Artkel 3 Mengelola Persepsi

6

Click here to load reader

description

leadership

Transcript of Artkel 3 Mengelola Persepsi

Page 1: Artkel 3 Mengelola Persepsi

Olah Persepsi bagi Pemimpin

Di dalam hidup masyarakat di Asia, manusia lebih sangat perduli dan berminat

ikut campur ke dalam hidup orang lain. Sejak kecil, anak-anak di Asia mendapat

pendidikan agar mereka menyadari hal tadi. Mereka juga belajar bahwa persepsi

atau penangkapan pikiran orang lain tentang diri kita merupakan hal yang tidak

dapat diabaikan. Orang yang sangat rajin dapat dipersepsi sebagai orang yang

sangat ambisius. Seorang yang sangat tulus dapat dipersepsi sebagai orang yang

sangat lugu. Sedangkan seorang yang sangat terbuka dapat dipersepsi sebagai

orang yang tidak pandai berbasa-basi dan seterusnya. Bahkan, anak belajar bahwa

persepsi tadi bisa sangat merugikan. Seorang yang sebenarnya baik namun

dipersepsi sebagai orang yang culas, akan mengalami kesulitan yang sangat serius

dalam pekerjaan atau hubungannya dengan orang lain.

Karena kenyataan tersebut di atas, maka banyak orang tua membesarkan anaknya

dengan suasana takut kalau-kalau anaknya gagal untuk menjadi peka terhadap

masalah-masalah persepsi di atas. Selain kata-kata dari orang tuanya, orang tua

juga memberikan teladan kepada anak-anak tadi bagaimana mereka pun sangat

takut kalau-kalau muncul persepsi yang salah tentang diri mereka.

Anak-anak yang patuh akan cenderung menerima ajaran orang tua tadi bahkan

lebih jauh lagi, menjadikan urusan persepsi ini fokus hidup mereka juga. Dimasa

kecil mereka tampil sebagai anak yang manis. Sebagai akibatnya, apa yang mereka

kerjakan, apa yang mereka pikirkan dan seluruh sikap mereka terjadi karena

mereka ingin menghasilkan persepsi orang yang positif tentang diri mereka. Di

sekolah, mereka akan mampu menyimak cerita sang Kancil dengan wajah yang

Page 2: Artkel 3 Mengelola Persepsi

intens, padahal sudah dua jam mereka sudah menahan air seninya keluar

sementara menantikan sang kancil mati.

Tidak sedikit pula muncul efek samping. Anak-anak tadi kemudian tumbuh

menjadi orang-orang yang cenderung menyenangkan orang lain dengan

mengabaikan perasaan atau cita-cita diri sendiri. Mereka memilih pacar yang

orang tuanya rekomendasikan atau pak Camat sodorkan. Mereka memilih jurusan

sekolah sesuai keinginan orang tuanya, yang pernah gagal di sekolah itu.

Dari kaca mata orang banyak, mereka adalah orang-orang yang baik, pekerja

keras, dan bersikap positif. Tidak jarang karenanya, mereka mendapat berbagai

imbalan finansial dan sosial karena mereka bersikap seperti itu.

Namun bila digali lebih dalam, ternyata banyak orang-orang seperti itu hidup

dengan ketidak jujuran dengan diri mereka sendiri. Mereka seringkali menderita

dengan diam-diam. Mereka mendengarkan dengan intens suara orang di sekitar

mereka, namun mereka menulikan dirinya kepada suara bathin mereka sendiri.

Mereka juga hidup dalam ketegangan dan dominasi dorongan untuk

mengendalikan banyak hal di dalam hidupnya demi persepsi tadi. Dengan kata

lain, mereka menjadi orang yang tidak bahagia. Bahkan tidak sedikit diantara

mereka hanya mampu menggunakan 20 persen dari potensi mereka karena 80

persen energi kejiwaan mereka digunakan untuk menahan perasaan mereka yang

sesungguhnya.

Darimana ketidakbahagiaan tadi dapat terbaca? Ketika keadaan tidak dapat lagi

dikendalikan, maka orang-orang yang mengidap masalah di atas akan

menampilkan perilaku yang mengejutkan seperti, depresi, peledakan emosi, atau

bahkan sikap sinis pada diri sendiri. Selain itu, masalah seperti tadi membuat

mereka sulit mengalami cinta Allah secara mendalam, karena sedikit banyak

mereka membayangkan Allah, pencipta sebagai Allah yang sungguh menuntut

banyak dari diri mereka. Kesulitan lebih lanjut, terutama dalam hidup iman,

Page 3: Artkel 3 Mengelola Persepsi

mereka juga mengalami hambatan untuk mempercayakan diri lebih penuh pada

perlindungan dan pemeliharaan Nya. Kemudian, tidak jarang merekapun

mengalami kesulitan di dalam menyampaikan cinta atau memberikan cinta kepada

orang-orang terdekat mereka karena bersama dengan cinta tadi mereka akan

menyampaikan rasa takut gagal, takut jujur, dan takut ditolong. Orang-orang

terdekat mereka akan mengalami frustrasi berkepanjangan dalam berdampingan

dengan mereka.

Jadi bagaimana menangani masalah di atas, terutama bila Anda mengidap hal tadi

sementara Anda adalah seorang pemimpin atau calon pemimpin? Di bawah ini

didaftarkan hasil perenungan dan pengalaman pribadi sebagai manusia yang

pernah mengidap masalah tadi.

Pertama-tama, menimbulkan kesadaran dan pengakuan bahwa masalah tadi

memang hadir di dalam hidup Anda akan merupakan titik berangkat proses

pemulihan dari masalah tadi. Tanpa pengakuan tadi dan kesadaran yang

mendalam, maka proses panjang untuk penyembuhan tidak akan terjadi.

Kedua, perlu juga timbul kesadaran bahwa Anda tidak akan pulih dengan cepat

karena imbalan untuk tetap hidup di dalam dominasi persepsi orang akan lebih

nyata daripada imbalan untuk hidup di dalam kejujuran. Selain itu, memulai suatu

hal baru memang tidak enak, karena proses ini tidak segera kelihatan hasilnya.

Apalagi Anda mungkin masih merasa nyaman dengan pola hidup tadi Anggaplah

hal ini seperti sulitnya berhenti adiksi terhadap rokok.

Ketiga, Anda perlu juga mengakui bahwa, Anda tidak dapat menunda proses tadi.

Mulailah segera setelah membaca tulisan ini untuk keluar dari ruang mental yang

membuat Anda nyaman tadi. Tepatnya, keluarlah dari dorongan untuk selalu

menjalani hidup dalam persepsi orang hari ini juga.

Page 4: Artkel 3 Mengelola Persepsi

Keempat, mulailah menyadari dengan meneliti apa yang Tuhan katakan tentang

diri Anda. BagiNya, Anda adalah ciptaanNya yang indah. BagiNya, Anda begitu

berharga sehingga Ia rela memberikan apa yang paling bernilai bagiNya untuk

kepentingan Anda. Bahkan Ia menyebutkan Anda “anakNya.” Bila Anda mulai

menumbuhkan persepsi positif tentang diri Anda ini, maka suatu titik balik dalam

hidup Anda akan terjadi. Orang lain dapat berkata apa saja dan menangkap apa

saja tentang diri Anda. Sebagian besar penangkapan mereka mungkin sekali

keliru. Anda tidak perlu dikendalikan hal tadi. Mengapa? Karena secara hakiki,

Anda adalah mahluk indah ciptaanNya yang Ia sayangi. Sangat bodoh kalau Anda

mengabaikan persepsi Tuhan tentang diri Anda dan mendahulukan persepsi orang

lain yang juga berdosa sebagai dasar pertimbangan Anda.

Kelima, sadarilah bahwa begitu Anda mengubah persepsi tentang diri Anda sendiri

dengan mendasarinya pada persepsiNya, maka ada orang-orang yang akan

mengalami kekecewaan. “Koq dia jadi begini? Dulu apa yang kuminta ia patuhi.

Dulu ia adalah orang yang mudah diajak bekerja sama. Kini koq jadi jauh dari

kita?” Terhadap hal-hal ini bacalah kata-kata mereka dengan kaca mata baru.

Terjemahan kalimat-kalimat di atas adalah “Koq, dia jadi mulai mendengarkan

suara hatinya? Dulu ia bisa kupergunakan. Dulu ia bisa dikendalikan. Kenapa

kini dia jadi orang mandiri?”

Keenam, sadari juga bahwa, setelah membaca tulisan ini kami tidak menganjurkan

Anda untuk menjadi cuek dan egosentris. Dalam berhubungan dengan orang lain

dan diri sendiri serta Allah, setiap saat diperlukan hati yang terbuka untuk belajar.

Keseimbangan juga penting, namun terlebih penting di atas semuanya, seorang

pemimpin perlu untuk hidup agar rencana dan desainNya untuk diri kita

terpenuhi, bukan? (nah, gimana? Saya terasa berkotbah?”)

Page 5: Artkel 3 Mengelola Persepsi
Page 6: Artkel 3 Mengelola Persepsi