Artikel Seni Musik

29
MAKALAH ARTIKEL MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASAR Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pendidikan Seni Musik Dosen Pengampu: Eka Titi Andaryani, S.Pd. M.Pd Oleh: Fajar Mentari 1401413496 Kelas 4E PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Transcript of Artikel Seni Musik

Page 1: Artikel Seni Musik

MAKALAH

ARTIKEL

MENINGKATKAN PROFESIONALITAS

GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASARDisusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah

Pendidikan Seni Musik

Dosen Pengampu:

Eka Titi Andaryani, S.Pd. M.Pd

Oleh:

Fajar Mentari

1401413496

Kelas 4E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: Artikel Seni Musik

MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASAR

Fajar MentariPendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK

Pendidikan seni musik di Sekolah Dasar (SD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dilaksanakan melalui mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Namun, dalam pelaksanaannya mata pelajaran SBK ini hanya diberikan alokasi waktu 2 (dua) jam pelajaran dalam satu minggu ditambah tidak semua guru SD mempunyai keahlian di bidang keterampilan dalam hal ini yaitu pendidikan seni musik, sehingga hasil keluaran pendidikan SBK yakni siswa-siswi SD minim akan katerampilan yang sesuai dengan perkembangannya.Guru sebagai tombak keberhasilan pendidikan seringkali dijadikan penanggungjawab mutlak atas berhasil tidaknya siswa-siswi didiknya. Perkembangan zaman yang semakin maju membawa anak-anak sekarang pun lebih berpikir modern sehingga seringkali meninggalkan keterampilan sesuai perkembangannya seperti halnya dengan lagu anak-anak yang harusnya menjadi ciri keterampilan siswa-siswi SD tetapi mereka lebih hafal dan menyukai lagu-lagu dewasa. Dalam posisi seperti inilah tangan kreativitas dan profesionalitas seorang guru SD diperlukan. Karena mau tidak mau guru harus turun tangan dalam memperbaiki kekurangan ini. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan duru SD dalam meningkatkan profesionalitasnya dalam pembelajaran pendidikan seni musik di SD, diantaranya yaitu memperhatikan tingkat personality guru dari segi fisik maupun nonfisik, merencanakan desain pembelajaran yang matang dan manarik siswa, dan pelaksanaan proses pembelajaran yang lancar dan baik sehingga pembelajaran pendidikan seni musik bisa bermakna bagi siswa-siswi SD. Dengan semakin meningkatnya profesionalitas guru dalam mengajarkan pendidikan seni musik SD harapannya hasil didikan yakni siswa-siswi SD mempunyai keterampilan yang baik dan mumpuni sesuai usia perkembangannya.

Kata kunci: Guru, Profesional, Pembelajaran, Musik, Sekolah Dasar

Page 3: Artikel Seni Musik

PENDAHULUAN

Guru merupakan ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju

mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Meskipun dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi guru tetap penting

karena guru tidak pernah tergantikan dengan teknologi. Guru menduduki posisi

penting dalam perkembangan dunia pendidikan, karena guru memberikan teladan

bagi peserta didiknya yang nantinya membawa pendidikan ini ke tempat yang

lebih maju dengan peserta didik yang telah terdidik dengan baik. Namun, tidak

sedikit pula guru yang bisa menyesatkan peserta didiknya sehingga menyesatkan

perkembangan pendidikan bangsa ini.

Peranan guru yang sangat penting inilah menuntut guru harus mempunyai

keahlian yang lebih dibandingkan profesi yang lain, karena bisa dikatakan nasib

anak bangsa di tangan guru. Dalam hal ini guru minimal harus memiliki tiga kunci

dalam mendidik peserta didiknya, yakni kreatif, professional, dan menyenangkan.

Guru harus kreatif dalam memilah dan memilih serta mengembangkan materi

untuk mengembangkan kompetensi peserta didik. Guru harus professional dalam

membentuk kompetensi peserta didik sesuai tingkat perkembangannya. Kemudian

guru haruslah menyenangkan bagi peserta didiknya sehingga perserta didik

nyaman bila belajar dengan gurunya.

Profesi guru memang sangat rumit bila harus mengerjakan semua

pekerjaan yang cukup berat karena mengajar itu membutuhkan segala persiapan,

pelaksanaan serta evaluasi yang terus berkala. Namun, hal ini harus dilaksanakan

oleh guru dengan sebaik-baiknya. Dan perlu diyakini bahwa semua hal yang

dilakukan ini merupakan syarat menjadi guru yang professional.

Berbicara tentang guru tidak lepas dengan mata pelajaran yang biasa

menjadi bekal yang diajarkan bagi peserta didiknya. Setelah mengupas tuntas guru

dalam pendidikan, sekarang waktunya untuk mengupas tentang mata pelajaran di

sekolah terutama sekolah dasar. Mata pelajaran yang akan dikupas kali ini yaitu

mata pelajaran yang seringkali dijadikan mata pelajaran rekreasi, yakni Seni

Budaya dan Keterampilan (SBK) tepatnya seni musik. Mata pelajaran yang satu

ini sangat tidak sepenuhnya diajarkan dalam sekolah dasar. Karena mata pelajaran

SBK ini disajikan dengan alokasi waktu 2 (dua) jam pelajaran setiap minggu.

Page 4: Artikel Seni Musik

Dengan alokasi yang tersedia dan bahan ajar yang beragam (berbagai seni) pada

umumnya para guru tidak dapat menyelenggarakan pembelajaran sebagaimana

mestinya. Ditambah jika guru yang mengajar tidak mempunya keterampilan yang

lebih dalam bidang seni musik, tentunya pembelajaran seni musik ini akan

berjalan ala kadarnya sehingga kompetensi siswa tidak berkembang. Selain itu,

mengingat pendidikan seni musik tidak masuk dalam Ujian Nasional (UN)

tentunya akan menambah tindak mengesampingkan pendidikan seni musik.

Padahal menurut beberapa ahli, seni musik merupakan sarana paling eferktif

dalam mengembangkan kreativitas. Musik juga dapat dijadikan sebagai sarana

menyalurkan emisi, ekspresi, keterampilan yang sangat cocok dalam usia

perkembangan anak sekolah dasar.

Dunia musik yang semakin berkembang ternyata mempengaruhi selera

musik bagi pendengarnya tidak terkecuali bagi peserta didik di bangku sekolah

dasar. Bahkan selara musik anak-anak zaman sekarang sudah bergeser pada

musik-musik dewasa. Dan tidak sedikit yang membawa pengaruh bagi anak-anak

sebagai pendengarnya. Ditambah khasanah guru dalam mengajarkan lagu-lagu

anak yang sesuai perkembangan mereka yang bisa dikatakan belum mumpuni.

Maka tidak heran jika anak-anak seusia sekolah dasar tidak paham dan tidak

pernah mendengar lagu anak-anak karena mereka lebih mengenal dan sering

mendengan lagu-lagu usia dewasa.

Semua fenomena ini sudah tidak asing lagi di zaman sekarang ini. Sulit

untuk mengetahui siapa yang salah tetapi dalam dunia pendidikan, nasib anak

bangsa terletak di tangan guru. Oleh karena itu, dalam artikel kali ini akan sedikit

dibahas mengenai bagaimana meningkatkan profesionalitas guru sekolah dasar

dalam mengajarkan seni music di sekolah dasar.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendikan Seni Musik di Sekolah Dasar (SD)

Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara

merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak.

Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam

membentuk jiwa dan kepribadian (berakhlak karimah). Hal ini sejalan

Page 5: Artikel Seni Musik

sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato, bahwa pendidikan seni dapat dijadikan

dasar pendidikan, karena untuk membentuk suatu kepribadian yang baik

dilakukan melalui pendidikan seni.

Pendidikan seni di sekolah memiliki fungsi dan tujuan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan agar siswa mampu berkreasi dan peka

dalam berkesenian, atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan

berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena

dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan

terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya. Materi pendidikan

seni di sekolah mencakup seni musik, seni tari, seni drama, dan seni rupa.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006

pendidikan kesenian di SD dilaksanakan melalui mata pelajaran seni budaya dan

ketrampilan, yang di dalamnya mencakup sub mata pelajaran seni rupa, seni

musik, seni tari, dan ketrampilan. Sedangkan standar kompetensi lulusan

pembelajaran seni musik sebagai salah satu mata pelajaran seni budaya dan

ketrampilan di SD adalah: (1) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni

musik dengan memperhatikan dinamika melalui berbagai ragam lagu daerah dan

wajib dengan alat iringan alat musik sederhana daerah setempat; (2)

mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan ansambel sejenis

dan gabungan terhadap berbagai musik/wajib, daerah, dan nusantara; dan (3)

mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan menyanyikan lagu

wajib, daerah, dan nusantara dengan memainkan alat musik sederhana daerah

setempat (Tim Pustaka Yustisia, 2007: 95-96).

Oleh karena itu setelah mengikuti pembelajaran seni musik sebagai salah

satu aspek dalam mata pelajaran seni budaya di SD, siswa diharapkan memiliki

kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya

musik serta berketerampilan yang mencakup segala aspek kecakapan hidup (life

skills) yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan

vokasional dan keterampilan akademik.

Guru Profesional

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbning, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

Page 6: Artikel Seni Musik

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan

pendidikan profesi.

Kedudukan guru sebagai tenaga professional berfungsi untuk

meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, serta meningkatakan mutu

pendidikan nasional.

Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas

pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,

melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru

harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru

cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru

senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor

antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai

dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung

jawab.

Profesionalitas guru sekolah dasar dalam membelajarkan semua mata

pelajaran tidak semuanya berjalan dengan maksimal. Karena tidak semua guru

sekolah dasar mahir di segala bidang walaupun pada hakikatnya guru sekolah

dasar harus menguasai semua bidang ilmu. Dan mata pelajaran yang seringkali

menjadi korban tidak maksimalnya pengajaran di sekolah dasar adalah seni musik.

Karena seni musik yang merupakan bagian dari mata pelajara Seni Budaya dan

Keterampilan ini seringkali mendapat perlakuan yang tidak adil dalam

pengajarannya Karen mungkin pendidikan seni musik ini tidak masuk dalam

Ujian Nasional sehingga menjadi alasan bagi guru untuk melakukannya di bawah

standar keprofesionalitasannya dan mungkin ditambah kurangnya pemahaman

serta keterampilannya terhadap seni musik.

Page 7: Artikel Seni Musik

PEMBAHASAN

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Keyakinan itu muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada

saat meninggal. Semua itu menujukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang

lain dalam perkembangannya.

Pembelajaran seni, budaya, dan keterampilan khususnya pada mata

pelajaran pendidikan seni musik untuk sekolah dasar merupakan pemberian dasar-

dasar musik diantaranya mengenalkan unsur-unsur dasar musik, cara mengolah

vokal, menghafalkan lagu anak-anak dan lagu wajib, memainkan alat-alat musik

sederhana, serta mengaitkan dengan pembelajaran lain yang tergabung dalam

sebuah tema pembelajaran.

Perkembangan zaman membawa masa anak-anak tidak pada tempatnya

karena anak-anak pada zaman sekarang sedikit yang bermain sesuai seusianya

apalagi masukan yang yang diterimanya. Terbukti tidak banyak anak-anak

sekarang yang bermain bersama dengan teman-temannya, mereka lebih sibuk

dengan gadget mereka masing-masing sehingga tidak peduli dengan lingkungan

disekitarnya.

Semakin majunya teknologi ternyata membawa dampak semakin majunya

selera anak-anak, tetapi sangat disayangkan selera mereka terlalu maju sehingga

mereka menyukai hal-hal yang diluar perkembangannya. Bisa diambil contoh

mereka lebih menyukai hal-hal yang berbau percintaan mulai dari musik maupun

tontonan dibandingan mereka menyukai hal-hal seusia mereka. Dan ternyata amat

disayangkan pula di dunia pendidikan sekolah dasar tidak mendukung penuh

dalam menggalakan kembalinya dunia anak-anak kepada peserta didik. Mata

pelajaran yang sifatnya lebih mengembangkan kreativitas anak pun tidak berjalan

dengan maksimal karena faktor-faktor penghambat lainnya.

Sistematika kurikulum SD yang sekarang, dimana pelajaran Seni Budaya

belum dibelajarkan oleh seorang guru bidang studi yang “a field of study” (satu

bidang studi), namun masih ditangani oleh Guru Kelas yang Multidiciplinary,

Page 8: Artikel Seni Musik

maka selama itu pula pembelajaran seni budaya “disamakan saja” dengan

pelajaran yang umum (Bahasa Indonesia, Matematik, IPA, dan sebagainya). Hasil

pembelajarannya pasti “jauh panggang dari api”. Kegiatan belajar akan cenderung

mementingkan deskripsi materi yang bersifat hafalan, lebih mengutamakan

standar hasil, tidak masuk akal, dan mungkin tidak manusiawi karena kejar target

kurikulum semata. Situasi pembelajaran seperti ini jelas tidak menarik, tidak

menumbuhkan pemahaman, dan akan membosankan bagi siswa. Akhirnya hasil

pembelajarannya menjadi kontraproduktif dengan ide pembelajaran yang

terdifrensiasi karena tidak sesuai disiplin ilmunya.

Sungguh sesuatu pemandangan yang melegakan, jika sekiranya pelajaran

seni musik di SD dapat dibelajarkan guru SD secara berdifrensiasi. Sebagaimana

belajar agama yang “diajarkan guru bidang studi agama”, tidak lagi sekedar

menghafal (to memorize) nama-nama Nabi misalnya, melainkan memberikan

pemahaman kepada siswa tentang nilai-nilai humaniora kejuangan spiritual

menegakkan asma illahi dari sejarah kenabian yang dipelajari. Begitu juga dengan

pelajaran Penjasorkes yang diajarkan “guru bidang studi olahraga”, yang bukan

sekedar menyuruh siswa menghafal panjang dan lebar lapangan sepakbola 120 x

90 meter saja, melainkan dengan mengajak mereka bermain sepakbola di

lapangan bersama-sama, guna membangun semangat kerjasama teammwork di

antara siswa. Saat bermain sepak bola, siswa yang satu adalah bagian dari

semangat yang lain untuk suatu tujuan yang diperjuangkan bersama.

Nasib pelajaran musik dalam rumpun “four in one” Seni Budaya di SD

tidak sebaik pelajaran agama dan pelajaran olahraga. Pelajaran seni musik “yang

bukan diajarkan oleh seorang guru bidang studi kesenian” tapi berdampingan

dengan seabrek mata pelajaran umum yang diajarkan Guru Kelas terkesan agak

dipinggirkan. Jangankan hendak menggeser dari pemahaman deskriptif ke

normantif pada tuntutan pelajaran yang terdiferensiasi humanitas, mendudukan

substansi dasar pelajaran musik di SD saja amatlah susah. Bagaimana mungkin

seorang guru SD mampu menggali nilai-nilai moral melalui seni sejak dini,

sementara mengajarkan cara “bernyanyi yang lumayan agak benar” saja sudah

tidak menarik, membingungkan, dan malah membosankan siswa. Notasi musik

(angka atau balok) yang semulanya merupakan jalan untuk membentuk pengertian

Page 9: Artikel Seni Musik

musik justru dijadikan sebagai objek hafalan yang cenderung dideskripsikan

dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan tidak diaplikasikan untuk mendukung

unjuk kebolehan siswa dalam praktek musik yang sebenarnya. Wajar kiranya jika

pelajaran musik “tampa makna ini” akhirnya diberi predikat sebagai pelajaran

“pelengkap”, “pelajaran lapis kedua” atau “pelajaran anak tiri” dari serangkaian

pelajaran umum lain dianggap lebih bermakna dan lebih penting.

Kebanyakan guru kelas yang notabene memang tidak mengerti dengan

esensi pelajaran seni musik di SD mengira bahwa belajar musik hanya sekedar

“bernyanyi bersama”, “sorak-sorak bergembira”, “bertepuk tangan” dan tak jarang

meyuruh siswa menyanyi bebas di depan kelas. Celakanya, ternyata kondisi

pendidikan seni musik yang salah arah dan salah urus ini nyatanya juga belum

banyak disentuh oleh diskusi para pakar dan pemerhati pendidikan, termasuk para

pelaku Pendidikan Seni Budaya itu sendiri. Seharusnya kalangan perguruan

tinggi, guru bidang studi Seni Budaya, para perancang kurikulum dan pemerintah

daerah, perlu duduk bersama untuk mengatasi persoalan pelajaran seni di SD,

kalau memang pendidikan di Indonesia tidak ingin membentuk insan terdidik

yang “pincang”. Sudah banyak penelitian yang membuktikan, jika pendidikan

Indonesia yang terlalu mengutamakan pengembangan aspek penalaran intelektual,

menyebabkan siswa-siswa sekolah dan kaum terpelajar nantinya menjadi tidak

berkarakter, kerap mengalami krisis moral, dan krisis identitas.

Guru sebagai tombak keberhasilan pendidikan maka keberhasilan peserta

didik pun menjadi tanggung jawab guru sehingga dalam kaitan ini akan mengupas

tuntas permasalahan pendidikan seni musik dari sudut pandang guru. Berikut

beberapa langkah yang bisa dilakukan guru dalam meningkatkan profesionalitas

guru SD dalam pembelajaran pendidikan seni musikl di SD yang dapat dilihat dari

beberapa aspek diantaranya:

1.    Personality Guru

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta

didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan

ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena satu

peserta didik dengan peserta didik yang lain memiliki perbedaan yang sangat

mendasar. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan

Page 10: Artikel Seni Musik

kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan

potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan

menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut: (1) orang tua yang

penuh kasih sayang pada peserta didiknya, (2) teman, tempat mengadu, dan

mengutarakan perasaan bagi peserta didik, (3) fasilitator yang selalu siap

memberikan kemudahan, melayani pesera didik sesuai dengan minat,

kemampuan, dan bakatnya, (4) memberikan sumbangan pemikiran kepada

orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan

membantu pemecahannya, (5) memupuk rasa percaya diri, berani bertanggung

jawab, (6) membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan

(bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar, (7) mengembangkan proses

sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya, (8)

mengembangkan kreativitas, (9) menjadi pembantu ketika diperlukan.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus mampu memaknai

pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas

pribadi peserta didik.

Pada akhir-akhir ini pemerintah dalam hal ini Pendidikan Nasional

menggalakkan suatu program sertifikasi, yaitu sebuah program penilaian

terhadap standar profesionalisasi guru yang dikenal dengan sertifikasi guru.

Secara garis besar guru harus menyiapkan hal-hal yang dipersyaratkan dalam

sertifikasi seorang guru, seperti fortopolio aktivitas guru yang telah dilakukan

dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman guru terhadap

kependidikan, proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru untuk

proses pembelajaran, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan untuk lebih

memahami tentang seluk-beluk pendidikan, bahkan sampai ke pelatihan-

pelatihan, guna meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru tersebut.

Pada pembelajaran seni, budaya dan keterampilan khususnya mata

pelajaran pendidikan seni musik dapat dilakukan guru dengan menggunakan

beberapa metode dan pendekatan-pendekatan yang akan menghantarkan

peserta didik kepada pembelajaran pendidikan seni musik yang menyenangkan,

menarik, dan bermakna bagi peserta didik. Dengan memperhatikan personality

guru yang dijabarkan tersebut, guru harus mempersiapkan secara efisien dan

Page 11: Artikel Seni Musik

efektif segenap kemampuan pribadi dan kemampuan akademis. Layaknya

seorang guru yang akan memberikan pembelajaran pendidikan seni musik,

sudah tentu harus mengerti akan basic musik, baik itu mengenai vokal maupun

mengenai permainan atau praktek musik itu sendiri.

Pada pembelajaran pendidikan seni musik di sekolah dasar kemampuan

guru tidak dituntut harus mahir memainkan seluruh alat musik secara

profesional layaknya seorang pekerja seni atau ilmu seni murni (fine art)

ataupun harus menjadi seorang pakar seni baru bisa membelajarkan seni musik,

dan tidak harus menjadi vokalis terkenal dalam menyanyikan lagu-lagu yang

sulit, akan tetapi guru lebih diutamakan berperan sebagai seorang akademisi

yang akan memberikan pengalaman musik sesuai dengan kehidupan peserta

didik di keseharian mereka. Dengan kata lain guru memposisikan dirinya

sebagai ilmu seni terapan (application art).

Pada proses pembelajaran yang diberikan atau ditransfer oleh guru harus

disesuaikan dengan tingkat pernguasaan dan perkembangan siswa. Apa yang

sedang digemari dan berada pada tingkatan apa pola pikir anak pada saat

dilakukan proses pembelajaran, serta apa yang menjadi proritas perkembangan

psikologis seorang peserta didik. Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa

seorang guru harus memperhatikan peserta didik secara individual. Hal ini

menyangkut tingkat perkembangan, permasalahan yang sedang dihadapi dan

lain sebagainya.

Pertumbuhan berfikir anak usia SD  berada pada tingkat berfikir kongkrit

(Piaget), dan menurut Bruner tingkat berfikir anak memiliki dua komponen,

yaitu pembentukan konsep dan tindakan pemahaman konsep.

Kedua ahli ini hampir  sama pendapatnya, yaitu anak usia SD berada pada

tingkat berfikir kongkrit. Implikasi pertumbuhan berfikir anak usia SD ini

menuntut agar dalam pembelajaran dilakukan sebagai berikut:

a) Dalam membahas materi pelajaran dibawa kedalam suasana kongkrit dan

kalau dapat dibawa ke dalam situasi nyata, sesuai dengan pendapat Bruner

cara belajar anak dengan memberi kesempatan pada anak menemukan

konsep dan pemahaman konsep dengan cara anaktif, ekonik dan simbolik.

Page 12: Artikel Seni Musik

b) Bila dalam pembelajaran tidak dapat dibawa ke dalam realita yang

sebenarnya, maka guru harus berupaya mengganti dengan pengganti

suasana yang nyata, berupa penggunaan media pembelajaran. Sebisa

mungkin guru harus berupaya agar dalam proses pembelajaran anak dapat

memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial

atau sumber-sumber sosial di luar dirinya.

 2.   Desain Pembelajaran

Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu

siswa, tujuan, metode, dan evaluasi serta analisis topik. Empat komponen

tersebut dipengaruhi oleh teori belajar dan pembelajaran, sedangkan analisis

topik merupakan desain pembelajaran yang dihasilkan dari disiplin ilmu

tertentu. Untuk mengetahui apa sebenarnya desain pembelajaran dengan

mengacu kepada pendapat Rothwell dan Khazanas, 1992 dalam Dewi Salma

Prawiradilaga (2007:15) dalam bukunya Prinsip Desain Pembelajaran

(Instructional Design Principles) yang mengemukakan bahwa desain

pembelajaran merupakan kegiatan merumuskan desain pembelajaran terkait

dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.

Bagi mereka peningkatan kinerja berarti penginkatan kinerja organisasi. Desain

pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia.

Desain pembelajaran membantu seorang guru dalam dalam proses

pembelajaran yang memiliki tahap segera dan jangka panjang. Kita percaya

kondisi bahwa dalam pembelajaran terdapat kondisi-kondisi internal dan

eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri peserta didik,

sedangkan kondisi eksternal pengaturan lingkungan yang didesain. Kondisi

eksternal inilah yang disebut dengan desain pembelajaran. Untuk itu desain

pembelajaran harus lah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem

agar berhasil mengingkatkan mutu kinerja seorang guru. Desain pembelajaran

yang sistematis dan efektif akan mendorong peserta didik dalam penguasaan

materi pembelajaran. Sebagai contoh, tampilan buku atau modul yang menarik

dapat menimbulkan minat belajar. Sedangkan pengolahan serta penyajian isi

yang menarik dapat membangkitkan rasa ingin tahu yang tinggi.Proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas tersebut tidak menurut apa yang

Page 13: Artikel Seni Musik

sudah digariskan oleh kurikulum. Guru hanya melakukan kegiatan bernyanyi

dimulai dari awal jam pelajaran sampai jam pelajaran berakhir. Pada waktu

diadakan wawancara dengan guru yang bersangkutan beliau mengatakan,”

Saya tidak bisa mengajarkan musik, pak. Seharusnya yang mengajarkan

pendidikan seni musik adalah orang-orang yang pendidikannya seni musik”.

Jadi kami hanya membelajarkan siswa dengan bernyanyi saja, tanpa

mengenalkan mereka dasar-dasar musik itu sendiri. Kalau memang ada lomba

kesenian, kami mengundang dan mendatangkan para praktisi musik untuk

mengajar siswa”.

Pembelajaran musik memang membutuhkan pemahaman guru mengenai

dasar-dasar musik dan mampu memberikan pengalaman musik agar siswa bisa

mengekspresikan dan menyanyikan lagu-lagu sesuai dengan tuntutan

kurikulum. Seandainya kemampuan guru terbatas dalam bidang musik, maka

guru bisa menggunakan berbagai media pembelajaran seperti media audio.

Untuk menyanyikan dan menghafalkan lagu-lagu wajib dan lagu anak-anak

guru bisa menyiapkan tape recorder dan memperdengarkan lagu tersebut

kepada siswa. Setelah itu perlahan-lahan siswa disuruh untuk mengikuti lagu

tersebut sampai mereka hafal irama dan lirik lagu tersebut. Disamping itu guru

melatihkan solmisasi (do, re, mi, fa, so, la, si, do) dengan ketepatan nada yang

diucapkan. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga nada-nada

yang diucapkan dan dibaca oleh peserta didik dapa lengket dipikiran mereka.

Setelah itu baru diajarkan cara membuat ketukan sesuai dengan tempo yang

dituliskan dipartitur lagu.

Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik anak sekolah dasar

yang kecenderungan masih menganut pola pikir kongkrit dan masih dalam

taraf belajar sambil bermain, maka hal ini menjadi bahan untuk guru dalam

membelajarkan pendidikan seni musik sesuai dengan SK, KD, dan indikator

kurikulum untuk membuat desain yang menyenangkan dan bermakna bagi

mahasiswa, dan menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang

merangsang siswa untuk mengikuti pembelajaran. Caranya, dengan menyuruh

siswa melakukan gerakan, dan ekspresi mereka dalam bernyanyi, serta guru

Page 14: Artikel Seni Musik

berusaha mengkondisikan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan

menyenangkan.

Dalam mata pelajaran seni, budaya, dan keterampilan, aspek budaya

tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata

pelajaran seni, budaya, dan keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan

seni yang berbasis budaya.

Pendidikan seni, budaya, dan keterampilan diberikan di sekolah karena

keunikan, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk 

kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar

dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni”.

Pendidikan seni, budaya, dan keterampilan memiliki sifat multilingual,

multidimensional, multikultural. Multilingual bermakna pengembangan

kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan

media seperti: bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya.

Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi

konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi

dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika,

dan etika. Sifat Multikultural mengandung makna pendidikan seni

menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam

budaya nusantara dan manca negara. Hal ini merupakan wujud pembentukan

sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta

toleran dalam masyarakat dan budaya majemuk.

Pendidikan seni, budaya, dan keterampilan memiliki peranan dalam

pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan

kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri

atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik,

logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,

kecerdasan spritual dan moral, kecerdasan emosional.

c.    Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas awal sekolah dasar

menggunakan pendekatan tematik, tanpa melihat adanya batasan yang jelas

diantara mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik,

Page 15: Artikel Seni Musik

dan tidak mengenal batasan-batasan waktu antara satu mata pelajaran dengan

mata pelajaran lain. Pendekatan Tematis juga menggunakan tema sebagai

fokus pembelajaran, dan jaringan tema sebagai keterkaitan fokus dengan mata

pelajaran lain yang mendukung tema yang diberikan kepada peserta didik.

Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya di kelas

harus mempunyai perencanaan yang jelas dan terorganisir, agar bisa

menjalankan tugasnya sebagai transformator dan fasilitator dapat terlaksana

dengan baik di depan kelas, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna dan

menyenangkan bagi peserta didik. Perencanaan yang harus dimiliki oleh

seorang guru berbentuk RPP yang di dalamnya tertuang strategi pembelajaran,

metode pembelajaran, pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam proses

pembelajaran, serta media-media untuk kelancaran proses pembelajaran. RPP

juga berisikan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar. Semua itu diikuti

dengan perumusan indikator yang mengisyaratkan kepada guru tentang

kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi

yang diberikan oleh guru, banyak hal yang bisa dilakukan seperti halnya apa

yang terdapat pada unsur-unsur asesmen, penilaian proses. Guru bisa

melakukan penilaian dengan melakukan dan memperhatikan portofolio peserta

didik. Asesmen ini dilakukan dengan mengacu kepada tiga ranah, yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotor. Dan pada tingkat yang lebih tinggi seorang

guru harus membiarkan peserta didik menilai kerja mereka sendiri, dan

menentukan nilai apa yang semestinya mereka dapatkan (penilaian diri

sendiri). Khusus untuk mata pelajaran SBK lebih penilaian diutamakan terhada

penguasaan kemampuan psikomotor peserta didik.

Pemakaian dan penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran

pendidikan seni musik khususnya, bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan

media-media yang dekat dengan diri peserta didik. Seperti, tepuk tangan,

hentakan kaki, bernyanyi, gerakan tubuh, serta memanfaatkan peralatan-

peralatan bekas, seperti: gelas, botol dan lain sebagainya. Media ini diorganisir

sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat memperolehnya dengan mudah

dan sekaligus membuat mereka menyenangi, dan menyukai kegiatan yang

Page 16: Artikel Seni Musik

dilakukan dan pada akhirnya mereka mau menerima apa materi yang diberikan

oleh guru.

Dalam hal kemampuan memainkan alat musik juga diperagakan mulai

dari unsur pengenalan terhadap alat musik, cara memainkan yang benar, cara

membaca notasi musik, serta memberikan pemahaman terhadap aturan-aturan

atau unsur-unsur dasar dari musik. Bagian yang penting diberikan adalah

latihan harus dilakukan secara bertahap-tahap, berulang-ulang, dan sepotong-

sepotong sampai peserta didik bisa memahami dan mengerti cara membaca dan

memainkan alat musik.  

SIMPULAN

Guru merupakan ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju

mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Peranan guru yang sangat

penting inilah menuntut guru harus mempunyai keahlian yang lebih dibandingkan

profesi yang lain, karena bisa dikatakan nasib anak bangsa di tangan guru. Dan

mata pelajaran lah yang menjadi senjata bagi guru dalam mendidi serta mengajar

siswa-siswinya.

Guru Sekolah Dasar (SD) menjadi penentu keberhasilan pendidikan

peserta didik. Dan mata pelajaran yang seringkali dikesampingkan yaitu

pendidkan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) yang hanya diberiakna alokasi

waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) tahun 2006 mata pelajaran SBK di dalamnya mencakup sub

mata pelajaran seni rupa, seni musik, seni tari, dan ketrampilan.

Pendidikan seni musik yang menjadi bahasan dalam artikel ini dirasakan

kurang maksimal dalam pengajaran maupun hasilnya. Dikarenakan oleh pengaruh

perkembangan zaman yang semakin maju dan tentunya karena kurangnya

profesionalitas dan kreativitas guru dalam mendidik dan mengajar pendidikan seni

musik di SD kepada peserta didiknya. Untuk mencegah dan menanggulangi

ketidakmaksimalnya hasil pembelajaran pendidikan seni musik di SD maka dalam

hal ini perlunya perbaikan dari segi tangan kreativitas dan profesinalitas guru.

Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan duru SD dalam meningkatkan

pofesionalitasnya dalam pembelajaran pendidikan seni musik di SD, diantaranya

Page 17: Artikel Seni Musik

yaitu memperhatikan tingkat personality guru dari segi fisik maupun nonfisik,

merencanakan desain pembelajaran yang matang dan manarik siswa, dan

pelaksanaan proses pembelajaran yang lancar dan baik sehingga pembelajaran

pendidikan seni musik bisa bermakna bagi siswa-siswi SD. Dengan semakin

meningkatnya profesionalitas guru dalam mengajarkan pendidikan seni musik SD

harapannya hasil didikan yakni siswa-siswi SD mempunyai keterampilan yang

baik dan mumpuni sesuai usia perkembangannya.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2006. Standar Isi Kurikulum KTSP SD. Diunduh dari

http://www.sekolahdasar.net/2012/08/download-standar-isi-kurikulm-

ktsp-sd.html

UM. 2012. Wawasan Konsep Pendidikan Seni. Diunduh dari

http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/BAB-I.docx.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelaran (Intructional

Design Pinciple). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Utomo, Udi. 2007. Model Pengembangan Materi Pembelajaran Seni Musik di

SD/MI Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Diunduh dari

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/download

Depdinas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan

Seni Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

_____. ____. Kiat-Kiat Menyampaikan Pembelajaran Seni Musik di SD. Diunduh

dari http://gurupintar.ut.ac.id/download/doc_download/95-kiat-kiat-

menyampaikan-pembelajaran-seni-musik-di-sd.html.

Utomo, Fajar. 2013. Pendidikan Seni Musik di SD. Diunduh dari

http://blog.uad.ac.id/fajar12005076/2013/11/07/pendidikan-seni-musik-

di-sd/.

Desyandri. 2008. Problematika Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar.

Diunduh dari https://desyandri.wordpress.com/2008/12/22/1/.

Page 18: Artikel Seni Musik

Naisah. 2013. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan

Menggunakan Pendekatan Inkuiri di Sekolah Dasar. Pontianak:

Universitas Tanjungpura.

Suharto. 2012. Problematika Pelaksanaan Pendidikan Seni Musik di Sekolah

Kejuruan Non Seni. Diunduh dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135934&val=5651.