aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)
-
Upload
yulimel-sari -
Category
Education
-
view
84.532 -
download
310
description
Transcript of aset (pengertian, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan)
TUGASTEORI AKUNTANSI
ASET
OLEH :
KELOMPOK 9
YULIMEL SARI (13067/2009)
FEGI SYAHPUTRA (13069/2009)
IMAM ARIF PERMANA (98621/2009)
AYU PURNAMA SARI (98635/2009)
ROBERT DWI VANO (98637/2009)
PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2012
PERTEMUAN 6ASET
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa
posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.
a. Pengertian dan Karekteristik Aset
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian dari aset itu sendiri,yaitu :
1. FASB mendefinisikan aset dalam rerangka konseptual sebagai berikut (SFAC No.
6, prg 25):
Aset are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events.
( Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu ).
2. IASC mendefiniskan sebagai berikut :
An asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past event from wich future economic benefit are expeced to flow to enterprise.
3. Dalam Statement of Accounting Concept No. 4, Australian Accounting Standar
Board (AASB) mendefinisikan aset sebagai berikut :
Asset are service potential or future economic benefit controlled by the reportimg entity as a result of past transaction or the past events.
4. Definisi yang menggabungkan makna, pengukuran dan pengakuan diajukan oleh
APB dalam APB No. 4 sebagai berikut :
Asset-economic resource of an enterprise that are recognized and measured in connformity with generall accepted accounting prinsipleas. Asset also include certain deferred charges that are not resource but that are recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principle.
Definisi FASB dan AASB cukup luas dibandingkan dengan definisi yang lain
karena aset disifati sebagai manfaat ekonomik dan bukan sebagai sumber ekonomik
karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomik yang
dapat dimasukan sebagai aset. Definisi tersebut tidak membedakan antara aset real
dan aset finansial dan antara sumber ekonomik dan non-sumber ekonomik.
1
APB dan Ijiri mendefinisikan aset sebagai sumber ekonomik karena adanya
unsur kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak
lain melalui transaksi ekonomik. APB juga membedakan aset menjadi sumber
ekonomik dan non-sumber ekonomik. APB No. 4 merinci aset yang digolongkan
sebagai sumber ekonomik sebagai berikut :
1. Sumber produktif
a. Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,
perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain
yang digunkan dalam produksi barang dan jasa.
b. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk
menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan
barang atau jasa dari pihak lain.
2. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :
a. Barang jadi yang menunggu penjualan.
b. Barang dalam proses.
3. Uang
4. Klaim untuk menerima uang.
5. Hak kepemilikan atas investasi pada perusahaan lain.
Dengan berbagai jenis perbedaan di atas, maka oada dasarnya dapat
disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu
objek atau pos dapat disebut aset yaitu : (a) manfaat ekonomik masa datang yang
cukup pastin, (b) dikuasai atau dikendalikan oleh entitas, dan (c) timbul akibat
transaksi masa lalu.
1. Manfaat ekonomik
Sejalan dengan APB, FASB menyatakn bahwa aset adalah sumber ekonomik
karena :
a. Potensi jasa atau utilitas yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau
kapasitas langkayang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya
untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,
produksi dan pertukaran.
b. Daya tukar atau daya beli. Potensi jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi
jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan
ekonomiknya.
2
c. Dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa.
d. Dapat digunakan untuk memproduksi barang.
e. Dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
2. Dikuasai oleh entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki
oleh entitas tapi cukup dikuasai oleh entitasnya. Pemilikan mempunyai makna
yuridis atau legal. Artinya, memiliki suatu objek memerlukan proses yang diseut
transfer hak milik. Bila pemilikan menjadi kriteria aset, maka banyak pos yang
tidak termasuk dalam aset sehingga tidak dapat dilaporkan ke dalam neraca.
Oleh karena itu, konsep penguasaan lebih penting daripada konsep pemilikan.
Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengunguli bentuk yuridis. Jadi,
pemilikan dan hak secara hukum hanya merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan penguasaan atau kendali.
3. Akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus
sebagai kriteria atau tes pertama pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup
untuk mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Selain iitu, kontrak
eksekutori memenuhi tes pertama aset sebagai salah satu kriteria pengakuan.
Dengan kata lain, transaksi masa lalu merupakan syarat perlu tetapi tidak
merupakan syarat cukup untuk pengakuan aset. Syarat perlu harus ditetapkan agar
tidak terjadi pengakuan aset yang bersifat hipotesis.
4. Karakteristik pendukung
Selain tiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan tiga karakteristik pendukung.
Karakteristik pendukung ini lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset tetapi
tiadanya karakterisik pendukung ini tidak menghalangi suatu objek untuk
memnuhi syarat sebagai aset.
a. Melibatkan kos. Bila kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi
pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai
aset. Namun, tidak adanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.
b. Berwujud. Akan lebih kuat suatu objek dikatakan aset jika dia berwujud dan
dapat diamati. Namun, bukan berarti tidak ada aset yang tidak berwujud.
c. Tertukarkan.
d. Terpisahkan
3
e. Berkekuatan hukum
(Suwardjono, 2005 :251-260)
b. Pengertian, Pengukuran, Pengakuan, Penyajian dan Pengungkapan
1. Persediaan
a. Pengertian
Menurut Bragg (2010:125) persediaan adalah aset yang dimiliki untuk dijual
dalam kegiatan bisnis sehari-hari, atau yang sedang dalam produksi untuk dijual,
atau bahan atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk dikonsumsi dalam proses
produksi. Sedangkan menurut PSAK No 14 dan IAS 2 pengertian persediaan
adalah :
PSAK 14
Suatu aset di klasifikasikan sebagai persediaan tegantung pada nature bisnis
perusahaan masing masing.
PSAK 14(revisi 2008) mendefinisikan persediaan adalah aset:
a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
(Martani, 2012 :245) dan (PSAK 14 Revisi 2008)
IAS 2
Persediaan (inventoris) merupakan aset yang :
a) Dimiliki untuk dijual di dalam rangkaian bisnis normal (misal barang jadi);
atau
b) Digunakan untuk memproduksi barang djual (misal bahan baku dan
barang dalam proses); atau
c) Dikonsumsi di dalam proses produksi atau di dalam penyerahan jasa
(misal toko, suku cadang, barang yang dapat dikonsumsi)
(Ankarat. 2012:33)
b. Pengukuran
Metode penetapan biaya yang standar adalah metode first in, first out (FIFO) atau
metode rata-rata tertimbang. Metode FIFO mengansumsi bahwa item-item yang
pertama dibeli adalh yang pertama di konsumsi, sehingga demikian barang yang
terakhir dibeli masih dalam stock pada akhir periode pelaporan. Metode rata-rata
4
tertimbang menentukan biaya berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya
berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya barang yang sama pada stok awal atau
yang diperoleh selama periode pelaporan. (Bragg, 2010:130-132). Pengukuran
persediaan menurtu PSAK dan IAS adalah :
PSAK 14
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang
lebih rendah.
Teknik Pengukuran Biaya
Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau
metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya.
Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan
perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar di-
review secara reguler dan, jika diperlukan, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.
Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai
persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki
marjin yang sama di mana tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan
biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai jual
persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase tersebut
digunakan dengan memerhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya di
bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap
departemen eceran.
Rumus Biaya
Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan barang
lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi
spesifik terhadap biayanya masing masing. Biaya persediaan, kecuali yang
disebutkan sebelumnya, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk
pertama keluar pertama (MPKP) atau ratarata tertimbang. Entitas harus
menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki
sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.
(PSAK 14 Revisi 2008)
5
Martani menjelaskan tentang pengukuran yang berbasis PSAK 14 sebagai
berikut :
PSAK 14 (REVISI 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur
berdasarkan biaya atau nilai realisasi netto, mana yang lebih rendah. Pada bagian
ini akan dijelaskan biaya yang termasuk dalam biaya persediaan, rumus biaya
yang dapat di gunakan oleh suatu entitas yang mencerminkan asumsi arus biaya
yang mencerminkan pengeluaran biaya persediaan, metode nilai realisasi netto.
Biaya persediaan
1. Biaya pembelian : meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya, biaya
pengangkutan, biya penanganan, dan biaya lain yang secara langsung dapat di
distribusikan pada perolehan barang jadi bahan dan jasa.
2. Biaya konfersi merupakan biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku
menjadi barang jadi atau barang dalam produksi. Biaya ini meli[uti biaya secara
langsung terkait dengan unit yang di produksi, temasuk alokasi sitematis biya
overhead produksi yang bersufat tetap. Untuk biaya overhead yang bersifat
variable, maka biay tersebut di alokasikan pada setiap produksi atas dasar
penggunaan actual fasilitas produksi. Sedangkan biya overhead tetap dialokasikan
berdasarkan kapasitas fasilitas produksi normal.
3. Biaya lainnya. Biaya lain yang dapat dibebankan sebagai biaya persediaan adalah
biaya yang timbul agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat
ini. Biaya seperti penelitian dan pengembangan, biaya administrasi dan penjualan,
biaya pemrosesan, biaya penyimpanan tidak dapat di bebankan sebagai biaya
persediaan.
System pencatatan persediaan dan asumsi arus biaya .
Teknis pencatatan persediaan terkait dengan system pencatatan persediaan
yang di gunkan entiras. System yang dapat di gunakan yaitu system periodic dan
system perpetual. System periodic merupakan system pencatatan persediaan di
mana kuantitas persediaan ditentukan secara periodic yaitu hanya pada saat
perhitungan fisik yang di lakukan secara stock opname. Sysem perpetual
merupakan system pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up to date
terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai
persediaan.
6
Perbedaan pencatatan dengan menggunakan system perpetual dan
sytem periodic
System perpetual
Akun persediaan menujukan saldo Rp,
600.000,-
Akun persediaan menujukan saldo Rp,
600.000,-
Pembelian 900 unit pada harga Rp, 600
Persediaan Rp, 5.400.000,-
Utang dagang Rp, 5.400.000,-
Pembelian Rp, 5.400.000,-
Utang dagang Rp, 5.400.000,-
Penjualan 600 unit pada
hargaRp,12.000
Piutang dagang Rp, 7.200.000,-
Penjualan Rp, , 7.200.000,-
Piutang dagang Rp, 7.200.000,-
Penjualan Rp, , 7.200.000,-
Beban pokok penjualan Rp, 3.600.000,-
Persediaan Rp, 3.600.000,-
NO ENTRY
Pada akhir periode, saldo akir persediaan 400 unit pada harga Rp, 6.000
NO ENTRY Persediaan akir Rp, 2.400.000,-
Beban pokok penjualan Rp, 3.600.000,-
Pembelian Rp, 5.400.000,-
Persedian awal Rp, 600.000,-
Note :Akun persediaan menunjukan saldo akir sebesar (Rp, 2.400.000 + Rp, 5.400.000 – Rp, 3.600.000 )
Ketika teedapat perbedaan antara pencatatan persediaan dan perhitungan
fisiknya maka perusahaan harus melakukan pencatatan untuk menyesuaikan nilai
pencatatan dengan nilai perhitungan fisik. Missal : diketahui nilai persediaan
sebesar Rp, 2.400.000 berdasarkan perhitungan fisik ternyata di dapat bahwa nilai
persediaan Rp, 2.000.000 maka dilakukan pencatatan untuk menurunkan nilai
persediaan sebagai berikut:
Kelebihan dan kekurangan persediaan Rp, 400.000
Persediaan Rp, 400.000
Secara teorotis seharusnya suatu entitas menggunakan harga yang spesifik
terkait dengan barang yang akan ditentukan biaya persediannya. Namun
sekringkali hal ini sulit dilakukan karena suatu entitas melakukan pembelian
7
dalam frekuensi dan jumlah yang tinggi dan barang tersebut merupakan barang
mass product yang sulit di identifikasi secara khusus dan dapat saling
menggantikan satu samalain. Oleh karena itu entitas menggunakan asumsi arus
biaya.
Terdapat tiga alternative yang dapat di pertimbangkan oleh suatu entitas
terkait dengan asumsi arus biaya yaitu : metode identifikasi khusus, masuk
pertama keluar pertama, rata rata tertimbang.
Bagan Asumsi arus biaya dan system pencatatan persediaan
Metode Identifikasi khusus
Berdasarkan metode ini suatu entitas harus mengidentifikasi barang yang
di jula dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik. Metode ini
membutuhkan pengidentifikasian baranf persediaan secara satu per satu, metode
ini di terapkan pada entitas dengan persediaan yang sedikit, nilai tinggi dan dapat
di bedakan satu sama lain. Contoh: apabila di asumsikan bahwa dari persediaan
akhir Rp, 3.200 dan 8.000 unit Rp, 3.300 maka perhitungan nilai persediaan akhir
dan beban pokok penjualan PT bangun jaya dengan menggunakan metode identifikasi
khusus dengan system periodic maupun perpetual adalah sebagai berikut :
Tanggal Julah unit dan unit biaya Total biaya
5 mei 2011
12 mei 2011
30 mei 2011
Persediaan akhir
9.000 unit
8.000 unit
8.000 unit
25.000 unit
@Rp 3.000
@Rp 3.200
@Rp 3.300
Rp, 27.000.000
Rp, 25.600.000
Rp, 26.400.000
Rp, 79.000.000
Biaya barang yang tersedia untuk di jual
Dikurang ; persediaan akir
Rp 124.000.000
Rp (79.000.000)
8
Pengukuran persediaan
Identifikasi khusus Rata2 tertimbangMasuk 1 keluar 1
pertamaSistem persedian
perpetualSistem persedian
perpetualSistem persedian
perpetual
System persedian
periodik
System persedian
periodik
System persedian
periodik
Beban pokok penjualan Rp 45.000.000
Metode biaya masuk pertama keluar pertama
Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang pertama di beli akan di jual
atau di gunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau di produksi kemudian. Metode ini menghasilkan laporan
posisi keuangan yang sesuai dengan nilai kini perusahaan. Kelemahan dari metode
ini adalh tidak merefleksikan nilai laba yang akurat karena metode ini kurang cocok
antar biaya dengan pendapatan. Contoh : metode MPKP berdasarkan system
periodik
Tanggal Jumlah unit dan unit biaya Total biaya
5 mei 2011
12 mei 2011
30 mei 2011
Persediaan akir
3.000 unit
14.000 unit
8.000 unit
25.000 unit
@ Rp 3.000
@ Rp 3.200
@ Rp 3.300
Rp 9.000.000
Rp 44.800.000
Rp 26.400.000
Rp 80.200.000
Biaya barang yang tersedia untuk di jual
Dikurang persediaan akir
Beban pokok penjualan
Rp 124.000.000
Rp (80.200.000)
Rp 43.800.000
Metode rata rata tertimbang
Metode rata rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya
setiap unit berdasarkan biaya rata rata tertimbang dari unit yang serupa pada
awal periode dan biaya unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama satu
periode. Menghitung biaya dengan metode rata rata tertimbang terlebih
dahulu harus di hitung biaya rata rata unit yaitu dengan membagi barang yang
tersedia untuk di jual dengan unit yang tersedia untuk dijual. Contoh
perhitungan niilai persediaan akir dengan metode rata rata berdasarkan system
periodic
Tanggal unit Harga Total biaya1 mei 20115 mei 201112 mei 201130 mei 2011Barang tersedia untuk di jualBiaya rata rata per unitJumlah persediaan akirNilai persediaan akhir
6.00012.00014.000 8.00040.000Rp,124.000.000/40.00025.000 unit25.000 x Rp, 3.100
Rp, 2.800Rp, 3.000Rp, 3.300
Rp, 16.800.000Rp, 36.000.000Rp, 44.800.000Rp, 26.400.000Rp, 124.000.000Rp, 3.100
Rp, 77.500.000Barang tersedia untuk di jualNilai persediaan akirBeban pokok penjualan
Rp, 124.000.000Rp, (77.500.000)Rp, 46.500.000
9
Nilai realisasi neto dengan penurunan nilai persediaan.
Nilai realisasi neto merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha
bias dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan
untuk membuat penjualan. Persediaan di nilai pada nilai realisasi bersihnya
apabila nilai persediaan lebih tinggi dari estimasi nilai yang akan di peroleh
kembali. Penurunan nilai menjadi nilai realisasi neto mungkin saja terjadi apabila
barang persediaan mengalami kerusakan, sekuruh atau sebagian persediaan telah
uasan, atau harga jualnya te;ah turun. Selain itu biya persediaan tidak akan di
peroleh kembali ketika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya untuk
membuat penjualan telah meningkat.
Dengan metode nilai terendah antar biaya dan NRV maka entitas harus
melakukan pencatatan terkait dengan dampaknya terhadap laba karena terdapat
penyesuaian dalam nilai beban pokok penjualan yang dicatat. Terdapat dua
metode yang dipilih yaitu: metode beban pokok penjualan dan metode kerugian.
Dengan menggunakan metode kerugian, entitas dapat menggunakan akun
penyisihan selain mengkredit akun persediaan, dengan nama akun “penyisihan
penurunan nilai persediaan pada NRV”. Dengan menggunakan akun penyisihan
ini maka, nilai [ersediaan yang disajikan pada neraca adalah nilai persediaan yang
berdasarkan NRV dimana nilai tersebut adalah nilai persediaan berdasarkan biaya
dikurangi penyisihan. Apabila suatu entitas telah melakukan penurunan nilai
persediaan, dan pada periode salnjutnya terdapat peningkatan nilai realisasi neto,
maka jumlah penurunan nilai harus dibalik sehingga jumlah yang tercatat bagi
persediaan adalah nilai yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto.
Jika suatu entitas menjual persediaannya, maka nilai tercatat dari ersediaan
tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas
penjualan tersebut. Apabila terdapat penurunan nilai persediaan dari nilai biaya
menjadi nilai realisasi neto, maka kerugian atas penurunan nilai persedian tersebut
diakui sebgai beban pada periode terjadinya penurunan.
(Martani, 2012:248-258)
IAS 2
Biaya perolehan persediaan diukur dengan menggunakan salah satu dari
formula perolehan biaya berikut:
10
1. Metode identifikasi khusus
2. Metode pertama masuk pertama keluar (FIFO)
3. Metode biaya rata-rata tertimbang
Metode identifikas khusus dari pengukuran persediaan digunakan bilamana
barang yang dibeli tidak biasanya dipertukarkan dan secara khusu seluruhnya atas
suatu proyek tertentu. Dalam hal barang atau jasa, keduanya diproduksi dan
dipisahkan untuk proyek tertentu.
Dalam semua hal lainnya, biaya perolehan persediaan harus diukur dengan
menggunakan metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) atau metode biaya
rata-rata tertimbang. Persediaan yang memiliki sifat yang sejenis dan
menggunakan entitas harus dinilai dengan menggunakan formula biaya perolehan
yang sama pula. Namun, dalam hal persediaan dengan sifat dan kegunaan yang
berlainan, formula biaya yang berbeda mungkin dapat dijustifikasi.
Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO) mengansumsikan bahwa
persediaan dibeli atau diproduksi pertama dijual pertama dengan demikian barang
yang tersisa pada akhir periode pelaporan adalah persediaan barang yang paling
baru dibeli atau diproduksi.
Menurut metode biaya perolehan rata-rata tertimbang biaya perolehan setiap
barang ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang
yang sejenis pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli
atau diproduksi selama periode bersangkutan.
(Ankarat, 2012 35-36)
c. Pengakuan Beban
PSAK 14
Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap
penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh
kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai
persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai
pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya
pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya,
misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun
11
sendiri. Persediaan yang dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai
beban selama masa manfaat aset tersebut.
(PSAK 14 Revisi 2008)
IAS 2
Nilai tercatat persediaan harus diakui sebagai suatu beban (expense) di dalam
periode dimana persediaan terjual dan pendapatan yang terkait diakui. Bilamana
biaya perolehan persediaan pada tanggal pelaporan lebih rendah daripada nilai
realisasinya, atau suatu kerugian persediaan terjadi, jumlah penurunan atau
kerugian persediaan harus diakui sebagai suatu bebab (expense) di dalam periode
yang sama sebagaimana penurunan atau kerugian terjadi. Demikian pula,
bilamana nilai realisasi neto persediaan yang diturunkan lebih awal, meningkat
melebihi nilai yang dinyatakan, jumlah pemulihan dari penurunan harus diakui
sebagai suatu pengurangan di dalam jumalh persediaan yang dianggap beban di
dalam periode di mana pemulihan tersebut terjadi.
(Ankarat, 2012 : 38-39)
d. Pengakuan
PSAK 14
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk
rumus biaya yang digunakan;
b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi
yang sesuai bagi entitas;
c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilaiwajar dikurangi biaya
untuk menjual;
d. jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
e. jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana
dijelaskan pada paragraf 32;
f. j umlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;
g. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32; dan
12
h. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
(PSAK 14 Revisi 2008) dan (Martani, 2012 : 259-260)
IAS 2
Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut:
a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk
rumus biaya yang digunakan;
b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi
yang sesuai bagi entitas;
c. jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual;
d. jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;
e. jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;
f. jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui
g. kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan; dan
h. nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.
(Ankarat, 2012 :40)
2. Properti, Pabrik dan Peralatan (Aset Tetap)
a. Pengertian
PSAK 16
Martani yang berbasis PSAK 16 Revisi 2008 menjelaskan sebagai berikut :
Asset tetap adalah asset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk di sewakan pada pihak lain atau untuk tujuan administrative.
2. Diharapkan untuk digunkan selama lebuh dari satu periode
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait asset tetap
yaitu:
Asset tetap adalah asset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik
(tanah,bangunan) berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak
mempunyai bentuk fisik.
Asset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus yaitu: digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administrative.
13
Asset tetap termasuk kedalam asset tidak lancar karena diharapkan untuk
digunakan lebih dari satu periode.
Contoh tanah, apabila entitas membeli tanah dengan tujuan akan dijual kembali
karena entitas yakin tanah tersebut akan mengalami peningkatan nilai, maka tanah
tersebut bukan merupakan asset tetap, tapi merupakan property investasi (PSAK
13 properti investasi). Jika entitas bergerak dibidang jual beli mobil maka mobil
tersebut diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali merupakan persediaan.
(Martani, 2012 :271-272)
IAS 16
Properti, pabrik dan peralatan adalah pos-pos aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan di dalam produksi atau pemasokan barang atau jasa, atau
disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative dan diharapkan
untuk dapat digunakan selama lebih dari satu periode.
(Ankarat, 2012: 92)
b. Pengakuan
PSAK 16
Biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan asset
tersebut akan mengalir ke entitas
2. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.
(Martani, 2012:272)
IAS 16
Harga perolehan dari suatu pos property, pabrik, dan peralatan akan diakui
sebagai suatu aset jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomis di masa depan
yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas; dan harga
perolehan dari pos tersebut dapat dikukur secara anda. IAS 16 hanya berlaku
ketika kedua kriteria pengakuan dasar ini untuk menentukan apakah pengeluaran
memenuhi syarat sebagai aset dan tidak mempertimbangkan kriteria peningkatan
utilitas atau masa manfaat. Selama kegiatan operasionalnya, suatu entitas akan
memperoleh pos-pos tersebut yang memiliki nilai yang tidak signifikan secara
individu, tetapi akan memenuhi syarat sebagai aset berdasarkan kedua kriteria
pengakuan dasar ini. Karena sangat sulit bagi entitas untuk mencatat setiap pos
14
tersebut secara individu, standar ini memperbolehkan pencatatan segera agrerat
asalkan aset ini memiliki sifat yang sama. Akan tetapi di dalam praktiknya, entitas
mengadopsi kebijakan akuntansi untuk unit pengukur dan pengakuan dari
pengeluaran sebagi suatu beban atau suatu aset.
Walaupun kedua kriteria dasar ini dapat diterapkan untuk suku cadang dan
peralatan servis, yang biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui di dalam
laporan laba-rugi pada saat. Akan tetapi, item suku cadang yang besar dan suku
cadang dan peralatan servis yang dapat digunakan hanya berhubungan dengan pos
properti, pabrik dan peralatan, diperlakukan sebagai properti , pabrik, dan
peralatan.
Sama halnya, suatu entitas mungkin ada pengeluaran yang akan meningkatkan
manfaat ekonomis masa depan secara langsung dari setiap aset tertentu, dan pada
waktu yang bersamaan, memastikan arus manfaat ekonomis yang berkaitan
dengan properti, pabrik, dan peralatan tersebut. Suatu entitas mungkin
mengeluarkan biaya inspeksi dan pertukaran atas pos properti, pabrik dan
peralatan. Suatu contoh dari biaya inspeksi adalah pengeluaran yang diperlukan
secara periodic untuk inspeksi kapal laut dan pesawat terbang untuk melakukan
sertifikasi kelayakan akan terbang dan berlayar. Juga, suatu gulungan bearing
penggiling yang merupakan item utama pada pabrik semen yang harus diganti
setelah sejumlah jam tertentu dari operasional pabrik. Pengeluaran seperti ini
dianggap sebagai aset menurut standar ini.
(Ankarat, 2012 :92-93)
c. Pengukuran pada saat pengakuan
PSAK 16
Asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagaia sset pada awalnya
harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi:
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan potongan
lain.
2. Biaya biaya yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa asset
ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset setiap digunakan sesuai
dengan keinginan dan maksud manajemen.
15
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorsi
lokasi asset.
Contoh biaya yang dapat didistribusikan secara langsung adalah:
1. Biaya imbalan kerja
2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
3. Biaya penanganan dan penyerahan awal
4. Biaya perakitan dan instalasi
5. Biaya pengujian asset
6. Komisi professional
Dalam ISAK 9 perubahan atas lewajiban aktivitas purna-operasi,restorsi,dan
kewajiban serupa, kewajiban tersebut diartikan sebagai aktivitas purna-
operasi,restorsi,dan kewajiban serupa. Pada saat perolehan asset tetap, maka
harus diestimasi dan dihitung nilai kininya dan biaya sehubung dengan
pembokaran dan pemindahan asset tetap dan biaya restorsi asset tersebut. Nilai
tersebut kemudian ditambah pada biaya perolehan asset tetap. Total biaya
perolehan pembongkaran asset tetap akan disusutkan selama estimasi masa
manfaatnya.
Perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dalam PSAK 26 Biaya pinjaman.
Menurut PSAK 26, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung
dengan perolehan,konstruksi,atau produksi asset kualifikasian adalah bagian
dari biaya perolehan asset tersebut. Asset kulifikasian adalah asset yang
membutuhkan suatu periode waktu yang substansial agar siap untuk
digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Asset yang memenuhi kriteria kualifikasian:
1. Persediaan
2. Pabrik manufaktur
3. Fasilitas pembangkit listrik
4. Asset tak berwujud
5. Property investasi
Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas
pertamakali memenuhi kriteria sbb:
1. Terjadinya pengeluaran untuk asset.
2. Terjadinya biayaa pinjaman.
16
3. Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan asset
untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.
Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dari dua jenis sumber pinjaman
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dana yang secara spesifik untuk tujuan pembangunan asset tetap: jumlah
biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar biaya pinjaman actual
yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan. Pabila terdapat
penghasilan investasi maka penghasilan tersebut mengurangi biaya pinjaman
yang terjadi.
2. Dana secara umum yang digunakan untuk tujuan oembangunan asset tetap,
maka jumlah piinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah dengan menggunakan
tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran asset tersebut.
Dalam beberapa kasus dapat timbul suatu kegiatan sehubungan dengan
pembangunan atau pengembangan asset tetap, tetapi kegiatan tersebut tidak
dimaksudkan untuk membawa asset tersebut kelokasi dan kondisi yang
diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen. Kegiatan insidential tersebut munggkin terjadii sebelum atau
selam pembangunan asset tetap tersebut.
Biaya perolehan asset tetap dalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada
saat terjadi. Jika entitas memperoleh asset tetap secara kredit dan pembayaran
melampaui jangka waktu kredit , maka per bedaan antara nilai tunai dengan
pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit ( kecuali
dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 Biaya Pinjaman)
Entitas dapat mengakuisisi asset secara gabungan, dan membayar satu harga
untuk asset gabungan tersebut. Dalam kasus ini, maka biaya perolehan harus
dialokasikan ke masing-masing jenis asset.
Contoh :
Tanah Rp 350.000.000Bangunan Rp 500.000.000Mesin Rp 150.000.000
Total Rp1.000.000.000
17
Total harga perolehan Rp 800.000.000 dialokasikan sebagai berikut:
Tanah 350 : 1.000 x Rp 800.000.000 = Rp 280.000.000Bangunan 500 : 1.000 x Rp 800.000.000 = Rp 400.000.000Mesin 150 : 1.000 x Rp 800.000.000 = Rp 120.000.000Total Rp 800.000.000Ayat jurnal untuk mencatat pembelian tersebut adalah:
Tanah Rp 280.000.000Bangunan Rp 400.000.000Mesin Rp 120.000.000
Kas Rp 800.000.000Entitas dapat memperoleh asset melalui pertukaran asset moneter atau
kombinasi asset moneter dan non moneter. Dalam hal ini maka biaya
perolehan dari suatu asset tetap diukur pada nilai wajar kecuali:
1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
2. Nilai wajar dariasset diterima dan di serahkan tidak dapat diukur secara
andal.
Pertukaran memiliki substansi komersial:
Contoh : nilai buku Rp 400 juta, kas Rp 800 juta mesin Rp 1.000 juta. Nilai
wajar tanah diestimasi Rp 1.800 juta. Transaksi tersebut memiliki subtansi
komersial. Mesin akan dicatat Rp 1.000 juta, yaitu nilai wajar dari asset yang
diserahkan Rp 1.800 juta dikurangi dengan kas yang diterima 800 juta.
Jurnal: mesin Rp 1.000.000.000 Kas Rp 800.000.000
Tanah Rp 400.000.000 Keuntungan pelepasan tanh Rp 1.400.000.000
Pertukaran tidak memiliki substansi komersial
Contoh : PT A menukar mobil x dengan nilai buku Rp 130 juta (harga
perolehan Rp 200 juta dan akm depresiasi Rp 70 juta) nilai wajar Rp 132,5
juta kas Rp 1,5 juta dan mobil Y nilai wajar Rp 131 juta. Mobil jenis Y di
catat sebeasar nilai buku x yaitu Rp 130 juta dikurangi kas diterima Rp 1,5
juta yaitu sebesar Rp 128,5 juta
Jurnal :kas Rp 1.500.000Mobil Y Rp 128.500.000
Akm depresiasi Rp 70.000.000Mobil X Rp 200.000.000
(Martani, 2012 : 272-279)
18
IAS 16
Harga perolehan suatu poas dari property, pabrik, dan peralatan diukur pada
tanggal akuisisinya menurut harga setara kas. Bilamana pembayaran atas aset
ditangguhkan melampaui syarat kredit normal, maka selisih harga kas dengan
total pembayaran yang dilakukan harus diakui sebagai biaya pembiayaan. Biaya
pembiayaan harus dibukukan sebagai beban selama periode kredit kecuali bunga
mempunyai kualifikasi untuk dikapitalisasi sesuai dengan IAS 23 mengenai Biaya
Peminjaman.
Bilamana suatu aset dibeli dengan cara tukar-menukar dengan aset lain, maka aset
yang dibeli harus diukur menurut nilai wajarnya, kecuali transaksi penukaran
tersebut lemah dalam subtansi komersialnya atau nilai wajar tidak dapat diukur
secara andal. Dalam hal seperti ini, aset yang dibeli harus diukur menurut nilai
tercatatnya yang telah ditukar dalam transaksi tkar menukar tersebut.Nilai tercatat
dari aset berarti harga perolehan dikurang dengan akumulasi penyusutan dan rugi
karena penurunan nilai. Transaksi tukar menukar akan mempunyai subtansi
komersial jika ada kenaikan di dalam arus kas atau peningkatan nilai operasi
entitas, yang disebabkan oleh aset yang diterima dari transaksi tukar-menukar
tersebut.
Bilamana suatu entitas menerima hibah atau bantuan untuk perolehan aset, maka
nilai tercatatnya harus dikurangi, sesuai dengan IAS 20 mengenai Akuntansi untuk
Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah.
(Ankarat, 2012 : 94-95)
d. Pengukuran setelah pengakuan
PSAK 16
Beberapa contoh asset adalah:
1. Tanah
2. Tanah dan bangunan
3. Mesin
4. Kapal
5. Pesawat udara
6. Kendaraan bermotor
7. Perabot
8. Peralatan kantor
19
Model biaya
Dalam model ini setalah diakui sebagai asset maka suatu asset tetap dicatat
sebesar biaya perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akm rugi penurunan
nilai asset.
Model revaluasi
Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetpa yamg nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai yang
terjadi setelah tanggal revaluasi. Frekuensi revaluasi tergantung pada pergerakan
nilai wajar dari asset tetap. (PSAK 16 Nilai Wajar : jumlah yang dipakai untuk
mempertikarkan suatu asset antar pihak pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
Jika suatu asset tetap direvaluasi maka terdapat 2 alternative perlakuan untuk
akimulasi penyusuta asset tetap adalah sebagai berikut:
1. Disajikan kembali secara proposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat
brito dari asset sehingga jumlah tercatat asset setelah revaluasi sama dengan
jumlah revaluasinya.
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dati asset dan jumlah tercatat netto
setelah dieleminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasinya dari asset
tersebut.
Contoh :
Metode proposional
Peralatan Rp 420.000.000
Akumulasi depresiasi Rp 140.000.000
Surplus revaluasi Rp 280.000.000
Metode eliminasi
Akumulasi penyusutan Rp 260.000.000
Peralatan Rp 260.000.000
Peralatan Rp 280.000.000
Ssurplus Rp 280.000.000
20
Jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi kenaikan tersebut langsung
di kredit ke surplus revaluasi; jika jumlah tercata asset turun akibat revaluasi maka
penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi.
Penyusutan
Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari asset tetap untuk
menentukan besar penyusutan tiap periode. Umur manfat adalah:
1. Suatu periode dimana asset diharapka akan digunakan oleh entitas
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari asset
tersebut oleh entitas.
Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan nilai manfaat:
1. Prakiraan daya pakai dari asset yang bersangkutan.
2. Perkiraan tingkat keausan fisik yang bergantung pada factor pengoperasian
asset tersebut seperti jumlah penggiliran penggunaan asset dan program
pemeliharaan dan perawatannya.
3. Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakubatkan oleh perubahan
atau peningkatan produksi atau karaena perubahan permintaan pasar
4. Pembatasan penggunaan asset karena aspek hukum atau peraturan tertentu,
seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Terdapat beberapa alternative dalam metode penyusutan yaitu:
1. Metode garis lurus
2. Metode saldo menurun
3. Metode jumlah unit.
(Martani, 2012 :279-287)
IAS 16
IAS 16 memberikan kepada suatu entitas suatu opsi kebijakan akuntansi yang
menggunakan model harga perolehan atau model revaluasi. Model manapun yang
akan diadopsi oleh suatu entitas, entitas tersebut harus menerapkan kebijakan tersebut
bagi seluruh kelompok dari property, pabrik dan peralatan. Contoh dari kelompok
property, pabrik, dan peralatan adalah tanah, tanah berikut bangunannya, pabrik dan
mesin-mesin, kendaraan bermotor, peralatan kantor dan perabot kantor.
Model Harga Perolehan
Model ini adalah suatu model yang umum digunakan.Apabila suatu entitas memilih
model harga perolehan kemudian digunakan untuk mencatat properti, pabrik dan
21
peralatan; setelah pengakuannya atas dasar harga perolehannya dikurangi dengan
akumulasi penyusutannya dan akumulasi rugi karena penurunan nilai aset.
Depresiasi.Setiap komponen dari pos properti, pabrik dan peralatan dengan harga
perolehannya yang signifikan terkait dengan total harga perolehan dari pos yang harus
disusutkan secara tersendiri. Hal ini dapat menyebabkan perlunya untuk membukukan
secara seksama untuk mengindentifikasi komponen-komponen tersebut secara
terpisah dari pos tersebut yang memiliki masa manfaat yang berbeda, dan oleh karena
itu mungkin tergantung pada metode atau tarif penyusutan yang berbeda. Akan tetapi,
suatu entitas mungkin memilih untuk menyusutkan bagian-bagian dari pos property,
pabrik dan perlatan secara terpisah yang memiliki harga perolehan yang tidak
signifikan terkait dengan total harga perolehan pos tersebut.
Entitas harus memulai untuk menyusutkan aset ketika berada di lokais dan kondisi,
serta tersedia untuk tujuan yang dimaksud.Entitas juga harus memberhentikan
penyusutan aset bilamana aset tidak diakui, atau direklasifikasikan sebagai yang
dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5. Beban penyusutan untuk setiap periode
harus diakui dalam laba rugi, jika tidak termasuk di dalam jumlah tercatat dari aset
lain. Penyusutan harus diterapkan kepada jumlah dari suatu aset yang dapat
disusutkan secara sistematis selama harapan masa manfaatnya.Jumlah yang dapat
disusutkan, memperhitungkan nilai residu yang diharapkan dari suatu aset.
Metode Penyusutan. Suatu entitas diizinkan unt uk memilih metode penyusutan.
Entitas tersebut dapat menggunakan metode garis lurus, metode saldo menurun, atau
metode unit produksi. Metode penyusutan digunakan harus mencerminkan pola
imbalan ekonomis masa depan dari aset yang diharapkan untuk dikonsumsi oleh
entitas.
Model Revaluasi
Menurut IAS 16, setelah pengakuan sebagai suatu aset, maka suatu pos dari property,
pabrik dan peralatan yang mempunyai nilai wajar yang dapat diukur secara andal,
mungkin dicatat menurut suatu jumlah yang direvaluasi. Jumlah yang direvaluasi ini
akan menjadi nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurang akumulasi penyusutan
berikutnya dan akumulais kerugian penurunan nilai aset berikutnya.
Entitas yang pada awal mengukurnya dengan metode harga perolehan, dapat
mengubah metodenya pada tahun berikutnya menjadi model revaluasi, standar
mengharuskan revaluasi dilakukan secara berkala guna memastikan bahwa jumlah
22
yang tercatat dari property, pabrik dan perlatan tidak berbeda secara material dengan
yang ditentukan dengan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Sebagai akibat dari suatu revaluasi property, pabrik dan peralatan pada periode
berikutnya, jika jumlah tercatat dari suatu aset meningkat, maka kenaikan didalam
jumlah tercatat dikreditkan pada laba-rugi kpomprehensif lain-lain dalam tahun
revaluasi dan diakumulasi di dalam ekuitas dengan judul surplus evaluasi.Apabila
jumlah tercatat suau aset menurun sebagai akibat dari revaluasi, maka penurunannya
diakui dalam laba atau rugi. Namun penurunan diakui di dalam laporan laba-rugi
komprehensif lain-lain hingga sebatas suatu saldo kredit yang ada di dalam perkiraan
“surplus revaluasi”, yang terkait denga aset yang bersangkutan.
Menurut IAS 16, bilamana suatu pos property, pabrik dan peralatan direvaluasi, maka
suatu entitas dapat memperlakukan akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
dengan salah satu dari dua cara sebagai berikut :
1. “Dinyatakan kembali secara proporsional dengan perubahan di dalam jumlah
tercatat kotor dari aset, sehingga jumlah tercatat dari aset setelah revaluasi sama
dengan jumalah yang direvaluasi” (menurut standar tersebut, metode ini sering
digunakan bilamana suatu aset direvaluasi, dengan cara menerapkan suatu indeks
guna menentukan biaya pengganti yang disusutkan) ;atau
2. “Dieliminasi terhadap jumlah tercatat kotor dari aset dengan jumlah yang
dinyatakan kembali bersih terhadap jumlah yang direvaluasi dari aset” (standar
menyatakan bahwa metode ini sering digunakan untuk bangunan)
Surplus revaluasi mungkin dipindahkan ke saldo laba dalam salah satu dari dua cara
sebagai berikut :
1. Bilamana aset tersebut dihentikan, atau tidak diakui, maka surplus dpaat
dipindahkan pada saldo laba; atau
2. Selisih antara depresiasi yang dibebankan pada jumlah yang direvaluasi dan bahwa
atas dasar harga perolehan dapat dipindahkan dari surplus revaluasi ke saldo laba
yang diakui dlaam laba atau rugi.
(Ankarat, 2012 :95-98)
e. Penghentian pengakuan
PSAK 16
Jumlah tercatat setiap asset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
1. Dilepaskan
23
2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya.
Penurunan nilai
Dalam menentukan apakah suatu asset mengalami penurunan nilai enitas mengacu
pada PSAK 48(revisi 2009) penurunan nilai asset. Menurut PSAK 48 suatu asset
disebut mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih besar dibandingakan
nilai terpulihkan. Niali terpulihkan adalah nilai tertinggi diantara nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual.
Sesuai ketenuan dalam PSAK 48, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu
asset mengalami penurunan nilai pada setiap akhir periode pelaporannya. Jika
terdapat indikasi maka harus mengestimasi jumlah terpulihkan jika tidak maka tidak
perlu estimasi jumlah terpulihkan.
Dalam mempertimbangkan ada tidaknya penurunan maka entitas harus
mempertimbangkan dari sumber eksternal dan internal.
Informasi dari sumber eksternal adalah:
1. selama periode tersebut nilai pasar asset telah turun secra signifikan lebuh dari
yang duharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu.
2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar , ekonomi atau lingkup hukum
tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat asset dikaryakan.
3. Suku bunga pasar atau tempat imabalan pasar dari investasi telah meningkat selam
periode tersebut dan kenaikan tesebut mungkin akan mempengaruhi tingkat
diskonto yangdigunakan dalam menghitung nilainpakai asset dan menurunkan
nilai terpulihkan.
4. Jumlah tercatat asset netto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
Informasi dari sumber internal:
1. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan asset.
2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang
berdampakmerugikan sehubungan dengan seberapa jauh atau cara suatu asset
yang digunakan akan digunakan.
3. Terdapat bukti pelaporan internal yang mengindikasikan bahwakinerja ekonomi
asset lebih buruk atau akan lebih buruk.
(Martani, 2012 :287-290)
24
IAS 16
Bilamana suatu pos property, pabrik dan peralatan dihentikan ataupun bilamana tidak
ada manfaat ekonomis masa depan diaharapkan dari pengunannya atau dihentikan,
maka harus dihentikan pengakuannya.
Suatu entitas yang beroperasi didalam bisnis penyewaan aset kepada pihak ketiga
mungkin menjual aset tersebut yang digunakan dalam aktivitas sewa menyewa di
dalam rangkaian bisnis yang normal. Dalam hal ini, nilai wajar dari aset tersebut pada
tanggal jika mereka dihentikan dari penyewaannya, dan menjadi aset yang dimiliki
untuk dijual maka harus dipindahkan ke persediaan.Hasil dari penjualan aset tersebut
dimasukkan sebagai persediaan harus diakui sebagai pendapatan sesuai dengan IAS
18 mengenai pendapatan.
Keuntungan atau kerugian yang diakibatkan karena penghentian pengakuan dari suatu
pos property, pabrik dan peralatan adalah selisih antara hasil penjualan bersih, jika
ada, dan jumlah tercatat dari pos property, pabrik dan peralatan tersebut.Keuntungan
atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu pos property, pabrik dan
peralatan harus dimasukkan di dalam laba atau rugi jika pos tersebut dihentikan
pengakuannya dan tidak diklasifikasikan sebagai pendapatan.
f. Pangakuan
PSAK 16
Laporan keuangan mengungkapkan:
1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menetukan jumlah tercatat bruto
2. Metode penyusutan yang digubnakan.
3. Umur manfaat, gtarif penyusutan yang digunakan.
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan.
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal periode yang menunjukan:
Penambahan.
Asset tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan
dilepaskan.
Akuisisi melalui penggabungan usaha.
Peningkatan atau penurunan kaibat revaluasi.
Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif sesuai
PSAK 48
Rugi penurunan nilai yang dijurnal pembalik dalam laporan laba rugi.
25
Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan.
Perubahan lain.
Laporan keuangan juga mengungkapkan.;
1. Keberadaan atas jumlah retriksi atas hak milik asset tetap yang dijaminkan
untuk utang.
2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat asset tetap yang sedang
dalam pembangunan.
3. Jumlah komotmen kontraktual dalam perolehan asset tetap.
4. Jumlah kompensasi dari pihak ke tiga untuk asset tetap yang mengalami
penurunan nilai.
Penyusutan apakah diakui dalam laporan laba rugi komprehensif atau doakui
sebagai bagian dari biaya perolehan.
Akumalsi penyusutan pada akhir periode.
Sesuai dengan PSAK 25 entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan
estomasi akuntansi yang berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan
berdampak material pada periode selanjutnya. Pengungkapan tersebut dapat muncul
dari perubahan estimasi dalam:
1. Nilai residu.
2. Estimasi biay pembongkaran.
3. Umur manfaat
4. Metode penyusutan.
Sesuai dengan PSAK 48 suatu entitas mengungkapkan informasi penurunan nilai
asset tetap sebagai tambahan informasi yang disyaratkan. Informasi berikut relevan
dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan sehingga entitas juga dianjurkan
melakukan pengungkaoan atas:
1. Jumlah tercatat asset tetap tidak terpakai sementara
2. Jumlah tercatat bruto dari setiap asset tetap yang telah disusutkan
3. Jumlah tercatat asset yang dihentikan
4. Jika model biaya digunakan nilai eajar asset tetap apabila berbeda secara material
dari jumlah tercatat.
(Martani, 2012: 290-292)
IAS 16
26
Pengungkapan yang terkait dengan setiap kelompok property, pabrik dan peralatan
adalah ekstensif dan terdiri dari :
Dasar pengukuran untuk penentuan jumlah tercatat kotor
Metode penyusutan
Masa manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan
Jumlah yang tercatat kotor dan akumulais penyusutan pada awal akhir periode
Penambahan
Aset yang dikalsifikasikan sebagai yang tersedia untuk dijual
Akuisisi melalui kombinasi bisnis
Peningkatan dan penurunan akibat revaluasi dan dari rugi karena penurunan nilai
dan yang dijurnal balik
Penyusutan
Selisih nilai tukar bersih yang diakui menurut IAS 21 mengenai Dampak
Perubahan dalam Kurs Mata Uang Asing
Perubahan Lainnya
Eksistensi dan jumlah pembatasan atas hak kepemilikan
Aset yang dijaminkan sebagai jaminan atas hutang
Aset dala konstruksi
Komitmen kontraktual atas akuisisi property, pabrik dan peralatan
Kompensasi atas aset yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan
Apabila property, pabrik dan peralatan dinyatakan atas dasar jumlah yang direvaluasi,
maka item berikut harus diungkapkan :
Tanggal efektif penialaian
Apakah penialaian independen telah dilibatkan
Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam penilaian nilai wajar
Penjelasan mengenai nilai wajar yang diukur secara langsung berdasarkan harga
yang dapat diamati dalam suatu pasar aktif, transaksi pasar terakhir yang wajar,
atau diestimasi dengan menggunnakan tekhnik lainnya
Untuk setiap kelompok aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset yang telah
diakui jika kelompok aset tidak direvaluasi
Surplus revaluasi, yang menunjukan perubahan selama periode dan setiap
pembatasan ata distribusi kepada pemegang saham
27
3. Penurunan Nilai Aset
a. Pengertian
PSAK 48
Penurunan nilai dari aset merupakan suatu kondisi dimana nilai tercatat dari aset
(carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount).
(PSAK 48 : Revisi 2008)
IAS 36
Penurunan nilai (impairment adalah suatu aset yang diturunkan nilainya bilaman
jumlah yang dicatatkannya melebihi jumlah yang dapat dipulihkan/diperoleh
kembali. (Ankarat, 2012 : 280)
b. Pengakuan
PSAK 48
Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai
tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat
diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan
harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.
Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aktiva lebih besar dari nilai tercatat
aktiva, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam
PSAK lain.
Setelah kerugian penurunan nilai aktiva diakui, beban depresiasi (amortisasi)
aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan
alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada),
secara sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi).
(PSAK 48 Revisi 2008)
IAS 36
Pengakuan rugi karena penurunan nilai
1. Suatu rugi karena penurunan nilai harus diakui bilamana jumlah yang dapat
dipulihkan di bawah jumlah nilai tercatatnya.
2. Rugi karena penurunan nilai terkait dengan aset yang direvaluasi sebagai beban
pada laporan laba-rugi (kecuali terkait dengan aset yang direvaluasi di mana
perubahan nilainya diakui secara langsung di dlamam ekuitas.
3. Penyesuaian terhadap depresiasi untuk periode mendatang diperlukan
(Ankarat, 2012 : 283)
28
c. Unit penghasil kas
PSAK 48
Nilai yang dapat diperoleh kembali dari setiap aktiva harus ditaksir secara individual.
Jika hal ini tidak dapat dilakukan, perusahaan harus menentukan nilai yang dapat
diperoleh kembali dari unit penghasil kas.
Identifikasi, nilai tercatat dan nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas
Nilai tercatat unit penghasil kas harus meliputi nilai tercatat semua aktiva yang secara
langsung dapat dikaitkan, atau dialokasikan dengan dasar yang andal dan konsisten
pada unit penghasil kas.
Nilai tercatat unit penghasil kas suatu aktiva harus ditentukan dengan mengurangkan
kewajiban dari nilai tercatat aktiva tersebut, hanya jika nilai yang dapat diperoleh
kembali dari unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan
kewajiban tersebut.
Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas
Kerugian penurunan nilai unit penghasil kas harus diakui hanya jika nilai yang dapat
diperoleh kembali dari unit tersebut lebih kecil dari jumlah agregat nilai tercatat
semua aktiva dalam unit tersebut.
Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari aktiva tidak dapat ditentukan secara i
ndividual, kerugian penurunan nilai harus diakui untuk aktiva tersebut hanya jika
kerugian penurunan nilai diakui untuk unit penghasil kas aktiva tersebut.
IAS 36
Jumlah yang dapat dipulihkan kembali harus ditentukan untuk aset individu, jika
memungkinkan. Pada setiap waktu, mustahil untuk menentukan jumlah yang dapat
dipulihkan kembali (nilai wajar dikurang dengan biaya untuk menjual dan nilai pakai)
untuk aset individu. Dalam hal ini, entitas harus menetapkan jumlah yang dapat
29
diperoleh kembali/dipulihkan kembali untuk unit penghasil kas aset (cash-generating
unit/CGU). CGU mengasilkan arus kas masuk yang sangat bebas dari arus kas masuk
dari aset lain atau kelompok aset lainnya.
d. Penjurnalbalikan rugi karena penurunan nilai
PSAK 48
(Disebut juga pemulihan rugi penurunan nilai)
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui
pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi
atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut
ini:
1. Infomasi yang bersumber dari luar
2. Informasi yang bersumber dari dalam
Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset
selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang
digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi
penurunan nilai terakhir diakui.
jika kasusnya seperti ini, jumlah tercatat aset, (ada pengecualian) dinaikkan ke jumlah
terpulihkannya.
Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai
Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan
rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi
atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun
sebelumnya.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam
laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataa lain
(contohnya, model revaluasi di PSAK 16). Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset
revaluasian harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan
PSAK terkait.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada
aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah tercatat dari aseta
setnya.
30
Peningkatan dalam jumlah tercatat ini diperlakukan sebagai pembalikan rugi
penurunan nilai untuk aset individual dan diakui sesuai dengan PSAK ini..
Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit penghasil
kas,jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan diatas nilai yang terendah dari:
1. jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
2. jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto)
seandainya tidak ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut
dalam periode sebelumnya.
Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset
tersebut harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill.
(Martani, 2012 :330-331)
IAS 36
1. Menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa suatu rugi
karena penurunan nilai mungkin menurun. Jika memang demikian, maka hitunglah
jumlah yang diperoleh kembali / dipulihkan kembali.
2. Tidak ada penjurnalbalikan untuk pembebasan potongan.
3. Peningkatan jumlah yang tecatat karena penjurnalbalikan tidak boleh lebih besar
daripada biaya historis yang pernah didepresiasikan apabila penurunan nilai tidak
diakui.
4. Penjurnalbalikan suatu rugi karena penurunan nilai diakui sebagai pendapatan di
dalam laporan laba-rugi.
5. Penyesuaian di dalam depresiasi untuk periode mendatang diperlukan.
6. Penjurnalbalikan suatu rugi karena penurunan nilai untuk goodwill tidak
diperbolehkan.
e. Penyajian dan Pengungkapan
PSAK 48
Terkait dengan depresiasi penurunan nilai maka dalam penyajiannya pada laporan
keuangan suatu entitas harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan asset tetap yang dijaminkan
untuk utang.
2. Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai asset dalam penyelesaian
31
3. Jumlah komitmen kontraktual dalam memperoleh asset tetap.
4. Junlah kompenasasi pihak ketiga atas asset tetap yang di masukan ke laba rugi
5. Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat nilai residu atau metode
penyusutan.
(Martani, 2012 : 332)
Pengungkapan
Pengungkapan yang lebih ekstensif disyaratkan
Pengungkapan tambahan utama termasuk:
Informasi yang mendalam untuk setiap UPK (atau kelompok UPK) yang
memiliki nilai tercatat goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa
manfaat tidak terbatas, termasuk
• Asumsi utama dan pendekatan manajemen yang digunakan untuk
mengukur nilai terpulihkan
• Periode dimana manajemen telah memproyeksikan arus kas,
tingkat pertumbuhan, tingkat diskonto.
(PSAK 48 Revisi 2008)
IAS 36
Kerugian karena penurunan nilai di dalam laporan laba-rugi dan pos dari laporan
laba-rugi komprehensif dalam mana kerugian karena penurunan nilai tersebut
dimasukan.
Kerugian karena penurunan nilai dijurnalbalik di dalam laporan laba-rugi dan pos
dalam laporan laba-rugi komprehensif dalam mana kerugian kerugian karena
penurunan nilai dilakukan penjurnalbalikan.
Pengungkapan lain-lain
Apabila kerugian karena penurunan nilai individu (penjurnalbalikan) adalah dianggap
material untuk diungkapkan :
Peristiwa dan kondisi yang ditimbulkan dari rugi krena penurunan nilai.
Jumlah kerugian yang bersangkutan
Aset individu : sifat dan segmen dimana hal tersebut berkaitan.
Unit penghasil kas : keterangan, jumlah kerugian karena penurunan nilai menurut
kelompok aset dan segmen.
32
Apabila jumlah yang diperoleh kembali/dipulihkan adalah nilai wajar dikurang
dengan biaya untuk menjual, maka ungkapan dasar untuk menentukan nilai
wajarnya.
Apabila nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual ditentukan dengan
proyeksi arus kas yang didiskontokan, maka pengungkapan atas periode selama
manajemen memproyeksikan arus kas tersebut, tingkat pertumbuhan yang
digunakan untuk melakukan ekstrapolasi proyeksi arus kas diperlukan.
Pengungkapan informasi secara terinci mengenai estimasi yang digunakan untuk
mengukur jumlah yang dapat diperoleh kembali / dipulihkan dari unit penghasil kas
yang mengandung goodwill atau aset tidak berwujud dengan masa manfaat tidak
teebatas.
(Ankarat, 2012: 279-286)
DAFTAR PUSTAKA
Ankarat, Nandakumar et al, 2012, Memahami IFRS: Standar Pelaporan Keuangan Internasional, Alih Bahasa : Priyo Darmawan, S.E, Ak, MBA, Indeks, Jakarta.
Bragg, Steven M.,2010, Panduan IFRS, Edisi Revisi, Indeks, Jakarta.
IAI, 2008, Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Revisi
Martani, Dwi et al, 2012, Akuntansi Keuangan Menengah : Berbasis PSAK, Buku I, Salemba Empat, Jakarta.
Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi 3, BPFE:Yogyakarta.
33