ARTRITIS REUMATOID materi
-
Upload
ppdyasmita -
Category
Documents
-
view
247 -
download
0
description
Transcript of ARTRITIS REUMATOID materi
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
dan jaringan tubuh. Sejalan dengan makin meningkatnya usia, akan terjadi beberapa
perubahan dalam tubuh manusia. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang
menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah atritis reumatoid. Kejadian penyakit
tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat
mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Namun usia lanjut tidak selalu
mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai
sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan
golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun
semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang
reumatologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan,
dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa
kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan
otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982). Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari
kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994).
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT ARTRITIS REUMATOID
1. Definisi
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam membran sinovial yang
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. (Susan Martin Tucker,
1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman. 2000)
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001)
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh
peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai dengan
sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku,
dan lutut.
2. Epidemiologi
AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40
tahun dan 50 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih sering dari pada pria. AR
adalah suatu penyakit inflamasi sistematik yang paling sering dijumpai, menyerang sekitar
1% populasi dunia.
3. Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap. AR adalah suatu penyakit autoimun yang timbul pada
individu – individu yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak
diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang
menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal
terhadap mikro-organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan
mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain
2
biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng ditunjukan ke
komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan
menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena
predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.
4. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari atritis reumatoid yang banyak menyebabkan gejala,
meliputi :
Aktifitas/mobilitas yang berlebihan
Aktifitas klien dengan usia yang sangat lanjut sangatlah membutuhkan perhatian yang
lebih, karena ketika klien dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan lagi untuk banyak
bergerak, akan memberatkan kondisi klien yang menurun terlebih lagi sistem imun yang
sangat buruk. Sehingga klien dengan sistem imunitas tubuh yang menurun, sangatlah
dibutuhkan perhatian lebih untuk mengurangi /memperhatikan tipe aktifitas/mobilitas yang
berlebih. Hal ini dikarenakan kekuatan sistem muskuloskeletal klien yang tidak lagi seperti
usianya beberapa tahun yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal.
Lingkungan
Mereka yang terdiagnosis atritis reumatoid sangatlah diperlukan adanya perhatian
lebih mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung,
maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya
ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa
ngilu, kekakuan sendi pada area-area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi, dan bahkan
kelumpuhan.
5. Patofisiologi
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial akibat faktor genetik, yang melakukan proses
fagositosis menyerang sinovium menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk memecah
kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial yang mengakibatkan adanya
pelepasan kolagenesa dan produksi lisozim oleh fagosit yang mengakibatkan terjadinya erosi
sendi dan periartikularis tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula & ligamentum.
Kemudian terjadi pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi jari tangan dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang
akan mengganggu gerak sendi.
3
Pathway
4
Bakteri, mikroplasma, virus
menginfeksi sendi
Proses fagositosis menyerang sinovium
Edema proliferasi membran sinovial
Produksi lisozimoleh fagosit
Pelepasan kolagenesaoleh fagosit
Terjadi proses autoimundalam jaringan sinovial
Faktor genetik
Terjadi erosi sendi dan periartikularis Tekanan sendiDistensi Serta putusnya kapsula & ligamentum
pembengkakan Gejala-Gejala Konstitusional
kekakuan di pagi hari Deformitas
Membentuk pannus
Menghancurkan tulang rawan
Menghilangkan permukaan sendiyang mengganggu gerak sendi
1.Gangguan rasa nyaman
2.Gangguan mobilitas fisik
4.Gangguan perawatan
diri
3.Gangguan citra tubuh
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul sesuai dengan tahapan dan keparahan dari penyakit
AR itu sendiri. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berfungsi adalah gambaran
klinis yang klasik. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami
pembengkakan. Artritis sering diawali dengan timbulnya rasa sakit serta lemah pada sendi
tangan dan pinggang. Juga disertai bengkak dan kadang terjadi peradangan, tetapi sering tiba-
tiba hilang.
Pola karakteristik dari persendian yang terkena :
- Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.
- Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki,
tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
- Biasnya akut, bilateral, dan simetris.
- Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung
selama lebih dari 30 menit.
- Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Beberapa gejala klinis yang kerap kali terjadi pada para penderita atritis reumatoid ini,
yakni :
- Gejala-Gejala Konstitusional.
Beberapa gejala tersebut meliputi lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Bahkan terkadang kelelahan yang sangat hebat.
- Poliatritis Simetris.
Terutama terjadi pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan namun biasanya
tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diatrodial dapat
terserang.
5
Cemas
Situasi berubah
5.Kurang informasi
6.Gangguan Pola tidur
ketidakmampuan beradaptasi
- Kekakuan di pagi hari.
Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoatritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari satu jam.
- Atritis Erosif.
Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
- Deformitas.
Kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau
jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa.
Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal.
- Nodula-Nodula Reumatoid.
Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering yakni di daerah sepanjang sendi sikut
atau sepanjang permukaan ekstensor lengan. Nodul ini merupakan tanda bahwa
penyakit tersebut aktif.
- Manifestasi Ekstraartikuler.
a. Kulit Nodula subkutan Vaskulitis, bercak-bercak coklat lesi-lesi ekimotik
b. Jantung
Perikarditis Temponade pericardium. Lesi peradangan miokardium dan katup
jantung
c. Paru-paru
Pleuritis dengan atau tanpa efusi peradangan paru-paru
d. Mata terjadi skleritis
e. Syaraf
Neuropati perifer sindrom kompresi perifer (sindrom terowongan kapal,
neuropati syaraf ulnaris, paralisis peronealis, abnormalitas vertebra servikal)
f. Sitemik Anemia Osteoporosis generalisata Syndrome felty Sindrom Sjogren
(keratokonjungtivitis sika) Amiloidosis.
6
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai adanya
sinovasi pada setiap sendi, perhatian juga hal –hal berikut ini :
Keadaan umum : komplikasi steroid, berat badan.
Tangan : meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan.
Lengan : siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar
limfe aksila.
Wajah : periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis,
skleromalasia perforans, katarak, anemia dan tanda – tanda
hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar (sinroma
Sjogren ).
Mulut : ( kering, karies dentis, ulkus ), suara serak, sendi
temporomandibula ( krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak
menyebabkan iritasi.
Leher : adanya tanda – tanda terkenanya tulang servikal.
Toraks : jantung ( adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi
katup aorta dan mitral ). Paru – paru ( adanya efusi pleural,
fibrosis, nodul infark, sindroma Caplan ).
Abdomen : adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik.
Panggul dan lutut : tungkai bawah – adanya ulkus, pembengkakan betis ( kista
Baker yang reptur ) neuropati, mononeuritis multipleks dan
tanda – tanda kompresi medulla spinalis.
Kaki : efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar
patela yang berbentuk seperti ladam kuda dan efusi sendi
pergelangan kaki akan terjadi pembengkakan pada sisi anterior
Urinalisis : untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.
8. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa klinis)
1. Tes erologik
a. Faktor rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif.
7
Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul
atasindroma Sjogren
b. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus
2. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat di temukan
adalah:
a. Pembengkakan jaringan lunak
b. Penyempitan rongga sendi
c. Erosi sendi
d. Osteoporosis juksta artikule
3. Untuk menilai aktivitas penyakit:
a. Erosi progresif pada foto sinar X serial.
b. LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritisreumatoid
meliputi :
- penyakit aktif
- amiloidosis
- infeksi
- sindroma Sjorgen ;
c. Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan
dengan aktifitas.
d. Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan
ekstra artikuler. Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.
9. Prognosis
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada ketaatan
pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 – 70% pasien artritis reumatoid
akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun
lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi,
penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya
mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami
peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Golongan ini memerlukan terapi secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas
dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.
8
10. Terapi
Prinsip utama pengobatan penyaki artritis adalah dengan mengistirahatkan sendi yang
terserang, karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan memperparah peradangan.
Dengan mengistirahatkan sendi secara rutin dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan.
Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistirahatkan satu atau beberapa sendi,
tetapi untuk mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakan yang sistematis.
Obat-obatan yang dipakai untuk mengobati penyakit ini adalah:
1.Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah aspirin dan
ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi nyeri.
2.Obat slow-acting, obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera apabila
penyakitnya berkembang cepat.
Yang sekarang digunakan adalah
(a) Senyawa emas, yang berfungsi memperlambat terjadinya kelainan bentuk tulang.
Diberikan sebagia suntikan mingguan. Jika obat ini terbukti efektif, dosis
dikurangi.
(b) Penisilamin, efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa digunakan bila
senyawa emas tidak efektif dan menyebabkan efek samping yang tidak dapat
ditoleransi. Dosis dinaikan secara bertahap hingga terjadi perbaikan. Penisilamin
yang biasa dipakai antara lain hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.
3.Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk mengurangi
peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif digunakan pada
pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila dipakai dalam jangka panjang. Obat
ini tidak memperlambat perjalanan penyakit ini dan pemakaian jangka panjang
mengakibatkan berbagai efek samping, yang melibatkan hampir setiap organ. Untuk
mengurangi resiko terjadinya efek samping, maka hampir selalu digunakan dosis
efektif terendah. Obat ini disuntikan langsung ke dalam sendi, tetapi dapat
menyebabkan kerusakan jangka panjang, terutama jika sendi yang terkena digunakan
secara berlebihan sehingga mempercepat terjadinya kerusakan sendi.
4.Obat imunosupresif (contohnya metotreksat, azatioprin, dan cyclophosphamide)
efektif untuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan sehingga
pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.
9
11. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara istirahat dan
latihan, dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapatkan dukungan.
AR dini : penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis terapeutik salisilat
atau obat – obat antiinflamasi nonsteroid ( NSAIDS );
antimalaria emas, pensilamin,atau sulfasalazin, methotreksat;
analgetik selama periode nyeri hebat.
AR sedang , erosit : program formal terapi okupasi dan terapi fisik.
AR persisten, erisif : pembedahan rekonstruksi dan kortikosteroid.
AR tahap lanjut yang tak pulih : preparat immunosupresif, seperti metotreksat,
siklosfosfamid, dan azatioprin.
Pasien AR sering mengalami anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia, sehingga
membutuhkan pengkajian riwayat diit yang sangat cermat untuk mengidntifikasi kebiasaan
makan dan makanan yang disukai. ( kortikosteroid dapat menstimulasi napsu makan dan
menyebabkan penambahan berat badan ).
Penatalaksanaan artritis reumatoid didasarkan pada pengertian patofisiologis penyakit
ini. Selain itu perhatian juga ditujukan terhadap manifestasi psikofisiologis dan kekacauan
psikososial yang menyertainya yang disebabkan oleh perjalana penyakit yang fluktuatif dan
kronik. Untuk memuat diagnostik yang akurat dapat memakan waktu sampai bertahun-tahun,
tetapi pengobatan dapat dimulai secara lebih dini.
Tujuan utama dari program pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari pasien.
3. Untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan ini: pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obat-obatan.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan
dengan pasien. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologis,
penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan
metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses
pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club
10
penderita, badan-badan kemasyarakatan, dan dari orang-orang lain yang juga penderita artritis
reumatoid, serta keluarga mereka.
Istirahat penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa ketika pasiem merasa
lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila
beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam
hari karena nyeri.
Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas
dan dingin dapat dilakukan di rumah.
Alat-alat pembantu dan adaktif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
12. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau
obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
13. Diet
Penatalaksanaan diet untuk Reumatoid yaitu :
Diet khusus : Tim Cakar Ayam
Untuk diet keseluruhan dapat dilihat sebagai berikut :
1. Asupan protein : 0,8 g/kg BB/hari
2. Asupan buah dan sayuran > dari 5x sajian per hari
3. Diet rendah lemak : < 5 % (asam lemak omega 6) dan > 10 % ( asam lemak omega
9)
4. Meningkatkan asupan asam lemak omega 3
5. Cukup vitamin B6 dan C
11
6. Suplemen multivitamin dan mineral jika asupan tidak mencukupi
7. Suplemen Fe jika pasien anemia
8. Pasien dengan kortikosteroid perlu diberikan makanan tinggi kalsium dan kalium
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering dan batasi minyak serta gula.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1.Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan,keletihan.
Tanda : Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktoR:
kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ)
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
Ketergantungan
12
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ), penggunaan makanan
kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian, riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulanagan : Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,
aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan
rumah tangga.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan
kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
13
5. Kurang Pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi dan kesalahan
interpretasi informasi.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis, perubahan stituasi
ditandai dengan keluhan kesulitan terlelap, tidak merasa segar saat bangun tidur
Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan konsep diri yang positif
4. Mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan
pengobatan
6. megembalikan siklus tidur nyaman pasien
3. RENCANA KEPERAWATAN
NO.
DX
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah diberikan asuhan
keperawatan nyeri dapat
diatasi dengan kriteria
hasil :
Menunjukkan nyeri
hilang/ terkontrol
- Pasien terlihat rileks,
dapat tidur,
beristirahat dan
berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai
kemampuan.
- Mengikuti program
farmakologis yang
diresepkan
- Menggabungkan
1. Selidiki keluhan nyeri, catat
lokasi dan intensitas (skala
0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non
verbal.
2. Berikan matras/ kasur keras,
bantal kecil. Tinggikan
tempat tidur sesuai
kebutuhan.
3. Tempatkan/ pantau
penggunaan bantal, karung
pasir, gulungan trokhanter,
bebat, Brace.
4. Dorong untuk sering
mengubah posisi. Bantu
1. Membantu dalam
menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan
keefektifan program
2. Matras yang lembut/
empuk, bantal yang besar
akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada
sendi yang sakit.
3. Peninggian linen tempat
tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang
terinflamasi/nyeri.
4. Mengistirahatkan sendi-
14
keterampilan
relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam
program kontrol
nyeri.
untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan bawah,
hindari gerakan yang
menyentak.
5. Dorong penggunaan teknik
manajemen stres, misalnya:
relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik, visualisasi,
pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan
pengendalian napas.
6. Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai untuk
situasi individu.
7. Beri obat sebelum aktivitas/
latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk
8. Kolaborasi: Berikan obat-
obatan sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat)
sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi
netral. Mencegah
terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa
sakit pada sendi)
5. Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol
dan mungkin
meningkatkan
kemampuan koping)
6. Memfokuskan kembali
perhatian, memberikan
stimulasi, dan
meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan
sehat.
7. Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan
otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi
8. Sebagai anti inflamasi dan
efek analgesik ringan
dalam mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan mobilitas
2 Setelah diberikan asuhan
keperawatan klien dapat
melakukan aktivitas yang
dapat ditoleransi dengan
1. Evaluasi/ lanjutkan
pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada
sendi.
2. Pertahankan istirahat tirah
1. Tingkat aktivitas/ latihan
tergantung dari
perkembangan/ resolusi
dari peoses Inflamasi.
2. Istirahat sistemik
15
kriteria hasil :
- Mempertahankan
fungsi posisi dengan
tidak hadirnya/
pembatasan
kontraktur.
- Mempertahankan
ataupun
meningkatkan
kekuatan dan fungsi
dari dan/ atau
konpensasi bagian
tubuh.
- Mendemonstrasikan
tehnik/ perilaku yang
memungkinkan
melakukan aktivitas
baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode
istirahat yang terus
menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu.
3. Bantu dengan rentang
gerak aktif/pasif, jika
memungkinkan.
4. Ubah posisi dengan sering
dengan jumlah personel
cukup.
5. Dorong pasien
mempertahankan postur
tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan.
6. Berikan lingkungan yang
aman, misalnya menaikkan
rest train, menggunakan
pegangan tangga pada
toilet, penggunaan kursi
roda.
7. Kolaborasi: konsul dengan
fisoterapi.
8. Kolaborasi: Berikan matras
busa/ pengubah tekanan.
9. Kolaborasi: berikan obat-
obatan sesuai indikasi
(steroid).
dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit
yang penting untuk
mencegah kelelahan
mempertahankan
kekuatan.
3. Mempertahankan/
meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan :
latihan tidak adekuat
menimbulkan kekakuan
sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi.
4. Menghilangkan tekanan
pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi.
5. Memaksimalkan fungsi
sendi dan
mempertahankan
mobilitas.
6. Menghindari cidera
akibat kecelakaan/ jatuh.
7. Berguna dalam
memformulasikan
program latihan.
8. Menurunkan tekanan
pada jaringan yang
mudah pecah untuk
mengurangi risiko
imobilitas.
16
9. Mungkin dibutuhkan
untuk menekan sistem
inflamasi akut
3 Setelah diberikan asuhan
keperawatan klien dapat
menerima keadaannya
dengan kriteria hasil :
- Mengungkapkan
peningkatan rasa
percaya diri dalam
kemampuan untuk
menghadapi
penyakit, perubahan
pada gaya hidup, dan
kemungkinan
keterbatasan.
- Menyusun rencana
realistis untuk masa
depan.
1. Dorong pengungkapan
mengenai masalah tentang
proses penyakit, harapan
masa depan.
2. Diskusikan arti dari
kehilangan/ perubahan
pada pasien/orang terdekat.
3. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien
dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual.
4. Diskusikan persepsi pasien
mengenai bagaimana orang
terdekat menerima
keterbatasan.
5. Perhatikan perilaku
menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
6. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan
dan membuat jadwal
aktivitas. Bantu dalam
kebutuhan perawatan yang
diperlukan.
7. Kolaborasi: Rujuk pada
konseling psikiatri, mis:
perawat spesialis psikiatri,
psikolog.
8. Kolaborasi: Berikan obat-
1. Berikan kesempatan
untuk mengidentifikasi
rasa takut/ kesalahan
konsep dan
menghadapinya secara
langsung).
2. Mengidentifikasi
bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi
diri dan interaksi dengan
orang lain akan
menentukan kebutuhan
terhadap intervensi/
konseling lebih lanjut.
3. Isyarat verbal/non verbal
orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana
pasien memandang
dirinya sendiri.
4. Dapat menunjukkan
emosional ataupun
metodekoping
maladaptive,
membutuhkan intervensi
lebih lanjut
5. Meningkatkan perasaan
harga diri, mendorong
kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi
17
obatan sesuai petunjuk,
mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam
perasaan.
dalam terapi
6. Mempertahankan
penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri
7. Pasien/orang terdekat
mungkin membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka panjang/
ketidakmampuan
8. Mungkin dibutuhkan
pada saat munculnya
depresi hebat sampai
pasien mengembangkan
kemapuan koping yang
lebih efektif
4 Setelah diberikan asuhan
keparawatan perawatan
diri klien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
- Melaksanakan
aktivitas perawatan
diri pada tingkat
yang konsisten
dengan kemampuan
individual.
- Mendemonstrasikan
perubahan teknik/
gaya hidup untuk
memenuhi
kebutuhan perawatan
diri.
- Mengidentifikasi
sumber-sumber
1. Pertahankan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
2. Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam
perawatan diri. Identifikasi/
rencana untuk modifikasi
lingkungan.
3. Kolaborasi: Konsul dengan
ahli terapi okupasi.
4. Kolaborasi : atur konsul
dengan lembaga lainnya,
misal: pelayanan
perawatan rumah, ahli
nutrisi.
1. Mendukung kemandirian
fisik/emosional
2. Menyiapkan untuk
meningkatkan
kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri
3. Berguna untuk
menentukan alat bantu
untuk memenuhi
kebutuhan individual.
Misal; memasang
kancing,menggunakan
alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan
pegangan untuk mandi
pancuran
4. Mungkin membutuhkan
berbagai bantuan
18
pribadi/ komunitas
yang dapat
memenuhi
kebutuhan perawatan
diri.
tambahan untuk
persiapan situasi di
rumah
5 Setelah diberikan asuhan
keperawatan kebutuhan
informasi dan kesalahhan
interpretasi terhadap
penyakit klien teratasi
dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan
pemahaman tentang
kondisi/ prognosis,
perawatan.
- Mengembangkan
rencana untuk
perawatan diri,
termasuk modifikasi
gaya hidup yang
konsisten dengan
mobilitas dan atau
pembatasan
aktivitas.
1. Tinjau proses penyakit,
prognosis, dan harapan
masa depan.
2. Diskusikan kebiasaan
pasien dalam
penatalaksanaan proses
sakit melalui diet, obat-
obatan, dan program diet
seimbang, latihan dan
istirahat.
3. Bantu dalam
merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang
realistis, istirahat,
perawatan pribadi,
pemberian obat-obatan,
terapi fisik, dan
manajemen stres.
4. Tekankan pentingnya
melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
5. Tekankan pentingnya
membaca label produk
dan mengurangi
penggunaan obat- obat
yang dijual bebas tanpa
persetujuan dokter.
6. Berikan informasi
mengenai alat bantu
1. Memberikan pengetahuan
dimana pasien dapat
membuat pilihan
berdasarkan informasi
2. Tujuan kontrol penyakit
adalah untuk menekan
inflamasi sendiri/ jaringan
lain untuk
mempertahankan fungsi
sendi dan mencegah
deformitas
3. Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada
waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks
4. Keuntungan dari terapi
obat-obatan tergantung
pada ketepatan dosis
5. Banyak produk
mengandung salisilat
tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko efek
samping yang berbahaya
6. Mengurangi paksaan
untuk menggunakan sendi
dan memungkinkan
individu untuk ikut serta
secara lebih nyaman
dalam aktivitas yang
19
7. Diskusikan pentingnya
obat obatan lanjutan/
pemeriksaan laboratorium,
misal: LED, Kadar
salisilat, PT.
dibutuhkan
7. Terapi obat obatan
membutuhkan pengkajian/
perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin
efek optimal dan
mencegah efek samping
yang berbahaya.
6 Setelah diberikan asuhan keperawatan klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur dengan kriteria hasil:- Klien melaporkan
perbaikan dalam pola tidur dan istirahat
- Mengungkapkan peningkatan rasa segar setelah bangun tidur
1. Tentukan kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi.
2. Berikan tempat tidur yang nyaman.
3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukan dalam pola lama dan lingkungan baru
4. Dorong beberapa aktivitas fisik ringan selama siang hari; jamin klien berhenti beraktivitas beberapa jam sebelum tidur
5. Tingkatkan kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi air hangat atau massase.
6. Hindari mengganggu klien saat tidur, misalnya membangunkan pasien.
1.Mengkaji seperlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
2.Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis / psikologis.
3.Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress yang berhubungan dapat berkurang
4.Aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari. namun, kelanjutan aktivitas yang dekat dengan waktu tidur dapat bertindak sebagai stimulan yang memperlambat tidur
5.Meningkatkan efek relaksasi.
6.Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar.
4. EVALUASI
20
Dx.1 Terpenuhinya penurunan dan peningkatan adaptasi nyeri
Dx.2 Klien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi
Dx.3 Klien dapat menerima keadaan dirinya dengan melaporkan peningkatan rasa percaya
diri.
Dx.4 Terpenuhinya perawatan diri klien
Dx.5 Terpenuhinya kebutuhan pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi
Dx.6 Terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur
21
DAFTAR PUSTAKA
A. Price, Sylvia.2005.Patofisiologi.Jakarta: EGC
Http://ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan -keperawatan-dengan-Athritis
Http://lensakomunika.blogspot.com/2008/05/askep-arthritis
Http://www.medicinenet.com/reumatoid_arthritis/article
Muttaqin,Arif.2005.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta:EGC
NANDA, 2005 – 2006 , Nurs ing Diagnosis: Definitions and classification , Philadelphia, USA
22