artritis reumatoid

20
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Artritis Reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti anemia, fatique, dan osteoporosis. Pasien mengalami nyeri kronis serta peningkatan disabilitas, yang bila tidakdiobati, dapat menurunkan angka harapan hidup3,14Prevalensi artritis reumatoid relatif konstan pada banyak populasi, sekitar 0,5 - 1%.Prevalensi tinggi artritis reumatoid dilaporkan pada suku Indian Pima sebesar 5,3% dan Indian Chippewa sebesar 6,8%. Sebaliknya prevalensi rendah dilaporkan pada populasi dari Cina dan Jepang.15Di Jawa Tengah, Indonesia, prevalensinya sebanyak 0,2% di desa dan 0,3% di kota.16 2.2 K riteria Artritis Reumatoid Kriteria American College of Rheumatology (ACR)/European League Against Rheumatism (EULAR) 2010 untuk artritis reumatoid mulai diperkenalkan dengan menitikberatkan pada gambaran klinis tahap awal penyakit. Artritis reumatoid ditegakkan berdasarkan adanya sinovitis pada paling sedikit 1 sendi, tidak adanya diagnosis alternatif lain yang dapat menjelaskan penyebab sinovitis, serta skor total individu dari 4 kriteria (keterlibatan sendi, pemeriksaan serologis, peningkatan acute - phase reactant , dan durasi geja la) ≥ 6.

description

ar

Transcript of artritis reumatoid

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Artritis ReumatoidArtritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti anemia, fatique, dan osteoporosis. Pasien mengalami nyeri kronis serta peningkatan disabilitas, yang bila tidakdiobati, dapat menurunkan angka harapan hidup3,14Prevalensi artritis reumatoid relatif konstan pada banyak populasi, sekitar 0,5 - 1%.Prevalensi tinggi artritis reumatoid dilaporkan pada suku Indian Pima sebesar 5,3% dan Indian Chippewa sebesar 6,8%. Sebaliknya prevalensi rendah dilaporkan pada populasi dari Cina dan Jepang.15Di Jawa Tengah, Indonesia, prevalensinya sebanyak 0,2% di desa dan 0,3% di kota.16

2.2 Kriteria Artritis Reumatoid

Kriteria American College of Rheumatology (ACR)/European League Against Rheumatism (EULAR) 2010 untuk artritis reumatoid mulai diperkenalkan dengan menitikberatkan pada gambaran klinis tahap awal penyakit. Artritis reumatoid ditegakkan berdasarkan adanya sinovitis pada paling sedikit 1 sendi, tidak adanya diagnosis alternatif lain yang dapat menjelaskan penyebab sinovitis, serta skor total individu dari 4 kriteria (keterlibatan sendi, pemeriksaan serologis, peningkatan acute- phase reactant, dan durasi gejala) 6.

Apa Itu Artritis Reumatoid (AR)?PengertianArtritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerangpersendian dan anggota gerak. Penyakit ini menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat. AR dapat menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling sering adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut, dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang mungkin diserang termasuk sendi di tulang belakang, pinggul, leher, bahu, rahang, dan bahkan sambungan antar tulang sangat kecil di telinga bagian dalam.Meskipun sangat jarang terjadi, namun pada kasus tertentu AR juga dapat menimbulkan kematian jika tidak ada upaya dalam mengobati terutama jika penderita telah mengidap rematik hingga berbulan-bulan atau sampai bertahun-tahun. Satu hal yang perlu diwaspadai yaitu jika rematik tidak segera diobati dengan baik dan benar, maka akan berisiko menimbulkan kecacatan seperti kerusakan sendi dan yang lebih parah dapat menimbulkan kelumpuhan.PenyebabPenyebab dari penyakit ini hingga sekarang belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang diperkirakan berperan dalam timbulnya penyakit ini yaitu sistem kekebalan tubuh dan infeksi virus Epstein Barr (EBV).Gejala Awal Gejala awal tersering yang dialami penderita AR adalah kelelahan mendadak, kaku sendi di pagi hari, nyeri dan pembengkakan pada sendi kecil pada buku-buku jari dan pergelangan pada kedua tangan.Fakta Singkat AR merupakan penyakit sendi autoimun yang paling sering dijumpai. Prevalensi penyakit AR relatif menetap pada banyak populasi masyarakat, yaitu sebesar 0,5-1% dengan angka kejadian tertinggi bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan suku bangsa (sekitar 12-1200 per 100.000 penduduk). Penyakit ini dapat terjadi pada semua golongan usia namun, seringkali muncul pada usia 20-40 tahun. Sedikitnya terdapat 1,3 juta orang dewasa di Amerika Serikat yang menderita AR, dan 75% di antaranya adalah wanita. Perkembangan ilmu pada terapi yang ditujukan untuk penyakit AR ini telah berkembang pesat dan hasil perkembangan ini telah banyak membantu para penderita AR.Referensi:1. Tehlirian et al. Rheumatoid Arthritis. In: Klippel J. Primer on the Rheumatic Diseases. 13th Edition. Springer. New York. 20082. American College of Rheumatology. Diakses melalui http://www.rheumatology.org/3. Gabriel SE. The epidemiology of rheumatoid arthritis. Rheum Dis Clin North Am. 2001 May;27(2):269-81

ungkin jarang mendengar tentang penyakit yang satu ini. Artritis reumatoid adalah suatu penyakit otoimun yang menyebabkan peradangan kronik pada sendi. Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti, namun diduga ada keterlibatan faktor genetik, infeksi, dan faktor lain yang merangsang sistem imun untuk menyerang jaringan tubuh yang normal. Penyakit ini bisa menyerang semua usia, walaupun wanita dan dewasa muda sampai usia pertengahan adalah kelompok yang paling sering terserang. Penderita artritis reumatoid biasanya akan mengeluhkan persendiannya meradang (sendi hangat pada perabaan, bengkak, kemerahan dan terasa nyeri), adanya kaku sendi di pagi hari, disertai gejala lain seperti demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, lemah, anemia, dll. Hati-hati! Anda mungkin bisa salah mengira bahwa ini merupakan penyakit akibat asam urat yang meningkat atau hanya sekedar pegal dan ngilu biasa, namun menyepelekan penyakit ini dapat berakibat fatal! Pentingnya Deteksi dan Terapi Dini Artritis reumatoid adalah penyakit yang progresif atau cepat berkembang. Peradangan yang terjadi pada sendi akan berlangsung terus dan menyebabkan kerusakan pada sendi sehingga bisa terjadi kecacatan dan kelumpuhan. Kerusakan yang terjadi pada sendi ini bersifat permanen, yang berarti akan terus menetap seumur hidup. Oleh sebab itu deteksi dini penyakit sangat penting dilakukan sehingga pengobatan terhadap penyakit artritis reumatoid ini dapat segera dilakukan dan kecacatan bisa dicegah. Pada dasarnya belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit artritis reumatoid. Pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mencapai remisi (penyakit dalam keadaan tidak aktif, gejala penyakit reda, dan penderita merasa nyaman). Pengobatan yang dilakukan secara dini terbukti menentukan keberhasilan terapi. Dan pengobatan yang agresif bisa memperbaiki fungsi sendi, mencegah kecacatan dan disabilitas. Jenis-jenis Pengobatan Artritis Reumatoid Farmakologis - Obat penghilang rasa nyeri dan radang (NSAID dan steroid) NSAID (Non-steroid anti-inflammatory drugs) bekerja efektif untuk menghilangkan nyeri dan peradangan namun hanya sebentar saja. Sementara steroid bisa menekan reaksi peradangan lebih cepat dan mempunyai sedikit kemampuan dalam mengurangi kerusakan sendi, tapi tidak dapat digunakan jangka panjang karena efek sampingnya yang besar. - Obat perubah perjalanan penyakit konvensional (DMARD Disease-modifying anti-rheumatic drugs) Obat ini mempunyai efek anti peradangan dan/atau anti proliferasi. DMARD dapat menghambat atau mencegah kerusakan sendi, namun ia kurang bermanfaat untuk menghilangkan nyeri. - Agen biologik Obat-obat yang termasuk golongan ini dibuat dengan cara biologi molekuler untuk menghasilkan anti sitokin dan anti sel permukaan (sitokin dan sel permukaan adalah substansi yang berperan dalam peradangan dan kerusakan sendi). Agen biologik menghentikan perjalanan penyakit ini, mencegah kecacatan dan disabilitas. Ia bekerja lebih cepat dari DMARD konvensional. Non farmakologis - Proteksi sendi - Fisioterapi dan rehabilitasi - Psikoterapi Pembedahan Makanan dan Olahraga Adakah makanan yang harus dipantang? Sebenarnya tidak ada diet khusus untuk penderita artritis reumatoid. Yang perlu diperhatikan dalam diet ini adalah makanan sehat dan nutrisi seimbang. Namun sebaiknya penderita mengurangi makanan yang tinggi lemak jenuh (lemak babi, bistik, mentega) karena bisa memperburuk peradangan dan memperbanyak konsumsi makanan yang tinggi omega-3 (salmon, tahu, kenari) karena bisa mengurangi peradangan. Sejumlah orang juga melaporkan bahwa tomat, kentang, buah sitrun, merica dan kopi bisa memperburuk gejala penyakit ini. Pada penyakit artritis reumatoid olahraga diperlukan untuk mengurangi keluhan nyeri, serta menjaga kekuatan otot dan tulang. Jenis olahraga yang dipilih sebaiknya olahraga peregangan dan tidak terlalu membebani sendi, seperti berenang, aerobik air. Jadi, sebenarnya belum ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit artritis reumatoid. Pengobatan dilakukan untuk mencapai remisi penyakit. Walaupun begitu, pentingnya mengenali gejala secara dini, memberikan pengobatan secara dini dan agresif akan memberikan hasil yang lebih memuaskan sehingga kerusakan pada sendi serta kecacatan bisa dicegah. Sumber: Isbagio, Harry. Artritis Reumatoid. Disampaikan pada Seminar dan Workshop Reumatoid Artritis 23 Oktober 2011. Hidayat, Rudy. Tatalaksana Artritis Reumatoid. Disampaikan pada Seminar dan Workshop Reumatoid Artritis 23 Oktober 2011

Artikel kesehatan di : http://www.tanyadok.com/kesehatan/pengobatan-segera-dan-agresif-kunci-terapi-artritis-reumatoid

1 Arthritis ReumatoidArthritis rheumatoid adalah suatu penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat, peradangan (inflamasi) yang terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan membran pada sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Fonnie 2007). EpidemiologiArthritis rheumatoid masih menjadi masalah kesehatan dunia, diperkirakan 0,5-1 % dari populasi global menderita AR. Peluang terjadinya penyakit hati pada penderita AR dua kali lebih besar dari yang tidak menderita. America Arthritis Fondation melaporkan, penderita AR berisiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung sehingga meningkatkan angka kematian penderita Cardiovascular dan infeksi. Lima puluh persen pasien AR mengalami kecacatan fungsional sementara setelah 20 tahun, 80 % cacat dan dapat mengurangi usia harapan hidup 3-18 tahun (Holm 2001).Studi epidemiologi melaporkan berbagai faktor risiko yang dihubungkan dengan terjadinya penyakit AR, seperti faktor kerentanan terhadap penyakit dan faktor inisiasi yaitu faktor yang diduga meningkatkan risiko berkembangnya penyakit (DCD 2005).Faktor kerentanan seperti :1) jenis kelamin; 2) Usia : Dapat terjadi pada usia muda 30-50 tahun, usia lanjut terutama pada wanita kasus AR meningkat; 3) Obesitas : memacu meningkatnya oksidan melalui berbagai mekanisme; 4) Genetik, keluarga yang memiliki anggota keluarga terkena AR memiliki risiko lebih tinggi, dan dihubungkan dengan gen HLA-DR4. Faktor inisiasi adalah perokok , infeksi bakteri atau virus menjadi inisiasi dari AR, pil kontrasepsi, gaya hidup : stres dan diet mengawali inflamasi sendi Fisiologi dan AnatomiSecara anatomi sendi berada pada pertemuan tulang yang memberikan sifat mudah bergerak. Struktur sendi terdiri dari hialin kartilago yang menutupi kapsul. Bagian terluar kapsul terdiri dari fibrous suatu jaringan lunak, periosteum dan bagian dalam terdapat lapisan sinovial. Sinovial adalah suatu kapsul, yang menutup ligamen dan tulang. Lapisan luar kapsul membentuk membran fibrous dan sisi kapsul terdapat membran sinovium yang tipis terisi oleh cairan yang mengisi kapsul dan berfungsi sebagai lumbrikasi pada ujung tulang yang menutup kapsul dan melenturkan kartilago. Kartilago dan cairan sinovial memberi sifat mampu bergerak pada sendi. Membran sinovial AR mengandung sel serupa fibroblas (sinoviosit, tipe sel B) dan makrofag. Sinoviosit bersifat imunoreaktif, disekresi oleh kolagen dan proteoglikan termasuk ekspresi vascular sel adhesi molekul 1 (VCAM-1) dan antigen (Jose 2003). PatofisiologiPeradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. EtiologiArthritis rheumatoid merupakan penyakit autoimun kompleks, yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi normal sistem imun. Penyebab pasti dari kerusakan sistem imun belum dapat dijelaskan (Bratawijaya 2004). Penyakit autoimun AR dihubungkan dengan berbagai faktor seperti infeksi virus, bakteri, kemiripan molekuler (sel antigen), pembentukan oksidan yang berlebih oleh hormon, usia, obes dan obat yang diduga menyebabkan kegagalan autoregulasi aktivitas sel B dan sel limfosit T. Break-down sistem imun diduga dapat terjadi oleh kepekaan genetik (Husney 2004). PatogenesisArthritis rheumatoid adalah penyakit peradangan kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat. Peradangan (inflamasi) pada AR terjadi secara terus-menerus terutama pada organ sinovium dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya seperti tulang rawan, kapsul fibrosa sendi, ligamen dan tendon. Inflamasi ditandai dengan penimbunan sel darah putih, pengaktifan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan granular. Inflamasi kronik menyebabkan hipertropi dan penebalan pada membran sinovium, terjadi hambatan aliran darah dan nekrosis sel dan inflamasi berlanjut (Wiralis 2008). Inflamasi menyebabkan pelepasan berbagai protein sitokin. Sitokin memiliki fungsi antara lain memelihara keseimbangan tubuh selama terjadi respon imun, infeksi, kerusakan, perbaikan jaringan, membersihkan jaringan mati, darah yang membeku dan proses penyembuhan. Jika produksi sitokin meningkat, kelebihan sitokin dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada sendi saat inflamasi AR. Sitokin yang berperan penting pada AR antara lain adalah IL-1, IL-6, TNF- dan NO. Nitrit oksida, diketahui dapat menyebabkan kerusakan sendi dan berbagai manifestasi sistemik (Rahmat 2006). Leukosit adalah bagian sistem imun tubuh yang secara normal dibawa ke sinovium dan menyebabkan reaksi inflamasi atau sinoviositis saat antigen berkenalan dengan sistem imun. Elemen-elemen sistem imun (gambar 1) dibawa ke tempat antigen, melalui peningkatan suplai darah (hiperemi) dan permeabilias kapiler endotel, sehingga aliran darah yang menuju ke lokasi antigen lebih banyak membawa makrofag dan sel imun lain (Fonnie 2007).

Saat inflamasi leukosit berfungsi menstimulasi produksi molekul leukotriens, prostaglandin (membuka pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah) dan NO (gas yang berperan dalam fleksibilitas dan dilatasi pembuluh darah, dalam jumlah yang tinggi merupakan substansi yang berperan besar pada berbagai kerusakan AR) (Visioli 2002). Peningkatan permeabilitas vaskular lokal menyebabkan anafilatoksin (C3, C5). Local vascular pada endotel melepas NO dengan vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas vaskular, ekspresi molekul adhesi pada endothel, pembuluh darah, ekspresi molekul MHC kelas II dan infiltrasi sel neutrofil dan makrofag (Anonim 2010).

(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)Gambar 1. Mekanisme inflamasi yang terlibat dalam proses ARInflamasi sinovial dapat terjadi pada pembuluh darah, yang menyebabkan hiperplasia sel endotel pembuluh darah kecil, fibrin, platelet dan inflamasi sel yang dapat menurunkan aktivitas vaskuler pada jaringan sinovial. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan berakibat pada peningkatan metabolisme yang memacu terjadinya hipertropi (bengkak) dan hiperplasia (membesar) dan sel dalam keadaan hipoksia (gambar 2). Sel yang hipoksia dalam sinovium berkembang menjadi edema dan menyebabkan multiplikasi sel sinovial. Sel pada sinovium tumbuh dan membelah secara abnormal, membuat lapisan sinovium menebal, sehingga sendi membesar dan bengkak (Ackerman and Rosai 2005).

(Sumber: Arthritis research & therapy,2007)Gambar 2. Perbandingan sel normal dan kondisi hipoksia Berkembangnya fase penyakit, ditunjukkan dengan penebalan synovial membentuk jaringan yang disebut panus. Panus adalah lembaran/lapisan yang menebal membentuk granulasi. Panus dapat menyebar ke dalam sinovium sendi dan bersifat destrukstif terhadap elemen sendi (Bresnihan et al 1998).Interaksi antara antibodi dan antigen menyebabkan perubahan komposisi cairan sinovial, cairan sinovial kurang mampu mempertahankan fungsi normal dan bersifat agresif-destruktif. Respons dari perubahan dalam sinovium dan cairan sinovial, menyebabkan kerusakan sejumlah besar sendi dan jaringan lunak secara bertahap berdasarkan fase perkembangan penyakit (tabel 1) (Ackerman and Rosai 2004).

Destruksi yang terjadi pada tulang menyebabkan kelemahan tendon dan ligamen, perubahan struktur tulang dan deformitas sendi sehingga mempengaruhi aktivitas harian dan menghilangkan fungsi normal sendi. Destruksi dapat terjadi oleh serangan panus (proliferasi sel pada lining sinovial) ke subkodral tulang. Destruksi tulang menyebabkan area hialin kartilago dan lining synovial tidak dapat menutupi tulang, sendi dan jaringan lunak (Hellman 2004 & Ackerman 2004).Tahap lebih lanjut, terjadi kehilangan struktur artikular kartilago dan menghasilkan instabilitas terhadap fungsi penekanan sendi, menyebabkan aktivitas otot tertekan oleh destruksi tulang, lebih jauh menyebabkan perubahan struktur dan fungsi sendi yang bersifat ireversibel dan dapat terjadi perubahan degeneratif terutama pada densitas sendi. Destruksi dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan sendi secara signifikan, ditandai dengan ketidak stabilan sendi (Hellman 2004 & Ackerman 2004). Manifestasi KlinikKarateristik dari AR adalah munculnya gambaran tertentu pada sendi kecil seperti jari tangan dan kaki kaku pada pagi hari dan ada yang kondisinya memburuk sepanjang hari; disertai dengan gejala lain seperti menghilangnya nafsu makan, lesu, demam, anemi dan bengkak pada jaringan di bawah kulit (nodul rheumatoid); bengkak dan nyeri pada sendi jari kaki, tangan, pergelangan, siku dan lutut. Pada fase lanjut terjadi hancurnya jaringan artikular dan deformitas. Pada kondisi yang lebih berat dapat menyerang mata, paru atau pembuluh darah. Arthritis rheumatoid memiliki ciri khusus seperti adanya nodul-nodul rheumatoid, konsentrasi RFs yang abnomal dan perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang (Tsou 2007). Herbal dan Jus BuahHerbal yang digunakann untuk mengatasi arthritis rheumatoid adalah bawang putih, beluntas, daun sendok, gandarusa, jahe merah, kunyit, sambiloto, sembung, temulawak, dan sidaguri. Herbal-herbal tersebut mengandung berbagai macam antioksidan yang mencegah penyakit yang disebabkan oleh asam urat. Bawang putih mengandung alilin yang akan terpecah menjadi alisin dan berguna untuk menghancurkan endapan darah arteri menghilangkan nyeri (anti-inflamasi) dan diuretik. Beluntas mengandung flavonoid yang berfungsi menghilangkan nyeri akibat rematik, nyeri tulang, dan sakit pinggang. plantagin, aukubin, asam ursolik pada daun sendok berkhasiat menurunkan kadar asam urat dalam darah, diuretic, melarutkan endapan garam kalsium yang terdapat dalam ginjal dan kandung kencing. Justicin pada gandarusa berfungsi antirematik. Jahe merah, temulawak dan kunyit memiliki minyak atsiri, gingerol, kurkumin, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah, anti inflamasi, dan menghilangkan nyeri rematik (Agromedia 2008). Berikut tabel bermacam-macam buah yang berguna untuk mengatasi rematik:

Membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan OsteoartritisJune 12, 2013 by antonia Penyakit Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis merupakan penyakit yang menimbulkan peradangan dan rasa sakit pada persendian, namun tahukah Anda apa yang membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis? Meskipun sama-sama menyerang daerah pensendian, namun ketiganya memiliki definisi, penyebab, faktor risiko, dan penanganan yang berbeda. Ingin tahu lebih jelasnya, yuk simak penjelasan dibawah ini :Dari definisinya, kita bisa membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis. Jika penyakit Rematoid Artritis merupakan peradangan sendi yang terjadi akibat serangan dari sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Nah, gout sendiri terjadi akibat tubuh terlalu banyak memproduksi asam urat sehingga menumpuk di persendian atau jaringan tubuh lainnya yang mengakibatkan rasa nyeri, pembengkakan dan peradangan. Sedangkan, osteoarthritis sendiri adalah adanya peradangan/inflamasi pada persendian yang terjadi akibat adanya penipisan atau kerusakan pada tulang rawan yang memiliki fungsi sebagai bantalan tulang.Dilihat dari penyebabnya, maka akan diketahui apa saja yang bisa membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis. Ingin tahu lebih jelas, yuk simak beberapa penyebab ketiga penyakit berikut ini.Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui secara jelas, ada yang mengatakan karena faktor keturunan (genetic), namun dicurigai akibat adanya virus, bakteri, dan jamur yang membuat imunitas tubuh menyerang bagian yang salah pada jaringan tubuh dan mengakibatkan peradangan. Penyebab penyakit gout adalah meningkatnya kadar asam urat dalam darah akibat mengonsumsi makanan yang mengandung purin secara berlebihan. Selain itu, masih ada beberapa faktor penyebab lainnya, diantaranya : obesitas, konsumsi alkhohol secara berlebihan, diet tinggi purin, konsumsi minuman tinggi fruktosa, penderita ginjal kronis, hipertensi, dan pengguna obat diuretik rutin, dan lain-lain. Nah, yang menjadi penyebab dari penyakit osteoatritis sendiri, diantaranya adalah kelainan bawaan sejak lahir, gangguan hormonal, obesitas, diabetes, asam urat, dan adanya pembedahan pada persendian yang mengakibatkan trauma.Faktor risiko terbesar penyakit Artritis Reumatoid adalah wanita dari berbagai ras dari kusia 20 tahun hingga 50 tahun. Untuk memperkuat diagnosis Artritis Reumatoid, maka perlu dilakukan pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan sendi, biopsi nodul dan rontgen yang bisa memberikan petunjuk tentang adanya perubahan pada persendian. Langkah yang bisa dilakukan adalah mengistirahatkan sendi, untuk pengobatan, biasanya akan diberikan obat anti peradangan non steroid, dan beberapa obat lainnya tergantung tingkat keparahan.Penyakit gout bisa menyerang siapa saja, baik tua maupun muda. Untuk memperkuat diagnosis, Anda bisa melakukan tes darah dan uji fluida. Sedangkan pengobatan bisa dilakukan dengan mengistirahatkan bagian tubuh yang sakit dan mengurangi makanan yang mengandung purin. Sedangkan faktor risiko penyakit osteoarthritis adalah semua orang yang berumur diatas 40 tahun, dimana susunan protein dalam tulang rawan mulai berkurang. Untuk memperkuat diagnosis osteoarthritis adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan cairan sendi, dan tes darah. Sedangkan pengobatan sendiri bisa dilakukan adalah untuk mengurangi rasa sakit, namun jika kondisi kerusakan sangat parah, maka tindakan pembedahan bisa dilakukan.Apa itu Jari Leher Angsa?Oleh dr. Sylvie SakasasmitaJari Leher Angsa = Artritis Reumatoid?

Jari leher angsa yakni kondisi dimana sendi pangkal jari menekuk, buku jari Imenekuk ke arah punggung tangan dan buku jari II menekuk ke arah telapak tangan. Diperkirakan 50% penderita RA mengalami kelainan ini.Kelainan jari leher angsa ini dapat menyebabkan sulitnya menekuk jari yang terkena secara normal sehingga menyebabkan munculnya disabilitas saat melakukan kegiatan sehari-hari seperti berkancing, mengambil gelas, atau mencubit.Mengapa bisa terbentuk jari leher angsa? RA (tersering) Mallet Finger (akibat ruptur tendon pada di daerah jari tangan) Cerebral palsy (karena ketidakseimbangan otot) Penyebab lainnya: kelonggaran lempeng fibrosa pada tangan khususnya pangkal jari atau ligamen jari, spasme otot tangan, dan perubahan posisi pada fraktur tulang tengah jari.Pada RA, terdapat ligamen jari yang teregang akibat peradangan sendi kronis yang terjadi yang lama-kelamaan akan membuat ligamen jari tersebut melemah sehingga ligamen tersebut tidak dapat menjaga posisi jari tetap lurus. Kelemahan ligamen jari ini juga dapat disebabkan adanya kontraksi terus menerus dari otot intrinsik jari yang diakibatkan oleh RA, trauma, dan cerebral palsy.Bagaimana Cara Mendiagnosis Jari Leher Angsa?Pengenalan dari hal yang mendasari munculnya jari leher angsa tidaklah sulit pada kebanyakan penderita. Mekanisme yang mendasari munculnya jari leher angsa dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan yakni, pemeriksaan bentuk tangan, adanya ruptur tendon, fleksibilitas sendi jari, dan pemeriksaan radiografi tangan kadang juga diperlukan.Klasifikasi dari jari leher angsa dibagi menjadi 4: Tipe 1 dan 2 adalah deformitas fleksibel Tipe 3 dan 4 adalah deformitas kaku Dikategorikan tipe 4 bila sudah terdapat kerusakan sendiBagaimana cara mengobati dan merehabilitasinya?Terapi dari jari leher angsa bertujuan untuk memperbaiki kelainan yang mendasari bila memungkinkan. Kelainan ringan dapat diterapi dengan penggunaan bidai jari (bidai cincin), yang memperbaiki kelainan bentuk sementara itu masih memungkinkan seseorang menggunakan tangannya.Sementara itu, kelainan yang berat membutuhkan tindakan pembedahan, di antaranya: Pelepasan kulit Rekonstruksi ligamen dan tendon Penggabungan sendi Penggantian sendi / arthroplasty (penggunaan sendi buatan) yang terbuat dari implan silastik Pada cerebral palsy dengan ketegangan otot diperlukan pemotongan saraf ulnarisKetidakmampuan mencubit dapat diperbaiki dengan pembedahan dengan mengembalikan posisi sendi atau menyambung sendi ibu jari atau jari (arthrodesis interfalangs) ke dalam posisi yang memungkinkan fungsi yang normal.Bagaimana cara untuk mencegah munculnya jari leher angsa?Jari leher angsa dapat dicegah dengan mengobati rheumatoid arthritis.Tentu perlu dihindari cedera pada tangan dan berlatih secara teratur. Menggerakkan jari secara pasif sampai gerakan maksimal yang bisa dilakukan untuk mencegah kekakuan. Bila disadari adanya kelainan bentuk jari secara dini, gunakan bidai jari untuk menjaga sendi jari tetap lurus. Segera periksakan ke dokter sebelum kelainan bentuk jari tersebut menetap. Ketika kelainan bentuk jari itu menetap maka hasil dari terapi menjadi sulit diprediksi.Kompres hangat atau dingin apakah bermanfaat?Kompres hangat dan es dapat mengurangi nyeri dan kekakuan jari RA. Kompres hangat dilakukan selama 15 menit sebelum latihan. Kompres hangat dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah, oksigen dan nutrien ke daerah yang nyeri. Kompres hangat selama beberapa menit setelah latihan juga dapat mengurangi kekakuan.Namun, beberapa pasien RA lebih menyukai kompres dingin, yang dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri dengan mengecilkan pembuluh darah. Dilakukan juga selama 10-15 menit.Harapan kesembuhanBagi penderita jari leher angsa yang masih ringan, perbaikan biasanya mulai dirasakan 8-12 minggu setelah fisioterapi. Sedangkan bagi penderita jari leher angsa yang memerlukan pembedahan, akan mengalami kesembuhan setelah 6 bulan paska pembedahan.REFERENSI1. Steinberg DR. Hand and Finger Deformities. 2008 http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/hand_disorders/hand_and_finger_deformities.html2. Swan Neck Deformity: Causes, Diagnosis and Treatment.2009.3. http://www.joint-pain-expert.net/swan-neck-deformity.html4. Zielman D. Hand and Finger Rheumatoid Arthritis. 20125. http://www.webmd.com/rheumatoid-arthritis/guide/hand-and-finger-ra?page=36. Eorthopod.A Patients Guide to Swan Neck Deformity of the Finger. 20037. http://www.stcroixortho.com/Topic- Detail.aspx?id=69ccdc8b47beee060b775f78b27fa694This entry was posted in Uncategorized on