Asidimetri & Alkalimetri (kelompok 3)

14
TUJUAN 1. Untuk dapat membuat larutan baku yang diperlukan untuk titrasi. 2. Untuk dapat membuat larutan baku HCL 0,1 N. 3. Untuk dapat membuat larutan baku NaOH 0,1 N. 4. Untuk dapat melakukan Standarisasi Asidimetri dan Alkalimetri. DASAR TEORI Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Didalam proses titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, bila melibatkan reaksi reduksi oksidasi maka titrasi tersebut disebut titrasi redoks, dan titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan sebagaiannya disebut sebagai titrasi kompleksometri. (Day, dkk. 1986). Titrasi merupakan bagian dari analisa kuantitatif senyawa organik. Analisa Kuantitatif senyawa organik dapat dilakukan dengan teknik gravimetri, titrasi, kolorimetri, polarimetri, dan lain – lain. Pada praktikum kali ini, dilakukan titrasi asam basa sebagai salah satu penerapan dari analisa kuantitatif. Titrasi biasanya dilakukan pada larutan elektrolit kuat seperti HCL dan NaOH yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekuivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekuivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinam serta nilainya dapat dihitung dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri. Kesalahan titik akhir ditekan sampai nol. (Rivai. 2005)

description

TITRASI

Transcript of Asidimetri & Alkalimetri (kelompok 3)

TUJUAN1. Untuk dapat membuat larutan baku yang diperlukan untuk titrasi.2. Untuk dapat membuat larutan baku HCL 0,1 N.3. Untuk dapat membuat larutan baku NaOH 0,1 N.4. Untuk dapat melakukan Standarisasi Asidimetri dan Alkalimetri.DASAR TEORI Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Didalam proses titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, bila melibatkan reaksi reduksi oksidasi maka titrasi tersebut disebut titrasi redoks, dan titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan sebagaiannya disebut sebagai titrasi kompleksometri. (Day, dkk. 1986).Titrasi merupakan bagian dari analisa kuantitatif senyawa organik. Analisa Kuantitatif senyawa organik dapat dilakukan dengan teknik gravimetri, titrasi, kolorimetri, polarimetri, dan lain lain. Pada praktikum kali ini, dilakukan titrasi asam basa sebagai salah satu penerapan dari analisa kuantitatif.Titrasi biasanya dilakukan pada larutan elektrolit kuat seperti HCL dan NaOH yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut sebagai titik ekuivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekuivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinam serta nilainya dapat dihitung dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri. Kesalahan titik akhir ditekan sampai nol. (Rivai. 2005)Titrasi asam basa adalah titrasi yang berasaskan reaksi penetralan, menggunakan pentitrasi suatu asam atau basa kuat. Teori asam basa yang dipakai sebagai dasar adalah teori Arrhenius dan teori Bronstedt yang merupakan dasar teori asam basa universal modern. Teori Bronstedt memberikan hubungan yang jelas antara asam dan basa, terutama yang penting bila menyangkut asam dan basa lemah. Dengan teori Bronstedt dapat dijelaskan reaksi yang berlangsung dalam larutan air maupun bukan air. Titrasi asam basa adalah titrasi suatu asam anorganik, organik, atau suatu fungsi asam pada senyawa organik dengan larutan standar sekunder basa kuat atau titrasi suatu basa organik, atau suatu fungsi basa pada senyawa organik dengan bantuan standar sekunder asam kuat. (Kasasih Satiadarma. 2004) Proses titrasi asam basa dikenal sebagai titrasi asidimetri dan alkalimetri yang merupakan salah satu proses titrasi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). Proses asidimetri dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Tujuan titrasi asam basa adalah bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasinya yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadar atau konsentasinya.Percobaan Asidi-Alkalimetri atau percobaan titrasi asam-basa merupakan suatu percobaan reaksi netralisasi. Netralisasi adalah konsep paling mendasar dalam kimia asam-basa. Netralisasi didefinisikan sebagai reaksi antara ion Hidroniium (H+) dengan ion Hidroksida (OH-) yang membentuk air.disebut netral karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ samam dengan jumlah ion OH- . contohnya reaksi asam kuat CHl dengan basa kuat NaOH Asam dicampur air

Basa NaOH Na+ + OH-

Jadi asam-basa Larutan asam apabila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun, asalkan reaksi netralisasinya berlangsung dalam air, baik ion Na+ maupun ion Cl- akan berada secara independen sebagai ion, bukan sebagai garam NaCl.Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut titran. Larutan yang dititrasi disebut titrat, titrasi dihentikan jika telah terjadi perubahan warna atau telah mencapai titik akhir titrasi/ titik ekivalen. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis dengan jumlah mol basa. Titik ekivalen tercapai saat pH=7. Untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam-basa digunakan indicator asam-basa yang dapat berubah warna saat titik ekivalen tercapai. Indicator asam basa adalah zat warna yang memiliki warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa. Ini berfungsi untuk membedakan larutan yang bersifat asam dengan yang bersifat basa. Indokator ini umumnya besifat asam atau basa lemah yang mengalami ionosasi dalam larutan HIn H+ + In-.Indicator yang umum digunakan adalah fenolftalein/pp (tak berwarna merah muda) dan metal oranye/mo (kuningmerah tetap). Adapun indicator lain seperti thymolptalein (tak berwarnabiru), brotimol biru (kuningbiru), metal merah (merahkuning), alizarin (kuningmerah), merah kresol (kunigmerah) dllTitrasi asam-basa dibagi menjadi dua bagian :1. Asidimetri : titrasi menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasa digunakan adalah asam klorida, asam asetat, asam oksalat dan asam borat.2. Alkalimetri : titrasi ini menggunakan larutan standar basa yang digunakan untuk menentukan asam.

ALAT BAHAN DAN CARA KERJAA. Asidimetria. Alat dan Bahan 1. Alat : Gelas beker Pipet volume 10 ml Pipet tetes Karet hisap Labu takar Erlenmeyer Buret Klem Statif Gelas arloji Batang pengaduk2. Bahan : NaOH kristal murni (p.a) Phenolftalein Asak oksalat Aquadest Air suling bebas CO2

b. Cara Kerja1. Prosedur Pembuatan NaOH 0,1 N :a. Ditimbang dengan teliti 4,2 gram NaOH kristal murni dalam gelas arloji yang sudah ditimbang.b. Dilarutkan kristal NaOH dengan air suling bebas CO2.c. Dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, ditambahkan air suling bebas CO2. Sampai volumenya menjadi 1000 ml, lalu dikocok hingga homogen.2. Prosedur Pembuatan Asam Oksalat 0,1 N :a. Ditimbang dengan teliti 6,3024 gram asam oksalat (bisa juga menggunakan 6,70 gram natrium oksalat yang dilarutkan dalm 25 ml H2SO4 ).b. Dilarutkan serbuk asam oksalat dengan air suling.c. Dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter, ditambahkan air suling sampai volumenya menjadi 1 liter, lalu dikocok hingga homogen.3. Prosedur Standarisasi NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat:a. Dipipet 10ml asam oksalat 0,1 N ditambahkan 3 tetes indikator pp.b. Dimasukkan larutan baku NaOH 0,1 N ke dalam buret.c. Titrasi larutan sam oksalat 0,1 N dengan larutan NaOH 0,1 N. d. Diamati sampai terjadi perubahan warna menjadi merah tetap.

B. Alkalimetria. Alat dan Bahan 1. Alat : Gelas beker Pipet volume 10 ml Pipet tetes Karet hisap Labu takar Erlenmeyer Buret Klem Statif Gelas arloji Batang pengaduk2. Bahan : HCl (p.a) Kristal NaOH murni Indikator methyl orange (m.o) 0,1 % Aquadest Air suling bebas CO2b. Cara Kerja1. Prosedur Pembuatan HCl 0,1 N :a. Dipipet 8,4 ml HCl (p.a ) 12 N, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml yang telah berisi air suling seperempat bagian.b. Diencerkan dengan air suling sampai volume menjadi 1000 ml.c. Disimpan dalam botol yang telah disediakan.2. Prosedur Pembuatan NaOH 0,1 N:a. Ditimbang dengan teliti 4,2 gram NaOH kristal murni dalam gelas arloji yang sudah ditimbang.b. Dilarutkan kristal NaOH dengan air suling bebas CO2.c. Dimasukkan ke dalam labu ukur 1000ml, tambahkan air suling bebas CO2 sampai volumenya menjadi 1000ml, dikocok hinnga homogen.d. Simpan larutan dalam botol tertutup karet tau gabus.3. Prosedur Standarisasi HCl 0,1 N dan NaOH 0,1 N :a. Didpipet 10 ml NaOH ke dalam erlenmeyer.b. Ditambahkan 3 tetes indikator methyl orange.c. Dimasukkan larutan HCl ke dalam buret.d. Titrasi larutan NaOH dengan larutan HCl.e. Diamati sampai terjadi perubahan warna dari jingga menjadi merah muda.

HASIL PENGAMATANPerhitungan :ASIDIMETRIDiketahui :Volume titrasi I = 10,27 mlVolume titrasi II = 10,00Volume rata-rata = 10,135 mlJawab : V1. N1 = V2. N2 10ml . 0,1 N = 10,135 ml. N2 N2 = 0,098 NALKALIMETRIDiketahui : Volume titrasi I = 11,9 mlVolume titrasi II = 11,33Volume rata-rata = 11,65 mlJawab : V1.N1 = V2.N2 10ml . 0,1 N = 11,65 ml . V2 V2 = 0,086 NPengamatan :

Asidimetri :Titrasi I warnanya : Merah mudaTitrasi II warnanya : Merah mudaAlkalimetri :Titrasi I warnanya : Merah jinggaTitrasi II warnanya : Merah jingga

PEMBAHASAN Analisis titrimetri merupakan analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dari zat yang akan ditetapkan. Dalam melakukan analisa kuantitatif titrimetri terdapat istilah larutan baku atau larutan standar. Larutan baku terdapat dua jenis yaitu larutan baku primer dan larutan baku skunder . larutan baku primer yaitu larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasinya diketahui secara tepat melalui metode perhitungan gravimetric (perhitungan massa) dan dapat digunakan untuk menetapkan konsentraasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Larutan baku sekunder merupakan larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer , biasanya melalui metode titrimetri. Dalam analisis titrimetri terdapat empat golongan utama, salah satunya adalah reaksi asidimetri dan alkalimetri. Titrasi asidimetri merupakan proses titrasi yang melibatkan basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis daram yang berasal dari asam lemah dengan standar asam, dengan kata lain aidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan standar asam. Sedangkan alkalimetri merupakan titrasi asam bebas, atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan suatu basa standar, dengan kata lain merupakan penetapan kadar snenyawa-senyawa yang bersifa asam dengan menggunakan standar basa. Reaksi-reaksi ii melibatkan bersenyawanya ion hydrogen dengan ion hidroksida . reaksi-reaksi ini melibatkan berenyawanya ion hydrogen dengan ion hidroksida untuk membentuk air. Jika dihubungkan dengan percobaan yang penulis lakukan, maka dalam titrasio asidimetri yang merupakan basa dan dijadikan larutan baku/standar sekunder merupakan NaOH yang diletakkan dalam buret dan yang merupakan larutan baku atau standar primer merupakan asam oksalah yang diletakkan dalam Erlenmeyer yang berfungsi sebagai asam standar karena dalam reaksi ini asam oksalat 0,1 N memiliki tigkat kemurnian yang tinggi dan konentrasinya telah diketahui secara pasti melalui metode gravimetric (perhitungan massa). Untuk mengetahui sifat dari suatu reaksi, titik ekivalen dan TAT (Titik Akhir Titrasi) dalam proses titrimetri maka diperlukan suatu indicator. Indicator adalah zat yang memberikan perubahan warna yang mencolok dalam medium asam dan basa. Iondikator asambasa dapat berupa asam atau basa organic lemah . struktur molekul indicator asam basa mengandung gugus pembawa sifat asam atau basa dan struktur konjugasinya yang dapat menimbulkan perubahan warna. Pada percobaan dalam proses titrasi asidimetri yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari basa dengan menggunakan standar asam, penulis menggunakan indicator fenolftalein yang memiliki rentang pH 8,3-10,0. Indicator PP kemudian diteteskan dalam larutan standar asam oksalat 0,1N yang merupakan larutan standar primer dan diletakkan dalam Erlenmeyer. Pencampuran indicator PP dangan asam oksalat tidak menyebabkan perubahan warna dalam artian dari larutan tidak berwarna tetap menjadi tidak berwarna. Hal ini disebabkan karena indicator fenolftalein merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol , sehingga bersifat sebagai asam lemah, dimana apabila pencampuran antara indicator PP dengan larutan asam menyebabkan adanya ion H+ berlebih dalam laturan asam yang menekan ionisasi dengan adanya efek ion sekutu, sehingga menyebabkan konsentrasi Indikator akan sangat kecil dan warma yamg dihasilkan akan merupakan warna dari bentuk yang tak terionisasi, sehingga warna tidak Nampak. Sedangkan apabila penolftalein digunakan dalam suasana basa menyebabkan perubahan warna menjadi merah muda. Dalam praktikum, proses titrasi asidimetri dilakukan demana larutan standar skunder yaitu NaOH yang diketahui konsentrasinya diletakkan dalam buret yang berfungsi sebagai titer dan diteteskan ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan standar primer yang telah bercampur dengan indoikator PP yang berfungsi sebagai titrant. Munculnya warna merah muda pada Erlenmeyer dari yang awalnya berwarna bening menandakan bahwa titrasi sudah harus duhentikan karena perubahan warna tersebut merupakan TAT . Sesuai dengan teori, perubahan warna tersebut dikarenakan terdapar\tnya indicator fenolftalein dalam Erlenmeyer yang memiliki rentang pH 8,3-10. Dimana apabila larutan berubah menjadi berwarna pink, hal tersebut menandakan bahwa NaOH bersifatbasa dan konsentrasinya dapat dihitung berdasarkan volume yang dihabiskan selama melakukan titrasi sehingga TAT terbentuk.Adapun konsentrasi NaOH dapat dihitung berdasarkan :Diketahui :Volume titrasi I = 10,27 mlVolume titrasi II = 10,00Volume rata-rata = 10,135 mlN1 ( H2C2O4) = 0,1 NJawab : V1. N1 = V2. N2 10ml . 0,1 N = 10,135 ml. N2 N2 = 0,098 N Dalam proes titrasi alkalimetri yang pada intinya merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Jika dihubungkan dalam proses titrasi alkalimetri yang penulis lakukan, alkalimetri yang dilakukan yaitu penetapan kadar atau konsentrasi dari asam klorida dengan menggunakan larutan baku natrium klorida. Dimana dalam percobaan tersebut asam klorida yang akan ditentukan konsentrasinya diletakkan dalam buret dan natrium hidroksida yang dijadikan larutan standar primet, karena larutan natrium hidroksida sudah diketahui konsentrasinya dan memiliki tingkat kemurnian tinggi. Sesuai dengan teori, persyaratan dari titrasi adalah salah satuya yaitu terdapatnya suatu indicator yang digunakan sbagai penanda suatu proses titrasi, maka , dalam percobaan ini / alkalimetri digunakanlah indicator metal jingga atau metal orange yang ditambahkan ke dalam larutan natrium hidroksida . pada saat penambahan indicator metal jingga ( rentang pH 3,2-4,4) ke dalam larutan standar basa (natrium hidroksida) menyebabkan terjadinya perubahan warna larutan natrium hidroksida dari yang awalnya tidak berwarna menjadi berwarna kuning. Metil jingga adalah senyawa organic yang biasanya digunakan sbagai indicator dalam titrasi asam basa. Indicator metal jingga ini berubah warna dari merah pada pH dibawah 3,2 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4,4 , jadi warna transisinya adalah orange. Dalam percobaan dimana menggunakan asam klorida pada buret yang menetes ke dalam Erlenmeyer yang terdapat natrium hidroksida dengan indicator metal jingga , sambil larutan dalam Erlenmeyer digoyangkan menyebabkan terjadinya pergeseran warna larutan baku primet dati kuning menjadi merah muda yang menandakan bahwa asam klorida bersifa asam. Adapun konsentrasi dari larutan HCl dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:Diketahui : Volume titrasi I = 11,9 mlVolume titrasi II = 11,33Volume rata-rata = 11,65 mlJawab : V1.N1 = V2.N2 10ml . 0,1 N = 11,65 ml . V2 V2 = 0,086 N

KESIMPULAN1. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain.2. Pada proses pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N, dilarutkan kristal NaOH dengan air suling bebas CO2. NaOH bukan merupakan larutan baku primer, karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara sehingga NaOH harus distandarisasi.3. Asidimetri adalah titrasi yang menggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk menentukan basa.4. Pada titrasi asidimetri digunakan indikator penolftalein (pp) sebanyak 3 tetes pada larutan NaOH. Indikator tersebut digunakan karena reaksi terjadi antara asam kuat dan basa kuat, sehingga akan mudah melihat perubahan warna larutan yang dititrasi.5. Pada titrasi asidimetri yang pertama, volume dari NaOH berkurang 10 ml, saat terjadi titik ekivalen dengan berubahnya warna menjadi pink kemerahan volumenya 10,2 ml. Sehingga rata-rata volume yang didapatkan yaitu 10,1 ml. Dari hasil praktikum tersebut didapatkan normalitas NaOH yaitu 0,099 N. 6. Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.7. Pada titrasi alkalimetri digunakan indikator Methyl Orange (mo) karena pH indikator mendekati range ph garam asam yang dihasilkan, sehingga titik akhir titrasi dapat terbentuk dan diamati.8. Pada titrasi alkalimetri yang pertama, volume dari HCl berkurang 10,67 ml, saat terjadi titik ekivalen dengan berubahnya warna menjadi merah muda, volumenya 10,73 ml. Sehingga rata-rata volume yang didapatkan yaitu 10,70 ml. Dari hasil praktikum tersebut didapatkan normalitas HCl yaitu 0,093 N.

DAFTAR PUSTAKADay, R.A dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.Satiadarma, Kosasih.dkk. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga University Press.Wiranto, Dwi. 2013. Asidimetri. Online, http://www.ilmukimia.org/2013/05/asidimetri.html/. Diakses pada tanggal 16 November 2013.Monick. 2012. Titrasi Metode Alkalimetri. Online, http://ristimonica.blogspot.com/2012/05/titrasi-metode-alkalimetri.html/. Diakses pada tanggal 16 November 2013.Jung. 2010. Asidimetri. Online, http://asteroboi.blogspot.com/2010/03/asidimetri.html/. Diakses pada tanggal 18 November 2013.

Denpasar, 20 November 2013Praktikan

Mahasiswa

Lembar Pengesahan

Mengetahui, Pembimbing IPembimbing II

Jannah Sofi Yanty, S. Si G. A. Md. Ratih Kusuma R. D., S. Farm. Apt.

Pembimbing III

Ni Made Marwati, S. Pd, ST, M. Si