asfiksia tya

download asfiksia tya

of 22

description

gfgvhjkl

Transcript of asfiksia tya

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.LATAR BELAKANG

Kehidupan adalah mencakup tiga pilar penting dalam tubuh yaitu sirkulasi, respirasi dan inervasi. Salah satu hal yang dapat menyebabkan kematian adalah terhentinya suplai oksigen. Hal ini disebabkan karena adanya hambatan masuknya oksigen ke dalam sistem respirasi. Hambatan ini juga akan berakibat terganggunya pengeluaran karbon dioksida dari tubuh sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal disebut asfiksia.1

Dari segi etiologi asfiksia dapat disebabkan oleh penyebab alamiah, trauma mekanik, dan keracunan. Namun yang disebut asfiksia sebenarnya adalah anoksia anoksik yang disebabkan karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan atau disebut juga asfiksia mekanik. Asfiksia mekanik yang disebabkan oleh penekanan pada leher inilah yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia.2 Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter, hal tersebut menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.1Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda kematian yang berbeda. Hal ini sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut tentang penyebab asfiksia tersebut.1I.2.TUJUAN1. Menjelaskan asfiksia2. Menjelaskan jenis-jenis asfiksia yang disebabkan oleh penekanan pada leher3. Menjelaskan perbedaan penggantungan antemortem dan postmortem4. Menjelaskan perbedaan penggantungan pada bunuh diri dan pembunuhanI.3.Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Referat ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan pelengkap referensi mengenai asfiksia.2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah dibidang kedokteran.

b. Memenuhi salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Rs Pertamina Bandar LampungBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.ASFIKSIA

II.1.1.DEFINISI

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapneu). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia.2II.1.2.ETIOLOGI

Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:3a. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.b. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran napas, penekanan leher atau dada, dan sebagainya.

c. Keracunan bahan kimiawi yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya karbon monoksida (CO) dan sianida (CN) yang bekerja pada tingkat molekuler dan seluler dengan menghalangi penghantaran oksigen ke jaringan.3Penyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksia mekanik, dibandingkan dengan penyebab yang lain seperti penyebab alamiah ataupun keracunan.3II.1.3. FISIOLOGI

Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia, yaitu: 31. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)

Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena:

Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup, kepala di tutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tetutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini di kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi.

Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. Ini di kenal dengan asfiksia mekanik. 2. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)

Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati pada anemia berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik. 3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)

Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya. 4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)

Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif. Tipe ini dibedakan atas:

Ekstraseluler

Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan Sianida terjadi perusakan pada enzim sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian segera. Pada keracunan Barbiturat dan hipnotik lainnya, sitokrom dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung perlahan.

Intraselular

Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik yang larut dalam lemak seperti kloform, eter dan sebagainya.

Metabolik

Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian O2 oleh jaringan seperti pada keadaan uremia.

II.1.4.JENIS-JENIS ASFIKSIAAdapun beberapa jenis kejadian yang dapat digolongkan sebagai asfiksia, yaitu:21. Strangulasi

a. Gantung (Hanging)b. Jeratan (Strangulation by Ligature)c. Cekik (Manual Strangulation)2. Sufokasi

3. Pembengkapan (Smothering)4. Tenggelam (Drowning)5. Crush AsphyxiaII.1.5 PATOFISIOLOGI ASFIKSIA

II.1.6.FASE-FASE ASFIKSIA

Fase-fase asfiksia terbagi menjadi 4 fase:2,31. Fase dispnoePenurunan kadar oksigen sel darah merah da penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga amplitude dan frekuensi pernafasan akan meningkat. Nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda - tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. Fase konvulsiAkibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi ( kejang ), yang mula - mula berupa kejang klonik tetap kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul episode opistotonik.2,3 Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3. Fase apnoeDepresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja.4. Fase akhirTerjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap. Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernafasan berhenti.II.2.ASFIKSIA AKIBAT PENEKANAN PADA LEHERDalam bidang forensik ada beberapa keadaan atau jenis asfiksia yang sering dijumpai. Biasanya berkaitan dengan hambatan saluran nafas secara mekanik. Kasus - kasus yang sering dijumpai, antara lain:2II.2.1.HANGING (GANTUNG)

Mati gantung sangat akrab dalam kehidupan sehari - hari. Tindakan bunuh diri dengan cara ini sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi, atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu.4

Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya terletak pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak seluruh berat badan digunakan.4II.2.1.1. DEFINISI

Gantung (hanging) merupakan suatu bentuk kematian akibat pencekikan dengan alat jerat, dimana gaya yang bekerja pada leher berasal dari hambatan gravitasi dari berat tubuh atau bagian tubuh.5II.2.1.2. ETIOLOGI

Ada 6 penyebab kematian pada penggantungan yaitu:6 a. AsfiksiaMerupakan penyebab kematian yang tersering. Alat penjerat biasanya berada di atas tulang rawan tiroid yang menyebabkan penekanan pada leher, sehingga saluran pernafasan menjadi tersumbat.b. Kongesti Vena Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada vena jugularis oleh alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat. c. Kombinasi Asfiksia dan Kongesti Vena Merupakan penyebab kematian yang paling umum, seperi pada kebanyakan kasus dimana saluran napas tidak seluruhnya dihalangi oleh penjerat yang berada di sekitar leher. d. Iskemik Otak (anoxia) Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam menyuplai darah ke otak, umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis.

e. Syok Vagal. Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada refleks vaso-vagal secara tiba-tiba, hal ini terjadi karena adanya tekanan pada saraf vagus atau sinus karotid.

f. Fraktur atau Dislokasi dari Verterbra Servikal 2 dan 3.Biasanya terjadi pada kasus judicial hanging, hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 m oleh berat badan korban dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord sehingga terjadi kematian yang tiba-tiba. II.2.1.3. KLASIFIKASI

Menurut mekanisme kejadiannya

Kasus gantung biasanya merupakan kasus bunuh diri (gantung diri) meskipun kasus pembunuhan dapat dibuat seolah-olah seperti kasus gantung diri, pada kasus kecelakaan pun dapat terjadi.4 Berdasarkan posisi korban, hanging dikelompokkan atas 2, yaitu :4 Complete hangingTubuh tergantung di atas lantai, kedua kaki tidak menyentuh lantai. Partial hangingBagian dari tubuh masih menyentuh lantai. Sisa berat badan 10 - 15 kg pada orang dewasa sudah dapat menyebabkan tersumbat saluran nafas dan hanya diperlukan sisa berat badan 5 kg untuk menyumbat arteri karotis. Partial hanging ini hampir selamanya karena bunuh diri.

Berdasarkan letak jeratan, dikelompokkan:4 Typical hangingBila titik penggantungan ditemukan di daerah oksipital dan tekanan pada arteri karotis paling besar. Atypical hangingJika titik penggantungan terletak di samping, sehingga leher sangat miring (fleksi lateral), yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar. II.2.1.4. GAMBARAN POSTMORTEM

1. Pemeriksaan Luar Pada Jenazah4a. Tanda Penjeratan Pada Leher Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan semakin jelas dan dalamdan menonjol. Sebaliknya jika alat penjerat lembut dan berluas penampang besar, maka bekas jeratan kurang menonjol dan tidak dalam. Bentuk jeratan berjalan miring. Bentuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung berjalan miring (oblique) padabagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Alur jeratan pada leher korban penggantungan (hanging) berbentuk lingkaran (V shape). Ciri-ciri jejas sebagai berikut : Alur jeratan pucat. Tepi alur jerat coklat kemerahan. Kulit sekitar alur jerat terdapat bendungan. Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan mengkilat Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah telinga, tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telinga. Pinggiran jejas jerat berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasif. Jumlah tanda penjeratan. Terkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. Hal ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali.b. Kedalaman Bekas JeratanKedalaman bekas jeratan menujukan lamanya tubuh tergantung. Jika penggantungan terjadi makin lama, maka bekas jeratan akan tampak makin menonjol, makin dalam, dan makin kering dan kasar pada perabaan (parchmentised).

c. Air liur

Air liur mengalir dari sudut bibir di bagian yang berlawanan dengan tempat simpul, lidah terjulur dan kandang tergigit. Ditemukannya penetesan air liur merupakan temuan yang konstan dan penting pada kasus kematian akibathanging. Penetesan air liur dapat ditemukan di sudut mulut yang berada pada posisi lebih rendah yaitu di sudut yang berlawanan dengan sisi terdapatnya simpul. Pada kasustypical hanging, hal ini ditemukan pada bagian tengah dari bibir bawah. Jika simpul berada di bawah dagu, penetesan air liur dapat ditemukan pada salah satu atau kedua sudut mulut. Air liur dapat ditemukan pada baju korban atau tubuh korban yang tidak berpakaian, sehingga ketika kering air liur ini akan sulit dihapus. Tetapi dengan menempatkan tubuh korban pada kamar pendingin jejak tersebut mungkin dapat dihapus. Temuan air liur ini dianggap sangat penting untuk mendukung telah terjadinya kematian hangingantemortem karena salivasi yang berlebih terjadi akibat reaksi antemortem akibat iritasi terhadap kelenjar submandibular yang terjadi pada penekanan dan pergesekan dengan alat penjerat. d. Tanda-tanda AsfiksiaTanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. Pada kasus penggantungan tanda-tanda asfiksia berupa mata menonjol keluar,perdarahan berupa petekia pada bagian wajah dan subkonjungtiva. Jika didapatkan lidah terjulur maka menunjukan adanya penekanan pada bagian bawah leher yaitubagian bawah kartilago thyroida.

e. Lebam MayatJika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam mayat terlihatpada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal.

f. Sekresi Urin dan FesesSekresi urin dan feses terjadi pada fase apneu pada kejadian asfiksia. Pada stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga gerak napas menjadi sangat lemah dan berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan karena kontrol spingter fungsi eksresi hilang akibat kerusakan otak maka terjadi pengeluaran urin dan feses.2. Pemeriksaan Dalam Pada Jenazah4a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur.b. Tanda-tanda Asfiksia Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah Kongesti pada bagian atas yaitu daerah kepala, leher dan otak Ditemukan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan ototd. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebih banyakterjadi pada kasus pengantungan yang disertai dengan tindak kekerasan. e. Pada pemeriksaan paru-paru serig ditemui edema paru.f. Mungkin terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid. Patah tulang hyoid terjadi pada sekitar 5-10% kasus penggantungan, dan banyak terjadi pada korban berumur 40 tahun ke atas. Hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang mengatakan fraktur tulang hyoid pada kasus hanging dapat mencapai 25%.

g. Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atasFraktur ini seringkali terjadi pada korban hukum gantung dimana korban tergantung secara penuh dan tertitis jauh dari lantai.II.2.1.5. PERBEDAAN ANTARA PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM DAN POSTMORTEM7NoPenggantungan antemortemPenggantungan postmortem

1Tanda-tanda penggantungan ante-mortem bervariasi. Tergantung dari cara kematian korbanTanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian yang bukan disebabkan penggantungan

2Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran terputus (non-continuous) dan letaknya pada leher bagian atasTanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh (continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian leher tidak begitu tinggi

3Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada sisi leherSimpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan kuat dan diletakkan pada bagian depan leher

4Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di atas jejas jerat dan pada tungkai bawahEkimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal

5Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba seperti perabaan kertas perkamen, yaitu tanda parchmentisasiTanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu jelas

6Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan lain-lain sangat jelas terlihat terutama jika kematian karena asfiksiaSianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan lain-lain tergantung dari penyebab kematian

7Wajah membengkak dan mata mengalami kongesti dan agak menonjol, disertai dengan gambaran pembuluh dara vena yang jelas pada bagian kening dan dahiTanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat, kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan (strangulasi) atau sufokasi

8Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekaliLidah tidak terjulur kecuali pada kasus kematian akibat pencekikan

9Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya cairan sperma sering terjadi pada korban pria. Demikian juga sering ditemukan keluarnya fesesPenis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak ada

10Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut, dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal ini merupakan pertanda pasti penggantungan ante-mortemAir liur tidak ditemukan yang menetes pad kasus selain kasus penggantungan.

II.2.2.CEKIK (MANUAL STRANGULATION)II.2.2.1. DEFINISI

Pencekikan adalah penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat.7II.2.2.2. MEKANISME KEMATIAN

Mekanisme kematian pada kasus - kasus kematian adalah :

Asfiksia

Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Refleks vagalReflek vagal menyebabkan kematian segera (immediate death), hal ini dikaitkan dengan terminologi sudden cardiac arrest. Reflek vagal dimungkinkan bila leher terkena trauma.Refleks vagal terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus pada corpus caroticus (carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna. Refleks vagal ini jarang sekali terjadi.7II.2.2.3. GAMBARAN POSTMORTEM1. Pemeriksaan Luar Jenazah

Pada pemeriksaan jenazah ditemukan perbendungan pada muka dan kepala karena turut tertekan pembuluh darah vena dan arteri yang superficial, sedangkan arteri vertebralis tidak terganggu. Pemeriksaan luar dari otopsi kasus pencekikan (manual strangulasi), terdapat 3 hal penting yang harus diperhatikan, antara lain: a. Tanda asfiksia Sianosis Lebam merah kebiruan gelap Lebam terbentuk lebih cepat Distribusi lebam lebih luas Darah sukar membeku.

b. Tanda kekerasan pada leher Luka memar pada kulit di leher Bekas tekanan jari Bekas kuku Sidik jari Tangan yang digunakan Arah pencekikan

c. Tanda kekerasan pada tempat lain yang dapat menunjukkan bahwa korban melakukan perlawanan.

2. Pemeriksaan Dalam Jenazaha. Perdarahan atau resapan darah pada otot-otot di leher tiroid, kelenjarludah, serta mukosa dan submukosa faring atau laring.

b. Fraktur, yang paling sering ditemukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakeac. Memar atau robekan membrane hipotiroidea d. Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging. Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjarludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring. Fraktur yang paling sering kitatemukan pada os hyoid. Fraktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dantrakeae. Tanda Asfiksia : Darah lebih gelap & lebih encer Busa dalam saluran pernafasan Organ tubuh lebih berat, lebih gelap, pada pengirisan banyak keluar darah

f. Petekie pada : Mukosa usus halus Epikardium daerah aurikuloventrikular Subpleura viseralis paru terutama pars diafragmatika dan fisura interlobaris Kulit kepala sebelah dalam terutama daerah temporal

g. Edema paruII.2.3.PENJERATAN (STRANGULATION)II.2.3.1. DEFINISI

Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran nafas tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan kasus bunuh diri, maka penjeratan biasanya adalah kasus pembunuhan. Pada peristiwa gantung, kekuatan jeratnya berasal dari berat tubuhnya, maka pada jeratan dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada kedua ujungnya. Dengan kekuatan tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. Jeratan pada bagian depan leher hampir selalu melewati membran yang menghubungkan tulang rawan hyoid dan tulang rawan thyroid. II.2.3.2. MEKANISME KEMATIAN

Ada 3 mekanisme kematian pada jerat , yaitu :

1. AsfiksiaTerjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian yang paling sering.2. Iskemia SerebralIskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri (oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. 3. Syok VasovagalPerangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang menyebabkan henti jantung.

II.2.3.3. CARA KEMATIAN

Cara kematian pada kasus jerat diantaranya adalah:1. Pembunuhan (paling sering).Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita jumpai pada kejadian infanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat, dan hukuman mati (zaman dahulu).2. KecelakaanKecelakaan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita temukan pada bayi yangterjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal reflex menjadipenyebab kematian pada orang yang bersenda gurau3. Bunuh diri. Bunuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik. Antara jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat tersebut. II.2.3.4. GAMBARAN POSTMORTEM1. Pemeriksaan Luar JenazahPada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan:8a. Tanda Penjeratan Pada Leher Tanda penjeratan jelas dan dalamSemakin kecil tali maka tanda penjeratan semakin jelas dan dalam Bentuk jeratan berjalan mendatar/horizontal Alur jeratan pada leher korban berbentuk lingkaran. Alurjerat biasa disertai luka lecet atau luka memar disekitar jejas yang terjadi karena korban berusaha membuka jeratan tersebut. Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan mengkilat Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telinga.Pinggiran jejas jerat berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasif. Jumlah tanda penjeratan, terkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. Hal ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kalib. Tanda-tanda AsfiksiaTanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas. c. Lebam MayatLokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati.2. Pemeriksaan Dalam JenazahPada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan :8a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun ruptur.b. Tanda-tanda Asfiksia Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah, Terdapat buih halus di mulut Didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan ototd. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini lebihsering dihubungkan dengan tindak kekerasan. e. Pada pemeriksaan paru-paru sering ditemui edema paru.f. Jarang terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid. II.2.3.5. PERBEDAAN KASUS GANTUNG DAN JERAT 9Penilaian dariKasus Gantung (bunuh diri)Kasus Jerat (pembunuhan)

SimpulSimpul hidup. Simpul dapat dikeluarkan melalui kepala (tidak terikat kuat)Simpul mati. Simpul sulit dikeluarkan melalui kepala (terikat kuat)

Jumlah lilitan penjeratBisa lebih dari 1 lilitanBiasanya 1 buah lilitan

ArahSerong ke atasMendatar / horizontal

Jarak titik tumpu-simpulJauh

Berbentuk V (lingkaran terputus)Dekat

Berbentuk lingkaran penuh

Lokasi jejasLebih tinggiLebih rendah

Jejas jeratMeninggi ke arah simpulMendatar

Luka perlawanan-+

Luka lain-lainBiasanya ada, mungkin terdapat luka percobaan lainAda, sering di daerah leher

Karakteristik simpulJejas simpul jarang terlihat

Simpul hidup

Simpul dapat dikeluarkan melalui kepala ( tidak terikat kuat)Terlihat jejas simpul

Simpul mati

Simpul sulit dikeluarkan melalui kepala (terikat kuat)

Lebam mayatPada bagian bawah tubuhTergantung posisi tubuh korban

LokasiTersembunyiBervariasi

KondisiTeraturTidak teratur

PakaianRapi dan baikTidak teratur, robek

RuanganTerkunci dari dalamTidak teratur, terkunci dari luar

BAB IIIPENUTUPIII.1.KESIMPULAN1. Kehidupan adalah mencakup tiga pilar utama penting meliputi sirkulasi, respirasi dan inervasi.2. Penyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksia mekanik.3. Anoxia adalah embrio dari asfiksia.4. Klinisi biasanya hanya mempelajari tentang asfiksia secara umum.III.2 SARAN

Perlunya mengenali tanda- tanda yang terjadi pada jenazah akibat keracunan melalui pemeriksaan luar dan dalam serta pemeriksaan patologi anatomi. Perlu melakukan penelitian tentang keracunan yang dapat menyebabkan asfiksia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Iedris AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Bina Rupa Aksara. Jakarta: 1997.2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke-2. 1997.

3. Abraham S, Arif Rahman S, Bambang PN, dkk. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Edisi ke-2. 2010.4. Amir A, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan: 2007.5. Knight, B. Asphyxia and Pressure on The Neck and Chest. In: Simpsons Forensic Medicine, Eleventh ed. London, Oxford University Press, Inc. 2001. p: 87-906. Modi, Z.P. Death from Asphyxia. In Medical Jurispudince and Toxicology. Bombai: Tripathy. 1998. p:188-195 7. Budiyanto A., Widiatmaka W., Sudiono S, et al., Kematian Karena Asfiksia Mekanik, Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Jakarta: 1997.8. Dahlan S, Asfiksia, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang: 2000.9. Iedris M, Tjiptomartono A.L. Asfiksia. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Sagung Seto. Jakarta: 2008.Tardieu spotpada Gantung diri.

Tardieu spot diakibatkanpecahnya kapiler-kapiler pada kaki

Source: Color Atlas ofForensic Pathology

Kasus Gantung Diri

Lebam pada gantung diri terkonsentrasi pada daerah ekstemitas

Fraktur tulang Hyoid

Pencekikan Terdapat pendarahan

pada lidah akibatpencekikan

Source: Color Atlas ofForensic Pathology

121