Askeb komunitas 1

21
A.Latar Belakang Seorang bidan dapat saja d tempatkan dimana saja sesuai dengan tempat – tempat yang membutuhkannya. Bidan dapat di tempatkan pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, mendirikan Praktek sendiri, di Komunitas ( atau yang lebih di kenal Bidan desa). Oleh sebab itu seorang bidan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan lingkungan sekitarnya. Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM). Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan

Transcript of Askeb komunitas 1

Page 1: Askeb komunitas 1

A.Latar Belakang

Seorang bidan dapat saja d tempatkan dimana saja sesuai dengan tempat – tempat yang

membutuhkannya. Bidan dapat di tempatkan pada pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,

mendirikan Praktek sendiri, di Komunitas ( atau yang lebih di kenal Bidan desa). Oleh sebab itu

seorang bidan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan lingkungan sekitarnya.

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan

diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of

International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam

pertemuan Internasional (Kongres ICM). Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27,

pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah

seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus

dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki

izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja

sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil,

masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan

memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,

promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau

bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan “untuk mewujudkan keluarga yang sehat sejahtera

sehingga tercipta derajat kesehatan yang optimal”. Hal ini sesuai dengan visi Indonesia Sehat

2010. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan dimasyarakat

yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk

mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Didalam kesehatan keluarga, kesehatan

ibu mencakup kesehatan masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan masa

diluar kehamilan (masa interval).

Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Upaya kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa

bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.

Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga yang sehat, selanjutnya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Wujud dari kesehatan keluarga dan komunitas

Page 2: Askeb komunitas 1

merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang berupa kesehatan untuk semua.

Oleh sebab itu banyaknya peran bidan dalam masyarakat membuat bidan haru dapat berbicara

dan mendekatkan diri pada masyarakat, serta mampu melakukan tindakan untuk dapat membantu

mastarakat serta dapat di terima oleh masyarakat.

1. E.     POLINDES (Pondok Bersalin Desa)

Polindes atau pondok bersalin desa merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa.

Polindes hanya dapat di rintis hanya di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut. Sebagai bentuk peran serta masyarakat, polindes seperti halnya posyandu, di kelola oleh pamong setempat dalam hal ini kepala desa melalui LKMDnya. Namun berbeda dengan posyandu yang pelaksanaan pelayanannya dilakukan oleh kader dan di dukung oleh petugas puskesmas, polindes dalam pelaksanaan pelayanannya sangat tergantung pada keberadaan bidan. Hal ini karena pelayanan di polindes merupakan pelayanan profesi kebidanan.

Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi. Karena itu di polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi dalam pertolongan persalinan. Kader posyandu dapat pula berperan  di polindes seperti perannya dalam melaksanakan posyand, yaitu dalam penggerakkan sasaran dan penyuluhan. Selain itu bila memungkinkan kegiatan posyandu dapat dilaksanakan pada tempat yang sama dengan polindes.

Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruangan/kamar untuk pelayanan KIA termasuk tempat untuk pertolongan persalinan, yang di lengkapi dengan sarana air bersih. Dengan demikian, penyediaan tempat untuk polindes tidak perlu selalu harus berupa pembangunan gedung baru, bila hal itu tidak mungkin dilakukan oleh masyarakat karana keterbatasan dana. Polindes dapat menggunakan bangunan lama yang  telah di sesuaikan kebutuhan pelayanan polindes. Apapun bentuk tempatnya, letak polindes diharapkan tidak berjauhan dengan tempat tinggal bidan desa, bahkan sedapat mungkin bidan di beri tempat tinggal bersebelahan dengan polindes.

Dengan demikian, pengembangan polindes merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan sebagai berikut:

1. Kesenjangan geografis dalam memperoleh pertolongan persalinan yang aman dan bersih. Dengan adanya polindes, maka masyarakat di pedesaan dapat memperoleh pelayanan tersebut di desanya.

2. Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak,serta perilaku hidup sehat pada umumnya. Dengan adanya bidan di desa, maka masyarakat dapat sering bertemu dan mendapat informasi yang dibutuhkan untuk menjaga diri agar tetap sehat.

Page 3: Askeb komunitas 1

3. Kesenjangna socialbudaya antara petugas kesehatan dan masyarakat yang di layaninya. Dengan menetapnya bidan di desa, maka hubungan bidan dengan anggota masyarakat, tokoh masyarakat, kader dan dukun bayi akan semakin akrab, sehingga bidan diharapkan dapat di terima sebagai bagian dari masyarakat.

4. Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan pelayanan kebidanan professional. Dengan penentuan tariff pelayanan persalinan secara musyawarah melalui wadah LKMD, maka diharapkan sasaran dapat menjangkau pelayanan yang di butuhkan. Selain itu masyarakat yang tidak mampu diharapkan dapat di jangkau melalui pengorganisasian dana sehat atau pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM).

5. Kesenjangan dalam memperoleh Pelayanan rujukan. Dengan adanya bidan di desa yang di harapkan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatan kebidanan dan bayi baru lahir, maka ibu atau bayi baru lahir dapat di tangani dan di rujukn lebih dini, sehingga kemungkinan untuk mempertahankan kelangsunagan hidupnya lebih besar.

6. A.    POSYANDU (Pos pelayanan terpadu)

Posyandu merupakan jens UKBM yang paling memasyarakat dewasa. Posyandu meliputi 5 program prioritas ( KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare). Bila di perhitungkan bahwa tiap posyandu rata-rata mempunyai 5 orang kader

ENGERTIAN Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibudan bayi, dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalammerawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada. Sumber : Magang kemitraan bidan –dukun trenggalek

B. KEBIJAKAN 1. Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan melalui kemitraan bidan dengan dukun 2. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperol

Page 4: Askeb komunitas 1

eh pelayanan dan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan persalinan . 3. Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan. 56

BAB III. MEKANISME DAN RUANG LINGKUP KERJA BIDAN DENGAN DUKUN A. MEKANISME KERJA Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa peran dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan suatu adaptasi dan hubungan interpersonal yang baikantara bidan dukun. Di dalam konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukunbayi perlu diberikan wawasan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi. ERAN BIDAN DENGAN DUKUN DALAM PELAKSANAAN KEMITRAAN 1. Periode Kehamilan BIDAN DUKUN

Page 5: Askeb komunitas 1

1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal : a. Keadaan umum b. Menentukan taksiran partus c. Menentukan Keadaan janin dalam kandungan d. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan 2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam hal : a. Pemberian Imunisasi TT b. Pemberian tablet Fe c. Pemberian pengobatan/tindakan apabila ada komplikasi 3. Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga mengenai : a. Tanda-tanda Persalinan b. Tanda bahaya kehamilan c. Kebersihan pribadi & lingkungan d. Gizi e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di Bidan, menyiapkan transportasi, 1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa ke Bidan 2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke Bidan 3. Membantu Bidan pada saat pemeriksaan ibu hamil 4. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga tentang a. Tanda-tanda Persalinan b. Tanda bahaya kehamilan Kebersihan pribadi & lingkungan

Page 6: Askeb komunitas 1

c. Kesehatan & Gizi d. Perencanaan Persalinan (Bersalin di Bidan, menyiapkan transportasi, menggalang dalam 9menggalang dalam menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor darah) f. KB setelah melahirkan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) 4. Melakukan kunjungan Rumah untuk : a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga tentang persencanaan persalinan b. Melihat Kondisi Rumah persiapan persalinan c. Motivasi persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran pertus 5. Melakukan rujukan apabila diperlukan 6. Melakukan pencatatan seperti : a. Kartu ibu b. Kohort ibu c. Buku KIA 7. Melakukan Laporan : a. Melakukan laporan cakupan ANC menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor darah) 5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang : a. KB setelah melahirkanb. Persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus 6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional

Page 7: Askeb komunitas 1

yang sehat sesuai tradisi setempat bila keluarga meminta 7. Melakukan motivasi pada waktu rujukan diperlukan 8. Melaporkan ke Bidan apabila ada ibu hamil baru 2. Periode Persalinan BIDAN DUKUN 1. Mempersiapkan sarana prasara persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi 2. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partogram 3. Melakukan asuhan persalinan. 4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera kurang dari 1 jam. 5. Injeksi Vit K1 dan salep mata antibiotik pada bayi baru lahir 6. Melakukan perawatan bayi baru lahir 7. Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi 8. Melakukan rujukan bila diperlukan 9. Melakukan pencatatan persalinan pada : a. Kartu ibu/partograf b. Kohort Ibu dan Bayi c. Register persalinan 10. Melakukan pelaporan: a. Cakupan persalinan 1. Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan 2. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transport untuk

Page 8: Askeb komunitas 1

pergi ke Bidan/memanggil Bidan 3. Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti : a. Air bersih b. Kain bersih 4. Mendampingi ibu pada saat persalinan 5. Membantu Bidan pada saat proses persalinan 6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat 7. Membantu Bidan dalam perawatan bayi baru lahir 11. Membantu ibu dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam 12. Memotivasi rujukan bila diperlukan 13. Membantu Bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan 103. Periode Nifas BIDAN DUKUN 1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan sekali gus pelayanan nifas (KN1, KN2 dan KN3) a. Perawatan ibu nifas b. Perawatan Neonatal c. Pemberian Imunisasi HB 1 d. Pemberian Vit. A ibu Nifas 2 kali e. Perawatan payudara 2. Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga mengenai : a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas b. Tanda-tanda bayi sakit c. Kebersihan pribadi & lingkungan d. Kesehatan & Gizi

Page 9: Askeb komunitas 1

e. ASI Ekslusif f. Perawatan tali pusat g. KB setelah melahirkan 3. Melakukan rujukan apabila diperlukan 4. Melakukan pencatatan pada : a. Kohort Bayi b. Buku KIA 5. Melakukan Laporan : a. Cakupan KN 1. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang : a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas b. Tanda-tanda bayi sakit c. Kebersihan pribadi & lingkungan d. Kesehatan &Gizi e. ASI Ekslusif f. Perawatan tali pusat g. Perawatan payudara 2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan 3. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat 4. Memotivasi rujukan bila diperlukan 5. Melaporkan ke Bidan apabila ada calon akseptor KB baru Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara Bidan dengan dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapiada beberapa hal

Page 10: Askeb komunitas 1

penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan – dukun) yaitu : - Mekanisme rujukan informasi ibu hamil. - Mekanisme rujukan kasus persalinan. - Mekanisme pembagian biaya persalinan . - Jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun. PELAKSANAAN Untuk memfasilitasi terciptanya kemitraan bidan dengan dukun, perlu dilakukan kegiatan secara sistematik dan terkoordinasi agar efektif dan efisien. Adapun kegiatan pokok yang harus dilakukan ádalah : 1. Tingkat Provinsi : a. Penyusunan Juknis Berpedoman pada juknis Nasional disesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing. b. Sosialisasi -Tujuan : Adanya kesamaan pemahaman dan kesiapan pengelola dan penanggung jawab program KIA-KB, Promkes, Yankes di Kabupaen/Kota dan LP/LS di Propinsi dalam penyelenggaraan kegiatan kemitraan Bidan dengan Dukun. -Peserta Provinsi: Penanggung jawab/Pengelola Program KIA-KB, Promkes, Yankes dan bagian kepegawaian, IBI, TP-PKK, BAPEPROP, Bagian Sosial. Kabupaten : Penanggung jawab/Pengelola Program KIA-KB, kasie yang menangani KIA-KB, Promkes, Yankes.

Page 11: Askeb komunitas 1

-Output kegiatan : Diperolehnya dukungan dan kesepakatan penyelenggaraan kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun Tersusunnya RTL kabupaten/kota b. Fasilitasi Kemitraan Bidan dan Dukun c. Evaluasi 2. Tingkat Kabupaten a. Sosialisasi : -Tujuan : Untuk menyamakan persepsi dan mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan kemitraan bidan-dukun oleh lintas program, lintas sektor yang terkait. -Sasaran Lintas program dan lintas sektor serta para pengambil kebijakan antara lain : •DPRD •Bappekab/kota, Bagian Kesra Pemerintah Kab/ kota •BKKB, Depag, Bapemmas, Dinkes (Promkes, Yankes, Kesga ), RSU •Camat dan Tim PKK Kecamatan •Kepala Puskesmas 14•Organisasi Profesi (IBI) •

Page 12: Askeb komunitas 1

Toma, Toga dan LSM -Output kegiatan : Adanya kesepakatan serta dukungan dari lintas program & lintas sektor untuk pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun b. Pembekalan teknis pelaksanaan program kemitraan Bidan dengan Dukun -Tujuan : Memberikan pemahaman konsep penyelenggaraan kegiatan kemitraan bidan dengan dukun kepada seluruh kepala Puskesmas dan bidan koordinator yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan kemitraan bidan dengan dukun. -Sasaran : Kepala Puskesmas Bidan Koordinator -Output kegiatan : Kepala puskesmas dan bidan koordinator memahami serta dapat melaksanakan kegiatan kemitraan Bidan – Dukun sesuai Petunjuk Teknis Kemitraan Bidan – Dukun. 2. Tingkat Kecamatan/Puskesmas a. Sosialisasi tingkat kecamatan kegiatan KemitraanBidan – Dukun -Tujuan : Untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan kemitraan Bidan – Dukun dari lintas program, lintas

Page 13: Askeb komunitas 1

sektor, TOGA dan TOMA. - Sasaran Lintas program/lintas sektor tingkat kecamatan : Petugas PKM, PLKB, KUA, Bag. Sosial/Kesra Kecamatan, Diknas, Toma, Toga, LSM, TP-PKK Kecamatan Kepala desa Ketua TP PKK desa Bidan di desa -Output Kegiatan Diperolehnya dukungan dari LP/LS kecamatan dan desa. Adanya rancangan kesepakatan bidan dengan dukun untuk pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun. 4. Tingkat Desa a. Sosialisasi tingkat desa -Tujuan Untuk mendapat kesepakatan serta dukungan pada pelaksanaan kemitraan Bidan dengan Dukun dari aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK dan masyarakat. 15-Sasaran : Kepala Desa/Lurah PKK desa, kader kesehatan Tokoh masyarakat/Tokoh agama dan LSM yang ada Dukun Kepala Dusun/RW - Output Kegiatan Diperolehnya dukungan untuk pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun

Page 14: Askeb komunitas 1

Tersusunnya kesepakatan antara bidan dengan dukun untuk pelaksanaan kemitraan b. Pembekalan dukun - Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dukun dalam melaksanakan deteksi dini bumil; pengenalan tanda bahaya pada bumil, bulin, bufas, bayi ; cara-cara melaksanakan rujukan dan penyuluhannya serta keterampilan dalam membantu merawat ibu dan bayi pada masa nifas. - Sasaran : Dukun - Out put : Dukun bayi mampu omendeteksi dini bumil; omengenali tanda bahaya bumil, bulin, bufas serta Dukun terampil melakukan perawatan pada bayi baru lahir dan ibu nifas. c. Magang dukun di rumah Bidan/Polindes/Puskesmas - Tujuan : •Mendekatkan hubungan interpersonal antara bidan dengan dukun •Meningkatkan keterampilan dukun dalam perawatan bayi baru lahir dan ibu nifas, pendeteksian risiko tinggi pada ibu hamil,

Page 15: Askeb komunitas 1

ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, serta cara-cara melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik. - Sasaran Dukun yang telah mengikuti pembekalan - Output kegiatan Terciptanya hubungan interpersonal antara bidan dengan dukun yang lebih akrab sehingga dukun akan sepakat merujuk kasus persalinan kepada bidan setempat dimana dukun tersebut magang. 16 Meningkatnya keterampilan dukun dalam perawatan bayi baru lahir dan ibu nifas, pendeteksian risiko tinggi pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, serta cara-cara melaksanakan rujukan tepat waktu dan penyuluhan yang baik. d. Dana bergulir dukun - Tujuan Agar dukun mempunyai ikatan untuk merujuk kasus persalinan ke bidan - Sasaran Dukun yang telah mengikuti magang dukun. - Sistem Pengelolaan dana bergulir : Dukun bayi yang telah selesai magang akan diberikan sejumlah uang (dana bergulir) dengan jumlah yang telah ditentukan oleh pengelola program kemitraan Bidan dengan Dukun Puskesmas setempat dan dicatat dalam pembukuan dana bergulir.

Page 16: Askeb komunitas 1

Dukun bayi berkewajiban mengembalikan dana yang telah diterima tersebut, dalam bentuk rujukan kasus persalinan (inpartu) kepada bidan penanggung jawab/bidan tempat magang Bidan akan memberikan sebagian uang hasil dari biaya persalinan yang dibayarkan oleh pasien sesuai kesepakatan yang telah dibuat kepada dukun tersebut sebagai penghargaan atas rujukan dan sebagian lagi akan disimpan untuk dana bergulir (disimpan ke pengelola dana bergulir di Puskesmas ) Dana bergulir yang telah masuk ke pengelola program kemitraan Bidan dengan Dukun puskesmas selanjutnya akan digulirkan kembali ke dukun yang sama atau dukun yang lain setelah dilakukan evaluasi Pemberian dana bergulir dan pembagian hasil antara bidan dengan dukun, dari hasil pertolongan persalinan ditinjau ulang secara berkala (tiap 6 bulan sekali) dan diatur dalam kesepakatan yang dibuat pada saat evaluasi hasil kegiatan kemitraan Bidan – Dukun di tingkat kecamatan. Secara berkala Kepala Puskesmas setempat, berkewajiban melaksanakan audit keuangan dana bergulir ini di wilayahnya. - Output kegiatan : Terlaksananya rujukan semua persalinan dukun ke bidan Terjalinnya kerja sama yang harmonis antara bidan dengan dukun sesuai kesepakatan bersama serta diketahuinya pengelolaan dana bergulir di masing –masing wilayah