Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma

6
Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma pada pekerja yang terpajan asbes Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak digunakan masyarakat. Penyakit yang ditimbulkan akibat terpajan asbes disebut asbestosis. Hubungan antara karsinoma paru dan pajanan asbes pada orang yang menderita asbestosis sudah umum diterima. Irvine dkk. meneliti pada 19.000 kasus kanker paru dari Unit Surveilens Kanker Skotlandia Barat menyimpulkan bahwa hampir 5,7% kanker paru adalah penderita mesotelioma yang berhubungan dengan asbes. Di Indonesia, pemakaian asbes sebagai bahan bangunan (misal genteng) masih sering ditemukan. Ini berarti terdapat risiko terkena pajanan asbes bagi pekerja di industri yang memproduksi bahan bangunan yang mengandung asbes tersebut sehingga risiko untuk terkena gangguan fungsi paru dan kanker paru atau mesotelioma sangat tinggi. Asbestosis merupakan salah satu jenis penyakit akibat kerja. Serat asbestosis dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan tertahan di situ, maka akan berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus yang bersifat permanen. Selain dapat menimbulkan kanker paru, asbes dalam tubuh juga dapat menimbulkan mesotelioma pluera atau peritoneum. Risiko agaknya berkaitan dengan kadar pajanan terhadap asbes karena tidak ada batas minimum yang aman bagi individu untuk terpajan serat asbes. Serat asbes dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan

description

r

Transcript of Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma

Page 1: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma

Asbes sebagai faktor risiko mesotelioma

pada pekerja yang terpajan asbes

Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak digunakan masyarakat.

Penyakit yang ditimbulkan akibat terpajan asbes disebut asbestosis. Hubungan antara

karsinoma paru dan pajanan asbes pada orang yang menderita asbestosis sudah umum

diterima. Irvine dkk. meneliti pada 19.000 kasus kanker paru dari Unit Surveilens Kanker

Skotlandia Barat menyimpulkan bahwa hampir 5,7% kanker paru adalah penderita

mesotelioma yang berhubungan dengan asbes. Di Indonesia, pemakaian asbes sebagai bahan

bangunan (misal genteng) masih sering ditemukan. Ini berarti terdapat risiko terkena pajanan

asbes bagi pekerja di industri yang memproduksi bahan bangunan yang mengandung asbes

tersebut sehingga risiko untuk terkena gangguan fungsi paru dan kanker paru atau

mesotelioma sangat tinggi.

Asbestosis merupakan salah satu jenis penyakit akibat kerja. Serat asbestosis dapat

terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan tertahan di situ, maka akan

berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus yang bersifat permanen.

Selain dapat menimbulkan kanker paru, asbes dalam tubuh juga dapat menimbulkan

mesotelioma pluera atau peritoneum. Risiko agaknya berkaitan dengan kadar pajanan

terhadap asbes karena tidak ada batas minimum yang aman bagi individu untuk terpajan serat

asbes. Serat asbes dapat terinhalasi masuk ke dalam parenkim paru dan bila tersimpan dan

tertahan di situ, maka akan berkembang menjadi fibrosis interstisial dan alveolar yang difus.

Patologi dan Patofisiologi Asbes dalam Paru-Paru

Mekanisme kerja asbes dalam saluran pernapasan : Serat-serat dengan diameter

kurang dari 3 milimikron yang terinhalasi akan menembus saluran napas dan tertahan dalam

paru-paru. Sebagian besar serat yang masuk ke paru-paru dibersihkan dari saluran napas

melalui ludah dan sputum. Sedangkan dari serat-serat yang tertahan dalam saluran napas

bawah dan alveoli, sebagian serat pendek akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke

kelenjar limfe, limpa, dan jaringan lain. Sebagian serat yang menetap pada saluran napas

kecil dan alveoli (khususnya amfibol) akan dilapisi oleh kompleks besi-protein dan menjadi

badan-badan asbes atau badan feruginosa. Diduga krisolit menghilang dari tubuh secara

bertahap, tetapi bukti tentang hal ini hanya sedikit sekali. Setelah pajanan yang lama atau

berat, retensi serat-serat asbes cukup besar. Secara perlahanlahan akan timbul fibrosis paru

interstisial difus dan progresif, dengan lesi-lesi linier individual lambat laun menyatu.

Page 2: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma

Fibrosis pleura ringan sampai berat seringkali ditemukan, dan kadangkala tampak plakplak

pleura hialin atau kalsifikasi, yang tidak harus berkaitan dengan asbes.

Mesotelioma

Mesotelioma adalah kanker sel yang terjadi di garis luar paru-paru, terletak di dalam

pleura atau dalam rongga peritoenum. Kelainan ini biasanya berkaitan dengan pajanan asbes

pada pekerjaan dan mulai meningkat di beberapa negara. Pleura mesotelioma terdiri dari dua

jenis : (1) difus dan maligna (kanker), dan (2) terlokalisir dan jinak. Gejala mulai muncul 20

tahun setelah terpajan. Mesotelioma pleura maligna adalah tumor yang jarang, namun secara

epidemiologi insidensnya meningkat tajam. Beberapa laporan menunjukkan bahwa

mesotelioma yang terkait dengan pajanan asbes ditemukan sebanyak 60 - 80% kasus.

Mesotelioma yang terjadi karena terpajan asbes dapat mengakibatkan kefatalan dalam 2

sampai 4 tahun setelah terdiagnosa. Akan tetapi, tumor sudah diketahui terjadi setelah

pajanan kerja terhadap krokidolit selama 6 minggu saja. Kanker ini menyebar dan

bermetastasis secara luas. Efusi berdarah dengan rasa sakit pada dinding dada sering terdapat

akibat efusi pleura masif yang tercampur darah. Oleh karena itu orang yang menderita efusi

pleura dengan riwayat terpajan asbes bahkan beberapa tahun yang lalu perlu dipikirkan

kemungkinan adanya mesotelioma.

Penatalaksanaan mesoteliomia

Tidak ada terapi efektif untuk mesotelioma. Namun hasil pengobatan cukup baik

pada penderita mesotelioma stadium dini. Kebanyakan penderita digunakan terapi kombinasi,

yang disebut terapi multimodal. Penanganan klasik seperti pembedahan, kemoterapi dan

radioterapi tidak terlalu berefek terhadap penyembuhan penyakit dan kemampuan hidup.

Prognosis

Prognosis mesotelioma maligna sangat buruk. Rata-rata hidup 9-12 bulan dan

beberapa dapat mencapai 5 tahun. Mesotelioma akibat terpajan asbes dapat mengakibatkan

kefatalan dalam 2 sampai 4 tahun setelah terdiagnosa, bahkan ada yang kurang dari setahun.

Prognosis dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ukuran dan stadium tumor, penyebaran

tumor, tipe sel, dan apakah tumor tersebut berespon terhadap pengobatan. Rata-rata harapan

hidup kurang lebih setahun pada penderita mesotelioma.

Upaya pencegahan

Pencegahan mesotelioma yang paling utama dan efektif adalah menekan penyebaran

debu di lingkungan tempat kerja. Pencegahan yang paling efektif untuk terjadinya

mesotelioma pada pekerja adalah menghindari pajanan.

Page 3: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma

World Health Organization (WHO) memberikan beberapa pengarahan mengenai

pengendalian terhadap pajanan asbes sebagai berikut:

1. Peraturan

Banyak negara industri telah menentukan batas pajanan 2 serat/ml udara (beberapa

negara menentukan 1 serat/ml) sebagai batas maksimum kadar rata-rata setiap saat

yang diperbolehkan untuk krisotil.

2. Perekayasaan

Perekayasaan dapat dilakukan melalui metode-metode pengendalian debu sebagai

berikut :

a. Isolasi pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan debu asbes

b. Mengurangi jumlah pekerja yang terpajan

c. Mengubah metode proses produksi (misal membuat benang-benang asbes dengan

suspensi dan kondisi basah). Substitusi asbes dengan bahan-bahan alternatif yang

lebih aman hendaknya juga dipertimbangkan.

Selain itu dapat juga dilakukan upaya preventif pada pekerja yang berisiko terpajan asbes

melalui :

1. Pemeriksaan sebelum penempatan Pemeriksaan penempatan hendaknya meliputi

riwayat medis, pemeriksaan fisik, foto rontgen toraks dan uji fungsi paru untuk

menentukan data dasar guna pengawasan, dan mencegah orang-orang dengan

penyakit pernapasan terhadap pajanan asbes.

2. Pemeriksaan berkala Dalam hal medis pemeriksaan berkala adalah sama seperti

pemeriksaan sebelum penempatan. Hendaknya dilakukan selang waktu sesuai tingkat

pajanan di tempat kerja tersebut, usia pekerja, dan hasil pemeriksaan kesehatan

sebelumnya.

Kesimpulan

Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh asbes, maka sangat penting untuk dilakukan

penganggulangan atau pengendalian bahaya seperti yang disarankan oleh WHO atau yang

dikerjakan oleh negara-negara lain, antara lain:

1. Perlu ditetapkan batas pajanan asbes di Indonesia sebagai batas maksimum kadar

ratarata setiap saat yang diperbolehkan. Banyak negara industri telah menetapkan

batas pajanan 2 serat/ml udara.

2. Substitusi/dilakukan penggantian bahan yang bukan asbes

3. Penting untuk dilakukan pengendalian debu bila bahan asbes tidak dapat dihindarkan

untuk digunakan.

Page 4: Asbes Sebagai Faktor Risiko Mesotelioma

4. Kesadaran para pekerja untuk melindungi dirinya dari terpajan asbes sangatlah

penting dengan memamaki alat pelindung diri, antara lain masker dan baju kerja. Di

samping itu higiene harus selalu diperhatikan.

5. Pemeriksaan berkala sangatlah penting dikerjakan untuk memantau kesehatan para

pekerja.