aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

54
TUGAS TEORI AKUNTANSI ASET OLEH : KELOMPOK 9 YULIMEL SARI (13067/2009) FEGI SYAHPUTRA (13069/2009) IMAM ARIF PERMANA (98621/2009) AYU PURNAMA SARI (98635/2009) ROBERT DWI VANO (98637/2009) PROGRAM STUDI AKUNTANSI

description

 

Transcript of aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Page 1: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

TUGASTEORI AKUNTANSI

ASET

OLEH :

KELOMPOK 9

YULIMEL SARI (13067/2009)

FEGI SYAHPUTRA (13069/2009)

IMAM ARIF PERMANA (98621/2009)

AYU PURNAMA SARI (98635/2009)

ROBERT DWI VANO (98637/2009)

PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG2012

Page 2: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

PERTEMUAN 6ASET

Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa

posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.

a. Pengertian dan Karekteristik Aset

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari aset itu sendiri,yaitu :

1. FASB mendefinisikan aset dalam rerangka konseptual sebagai berikut (SFAC No.

6, prg 25):

Aset are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events.

( Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu ).

2. IASC mendefiniskan sebagai berikut :

An asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past event from wich future economic benefit are expeced to flow to enterprise.

3. Dalam Statement of Accounting Concept No. 4, Australian Accounting Standar

Board (AASB) mendefinisikan aset sebagai berikut :

Asset are service potential or future economic benefit controlled by the reportimg entity as a result of past transaction or the past events.

4. Definisi yang menggabungkan makna, pengukuran dan pengakuan diajukan oleh

APB dalam APB No. 4 sebagai berikut :

Asset-economic resource of an enterprise that are recognized and measured in connformity with generall accepted accounting prinsipleas. Asset also include certain deferred charges that are not resource but that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principle.

Definisi FASB dan AASB cukup luas dibandingkan dengan definisi yang lain

karena aset disifati sebagai manfaat ekonomik dan bukan sebagai sumber ekonomik

karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik yang

dapat dimasukan sebagai aset. Definisi tersebut tidak membedakan antara aset real

dan aset finansial dan antara sumber ekonomik dan non-sumber ekonomik.

1

Page 3: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

APB dan Ijiri mendefinisikan aset sebagai sumber ekonomik karena adanya

unsur kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak

lain melalui transaksi ekonomik. APB juga membedakan aset menjadi sumber

ekonomik dan non-sumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan

sebagai sumber ekonomik sebagai berikut :

1. Sumber produktif

a. Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,

perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain

yang digunkan dalam produksi barang dan jasa.

b. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk

menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan

barang atau jasa dari pihak lain.

2. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :

a. Barang jadi yang menunggu penjualan.

b. Barang dalam proses.

3. Uang

4. Klaim untuk menerima uang.

5. Hak kepemilikan atas investasi pada perusahaan lain.

Dengan berbagai jenis perbedaan di atas, maka oada dasarnya dapat

disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu

objek atau pos dapat disebut aset yaitu : (a) manfaat ekonomik masa datang yang

cukup pastin, (b) dikuasai atau dikendalikan oleh entitas, dan (c) timbul akibat

transaksi masa lalu.

1. Manfaat ekonomik

Sejalan dengan APB, FASB menyatakn bahwa aset adalah sumber ekonomik

karena :

a. Potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau

kapasitas langkayang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya

untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,

produksi dan pertukaran.

b. Daya tukar atau daya beli. Potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi

jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan

ekonomiknya.

2

Page 4: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

c. Dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa.

d. Dapat digunakan untuk memproduksi barang.

e. Dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.

2. Dikuasai oleh entitas

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki

oleh entitas tapi cukup dikuasai oleh entitasnya. Pemilikan mempunyai makna

yuridis atau legal. Artinya, memiliki suatu objek memerlukan proses yang diseut

transfer hak milik. Bila pemilikan menjadi kriteria aset, maka banyak pos yang

tidak termasuk dalam aset sehingga tidak dapat dilaporkan ke dalam neraca.

Oleh karena itu, konsep penguasaan lebih penting daripada konsep pemilikan.

Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengunguli bentuk yuridis. Jadi,

pemilikan dan hak secara hukum hanya merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan penguasaan atau kendali.

3. Akibat transaksi atau kejadian masa lalu

Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus

sebagai kriteria atau tes pertama pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup

untuk mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Selain iitu, kontrak

eksekutori memenuhi tes pertama aset sebagai salah satu kriteria pengakuan.

Dengan kata lain, transaksi masa lalu merupakan syarat perlu tetapi tidak

merupakan syarat cukup untuk pengakuan aset. Syarat perlu harus ditetapkan agar

tidak terjadi pengakuan aset yang bersifat hipotesis.

4. Karakteristik pendukung

Selain tiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan tiga karakteristik pendukung.

Karakteristik pendukung ini lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi

tiadanya karakterisik pendukung ini tidak menghalangi suatu objek untuk

memnuhi syarat sebagai aset.

a. Melibatkan kos. Bila kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi

pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai

aset. Namun, tidak adanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.

b. Berwujud. Akan lebih kuat suatu objek dikatakan aset jika dia berwujud dan

dapat diamati. Namun, bukan berarti tidak ada aset yang tidak berwujud.

c. Tertukarkan.

d. Terpisahkan

3

Page 5: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

e. Berkekuatan hukum

(Suwardjono, 2005 :251-260)

b. Pengertian, Pengukuran, Pengakuan, Penyajian dan Pengungkapan

1. Persediaan

a. Pengertian

Menurut Bragg (2010:125) persediaan adalah aset yang dimiliki untuk dijual

dalam kegiatan bisnis sehari-hari, atau yang sedang dalam produksi untuk dijual,

atau bahan atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk dikonsumsi dalam proses

produksi. Sedangkan menurut PSAK No 14 dan IAS 2 pengertian persediaan

adalah :

PSAK 14

Suatu aset di klasifikasikan sebagai persediaan tegantung pada nature bisnis

perusahaan masing masing.

PSAK 14(revisi 2008) mendefinisikan persediaan adalah aset:

a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.

(Martani, 2012 :245) dan (PSAK 14 Revisi 2008)

IAS 2

Persediaan (inventoris) merupakan aset yang :

a) Dimiliki untuk dijual di dalam rangkaian bisnis normal (misal barang jadi);

atau

b) Digunakan untuk memproduksi barang djual (misal bahan baku dan

barang dalam proses); atau

c) Dikonsumsi di dalam proses produksi atau di dalam penyerahan jasa

(misal toko, suku cadang, barang yang dapat dikonsumsi)

(Ankarat. 2012:33)

b. Pengukuran

Metode penetapan biaya yang standar adalah metode first in, first out (FIFO) atau

metode rata-rata tertimbang. Metode FIFO mengansumsi bahwa item-item yang

pertama dibeli adalh yang pertama di konsumsi, sehingga demikian barang yang

terakhir dibeli masih dalam stock pada akhir periode pelaporan. Metode rata-rata

4

Page 6: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

tertimbang menentukan biaya berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya

berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya barang yang sama pada stok awal atau

yang diperoleh selama periode pelaporan. (Bragg, 2010:130-132). Pengukuran

persediaan menurtu PSAK dan IAS adalah :

PSAK 14

Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang

lebih rendah.

Teknik Pengukuran Biaya

Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau

metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya.

Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan

perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar di-

review secara reguler dan, jika diperlukan, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.

Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai

persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki

marjin yang sama di mana tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan

biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai jual

persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase tersebut

digunakan dengan memerhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya di

bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap

departemen eceran.

Rumus Biaya

Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan barang

lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan

dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi

spesifik terhadap biayanya masing masing. Biaya persediaan, kecuali yang

disebutkan sebelumnya, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk

pertama keluar pertama (MPKP) atau ratarata tertimbang. Entitas harus

menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki

sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan

kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.

(PSAK 14 Revisi 2008)

5

Page 7: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Martani menjelaskan tentang pengukuran yang berbasis PSAK 14 sebagai

berikut :

PSAK 14 (REVISI 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur

berdasarkan biaya atau nilai realisasi netto, mana yang lebih rendah. Pada bagian

ini akan dijelaskan biaya yang termasuk dalam biaya persediaan, rumus biaya

yang dapat di gunakan oleh suatu entitas yang mencerminkan asumsi arus biaya

yang mencerminkan pengeluaran biaya persediaan, metode nilai realisasi netto.

Biaya persediaan

1. Biaya pembelian : meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya, biaya

pengangkutan, biya penanganan, dan biaya lain yang secara langsung dapat di

distribusikan pada perolehan barang jadi bahan dan jasa.

2. Biaya konfersi merupakan biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku

menjadi barang jadi atau barang dalam produksi. Biaya ini meli[uti biaya secara

langsung terkait dengan unit yang di produksi, temasuk alokasi sitematis biya

overhead produksi yang bersufat tetap. Untuk biaya overhead yang bersifat

variable, maka biay tersebut di alokasikan pada setiap produksi atas dasar

penggunaan actual fasilitas produksi. Sedangkan biya overhead tetap dialokasikan

berdasarkan kapasitas fasilitas produksi normal.

3. Biaya lainnya. Biaya lain yang dapat dibebankan sebagai biaya persediaan adalah

biaya yang timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat

ini. Biaya seperti penelitian dan pengembangan, biaya administrasi dan penjualan,

biaya pemrosesan, biaya penyimpanan tidak dapat di bebankan sebagai biaya

persediaan.

System pencatatan persediaan dan asumsi arus biaya .

Teknis pencatatan persediaan terkait dengan system pencatatan persediaan

yang di gunkan entiras. System yang dapat di gunakan yaitu system periodic dan

system perpetual. System periodic merupakan system pencatatan persediaan di

mana kuantitas persediaan ditentukan secara periodic yaitu hanya pada saat

perhitungan fisik yang di lakukan secara stock opname. Sysem perpetual

merupakan system pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up to date

terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai

persediaan.

6

Page 8: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Perbedaan pencatatan dengan menggunakan system perpetual dan

sytem periodic

System perpetual

Akun persediaan menujukan saldo Rp,

600.000,-

Akun persediaan menujukan saldo Rp,

600.000,-

Pembelian 900 unit pada harga Rp, 600

Persediaan Rp, 5.400.000,-

Utang dagang Rp, 5.400.000,-

Pembelian Rp, 5.400.000,-

Utang dagang Rp, 5.400.000,-

Penjualan 600 unit pada

hargaRp,12.000

Piutang dagang Rp, 7.200.000,-

Penjualan Rp, , 7.200.000,-

Piutang dagang Rp, 7.200.000,-

Penjualan Rp, , 7.200.000,-

Beban pokok penjualan Rp, 3.600.000,-

Persediaan Rp, 3.600.000,-

NO ENTRY

Pada akhir periode, saldo akir persediaan 400 unit pada harga Rp, 6.000

NO ENTRY Persediaan akir Rp, 2.400.000,-

Beban pokok penjualan Rp, 3.600.000,-

Pembelian Rp, 5.400.000,-

Persedian awal Rp, 600.000,-

Note :Akun persediaan menunjukan saldo akir sebesar (Rp, 2.400.000 + Rp, 5.400.000 – Rp, 3.600.000 )

Ketika teedapat perbedaan antara pencatatan persediaan dan perhitungan

fisiknya maka perusahaan harus melakukan pencatatan untuk menyesuaikan nilai

pencatatan dengan nilai perhitungan fisik. Missal : diketahui nilai persediaan

sebesar Rp, 2.400.000 berdasarkan perhitungan fisik ternyata di dapat bahwa nilai

persediaan Rp, 2.000.000 maka dilakukan pencatatan untuk menurunkan nilai

persediaan sebagai berikut:

Kelebihan dan kekurangan persediaan Rp, 400.000

Persediaan Rp, 400.000

Secara teorotis seharusnya suatu entitas menggunakan harga yang spesifik

terkait dengan barang yang akan ditentukan biaya persediannya. Namun

sekringkali hal ini sulit dilakukan karena suatu entitas melakukan pembelian

7

Page 9: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

dalam frekuensi dan jumlah yang tinggi dan barang tersebut merupakan barang

mass product yang sulit di identifikasi secara khusus dan dapat saling

menggantikan satu samalain. Oleh karena itu entitas menggunakan asumsi arus

biaya.

Terdapat tiga alternative yang dapat di pertimbangkan oleh suatu entitas

terkait dengan asumsi arus biaya yaitu : metode identifikasi khusus, masuk

pertama keluar pertama, rata rata tertimbang.

Bagan Asumsi arus biaya dan system pencatatan persediaan

Metode Identifikasi khusus

Berdasarkan metode ini suatu entitas harus mengidentifikasi barang yang

di jula dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik. Metode ini

membutuhkan pengidentifikasian baranf persediaan secara satu per satu, metode

ini di terapkan pada entitas dengan persediaan yang sedikit, nilai tinggi dan dapat

di bedakan satu sama lain. Contoh: apabila di asumsikan bahwa dari persediaan

akhir Rp, 3.200 dan 8.000 unit Rp, 3.300 maka perhitungan nilai persediaan akhir

dan beban pokok penjualan PT bangun jaya dengan menggunakan metode identifikasi

khusus dengan system periodic maupun perpetual adalah sebagai berikut :

Tanggal Julah unit dan unit biaya Total biaya

5 mei 2011

12 mei 2011

30 mei 2011

Persediaan akhir

9.000 unit

8.000 unit

8.000 unit

25.000 unit

@Rp 3.000

@Rp 3.200

@Rp 3.300

Rp, 27.000.000

Rp, 25.600.000

Rp, 26.400.000

Rp, 79.000.000

Biaya barang yang tersedia untuk di jual

Dikurang ; persediaan akir

Rp 124.000.000

Rp (79.000.000)

8

Pengukuran persediaan

Identifikasi khusus Rata2 tertimbangMasuk 1 keluar 1

pertamaSistem persedian

perpetualSistem persedian

perpetualSistem persedian

perpetual

System persedian

periodik

System persedian

periodik

System persedian

periodik

Page 10: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Beban pokok penjualan Rp 45.000.000

Metode biaya masuk pertama keluar pertama

Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang pertama di beli akan di jual

atau di gunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tinggal dalam persediaan akhir

adalah yang dibeli atau di produksi kemudian. Metode ini menghasilkan laporan

posisi keuangan yang sesuai dengan nilai kini perusahaan. Kelemahan dari metode

ini adalh tidak merefleksikan nilai laba yang akurat karena metode ini kurang cocok

antar biaya dengan pendapatan. Contoh : metode MPKP berdasarkan system

periodik

Tanggal Jumlah unit dan unit biaya Total biaya

5 mei 2011

12 mei 2011

30 mei 2011

Persediaan akir

3.000 unit

14.000 unit

8.000 unit

25.000 unit

@ Rp 3.000

@ Rp 3.200

@ Rp 3.300

Rp 9.000.000

Rp 44.800.000

Rp 26.400.000

Rp 80.200.000

Biaya barang yang tersedia untuk di jual

Dikurang persediaan akir

Beban pokok penjualan

Rp 124.000.000

Rp (80.200.000)

Rp 43.800.000

Metode rata rata tertimbang

Metode rata rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya

setiap unit berdasarkan biaya rata rata tertimbang dari unit yang serupa pada

awal periode dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu

periode. Menghitung biaya dengan metode rata rata tertimbang terlebih

dahulu harus di hitung biaya rata rata unit yaitu dengan membagi barang yang

tersedia untuk di jual dengan unit yang tersedia untuk dijual. Contoh

perhitungan niilai persediaan akir dengan metode rata rata berdasarkan system

periodic

Tanggal unit Harga Total biaya1 mei 20115 mei 201112 mei 201130 mei 2011Barang tersedia untuk di jualBiaya rata rata per unitJumlah persediaan akirNilai persediaan akhir

6.00012.00014.000 8.00040.000Rp,124.000.000/40.00025.000 unit25.000 x Rp, 3.100

Rp, 2.800Rp, 3.000Rp, 3.300

Rp, 16.800.000Rp, 36.000.000Rp, 44.800.000Rp, 26.400.000Rp, 124.000.000Rp, 3.100

Rp, 77.500.000Barang tersedia untuk di jualNilai persediaan akirBeban pokok penjualan

Rp, 124.000.000Rp, (77.500.000)Rp, 46.500.000

9

Page 11: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Nilai realisasi neto dengan penurunan nilai persediaan.

Nilai realisasi neto merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha

bias dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan

untuk membuat penjualan. Persediaan di nilai pada nilai realisasi bersihnya

apabila nilai persediaan lebih tinggi dari estimasi nilai yang akan di peroleh

kembali. Penurunan nilai menjadi nilai realisasi neto mungkin saja terjadi apabila

barang persediaan mengalami kerusakan, sekuruh atau sebagian persediaan telah

uasan, atau harga jualnya te;ah turun. Selain itu biya persediaan tidak akan di

peroleh kembali ketika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya untuk

membuat penjualan telah meningkat.

Dengan metode nilai terendah antar biaya dan NRV maka entitas harus

melakukan pencatatan terkait dengan dampaknya terhadap laba karena terdapat

penyesuaian dalam nilai beban pokok penjualan yang dicatat. Terdapat dua

metode yang dipilih yaitu: metode beban pokok penjualan dan metode kerugian.

Dengan menggunakan metode kerugian, entitas dapat menggunakan akun

penyisihan selain mengkredit akun persediaan, dengan nama akun “penyisihan

penurunan nilai persediaan pada NRV”. Dengan menggunakan akun penyisihan

ini maka, nilai [ersediaan yang disajikan pada neraca adalah nilai persediaan yang

berdasarkan NRV dimana nilai tersebut adalah nilai persediaan berdasarkan biaya

dikurangi penyisihan. Apabila suatu entitas telah melakukan penurunan nilai

persediaan, dan pada periode salnjutnya terdapat peningkatan nilai realisasi neto,

maka jumlah penurunan nilai harus dibalik sehingga jumlah yang tercatat bagi

persediaan adalah nilai yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto.

Jika suatu entitas menjual persediaannya, maka nilai tercatat dari ersediaan

tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas

penjualan tersebut. Apabila terdapat penurunan nilai persediaan dari nilai biaya

menjadi nilai realisasi neto, maka kerugian atas penurunan nilai persedian tersebut

diakui sebgai beban pada periode terjadinya penurunan.

(Martani, 2012:248-258)

IAS 2

Biaya perolehan persediaan diukur dengan menggunakan salah satu dari

formula perolehan biaya berikut:

10

Page 12: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

1. Metode identifikasi khusus

2. Metode pertama masuk pertama keluar (FIFO)

3. Metode biaya rata-rata tertimbang

Metode identifikas khusus dari pengukuran persediaan digunakan bilamana

barang yang dibeli tidak biasanya dipertukarkan dan secara khusu seluruhnya atas

suatu proyek tertentu. Dalam hal barang atau jasa, keduanya diproduksi dan

dipisahkan untuk proyek tertentu.

Dalam semua hal lainnya, biaya perolehan persediaan harus diukur dengan

menggunakan metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) atau metode biaya

rata-rata tertimbang. Persediaan yang memiliki sifat yang sejenis dan

menggunakan entitas harus dinilai dengan menggunakan formula biaya perolehan

yang sama pula. Namun, dalam hal persediaan dengan sifat dan kegunaan yang

berlainan, formula biaya yang berbeda mungkin dapat dijustifikasi.

Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) mengansumsikan bahwa

persediaan dibeli atau diproduksi pertama dijual pertama dengan demikian barang

yang tersisa pada akhir periode pelaporan adalah persediaan barang yang paling

baru dibeli atau diproduksi.

Menurut metode biaya perolehan rata-rata tertimbang biaya perolehan setiap

barang ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang

yang sejenis pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli

atau diproduksi selama periode bersangkutan.

(Ankarat, 2012 35-36)

c. Pengakuan Beban

PSAK 14

Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui

sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap

penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh

kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya

penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai

persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai

pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya

pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya,

misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun

11

Page 13: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

sendiri. Persediaan yang dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai

beban selama masa manfaat aset tersebut.

(PSAK 14 Revisi 2008)

IAS 2

Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai suatu beban (expense) di dalam

periode dimana persediaan terjual dan pendapatan yang terkait diakui. Bilamana

biaya perolehan persediaan pada tanggal pelaporan lebih rendah daripada nilai

realisasinya, atau suatu kerugian persediaan terjadi, jumlah penurunan atau

kerugian persediaan harus diakui sebagai suatu bebab (expense) di dalam periode

yang sama sebagaimana penurunan atau kerugian terjadi. Demikian pula,

bilamana nilai realisasi neto persediaan yang diturunkan lebih awal, meningkat

melebihi nilai yang dinyatakan, jumlah pemulihan dari penurunan harus diakui

sebagai suatu pengurangan di dalam jumalh persediaan yang dianggap beban di

dalam periode di mana pemulihan tersebut terjadi.

(Ankarat, 2012 : 38-39)

d. Pengakuan

PSAK 14

Laporan keuangan harus mengungkapkan:

a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk

rumus biaya yang digunakan;

b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi

yang sesuai bagi entitas;

c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilaiwajar dikurangi biaya

untuk menjual;

d. jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

e. jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah

persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana

dijelaskan pada paragraf 32;

f. j umlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai

pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode

berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;

g. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang

diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32; dan

12

Page 14: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

h. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

(PSAK 14 Revisi 2008) dan (Martani, 2012 : 259-260)

IAS 2

Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut:

a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk

rumus biaya yang digunakan;

b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi

yang sesuai bagi entitas;

c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya

untuk menjual;

d. jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

e. jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah

persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;

f. jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui

g. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan; dan

h. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

(Ankarat, 2012 :40)

2. Properti, Pabrik dan Peralatan (Aset Tetap)

a. Pengertian

PSAK 16

Martani yang berbasis PSAK 16 Revisi 2008 menjelaskan sebagai berikut :

Asset tetap adalah asset berwujud yang:

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa

untuk di sewakan pada pihak lain atau untuk tujuan administrative.

2. Diharapkan untuk digunkan selama lebuh dari satu periode

Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait asset tetap

yaitu:

Asset tetap adalah asset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik

(tanah,bangunan) berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak

mempunyai bentuk fisik.

Asset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus yaitu: digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain,

atau untuk tujuan administrative.

13

Page 15: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Asset tetap termasuk kedalam asset tidak lancar karena diharapkan untuk

digunakan lebih dari satu periode.

Contoh tanah, apabila entitas membeli tanah dengan tujuan akan dijual kembali

karena entitas yakin tanah tersebut akan mengalami peningkatan nilai, maka tanah

tersebut bukan merupakan asset tetap, tapi merupakan property investasi (PSAK

13 properti investasi). Jika entitas bergerak dibidang jual beli mobil maka mobil

tersebut diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali merupakan persediaan.

(Martani, 2012 :271-272)

IAS 16

Properti, pabrik dan peralatan adalah pos-pos aset berwujud yang dimiliki

untuk digunakan di dalam produksi atau pemasokan barang atau jasa, atau

disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative dan diharapkan

untuk dapat digunakan selama lebih dari satu periode.

(Ankarat, 2012: 92)

b. Pengakuan

PSAK 16

Biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset jika:

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan asset

tersebut akan mengalir ke entitas

2. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.

(Martani, 2012:272)

IAS 16

Harga perolehan dari suatu pos property, pabrik, dan peralatan akan diakui

sebagai suatu aset jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomis di masa depan

yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas; dan harga

perolehan dari pos tersebut dapat dikukur secara anda. IAS 16 hanya berlaku

ketika kedua kriteria pengakuan dasar ini untuk menentukan apakah pengeluaran

memenuhi syarat sebagai aset dan tidak mempertimbangkan kriteria peningkatan

utilitas atau masa manfaat. Selama kegiatan operasionalnya, suatu entitas akan

memperoleh pos-pos tersebut yang memiliki nilai yang tidak signifikan secara

individu, tetapi akan memenuhi syarat sebagai aset berdasarkan kedua kriteria

pengakuan dasar ini. Karena sangat sulit bagi entitas untuk mencatat setiap pos

14

Page 16: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

tersebut secara individu, standar ini memperbolehkan pencatatan segera agrerat

asalkan aset ini memiliki sifat yang sama. Akan tetapi di dalam praktiknya, entitas

mengadopsi kebijakan akuntansi untuk unit pengukur dan pengakuan dari

pengeluaran sebagi suatu beban atau suatu aset.

Walaupun kedua kriteria dasar ini dapat diterapkan untuk suku cadang dan

peralatan servis, yang biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui di dalam

laporan laba-rugi pada saat. Akan tetapi, item suku cadang yang besar dan suku

cadang dan peralatan servis yang dapat digunakan hanya berhubungan dengan pos

properti, pabrik dan peralatan, diperlakukan sebagai properti , pabrik, dan

peralatan.

Sama halnya, suatu entitas mungkin ada pengeluaran yang akan meningkatkan

manfaat ekonomis masa depan secara langsung dari setiap aset tertentu, dan pada

waktu yang bersamaan, memastikan arus manfaat ekonomis yang berkaitan

dengan properti, pabrik, dan peralatan tersebut. Suatu entitas mungkin

mengeluarkan biaya inspeksi dan pertukaran atas pos properti, pabrik dan

peralatan. Suatu contoh dari biaya inspeksi adalah pengeluaran yang diperlukan

secara periodic untuk inspeksi kapal laut dan pesawat terbang untuk melakukan

sertifikasi kelayakan akan terbang dan berlayar. Juga, suatu gulungan bearing

penggiling yang merupakan item utama pada pabrik semen yang harus diganti

setelah sejumlah jam tertentu dari operasional pabrik. Pengeluaran seperti ini

dianggap sebagai aset menurut standar ini.

(Ankarat, 2012 :92-93)

c. Pengukuran pada saat pengakuan

PSAK 16

Asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagaia sset pada awalnya

harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi:

1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak

boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan potongan

lain.

2. Biaya biaya yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa asset

ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset setiap digunakan sesuai

dengan keinginan dan maksud manajemen.

15

Page 17: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorsi

lokasi asset.

Contoh biaya yang dapat didistribusikan secara langsung adalah:

1. Biaya imbalan kerja

2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik

3. Biaya penanganan dan penyerahan awal

4. Biaya perakitan dan instalasi

5. Biaya pengujian asset

6. Komisi professional

Dalam ISAK 9 perubahan atas lewajiban aktivitas purna-operasi,restorsi,dan

kewajiban serupa, kewajiban tersebut diartikan sebagai aktivitas purna-

operasi,restorsi,dan kewajiban serupa. Pada saat perolehan asset tetap, maka

harus diestimasi dan dihitung nilai kininya dan biaya sehubung dengan

pembokaran dan pemindahan asset tetap dan biaya restorsi asset tersebut. Nilai

tersebut kemudian ditambah pada biaya perolehan asset tetap. Total biaya

perolehan pembongkaran asset tetap akan disusutkan selama estimasi masa

manfaatnya.

Perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dalam PSAK 26 Biaya pinjaman.

Menurut PSAK 26, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung

dengan perolehan,konstruksi,atau produksi asset kualifikasian adalah bagian

dari biaya perolehan asset tersebut. Asset kulifikasian adalah asset yang

membutuhkan suatu periode waktu yang substansial agar siap untuk

digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.

Asset yang memenuhi kriteria kualifikasian:

1. Persediaan

2. Pabrik manufaktur

3. Fasilitas pembangkit listrik

4. Asset tak berwujud

5. Property investasi

Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas

pertamakali memenuhi kriteria sbb:

1. Terjadinya pengeluaran untuk asset.

2. Terjadinya biayaa pinjaman.

16

Page 18: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

3. Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan asset

untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.

Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dari dua jenis sumber pinjaman

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dana yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan asset tetap: jumlah

biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar biaya pinjaman actual

yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan. Pabila terdapat

penghasilan investasi maka penghasilan tersebut mengurangi biaya pinjaman

yang terjadi.

2. Dana secara umum yang digunakan untuk tujuan oembangunan asset tetap,

maka jumlah piinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan

tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran asset tersebut.

Dalam beberapa kasus dapat timbul suatu kegiatan sehubungan dengan

pembangunan atau pengembangan asset tetap, tetapi kegiatan tersebut tidak

dimaksudkan untuk membawa asset tersebut kelokasi dan kondisi yang

diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud

manajemen. Kegiatan insidential tersebut munggkin terjadii sebelum atau

selam pembangunan asset tetap tersebut.

Biaya perolehan asset tetap dalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada

saat terjadi. Jika entitas memperoleh asset tetap secara kredit dan pembayaran

melampaui jangka waktu kredit , maka per bedaan antara nilai tunai dengan

pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit ( kecuali

dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 Biaya Pinjaman)

Entitas dapat mengakuisisi asset secara gabungan, dan membayar satu harga

untuk asset gabungan tersebut. Dalam kasus ini, maka biaya perolehan harus

dialokasikan ke masing-masing jenis asset.

Contoh :

Tanah Rp 350.000.000Bangunan Rp 500.000.000Mesin Rp 150.000.000

Total Rp1.000.000.000

17

Page 19: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Total harga perolehan Rp 800.000.000 dialokasikan sebagai berikut:

Tanah 350 : 1.000 x Rp 800.000.000 = Rp 280.000.000Bangunan 500 : 1.000 x Rp 800.000.000 = Rp 400.000.000Mesin 150 : 1.000 x Rp 800.000.000 = Rp 120.000.000Total Rp 800.000.000Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tersebut adalah:

Tanah Rp 280.000.000Bangunan Rp 400.000.000Mesin Rp 120.000.000

Kas Rp 800.000.000Entitas dapat memperoleh asset melalui pertukaran asset moneter atau

kombinasi asset moneter dan non moneter. Dalam hal ini maka biaya

perolehan dari suatu asset tetap diukur pada nilai wajar kecuali:

1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial

2. Nilai wajar dariasset diterima dan di serahkan tidak dapat diukur secara

andal.

Pertukaran memiliki substansi komersial:

Contoh : nilai buku Rp 400 juta, kas Rp 800 juta mesin Rp 1.000 juta. Nilai

wajar tanah diestimasi Rp 1.800 juta. Transaksi tersebut memiliki subtansi

komersial. Mesin akan dicatat Rp 1.000 juta, yaitu nilai wajar dari asset yang

diserahkan Rp 1.800 juta dikurangi dengan kas yang diterima 800 juta.

Jurnal: mesin Rp 1.000.000.000 Kas Rp 800.000.000

Tanah Rp 400.000.000 Keuntungan pelepasan tanh Rp 1.400.000.000

Pertukaran tidak memiliki substansi komersial

Contoh : PT A menukar mobil x dengan nilai buku Rp 130 juta (harga

perolehan Rp 200 juta dan akm depresiasi Rp 70 juta) nilai wajar Rp 132,5

juta kas Rp 1,5 juta dan mobil Y nilai wajar Rp 131 juta. Mobil jenis Y di

catat sebeasar nilai buku x yaitu Rp 130 juta dikurangi kas diterima Rp 1,5

juta yaitu sebesar Rp 128,5 juta

Jurnal :kas Rp 1.500.000Mobil Y Rp 128.500.000

Akm depresiasi Rp 70.000.000Mobil X Rp 200.000.000

(Martani, 2012 : 272-279)

18

Page 20: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

IAS 16

Harga perolehan suatu poas dari property, pabrik, dan peralatan diukur pada

tanggal akuisisinya menurut harga setara kas. Bilamana pembayaran atas aset

ditangguhkan melampaui syarat kredit normal, maka selisih harga kas dengan

total pembayaran yang dilakukan harus diakui sebagai biaya pembiayaan. Biaya

pembiayaan harus dibukukan sebagai beban selama periode kredit kecuali bunga

mempunyai kualifikasi untuk dikapitalisasi sesuai dengan IAS 23 mengenai Biaya

Peminjaman.

Bilamana suatu aset dibeli dengan cara tukar-menukar dengan aset lain, maka aset

yang dibeli harus diukur menurut nilai wajarnya, kecuali transaksi penukaran

tersebut lemah dalam subtansi komersialnya atau nilai wajar tidak dapat diukur

secara andal. Dalam hal seperti ini, aset yang dibeli harus diukur menurut nilai

tercatatnya yang telah ditukar dalam transaksi tkar menukar tersebut.Nilai tercatat

dari aset berarti harga perolehan dikurang dengan akumulasi penyusutan dan rugi

karena penurunan nilai. Transaksi tukar menukar akan mempunyai subtansi

komersial jika ada kenaikan di dalam arus kas atau peningkatan nilai operasi

entitas, yang disebabkan oleh aset yang diterima dari transaksi tukar-menukar

tersebut.

Bilamana suatu entitas menerima hibah atau bantuan untuk perolehan aset, maka

nilai tercatatnya harus dikurangi, sesuai dengan IAS 20 mengenai Akuntansi untuk

Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.

(Ankarat, 2012 : 94-95)

d. Pengukuran setelah pengakuan

PSAK 16

Beberapa contoh asset adalah:

1. Tanah

2. Tanah dan bangunan

3. Mesin

4. Kapal

5. Pesawat udara

6. Kendaraan bermotor

7. Perabot

8. Peralatan kantor

19

Page 21: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Model biaya

Dalam model ini setalah diakui sebagai asset maka suatu asset tetap dicatat

sebesar biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akm rugi penurunan

nilai asset.

Model revaluasi

Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetpa yamg nilai wajarnya dapat diukur

secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu nilai wajar pada

tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai yang

terjadi setelah tanggal revaluasi. Frekuensi revaluasi tergantung pada pergerakan

nilai wajar dari asset tetap. (PSAK 16 Nilai Wajar : jumlah yang dipakai untuk

mempertikarkan suatu asset antar pihak pihak yang berkeinginan dan memiliki

pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

Jika suatu asset tetap direvaluasi maka terdapat 2 alternative perlakuan untuk

akimulasi penyusuta asset tetap adalah sebagai berikut:

1. Disajikan kembali secara proposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat

brito dari asset sehingga jumlah tercatat asset setelah revaluasi sama dengan

jumlah revaluasinya.

2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dati asset dan jumlah tercatat netto

setelah dieleminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasinya dari asset

tersebut.

Contoh :

Metode proposional

Peralatan Rp 420.000.000

Akumulasi depresiasi Rp 140.000.000

Surplus revaluasi Rp 280.000.000

Metode eliminasi

Akumulasi penyusutan Rp 260.000.000

Peralatan Rp 260.000.000

Peralatan Rp 280.000.000

Ssurplus Rp 280.000.000

20

Page 22: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi kenaikan tersebut langsung

di kredit ke surplus revaluasi; jika jumlah tercata asset turun akibat revaluasi maka

penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi.

Penyusutan

Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari asset tetap untuk

menentukan besar penyusutan tiap periode. Umur manfat adalah:

1. Suatu periode dimana asset diharapka akan digunakan oleh entitas

2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari asset

tersebut oleh entitas.

Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan nilai manfaat:

1. Prakiraan daya pakai dari asset yang bersangkutan.

2. Perkiraan tingkat keausan fisik yang bergantung pada factor pengoperasian

asset tersebut seperti jumlah penggiliran penggunaan asset dan program

pemeliharaan dan perawatannya.

3. Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakubatkan oleh perubahan

atau peningkatan produksi atau karaena perubahan permintaan pasar

4. Pembatasan penggunaan asset karena aspek hukum atau peraturan tertentu,

seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

Terdapat beberapa alternative dalam metode penyusutan yaitu:

1. Metode garis lurus

2. Metode saldo menurun

3. Metode jumlah unit.

(Martani, 2012 :279-287)

IAS 16

IAS 16 memberikan kepada suatu entitas suatu opsi kebijakan akuntansi yang

menggunakan model harga perolehan atau model revaluasi. Model manapun yang

akan diadopsi oleh suatu entitas, entitas tersebut harus menerapkan kebijakan tersebut

bagi seluruh kelompok dari property, pabrik dan peralatan. Contoh dari kelompok

property, pabrik, dan peralatan adalah tanah, tanah berikut bangunannya, pabrik dan

mesin-mesin, kendaraan bermotor, peralatan kantor dan perabot kantor.

Model Harga Perolehan

Model ini adalah suatu model yang umum digunakan.Apabila suatu entitas memilih

model harga perolehan kemudian digunakan untuk mencatat properti, pabrik dan

21

Page 23: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

peralatan; setelah pengakuannya atas dasar harga perolehannya dikurangi dengan

akumulasi penyusutannya dan akumulasi rugi karena penurunan nilai aset.

Depresiasi.Setiap komponen dari pos properti, pabrik dan peralatan dengan harga

perolehannya yang signifikan terkait dengan total harga perolehan dari pos yang harus

disusutkan secara tersendiri. Hal ini dapat menyebabkan perlunya untuk membukukan

secara seksama untuk mengindentifikasi komponen-komponen tersebut secara

terpisah dari pos tersebut yang memiliki masa manfaat yang berbeda, dan oleh karena

itu mungkin tergantung pada metode atau tarif penyusutan yang berbeda. Akan tetapi,

suatu entitas mungkin memilih untuk menyusutkan bagian-bagian dari pos property,

pabrik dan perlatan secara terpisah yang memiliki harga perolehan yang tidak

signifikan terkait dengan total harga perolehan pos tersebut.

Entitas harus memulai untuk menyusutkan aset ketika berada di lokais dan kondisi,

serta tersedia untuk tujuan yang dimaksud.Entitas juga harus memberhentikan

penyusutan aset bilamana aset tidak diakui, atau direklasifikasikan sebagai yang

dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5. Beban penyusutan untuk setiap periode

harus diakui dalam laba rugi, jika tidak termasuk di dalam jumlah tercatat dari aset

lain. Penyusutan harus diterapkan kepada jumlah dari suatu aset yang dapat

disusutkan secara sistematis selama harapan masa manfaatnya.Jumlah yang dapat

disusutkan, memperhitungkan nilai residu yang diharapkan dari suatu aset.

Metode Penyusutan. Suatu entitas diizinkan unt uk memilih metode penyusutan.

Entitas tersebut dapat menggunakan metode garis lurus, metode saldo menurun, atau

metode unit produksi. Metode penyusutan digunakan harus mencerminkan pola

imbalan ekonomis masa depan dari aset yang diharapkan untuk dikonsumsi oleh

entitas.

Model Revaluasi

Menurut IAS 16, setelah pengakuan sebagai suatu aset, maka suatu pos dari property,

pabrik dan peralatan yang mempunyai nilai wajar yang dapat diukur secara andal,

mungkin dicatat menurut suatu jumlah yang direvaluasi. Jumlah yang direvaluasi ini

akan menjadi nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurang akumulasi penyusutan

berikutnya dan akumulais kerugian penurunan nilai aset berikutnya.

Entitas yang pada awal mengukurnya dengan metode harga perolehan, dapat

mengubah metodenya pada tahun berikutnya menjadi model revaluasi, standar

mengharuskan revaluasi dilakukan secara berkala guna memastikan bahwa jumlah

22

Page 24: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

yang tercatat dari property, pabrik dan perlatan tidak berbeda secara material dengan

yang ditentukan dengan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Sebagai akibat dari suatu revaluasi property, pabrik dan peralatan pada periode

berikutnya, jika jumlah tercatat dari suatu aset meningkat, maka kenaikan didalam

jumlah tercatat dikreditkan pada laba-rugi kpomprehensif lain-lain dalam tahun

revaluasi dan diakumulasi di dalam ekuitas dengan judul surplus evaluasi.Apabila

jumlah tercatat suau aset menurun sebagai akibat dari revaluasi, maka penurunannya

diakui dalam laba atau rugi. Namun penurunan diakui di dalam laporan laba-rugi

komprehensif lain-lain hingga sebatas suatu saldo kredit yang ada di dalam perkiraan

“surplus revaluasi”, yang terkait denga aset yang bersangkutan.

Menurut IAS 16, bilamana suatu pos property, pabrik dan peralatan direvaluasi, maka

suatu entitas dapat memperlakukan akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi

dengan salah satu dari dua cara sebagai berikut :

1. “Dinyatakan kembali secara proporsional dengan perubahan di dalam jumlah

tercatat kotor dari aset, sehingga jumlah tercatat dari aset setelah revaluasi sama

dengan jumalah yang direvaluasi” (menurut standar tersebut, metode ini sering

digunakan bilamana suatu aset direvaluasi, dengan cara menerapkan suatu indeks

guna menentukan biaya pengganti yang disusutkan) ;atau

2. “Dieliminasi terhadap jumlah tercatat kotor dari aset dengan jumlah yang

dinyatakan kembali bersih terhadap jumlah yang direvaluasi dari aset” (standar

menyatakan bahwa metode ini sering digunakan untuk bangunan)

Surplus revaluasi mungkin dipindahkan ke saldo laba dalam salah satu dari dua cara

sebagai berikut :

1. Bilamana aset tersebut dihentikan, atau tidak diakui, maka surplus dpaat

dipindahkan pada saldo laba; atau

2. Selisih antara depresiasi yang dibebankan pada jumlah yang direvaluasi dan bahwa

atas dasar harga perolehan dapat dipindahkan dari surplus revaluasi ke saldo laba

yang diakui dlaam laba atau rugi.

(Ankarat, 2012 :95-98)

e. Penghentian pengakuan

PSAK 16

Jumlah tercatat setiap asset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:

1. Dilepaskan

23

Page 25: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau

pelepasannya.

Penurunan nilai

Dalam menentukan apakah suatu asset mengalami penurunan nilai enitas mengacu

pada PSAK 48(revisi 2009) penurunan nilai asset. Menurut PSAK 48 suatu asset

disebut mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih besar dibandingakan

nilai terpulihkan. Niali terpulihkan adalah nilai tertinggi diantara nilai wajar dikurangi

biaya untuk menjual.

Sesuai ketenuan dalam PSAK 48, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu

asset mengalami penurunan nilai pada setiap akhir periode pelaporannya. Jika

terdapat indikasi maka harus mengestimasi jumlah terpulihkan jika tidak maka tidak

perlu estimasi jumlah terpulihkan.

Dalam mempertimbangkan ada tidaknya penurunan maka entitas harus

mempertimbangkan dari sumber eksternal dan internal.

Informasi dari sumber eksternal adalah:

1. selama periode tersebut nilai pasar asset telah turun secra signifikan lebuh dari

yang duharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu.

2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar , ekonomi atau lingkup hukum

tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset dikaryakan.

3. Suku bunga pasar atau tempat imabalan pasar dari investasi telah meningkat selam

periode tersebut dan kenaikan tesebut mungkin akan mempengaruhi tingkat

diskonto yangdigunakan dalam menghitung nilainpakai asset dan menurunkan

nilai terpulihkan.

4. Jumlah tercatat asset netto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi dari sumber internal:

1. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan asset.

2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang

berdampakmerugikan sehubungan dengan seberapa jauh atau cara suatu asset

yang digunakan akan digunakan.

3. Terdapat bukti pelaporan internal yang mengindikasikan bahwakinerja ekonomi

asset lebih buruk atau akan lebih buruk.

(Martani, 2012 :287-290)

24

Page 26: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

IAS 16

Bilamana suatu pos property, pabrik dan peralatan dihentikan ataupun bilamana tidak

ada manfaat ekonomis masa depan diaharapkan dari pengunannya atau dihentikan,

maka harus dihentikan pengakuannya.

Suatu entitas yang beroperasi didalam bisnis penyewaan aset kepada pihak ketiga

mungkin menjual aset tersebut yang digunakan dalam aktivitas sewa menyewa di

dalam rangkaian bisnis yang normal. Dalam hal ini, nilai wajar dari aset tersebut pada

tanggal jika mereka dihentikan dari penyewaannya, dan menjadi aset yang dimiliki

untuk dijual maka harus dipindahkan ke persediaan.Hasil dari penjualan aset tersebut

dimasukkan sebagai persediaan harus diakui sebagai pendapatan sesuai dengan IAS

18 mengenai pendapatan.

Keuntungan atau kerugian yang diakibatkan karena penghentian pengakuan dari suatu

pos property, pabrik dan peralatan adalah selisih antara hasil penjualan bersih, jika

ada, dan jumlah tercatat dari pos property, pabrik dan peralatan tersebut.Keuntungan

atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu pos property, pabrik dan

peralatan harus dimasukkan di dalam laba atau rugi jika pos tersebut dihentikan

pengakuannya dan tidak diklasifikasikan sebagai pendapatan.

f. Pangakuan

PSAK 16

Laporan keuangan mengungkapkan:

1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menetukan jumlah tercatat bruto

2. Metode penyusutan yang digubnakan.

3. Umur manfaat, gtarif penyusutan yang digunakan.

4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan.

5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal periode yang menunjukan:

Penambahan.

Asset tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan

dilepaskan.

Akuisisi melalui penggabungan usaha.

Peningkatan atau penurunan kaibat revaluasi.

Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif sesuai

PSAK 48

Rugi penurunan nilai yang dijurnal pembalik dalam laporan laba rugi.

25

Page 27: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan.

Perubahan lain.

Laporan keuangan juga mengungkapkan.;

1. Keberadaan atas jumlah retriksi atas hak milik asset tetap yang dijaminkan

untuk utang.

2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat asset tetap yang sedang

dalam pembangunan.

3. Jumlah komotmen kontraktual dalam perolehan asset tetap.

4. Jumlah kompensasi dari pihak ke tiga untuk asset tetap yang mengalami

penurunan nilai.

Penyusutan apakah diakui dalam laporan laba rugi komprehensif atau doakui

sebagai bagian dari biaya perolehan.

Akumalsi penyusutan pada akhir periode.

Sesuai dengan PSAK 25 entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan

estomasi akuntansi yang berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan

berdampak material pada periode selanjutnya. Pengungkapan tersebut dapat muncul

dari perubahan estimasi dalam:

1. Nilai residu.

2. Estimasi biay pembongkaran.

3. Umur manfaat

4. Metode penyusutan.

Sesuai dengan PSAK 48 suatu entitas mengungkapkan informasi penurunan nilai

asset tetap sebagai tambahan informasi yang disyaratkan. Informasi berikut relevan

dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan sehingga entitas juga dianjurkan

melakukan pengungkaoan atas:

1. Jumlah tercatat asset tetap tidak terpakai sementara

2. Jumlah tercatat bruto dari setiap asset tetap yang telah disusutkan

3. Jumlah tercatat asset yang dihentikan

4. Jika model biaya digunakan nilai eajar asset tetap apabila berbeda secara material

dari jumlah tercatat.

(Martani, 2012: 290-292)

IAS 16

26

Page 28: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Pengungkapan yang terkait dengan setiap kelompok property, pabrik dan peralatan

adalah ekstensif dan terdiri dari :

Dasar pengukuran untuk penentuan jumlah tercatat kotor

Metode penyusutan

Masa manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan

Jumlah yang tercatat kotor dan akumulais penyusutan pada awal akhir periode

Penambahan

Aset yang dikalsifikasikan sebagai yang tersedia untuk dijual

Akuisisi melalui kombinasi bisnis

Peningkatan dan penurunan akibat revaluasi dan dari rugi karena penurunan nilai

dan yang dijurnal balik

Penyusutan

Selisih nilai tukar bersih yang diakui menurut IAS 21 mengenai Dampak

Perubahan dalam Kurs Mata Uang Asing

Perubahan Lainnya

Eksistensi dan jumlah pembatasan atas hak kepemilikan

Aset yang dijaminkan sebagai jaminan atas hutang

Aset dala konstruksi

Komitmen kontraktual atas akuisisi property, pabrik dan peralatan

Kompensasi atas aset yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan

Apabila property, pabrik dan peralatan dinyatakan atas dasar jumlah yang direvaluasi,

maka item berikut harus diungkapkan :

Tanggal efektif penialaian

Apakah penialaian independen telah dilibatkan

Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam penilaian nilai wajar

Penjelasan mengenai nilai wajar yang diukur secara langsung berdasarkan harga

yang dapat diamati dalam suatu pasar aktif, transaksi pasar terakhir yang wajar,

atau diestimasi dengan menggunnakan tekhnik lainnya

Untuk setiap kelompok aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset yang telah

diakui jika kelompok aset tidak direvaluasi

Surplus revaluasi, yang menunjukan perubahan selama periode dan setiap

pembatasan ata distribusi kepada pemegang saham

27

Page 29: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

3. Penurunan Nilai Aset

a. Pengertian

PSAK 48

Penurunan nilai dari aset merupakan suatu kondisi dimana nilai tercatat dari aset

(carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount).

(PSAK 48 : Revisi 2008)

IAS 36

Penurunan nilai (impairment adalah suatu aset yang diturunkan nilainya bilaman

jumlah yang dicatatkannya melebihi jumlah yang dapat dipulihkan/diperoleh

kembali. (Ankarat, 2012 : 280)

b. Pengakuan

PSAK 48

Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai

tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat

diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan

harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.

Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aktiva lebih besar dari nilai tercatat

aktiva, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam

PSAK lain.

Setelah kerugian penurunan nilai aktiva diakui, beban depresiasi (amortisasi)

aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan

alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada),

secara sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi).

(PSAK 48 Revisi 2008)

IAS 36

Pengakuan rugi karena penurunan nilai

1. Suatu rugi karena penurunan nilai harus diakui bilamana jumlah yang dapat

dipulihkan di bawah jumlah nilai tercatatnya.

2. Rugi karena penurunan nilai terkait dengan aset yang direvaluasi sebagai beban

pada laporan laba-rugi (kecuali terkait dengan aset yang direvaluasi di mana

perubahan nilainya diakui secara langsung di dlamam ekuitas.

3. Penyesuaian terhadap depresiasi untuk periode mendatang diperlukan

(Ankarat, 2012 : 283)

28

Page 30: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

c. Unit penghasil kas

PSAK 48

Nilai yang dapat diperoleh kembali dari setiap aktiva harus ditaksir secara individual.

Jika hal ini tidak dapat dilakukan, perusahaan harus menentukan nilai yang dapat

diperoleh kembali dari unit penghasil kas.

Identifikasi, nilai tercatat dan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas

Nilai tercatat unit penghasil kas harus meliputi nilai tercatat semua aktiva yang secara

langsung dapat dikaitkan, atau dialokasikan dengan dasar yang andal dan konsisten

pada unit penghasil kas.

Nilai tercatat unit penghasil kas suatu aktiva harus ditentukan dengan mengurangkan

kewajiban dari nilai tercatat aktiva tersebut, hanya jika nilai yang dapat diperoleh

kembali dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan

kewajiban tersebut.

Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas

Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas harus diakui hanya jika nilai yang dapat

diperoleh kembali dari unit tersebut lebih kecil dari jumlah agregat nilai tercatat

semua aktiva dalam unit tersebut.

Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tidak dapat ditentukan secara i

ndividual, kerugian penurunan nilai harus diakui untuk aktiva tersebut hanya jika

kerugian penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas aktiva tersebut.

IAS 36

Jumlah yang dapat dipulihkan kembali harus ditentukan untuk aset individu, jika

memungkinkan. Pada setiap waktu, mustahil untuk menentukan jumlah yang dapat

dipulihkan kembali (nilai wajar dikurang dengan biaya untuk menjual dan nilai pakai)

untuk aset individu. Dalam hal ini, entitas harus menetapkan jumlah yang dapat

29

Page 31: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

diperoleh kembali/dipulihkan kembali untuk unit penghasil kas aset (cash-generating

unit/CGU). CGU mengasilkan arus kas masuk yang sangat bebas dari arus kas masuk

dari aset lain atau kelompok aset lainnya.

d. Penjurnalbalikan rugi karena penurunan nilai

PSAK 48

(Disebut juga pemulihan rugi penurunan nilai)

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui

pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi

atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut

ini:

1. Infomasi yang bersumber dari luar

2. Informasi yang bersumber dari dalam

Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset

selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang

digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi

penurunan nilai terakhir diakui.

jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, (ada pengecualian) dinaikkan ke jumlah

terpulihkannya.

Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai

Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan

rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi

atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun

sebelumnya.

Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam

laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataa lain

(contohnya, model revaluasi di PSAK 16). Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset

revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan

PSAK terkait.

Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada

aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah tercatat dari aseta

setnya.

30

Page 32: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Peningkatan dalam jumlah tercatat ini diperlakukan sebagai pembalikan rugi

penurunan nilai untuk aset individual dan diakui sesuai dengan PSAK ini.. 

Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit penghasil

kas,jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:

1. jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan

2. jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto)

seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut

dalam periode sebelumnya.

Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset

tersebut harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill.

(Martani, 2012 :330-331)

IAS 36

1. Menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa suatu rugi

karena penurunan nilai mungkin menurun. Jika memang demikian, maka hitunglah

jumlah yang diperoleh kembali / dipulihkan kembali.

2. Tidak ada penjurnalbalikan untuk pembebasan potongan.

3. Peningkatan jumlah yang tecatat karena penjurnalbalikan tidak boleh lebih besar

daripada biaya historis yang pernah didepresiasikan apabila penurunan nilai tidak

diakui.

4. Penjurnalbalikan suatu rugi karena penurunan nilai diakui sebagai pendapatan di

dalam laporan laba-rugi.

5. Penyesuaian di dalam depresiasi untuk periode mendatang diperlukan.

6. Penjurnalbalikan suatu rugi karena penurunan nilai untuk goodwill tidak

diperbolehkan.

e. Penyajian dan Pengungkapan

PSAK 48

Terkait dengan depresiasi penurunan nilai maka dalam penyajiannya pada laporan

keuangan suatu entitas harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan asset tetap yang dijaminkan

untuk utang.

2. Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai asset dalam penyelesaian

31

Page 33: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

3. Jumlah komitmen kontraktual dalam memperoleh asset tetap.

4. Junlah kompenasasi pihak ketiga atas asset tetap yang di masukan ke laba rugi

5. Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat nilai residu atau metode

penyusutan.

(Martani, 2012 : 332)

Pengungkapan

Pengungkapan yang lebih ekstensif disyaratkan

Pengungkapan tambahan utama termasuk:

Informasi yang mendalam untuk setiap UPK (atau kelompok UPK) yang

memiliki nilai tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa

manfaat tidak terbatas, termasuk

• Asumsi utama dan pendekatan manajemen yang digunakan untuk

mengukur nilai terpulihkan

• Periode dimana manajemen telah memproyeksikan arus kas,

tingkat pertumbuhan, tingkat diskonto.

(PSAK 48 Revisi 2008)

IAS 36

Kerugian karena penurunan nilai di dalam laporan laba-rugi dan pos dari laporan

laba-rugi komprehensif dalam mana kerugian karena penurunan nilai tersebut

dimasukan.

Kerugian karena penurunan nilai dijurnalbalik di dalam laporan laba-rugi dan pos

dalam laporan laba-rugi komprehensif dalam mana kerugian kerugian karena

penurunan nilai dilakukan penjurnalbalikan.

Pengungkapan lain-lain

Apabila kerugian karena penurunan nilai individu (penjurnalbalikan) adalah dianggap

material untuk diungkapkan :

Peristiwa dan kondisi yang ditimbulkan dari rugi krena penurunan nilai.

Jumlah kerugian yang bersangkutan

Aset individu : sifat dan segmen dimana hal tersebut berkaitan.

Unit penghasil kas : keterangan, jumlah kerugian karena penurunan nilai menurut

kelompok aset dan segmen.

32

Page 34: aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)

Apabila jumlah yang diperoleh kembali/dipulihkan adalah nilai wajar dikurang

dengan biaya untuk menjual, maka ungkapan dasar untuk menentukan nilai

wajarnya.

Apabila nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual ditentukan dengan

proyeksi arus kas yang didiskontokan, maka pengungkapan atas periode selama

manajemen memproyeksikan arus kas tersebut, tingkat pertumbuhan yang

digunakan untuk melakukan ekstrapolasi proyeksi arus kas diperlukan.

Pengungkapan informasi secara terinci mengenai estimasi yang digunakan untuk

mengukur jumlah yang dapat diperoleh kembali / dipulihkan dari unit penghasil kas

yang mengandung goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak

teebatas.

(Ankarat, 2012: 279-286)

DAFTAR PUSTAKA

Ankarat, Nandakumar et al, 2012, Memahami IFRS: Standar Pelaporan Keuangan Internasional, Alih Bahasa : Priyo Darmawan, S.E, Ak, MBA, Indeks, Jakarta.

Bragg, Steven M.,2010, Panduan IFRS, Edisi Revisi, Indeks, Jakarta.

IAI, 2008, Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Revisi

Martani, Dwi et al, 2012, Akuntansi Keuangan Menengah : Berbasis PSAK, Buku I, Salemba Empat, Jakarta.

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi 3, BPFE:Yogyakarta.

33