Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma
-
Upload
clara-claudia-putri -
Category
Documents
-
view
26 -
download
11
description
Transcript of Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma
![Page 1: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013112/55cf8f5b550346703b9b803c/html5/thumbnails/1.jpg)
Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma
pada pekerja yang terpajan asbes
Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak digunakan masyarakat.
Penyakit yang ditimbulkan akibat terpajan asbes disebut asbestosis. Hubungan antara
karsinoma paru dan pajanan asbes pada orang yang menderita asbestosis sudah umum
diterima. Irvine dkk. meneliti pada 19.000 kasus kanker paru dari Unit Surveilens Kanker
Skotlandia Barat menyimpulkan bahwa hampir 5,7% kanker paru adalah penderita
mesotelioma yang berhubungan dengan asbes. Di Indonesia, pemakaian asbes sebagai bahan
bangunan (misal genteng) masih sering ditemukan. Ini berarti terdapat risiko terkena pajanan
asbes bagi pekerja di industri yang memproduksi bahan bangunan yang mengandung asbes
tersebut sehingga risiko untuk terkena gangguan fungsi paru dan kanker paru atau
mesotelioma sangat tinggi.
Asbestosis merupakan salah satu jenis penyakit akibat kerja. Serat asbestosis dapat
terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan tertahan di situ, maka akan
berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus yang bersifat permanen.
Selain dapat menimbulkan kanker paru, asbes dalam tubuh juga dapat menimbulkan
mesotelioma pluera atau peritoneum. Risiko agaknya berkaitan dengan kadar pajanan
terhadap asbes karena tidak ada batas minimum yang aman bagi individu untuk terpajan serat
asbes. Serat asbes dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan
tertahan di situ, maka akan berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus.
Patologi dan Patofisiologi Asbes dalam Paru-Paru
Mekanisme kerja asbes dalam saluran pernapasan : Serat-serat dengan diameter
kurang dari 3 milimikron yang terinhalasi akan menembus saluran napas dan tertahan dalam
paru-paru. Sebagian besar serat yang masuk ke paru-paru dibersihkan dari saluran napas
melalui ludah dan sputum. Sedangkan dari serat-serat yang tertahan dalam saluran napas
bawah dan alveoli, sebagian serat pendek akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke
kelenjar limfe, limpa, dan jaringan lain. Sebagian serat yang menetap pada saluran napas
kecil dan alveoli (khususnya amfibol) akan dilapisi oleh kompleks besi-protein dan menjadi
badan-badan asbes atau badan feruginosa. Diduga krisolit menghilang dari tubuh secara
bertahap, tetapi bukti tentang hal ini hanya sedikit sekali. Setelah pajanan yang lama atau
berat, retensi serat-serat asbes cukup besar. Secara perlahanlahan akan timbul fibrosis paru
interstisial difus dan progresif, dengan lesi-lesi linier individual lambat laun menyatu.
![Page 2: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013112/55cf8f5b550346703b9b803c/html5/thumbnails/2.jpg)
Fibrosis pleura ringan sampai berat seringkali ditemukan, dan kadangkala tampak plakplak
pleura hialin atau kalsifikasi, yang tidak harus berkaitan dengan asbes.
Mesotelioma
Mesotelioma adalah kanker sel yang terjadi di garis luar paru-paru, terletak di dalam
pleura atau dalam rongga peritoenum. Kelainan ini biasanya berkaitan dengan pajanan asbes
pada pekerjaan dan mulai meningkat di beberapa negara. Pleura mesotelioma terdiri dari dua
jenis : (1) difus dan maligna (kanker), dan (2) terlokalisir dan jinak. Gejala mulai muncul 20
tahun setelah terpajan. Mesotelioma pleura maligna adalah tumor yang jarang, namun secara
epidemiologi insidensnya meningkat tajam. Beberapa laporan menunjukkan bahwa
mesotelioma yang terkait dengan pajanan asbes ditemukan sebanyak 60 - 80% kasus.
Mesotelioma yang terjadi karena terpajan asbes dapat mengakibatkan kefatalan dalam 2
sampai 4 tahun setelah terdiagnosa. Akan tetapi, tumor sudah diketahui terjadi setelah
pajanan kerja terhadap krokidolit selama 6 minggu saja. Kanker ini menyebar dan
bermetastasis secara luas. Efusi berdarah dengan rasa sakit pada dinding dada sering terdapat
akibat efusi pleura masif yang tercampur darah. Oleh karena itu orang yang menderita efusi
pleura dengan riwayat terpajan asbes bahkan beberapa tahun yang lalu perlu dipikirkan
kemungkinan adanya mesotelioma.
Penatalaksanaan mesoteliomia
Tidak ada terapi efektif untuk mesotelioma. Namun hasil pengobatan cukup baik
pada penderita mesotelioma stadium dini. Kebanyakan penderita digunakan terapi kombinasi,
yang disebut terapi multimodal. Penanganan klasik seperti pembedahan, kemoterapi dan
radioterapi tidak terlalu berefek terhadap penyembuhan penyakit dan kemampuan hidup.
Prognosis
Prognosis mesotelioma maligna sangat buruk. Rata-rata hidup 9-12 bulan dan
beberapa dapat mencapai 5 tahun. Mesotelioma akibat terpajan asbes dapat mengakibatkan
kefatalan dalam 2 sampai 4 tahun setelah terdiagnosa, bahkan ada yang kurang dari setahun.
Prognosis dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ukuran dan stadium tumor, penyebaran
tumor, tipe sel, dan apakah tumor tersebut berespon terhadap pengobatan. Rata-rata harapan
hidup kurang lebih setahun pada penderita mesotelioma.
Upaya pencegahan
Pencegahan mesotelioma yang paling utama dan efektif adalah menekan penyebaran
debu di lingkungan tempat kerja. Pencegahan yang paling efektif untuk terjadinya
mesotelioma pada pekerja adalah menghindari pajanan.
![Page 3: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013112/55cf8f5b550346703b9b803c/html5/thumbnails/3.jpg)
World Health Organization (WHO) memberikan beberapa pengarahan mengenai
pengendalian terhadap pajanan asbes sebagai berikut:
1. Peraturan
Banyak negara industri telah menentukan batas pajanan 2 serat/ml udara (beberapa
negara menentukan 1 serat/ml) sebagai batas maksimum kadar rata-rata setiap saat
yang diperbolehkan untuk krisotil.
2. Perekayasaan
Perekayasaan dapat dilakukan melalui metode-metode pengendalian debu sebagai
berikut :
a. Isolasi pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan debu asbes
b. Mengurangi jumlah pekerja yang terpajan
c. Mengubah metode proses produksi (misal membuat benang-benang asbes dengan
suspensi dan kondisi basah). Substitusi asbes dengan bahan-bahan alternatif yang
lebih aman hendaknya juga dipertimbangkan.
Selain itu dapat juga dilakukan upaya preventif pada pekerja yang berisiko terpajan asbes
melalui :
1. Pemeriksaan sebelum penempatan Pemeriksaan penempatan hendaknya meliputi
riwayat medis, pemeriksaan fisik, foto rontgen toraks dan uji fungsi paru untuk
menentukan data dasar guna pengawasan, dan mencegah orang-orang dengan
penyakit pernapasan terhadap pajanan asbes.
2. Pemeriksaan berkala Dalam hal medis pemeriksaan berkala adalah sama seperti
pemeriksaan sebelum penempatan. Hendaknya dilakukan selang waktu sesuai tingkat
pajanan di tempat kerja tersebut, usia pekerja, dan hasil pemeriksaan kesehatan
sebelumnya.
Kesimpulan
Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh asbes, maka sangat penting untuk dilakukan
penganggulangan atau pengendalian bahaya seperti yang disarankan oleh WHO atau yang
dikerjakan oleh negara-negara lain, antara lain:
1. Perlu ditetapkan batas pajanan asbes di Indonesia sebagai batas maksimum kadar
ratarata setiap saat yang diperbolehkan. Banyak negara industri telah menetapkan
batas pajanan 2 serat/ml udara.
2. Substitusi/dilakukan penggantian bahan yang bukan asbes
3. Penting untuk dilakukan pengendalian debu bila bahan asbes tidak dapat dihindarkan
untuk digunakan.
![Page 4: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013112/55cf8f5b550346703b9b803c/html5/thumbnails/4.jpg)
4. Kesadaran para pekerja untuk melindungi dirinya dari terpajan asbes sangatlah
penting dengan memamaki alat pelindung diri, antara lain masker dan baju kerja. Di
samping itu higiene harus selalu diperhatikan.
5. Pemeriksaan berkala sangatlah penting dikerjakan untuk memantau kesehatan para
pekerja.