Asfiksia Neonatorum
-
Upload
yenny-effriyeni-sihombing -
Category
Documents
-
view
773 -
download
13
Transcript of Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum
Martono Tri Utomo
BATASAN
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.
PATOFISIOLOGI
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
GEJALA KLINIK
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
DIAGNOSIS
Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas dibersihkan
Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas (lemah)
Fleksi kuat gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah ekstrimitas biru
Merah seluruh tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Pemeriksaan penunjang :
- Foto polos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
Penyulit
Meliputi berbagai organ yaitu :
- Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru
- Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
- Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
- Hematologi : DIC
PENATALAKSANAAN
Resusitasi
Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
- Asistolik.
Dosis :
- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis :
- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson :
- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c
Suportif
Jaga kehangatan.
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
Bagan Resusistasi neonatus
DAFTAR PUSTAKA
1. Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 – 2-25.
2. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 69-79.
3. Ringer SA. Resuscitation in the delivery room. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 53-71.
4. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.
5. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management, procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004; 12-20.
6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management, procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange Books/Mc Graw-Hill, 2004; 512-21.
Uji kembali efektifitas :
Ventilasi
Kompresi dada
Intubasi Endotrakeal
- Pemberian epinefrin
Pertimbangkan kemungkinan :
Hipovolemia
Asidosis metabolik berat
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika :apnea dan denyut jantung 0 setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit.
7. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London : Arnold, 2002; 62-88.
(http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
skow264.htm)
Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)
B. EtiologiAsfiksia terjadi karena adanya gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :1. Faktor Ibua. Hipoksia ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin. Hipoksia ibu dapat terjadikarena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam.b. Gangguan aliran darah uterusMengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengairan O2 ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada kasus-kasus :1) Gangguan kontraksi uterus, misalnya : hipertensi, hipotoni / tetani uterus akibat penyakit atau obat.2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.3) Hipertensi pada penyakit eklamsia.2. Faktor Janin
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat.b. Depresi pernafasan karena obat-obat anastesia / analgetika yang diberikan kepada ibu.c. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya : perdarahan intracranial.d. Kelainan kongenital, misalnya : hernia diafragmatika, atresia saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.(Wiknjosastro, 1999).
C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran KlinisPernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).
D. DiagnosisAsfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :1. Denyut jantung janinPeningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.2. Mekonium dalam air ketubanMekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.3. Pemeriksaan pH darah janinDengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.(Wiknjosastro, 1999)
E. Penanganan pada asfiksiaTindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi BBL. Sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa :1. faktor waktu sangat penting.2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBl.4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat. (Prawiroharjo, 2002)F. Prinsip Dasar Resusitasi1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan bebas serta merangsang timbulnya pernafasan.2. Memberi bantuan pernafasan secara efektif pada bayi yang menunjukkan usaha bernafas lemah.3. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.4. Menjaga agar sirkulasi tetap baik. (Wiknjosastro, 1999)G. Persiapan Alat ResusitasiSebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :1. 2 helai kain / handuk.2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.5. Kotak alat resusitasi.6. Jam atau pencatat waktu.(Wiknjosastro, 2007).H. Langkah-Langkah Resusitasi1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasanb. Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.c. Jika pernasalan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.7. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.8. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.a. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.b. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.c. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.d. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.9. Kompresi jantungPerbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :a Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.b Jari tengah dan telunjuk menekan stemun dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.10. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.11. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.12. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.13. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.14. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.15. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
SOAP
BAB IIASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA BAYI BARU LAHIR NY. “P”DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI RB xxx
I. PENGUMPULAN DATA DASARTanggal 20 November 2007 Pukul : 10.00 WIB
A. Identitas1. BayiNama : Bayi Ny. PutriTanggal lahir : 20 November 2007Jam lahir : 10.00 WIBJenis kelamin : Perampuan2. Orang tuaNama Istri : Ny. Putri Nama suami : Tn. EdwinUmur : 23 tahun Umur : 27 thaunAgama : Islam Agama : IslamSuku : Jawa Suku : JawaPendidikan : SMA Pendidikan : SMAPekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta
B. Keluhan UtamaBayi Ny. P lahir spontan pervaginam, letak sungsang dengan asfiksia ringan.Dasar :Bayi kesulitan dalam bernafas, suhu tubuh 36oC, APGAR sore 6/8, BB + 3000 gr, PB = 50 cm, frekuensi jantung = 100 x / menit, ekstremitas biruC. Riwayat Persalinana Persalinan ditolong oleh : bidanb Jenis persalinan : Spontan pervaginamc Tempat persalinan : RB Surya Asihd Lama persalinan : Kala I : 8 jamKala II : 20 menitKala III : 15 menite Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak adaf Keadaan air ketuban : Jernihg Keadaan umum BBL : Kelahiran tunggalUsia kehamilan saat melahirkan +40 mingguD. Pemeriksaan Fisik1. Nilai APGAR2. Antropometroa Berat badan : 3000 grb Panjang badan : 50 cmc Lingkar kepala : 35 cmd Lingkar dada : 30 cme Lila : 9,5 cm3. Refleksa Moro : adab Tonic neak : adac Palmargrap : ada4. Menangis : bayi menangis saat dirangsang5. Tanda Vitala Suhu : 36oC
b Nadi : 110 x / menitc Pernafasan : 34 x / menit6. Kepalaa Simetris : tidak ada kelainan yang dialamib Ubun-ubun besar : cembungc Ubun-ubun kecil : tidak adad Caput succedenum : tidak adae Cephal hematoma : tidak adaf Sutura : tidak ada moulageg Luka di kepala : tidak adah Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan7. mataa Posisi : simetris kanan dan kirib Kotoran : tidak terdapat kotoranc Perdarahan : tidak terdapat perdarahand Bulu mata : ada8. Hidunga Lubang hidung : terdapat 2 lubang kanan dan kirib Cuping hidung : ada, kanan dan kiri simetrisc Keluaran : tidak ada9. Muluta Simetris : atas dan bawahb Palatum : tidak ada celahc Saliva : tidak ada hipersalivad Bibir : tidak ada labia skizise Gusi : merah, tidak ada laserasif Lidah bintik putih : tidak ada10. Telingaa Simetris : kanan dan kirib Daun telinga : ada kanan dan kiric Lubang telinga : ada, kanan dan kiri berlubangd Keluaran : tidak ada11. Lehera Kelainan : tidak ada kelainanb Pergerakan : dapat bergerak ke kanan dan kiri12. Dadaa Simetris : simetris kanan dan kirib Pergerakan : bergerak waktu bernafasc Bunyi nafas : nafas lambat teraturd Bunyi jantung : terature Frekuensi jantung : 100 x / menit13. Peruta Bentuk : simetris, tidak ada kelainanb Bising usus : teraturc Kelainan : tidak ada kelainan14. Tali pusat
a Pembuluh darah : 2 arteri dan 1 venab Perdarahan : tidak ada perdarahanc Kelainan : tidak ada kelainan15. Kulita Warna : kemerahan dan ekstremitas birub Turgor : (+) adac Lanugo : adad Vernik koseosa : adae Kelainan : tidak ada kelainan16. Punggunga Bentuk : lurusb Kelainan : tidak ada kelainan17. Ekstremitasa Tangan : simetris kanan dan kirib Kaki : simetris kanan dan kiric Gerakan : adad Kuku : lengkape Bentuk kaki : lurusf Bentuk tangan : lurusg Kelainan : tidak ada kelainan18. Genitalia : jenis kelamin perempuanII. Interpretasi Data DasarA. DiagnosaBayi Ny. P lahir spontan cukup bulan, letak sungsang dengan asfiksia ringan.Dasar :1. Bayi lahir sungsang pervaginam tanggal 20 November 2007 pukul 10.00 WIB.2. Suhu tubuh 36oC, APGAR 6/8, BB = 3000 gr, PB = 50 cm DJJ = 100x/menit, ekstremitas biru.B. Masalah1. Gangguan pemenuhan O22. HipotermiDasar :1. Terdapat lendir pada jalan nafas2. Nafas masih terdapat ronchi3. Suhu tubuh bayi 36oC4. Tubuh bayi terasa dinginC. Kebutuhan1. Pembersihan jalan nafas2. Perbaikan suhu3. Perawatan tali pusatDasar :1. APGAR 6/8, pengaturan suhu82. Tali pusat masih basahIII. Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial1. Asfiksia berat2. Hipotermi berat / sedang
3. Infeksi tali pusatDasar :1. Ekstremitas bayi telihat biru2. Suhu tubuh 36oC3. Tali pusat masih basah
IV. ¬Identifikasi Masalah dan Kebutuhan yang membutuhkan penanganan segera dan kolaborasiKolaborasi dengan dokter bila diperlukanV. Perencanaan1. ¬Cegah kehilangan panasa Bungkus bayi dengan handuk di atas perut ibu bila tali pusat panjangb Hidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi2. Lakukan pembebasan jalan nafasa Bebaskan jalan nafasb Letakkan bayi pada posisi yang benarc Lakukan slim zuinger3. Lakukan rangsang taktila. Usap-usap punggung bayiataub. Sentil4. Lakukan penilaian bayia Perhatikan dan nilai nafas bayib Hitung frekuensi denyut jantung bayic Nilai warna kulit bayi5. Lakukan perawatan tali pusata Jepit tali pusat dengan 2 buah klem.b Potong tali pusat dengan gunting tali pusat.c Bungkus tali pusat dengan kassa steril.d Ajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat.e Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan tali pusat secara teratur.f Lakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang6. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif7. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi sayur-sayur hijau
VI. PelaksanaanPada tanggal 20 November 2007 Pukul 10.00 WIB1. Mempertahankan suhu tubuh bayia Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada di atas perut ibu bila tali pusat panjang. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporasi.b Menghidupkan radian warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan meletakkan bayi terlentang di bawah alat pemancar panas. Alat pemancar panas perlu disiapkan sebelumnya agar kasur tempat diletakkan bayi juga hangat.2. Melakukan pembebasan jalan nafasa. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung, dan mulut
bayi secara zig zag dengan kasa steril segera setelah lahir.b. Meletakkan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung di bawah bahu sehingga bahu terangkat 2 – 3 cm.c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap caman amnion dan lendir dari mulut dan hidung menggunakan slim zuinger. Bila air ketuban bercampur mekonium maka penghisapan dari trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.3. Melakukan rangsang taktila Usap-usap punggung bayi ke arah atasb Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.4. Melakukan penilaian bayia Memperhatikan dan menilai pernafasan bayib Menghitung frekuensi jantung bayi setiap 30 menitc Menilai warna kulit bayi
5. Melakukan perawatan tali pusata Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem.b Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat.c Membungkus pada ibu untuk perawatan tali pusat.d Mengajarkan pada ibu untuk perawatan wali pusat.e Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat.f Melakukan evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang6. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusifa Menganjurkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif, yaitu dengan tidak memberikan makanan lain selain ASIb Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau seperti daun katuk, bayam, sawi dan lain-lain.VII. EvaluasiPada tanggal 20 November 2007 pukul 11.00 WIB1. Suhu tubuh dibungkus dengan handuk kering dan bersiha Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersihb Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handukc Radian warmer telah melakukan pembebasan jalan nafas2. Pembebasan jalan nafas telah dilakukana. Mata, hidung, dan mulut telah dibersihkanb. Bayi telah diposisikan dengan benarc. Jalan nafas telah dibersihkan3. Rangsang taktil telah dilakukanPunggung telah diusap ke arah atas4. Bayi bernafas spontan5. Perawatan tali pusat telah dilakukan6. Ibu mengerti mengenai pentingnya ASI eksklusifa. Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI eksklusifb. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau
Catatan PerkembanganHari ke-2Tanggal 21 November 2007S : a. Ibu mengatakan sudah melakukan yang dianjurkanb. Ibu mengatakan sudah memberi ASI pada bayinyac. Ibu mengatakan anaknya BAB 3xd. Ibu mengatakan anaknya tampak sehat dan akan segera pulange. Ibu mengatakan anaknya sudah dimandikan dan dibedungO : a. Keadaan umum bayi anakRooting refleks : (+)Sucking refleks : (+)Swallowing refleks : (+)b. Tanda-tanda vitalRR : 30 x / menitSuhu : 36oCNadi : 110 x / menitc. Warna kulit kemerahand. Tali pusat terawat baik dan masih basahe. Perut bayi tidak kembungf. EliminasiBAB : 3x/hariBAK : 8x/hari
A : DiagnosaBayi baru lahir umur 1 hariDasar : Bayi lahir spontan, tanggal 20 November 2007, pukul 10.00 WIBMasalah : tidak adaKebutuhan : 1. Perawatan tali pusat2. Perawatan pada ibu dan keluarga tentang :a. Personal hygiene bayib. Pemberian ASI eksklusifc. Pertahankan suhu tubuh bayi3. Perawatan bayi sehari-hariP : 1. Mandikan bayi 2 x sehari2. Merawat tali pusat3. Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :a. Personal hygiene bayib. Pemberian ASI eksklusifc. Pertahankan suhu tubuh bayi
Hari ke 4Tanggal 23 November 2007S : 1. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi tidur + 16 jam2. Ibu mengatakan bayinya BAK + 6 – 8 kali sehari, BAB 2 x sehari3. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja setiap jamO : 1. Keadaan umum bayi baik
2. Tanda-tanda vitalRR : 50 x / menitSuhu : 37oCNadi : 130 x / menitBB : 3000 gr3. Warna kulit kemerahan4. Tali pusat masih lemahA : DiagnosaBayi baru lahir normal umur 3 hariDasar : Bayi baru lahir spontan pervaginam tanggal 20 2007Masalah : Tidak adaKebutuhan : 1. Perawatan bayi sehari-hari2. Pemberian ASI EkslusifP : 1. Lakukan perawatan bayi sehari-hari2. Berikan ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi
Hari ke 6Tanggal 25 November 2007S : 1. Ibu mengatakan bayinya dapat minum ASI dengan baik dan tidak rewel2. Ibu mengatakan bayinya BAK dan BAB lancar3. Ibu mengatakan bayinya tidur selama + 16 jamO : 1. Keadaan umum bayi baikTanda – tanda vitalRR : 45 x / menitSuhu : 37oCNadi : 128x/menitBB : 3000 gr2. Warna kulit kemerahan3. Tali pusat mulai keringA : DiagnosaBayi baru lahir normal umur 5 hariDasar : Bayi lahir spontan pervaginam tanggal 20 november 2007Masalah : tidak adaKebutuhan : 1. Perawatan bayi sehari-hari2. Pemberian ASI eksklusifP : 1. Lakukan perawatan bayi sehari-hari2. Melakukan immunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Gulardi H. dkk. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo. 2002. Pelaksanaan Kesehatan Maternal dan Neotatal. Jakarta : YBC
(http://www.thesisfull.com/asfiksia-neonatorum-2/)
ASFIKSIA NEONATORUM
bawah judul
Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis.
Etiologi
1. Faktor neonatus
- Hipoksia ibu
- Gangguan aliran darah uterus
2. Faktor plasenta
3. Faktor fetus
4. Faktor ibu
Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Gejala Klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Manifestasi Klinis
1. Serangan jantung
2. Ptekie hemorragis
3. Sianosis dan kongestif
4. Penemuan jalan napas
Diagnosis
anamnesis : gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
klinis 0 1 2
detak jantung tidak ada 100x/menit
pernafasan tidak ada tak teratur tangis kuat
refleks saat jalan nafas dibersihkan tidak ada menyeringai batuk/bersin
tonus otot lunglai fleksi ekstrimitas (lemah) fleksi kuat gerak aktif
warna kulit biru pucat tubuh merah ekstrimitas biru merah seluruh tubuh
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang
nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skorapgar)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa Gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)
Komplikasi
Meliputi berbagai organ yaitu :
1. otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru
3. gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4. ginjal : tubular nekrosis akut, siadh
5. hematologi : dic
Penatalaksanaan
Ada beberapa tahap: ABC resusitasi,
• A= memastikan saluran nafas terbuka
• B= memulai pernafasan
• C= mempertahankan sirkulasi (peredaran darah)
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Pernafasan yang cepat
2. Pernafasan cuping hidung
3. Sianosis
4. Nadi cepat
5. Reflek lemah
6. Warna kulit biru atau pucat
7. Penilaian apgar skor menunjukkan adanya asfiksia, seperti asfiksia ringan (7-10), sedang (4-6), dan berat (0-3)
Diagnosis / masalah keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas
2. Penurunan kardiac out put
3. Intoleransi aktifitas
4. Gangguan perfusi jaringan (renal)
5. Resiko tinggi terjadi infeksi
6. Kurangnya pengetahuan
Intervensi keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas :
Monitoring gas darah, mengkaji denyut nadi, monitoring sistem jantung dan paru (resusitasi), memberikan oksigen yang adekuat.
2. Penurunan kardiac out put :
Monitoring jantung paru, mengkaji tanda vital, memonitor perfusi jaringan tiap 2-4 jam, monitor denyut nadi, memonitor intake dan out put serta melakukan kolaborasi dalam pemberian vasodilator.
3. Intoleransi aktifitas :
Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal, menyediakan monitoring jantung paru, mengurangi sentuhan, melakukan kolaborasi analgetik sesuai kondisi, memberikan posisiyang nyaman.
4. Gangguan perfusi jaringan (renal)
Pemberian diuretik sesuai dengan indikasi, monitor laboratorium urine, pemeriksaan darah.
5. Resiko tinggi terjadi infeksi
Memperhatikan teknik aseptik
6. Kurangnya pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Asfiksia Pada Bayi. http://www.google.com/.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
(http://askep-askeb-kita.blogspot.com/)
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi
jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
II. ETIOLOGI
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas
atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia
bayi baru lahir meriip;ik;in kcltiniutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin
selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan
bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia
dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
-Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
- Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
III. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi
fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan
teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa
glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan
hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler
yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak
yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
IV. MAN1FESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat '
- sianosis
- penurunan terhadap stimulus.
V. PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Tindakan Umum
- Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir
dari saluran nafas ayang lebih dalam.
- Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tanda achiles.
- Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
- Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2
yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan
message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100
x/menit.
- Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup
mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit
- Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH
- Pemeriksaan fungsi paru
- Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
- Gambaran patologi
DAFTAR PUSTAKA
- Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC
- Purwadianto. A. 2000. Kedaruralan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta
- Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran Jakarta.
EGC.
- Wong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Kedokteran. Jakarta.
EGC.