan (95% dapat dipercaya)

diagnosis infeksi HIV pada usia 3 sampai 6 bulan. Uji-uji ini jika dilakukan

dengan tepat mempunyai angka positivitas palsu rendah yang dapat diterima dan

dapt diandalkan untuk menegaskan infeksi pada semua usia. Sensitivitas pada

tiap-tiap tes lebih rendah pada priode parinatal, membuat diperlukannya tes serial.

Untuk memonitor secara prospektif bayi yang beresiko, uji firologi diagnostic

dianjurkan sekurang-kurangnya 2 kali dalam 6 bulan pertama. Sebagai orang tua

diberitahukan bahwa anaknya terinfeksi, konfirmasi dan tinjauan semua uji

laboratorium dianjurkan.

Bila bayi atau anak tanpa factor resiko yang dikenali untuk infeksi HIV

tampak dengan gambaran atau tanda yang cocok dengan defisiensi imun,

diagnosis HIV harus dijalankan bersama defisiensi imun lain. Kenyataan bahwa

infeksi HIV akhir-akhir ini merupakan penyebab utama defisiensi imun pada anak

yang lebih mudah membantu saat membersihkan konseling orang tua berkenang

dengan uji serologi.

Page 13: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

Pada anak berusia 18 bulan sampai masa remaja, tes serologi yang positif

yang dikonfirmasi untuk antibody terhadap HIV (ELISA dan bekuan Western atau

tes konfirmasi lain) biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis infeksi HIV.

Beberapa persen bayi tidak terinfeksi dari ibu yang terinfeksi HIV akan memiliki

antibody yang berasal dari ibu yang dideteksi, sehingga konfirmasi virologi

diharapkan. Kesukaran lain yang jarang dalam diagnosi yang didasarkan pada

serologi saja adalah bayi yang terinfeksi HIV yang tidak menghasilkan antibody

spesifik HIV dan keadaan yang tidak lazim pada bayi terinfeksi yang menjadi

seronegatif setelah pencucian antibody meternal sebelum menghasilkan antibody

itu sendiri.

1.7  Komplikasi

1.      Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,

peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,

dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai

oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati,

kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan lambung. Tanda dan

gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit dan rasa sakit di

balik sternum (nyeri retrosternal).

2.      Neurologik

•   ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC;

AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit

kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik,

apatis dan ataksia. stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan

dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang kosong,

hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi, tremor, inkontinensia, dan

kematian.

•   Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise,

kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis

ditegakkan dengan analisis cairan serebospinal.

Page 14: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

3.      Gastrointestinal

Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang

diperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB

> 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan

yang kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain

yang dapat menjelaskan gejala ini.

  Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan

sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,

malabsorbsi, dan dehidrasi.

  Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,

alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

  Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang

sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-

gatal dan diare.

4.      Respirasi

Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),

batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi

infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare

(MAI), cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides.

5.      Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis

karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,

gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes

zoster dan herpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri

dan merusak integritas kulit. moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus

yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. dermatitis

sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai

kulit kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis

menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan

dermatitis atopik seperti ekzema dan psoriasis.

Page 15: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

6.      Sensorik

  Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis

sitomegalovirus berefek kebutaan

  Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran

dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,

sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

1.8  Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji

HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian

Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi

HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western

blot. Tes lain adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24

(polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka

dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu

HIV.

1.      Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

  ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)

  Western blot (positif)

  P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)

  Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim

reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)

2.      Tes untuk deteksi gangguan system imun.

  LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)

  CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi

terhadap antigen)

  Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)

  Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).

  Kadar immunoglobulin (meningkat)

1.9  Penatalaksanaan

Page 16: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

1)      Perawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:

  Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah

kemungkinan terjadi infeksi

  Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada

  Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan

dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT

dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV

  Mengatasi dampak psikososial

  Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan

prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis

  Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu

memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)

1.10          Pengobatan

Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS.

Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan

perkembangan penyakit dan pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan dengan

menmggunakan tiga parameter : status kekebalan, status infeksi dan status klinik

dalam kategori imun : 1) tanpa tanda supresi, 2) tanda supresi sedang dan 3) tanda

supresi berat. Seorang anak dikatakan dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa

bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. Status imun didasarkan pada

jumlah CD$ atau persentase CD4 yang tergantung usia anak (Betz dan Sowden,

2002).

Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan ditujuan

terhadap mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti Kandidiasis dan

pneumonia interstisiel. Azidomitidin ( Zidovudin), videks dan Zalcitacin (DDC)

adalah obat-obatan untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah, Videks dan

DDC kurang bermanfaat untuk oenyakit sistem saraf pusat. Trimetoprin

sulfametojsazol (Septra, Bactrim) dan Pentamadin digunakan untuk pengobatan

dan profilaksi pneumonia cariini setiap bulan sekali berguna untuk mencegah

Page 17: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia. Imunisasi

disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti vaksin

poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin vorus polio yang tidak aktif (IPV)

(Betz dan Sowden, 2002).

1.11          Pencegahan

Pencegahan infeksi HIV primer pada semua golongan usia kemungkinan

akan memengaruhi epidemil global lebih dari terapi apa pun dimasa depan yang

dapat diketahui. Kesalahan konsepsi mengenai factor resiko untuk infeksi HIV

adalah target esensial untuk usaha mengurangi perilaku resiko, terutama diantara

remaja. Untuk dokter spesialis anak, kemampuan member konsultasi pada pasien

dan keluarga secara efektif mengenai praktik seksual dan penggunaan obat adalah

aliran utama usaha pencegahan ini. Bahkan pendidikan dan latihan tersedia dari

The American Medical Assosiation dan The American Academy of Pediatrics

yang dapat membantu dokter pediatric memperoleh kenyamanan dan kompetensi

yang lebih besar pada peran ini.

Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat

dengan pencegahan infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus

menekan pada uji serologi HIV bagi semua perempuan hamil. Rekomendasi ini

penting karena uji coba pengobatan mutakhir menunjukkan bahwa protocol

pengobatan bayi menggunakan obat yang sama selama beberapa minggu secara

signifikan mengurangi angka transmisi dari ibu ke bayi.

Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1

mengurangi penularan HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan

zidovudin (100 mg lima kali/24 jam) pada wanita HIV-1 dalam 14 minggu

kehamilan sampai kelahiran dan persalinan dan selama 6 minggu pada neonatus

(180 mg/m2 secara oral setiap jam) mengurangi penularan pada 26% resipien

palasebo sampai 8% pada resipien zidovudin, suatu perbedaan yang sangat

bermakna. Pelayanan kesehatan A.S. telah menghasilkan pedoman untuk

penggunaan zidovudin pada wanita hamil HIV-1 positif untuk mencegah

penularan HIV-1 perinatal. Wanita yang HIV-1 positif, hamil dengan masa

Page 18: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

kehamilan 14-34 minggu, mempunyai anak limfosid CD4 +  200/mm atau lebih

besar, dan sekarang tidak berada pada terapi atteretrovirus dianjurkan

menggunakan zidovudin. Zidovudin intravena (dosis beban 1 jam 2 mg/kg/jam

diikuti dengan infus terus menerus 1 mg/kg/jam sampai persalinan) dianjurkan

selama proses kelahiran. Pada semua keadaan dimana ibu mendapat zidovudin

untuk mencegah penularan HIV-1, bayi harus mendapat sirup zidovudin (2 mg/kg

setiap 6 jam selama usia 6 minggu pertama yang mulai dan8 jam sesudah lahir).

Jika ibu HIV-1 positif dan tidak mendapatkan zidovudin, zidovudin harus dimulai

pada bayi baru lahir sesegera mungkin sesudah lahir, tidak ada bukti yang

mendukung kemajuan obat dalam mencegah infeksi HIV-1 bayi baru lahir

sesudah 24 jam. Ibu dan anak diobati dengan zidovudin harus diamati dengan

ketak untuk kejadian-kejadian yang merugikan dan didaftar pada PPP untuk

menilai kemungkinan kejadian yang merugikan jangka lama. Saat ini, hanya

anemia ringan reversible yang telah ditemukan pada bayi. Untuk melaksanakan

pendekatan ini secara penuh, semua wanita harus mendapatkan prenatal yang

tepat, dan wanita hamil harus diuji untuk positivitas HIV-1.

Penularan seksual. Pencegahan penularan seksual mencakup

penghindaran pertukaran cairan-cairan tubuh. Kondom merupakan bagian integral

program yang mengurangi penyakit yang ditularkan secara seksual. Seks tanpa

perlindungan dengan mitra yang lebih tua atau dengan banyak mitra adalah biasa

pada remaja yang terinfeksi HIV-1.

Page 19: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN HIV-AIDS

2.1            Pengkajian

1.       Data Subjektif, mencakup:

a.       Pengetahuan klien tentang AIDS

b.      Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun

c.       Dispneu (serangan)

d.      Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)

2.      Data Objektif, meliputi:

a.       Kulit, lesi, integritas terganggu

b.      Bunyi nafas

c.       Kondisi mulut dan genetalia

d.      BAB (frekuensi dan karakternya)

e.      Gejala cemas

3.      Pemeriksaan Fisik

a.       Pengukuran TTV

b.      Pengkajian Kardiovaskuler

Page 20: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

c.       Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung

kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.

d.      Pengkajian Respiratori

e.       Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri

dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.

f.       Pengkajian Neurologik

g.       Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot,

kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,

meningitis, keterlambatan perkembangan.

h.      Pengkajian Gastrointestinal

i.        Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih

kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis

mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare

kronis, pembesaran limfa.

j.        Pengkajain Renal

k.      Pengkajaian Muskuloskeletal

l.        Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)

m.    Pengkajian Hematologik

n.      Pengkajian Endokrin

4.      Kaji status nutrisi

a.       Kaji adanya infeksi oportunistik

b.      Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

2.2              Dapatkan riwayat imunisasi

  Dapatkan riwayat yang berhubungan dengan faktor resiko terhadap aids pada anak-

anak: exposure in utero to HIV-infected mother, pemajanan terhadap produk

darah, khususnya anak dengan hemophilia, remaja yang menunjukan prilaku

resiko tinggi.

  Obsevasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak: gagal tumbuh, limfadenopati,

hepatosplenomegali

Page 21: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

  Infeksi bakteri berulang

  Penyakit paru khususnya pneumonia pneumocystis carinii (pneumonitys inter

interstisial limfositik, dan hyperplasia limfoid paru).

  Diare kronis

  Gambaran neurologis, kehilangan kemampuan motorik yang telah di capai

sebelumnya, kemungkinan mikrosefali, pemeriksaan  neurologis abnormal

  Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian missal tes antibody serum.

2.3              Diagnosa Keperawatan

Menurut Wong (2004) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada

anak dengan HIV antara lain:

1)      Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan akumulasi secret sekunder

terhadap hipersekresi sputum karena proses inflamasi

2)      Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder

terhadap reaksi antigen dan antibody (Proses inflamasi)

3)      Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan

pemasukan dan pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

4)      Perubahan eliminasi (diare) yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus

sekunder proses inflamasi system pencernaan

5)      Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitis seboroik

dan herpers zoster sekunder proses inflamasi system integumen

6)      Risiko infeksi (ISK) berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya

organisme infeksius dan imobilisasi

7)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan

penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

8)      Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan pembatasan fisik, hospitalisasi,

stigma sosial terhadap HIV

9)      Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK sekunder proses penyakit (misal:

ensefalopati, pengobatan).

10)  Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan

penyakit yang mengancam hidup.

Page 22: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

2.4              Intervensi Keperawatan

Menurut Wong (2004) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi diagnosa keperawatan pada anak yang menderita HIV antara lain

(Rencana Keperawatan Terlampir)

Menurut Betz dan Sowden (2002) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan

oleh seorang perawat terhadap anak dan ibu yang sudah menderita infeksi HIV

antara lain :

1.      Lindungi bayi, anak atau remaja dari kontak infeksius, meskipun kontak biasa

dari orang ke orang tidak menularkan HIV

2.      Cegah penularan infeksi HIV dengan membersihkan bekas darah atau cairan

tubuh lain dengan larutan khusus, pakai sarung tangan lateks bila akan terpajan

darah atau cairan tubuh, pakai masker dengan pelindung mata jika ada

kemungkinan terdapat aerosolisasi atau terkena percikan darah atau cairan tubuh,

cuci tangan setelah terpajan darah atau cairan tubuh dan sesudah lepasa sarung

tangan, sampah-sampah yang terrkontaminasi darah dimasukkan ke dalam

kantong plastik limbah khusus.

3.      Lindungi anak dari kontak infeksius bila tingkat kekebalan anak rendah dengan

cara lakukan skrining infeksi, tempatkan anak bersama anak yang non infeksi dan

batasi pengunjung dengan penyakit infeksi.

4.      Kaji pencapaian perkembangan anak sesuai usia dan pantau pertumbuhan (tinggi

badan, berat badan, lingkar kepala

5.      Bantu keluarga untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat kepatuhan

terhadap perencanaan pengobatan

6.      Ajarkan pada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat

tanda-tanda dan gejala infeksi, ajarkan pada anak dan keluarga memberitahu

dokter tentang adanya efek samping

Page 23: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

7.      Ajarkan pada anak dan keluarga tentang penjadualan pemeriksaan tindak lanjut :

nama dan nomor telepon dokter serta anggota tim kesehatan lain yang sesuai,

tanggal dan waktu serta tujuan kunjungan pemeriksaan tindak lanjut

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada ibu dan anak yang belum

terinfeksi HIV antara lain :

1.      Ibu jangan melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa kondom

2.      Gunakan jarum suntik steril, dan tidak menggunakan jarum suntik secara bersama

secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.

3.      Tranfusi darah melalui proses pemeriksaan terhadap HIV terlebih dahulu.

4.      Untuk Ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan

spontan/normal sebaiknya tidak menyusui bayi dengan ASInya

5.      HIV tidak menular melalui : bersentuhan, bersalaman dan berpelukan (kontak

sosial), berciuman (melalui air liur), keringat, batuk dan bersin, berbagi makanan

atau menggunakan peralatan makan bersama, gigitan nyamuk atau serangga lain,

berenang bersama, dan memakai toilet bersama sehingga tidak perlu takut dan

khawatir tertular HIV.

Page 24: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN HIV-AIDS

3.1  PENGKAJIAN 

I.                   Identitas Klien :

Nama/nama panggilan : An. A.

Tempat tanggal lahir/usia      : Poasia, 27 Mei 2005/  6 bulan 8 hari

Jenis Kelamin                          : Laki-laki

A g a m a                                 : Islam

Pendidikan                              : -

Alamat                                        : BTN Kendari Permai Blok J No.14

Tanggal masuk                        : 18  Mei 2011

Tanggal pengkajian                 : 19 Mei 2011

Diagnosa Medik                      : HIV-AIDS

II.                Identitas Orang Tua

1.          Ayah

a.       N  a  m  a                     : Tn. T.L.

Page 25: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

b.      U  m  u  r                   : 27 tahun

c.       Pendidikan : SMA

d.      Pekerjaan                 : Buruh Pabrik

e.      A g a m a                   : Islam

f.        A l a m a t                   : BTN Kendari Permai Blok J No.14

2.           Ibu

a.       N  a  m  a                  : Ny. R

b.      U s i a                      : 25 tahun

c.       Pendidikan            : SMP

d.      Pekerjaan              : Ibu Rumah Tangga

e.      A g a m a                 : Islam

f.        A l a m a t                : BTN Kendari Permai Blok J No.14

3.          Identitas Saudara Kandung

No. N  a  m  a U s i a Hubungan Status Kesehatan

1. - - - -

III.             Keluhan Utama

Orangtua klien mengeluhkan bayinya mengalami diare disertai dengan

demam.

IV.             Riwayat Kesehatan.

1.   Riwayat Kesehatan Sekarang

Diare dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mula-mula intensitas BAB kurang, dan

sejak 2 hari yang lalu diare semakin parah diserta dengan demam, terdapat bercak-

bercak terasa gatal pada kulit, diare diikuti dengan batuk, sesak dan klien tidak

mau menyusu. Dengan alasan tersebut orang tua klien membawa klien ke RS

untuk di periksa.

2.      Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)

Page 26: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

1)      Prenatal Care

  Pemeriksaan kehamilan  3 kali

  Keluhan selama hamil  Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas

  Riwayat terkena sinar  tidak ada

  Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg

  Imunisasi 2 kali

  Golongan darah  Ibu : lupa /golongan darah ayah : A

2)      N a t a l

  Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan

  Lama dan jenis persalinan  : Spontan/normal

  Penolong persalinan  Dokter Kebidanan

  Tidak ada  komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit

perdarahan daerah vagina).

3)      Post Natal

  Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm

  Pada saat lahir kondisi anak baik

  (untuk semua usia)

  Penyakit  yang pernah dialami  demam setelah imunisasi

  Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada

  Imunisasi belum lengkap

  Alergi belum nampak

  Perkembangan anak  dibanding saudara-saudara  : Anak pertama

VI.             Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga    : Ibu klien positif  HIV

Page 27: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

VII.          Genogram

 

Keterangan

:                           

Perempuan       --------  = Serumah

  Laki-laki                      =

Meninggal        

  Klie n                           = Garis

keturunan

·         Penjelasan :

·         Generasi I  = Kakek dan nenek klien meninggal bukan karena penyakit yang

sama dengan klien

·         Generasi II  = Saudara laki-laki dari bapak klien meninggal karena kecelakaan

tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan klien

·         Generasi III = Klien anak pertama. Belum mempunyai saudara, klien saat ini di

rasawat di RS dengan diangnosa postif HIV.

VI. Riwayat Imunisasi

Page 28: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

No. Jenis Imunisasi

Waktu

Pemberian

Reaksi setelah

pemberian

1. BCG 1 bulan Demam

2. DPT Lupa Demam

3. Polio - -

4. Campak - -

5. Hepatitis lupa lupa

VII.            Riwayat Tumbuh Kembang

a.       Pertumbuhan Fisik

1.            Berat Badan  : BB lahir 2 kg, BB masuk RS : 5 kg.

2.            Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 50 Cm

3.            Waktu tumbuh gigi pertama : belum

b.      Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat :

1.      Berguling              : 5 bulan

2.      Duduk                : belum

3.      Merangkak           : belum

4.      Berdiri                   : belum

5.      Berjalan                : belum

6.      Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa

7.      Bicara pertama  kali          : belum

8.      Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya

secara penuh

VIII.    Riwayat Nutrisi

a.       Pemberian ASI

1.      Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir

2.      Cara Pemberian         : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis

3.      Lama Pemberin         : 15-20 manit

4.      Diberikan sampai usia : sampai saat ini

Page 29: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

b.      Pemberian Susu Formula : SGM

Tidak pernah diberikan susu formula hanya ASI

c.       Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini :

U s  i   a Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1.      0  - saat ini  Asi Masih berlangsung saat ini

IX. Riwayat Psiko Sosial

  Anak tinggal di rumah sendiri

  Lingkungan berada di tepi kota

  Rumah  tidak ada fasilitas lengkap

  Di Rumah tidak ada tangga yang  berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,

anak bebas bermain di luar dengan teman-temannya

  Hubungan antar anggota kelurga  baik

  Pengasuh anak adalah  orang tua

X.    Riwayat spiritual

1.      Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah

2.      Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan

XI. Reaksi Hospitalisasi

a.       Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap

1.      Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan cemas tentang keadaan

anaknya yang demam terus

2.      Dokter menceritakan  sebagaian kecil kondisi anaknya  dan kelihatannya orang

tua  belum mengerti  hal ini dibuktikan dengan  ekspresi wajah orang tua  dan

pertanyaan  yang timbul sekitar keadaan anaknya

3.      Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan keadaan anaknya dan

selalu menanyakan kondisi anaknya

4.      Orang tua selalu menjaga anaknya  bergantian antara ayah, ibu dan dan keluarga

yang lain.

b.      Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap

Page 30: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

1.     Anak belum mampu berbicara

XII.       Aktivitas Sehari-hari

a.       Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat  sakit

1.      Keinginan Menyusu

2.      Frekwensi Menyusui

Baik

7 kali

Kurang

Tidak pernah

b.      Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.      Jenis minuman

2.      Frekwensi minum

3.      Kebutuhan cairan

4.      Cara pemberian

ASI

Setiap kali haus

Tidak diketahui

ASI

Tidak ada

Sering

Tergantung

Infuse

c.       Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.      Tempat pembuangan

2.      Frekwensi/waktu

3.      Konsistensi

4.      Kesulitan

5.      Obat pencahar

Kain sarung

BAK= sering BAB =  2

x sehari

Sering encer

Tidak ada

Tidak pernah

digunakan

Popok

BAK = sering, BAB

= 4-6x sehari

Encer

Tidak ada

d.      Istirahat/Tidur

Page 31: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.      Jam tidur

          Siang

          Malam

2.      Pola tidur

3.      Kebiasaan sebelum tidur

4.      Kesulitan tidur

12.00 – 14.00

 Jam 20.00- 06.00

Tidur dilaksanakan

pada siang dan malam

hari

Menyusu

Gelisah

Jam 14.00-15.00

Jam 21.00-7.30

Tidur dilaksanakan

pada siang dan

malam hari

Menyusu

Sering terbangun

karena popoknya

basah oleh feses.

e.       Olahraga

Tidak dikaji

f.       Personal Hygiene

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

1.      Mandi

          Cara

          frekwensi

          alat mandi

2.      Cuci rambut

          frekwensi

          Cara

3.      Gunting kuku

          frekwensi

          Cara

4. Gosok gigi

Dikerjakan oleh orang

tua

2 x sehari

Sabun

Kadang-kadang

Tidak menentu

Dikerjakan oleh orang

tua

Setiap kali kuku terlihat

panjang

Di kerjakan oleh orang

Tidak  pernah mandi

hanya dilap badan

1 x sehari/melap

badan

Pake air hangat

belum pernah

dilakukan

belum pernah

dilakukan

Page 32: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

          Frekwensi

          Cara

tua

Setiap kali mandi

Dikerjakan oleh orang

tua

Belum pernah

dilakukan

g.      Aktifitas/mobilitas fisik

Tidak dikaji

h.      Rekreasi

Tidak dikaji

3.2  Pemeriksaan Fisik

a.       Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak

  Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila diajak bermain.

  Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya.

b.      Tanda-tanda vital:

  Suhu             : 38,5 º  C

  Nadi              : 120x/m

  Pernafasan     : 28x / m

  TD                 : 95/60 mmHg

c.       Antropometri

  - Panjang badan            : 50 cm

  - Berat badan                          : 5 kg

  - Lingkaran lengan atas           : tidak dikaji

  - lingkaran kepala                    : tidak dikaji

  - lingkaran dada                      : tidak di kaji

  - Lingkaran perut                    : tidak dikaji

  - Skin fold                               : tidak dikaj

Page 33: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

d.      Head To Toe

  Kulit  :

Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan gatal

  Kepal dan leher :

I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada

Peradangan.

P: Normal, tidak ada benjolan dikepala

P: -

A: -

  Kuku :  Jari tabuh

  Mata / penglihatan :

Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung

  Hidung     :

Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi,  tidak ada polip, dan fxungsi

penciuman normal

  Telinga      :

Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan

  Mulut dan gigi

Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan

perdarahan  pada gigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien

nampak kering dan bibir pecah-pecah

  Leher:       Terjadi peradangan pada eksofagus.

  Dada :

I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada

P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak adanya pembesaran hati

P: nada sonor

A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan

Tidak ada retraksi dinding dada (+).

  Abdomen :

I : Nampak normal, simetris kiri kanan

P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada bagian

Page 34: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

kanan bawah

P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)

A: terdengar bunyi peningkatan  peristaltic/ bising usus dan tidak ada krepitasi

abdomen.

  Perineum dan genitalia    

Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang

  Ekstremitas : klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan extremitas

bawah tonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit

I: Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda oedema. Jumlah

jari lengkap.terdapat keterbatasan gerak ekstremitas bawah

P: Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.

P: reflek tendon kurang

A: -

o  Skala kekuatan otot 3 3

3 3

e.       Sistem Pernafasan

  Hidung      : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada

  Leher         : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub

mandibula.

  D a d a      :

o   Bentuk dada : Normal

o   Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal :  1 : 1

o   Gerakan dada  : simetris, tidak terdapat retraksi

o  

Wh 

Rh

Page 35: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

  Suara nafas      : ronki 

o   Suara nafas tambahan : ronki

o   Tidak ada clubbling finger

f.       Sistem kardiovaskuler :

  Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler ,

tekanan vena jugularis : tidak meninggi

  Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran

  Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal

  Capillary refilling time > 2 detik

g.      Sistem pencernaan:

  Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut

   Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya virus

yang menyerang usus

  Gaster  : nafsu makan menurun,  mules, mual muntah, minum normal,

  Anus : terdapat bintik dan meradang gatal

h. Sistem indra

1.            Mata : agak  cekung

2.            Hidung : Penciuman kurang baik,

3.            Telinga

o    Keadaan daun telinga : kanal auditorius  kurang bersih akibat benyebaran penyakit

o    Fungsi pendengaran kesan baik

i.        Sistem Saraf

2.             Fungsi serebral:

  Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua

  Bicara : -

Page 36: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

  Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti

perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 5

3.             Fungsi kranial :

Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari Nervus I – Nervus

XII.

4.             Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh   orang

tua

5.             Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)

6.             Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan  kesan normal

7.             Refleks : bisip, trisep,  patela dan babinski terkesan normal.

j.        Sistem Muskulo Skeletal

1.            Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri

2.            Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas

bergerak,  aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.

3.            Lutut :  tidak bengkak, tidak kaku,  gerakan aktif, kemampuan jalan baik

4.            Tangan  tidak bengkak,  gerakan dan ROM aktif

k.      Sistem  integumen

   warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,

   suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok),

capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

l.        Sistem endokrin

   Kelenjar tiroid  tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran

   Suhu tubuh tidak tetap, keringat  normal,

   Tidak ada riwayat diabetes

m.    Sistem Perkemihan

  Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.

  Tidak ditemukan odema

Page 37: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

  Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu

n.      Sistem Reproduksi

Alat genetalia termasuk glans penis  dan orificium  uretra eksterna  merah dan

gatal

o.      Sistem Imun

  Klien tidak ada riwayat alergi

  Imunisasi lengkap

  Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada

  Riwayat transfusi darah tidak ada

XIII.    Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

1.      6 tahun ke atas

a.       Perkembangan kognitif  : Klien mampu bekerja sama dengan orang lain hal ini

dibuktikan dengan klien sering bermain bola bersama teman-temannya waktu

sebelum sakit.

b.      Perkembangan motorik : klien mampu menggunakan sepeda dengan sendirinya

XIV.        Terapi Saat ini  :

  Infus RL 20 tts/m

  Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti

vaksin poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif

(IPV)

Keperawatan :

  Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah

kemungkinan terjadi infeksi

  Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada

  Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan

dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT

dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV

Page 38: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

  Mengatasi dampak psikososial

  Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan

prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis

  Hasil Laboratorium tanggal 28 Maret 2011:  Tidak dikaji

XV.    Klasifikasi Data

Data Subjektif

  Keluarga klien mengatakan anaknya batuk-batuk dan sesak

  Keluarga klien mangatakan anaknya demam terus-menerus

  Keluarga klien mengatakan muncul bercak-bercak di tubuh anaknya

  Keluarga klien mengatakan, klien tidak mau makan/malas makan

  Ibu klien mengatakan anaknya susah menelan akibat luka-luka pada mulutnya

  Keluarga klien mengatakan anaknya sering buang air besar dan encer

  Keluarga klien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, maka dari itu

anaknya di bawa ke RS.

Data Objektif

  Klien selama di RS nampak batuk terus dan gelisah nampak sesak sesak

  Klien nampak teraba panas dengan suhu 39 0C,  Nadi       : 120x/m, P : 28x /m dan

TD : 95/60 mmHg

  Nampak terlihat bercak-bercak dan klien selalu menangis menggaruk badannya

yang gatal.

  Klien nampak cengeng bila ingin disusui, berat badan klien turun dari 5 kg menjdi

4 kg.

  Klien nampak selalu mengeluh ingin BAB dan diRS terhitung 4-5/hari

  Kulit klien nampak kering, nampak cekung pada mata

  Keluarga klien nampak gelisah dan selalu menanyakan kondisi anaknya.

   

XVI. Analisa Data

No Data Etilogi Masalah

Page 39: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

1 DS       :

o   Ibu klien mengatakan

anaknya batuk-batuk dan

sesak

DO      :

o   Klien selama di RS

nampak batuk terus dan

gelisah nampak sesak

sesak

o   Tanda-tanda vital:

  Suhu   : 38,5 º  C

  Nadi    : 120x/m

  Pernafasan : 28x / m

  TD    : 95/60 mmHg

Kandidiasis

Menginfeksi

bronkus

Aktivitas bronkus

berkurang

 

 

Batuk inefektif

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

2 DS       :

o   Ibu klien mangatakan

anaknya demam terus-

menerus

DO      :

   Klien nampak teraba panas

dengan suhu 38,5 0C, 

Nadi           : 120x/m, P :

28x / m dn TD : 95/60

mmHg

Kuman

mengeluarkan

endotoksin

Merangsang

pengeluaran zat

pirogen oleh

leukosit pada

Hipertermi

Page 40: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

jaringan yg

meradang

Melepas zat IL-1,

prostaglandin E2

(pirogen leukosi &

pirogen endokrin

Mencapai

hipotalamus (set

point)

3 DS :

o   ibu klien mengatakan,

klien tidak mau

makan/malas makan

o   Ibu klien mengatakan

anaknya susah menelan

akibat luka-luka pada

mulutnya

DO :

o   Klien nampak cengeng

bila inbin diberi makan

dan porsi makannya tidak

habis serta BB turun

menjadi 20 kg dari

25kg.Inter

kandidiasis

Lesi oral

 

  Peruba

han indra pengecap

Menurunkan

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 41: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

keinginan menyusu

5 DS       :

o   Ibu klien mengatakan

muncul bercak-bercak di

tubuh anaknya

DO      :

o   Nampak terlihat bercak-

bercak dan klien selalu

menangis menggaruk

badannya yang gatal

Timbul jamur dan

bintik-bintik

Lesi kulit

 

Dermatitis

Kerusakan

integritas kulit

6 DS :

o   Keluarga klien

mengatakan sangat

khawatir dengan kondisi

anaknya, maka dari itu

anaknya di bawa ke RS.

DO :

o   Keluarga klien nampak

gelisah dan selalu

menanyakan kondisi

anaknya.

AIDS

Gelisah

 

Merasa ketakutan

akan penyakit

anaknya

Cemas

3.3  Diagnosa Keperawatan

1.        Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

2.        Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder

terhadap reaksi antigen dan antibody

3.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan

penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

Page 42: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

4.        Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitis seboroik dan

herpers zoster sekunder proses inflamasi system integument

5.        Kecemas berhubungan dengan perubahan kesehatan yang diderita klien

BAB 4

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang

disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer,

2000:162)

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas

seluler yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara

Page 43: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan

keperawatan canggih selama perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)

Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis

dan imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak

tampak sering mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian

imunologik bayi beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter

spesifik usia untuk hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan

jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal

masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama

Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang

diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen

Control sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang,

hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai

nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2

bulan), parotitis, dan diare.

.

4.2  Saran

Pemberian materi yang lebih mendalam dapat meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disamping

pengarahan dan bimbingan yang senantiasa diberikan sehingga keberhasilan

dalam tugas dapat dicapai

DAFTAR PUSTAKA

Page 44: ASKEP ANAK DG  HIV.doc

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th

edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.