ASIDI

36
Acara IV ASIDI-ALKALIMETRI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR I Disusun oleh: Nama : Webiana Lowisia NIM : 14.I1.0111 Kelompok : G1 PROGAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

description

laporan

Transcript of ASIDI

Acara IV

ASIDI-ALKALIMETRI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMKIMIA DASAR I

Disusun oleh:

Nama : Webiana Lowisia

NIM : 14.I1.0111

Kelompok : G1

PROGAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2014

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar praktikan dapat menentukan kadar

kalium bikarbonat dalam soda melalui titrasi asidimetri, menetapkan kadar asam cuka

dalam larutan cuka dengan titrasi alkalimetri dan mengetahui pH pada saat titik

ekuivalen dengan menggunakan pH meter.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Asidi alkalimetri adalah kuantitatif volumetrik yang didasarkan pada reaksi netralisasi.

Analisa ini dilakukan dengan titrasi. Perbedaan di antara asidimetri dan alkalimetri

adalah jenis larutan standar yang digunakan, asidimetri menggunakan larutan standar

yang bersifat asam, sedangkan alkalimetri menggunakan larutan standar yang bersifat

basa. (Wilford, 1987).

Proses netralisasi di dalam teknik ini, pH saat titik ekuivalen tidak pasti tepat 7. Bila

antara asam kuat dan basa kuat pasti tepat 7 tetapi bila antara asam lemah dan basa kuat

atau sebaliknya, pH bisa lebih atau kurang dari 7 (Pattison, 1998).

Syarat-syarat dalam menggunakan / memilih asam sebagai larutan standar :

1. Asam kuat yang sangat terionisasi

2. Asam itu tidak mudah menguap

3. Larutan asam harus stabil

4. Garam dari larutan asam itu harus stabil

5. Asam itu tidak merupakan pengoksida yang kuat, karena dapat merusak

senyawa organik sebagai indikator (Ebbing, 1987)

Titrasi adalah penambahan secara teliti, tepat, dan perlahan volume suatu zat yang

konsentrasinya diketahui pada larutan yang mengandung zat lain yang konsentrasinya

tidak diketahui, dan mengakibatkan reaksi keduanya berlangsung secara kuantitatif.

Reaksi dikatakan selesai ketika terjadi perubahan sifat fisis, misalnya perubahan warna

campuran yang bereaksi. Disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi dapat

diketahui ketika campuran dari larutan tidak berwarna dengan menambahkan zat yang

disebut indikator, yang mampu mengubah warna pada saat titik akhir tercapai. (Oxtoby

et al., 2001).

1

2

Ada lima macam titrasi asam basa yang meliputi :

1. Titrasi antara asam kuat dengan basa kuat, misalnya HCl dengan NaOH. Pada

akhir titrasi akan terbentuk garam dari asam kuat dan basa kuat.

2. Titrasi antara asam lemah dengan basa kuat, misalnya CH3COOH dengan

NaOH. Pada akhir titrasi akan terbentuk garam dari asam lemah dan basa kuat.

3. Titrasi antara basa lemah dan asam kuat, misalnya NH4OH dan HCl. Pada akhir

titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.

4. Titrasi antara asam lemah dan basa lemah, misalnya CH3COOH dan NH4OH.

Pada akhir titrasi akan terbentuk garam dari asam lemah dan basa lemah.

Titrasi dari asam berbasa lebih dari satu. Asam yang mempunyai lebih dari satu

hidrogen yang dapat diganti disebut polybasic acid. ( Busch, S., 1987)

Titik akhir titrasi (end point) adalah keadaan selesainya titrasi yang ditandai dengan

perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi tidak sama dengan titik ekuivalen,

karena pada saat mencapai titik ekuivalen belum tentu indikator tersebut sudah berubah

warnanya atau sebaliknya (Day & Underwood, 1992).

Indikator asam basa

Indikator Perubahan warna dengan naiknya pH Jangka pH

Alitamin yellow Kuning – merah 10 – 12

Bromerosol green Kuning – hijau 3,0 – 5,0

Bromothymol etil Kuning – biru 6,0 – 8,0

Bromphenol blue Merah – biru 2,0 – 4,5

Lakmus Merah – biru 5,0 – 8,0

Methyl orange Kuning – oranye 3,1 – 4,4

Methyl red Merah – kuning 5,0 – 6,0

Methyl violet Kuning – ungu 0,0 – 2,0

Phenolphtalein Tidak berwarna – merah muda 8,0 – 9,6

(Oxtoby et al., 2001)

Indikator PP yang dikenal baik adalah asam dwiporotik dan tak berwarna. Mula-mula

zat ini berdisosiasi menjadi bentuk tidak berwarna, kemudian dengan hilangnya proton

kedua menjadi ion sistem konjugasi, timbullah warna merah jingga. Metil orange, suatu

3

indikator yang luas pemakaiannya adalah suatu basa berwarna kuning dalam bentuk

molekulnya (Ebbing, 1987).

Standarisasi dalam asidi-alkalimetri diperlukan untuk menentukan konsentrasi dari

larutan standard sekunder menggunakan larutan standard primer, standarisasi yang

merupakan proses untuk menentukan konsentrasi larutan secara tepat dan teliti namun

tidak dapat diterapkan secara umum karena relative hanya sedikit reagensia kimia dapat

diperoleh dalam wujud murni untuk memperoleh hasil yang tepat. (Day & Underwood,

1992).

Kertas lakmus dipakai sebagai indikator untuk mengetahui sifat dari larutan apakah

asam atau basa. Kertas lakmus ada dua macam yaitu merah dan biru, jika berubah

menjadi biru atau tetap berwarna biru berarti bersifat basa, jika berubah menjadi merah

atau tetap berwarna merah berarti bersifat asam. Nilai-nilai pH berhubungan dengan

beberapa senyawa umum dimana pH = 7 menunjukan netral, pH < 7 bersifat asam

dan pH > 7 bersifat basa. ( Ebbing, 1987 ).

Persen berat adalah berapa persen berat zat dari berat larutan atau lebih sederhana dapat

dikatakan berapa gram zat terdapat dalam 100 gram larutan. Rumus dari persen berat

adalah

Sedangkan persen volume adalah berapa persen volume zat dari volume larutan atau

dapat dikatakan berapa volume zat yang terdapat dalam 100 ml larutan. Rumus dari

persen volume adalah :

(Harjadi, 1993).

% berat =

gram zatgram zat + gram pelarut

x 100 % =

gram zat100 gram larutan

% volume =

volume zatvolume zat + volume pelarut

x 100 % =

volume zat100 volume larutan

3. MATERI METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas arloji, timbangan analitik,

labu takar, pipet volume, erlenmeyer, pipet tetes, buret, statif, klem, pengaduk, kertas

lakmus.

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah borax, Methyl Orange (MO),

HCl, asam oksalat, Phenolphthalein (PP), NaOH, soda, cuka, dan aquadestilata.

3.2. Metode

3.2.1. Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)

Borax ditimbang sebanyak 2,50 gram dalam gelas arloji. Kemudian diencerkan dengan

sedikit aquadestilata dalam beker glass, setelah larut dipindahkan ke dalam labu takar

dan pelarut ditambahkan hingga volumenya 100 ml, setelah itu diambil 10 ml larutan

tersebut dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml menggunakan pipet volume.

Lalu ditambahkan 3 tetes indikator MO dan dititrasi dengan HCl hingga larutan

tersebut mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning

hingga menjadi merah muda agak oranye. Volume HCl yang diperlukan untuk

menitrasi dicatat. Langkah-langkah diatas diulangi sebanyak 2 kali. Yang terakhir

adalah normalitas HCl dihitung dengan,

mgBM

×val=V HCl x N HCl x Fp

Keterangan :

3.2.2. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

4

Mg = massa boraxBM = berat massaVal = valensi

V = volumeN = normalitasFp = faktor pelarut

5

Asam oksalat ditimbang sebanyak 1 gram dalam gelas arloji. Setelah itu diencerkan

dalam beker glass dengan penambahan sedikit pelarut, setelah larutan dipindahkan ke

dalam labu takar dengan penambahan aquadestilata hingga volumenya 100 ml dengan

perlahan agar tidak melebihi jumlah yang seharusnya ( melebihi tanda tera ). Dari

larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml dengan pipet volume dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer 100 ml setelah itu ditambahkan 2 tetes indikator Phenolphthalein

(PP). Kemudian dititrasi dengan NaOH hingga mencapai titik akhir titrasi yang

ditandai dengan warna larutan berubah menjadi merah muda. Volume NaOH yang

diperlukan untuk menitrasi dicatat. Kemudian langkah-langkah diatas diulangi

sebanyak 2 kali. Terakhir, normalitas NaOH dihitung.

mgBM

×val=V NaOH x N NaOH x Fp

3.2.3. Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda

Pertama-tama ditimbang 1,2 gram soda dalam gelas arloji lalu dilarutkan dalam beker

glass dengan sedikit pelarut, setelah larut dipindahkan ke dalam labu takar dengan

penambahan aquadestilata hingga mencapai volume 100 ml dengan perlahan-lahan di

akhir dari penambahan agar tidak melebihi jumlah yang seharusnya ( melebihi tanda

tera ). Dari larutan tersebut, diambil 10 ml larutan menggunakan pipet volume, dan

dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml. Ditambahkan 3 tetes indikator Methyl Orange

(MO). Kemudian dititrasi dengan mengunakan HCl sampai titik akhir titrasi tercapai.

Langkah-langkah diatas diulangi hingga 2 kali, kemudian menghitung kadar sodium

bikarbonat dalam soda.

MgKHCO3BM

×val=V HCl x N HCl x Fp

Kadar KHCO3

=mgKHCO3

mgsoda

×100 %

3.2.4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka

Mg = massa boraxBM = berat massaVal = valensi

V = volumeN = normalitasFp = faktor pelarut

6

Mula-mula diambil 3 ml larutan cuka. Lalu dilarutkan dengan aquadestilata dalam

labu takar hingga volumenya 100 ml. Kemudian diambil 10 ml dari larutan tersebut

dan ditambahkan 2 tetes indikator Phenolphthalein (PP), larutan tersebut dititrasi

menggunakan NaOH hingga titik akhir titrasi tercapai. Percobaan di atas diulangi

sebanyak 2 kali, dan terakhir dihitung kadar asam asetat tersebut dengan rumus :

mgCH 3COOH

BM×val=

V NaOH x N NaOH x Fp

Kadar CH3COOH =

gCH 3COOH

mlcuka

×100 %

4. HASIL PENGAMATAN

4.1. Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)

Hasil pengamatan tentang standarisasi larutan HCl menggunakan borax dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax

Kelompok No. Volume HCl (ml) N HCl (N) Warna

G11 36,6 3,5 x 10-2 Merah oranye2 43 3,0 x 10-2 Merah oranye

Vrata-rata: 29,8 3,3 x 10-2

G21 42 3,1 x 10-2 Merah oranye2 43 3,0 x 10-2 Merah oranye

Vrata-rata: 42,5 3,1 x 10-2

G31 34 3,8 x 10-2 Merah oranye2 33 3,9 x 10-2 Merah oranye

Vrata-rata: 13,525 3,9 x 10-2

Keterangan : N = Normalitas

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa standarisasi larutan HCl menggunakan borax

menghasilkan perubahan pada indikator Methyl Orange (MO) menjadi merah oranye.

Sehingga larutan bersifat asam dikarenakan berada dalam pH antara 3,1 – 4,4 ( rentang

pH dari Methyl Orange ). Volume dan normalitas yang dihasilkan tiap kelompok

berbeda-beda dan hasil dari setiap pengulangan juga berbeda, untuk G1 dalam

melakukan pengulangan memberi hasil dengan nilai selisih yang cukup besar.

4.2. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

Hasil pengamatan standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

Kelompok No. Volume NaOH (ml) N NaOH (N) Warna

G41 30 5,30 x 10-2 Merah muda2 32 5,00 x 10-2 Merah muda

Vrata-rata: 31 5,2 x 10-2

G5

1 37 4,3 x 10-2 Merah muda

2 39 4,1 x 10-2 Merah muda

Vrata-rata: 38 4,2 x 10-2

7

8

G61 30 5,3 x 10-2 Merah muda2 32 5,0 x 10-2 Merah muda

Vrata-rata: 31 5,2 x 10-2

Keterangan : N = Normalitas

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat

menghasilkan perubahan warna pada indikator phenolphthalein (PP) menjadi merah

muda. Hal ini menunjukkan jika larutan bersifat basa dikarenakan berada dalam rentang

pH 8 – 9,6 ( rentang pH dari phenolphthalein ). Volume dan normalitas pada tiap

kelompok juga berbeda-beda, dan untuk pengulangan pada setiap kelompok juga

berbeda dengan selisih hasil yang kecil.

4.3. Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda

Hasil pengamatan tentang penetapan kadar kalium bikarbonat dalam soda dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda

Kelompok No. Volume HCl (ml) pH Kadar

G11 39 Biru-merah (asam) 107,373%2 39,3 Biru-merah (asam) 108,199%

Vrata-rata: 39,15

G21 26 Biru-merah (asam) 67,244%2 29 Biru-merah (asam) 75,003%

Vrata-rata: 27.5

G31 28 Biru-merah (asam) 91,105%2 28,3 Biru-merah (asam) 92,081%

Vrata-rata: 28,5

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar tertinggi 108,199%. Kertas lakmus yang

digunakan pada larutan berubah dari biru menjadi merah, sehingga larutan bersifat

asam. Sedangkan volume yang terpakai dalam titrasi berbeda-beda pada setiap

kelompok, rata-rata volume yang terpakai pada G1 adalah sekitar 39,15 ml.

4.4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka

Hasil penetapan kadar asam asetat dalam larutan cuka dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka

9

Kelompok No.Volume NaOH

(ml)pH Kadar

G41 6,9 Biru-biru (basa) 7,167%2 6,8 Biru-biru (basa) 7,067%

Vrata-rata: 6,85

G51 6,9 Biru-biru (basa) 5,800%2 6,6 Biru-biru (basa) 5,533%

Vrata-rata: 6,75

G61 10 Biru-biru (basa) 10,400%2 8 Biru-biru (basa) 8,333%

Vrata-rata: 9

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar tertinggi yang diperoleh adalah 10,4%. Hasil

yang diperoleh dari kertas lakmus adalah perubahan menjadi biru, sehingga larutan

bersifat basa. Sedangkan penggunaan volume rata-rata kelompok pada G4 yaitu 6,85

ml, pada G5 rata-rata yaitu 6,75 ml, pada G6 rata-rata sebanyak 9 ml.

5. PEMBAHASAN

Asidi alkalimetri merupakan suatu analisa kuantitatif volumetri yang berdasarkan pada

reaksi netralisasi yang tidak lain antara reaksi antara asam dan basa yang dilakukan

dengan titrasi. (Wilford, 1987).

Sebelum dilakukan, larutan standar yang ada harus distandarisasi terlebih dahulu,

larutan standar yang digunakan dalam asidi-alkalimetri disebut larutan standar sekunder

dan distandarisasi dengan larutan standar primer agar konsentrasi larutan dapat

diketahui dengan teliti dan tepat. Karena itu pada praktikum ini dilakukan standarisasi

terlebih dahulu menggunakan borax dan asam oksalat sebelum mencari banyak kadar

suatu zat dalam larutan. (Day & Underwood, 1992).

5.1. Standarisasi Larutan HCl Menggunakan Borax (Na2B4O7.10H2O)

Dalam percobaan ini menggunakan borax sebanyak 2,5 gram untuk melakukan

standarisasi pada larutan HCl yang merupakan larutan yang akan dicari konsentrasinya,

lalu diencerkan sampai 100 ml dengan labu takar dan diambil sebanyak 10 ml kemudian

dimasukkan dalam erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan indikator Methyl Orange (MO)

sebanyak 3 tetes dan kemudian dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna

menjadi merah oranye.

Percobaan standarisasi larutan HCl menggunakan borax termasuk dalam persiapan

sebelum melakukan asidimetri, yang merupakan analisa kuantitatif volumetri

menggunakan asam sebagai larutan standar, dimana sebelum dilakukan, larutan standar

sekunder akan distandarisasi dengan larutan standar primer. Methyl Orange (MO) yang

memiliki rentang pH 3,1 – 4,4 ( rentang pH dari asam) digunakan agar mengetahui titik

dimana HCl telah mencapai kesetimbangan dengan borax atau bisa disebut sebagai titik

akhir titrasi. Methyl Orange digunakan karena borax bersifat basa dan HCl bersifat

asam sehingga saat HCl telah mencapai titik akhir titrasi maka indikator akan memberi

perubahan warna menjadi merah oranye karena HCl bersifat asam. (Oxtoby et al., 2001)

5.2. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

Standarisasi yang kedua ini dilakukan hampir sama dengan yang pertama yaitu

melarutkan 1 gram dari asam oksalat dalam labu takar 100 ml kemudian diambil 10 ml

10

11

hasil pengenceran dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml. Lalu ditambahkan 2

tetes dari indikator PP (phenolphthalein) dan ditrasi dengan menggunakan NaOH

sebagai larutan yang akan dicari konsentrasinya sampai terjadi perubahan warna larutan

menjadi merah muda yang merupakan salah satu dari perubahan sifat fisis yang

merupakan penanda dari dicapainya titik akhir dari titrasi.(Oxtoby et al., 2001).

Penggunaan PP (phenolphthalein) yang memiliki rentang pH dari 8,0 – 9,6 ( rentang pH

dari basa ) dalam standarisasi ini dikarenakan asam oksalat adalah asam dan titran yang

diguanakan adalah larutan basa, sehingga saat NaOH yang keluar dari buret telah

mencapai jumlah yang tepat dalam mencapai titik akhir titrasi, indikator PP

(phenolphthalein) akan menyebabkan perubahan warna karena larutan dalam

Erlenmeyer menjadi basa. PP (phenolphthalein) juga digunakan kemudian dalam

alkalimetri yang merupakan analisa kuantitatif volumetri yang menggunakan larutan

basa sebagai larutan standarnya. (Wilford, 1987).

5.3. Penetapan Kadar Kalium Bikarbonat dalam Soda

Percobaan ini termasuk dalam asidimetri karena penggunaan asam sebagai larutan

standarnya. (Wilford, 1987).

Dilakukan dengan menimbang soda dengan timbangan analitik sebesar 1,2 gram yang

kemudian dilarutkan dalam labu takar 100 ml. Setelah itu diambil larutan hasil

pengenceran tersebut sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100

ml dan ditambahkan 3 tetes indikator Methyl Orange (MO) kemudian dititrasi dengan

HCl sebagai titran sampai terjadi perubahan warna menjadi merah oranye yang berarti

titrasi telah mencapai titik akhirnya.

Methyl Orange (MO) digunakan dalam asidimetri dikarenakan memiliki rentang pH

dari 3,1 – 4,4 yang merupakan rentang pH dari asam sehingga saat jumlah HCl yang ada

di dalam Erlenmeyer telah mencapai jumlah yang tepat dalam mencapai kesetimbangan

dengan larutan pengenceran dari soda yang merupakan larutan basa, maka indikator MO

akan menyebabkan perubahan warna menjadi merah oranye. Hasil dari ketiga kelompok

menunjukkan larutan adalah asam dengan perubahan warna yang ada. (Oxtoby et al.,

2001)

Kertas lakmus biru digunakan sebagai indikator apakah larutan yang ada adalah asam

atau basa dan setelah dicelupkan dalam larutan, kertas lakmus berubah menjadi merah

12

yang mendukung perubahan warna dari larutan karena Methyl Orange (MO) memiliki

rentang pH asam yaitu antara 3,1 – 4,4.( Ebbing, 1987 )

Besar kadar kalium bikarbonat dapat dihitung dengan rumus :

Dan dihasilkan hasil yang berbeda-beda pada tiap kelompok, kelompok G1 memperoleh

hasil kadar diatas 100%, sementara kelompok G2 dan G3 memperoleh hasil di bawah

100%, dimana G2 memiliki hasil antara 67 – 75% dan G3 memiliki hasil antara 91 -

92%. G1 dan G3 dalam pengulangan percobaan menghasilkan hasil yang hampir

konsisten dengan hasil awal sementara pada G2 terdapat rentang hasil yang cukup jauh,

hal ini disebabkan karena kesalahan-kesalahan dan ketidaktelitian dalam melakukan

percobaan sehingg hasilnya menjadi memiliki selisih yang cukup signifikan.

5.4. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Larutan Cuka

Percobaan ini termasuk dalam alkalimetri karena penggunaan basa sebagai larutan

standarnya.(Wilford, 1987).

Dalam percobaan ini, digunakan larutan cuka sebagai larutan yang akan dicari kadarnya

dan NaOH sebagai larutan standarnya, larutan cuka sebanyak 3 ml diencerkan dalam

labu takar 100 ml dan hasil pengenceran diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer beserta 2 tetes indikator PP (phenolphthalein) kemudian dititrasi

dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna pada larutan menjadi merah muda yang

merupakan tanda telah mencapai titik akhir titrasi.(Day & Underwood, 1992).

PP (phenolphthalein) digunakan dalam alkalimetri karena sifat dari NaOH yang basa

dan asam asetat / cuka yang asam sehingga saat jumlah NaOH dalam Erlenmeyer

mencapai jumlah yang tepat dalam mencapai kesetimbangan maka larutan akan berubah

menjadi merah muda tanda larutan telah menjadi basa. Hasil dari ketiga kelompok

menunjukkan jika lakmus biru yang digunakan tidak berubah warna dan tetap biru,

karena larutan dalam Erlenmeyer bersifat basa, sesuai dengan perubahan warna yang

menandakan larutan dalam Erlenmeyer ada dalam rentang pH 8,0 – 9,6.

Kadar asam asetat dalam larutan cuka dapat diukur dengan menggunakan rumus :

% berat =

gram zatgram zat + gram pelarut

x 100 % =

gram zat100 gram larutan

13

Hasil yang diperoleh adalah, kelompok G4 memperoleh hasil sekitar 7%, G5

memperoleh hasil 5,5 – 5,8% dan G6 memperoleh hasil antara 8,3 – 10%. Hasil yang

didapat G6 memiliki rentang / selisih terbanyak dibanding 2 kelompok yang lain yang

tetap konsisten hasilnya dari percobaan pertama dan kedua, yang disebabkan karena

kesalahan yang dilakukan ataupun ketidaktelitian dalam pengukuran, pengenceran, dan

hal-hal lainnya. Hasil ini menunjukkan larutan cuka memiliki kadar asam antara 3,1 –

4,4 sehingga tidak termasuk asam kuat dan asam asetat dalam cuka pun tidak dalam

kadar tinggi sehingga asam cuka aman untuk dikonsumsi.

% berat =

gram zatgram zat + gram pelarut

x 100 % =

gram zat100 gram larutan

6. KESIMPULAN

Asidi alkalimetri adalah analisa kuantitatif volumetri berdasar pada reaksi

netralisasi ( reaksi asam basa ).

Asidi alkalimetri dilakukan dengan titrasi.

Standarisasi diperlukan dalam asidi-alkalimetri untuk menentukan konsentrasi dari

larutan standard sekunder menggunakan larutan standard primer.

Asidimetri adalah analisa dengan menggunakan larutan asam sebagai larutan

standard, seperti pada penentuan kadar kalium bikarbonat dengan larutan HCl.

Asidimetri menggunakan Methyl Orange (MO) sebagai indikator karena memiliki

rentang pH dari asam yaitu antara 3,1 sampai 4,4.

Methyl Orange (MO) menyebabkan perubahan warna menjadi merah oranye.

Alkalimetri adalah analisa dengan menggunakan larutan basa sebagai larutan

standard, seperti pada penentuan kadar asam asetat dalam larutan cuka

menggunakan larutan NaOH.

Alkalimetri menggunakan phenolphthalein (PP) sebagai indikator karena memiliki

rentang pH dari basa yaitu antara 8,0 sampai 9,6.

Phenolphthalein (PP) menyebabkan perubahan warna menjadi merah muda.

Kertas lakmus digunakan untuk mengetahui sifat dari suatu larutan.

Kadar asam asetat dalam larutan cuka antara 5 – 10% dan tidak termasuk dalam

asam kuat sehingga aman untuk dikonsumsi.

14

Semarang, 16 Oktober 2014Praktikan,

Webiana Lowisia 14.I1.0111

Asisten Praktikum :

- Matius Inda T.- Rosita K.

7. DAFTAR PUSTAKA

Busch, S. (1987). Chemistry Second edition. Allyn and Bacon, Inc. USA.

Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Ebbing, D.B. (1987). General Chemistry. Houghtan Mifflin Company. Boston.

Harjadi, W. (1993). Stoikiometri : Berhitung Kimia Itu Mudah. Gramedia. Jakarta.

Oxtoby, D.W. et al,. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Pattison, S. (1998). Deneral, Organic and Biochemistry. Brooks / Cole Publishing Company. California.

Wilford, L.D. (1987). Chemistry for First Examination. Blackkie. London.

15

8. LAMPIRAN

8.1. Perhitungan

G1 :

2500386

x 2 = 36,6 ml x N HCl x 10

12,95 = 366 x N HCl

N HCl = 0,03538 ≈ 0,035

2500386

x 2 = 43 ml x N HCl x 10

12,95 = 430 x N HCl

N = 0,030

Rata-rata =0,035+0,030

2

= 0,033

mg100,115

x 1 = 39 x 0,033 x 10

mg100,115

= 12,87

Mg = 1288,480

Kadar =1288,480

1200x 100%

= 107,373%

mg100,115

x 1 = 39,3 x 0,033 x 10

mg100,115

= 12,969

16

17

Mg = 1298,391

Kadar =1298,391

1200x 100%

= 108,199%

G2 :

2500386

x 2 = 42 ml x N HCl x 10

12,95 = 420 x N HCl

N HCl = 0,0308 ≈ 0,031

2500386

x 2 = 43 ml x N HCl x 10

12,95 = 430 x N HCl

N HCl = 0,0301 ≈ 0,030

Rata-rata =0,031+0,030

2

= 0,0305 ≈ 0,031

mg100,115

x 1 = 26 x 0,031 x 10

mg100,115

= 8,06

Mg = 806,927

Kadar =806,927

1200x 100%

= 67,244%

18

mg100,115

x 1 = 29 x 0,031 x 10

mg100,115

= 8,99

Mg = 900,034

Kadar =900,034

1200x 100%

= 75,003%

G3 :

2500386

x 2 = 34 ml x N HCl x 10

12,95 = 340 x N HCl

N HCl = 0,03808 ≈ 0,038

2500386

x 2 = 33 ml x N HCl x 10

12,95 = 330 x N HCl

N = 0,039

Rata-rata =0,038+0,039

2

= 0,0385 ≈ 0,039

mg100,115

x 1 = 28 x 0,039 x 10

mg100,115

= 10,92

Mg = 1093,256

Kadar =1093,256

1200x 100%

= 91,105%

19

mg100,115

x 1 = 28,3 x 0,039 x 10

mg100,115

= 11,037

Mg = 1104,969

Kadar =1104,969

1200x 100%

= 92,081%

G4 :

1000126

x 2 = 30 ml x N NaOH x 10

15,87 = 300 x N NaOH

N NaOH = 0,0529 ≈ 0,053

1000126

x 2 = 32 ml x N NaOH x 10

15,87 = 320 x N NaOH

N NaOH = 0,050

Rata-rata =0,053+0,050

2

= 0,052

mg60

x 1 = 6,9 x 0,052 x 10

mg60

= 3,588

Mg = 215,280

G = 0,215

20

Kadar =0,215

3x 100%

= 7,167%

mg60

x 1 = 6,8 x 0,052 x 10

mg60

= 3,536

Mg = 212,16

G = 0,212

Kadar =0,212

3x 100%

= 7,067%

G5 :

1000126

x 2 = 37 ml x N NaOH x 10

15,87 = 370 x N NaOH

N NaOH = 0,0428 ≈ 0,043

1000126

x 2 = 39 ml x N NaOH x 10

15,87 = 390 x N NaOH

N NaOH = 0,041

Rata-rata =0,043+0,041

2

= 0,042

mg60

x 1 = 6,9 x 0,042 x 10

mg60

= 2,898

21

Mg = 173,88

G = 0,174

Kadar =0,174

3x 100%

= 5,800%

mg60

x 1 = 6,6 x 0,042 x 10

mg60

= 2,772

Mg = 166,32

G = 0,166

Kadar =0,166

3x 100%

= 5,533%

G6 :

1000126

x 2 = 30 ml x N NaOH x 10

15,87 = 300 x N NaOH

N NaOH = 0,0529 ≈ 0,053

1000126

x 2 = 32 ml x N NaOH x 10

15,87 = 320 x N NaOH

N NaOH = 0,050

Rata-rata =0,053+0,050

2

= 0,052

22

mg60

x 1 = 10 x 0,052 x 10

mg60

= 5,2

Mg = 312

G = 0,312

Kadar =0,312

3x 100%

= 10,400%

mg60

x 1 = 8 x 0,052 x 10

mg60

= 4,16

Mg = 249,6

G = 0,250

Kadar =0,250

3x 100%

= 8,333

8.2. Laporan Sementara