Asian Games

download Asian Games

of 13

description

aa

Transcript of Asian Games

Bulu tangkis Sumbang Emas Untuk Indonesia

Kontingen Indonesia mendapatkan medali keempatnya di ajang Asian Games 2010. Adalah ganda putra bulutangkis, Markis Kido/Hendra Setiawan, yang menyumbangkannya. Markis/Hendra yang merupakan unggulan kedua bermain menghadapi unggulan teratas, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong, dari Malaysia di laga final yang berlangsung di Tianshe Gymnasium, Guangzhou, Sabtu (20/11/2010).

Di set pertama, Markis/Hendra menyerah 16-21 hanya dalam waktu 14 menit. Tujuh smes lawan, berbanding empat yang disarangkan Markis/Hendra, membuat harapn meraih emas terlihat berat. Namun Markis/Hendra menghidupkan asa dengan merebut set kedua dengan skor 26-24. Berlangsung selama 24 menit, Markis/Hendra sukses memaksimalkan kesempatan mereka memegang servis buat mendulang poin.

Di set penentuan, Markis/Hendra melejit unggul 11-7, namun Koo/Tan bisa mendekat di posisi 14-16. Markis/Hendra unggul lagi 19-17 sebelum menutup pertandingan dengan 21-19. Medali emas yang direbut Markis/Hendra adalah emas pertama yang disumbangkan bulutangkis dan emas keempat secara keseluruhan di mana tiga emas lain didulang oleh cabang perahu naga.

Tim bulutangkis Indonesia memastikan diri menyumbang dua medali perunggu Asian Games XVI/ 2010 setelah beregu putra dan putri terhenti pada babak semifinal bulutangkis di Tianhe Gymnasium, Guangzhou China, Minggu (14/11). Tim tuan rumah putra China menjegal langkah Indonesia dengan 3-0. Sedangkan tim putri Indonesia dikalahkan putri Thailand dengan skor 3-1.Medali perunggu yang diraih Indonesia merupakan perunggu bersama, dimana medali untuk peringkat ketiga itu tidak dipertandingkan lagi. Perunggu lainnya diraih putri Korea yang kalah dari putri China dan putra Thailand.

Sedangkan partai final untuk perebutan medali emas akan dipertandingkan pada bagian putra China melawan Korea Selatan serta putri China melawan Thailand.

Tim putra Indonesia langsung menyerah 3-0. Tunggal pertama Taufik Hidayat dikalahkan musuh bebuyutannya Lin Dan 21-13, 23-21. Ganda pertama Markis Kido/ Hendra Setiawan kalah dari Fu Haife/Cai Yun 23-21, 21-14, 21-10. Kekalahan Indonesia dipastikan tunggal kedua, Simon Santoso yang menyerah dari Chen Jin dengan angka telak 21-11, 21-15.

Sementara regu putri "Merah Putih" menyerah 3-1. Set kemenangan Indonesia hanya diperoleh dari pasangan pertama Greysa Polli/ Melina Jauhari yang mengalahkan Munkith/ Amitrapa 18-21, 21-15, 21-10.

Sedangkan tunggal pertama putri Firdasari menjadi awal mengecilnya peluang Indonesia setelah kalah dari Ponsana Salakjit 17-21, 21-17, 17-21, kemudian Maria Febe Kusumastuti kalah dari Buranasertsuk 21-12, 21-15. Pasangan Nitya K Maheswari/ Pia Zubadiah Bernedite tak mampu menahan Thounth Toungkam/ Voravichaikul dengan skor 9-21, 21-17, 11-21. Bulutangkis Penuhi Target di Asian Games

Guangzhou (ANTARA News) Tim Bulutangkis Indonesia memenuhi target pada Asian Games XVI/2010, yakni meraih satu medali emas ditambah tiga perunggu.

Target Indonesia di bulutangkis memang satu emas, terpenuhi udah dari ganda putra. Selama event pemain menunjukkan permainan terbaik mereka, kata Manajer Tim Bulutangkis Indonesia, Yacob Rusdianto, di Guangzhou.

Menurut Yacob, sulit bagi Indonesia untuk bisa melakukan dominasi pasalnya tim negara lain mencatat kemajuan yang signifikan yang membuat persaingan ketat.

Negara manapun di Asia dan dunia, tidak mungkin bisa melakukan dominasi karena kekuatan kian merata. Dalam berbagai kejuaraan pemain Indonesia jarang menempati unggulan teratas, hal itu menggambarkan kekuatan sudah tersebar.

Malaysia, Thailand, Cina Taipei juga memperlihatkan performance terbaik di Asian Games ini, dan satu emas dan tiga perunggu merupakan hasil maksimal, kata Yacob.

Medali emas dipersembahkan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan, sedangkan perunggu dipersebahkan pasangan Alven Yulianto/ Muhammad Ahsan, serta dua perunggu lainnya dari nomor beregu putra dan putri.

Hal itu, menurut Yacob merupakan bahan evaluasi ke depan untuk mempersiapkan regenerasi atlet secara lebih cepat dan tepat lagi, sehingga mampu mempertahankan prestasi yang telah dilakukan atlet-atlet yang saat ini sudah memasuki usia senior.

Fokus PBSI saat ini persiapan tim untuk SEA Games 2011, dan tim ini masih menjadi ujung tombak, kata Yacob.

Sementara itu Tim Bulutangkis Indonesia, rencannya akan kembali ke tanah air pada Senin (22/11). Setelah kumpul di Pelatnas selajutnya akan kembali ke daerah masing-masing.

Lin Dan sabet penghargaan Samsung MVP untuk ASIAN GAMESJAKARTA, Kompas.com Bintang bulu tangkis China, Lin Dan, terpilih sebagai atlet peraih penghargaan Samsung MVP (Most Valuable Player) untuk Asian Games XVI 2010. Ini adalah penghargaan bergengsi yang didukung Olympic Council of Asia (OCA) dan Guangzhou Asian Games Organizing Commitee(GAGOC).

Siaran pers Samsung Electronic yang diterima Antara di Jakarta, Selasa (30/11/10) menyebutkan, Lin Dan mendapat suara pilihan tertinggi lebih dari 2.000 media terakreditasi yang memberikan suara mereka dari 22-25 November di Pusat Media di Guangzhou.

Panitia penyelenggara Samsung MVP Award, yang terdiri dari OCA, GAGOC, media, mantan atlet dan Samsung Electronics, sebagai mitra kerja Asian Games menegaskan, Lin Dan sebagai pemenang Samsung MVP Award akan mendapat Piala MVP, televisi terbaru Samsung LED 3D dan hadiah uang senilai 50.000 dollar AS.

Ketua Komite Media, Olympic Council of Asia (OCA), Manuel Silverio, panitia acara Samsung MVP, menyatakan pemberian penghargaan kepada Lin Dan itu sebagai pengakuan atas sportivitasnya dalam bidang olahraga, keunggulannya dan penampilannya yang luar biasa pada Asian Games 2010 di Guangzhou."Dengan penampilan luar biasa dari pemenang Samsung MVP Award Lin Dan dan sportivitas dari seluruh atlet, Asian Games 2010 di Guangzhou telah meraih sukes yang luar biasa," ujarnya.

Executive Deputy Secretary General Guangzhou Asian Games Organizing Committee (GAGOC) dan Wakil Walikota Guangzhou, Xu Ruisheng, mengatakan, Samsung MVP Award merupakan penghargaan tertinggi yang diserahkan kepada atlet Asian Games dan penampilan Lin Dan telah menginspirasi semua atlet.

Samsung MVP Award pertama kali diperkenalkan oleh OCA dan Samsung di Bangkok pada 1998, sebagi kontribusi kepada kesuksesan Asian Games dan komitmennya dalam kesuksesan. Sejak itu Samsung telah melanjutkan tradisi dalam pengakuan atlet yang telah menunjukkan prestasinya selama Asian Games.

"Saya memberikan selamat kepada Lin Dan, pemenang Samsung MVP Award," ujar Vice President dan Head of Worldwide Sports Marketing Samsung Electronic, Gyehyun Kwon. Panitia penyelenggara Samsung MVP Award menghargai hasil dari suara yang diperoleh dari media terakreditasi.

Lin Dan memiliki kinerja yang patut diteladani pada saat di Guangzhou dan telah bermain secara konsisten pada tingkat dunia sejak 2003, yang juga memenuhi kriteria seleksi MVP, ucapnya.Lin Dan memperagakan penampilan luar biasa selama Asian Games XVI, dengan memenangkan dua medali emas untuk tim bulu tangkis putra. Medali emas tunggal di Guangzhou membuatnya mendapatkan title Career Grand Slam, yang termasuk juga kemenangannya pada Olimpiade Beijing.

Atlet lainnya, yang masuk finalis Samsung MVP Award, adalah Park Taehwan dari Korea Selatan (renang) dan tiga atlet China, Sun Yang (renang), Tang Yi (renang), serta Liu Xiang (atletik)PERAHU NAGA

Prestasi fenomenal dibukukan tim perahu naga pria Indonesia di ajang Asian Games XVI/2010. Kemarin (20/11), Asnawir dkk merebut emas ketiga setelah menjadi juara nomor 250 meter.Dalam perlombaan yang diselenggarakan di Danau Zhengceng itu, Asnawir dkk membukutan waktu tercepat 48,681 detik. Sebelumnya, mereka juga menjadi juara pada nomor 1.000 meter dan 500 meter. Artinya, timnas pria menyapu bersih semua emas yang dilombakan di cabor perahu naga."Ini hasil yang benar-benar memuaskan. Bukan hanya perkara medali dan bonus tapi di lapangan kompetisi sangat ketat. Hasil ini sangat memuaskan," ujar Suryadi, pelatih timnas perahu naga Indonesia.Menurut Suryadi, sukses timnya menjadi yang terdepan di nomor 250 meter agak berbeda dengan dua nomor lain. Sebab, di nomor 1.000 meter dan 500 meter, Asnawir dkk memang sudah diyakini bakal juara. Di nomor 250 meter, Myanmar sebelumnya diprediksi bakal lebih kuat. Namun, timnas perahu naga akhirnya mempersembahkan emas ketiga setelah mereka memecahkan rekor catatan waktu terbaik merek sendiri."Ini kandang Tiongkok dan mereka tak berdaya. Myanmar yang menjadi musuh bebuyutan juga tak berkutik di sini. Semua kegembiraan serasa menumpuk di sini. Indonesia bisa mendapatkan emas dari sini," papar Suryadi.Sukses menyumbangkan tiga emas itu menjawab kepercayaan yang diberikan KONI. Sebelumnya payung organisasi tanah air itu sempat menolak pengiriman timnas perahu naga. Alasannya, mereka terlalu banyak menelan biaya karena satu tim diperkuat 22 pemain. Padahal, itu bukanlah cabor populer di tanah air."Saat itu, saya kecewa berat karena KONI bersikap seperti itu. Padahal, sudah enam kali kami menjadi juara di SEA Games," kenang Asnawir, kapten tim perahu naga.Dengan merebut tiga emas, para pedayung timnas perahu naga bakal menjadi milyader baru. Sebab, seperti dijanjikan Menteri Olahraga Andi A. Mallarangeng, peraih emas pada nomor beregu akan mendapatkan masing-masing Rp 400 juta. Jumlah itu sama dengan bonus untuk peraih emas di nomor perorangan. Kalau janji itu direalisasikan, maka setiap pendayung akan mendapatkan Rp 1,2 miliar.Bakal menerima bonus sebanyak itu, tentu membuat skuad timnas perahu naga senang. Namun, mereka belum mau memikirkan itu. "Saya belum kepikiran dengan uang itu. Sekarang cukup senang bisa menyapu bersih tiga emas di sini. Rasanya sungguh fantastis," ujar Supriadi yang baru kali tampil di Asian Games.Muklis juga berpikiran sama. Dia sama sekali belum memiliki rencana apapun untuk menikmati sukses yang dituainya di AG kali ini. Kegembiraan yang dituainya baru sebatas keberhasilan menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di empat tahunan itu.Dia malah memilih berkonsentrasi lagi ke nomor lain yang akan diikutinya di AG kali ini, yaitu C2 bersama Silo besok (21/11). Di nomor itu track record-nya cukup baik. Pada Kejuaraan Asia 2009 lalu di Iran, dia dan Silo menuai medali perak. "Wah untuk apa yah, ditabung saja. Saya sama sekali belum memikirkan tentang bonus, mudah-mudahan cair beneran," harap pria asal Banjarmasin itu.Di sektor wanita, timnas perahu naga Indonesia kembali menambah satu medali perak dari nomor 250 meter. Sarce Aronggear dkk mencatatkan waktu 59,320 detik. Sebenarnya Sarce dkk cukup lama memimpin lomba. Sayang, pada detik-detik akhir mereka disalip Tiongkok."Sayang sekali seharusnya kami bisa mendapatkan emas. Tapi posisi kami yang dijauhkan dari tim Tiongkok jelas memengaruhi hasil pertlombaan. Kalau perahu kami bersebelahan, saya yakin emas bisa di tangan," ujar Sarce. BALAP SEPEDA ASIAN GAMES XVI ; Santia Tambah Medali Perak IndonesiaGUANGZHOU (KR) - Cabang balap sepeda ternyata tak ketinggalan dalam menyumbang pundi-pundi medali untuk kontingen Merah-Putih. Melalui pembalapnya Santia Trikusumah, menyumbang medali perak bagi kontingen Indonesia pada nomor Individual Road Race (IRR) 100 Km dalam Asian Games XVI-2010 di Triathlon Venue, Guangzhou, Selasa (23/11). Santia mencatat waktu dua jam 47 menit, 46,52 detik. Pembalap dengan nomor start 31 tersebut, finish hanya terpaut 0,10 detik dari peraih medali emas Hsiao Mei Yu (Taiwan) yang finish dengan waktu 2:47:46.42. Medali perunggu direbut pembalap tuan rumah China, Zhao Na yang finish di urutan ketiga dengan torehan waktu 2:47:46.63. Penampilan Santia kemarin cukup luar biasa. Dia mampu melesat pada 300 meter menjelang finish, setelah berlomba dalam rombongan besar selama lebih dari dua jam. Pada saat tikungan terakhir, Santia masih berada di peringkat ketiga, tapi dengan kemampuan sprintnya pada 300 meter terakhir, dirinya masih tetap berada di tempat II sekaligus memastikan medali perak untuk Indonesia. Sejak awal saya hanya bertahan, agar tidak terlepas dari rombongan besar. Pada kesempatan terakhir saya melakukan sprint. Alhasil, ternyata upaya saya menggembirakan dan mampu berada di posisi kedua. Balapan ini cukup berat, papar Santia seperti dikutip Antara. Medali perak yang diraih Santia merupakan medali pertama sekaligus terakhir bagi tim balap sepeda Indonesia di ajang Asian Games XVI/2010. Dirinya mengaku puas setelah gagal pada Individual Time Trial (ITT). Sementara itu, pembalap putra Indonesia Tonton Susanto, dalam laga sehari sebelumnya gagal meraih medali, karena gagal finish dan terjatuh di tikungan terakhir yang justru menjadi keberuntungan bagi Santia. Saya senang, sebab selama ini saya tidak dipatok target menyabet medali di nomor road race, tapi justru saya mampu meraih tempat II. Terima kasih pelatih, official dan keluarga, yang mendukung saya selama ini, kata Santia.Angkat besi

GUANGZHOU, Kompas.com- Kendati gagal mendulang medali emas, tim angkat besi Asian Games XVI 2010 Indonesia bisa pulang ke Tanah Air dengan kepala tegak. Mereka berhasil memboyong satu perak dan tiga keping perunggu.

"Jumlah raihan medali angkat besi Indonesia pada Asian Games XVI 2010 mencatat rekor perolehan medali yakni satu perak dan tiga perunggu. Kami tetap bisa pulang dengan kepala tegak," kata Manajer Tim Angkat Besi Indonesia, Sonny Kasiran, di Guangzhou, Jumat (19/11/10). Medali perak angkat besi dipersembahkan oleh Ni Luh Sinta Darmayanti, sedangkan tiga perunggu dipersembahkan oleh lifter Citra Febrianti, Jadi Setijadi serta Eko Yuli Irawan.

Perolehan medali angkat beri terbanyak pasa Asian Games XIV 2002 di Busan yakni satu perak dan satu perunggu. Sedangkan Asian Games XV/ 2006 di Doha, Qatar, hanya mendulang satu medali perunggu.

"Usia mereka masih potensial dan bisa ditingkatkan kemampuanya untuk Olimpiade 2012, saya yakin mereka bisa berbuat lebih banyak lagi," kata Sonny.

Sementara itu rombongan pertama tim angkat besi Indonesia kembali ke Tanah Air pada Jumat (19/11), sedangkan rombongan kedua pulang pada Sabtu (20/11) besok.

"Mereka akan berkumpul dulu di tempat Pelatnas di Senayan, selanjutnya kembali ke daerah masing-masing," katanya.

Tim angkat besi bertanding di Dongguan Gymnasium di provinsi Dongguan. Hampir setiap hari penyelenggaraan cabang itu selalu mendulang medali, dan ditutup dengan medali perak yang diraih oleh Ni Luh Sinta Darmayanti.

Terkait kegagalan meraih medali emas, kata Sonny, tidak lepas dari dominasi atlet tuan rumah China yang hampir selalu unggul di setiap kelas yang diikutinya.

"Dominasi China luar biasa di angkat besi, dan kita bersyukur karena atlet Indonesia bisa menembus dominasi, termasuk dari dua Korea yakni Korea Utara dan Selatan," katanya.

CABANG angkat besi menjadi lahan medali buat Indonesia dalam Asian Games XVI 2010 di Guangzhou, China. Kali ini giliran Triyatno yang menyumbangkan medali perunggu dalam kelas 69 kilogram (kg) putra.

Lifter berusia 23 tahun itu berhasil mengangkat total 321 kg dalam pertandingan di Dongguan Gymnasium. Untuk angkatansnatch, Triyatno menorehkan 143 kg, danclean and jerk178 kg.

Emas nomor ini menjadi milik Kim Kum Sok (Korea Utara) dengan total angkatan 324 kg, sedangkan perak menjadi hak Morteza Rezaeian (Iran) setelah membuat total angkatan 324 kg. Dengan demikian, Indonesia sudah mendapatkan tiga perunggu dari cabang angkat besi. Dua sumbangsih lainnya diberikan Eko Yuli Irawan dan Jadi Setiadi.

"Saya sebetulnya berharap Triyatno dapat mengangkat 150 kg padasnatchdan paling tidak 180 kg padaclean and jerksehingga totalnya 330 kg. Kalau ini yang terjadi, setidaknya medali perak bakal dapat kita raih. Syukur-syukur padaclean and jerkdia dapat mengangkat 183 kg seperti yang telah dia lampaui pada latihan di Korsel belum lama ini," papar pelatih angkat besi Lukman.

Menurut Lukman, kali ini pada kelas 69 kg, juara dunia asal China Lio

Hai tidak tampil. Lukman tidak mengerti mengapa Lio tidak ditampilkan. Tentang kegagalan lifter Eko Yuli Irawan merebut medali emas kelas 62 kg, Lukman agak menyayangkan terutama pada angkatanclean and jerk. Saat hendak mengangkatjerk, palang beban menekan saluran pernapasan Eko sehingga dia mengalamiblackoutatau semacam 'kehilangan tenaga'.

Sementara itu, ajang Asian Games XVI 2010 kemarin diwarnai pemecahan rekor dunia. Lifter perempuan asal China Li Ping memecahkan dua rekor dunia dalam cabang olahraga angkat besi kelas 53 kg putri.

Seperti dikutip dari laman daring resmi Asian Games XVI/2010, Li Ping berhasil memecahkan rekor dunia yang pertama ketika berhasil mengangkat barbel 103 kg. Jumlah itu lebih berat 1 kg daripada ketika Ri Song Hui asal Korea Utara menorehkan rekor dunia pada Asian Games 2002.

Li Ping, kemudian, memecahkan rekor dunia kedua ketika jumlah total angkatan mencapai 230 kg. Jumlah itu lebih berat 4 kg daripada rekor dunia yang ditorehkan Qiu Hongxia yang juga berasal dari China pada Asian Games 2006

Karate dan Atletik

GUANGZHOU (Suara Karya): Cabang karate yang diharapkan bisa menyumbangkan emas untuk Indonesia pada perburuan medali Asian Games XVI, Rabu (24/11), ternyata hanya bisa meraih perak dan perunggu. Namun harapan emas kontingen Merah Putih belum padam. Apalagi ada sinyal optimisme dari cabang atletik yang membidik emas dari pelari Dedeh Herawati pada lari gawang 100 meter gawang putri.

"Indonesia hanya mendapat satu perak dan satu perunggu dari cabang karate," tulis wartawanSuara KaryaWem Fauzi dalam laporannya dari Guangzhou, China, Rabu malam. Hasil ini jelas tidak mampu mendongkrak posisi Indonesia dalam klasemen sementara perolehan medali.

Umar Syarief gagal membalas dendam terhadap pesaingnya asal Iran, Zabiollah Poorshab, setelah kalah di final nomor kumite kelas +84 kg putra. Kekalahan itu merupakan yang kedua diderita Umar dari karateka Iran itu, setelah pada event internasional lain di Kejuaraan Asia AKF yang juga berlangsung di China tahun lalu Umar juga takluk setelah mengalami sedikit masalah dengan kakinya.

"Saya minta maaf kepada masyarakat Indonesia karena tidak bisa mempersembahkan yang terbaik. Saya sudah bekerja keras, tapi memang lawan bertarung bagus," kata Umar dengan nada kecewa.

Kekalahan Umar membuat karate hanya menyumbang satu perak dan satu perunggu. Medali perunggu diraih Faisal Zainudin pada nomor kata perseorangan putra. Pada kata perseorangan putri, Dewi Yulianti gagal merebut medali setelah pada perebutan tempat ketiga dia harus mengakui keunggulan karateka Malaysia, Lim Lee Lee. Hasil tanpa emas ini di luar harapan karena sebenarnya Umar ditargetkan bisa mendulang emas.

Ketua Umum PB Forki Hendardji Soepandji mengatakan, meskipun belum mampu meraih medali pada hari pertama pertandingan cabang karate, Indonesia masih punya peluang.

"Masih ada dua hari lagi. Kami masih berpeluang meraih medali emas, meskipun itu cukup sulit," kata Hendardji menanggapi kekalahan Umar.Di tengah-tengah makin seretnya medali emas bagi Indonesia, cabang atletik memberikan sinyal optimistis.

Ini setelah pelari andalan Indonesia, Dedeh Herawati, memastikan diri masuk babak final lari gawang 100 meter putri di Stadion Utama Aoti.

Dedeh finis di peringkat kedua dengan catatan waktu 13,20 detik, sedangkan peringkat pertama ditempati Asuka Terada (Jepang) dengan catatan waktu 13,17 detik.

"Senang karena bisa lolos ke final, namun partai penentuan pada babak final besok. Saya berharap bisa berlari lebih baik dari hari ini," kata Dedeh seusai lomba heat kedua.

Dedeh memang berharap pada final Kamis ini bisa tampil lebih baik. Pasalnya, dia memunyai target menyumbangkan emas untuk Indonesia. Keberhasilan Dedeh ke final sudah diprediksi sebelumnya. Peraih emas SEA Games Laos 2009 ini memang menjadi salah satu harapan cabang atletik untuk mendulang medali setelah Suryo Agung Wibowo gagal di nomor 100 meter putra.

"Mulai start hingga finis sudah sesuai target perhitungan waktu yang dirancang, hanya perlu perbaikan di gawang terakhir menuju finis. Secara keseluruhan sudah oke," kata Kikin Ruhudin, pelatih nasional lari gawang.

Kikin melihat peluang Dedeh untuk bisa membawa pulang medali sangat besar walaupun persaingannya cukup ketat. Dibandingkan dengan finalis lainnya, saingan terberat Dedeh adalah pelari tuan rumah Sun Yawei yang mencatat waktu 13, 15 detik pada babak kualifikasi dan pelari Jepang, Asuka Terada, yang mencatat waktu 13, 17 detik. Mengenai target medali, Kikin menjawab: "Dedeh memasang target emas," katanya.

Awalnya, Kikin hanya menargetkan perunggu, tetapi KONI menuntut targetnya dinaikkan menjadi perak, namun Dedeh sendiri menginginkan emas. "Melihat kondisinya, saya optimistis Dedeh bisa mewujudkan targetnya," kata Kikin dengan nada bersemangat.

Ambisi untuk menyumbang medali juga hadir dari dayung. Setelah menyumbang tiga emas dan tiga perak melalui tim perahu naga putra dan putri, dayung berambisi kembali bisa menyumbang medali. Kali ini, mereka mengandalkan pasangan Anwar Tarra/Eka Octarorianus dan Silo/Muchlis. Kedua pasangan itu membuka peluang baru setelah lolos final.

Kedua pasangan tersebut akan turun di nomor berbeda, Anwar/Eka akan turun di final kano ganda putra 1.000 meter, sedangkan Silo/Muchlis turun di kayak ganda putra 1.000 meter. Namun, keduanya akan bertanding di hari yang sama, Kamis besok. Khusus Silo/Muchlis akan kembali berlaga di final kayak ganda putra 200 meter, sehari setelahnya.

Manajer Tim Kano Indonesia Hari Sidharta menilai, peluang kedua pasangan tersebut untuk bisa meraih emas tidaklah mudah. Mereka harus bersaing ketat dengan atlet dayung dari Kazakstan, Kirgistan, Iran dan tuan rumah Cina.

"Untuk bisa meraih emas cukup sulit, kami menargetkan mereka bisa meraih perak," kata Hari.

Hari menambahkan, cabang dayung juga memunyai peluang meraih medali di nomor putri. Sarce Aronggaer mengikuti jejak pedayung putra dengan lolos ke final kayak single putri 200 meter. Selain itu, dia juga sukses di nomor kayak ganda putri 500 meter menggandeng Rasima. Kedua nomor tersebut baru akan dipertandingkan Jumat besok.

Mengenai peluang Sarce di nomor perseorangan maupun duet dengan Rasima, Hari tidak berani memprediksikan muluk-muluk. Menurutnya, persaingannya sangat ketat. "Kami hanya bisa berharap," katanya. Guangzhou (ANTARA News) Tim atletik Indonesia kemungkinan pulang ke Tanah Air tanpa membawa sekeping medalipun dari ajang Asian Games XVI/2010 Guangzhou. Hingga pertandingan hari kelima cabang atletik yang berlangsung di Stadion Utama Aoti Guangzhou, Jumat, para pelari Indonesia belum berhasil finish di peringkat tiga besar.

Hasil final nomor 4100 meter putra, tim Indonesia yang terdiri dari pelari Fadlin, Suryo Agung, Farrel Oktaviandi dan Franklin Buruni gagal mempersembahkan medali setelah finish di peringkat keenam.

Sama halnya dengan pelari Agus Prayogo juga gagal pada nomor 10.000 meter putra. Kehadiran Menegpora Andi Mallarangeng di Stadion Utama Aoti tak mampu memompa atlet Indonesia yang di atas kertas memang sulit bersaing pada nomor itu.

Kwartet Indonesia di nomor estafet menyelesaikan lomba dengan catatan waktu 39,87 detik, jauh dari catatan waktu terbaiknya yang dicetak pada babak penyisihan heat yakni 39,78 detik.

Sementara itu medali emas nomor estafet 4100 meter diraih oleh China (38,78), perak China Taipei (39.05) dan Thailand (39.09). Thailand merupakan saingan utama Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

Kita sudah maksimal bertanding di final ini, catatan terbaik kami dalam latihan memang di kisaran 39.87-an. Kami gagal mengulang catatan waktu terbaik di heat 39,78 detik, kata Suryo Agung, pelari kedua Indonesia.

Ia menyebutkan, banyak faktor yang membuat catatan waktu nomor estafet bisa jauh beda, antara lain dari mulai start dan peralihan tongkat.

Ini hasil terbaik yang bisa kami lakukan hari ini, dan inilah memang estafet yang beda dengan nomor perorangan, kata Suryo Agung.

Sementara itu Frankling Buruni yang sempat cedera saat mengikuti babak heat, mengaku sudah maksimal berlari. Cederanya yang sudah pulih tak lagi dirasakannya sebagai kendala dan mencoba untuk meraih hasil terbaik.

Saya coba terus berlari dan untuk bisa berlari lebih cepat. Saya tak rasakan dan tak takut cedera yang penting berlari, namun hasilnya belum memuaskan, lawan memang berat, kata Franklin.

Sementara itu posisi keenam yang ditempati Indonesia lebih baik dibandingkan tim Saudi Arabia (40.01) dan Oman (40.02). Sedangkan India yang merajai lintasan atlet di kelompok putri, gagal masuk tiga besar di estafet 4100 meter putra dan hanya finish di peringkat keempat dengan catatan waktu 39.10 detik.

Sementara itu Pelatih Tim Indonesia, Eny Nuraeni menyebutkan, timnya sudah melakukan perlombaan dengan maksimal dan catatan waktu mereka selama ini di kisaran 39.87 detik. Faktor utama gagal ke tiga besar karena kekuatan lawan jauh lebih bagus catatan waktunya.

Masih kendala di perpindahan tongkat, dan itu memang sulit karena mereka selama ini disiapkan di nomor perorangan sehingga perpindahan tongkat masih menjadi kendala yang berpengaruh terhadap akselerasi.

Pengalaman atlet di nomor itu perlu ditambah, Farel kan anggota baru masih perlu dimatangkan untuk persialan ke depan, Thailand memang akan menjadi lawan berat d SEA Games, dan tim ini perlu dipertahankan, kata Eny.

Terkait turunnya Franklin Buruni yang sempat cedera, kata Eny sudah pulih. Padahal sebelumnya tim atletik Indonesia mempersiapkan penggantinya Heru Istianto.

Heru menyatakan siap, tim medis juga menyatakan dia siap bertanding. Ya kita pasang dan ia memang tampil bagus, hanya ia perlu jam terbang lebih banyak lagi, kata Eny Nuraeni menambahkan.

Sementara itu tim atletik Indonesia tinggal menyisakan seorang pelari lagi untuk tampil pada nomor marathon dimana akan diwakili oleh Triyaningsih.

Namun peluangnya cukup berat karena harus bersaing dengan atlet Bahrain, Khazakstan, China, India, Uzbekistan, China Taipei dan juga Thailand yang memiliki kekutan di nomor lari jarak jauh.

LARI GAWANG

GUANGZHOU, Kompas.com Pelari gawang 100 meter putri Indonesia, Dedeh Erawati, gagal menyumbang medali pada Asian Games XVI 2010. Pada partai final di Stadion Utama Aoti Guangzhou, Kamis (25/11/10), Dedeh hanya finis di posisi enam.

Catatan waktu Dedeh turun tajam menjadi 13,42 detik. Sangat jauh dibandingkan dengan babak penyisihan atau heat kedua, di mana pelari asal Jawa Barat berhasil mencatat waktu 13,20 detik sekaligus memecahkan Rekornas atas namanya sendiri 23,23 detik.

"Saya tampil buruk pada final ini, lari saya tidak enak hari ini," kata Dede seusai lomba.

Medali emas nomor lari gawang 100 meter putri diraih atlet Korea Selatan Lee Yeon Kyung dengan catatan waktu 13,3 detik, perak Natalya Ivoniskaya (Khazakstan) 13,24 detik dan perunggu oleh pelari tuan rumah China, Sun Yawai dengan catatan waktu 13,27 detik.

Sekitar 10 menit seusai start, Dedeh langsung tertinggal oleh rivalnya. Lompatan pertamanya sangat kaku sehingga membuat akselerasinya kurang pas dalam melakukan lompatan berikutnya.

Terlepas dari hasil buruk yang dicapai Dedeh yang justru antiklimaks dari penampilannya pada heat pertama dimana mencetak 13,20 detik, penampilan atlet lainnyapun menurun.

Sun Yawei (China) yang pada heat pertama mencatat waktu tercepat 13,15 detik, tak bisa berbuat banyak pada partai final, dan dia harus puas dengan medali perunggu. Demikian halnya catatan waktu Lee Yeon Kyung, juga tidak terlalu bagus dan jauh dari rekor dunia lari gawang 100 meter putri 12,21 detik atas nama Yordanka Donkova (Bulgaria) ataupun rekor Asia 12,44 detik atas nama Olga Shishigina (Khazakstan).

Dedeh juga mengaku terganggu dengan permintaan pelari Thailand, Punsoongneun, yang meminta dilakukan penundaan start. Akibatnya pelari asal Negeri Gajah Putih itu dikenai kartu kuning.

"Saya sangat terganggu dengan permintaan penundaan start itu, pelari lain juga pasti merasakan yang sama, padahal saat itu kami sudah on fire," kata Dedeh.

Sementara itu, Manajer Tim Atletik Indonesia, Budi Darmasidi, mengatakan atletnya sudah berjuang maksimal untuk finis dan meraih medali. Tetapi, lawan-lawannya di kelas itu lebih baik dan lebih siap.

"Catatan waktu semua pelari di final itu tidak mencapai catatan waktu terbaik mereka, semuanya menurun, termasuk Dedeh," kata Budi.

Dengan kegagalan Dedeh, tim atletik Indonesia tinggal menunggu peluang di final nomor 100 meter estafet putra di mana Indonesia akan menurunkan kwartet Fadlin, Suryo Agung, Farel Oktaviandi dan Heri Istianto, yang kemungkinan diturunkan untuk menggantikan Franklin Buruni yang cedera.

"Peluang masih ada, meski itu sangat berat di final besok. Mudah-mudahan saja tim yang diturunkan besok bisa bertanding maksimal," kata Budi.

SELANCAR

GUANGZHOU, Kompas.com Peselancar Oka Sulaksana gagal mempersembahkan medali emas dan harus puas dengan medali perak pada Asian Games XVI 2010 setelah bertanding dengan tangan terluka di Goangdong Water Sport Center Shangwei, Guangzhou, Sabtu (20/11/10).

Atlet layar Indonesia asal Bali itu harus puas dengan medali perak setelah gagal mempertahankan poin dia pada race ke-12. Medali emas mistral race itu diraih atlet Hongkong Chang King Yin, sementara perunggu diraih atlet tuan rumah China, Yao Fuwen.

Luka di tangan saya membesar dan berdarah-darah saat menyelesaikan tiga race terakhir pada Sabtu ini, hasilnya melorot

Oka Sulaksana

"Luka di tangan saya membesar dan berdarah-darah saat menyelesaikan tiga race terakhir pada Sabtu ini, hasilnya melorot. Padahal hingga race ke-9 saya masih memimpin. Nyerinya bukan main kena air laut," kata Oka, yang didampingi manajer tim Eddy Sulistianto.Oka mengaku kecewa dengan kondisi yang dihadapinya, pada saat ia bisa mengibarkan Bendera Merah Putih di podium layar di kota pantai Shangwei itu. Perolehan angka Oka anjlok pada tiga race terakhir karena lukanya berdarah-darah dan berlomba dengan menahan nyeri di tengah laut. Akibat luka pada bagian tangan kanannya itu, ia tidak bisa tampil maksimal.

"Tuhan belum menghendaki kami bisa meraih emas di sini, medali perak yang diraih Oka sudak maksimal dengan kondisi luka-luka yang dialami Oka. Kita tidak bisa mengobati Oka di tengah laut kecuali dengan betadine yang kemudian luntur oleh air. Ini sudah maksimal," kata Eddy.Seusai pertandingan terakhir, Oka terlihat sangat kecewa. Namun ia mendapat dukungan dari seluruh ofisial tim agar atletnya tidak down dan tetap mempersiapkan diri untuk event lainnya.

Oka sendiri pemegang medali perunggu nomor sama Asian Games XV 2006 di Doha. Hasil medali perak merupakan peningkatan raihannya, meski di atas kertas seharusnya Oka bisa mempersembahkan medali emas bila faktor non teknis tidak menghadangnya di akhir lomba. Sepanjang empat hari bertanding, Oka selalu memimpin dengan tiga angka di atas pesaingnya Chan King Yin. Poin yang cukup signifikan dan bisa aman bila Oka tidak mengalami luka di tangan kananya itu.

"Kami tetap puas dengan hasil maksimal yang diraih, dan saya yakin Oka adalah yang terbaik di nomor ini," kata Eddy. Sementara itu peraih medali emas mistral putra, Chan King Yin mengakui persaingan cukup ketat dan ia sudah berusaha menerapkan taktik untuk mengatasi kondisi yang berbeda-beda di Pantai Shangwei itu.

Ia mengakui pada race-race awal tampil kurang baik, namun berikutnya terus membaik. Ia mengambil kesempatan terakhirnya di hari terakhir dan menghasilkan medali emas. "Selama sepekan kami bermain di bawah tekanan yang cukup berat untuk mengatasi berbagai kondisi, saya pikir Indonesia (Oka Sulaksana) dan China (Yao Fuwen) merasakan hal sama dengan saya," kata Chan King Yin.

SEPAK BOLA

Menjadi juara umum pesta olahraga akbar seperti Olimpiade atau Asian Games belum klop bila tidak menjuarai cabang sepakbola. Itulah yang dialami China. Meski Negeri Tirai Bambu hampir dipastikan menjadi juara umum Asian Games 2010 di Guangzhou, namun gelar medali emas diraih Jepang setelah di final mengalahkan Uni Emirat Arab 1-0. Gol tunggal timnas muda Samurai Biru dicetak oleh bek Yuki Saneto pada menit ke-73. Ini merupakan tujuh kemenangan beruntun Jepang dalam tujuh pertandingan di Asian Games ke-16 ini.

Pada pertandingan sebelumnya, Korea Selatan mengalahkan Iran dengan tiga gol dalam 12 menit terakhir, untuk merebut medali perunggu dengan kemenangan 4-3.TUGAS OLAHRAGAASIAN GAMES 2010

Oleh :

Fairuza Arofah I.K.M , 9A/14

Nur Faizah R , 9A/21

SMP NEGERI 1 MALANG