artikel pertumbuhan ekonomi

4
 JAKARTA. Melemahnya permintaan global akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia. Alhasil, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terpengaruh. Karena itu, Bank Indonesia (BI) memperkiraan tahun 2012 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia aka n ada di level 6,5%. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menjelaskan, selain karena melambatny a permintaan global, pertumbuhan ekspor juga melambat seiring dengan penurunan permintaan komoditas di pasar internasional. Alhasil, pada tahun ini BI memperkirakan ekspor hanya akan tumbuh sekitar 10,6% - 11,1% dari tahun 2011 l alu. Meski begitu, Darmin masih yakin konsumsi rumah tangga dan investasi swasta masih akan tumbuh tinggi tahun ini, sehingga bisa mengkompensas i perlambatan pertumbuhan ekspor. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM dengan menaikkan harga BBM bersubsidi dan Tarif Tenaga Listrik (TTL) juga diyakini BI akan bisa mengerem konsumsi rumah tangga dan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat. Tapi, "Kalau ada Bantuan Langsung Tunai, (daya beli masyarakat) itu masih bisa dipertahankan, maka pertumbuhan ekonomi masih bisa 6,5%," jelas Darmin saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (8/3). BI juga melakukan evaluasi terhadap prospek neraca pembayara n Indonesia tahun 2012. Ini dilakukan untuk menentukan asumsi nilai tukar rupiah. Berdasarkan evaluasi BI, prospek neraca pembayaran Indonesia secara umum masih cukup baik meski transaksi berjalan terus akan defisit. Menurut Darmin, ada beberapa faktor penyebab terjadinya defisit neraca transaksi berjalan, diantaranya defisit neraca migas yang terlalu besar. Saat ini, total nilai ekspor migas dan nilai impornya sudah lebih besar impor. "Kalau tidak ada koreksi terhadap BBM dalam negeri, maka neraca perdagangan akan terus defisit," ujarnya. Darmin beralasan, defisit neraca perdagangan migas akan menggerus neraca pembayaran. Kecuali,  jika arus modal asing yang masuk dalam bentuk penanaman modal langsung asing (FDI) bisa melampaui alias lebih besar dari defisit ini. Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi membuat impor barang modal dan bahan baku penolong meningkat. Pasalnya, selama ini barang modal dan bahan baku penolong belum banyak yang diproduksi di dalam negeri. Darmin memperkirakan, dalam jangka pendek neraca perdagangan masih akan membukukan surplus. Tapi, "Itu akan berlangsung pada semester II, sedangkan pada semester I tekanannya cukup besar," ujarnya. Defisit neraca pembayaran otomatis akan menekan nilai tukar rupiah. Darmin bilang, sepanjang Januari-Februari 2012 rata-rata nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.020 per US$. "Kami memperkirakan nilai tukar 2012 ada di kisaran Rp 8.900-Rp 9.200 per US$, dengan kecenderungan semester I akan meningkat lebih ke batas atas dan untuk semester II akan mendekati batas bawah," terang Darmin. Untuk asumsi inflasi, jika pemerintah melakukan pembatasa n BBM, semula BI memperkirakan angka inflasi ada di level 4,4%. Tapi, dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dan

Transcript of artikel pertumbuhan ekonomi

Page 1: artikel pertumbuhan ekonomi

5/14/2018 artikel pertumbuhan ekonomi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pertumbuhan-ekonomi 1/4

 

JAKARTA. Melemahnya permintaan global akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Alhasil, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terpengaruh. Karena itu, Bank Indonesia (BI)

memperkiraan tahun 2012 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di level 6,5%.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menjelaskan, selain karena melambatnya permintaan

global, pertumbuhan ekspor juga melambat seiring dengan penurunan permintaan komoditas di

pasar internasional. Alhasil, pada tahun ini BI memperkirakan ekspor hanya akan tumbuh sekitar

10,6% - 11,1% dari tahun 2011 lalu.

Meski begitu, Darmin masih yakin konsumsi rumah tangga dan investasi swasta masih akan tumbuh

tinggi tahun ini, sehingga bisa mengkompensasi perlambatan pertumbuhan ekspor. Kebijakan

pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM dengan menaikkan harga BBM bersubsidi dan Tarif 

Tenaga Listrik (TTL) juga diyakini BI akan bisa mengerem konsumsi rumah tangga dan berdampak

pada penurunan daya beli masyarakat.

Tapi, "Kalau ada Bantuan Langsung Tunai, (daya beli masyarakat) itu masih bisa dipertahankan, maka

pertumbuhan ekonomi masih bisa 6,5%," jelas Darmin saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI,

Kamis (8/3).

BI juga melakukan evaluasi terhadap prospek neraca pembayaran Indonesia tahun 2012. Ini

dilakukan untuk menentukan asumsi nilai tukar rupiah. Berdasarkan evaluasi BI, prospek neraca

pembayaran Indonesia secara umum masih cukup baik meski transaksi berjalan terus akan defisit.

Menurut Darmin, ada beberapa faktor penyebab terjadinya defisit neraca transaksi berjalan,

diantaranya defisit neraca migas yang terlalu besar. Saat ini, total nilai ekspor migas dan nilai

impornya sudah lebih besar impor. "Kalau tidak ada koreksi terhadap BBM dalam negeri, maka

neraca perdagangan akan terus defisit," ujarnya.

Darmin beralasan, defisit neraca perdagangan migas akan menggerus neraca pembayaran. Kecuali,

 jika arus modal asing yang masuk dalam bentuk penanaman modal langsung asing (FDI) bisa

melampaui alias lebih besar dari defisit ini.

Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi membuat impor barang modal dan bahan baku

penolong meningkat. Pasalnya, selama ini barang modal dan bahan baku penolong belum banyakyang diproduksi di dalam negeri. Darmin memperkirakan, dalam jangka pendek neraca perdagangan

masih akan membukukan surplus. Tapi, "Itu akan berlangsung pada semester II, sedangkan pada

semester I tekanannya cukup besar," ujarnya.

Defisit neraca pembayaran otomatis akan menekan nilai tukar rupiah. Darmin bilang, sepanjang

Januari-Februari 2012 rata-rata nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.020 per US$. "Kami memperkirakan

nilai tukar 2012 ada di kisaran Rp 8.900-Rp 9.200 per US$, dengan kecenderungan semester I akan

meningkat lebih ke batas atas dan untuk semester II akan mendekati batas bawah," terang Darmin.

Untuk asumsi inflasi, jika pemerintah melakukan pembatasan BBM, semula BI memperkirakan angkainflasi ada di level 4,4%. Tapi, dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dan

Page 2: artikel pertumbuhan ekonomi

5/14/2018 artikel pertumbuhan ekonomi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pertumbuhan-ekonomi 2/4

 

TTL, maka inflasi diperkirakan sekitar 6,8% - 7,1%.

Darmin bilang kalau pemerintah menaikkan harga BBM Rp 1.000 per liter, inflasi bisa naik ke level

6,8%. Tapi, jika pemerintah menerapkan subsidi konstan sebesar RP 2.000 per liter, memang ada

peluang penghematan subsidi BBM. "Tapi inflasi kita di level 7,1%," katanya.

Sumber: http://nasional.kontan.co.id/news/bi-perkiraan-pertumbuhan-ekonomi-tahun-ini-

65/2012/03/08 

Page 3: artikel pertumbuhan ekonomi

5/14/2018 artikel pertumbuhan ekonomi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pertumbuhan-ekonomi 3/4

 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 diperkirakan stabil

Senin, 21 Nopember, 2011 - 19:35

Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012

diperkirakan masih tetap stabil dan mampu bertahan dari gejolak ekonomi

yang melanda Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

"Pertumbuhan diprediksi untuk tetap baik sampai akhir 2011 dan sepanjang 2012, didukung

oleh konsumsi dan investasi swasta," ujar Kepala Ekonom HSBC untuk wilayah

Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan India, Leif Eskesen, dalam pemaparan di

Jakarta, Senin.

Leif menjelaskan, momentum pertumbuhan di Asia sedikit mengalami penurunan, akibatkrisis utang di Eropa, kenaikan harga minyak serta terganggunya rantai distribusi akibat

bencana di Jepang.

Namun, ia mengemukakan, sektor konsumsi domestik di negara-negara Asia termasuk 

Indonesia, menjadi salah satu pengaman dalam menjaga ketahanan ekonomi secara

keseluruhan dan berlindung terhadap dampak krisis secara langsung.

"Konsumsi domestik dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi dan tentunya didukung

dengan kebijakan moneter yang akomodatif," ujar Leif.

Selain itu, ia mengemukakan, tingkat investasi swasta juga diperkirakan makin meningkatterutama bagi Indonesia dan India karena saat ini Asia merupakan wilayah yang paling

menjanjikan untuk berinvestasi.

Menurut Leif, basis konsumsi domestik yang didukung demografi penduduk merupakan

salah satu pemicu investor untuk berinvestasi di Indonesia.

"Untuk menarik investor, pemerintah juga perlu menyelesaikan beberapa hal yang berkaitan

dengan reformasi struktural, seperti UU ketenagakerjaan, kebijakan yang memudahkan untuk 

melakukan bisnis dan melakukan pembenahan infrastruktur," katanya.

Selain itu, ia melanjutkan, potensi resiko eksternal yang meningkat pada pasar modal dan

saham karena arus modal masuk juga dapat diantisipasi dengan cadangan devisa Indonesia

yang masih memadai.

Namun, dengan pertumbuhan yang diperkirakan masih stabil, lanjut dia, pemerintah patut

mewaspadai tingginya laju inflasi pada tahun depan.

"Laju inflasi dapat menjadi `potential risk` dan patut diwaspadai. Untuk itu dibutuhkan

kebijakan moneter yang tepat dalam penentuan suku bunga dan mendukung pertumbuhan

ekonomi," ujarnya.

Page 4: artikel pertumbuhan ekonomi

5/14/2018 artikel pertumbuhan ekonomi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/artikel-pertumbuhan-ekonomi 4/4

 

Leif memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya mencapai 6,4 persen

meski ada kemungkinan untuk lebih tinggi lagi.

Sedangkan pada 2012, didorong oleh kinerja sektor domestik dan investasi yang makin

meningkat, pertumbuhan ekonomi diprediksi akan stabil pada angka 6,7 persen.

(T.S034/A026)

http://www.pajak.go.id/content/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-2012-diperkirakan-stabil