Artikel Masyarakat Urban

58
KONSUMERISME DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT URBAN (STUDI KASUS MASYARAKAT PERKOTAAN DI KECAMATAN SENEN JAKARTA PUSAT) DISERTASI Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Doktor dalam bidang Ilmu Budaya dan Media Oleh : BIBIT SANTOSO 09/294118/SMU/00740 SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012

description

sdgsdfg

Transcript of Artikel Masyarakat Urban

Page 1: Artikel Masyarakat Urban

i

KONSUMERISME DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT URBAN

(STUDI KASUS MASYARAKAT PERKOTAAN

DI KECAMATAN SENEN JAKARTA PUSAT)

DISERTASI

Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh

Gelar Doktor dalam bidang Ilmu Budaya dan Media

Oleh :

BIBIT SANTOSO 09/294118/SMU/00740

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2012

Page 2: Artikel Masyarakat Urban
Page 3: Artikel Masyarakat Urban

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Disertasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Page 4: Artikel Masyarakat Urban

INTISARI

Berangkat dari keingintahuan peneliti untuk mengetahui berbagai

permasalahan tentang kosumerisme yang mempengaruhi kehidupan masyarakat

urban di Kecamatan Senen Jakarta Pusat, oleh karena itu penelitian ini bertujuan

untuk(1) mengidentifikasi proses menurunnya nilai-nilai budaya yang

mempengaruhi konsumerisme kehidupan masyarakat perkotaan (2) memahami

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kehidupan masyarakat kota terutama

pada masyarakat Kecamatan Senen Jakarta Pusat, dan (3) menemukan beberapa

pengaruh konsumerisme dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Senen.

Metode penelitiannya adalah metode kualitatif yaitu suatu proses penelitian

dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang meneliti suatu fenomena

sosial dan masalah manusia. Pada metode ini peneliti membuat suatu gambaran

secara menyeluruh, meneliti hasil laporan yang dibuat secara resmi oleh

Pemerintah Daerah Kecamatan Senen Jakarta Pusat, dari pandangan responden,

melakukan studi pada fakta-fakta yang ditemukan di lapangan melalui

dokumentasi, wawancara dan observasi dilapangan.

Penelitian ini menemukan hasil bahwa adanya pengaruh signifikan media

televisi terhadap kebiasaan konsumerisme sehari-hari. Televisi merupakan faktor

yang dominan dalam kehidupan masyarakat urban Kecamatan Senen karena baik

anak-anak muda maupun orang dewasa selalu menonton televisi sehingga apa

yang ditayangkan di media televisi termasuk media cetak menjadi dominan dalam

kehidupan masyarakat urban. Jumlah penduduk diperkirakan akan meningkat

lebih cepat karena sulitnya mencari pekerjaan yang layak , muncul banyaknya

pengangguran, dampaknya sering terjadi pencurian , hal ini berpengaruh pada

faktor keamanan masyarakat sehingga masyarakat menjadi kurang nyaman dalam

kehidupan sehari-hari.

Ditemukan bahwa penggunaan radio dan internet tidak ada pengaruh yang

signifikan kepada seluruhnya .Pada umumnya masyarakat lebih banyak

menonton televisi, karena masyarakat merasa lebih praktis dan ekomonis. Dalam

penelitian ini Pasarmodern (Mall) dan pasar tradisional menunjukkan hasil yang

sama yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara pasar modern dan

tradisional terhadap konsumerisme .

Kata Kunci: Konsumerisme, Keamanan Masyarakat, Television, Gerakan Politik

Page 5: Artikel Masyarakat Urban

PENGANTAR

1.1. Latar Belakang

Akibat era globalisasi yang ditandai dengan Triple T yaitu perkembangan

Teknologi informasi dan komunikasi, Transportasi serta Tourisme

mengakibatkan penyerapan budaya lain diantaranya budaya konsumerisme

dalam berbagai bentuk. Proses seperti ini juga terjadi dalam masyarakat

Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Konsumtivisme yang menurut Featherstone ,

Mike ( 2007 ) adalah merupakan faham untuk hidup konsumtif , sehingga

orang dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika

membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada

barang tersebut atau konsumsi yang mengada-ada akibat dari pengaruh media

massa baik media cetak maupun media elektronik yang kemudian istilah

tersebut berubah bentuk karena sering digunakan menjadi konsumerisme.

Konsumerisme menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah faham atau

idiologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau

menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang - barang hasil produksi

secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan .Sifat

konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang sadar

menjangkit manusia dalam kehidupannya. Penggunaan kata konsumtivisme

belakangan ini telah disalah kaprahkan menjadi konsumerisme seperti ilmuwan

seperti Tocqueville, Aleixis de, yang menyatakan bahwa dampak

Page 6: Artikel Masyarakat Urban

konsumerisme yang tumbuh dan tak terkontrol ditengah masyarakat

mennyebabkan adanya kemiskinan relative ( relative deprivation ) ( Alemberte

,1991 ) . Dalam kondisi krisis ekonomi yang di alami Indonesia saat ini,

menurut Suparlan, tidak nampak adanya perasaan krisis, malahan

konsumerisme terus meningkat ( Suparlan, 2003 ) Pernyataan itu sejalan

dengan pendapat Kartjono yang menyatakan bahwa perkembangan politik

yang sekarang ada di Indonesia, antara lain adalah menimbulkan nilai – nilai

dalam budaya dan konsumerisme. Pada masa lalu ditekankan oleh pemerintah

untuk melaksanakan pola hidup sederhana namun sekarang ini menjadi suatu

hal yang paradox. Disatu sisi masyarakat dihimbau untuk mengikuti pola hidup

sederhana, namun disisi lain masyarakat banyak dipengaruhi oleh budaya

konsumerisme dimana masyarakat cenderung ingin memenuhi kebutuhan semu yang

mestinya tidak diperlukan. Hal ini adalah karena bukan saja faktor struktural namun

juga lebih diakibatkan oleh faktor kultural Bangsa Indonesia yang mempunyai nilai

nilai budaya welcome sejak jaman penjajahan Belanda.

Teori globalisasi muncul sebagai akibat perkembangan di dalam teori

sosial, khususnya reaksi terhadap perspektif sebelumnya seperti teori

modernisasi (Tiryakian, 1992). Di antara karakteristiknya yang menjadi ciri

teori ini adalah bias Barat: kemajuan perkembangan di Barat dan gagasan

bahwa seluruh dunia tidak memiliki banyak pilihan kecuali semakin mirip

dengan Barat. Kendati ada beberapa versi teori globalisasi, terdapat

kecenderungan di hampir semua teori tersebut untuk menjaga jarak dramatis

dari fokus di Barat dan menelaah tidak hanya proses-proses transnasional yang

Page 7: Artikel Masyarakat Urban

mengalir ke berbagai penjuru namun juga, pada batas-batas tertentu, yang

otonom dan independen dari bangsa atau wilayah dunia (Appadurai, 1995).

Globalisasi dapat dianalisis secara kultural, ekonomi, politis, dan atau

institusional. Pada masing-masing kasus, perbedaan utamanya adalah apakah

orang melihat semakin besarnya homogenitas atau heterogenitas. Pada kutub

ekstrem, globalisasi kebudayaan bisa dipandang sebagai ekspansi transnasional

kode-kode dan praktik utama (homogenitas) atau sebagai proses dimana input-

input lokal dan global berinteraksi untuk menciptakan semacam pasthice, atau

campuran, yang mengarah ke berbagai persilangan kultural (heterogenitas).

Kecenderungan ke arah homogenitas sering kali diasosiasikan dengan

imperialisme kultural, dari kebudayaan tertentu.( Ritzer , George dan Douglas J.

2011)

Memasuki zaman Revolusi Industri, dan didorong oleh sejumlah masalah

dan prospek, teori sosiologi telah lama menyimpan “bias produktivitas.” yaitu

teori-teorinya yang cenderung memfokuskan perhatiannya pada industri,

organisasi industri, kerja dan pekerja. Hal ini paling kelihatan dalam teori

Marxian dan neo-Marxian, meski juga dapat ditemukan pada teori-teori lain,

seperti pemikiran Durkheim tentang pembagian kerja. Karya Weber tentang

kelahiran kapitalisme di Barat dan kegagalannya berkembang di belahan dunia

lain, analisis Simmel terhadap tragedi kebudayaan yang diakibatkan oleh

proliferasi produk yang dihasilkan manusia, minat Mazhab Chicago pada kerja,

dan perhatian teori konflik terhadap hubungan antara pekerja dengan

Page 8: Artikel Masyarakat Urban

karyawan, pemimpin dan pengikut, dan lain sebagainya. Perhatian yang jauh

lebih sedikit diberikan konsumsi dan konsumen. Ada perkecualian seperti

karya terkenal Veblen , Thorstein (1899/1994) tentang “konsumsi berlebihan”

dan pemikiran Simmel tentang uang dan gaya, namun mayoritas teoretisi sosial

tidak terlalu banyak membicarakan konsumsi ketimbang produksi.

Konsumerisme merupakan bahaya besar bagi substansi etis dan sosial bangsa

Indonesia.

Cultural studies merupakan suatu pembentukan wacana, yaitu “kluster “

(atau bangunan) gagasan-gagasan, citra-citra dan praktek-praktek, yang

menyediakan cara-cara untuk membicarakan topik, aktivitas sosial tertentu atau

arena institusional dalam masyarakat. Cara-cara tersebut dapat membentuk

pengetahuan dan tindakan yang terkait dengannya (Hall, 1997a: 6). Cultural

studies dibangun oleh suatu cara berbicara yang tertata perihal objek-objek

(yang dibawahnya sebagai permasalahan) dan yang berkumpul disekitar

konsep-konsep kunci, gagasan-gagasan dan pokok-pokok perhatian. Selain itu,

cultural studies memiliki suatu momen ketika dia memaknai dirinya sendiri,

meskipun penamaan itu hanya menandai penggalan atau kilasan dari suatu

proyek intelektual yang terus berubah hal ini dikemukakan Barker , Chris ( 2011)

.Kajian ini adalah mengamati fenomena media dengan pendekatan nilai – nilai budaya

salah satunya adalah televisi yang mempunyai dampak terhadap konsumerisme dalam

masyarakat Senen sehingga terjadi penurunan nilai – nilai budaya .

Menurut Marcuse, Hebert (1964), seorang pemikir kritis sekolah

Frankfurt Jerman, di dalam masyarakat Indonesia muncul kebutuhan-

Page 9: Artikel Masyarakat Urban

kebutuhan semu, yang pada dasarnya tidak terlalu dibutuhkan. Eksistensi

kebutuhan semu ini, kemudian membuat masyarakat Indonesia senang

menikmati dan mengambil apa saja, memudar daya kritisnya, serta gemar

mempercepat proses dan menyukai hal-hal yang berbau instan dan cepat.

Ketiga hal inilah yang menandai konsumerisme (Soedjatmiko, 2008).

Dampak sosial dari konsumerisme pun tidak terelakkan terjadi pada

masyarakat Indonesia. Tocqueville , Alexis de menyatakan konsumerisme yang

tumbuh tak terkontrol di tengah masyarakat menyebabkan adanya relative

deprivation (kemiskinan relatif) (Alemberte, 1991). Maksudnya, sekelompok

masyarakat merasa miskin bukan karena keadaan riil materi dan finansialnya

yang anjlok, tetapi dengan membandingkan kehidupannya dengan kehidupan

kelompok masyarakat lain yang menurutnya jauh lebih nikmat (Wells, 2001:

29).

Dalam proses perubahan masyarakat urban dikarenakan interaksi dari

globalisasi yang merupakan kekuatan pendorong dan faktor kekuatan lokal

sebagai akibat beberapa proses yang berbeda dalam perubahan masyarakat

urban.Urbabisasi terjadi ketika kota mulai berkembang disebabkan beberapa

kota atau desa-desa yang berada disekitarnya (Pacione, 2009).

Setiap masyarakat yang sedang membangun akan mengalami masa

transisi yang menunjukkan pola perkembangan karena dipengaruhi oleh

masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik serta keamanan. Salah satu gejala

serta masalah yang akan diuraikan dalam tulisan ini adalah perubahan nilai-

Page 10: Artikel Masyarakat Urban

nilai budaya dalam masyarakat Indonesia yang kini sedang mengalami transisi.

Sejalan dengan proses pembangunan dan modernisasi di Indonesia yang

memanfaatkan teknologi modern, terjadilah pergeseran nilai-nilai kebudayaan.

Yang dimaksud dengan teknologi modern adalah teknologi yang berasal

dari negara-negara industri maju seperti Amerika Utara, Eropa Asing, Jepang,

Korea Selatan, dan sebagainya. Nilai-nilai budaya di Indonesia yang tradisional

sedang menghadapi tantangan-tantangan dan penurunan nilai-nilai budaya.

Sejalan dengan penurunan nilai-nilai budaya tersebut muncul gaya hidup

dengan falsafah konsumen atau yang disebut konsumerisme yang terlihat

dimana-mana, utamanya di kota-kota besar di Indonesia.

Produsen pun saat ini bersaing menghasilkan suatu benda yang memiliki

segmentasi kelas. Benda maupun produk yang dikonsumsi saat ini merupakan

perangkat kebutuhan tertier seperti handphone, mp3 player, notebook, dan

aksesoris pakaian dengan merk ternama sampai kepada menghabiskan waktu

luang di sebuah klub yang menyajikan musik hingar bingar. Aktivitas

konsumsi masyarakat urban tidak hanya mengkonsumsi benda, namun lebih

dari itu mereka mengkonsumsi makna-makna dibalik kepemilikan suatu benda.

Makna-makna yang dimaksud berkaitan dengan kepemilikan suatu benda dan

kesan yang muncul dari kepemilikan benda tersebut. Konsumsi menjadi

aktivitas utama dan juga menjadi wacana di dalam konteks sosio kultural

masyarakat urban. Munculnya berbagai merk ternama dari suatu benda

merupakan strategi politik yang ditujukan kepada masyarakat urban agar

Page 11: Artikel Masyarakat Urban

tercipta suatu pembentukan strata sosial dan citarasa disaat kepemilikan

maupun penggunaan produk tersebut.

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam

kehidupannya, sekelompok manusia yang saling membutuhkan tersebut akan

membentuk suatu kehidupan bersama yang disebut dengan masyarakat.

Masyarakat itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang

sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama

(Koentjaraningrat, 2005).

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan diri

dengan lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk

meningkatkan kualitas hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya

merupakan sistem adaptif karena masyarakat merupakan wadah untuk

memenuhi pelbagai kepentingan dan tentunya untuk dapat bertahan namun

disamping itu masyarakat sendiri juga mempunyai pelbagai kebutuhan yang

harus dipenuhi agar masyarakat tersebut dapat hidup terus.

Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini sering dibedakan

antara mayarakat urban atau yang sering disebut dengan masyarakat kota

dengan masyarakat desa. Pembedaan antara masyarakat kota dengan

masyarakat desa pada hakikatnya bersifat gradual, agak sulit memberikan

batasan apa yang dimaksud dengan perkotaan karena adanya hubungan antara

konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang dinamakan

Page 12: Artikel Masyarakat Urban

urbanisme dan tidak semua tempat dengan kepadatan penduduk yang tinggi

dapat disebut dengan perkotaan.

Pada masyarakat kota ada beberapa ciri-ciri yang menonjol yaitu (1)

masyarakat kota mempunyai jalan pikiran rasional yang menyebabkan

interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan

daripada faktor pribadi; (2) jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan

pentingnya faktor waktu sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting

untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu; dan (3)

perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota

biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar.

Beberapa ciri-ciri masyarakat kota yang selalu berusaha meningkatkan

kualitas hidupnya dan terbuka dalam menerima pengaruh luar tersebut

menyebabkan teknologi terutama teknologi informasi berkembang dengan

pesat dalam masyarakat kota karena bagi masyarakat kota penggunaan

teknologi informasi di segala bidang telah sangat signifikan meningkatkan

kualitas kehidupan mereka (Sukanto, 2006).

Masyarakat urban cenderung melakukan sifat-sifat konsumerisme akibat

berbagai tawaran baik melalui media massa,media electronik seperti televisi,

radio, internet maupun berbagai barang yang ditawarkan di pusat perbelanjaan

dan pasar-pasar modern. Masyarakat urban cenderung membeli barang-barang

yang diminati sehingga hasil kerja hanya digunakan untuk menikmati produk

(Kartjono, 1984).

Page 13: Artikel Masyarakat Urban

Hal ini merupakan gaya hidup masa kini dimana orang membeli barang

namun tidak dipakai atau orang hanya ingin memiliki kemudian

menggudangkan barang-barang tersebut. Huat , Chua Beng (2003) berpendapat

bahwa kemungkinan sebagai konsekwensi mereka yang tinggal di negara yang

berupa pulau kecil seperti Singapura memperlakukan kegiatan masyarakat

sudah mempunyai peraturan yang dibuat sejak tahun 1959 untuk memelihara

kekuasaan sebagai bagian dalam pemerintahan saat itu.

Nilai-nilai budaya tradisional di Indonesia sedang menghadapi tantangan-

tantangan dan penurunan nilai-nilai budaya. Gaya hidup dengan falsafah

konsumen atau yang disebut konsumerisme terlihat dimana-mana, utamanya di

kota-kota besar di Indonesia. Pengamatan itu sejalan dengan pendapat

Kartjonodi diatas yang menyatakan bahwa perkembangan politik yang

sekarang ada di Indonesia, antara lain menimbulkan polusi budaya dan

konsumerisme.

Mengingat hal itu, dalam proses modernisasi di Indonesia memanfaatkan

teknologi modern. Sejalan dengan hal tersebut, konsumerisme juga tersebar,

terutama di kota-kota besar di Indonesia. Di dalam modernisasi terselip

falsafah konsumerisme, yang mengajar orang menjadi konsumtif supaya layak

disebut modern. Dalam kondisi krisis ekonomi yang dialami Indonesia saat ini,

menurut Suparlan, tidak tampak adanya perasaan tengah mengalami krisis,

malahan konsumerisme terus meningkat (Suparlan, 2003).

Page 14: Artikel Masyarakat Urban

Kondisi masyarakat desa yang kurang mampu dan tidak mempunyai

pekerjaan tetap, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di desa menjadi awal

ketertarikannya pada kehidupan di kota. Sebagian besar masyarakat desa

berpendapat bahwa kehidupan di kota lebih menjanjikan, sehingga niat untuk

bekerja dan mengadu nasib di kota menjadi pilihan. Pada umumnya mereka

bekerja sebagai karyawan swasta, buruh bangunan atau industri, pelayan,

pedagang dan sebagainya walau ada sebagian kecil yang menjadi pegawai

pemerintah. Johnson, Lousise C (2009) mengutarakan bahwa apa yang dilihat

dari beberapa kunci kontribusi muncul beberapa pertanyaan tentang seni

masyarakat urban adalah disiplin, yang dihasilkan melalui penelusuran

beberapa konsep dan perbedaan yang terdahulu untuk melihat disiplin yang

berasal dari budaya kapitalis.

Selama bertahun-tahun persentase perpindahan penduduk dari desa ke

kota didominasi oleh masyarakat yang selain kurang mampu juga tidak

memiliki ketrampilan untuk modal dalam bekerja. Namun pada

kenyataannya, untuk mendapat pekerjaan yang layak di kota tidaklah mudah

seperti yang diharapkan. Sebaliknya bagi orang-orang kota yang memiliki

modal membeli tanah di desa dengan membuka usaha untuk menambah

penghasilan dengan cara diantaranya membangun vila-vila, perumahan,

lapangan golf dan lain-lain sehingga mengakibatkan perbedaan sosial yang

menyolok.

Dalam pembentukan masyarakat urban dapat menghilangkan sasaran,

Page 15: Artikel Masyarakat Urban

hal ini merupakan salah satu pernyataan yang sangat menarik dari Hall ,Sir

Peter (2010) bahwa kota-kota yang akan datang akan dikelola agar dapat

memberikan gambaran yang sangat efektif, berlipat ganda namun sering tidak

dapat dikonsumsi perencanaan nilai-nilai kebudayaannya. Hall, Peter Sir

membuat suatu pengertian dalam uji coba kepribadian yang terkenal dan

catatan sejarah dan mendapatkan tempat yang baik.

Pemukiman masyarakat menunjukkan bahwa hanya sekitar 7 (tujuh) %

dari total perumahan yang disediakan pemerintah dan masih banyak

masyarakat urban yang kurang mampu untuk dapat memiliki rumah

walaupun dengan cara direlokasi dan dengan berbagai pertimbangan dalam

pembayaran (Mitlin and Satterthwaite, 2004).

Berkembangnya konsumerisme di Indonesia ini tidaklah tanpa sebab.

Globalisasi yang dimulai sejak awal abad ke-20 merupakan titik awal

berseminya konsumerisme di Indonesia. Konsep pasar bebas sebagai anak

kandung paham neoliberalisme yang terkandung dalam globalisasi, disebut-

sebut menjadi penyebab semua ini. Pemodal asing yang tidak percaya pada

peraturan pemerintah terhadap pasar mengakibatkan terjadinya banyak

deregulasi di berbagai sektor. Tujuannya adalah untuk memudahkan para

pemodal asing masuk ke pasar Indonesia. Dalam globalisasi dan resikonya

menunjukkan bahwa kegagalan dari teori monopoli modal dan imperialisme

dikategorikan oleh Gilroy‟s sudah tepat dan juga sebagai salah satu titik

kelemahan dari bantuan penting seperti apa yang dikatakan Giddens, Lash,

Page 16: Artikel Masyarakat Urban

Urry dan Castells (Robotham, 2005).

Pemerintah Indonesia membuka peluang bagi investor asing untuk

mengembangkan modalnya di berbagai bentuk industri.

Berbekal media dan budaya, para pemodal asing menanamkan beragam

nilai-nilai dari ideologi mereka yang bermuara pada pembentukan kesadaran

semu masyarakat Indonesia. Di sisi lain, pebisnis domestik yang mulai

menerapkan nalar ekonomi dengan prinsip optimalisasi keuntungan, pun

mulai menguat dengan terus-menerus mengembangkan bisnis yang berlisensi

asing, contohnya adalah MRA Group.

Dalam kajian yang dilakukan Wijendaru, Andini perluasan bisnis

berkelanjutan yang dilakukan MRA Group dipandangnya sebagai bentuk

hegemoni. MRA Group yang mengawali bisnisnya dengan membuka Hard

Rock Café yang menggunakan lisensi asing, pada beberapa tahun setelahnya,

mulai mengembangkan diri dengan mengembangkan bisnis media yang juga

berlabel asing. Radio Hard Rock FM dan MTV Sky, majalah Cosmopolitan

maupun Cosmo Girl, semuanya dimiliki MRA Group. Melalui beragam

media tersebut, MRA Group menanamkan kebiasaan bersenang-senang

kepada masyarakat Indonesia, khususnya kalangan menengah ke atas, dengan

pembuatan hiburan sebagai salah satu kebutuhan manusia dalam mengisi

waktu luang.

Dengan pemantapan ideologi tersebut, maka terbentuklah kesadaran

semu masyarakat dalam bentuk hasrat konsumsi berlebihan atas artifak-

Page 17: Artikel Masyarakat Urban

artifak budaya pop Asing yang ditawarkan MRA Group sebagai barang

dagangannya. Masyarakat pun tidak menyadari bila sebenarnya mereka

sedang dieksploitasi secara ekonomi. Menurut Soerawidjaja dalam Wijendaru

bahwa etika kapitalis adalah bagaimana menciptakan sebuah keyakinan

sehingga orang yang dieksploitasi tidak merasakan sakitnya (Wijendaru,

2004: 90-117)

1.2. Rumusan Masalah

Sebagai salah satu dampak Revolusi Industri, banyak orang pada abad

ke-19 dan 20 tercerabut dari rumah mereka di desa dan pindah ke perkotaan.

Migrasi besar-besaran ini terutama disebabkan oleh pekerjaan yang ditawarkan

sistem industri diwilayah perkotaan. Namun hal ini melahirkan kesulitan bagi

mereka, karena harus menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Selain itu,

ekspansi kota menimbulkan masalah-masalah perkotaan yang seakan tiada

ujungnya seperti kepadatan penduduk, polusi, kebisingan, lalu lintas, dan lain

sebagainya. Sifat kehidupan kota dan masalah yang dihadapinya menarik

perhatian beberapa sosiolog awal Amerika, Mazhab Chicago, yang sebagian

besar didefinisikan perhatiannya pada kota dan minatnya dalam menggunakan

Chicago sabagai laboratorium tempat meneliti urbanisasi dan masalah-

masalahnya.(Ritzer ,George dan Douglas J. 2011.)

Kemajuan di bidang teknologi dan ekonomi cenderung akan

mempengaruhi,bahkan seringkali mempengaruhi kebudayaan asli suatu negara,

bangsa dan masyarakat. Di dalam modernisasi terkandung falsafah

Page 18: Artikel Masyarakat Urban

konsumerisme, yang mengajarkan orang menjadi konsumtif supaya layak

disebut modern. Pihak asing yang tidak percaya pada peraturan pemerintah

terhadap pasar mengakibatkan terjadi banyak deregulasi pada berbagai sektor.

Muncul kebutuhan-kebutuhan semu, yang pada dasarnya tidak terlalu

dibutuhkan.

Menurut Ian Connel dalam tulisannya yang berjudul “Berita televisi dan

kontrak sosial” bahwa,„Ketidakberpihakan‟ berita televisi dan peristiwa sosial-

politik mutakhir kini secara luas dipandang sebagai mitos. Kritik standar ini

biasanya diketengahkan dalam kaitan dengan „bisa‟ dan „pemutarbalikan‟.

Dalam artikel ini, saya membantah pernyataan dan implikasi dari pandangan

ini. Dalam pelbagai kajian luas, gambar dan ketajaman presentasi visual foto

yang dikontruksi oleh praktek jurnalistik dikatakan memberikan memberikan

deskripsi „berat sebelah‟ (biased) atau „terjadi penurunan‟ tentang realitas

objektif dan independen; deskripsi tentang fakta (accounts) itu „berat sebelah‟

atau terjadi penurunan karena diarahkan oleh sekumpulan ide dominan dan

berlaku umum,yang diaktakan ‟dimiliki‟ dengan cara sederhana oleh kelompok

ekonomi atau politik yang berkuasa.

Dampak sosial dari konsumerisme pun tidak terelakkan terjadi pada

masyarakat Indonesia. Konsumerisme tumbuh dan berkembang tidak mungkin

tanpa media. Kecenderungan untuk hidup berlebihan yang sebelumnya terbatas

pada golongan kaya, namun kini telah menyebar di kalangan menengah.

Implikasinya pada masyarakat urban terjadi gejala ekonomisme (economism)

Page 19: Artikel Masyarakat Urban

serta penurunan nilai dan kapasitas ekonomi individu. Berangkat dari keingin-

tahuan inilah yang menjadi pokok permasalahannya “Bagaimana agar

masyarakat Kecamatan Senen tidak terpengaruh oleh media sehingga

mengakibatkan menjadi masyarakat konsumerisme sehingga terjadinya

penurunan nilai-nilai budaya dan sosial ekonomi”.

Penelitian ini berusaha menjelaskan bagaimana dampak konsumerisme

terhadap nilai nilai budaya masyarakat dan bagi kehidupan sosial dan ekonomi

masyarakat urban di Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Untuk memudahkan

penulisan dan pemaparan disertasi ini maka, saya mengemukakan 3 (tiga)

permasalahan pokok sebagai berikut yaitu:

a. Bagaimana konsumerisme beroperasi dalam praktek-praktek budaya pada

masyarakat ekonomi kelas bawah,masyarakat ekonomi kelas menengah

dan mayarakat ekonomi kelas atas di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat ?

b. Memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumerisme

dalam kehidupan masyarakat kota, terutama pada masyarakat Kecamatan

Senen Jakarta Pusat?

c. Penemuan dampak fenomena yang terjadi pada media utamanya televisi

sehingga menurunkan nilai-nilai budaya masyarakat akibat konsumerisme

yang mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat urban di

Kecamatan Senen Jakarta Pusat?

Hal inilah yang menjadi alasan untuk dikemukakan peneliti yang

dipandang menarik, penting dan perlu diteliti. Tiga permasalahan pokok

Page 20: Artikel Masyarakat Urban

tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Senen

sehingga menjadi masyarakat yang konsumerisme sebagai akibat dari pengaruh

media massa yang dikonsumsi. Kajian ini mengemukakan tesis bahwa untuk

mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh konsumerisme masyarakat

Senen sehingga terhindar dari menurunnya nilai-nilai budaya bangsa Indonesia

dan mencegah terjadinya kemiskinan akibat terpengaruh salah satunya yang

paling dominan yaitu media televisi.

1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai tingkat konsumerisme dalam kehidupan masyarakat

perkotaan di Kecamatan Senen Jakarta Pusat, perlu dilakukan terhadap kondisi

obyektif di lapangan sehingga akan dihasilkan suatu kajian yang berkualitas.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh H.W. Dick dalam konsumerisme bahwa

pada tahun 1960 sampai tahun 1976 memperoleh hasil dimana pengeluaran

masyarakat jumlahnya mencapai sebesar dua kali lebih cepat didaerah urban

20 % didaerah pedesaan dan lebih cepat lagi yaitu di Jakarta yang mencapai

50 % tentunya termasuk di Kecamatan Senen. Sepengetahuan peneliti bahwa

konsumerisme dalam kehidupan masyarakat urban di Kecamatan Senen Jakarta

Pusat sampai saat ini belum pernah diteliti dampaknya terhadap-terhadap

kebudayaan dan kehidupan ekonomi masyarakat perkotaan dalam rangka

mendukung ketahanan ekonomi wilayah.

1.4. Manfaat Penelitian

Besar harapan penulis agar pembahasan dalam penelitian ini dapat

Page 21: Artikel Masyarakat Urban

berguna dan bermanfaat untuk tiga hal sebagai berikut :

a. Kegunaan teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat dengan

mencontohkan hal-hal yang menjadi permasalahan konsumerisme yang

dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat ibu kota yang di

representasikan oleh Kecamatan Senen.

b. Kegunaan praktis agar dapat menentukan manfaat khususnya bagi

pengambil kebijaksanaan dibidang konsumerisme masyarakat urban.

c. Penelitian ini untuk mengindentifikasikan faktor-faktor yang ada kaitannya

dengan konsumerisme sehingga dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi

suatu masyarakat.

Atas dasar tersebut maka masyarakat Daerah Ibukota perlu mengambil

langkah-langkah antisipasi yang strategis terhadap gejala konsumerisme,

karena pengaruh dari konsumerisme akan berakibat pada masyarakat itu

sendiri, dimana masyarakat merasakan dampak yang ditimbulkan.

Pandangan di atas memberikan gambaran bahwa masyarakat akan

menanggung akibat buruk dari konsumerisme, kondisi ekonomi dan taraf hidup

masyarakat akan menurun. Konsumsi masyarakat dan daya beli masyarakat

meningkat, tetapi berakibat pada produktivitas masyarakat yang rendah, hal ini

akan berimbas pada kinerjayangjuga berimbas pada ketahanan pangan negara,

sehingga ketahanan pangan menjadi menurun.

Dalam hal ini pemerintah sudah berupaya untuk menekan laju

konsumerisme, tapi disisi lain pemerintah juga membutuhkan pemasukan

Page 22: Artikel Masyarakat Urban

berupa PAD guna mendukung pertumbuhan perekonomian daerah.

Pertumbuhan perekonomian daerah ini sejalan dengan berdirinya pasar-

pasar modern yang melemahkan pasar-pasar tradisional. Hal ini

mengakibatkan tingkat konsumtif masyarakat semakin terpacu untuk

berlomba-lomba membeli sesuatu meskipun hal tersebut tidak

dibutuhkannya.

Hal inilah yang menjadi permasalahan yang mana disatu sisi

pemerintah membuka jalan dalam berinvestasi, disisi lain pemerintah perlu

memikirkan agar masyarakat jangan sampai terpuruk perekonomiannya

akibat dari konsumerisme yang berlebihan, berujung pada penurunan

Ketahanan Nasional Bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah perlu

memperbesar peran masyarakat dan YLKI yang berfungsi mengontrol setiap

barang yang beredar di pasar, sehingga masyarakat tidak terpengaruh oleh

hal-hal negatif yang ditimbulkan oleh meluasnya iklan-iklan barang yang

dijual produsen.

Ini merupakan bukti sinergitas antara masyarakat, YLKI dan lembaga

pemerintah dalam mengatasi dampak konsumerisme yang negatif bagi

masyarakat. Namun demikian tidak cukup oleh pemerintah saja yang harus

bertindak akan tetapi harus disertai peran aktif dari seluruh elemen masyarakat

dalam membantu agar tidak terbawa oleh arus negatif.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menemukan

Page 23: Artikel Masyarakat Urban

dan menjelaskan masalah utama yaitu konsumerisme dalam kehidupan

masyarakat perkotaan Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Secara khusus tujuan

penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dinyatakan di atas

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengidentifikasiproses penurunan nilai-nilai budaya yang

dipengaruhi konsumerisme dalam kehidupan masyarakat perkotaan di

Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.

b. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi konsumerisme

kehidupan masyarakat kota terutama pada masyarakat Kecamatan Senen

Jakarta Pusat.

c. Untuk menemukan pengaruh konsumerisme dalam kehidupan sosial dan

ekonomi masyarakat Senen.

2.1. Landasan Teori

2.2.1. Cultural Studies

Cultural studies tidak akan mampu mempertahankan namanya tanpa

fokus pada kebudayaan. Sebagaimana dinyatakan Hall, „Yang saya maksud

dengan kebudayaan di sini adalah lingkungan aktual untuk berbagai praktek,

representasi, bahasa dan adat istiadat masyarakat tertentu. Yang dimaksudkan

adalah berbagai bentuk akal sehat yang saling kontradiktif berakar sangat

mendalam, serta membantu membentuk, kehidupan orang banyak‟ (Hall,

1996c: 439). Kebudayaan terkait dengan pertanyaan tentang makna sosial

yang dimiliki bersama, yaitu berbagai cara kita memahami dunia ini. Tetapi,

Page 24: Artikel Masyarakat Urban

makna tidak semata-mata mengawang-awang „diluar sana‟; melainkan,

mereka dibangun melalui tanda, khususnya tanda-tanda bahasa.

Cultural studies menyatakan bahwa bahasa bukanlah media netral bagi

pembentukan makna dan pengetahuan tentang dunia tentang objek

independen yang „ada‟ di luar bahasa, tetapi ia merupakan bagian utama dari

makna dan pengetahuan tersebut. Jadi, bahasa memberi makna pada objek

material dan praktek sosial yang di berikan oleh bahasa kepada kita sehingga

membuat kita bisa memikirkannya dalam konteks yang dibatasi oleh bahasa.

Proses-proses produksi makna merupakan praktek yang signifikan dalam

memahami kebudayaan yang berarti mengeksplorasi bagaimana makna yang

dihasilkan secara simbolis dalam bahasa sebagai suatu „sistem signifikan‟.

Bagian terbesar cultural studies terpusat pada pertanyaan tentang

representasi, yaitu bagaimana dunia ini dikonstruksi dan direpresentasikan

secara sosial kepada dan oleh kita. Bahkan unsur utama cultural studies dapat

dipahami sebagai studi atas kebudayaan sebagai praktek yang signifikan

dalam representasi. Ini mengharuskan kita mengeksplorasi pembentukan

makna tekstual. Ia juga menghendaki sensasi dan makna cultural yang

memiliki materialitas tertentu, mereka melekat pada bunyi, prasasti, objek,

cerita, buku, majalah, dan program televisi. Mereka diproduksi, ditampikan,

digunakan dan dipahami dalam konstek sosial tertentu.( Barker ,Chris. 2011)

Cultural studies menempatkan perhatiannya pada tiga masalah yang

terkait satu sama lain “produksi makna cultural, analisis tekstual makna-

Page 25: Artikel Masyarakat Urban

makna ini, dan studi kebudayaan yang dijalani dan pengalaman yang dijalani”

(Denzin, 1992: 34). Karya dalam bidang ini diarahkan pada seluruh bentuk

budaya, termasuk “karya seni, musik populer, sastra populer, berita, televisi,

dan media massa” (Denzin, 1992: 76). Studi atas bentuk-bentuk cultural ini

banyak dipengaruhi oleh teori-teori seperti posturkulturalisme dan

postmodernisme, dan Denzin berupaya mengasosiasikan interaksionalisme

simbolis dengan studi dan teori ini.

Menurut Denzin, seharusnya interaksionisme simbolis memainkan

peran lebih besar dalam cultural studies daripada sekarang ini. Satu masalah

dasar adalah bahwa interaksionisme simbolis cenderung mengabaikan

gagasan yang menghubungkan “symbol” dengan “interaksi”-“komunikasi”

(yang merupakan pokok perhatian utama cultural studies). Denzin berusaha

meluruskan duduk perkara ini:

Dalam upaya mengiring kalangan interaksionis simbolis kepada

perspektif cultural studies, saya memilih memusatkan perhatian pada

istilah yang hilang dan tidak terteorikan dalam perspektif mereka.

Tentu saja, terdapat paradoks di sini; karena komunikasi adalah

interkasi dan agar interaksi dapat berjalan, pihak-pihak yang

berinteraksi harus berkomunikasi.( Ritzer ,George dan Douglas J.

2011.)

2.2.2. Konsumerisme

Konsumerisme awalnya dari kata konsumtivisme yang menurut

Featherstone , Mike ( 2007 ) adalah faham untuk hidup konsumtif. Momen

konsumsi menandai salah satu proses dimana dibentuk sebagai pribadi-

pribadi. Apa artinya menjadi satu pribadi, subjektivitas, dan bagaimana

Page 26: Artikel Masyarakat Urban

mendeskripsikan diri kepada orang lain, indentitas, menjadi bidang perhatian

utama cultural studies selama era 1990-an. Dengan kata lain, cultural studies

mengeksplirasi bagaimana menjadi sosok seperti adanya sekarang, bagaimana

diproduksi sebagai objek, dan bagaimana kita mengidentifikasi diri (atau

secara emosional menamakan diri) dengan deskripsi-deskripsi sebagai laki-

laki atau perempuan, hitam atau putih, tua atau muda.

Sebuah argumen, yang dikenal dengan antisendialisme, menyatakan

bahwa identitas bukanlah sesuatu yang eksis; tidak memiliki kualitas

universal atau esensial. Ia merupakan hasil konstruksi dekstruktif, produk

diskursus atau cara bertutur yang terarah tentang dunia ini. Dengan kata lain,

identitas itu dibentuk, diciptakan ketimbang ditemukan, oleh representasi,

terutama oleh bahasa.

Permainan bahasa, politik, posisionalitas, pembentukan wacana,

kebudayaan, kehidupan sosial, praktik signifikasi, representasi, materialisme

kultural, ekonomi politik, nonreduksionisme, formasi sosial, artikulasi,

kekuasaan, budaya pop, ideologi, teks, audien aktif, karakter polisemi,

subjektivitas, identitas, antiesensialisme dan diskusrus adalah sekumpulan

konsep teoritis yang ingin dieksplorasi dan dimasukkan oleh cultural studies

kontemporer ke dalam dunia sosial. Pada tahap ini tidak mengaitkan konsep-

konsep spesifik dengan penulis-penulis tertentu, meskipun pada bab

berikutnya demikian, karena dalam satu hal, mereka adalah „hak milik‟

kolektif cultural studies. Tak dapat disangkal, para penulis cultural studies

Page 27: Artikel Masyarakat Urban

memiliki perbedaan dalam hal bagaimana menjelaskan konsep-konsep

tersebut dan konsep mana yang paling signifikan, karena cultural studies

adalah ruang bagi debat dan argumen yang sehat (yang kadang-kadang

memang kasar, riuh dan penuh permusuhan).( Barker , Chris 2011)

Menurut Habermas, Jurgen (1964), Etika berkaitan dengan konsensus,

tentunya karena etika dihasilkan melalui diskursus untuk memperoleh

kesepakatan bersama mengenai apa yang baik.Problemnya adalah ketika

diskursus tersebut disandarkan pada tubuh dan konsumsi, maka obsesi atas

penampakan tubuh, dan bagaimana tubuh dilihat seolah-olah semakin

menemukan alasannya. Super-ego yang didasarkan konsumsi, tentu akan

menimbulkan represi yang berbasis konsumsi pula.

Simbol dan nilai tubuh dikelompokkan, selanjutnya membaginya ke

tingkatan-tingkatan sosial, barang atau bentuk tubuh tertentu mencerminkan

yang kelas sosial pemiliknya. Karena wacana tubuh itu demikian dominan,

mulai melupakan nilai-nilai yang lain, terbelenggu bahwa tubuh adalah satu-

satunya media aktualisasi diri, penampilan adalah segalanya.

Rahmanto Andre (2009) menuturkan, ditinjau dari perspektif

komunikasi, dapat dilihat konsumerisme sebagai dampak dari upaya

pemasaran produsen melalui berbagai media. “Media sendiri saat ini

mengalami peluasan begitu pesat sehingga pesan untuk beli, beli, dan beli

itu ada di mana saja,” tuturnya.

Page 28: Artikel Masyarakat Urban

Melalui paradigma kritis dalam kerangka Teori Kritis Sekolah

Frankfurt, khususnya Teori Kritis Marcuse , Hebert (1964) tentang ”Manusia

Satu Dimensi,” penelitian ini berupaya memahami dan menjelaskan mengapa

penderitaan rakyat kecil masih juga berlangsung (Soedjatmiko, 2008).

2.2.3. Materialisme

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa

dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah

satu. Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal

yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua

hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.

Materi adalah satu-satunya substansi. Sebagai teori materialisme termasuk

paham ontologi monistik. Materialisme berbeda dengan teori ontologis yang

didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan

tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme

(Drijarkara, 1966: 57-59).

“Materialism belongs to the class of monistontology. As such, it is

different from ontological theories based on dualism or pluralism. For

singular explanations of the phenomenal reality, materialism would be in

contrast to idealism, neutral monism and spiritualism.”

2.2.4. Teori Media

Marshall McLuhan dari University of Toronto (1965), pernah

mengatakan bahwa “the medium is the mass-age”. Media adalah era massa.

Maksudnya adalah bahwa saat ini kita hidup di era yang unik dalam sejarah

peradaban manusia, yaitu era media massa. Terutama lagi, pada era media

Page 29: Artikel Masyarakat Urban

elektronik seperti sekarang ini. Media pada hakikatnya telah benar-benar

mempengaruhi cara berpikir, merasakan, dan bertingkah laku manusia itu

sendiri. Kita saat ini berada pada era revolusi, yaitu revolusi masyarakat

menjadi massa, oleh karena kehadiran media massa.

McLuhan memetakan sejarah kehidupan manusia ke dalam empat

periode: a tribal age (era suku atau purba), literate age (era literal/huruf), a

print age (era cetak), dan electronic age (era elektronik). Menurutnya, transisi

antar periode tadi tidaklah bersifat gradual atau evolusif, akan tetapi lebih

disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi. Inti dari teori McLuhan

adalah determinisme teknologi. Maksudnya adalah penemuan atau

perkembangan teknologi komunikasi itulah yang sebenarnya mengubah

kebudayaan manusia. Jika Karl Marx berasumsi bahwa sejarah ditentukan

oleh kekuatan produksi, maka menurut McLuhan eksistensi manusia

ditentukan oleh perubahan mode komunikasi.

METODE PENELITIAN

3.1. Pemilihan Lokasi

Secara geografis, letak wilayah Kecamatan Senen Jakarta Pusat menjadi

strategis karena berada ditengah-tengah kota Jakarta yang merupakan bagian dari

kota metropolitan. Wilayah ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi

dimana hampir 50% merupakan warga pendatang (urban). Selain itu, sebagian

besar masyarakat Kecamatan Senen Jakarta Pusat baik pendatang (urban) maupun

pribumi merupakan masyarakat kalangan ekonomi menengah kebawah dengan

Page 30: Artikel Masyarakat Urban

penghasilan rata-rata masih dibawah standar kelayakan hidup dikota besar.

Dengan pesatnya kemajuan teknologi dan pembangunan berbagai sarana

kebutuhan masyarakat seperti tempat perbelanjaan modern (mall, super market,

cafe), hotel berbintang, sarana hiburan dan juga sarana komunikasi serta media

informasi sangatlah mudah didapat dan pasar tradisional juga masih ada.

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Kelompok

masyarakat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok masyarakat kelas

bawah, masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas atas. Hal ini menjadi

pertimbangan peneliti karena wilayah Jakarta Pusat merupakan tolok ukur

diwilayah Ibukota yang merupakan lokasi strategis terhadap pengaruh media

massa dan pusat perbelanjaan di ibukota sehingga dapat diamati bagaimana

konsumerisme mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

Masyarakat Kecamatan Senen tinggal diberbagai tempat dan juga ada

yang diperkampungan, pendatang yang kost maupun datang dari berbagai

tempat dimana mempunyai berbagai macam profesi ada yang pedagang kaki

lima seperti pedagang bakso, mie goreng, es, dan lain-lain serta ada yang usaha

kecil kecilan di kampung-kampung, ada juga masyarakat kelas menengah

karena sudah punya tempat tinggal yang layak dan bermobil. Sedang

pengusaha menengah tersebut mayoritas berada dipusat pembelanjaan Senen,

seperti penjual atribut TNI, penjual sepatu, berbagai kebutuhan electronik

seperti komputer, Radio, televisi, air condisioner, tas-tas dan lain sebagainya.

Sementara masyarakat kelas atas adalah mereka yang sudah mampu

menyewa ruangan-ruangan di Plaza Atrium Senen yang beromset besar mulai

Page 31: Artikel Masyarakat Urban

dari onderdil mobil, makanan, grosir, pakaian untuk yang berharga tinggi

karena menggunakan merk-merk terkenal. Ada juga pengusaha hotel, restoran,

perbengkelan, perbankkan, toko buku, penjualan sepeda motor, dan lain-lain.

3.2.Metode Penelitian yang digunakan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu suatu proses

penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Pada metode ini peneliti membuat suatu

gambaran secara menyeluruh, meneliti hasil laporan resmi yang dibuat oleh

Kecamatan Senen, dari pandangan responden, dan melakukan studi pada fakta-

fakta yang ditemukan dilapangan. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi

alamiah dan bersifat penemuan. Yang menjadi obyek penelitian adalah masyarakat

ekonomi kelas bawah, menengah dan atas jumlahnya 32 orang dilaksanakan

selama 3 bulan mulai tanggal 25 April 2011 sampai dengan tanggal 25 Juli 2011.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen kunci dan dalam penelitian

ini penulis menggunakan 3 (tiga) cara antara lain: Dokumentasi, Observasi dan

Wawancara

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Landasan teori Cultural Studies yang mengatakan bahwa Cultural

Studies agar fokus pada kebudayaan supaya dapat mempertahankan namanya

dapat berkembang, teori konsumerisme yang berasal dari kata „konsumtivisme‟

Page 32: Artikel Masyarakat Urban

yaitu kebutuhan yang mengada-ada sudah sesuai dan teori materialisme bahwa

materialisme adalah segala-galanya relatif dan teori media yang mengatakan

bahwa sekarang ini adalah The Mass age telah terjadi dan akan berkembang

pesat.

Berdasarkan data-data dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa

masyarakat Kecamatan Senen Jakarta Pusat adalah masyarakat yang sebagian

besar merupakan pendatang (urban) yang datang dari berbagai suku di

Indonesia pada awalnya pergi ke kota dengan tujuan untuk mencari nafkah

demi penghidupan yang lebih baik dibanding ketika masih berada di kampung

halaman, walaupun hanya bermodalkan tekat dan merasa yakin akan kehidupan

yang lebih baik.

Ada beberapa masyarakat yang berhasil dalam meraih penghidupan

dengan segala kebutuhannya yang serba tercukupi diantaranya ditemukan

peneliti dilapangan seorang penjual beras dengan penghasilan tiap bulannya

lebih dari 10 Juta rupiah, akan tetapi sebagian besar masyarakat urban berada

dalam kondisi tidak seperti apa yang diharapkan ketika mereka berangkat ke

kota.

Masyarakat Kecamatan Senen mayoritas adalah masyarakat yang kelas

ekonominya menengah kebawah, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian dan

hasil informasi dari pejabat resmi yang mendata masyarakat Kecamatan Senen.

Arus globalisasi yang melanda di berbagai negara yang salah satunya

juga terjadi di Indonesia, juga memberikan pengaruh yang sangat luas dan

Page 33: Artikel Masyarakat Urban

signifikan terhadap kenaikan harga produk-produk kebutuhan masyarakat yang

tidak diimbangi oleh meningkatnya penghasilan khususnya kalangan

masyarakat ekonomi menengah kebawah apalagi bagi masyarakat yang

berdomisili di kota besar seperti masyarakat Kecamatan Senen yang rata-rata

ber-wira swasta manjadikan beban yang semakin berat dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun kondisi seperti itu bagi sebagian besar masyarakat Kecamatan

Senen tidak menjadi tolok ukur dalam mengendalikan keinginan untuk

memiliki apa yang diinginkan atau pun mengikuti gaya yang modern sesuai

penghasilannya tanpa harus mengorbankan kebutuhan lainnya. Ditemukan

beberapa contoh dan fakta pengamatan saat peneliti berada di lokasi yaitu

mulai dari hobby belanja di mall, jajan di Mc Donald, model pakaian,

perhiasan dan aksesoris lainnya yang mereka gunakan seakan-akan terbawa

oleh pengaruh perkembangan masyarakat kota yang sebenarnya, tak luput juga

alat komunikasi hand phone, kendaraan dan gaya rambut selalu berubah-ubah

mengikuti perkembangan yang mereka lihat dan saksikan dari berbagai media

massa maupun elektronika khususnya televisi.

Berdasarkan pengamatan peneliti tentang pengaruh media televisi adalah

bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Senen terbawa perkembangan

lingkungan karena media massa khususnya Televisi sehingga mempengaruhi

gaya hidupnya sehari-hari. Mereka juga terpengaruh oleh apa-apa yang

ditawarkan di mall-mall/pusat perbelanjaan maupun apa-apa yang ditawarkan

Page 34: Artikel Masyarakat Urban

di pasar-pasar tradisional karena Televisi merupakan media yang mencakup

audiens yang sangat luas, sehingga sering dimanfaatkan oleh pemasar untuk

memasarkan produk atau jasa dengan kegiatan periklanan.

Iklan mampu memberikan informasi, mengingatkan, hingga

mempersuasi pemirsa untuk menggunakan produk atau jasa yang diiklankan

oleh pemasar. Pada saat ini, iklan tidak hanya dimanfaatkan oleh pemasar

produk untuk mempersuasi konsumen membeli produknya atau pemasar jasa

saja, namun juga dimanfaatkan oleh pelaku bisnis ritel (eceran) untuk

mendorong konsumen untuk melakukan kunjungan dan transaksi.

Disinilah media televisi memiliki peran penting sebagai agen penyebaran

ideologi konsumerisme. Kemampuan televisi menyajikan pesan suara dan

gambar bergerak secara bersamaan merupakan keunggulan yang tidak dimiliki

media lain, misalnya koran atau majalah. Televisi mampu menembus

kehidupan masyarakat Kecamatan Senen. Boleh dikata, saat ini televisi telah

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Senen.

Ini membuktikan bahwa dalam konsumerisme masyarakat Kecamatan

Senen tidak lagi dieksploitasi secara fisik. Gaya hidup (life style) masyarakat

menjadi lahan garapan utama konsumerisme. Dengan penciptaan

citra imajiner tentang sesuatu yang lebih dan nilai kebanggaan bagi

masyarakat. Seseorang belum dianggap modern bila tidak mengikuti gaya

hidup tersebut. Pemaksaan yang berlangsung dengan cara-cara halus (soft

violence) berupa iklan di ruang publik. Pemuatan iklan suatu produk

Page 35: Artikel Masyarakat Urban

kebudayaan secara berulang-ulang dan massif, diakui atau tidak, mampu

membentuk sebuah realitas citraan dalam ruang kesadaran masyarakat.

Hasilnya, masyarakat menganggap hal itu sebagai sesuatu yang riil dan benar.

Nilai-nilai budaya konsumerisme merupakan jantung dari kapitalisme

dan sebuah nilai-nilai budaya yang didalamnya terdapat berbagai bentuk

dusta, halusinasi, mimpi, kesemuan, artifisialitas, pendangkalan, kemasan

wujud komoditi, melalui strategi hipersemiotika dan imajogologi yang

kemudian dikonstruksi secara sosial melalui komunikasi ekonomi seperti

iklan, show, media dan sebagainya) sebagai kekuatan tanda (semiotic

power) kapitalisme. Pengaruh iklan dan media menjadikan masyarakat

membelinya walaupun diluar kemampuannya maka akan terjadilah

kemiskinan dalam kehidupan msyarakat.

Nilai-nilai budaya konsumerisme terutama muncul setelah masa

industrialisme ketika barang-barang mulai diproduksi secara massal

sehingga membutuhkan konsumen lebih luas. Media dalam hal ini

menempati posisi strategis sekaligus menentukan yaitu sebagai medium

yang menjembatani produsen dengan masyarakat sebagai calon konsumen.

Secara umum, media berperan sebagai agen yang menyebar imaji-imaji

kepada khalayak luas. Keputusan setiap orang untuk membeli atau tidak lagi

berangkat dari dalam diri seseorang berdasarkan kebutuhannya yang riil,

namun lebih karena adanya otoritas lain di luar dirinya yang “memaksa”

untuk membeli.

Page 36: Artikel Masyarakat Urban

Hasrat belanja masyarakat merupakan hasil konstruksi yang disengaja.

Jauh sebelum hari-hari besar itu, media terutama televisi telah memoles-

moles dirinya untuk bersiap bergumul kedalam kancah persaingan merebut

hati para pemirsa. Berbagai program, dari mulai sinetron, kuis, sandiwara

komedi, sampai musik, disediakan sebagai persembahan spesial untuk

menyambut hari spesial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumerisme masyarakat Senen

dapat dijabarkan sebagai berikut:

Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan media

Televisi terhadap kebiasaan konsumerisme sehari-hari. Televisi merupakan

faktor yang dominan dalam kehidupan masyarakat urban Kecamatan Senen

karena baik anak-anak maupun orang dewasa selalu menyaksikan tayangan

yang ada di televisi sehingga apa yang ditayangkan di media Televisi sangat

mempengaruhi gaya hidup masyarakat urban mulai dari cara berbicara,

berpakaian, makanan dan minuman yang dikonsumsi, gaya rambut yang

dipakai, tas yang dipakai, sepatu, sandal, maupun perilaku-perilaku yang

lain.

Selain itu, informasi secara global yang sangat banyak baik verbal

maupun visual menjadikan Televisi menjadi suatu kebutuhan primer bagi

masyarakat, yaitu dapat berupa pendidikan, hiburan, dan berita yang

dikonsumsi oleh semua kalangan usia di masyarakat.

Page 37: Artikel Masyarakat Urban

Hasil analisis yang sama juga diperoleh untuk media Koran, yaitu

disimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan media Koran terhadap

kebiasaan konsumerisme sehari-hari walaupun pengaruhnya tidak sehebat

televisi. Koran juga merupakan hal yang sama pentingnya untuk menambah

wawasan maupun kebutuhan pribadi yang diiklankan lewat media massa

sehingga masyarakat dapat merasakan mendapatkan informasi tentang apa

yang terjadi di sekitar mereka dari apa yang dibaca di media massa.

Meskipun informasi yang diterima hanya berupa informasi visual saja,

namun media massa berperan sama pentingnya dalam memberikan

informasi seperti media Televisi. Masyarakat dapat memperoleh pendidikan,

hiburan, dan berita yang terus diperbaharui setiap hari di mana tentunnya

segala kejadian yang berada di lingkungan sekitar mereka akan berubah

setiap hari pula.

Hasil analisis mengenai radio menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

yang signifikan antara media Radio terhadap kebiasaan konsumerisme

sehari-hari. Hal ini dapat diakibatkan sedikitnya responden yang

menggunakan radio dalam kehidupan sehari-harinya. Penggunaan radio

yang cenderung menjadi sedikit ini dapat disebabkan para responden lebih

memilih untuk mencari informasi melalui Televisi. Televisi memiliki

keunggulan dibandingkan radio dalam menyediakan informasi, yaitu dapat

diperolehnya informasi secara visual pada televisi dan tidak pada radio.

Televisi memberikan informasi yang lebih lengkap dibandingkan radio

Page 38: Artikel Masyarakat Urban

karena masyarakat dapat memahami apa yang terjadi di sekitar mereka

secara visual.

Hasil analisis mengenai internet menunjukkan hasil yang sama dengan

radio bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara media

Internetterhadap kebiasaan konsumerisme sehari-hari. Hal ini dapat

disebabkan karena Internet banyak digunakan oleh anak-anak muda untuk

berkomunikasi melalui facebook atau pun permainan game online. Orang-

orang dewasa jarang menggunakan karena selain kesibukan mereka sehari-

hari untuk mencari nafkah guna menghidupi keluarganya juga bagi orang-

orang dewasa kurang tertarik pada duia multimedia seperti internet.

Pada kenyataannya, informasi yang disediakan media Internet tidaklah

semenarik dibandingkan media lainnya. Cakupan informasi yang disediakan

Internet dapat dikatakan sangat luas dan global serta tidak terbatas. Selain

itu, pengguna internet dapat memilih sendiri informasi yang dibutuhkan,

sehingga pengguna internet dapat merasakan akses informasi yang lebih

eksklusif dibandingkan dengan menggunakan media yang lain. Namun

media internet memiliki kelemahan tertentu, yaitu terletak pada cara

pengoprasiannyaakan tetapi penggunaan media televisi dan Koran lebih

mudah dibandingkan dengan menggunakan media internet.

Hasil analisis mengenai pasar modern (Mall) maupun pasar tradisional

menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan

antara pasar terhadap kebiasaan konsumerisme sehari-hari. Hal ini dapat

Page 39: Artikel Masyarakat Urban

diakibatkan kondisi responden yang dipilih secara acak dalam penelitian ini,

yaitu di mana sebagian besar responden adalah pria dan berusia 40 tahun ke

atas. Dari hasil deskripsi data responden diperoleh bahwa terdapat 23

responden laki-laki dari 32 responden dan terdapat 15 responden berusia 40

tahun ke atas dari ke- 23 responden tersebut.

Sementara di dalam masyarakat terdapat kecenderungan bahwa

masyarakat yang lebih sering berbelanja ke pasar modern adalah ibu-ibu dan

anak muda. Sedangkan, masyarakat yang lebih sering berbelanja ke pasar

tradisional didominasi oleh ibu-ibu. Pada para responden pria,

kecenderungan mereka untuk pergi ke pasar, khususnya ke pasar modern,

adalah semata-mata untuk jalan-jalan (refreshing) atau sekadar meluangkan

waktu di akhir pekan bersama keluarga. Hal ini juga menunjukkan bahwa

terdapat kebiasaan responden untuk jalan-jalan tiap minggu tanpa adanya

keperluan yang signifikan dalam kehidupan mereka.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

antara pengaruh produk-produk tertentu terhadap kebiasaan konsumerisme

sehari-hari terhadap produk tersebut. Hasil analisis tersebut dapat juga

dijelaskan bahwa kebiasaan responden dalam mengonsumsi produk tidak

berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan produk tersebut terhadap

kehidupan responden sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

konsumerisme terus-menerus responden terhadap suatu produk tertentu tanpa

melihat manfaat yang signifikansi dari produk terhadap kehidupan responden.

Page 40: Artikel Masyarakat Urban

Dalam penelitian ini, produk minuman yang dikonsumsi oleh

mqasyarakat Kecamatan Senen sehari-hari sebagian besar adalah teh dan

kopi. Sedangkan, responden tidak menyadari signifikansi produk-produk

tersebut dan mengkonsumsinya setiap hari dengan hanya didasarkan

perasaan suka saja dan terbiasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumerisme adalah faktor

struktural dalam hal ini pemerintah harus arif dan bijaksana agar masyarakat

tidak terkena dampak konsumerisme yang mengakibatkan kemiskinan yang

terstruktur walaupun ini sulit dilakukan karena nilai budaya welcome bangsa

Indonesia dan pemerintah ingin mendapatkan devisa negara. Faktor yang

lain adalah faktor kultural yang sulit dihindari karena bangsa Indonesia

ingin merasa lebih hebat, lebih bergengsi. Namun demikian ada juga

masyarakat baik kelas menengah maupun kelas atas yang betul-betul

memerlukan (need) bukan keinginan untuk membeli yang seharusnya tidak

dibeli atau kebutuhan semu agar tampil trendy akibat pengaruh salah

satunya media massa dan elektronik.

Permasalahan permasalahan konsumerime yang dihadapi oleh

masyarakat Senen adalah perkembangan jumlah pendududuk yang

signifikan akibat kurangnya peserta Keluarga Berencana dan juga dipicu

oleh perpindahan penduduk dari desa kekota yang meningkat setiap tahun,

pengaruh media media massa yang begitu kuat utamanya televisi, terjadi

penurunan penghasilan akibat beban keluarga yang semakin meningkat,

Page 41: Artikel Masyarakat Urban

pendidikan yang tidak bias ditingkatkan terjadi banyaknya pengangguran

yang berdampak pada angka kriminalitas yang meningkat dan keamanan

masyarakat akan terganggu.

Faham konsumtivisme yaitu kebutuhan yang mengada ada akibat

perkembangan lingkungan globalisasi dan pengaruh media massa telah

berubah menjadi konsumerisme karena telah banyak dipakai oleh para

ilmuwan dan masyarakat mempunyai pengaruh positif yaitu

berkembangnya investasi pabrik pabrik, munculnya banyak tenaga kerja

yang diserap dan juga produk produk baru namun disisi lain berdampak

negative kepada masyarakat utamnya kelas ekonomi bawah dimana terjadi

penurunan nilai nilai budaya masyarakat sehingga terjadi kemiskinan

struktural.

Konsumerisme berkembang bukan saja dari faktor struktural namun

juga dari faktor kultural bangsa Indonesia yang mempunyai budaya

welcome terhadap apa saja sejak penjajahan Belanda. Untuk itu Pemerintah

harus cerdas menyikapai hal ini dengan mengambil kebijakan kebijakan

yang tepat dan mengamati perkembangan media massa sehingga masih

dapat mengendalikan dampak negatif yang diterima oleh masyarakat.

7.2. Saran

Bagaimana menghindar dari konsumerisme? Mengkonsumsi

sebenarnya merupakan kegiatan yang wajar dilakukan. Namun, dewasa ini

disadari bahwa masyarakat tidak hanya mengkonsumsi, tapi telah terjebak

ke dalam budaya konsumerisme. Nilai-nilai budaya ini dikatakan berbahaya

Page 42: Artikel Masyarakat Urban

karena berdampak negatif terhadap penghidupan, juga menurunnya

hubungan sosial dan menguatnya kesadaran semu dibenak masyarakat.

Sekarang sudah saatnya menjadi konsumen yang cerdas dan kritis,

bukan lagi saatnya menjadi konsumen yang selalu ketergantungan pada

hasrat yang konsumtif dan mudah dikelabui. Mulailah mengendalikan diri

dan membelanjakan uang hanya untuk kebutuhan yang benar-benar memang

diperlukan, jangan mudah terpengaruh dengan tawaran untuk

mengkonsumsi sesuatu dan mulai mempertanyakan proses di balik

pembuatan produk yang akan kita konsumsi. Konsumen berhak menentukan

segala sesuatunya.

Hal ini penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat Kecamatan

Senen khususnya dan masyarakat kota besar lainnya pada umumnya agar

terhindar dari obyek nilai-nilai budaya konsumerisme yang semakin hari

semakin berkembang pesat karena masyarakat akan tenggelam dan terjebak

dalam kemiskinan yang terjadi secara terstruktur.

Perlunya resistensi terhadap konsumerisme untuk melawan nilai-nilai

budaya asing agar nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tetap dapat

dipertahankan walaupun dalam hal ini sangat berat karena harus melawan

globalisasi yang sulit untuk dibendung apalagi budaya welcome bangsa

Indonesia yang sudah ada dalam sejarah budaya Indonesia. Sejarah

membuktikan bahwa sangat jelas pengaruh nilai-nilai budaya asing seperti

pengaruh jaman penjajahan Belanda, pengaruh Hindu, Islam, Kristen,

Page 43: Artikel Masyarakat Urban

teknologi baru untuk itu harus ada gerakan politik yang bertujuan

melindungi pengaruh negatif kapitalisme.

Pengaruh pemerintah harus selektif terhadap intervensi dari luar

jangan merasa rendah diri kalau tidak mengambil budaya dari luar. Budaya

konsumerisme sulit dibendung misalnya Indonesia penghasil kentang tetapi

mengapa kita import kentang dari RRC. Indonesia bukan penghasil terigu

namun Mc. Donald ada dimana-mana. Ternak-ternak ayam banyak namun

import paha ayam dari Amerika dan itu tidak bisa dibendung karena

Indonesia juga ada kepentingan bisnis internasional agar kelapa sawit masuk

ke Amerika.

Untuk masyarakat Kecamatan Senen hendaknya dapat berusaha

bagaimana menghindari nilai-nilai budaya konsumtif untuk tidak menjadi

masyarakat konsumerisme karena hal ini sangat berbahaya dan berefek

negatif terhadap lingkungan hidupselain itu juga menurunnya hubungan

sosial dan kesadaran semu di masyarakat. Apalagi masyarakat Kecamatan

Senen adalah masyarakat yang mayoritas terdiri dari masyarakat urban yaitu

masyarakat yang berasal dari berbagai suku-suku di Indonesia dengan latar

belakang mayoritas masyarakat kelas ekonomi menengah kebawah yang

rentan terhadap kemiskinan.

Untuk itu pemerintah terutama instansi atau pejabat yang memiliki

kewenangan dalam memberdayakan rakyat hendaknya membuat program

untuk berinvestasi. Menumbuh-kembangkan pola hidup hemat melalui nilai-

Page 44: Artikel Masyarakat Urban

nilai budaya menabung harus digalakkan sampai masyarakat tingkat yang

paling bawah. Dengan menabung atau berinvestasi akan mampu

“menggairahkan” dan meningkatkan ekonomi bangsa dan negara.

Pemerintah juga harus menyaring program-program dimedia cetak

maupun elektronik tentang kebohongan publik yang telah dilakukan oleh

pengusaha agar masyarakat tidak terkecoh pada produk-produk yang

mungkin tidak sesuai dengan apa yang disampaikan dalam iklan-iklan

sehingga masyarakat terhindar dari penipuan-penipuan pengusaha.

7.3. Pengembangan Penelitian

Penelitian ini dapat dikembangkan dan diperluas untuk kota-kota

besar lain sehingga masyarakat kota yang pada umumnya berasal dari

desa dapat menghindari budaya konsumerisme untuk tidak terjebak

dalam gaya hidup dan mengkonsumsi barang-barang yang ditawarkan di

media cetak maupun elektronik maupun barang-barang yang ditawarkan

di mall-mall/pusat perbelanjaan maupun pasar tradisional pada tingkat

yang berlebihan.

Setelah penelitian ini dilakukan di kota-kota besar lainnya, seharusnya

dapat disimpulkan untuk dijadikan kajian di tingkat nasional, sehingga

masyarakat Indonesia secara umum memahami bahwa konsumerisme

mempunyai nilai yang positif namun lebih besar dampak negatifnya

sehingga dapat mencegah kemiskinan yang berlarut-larut dan mengurangi

jumlah angka kemiskinan.

Page 45: Artikel Masyarakat Urban

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, 2009, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan,

Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Adarno, M, 1981, “Penerusan Budaya Kita Terputus,Prisma, No. 11, Jakarta:

LP3ES.

ADB, 2009, Survey ADB tahun 2009 tentang Pengusaha Ekonomi Kelas Bawah,

Menengah dan Kelas Atas, Jakarta: ADB

Alfathri Aldin, 2006, “Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas,Yogyakarta:

Jalasutra.

Alfathri, Aldin, 2006,Menggeledah Hasrat: Sebuah Pendekatan Multi Prespektif,

Yogyakarta: Jalasutra.

Arikunto, Suharsimi, 1993Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta, Rineka Cipta, hal. 124

Arikunto, Suharsimi, 1996, Teknik dan Metode Penelitian,Yogyakarta, UGM

Arikunto, Suharsimi,1996, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, hal. 46

Armando, 1998, Cild Property and cash Transfer, Jakarta, LP3ES.

Bakel, J.W. M, 1984, Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar, Yogyakarta:

Karisnes.

Bandrillard, Jefri, 1998,The Consumer Society,London: Sage Publication.

Barker, Chris. 2011. Cultural Studies, teori dan Praktik. (terj). Yogayakrta. Kreasi

Wacana Offset.

Baumann, Zygmunt, 2007, Consuming Life, USA: Polity Press.

Belinda, Wheaton, 2004,Understanding Lifestyle Sports:Consumption, Identity

and Difference, London: Routledge, Taylor & finance group.

Boudrillard, Jean, 1970, Wiriting Selected, Paris: Galiword.

Boudrillard, Jean, 2004, Masyarakat Konsumsi, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Burton, Graeme, 2008,Pengantar untuk Memahami Budaya dan Media, Jakarta:

Jalasutra.

Page 46: Artikel Masyarakat Urban

Chaney, David 2006, Life style Sebuah Pengantar Komprehensif, Jogjakarta,

Jalasutra.

Coafee, Jon, 2009, Terrorism, Risk and the Global City: Towards Urban

Resilience,USA, England: Ashgate.

Corner, John And Dick Pels, 2003, Media and the Restyling of Politics,” London:

Sage Publcation Ltd.

Dick, H.W, 1985, The Rise of A Middle Class and The Changing Concept of

Equity in Indonesia: An Interpretation, Indonesia: Cornell Southeast

Asia program, No. 39.

Drijarkara, N, 1966, Pertjikan Filsafat, Jakarta: PT. Pembangunan Djakarta.

Engel, Janus F, Blackwell, A Roger D. Miniard, Paul W, 1993, Perilaku

Konsumen, Jakarta: Binarupa Aksara.

Evans, Peter, 2002, Livable Cities: Urban Struggles for Livelihood and

Sustainability, London:University of California Press, Ltd.

Farris, Nancy, 1986, Commodities in Cultural Perspective,Australia: Press

Syndicate of the University of Cambridge.

Featherstone, 2007, Consumer Culture and Postmodernism, 2nd

Edition, London:

SAGE Publications Ltd.

Featherstone, Mike, 2005, Postmodernisme dan Budaya Konsumen, Penerjemah

Misbah Zulfa Elizabeth, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fine, Ben, Michael Heasman and Judith Wright, 2002,Consumption in The Age Of

Affluence,” London: Routledge, Taylor and finance e-Library.

Fornas, Johan, 2007, Consuming Media, New York: Oxford International

Publishers Ltd.

Friedman, Jonathan, 2005, Consumption and Identity, Australia:Taylor & Francis

e-Library.

Gillette, Maris Boyd, 2000,Between Mecca and Beijing,CA: Stanford University

Press.

Grazia, Victoria de and Ellen Furlough, 1996, The Sex of Things:Gender and

Consumptionin Historical Perspective,USA: University Of California

Press.

Page 47: Artikel Masyarakat Urban

Hall, Michael, 2008, Tourism and the Consumption of Wildlife, USA: Routledge,

Taylor & finance group

Haryanto, Sedjatmiko, 2008, Saya Berbelanja Maka Saya Ada, Yogyakarta:

Jalasutra.

Hebarmas, Jurgen 1964, Teori Kritis, Jerman, Universitas Frankfurt.

Heryanto, Januar, 2004, Pergeseran Nilai dan Konsumerisme di Tengah Krisis

Ekonomi Indonesia,” Jakarta, NIRMANA Vol. 6, No. 1, 52-62.

Huat, Chua Beng 2003,Life Is Not Complete Without Shopping,Singapore:

Photoplates Pte Ltd.

Ibrahim, Idi Subandy, 1997,Ectasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop Dalam

Komoditas Masyarakat Indoesia,” Bandung: Mizan.

Ihromi, T.O, 2006,Pokok-pokok Antropologi Budaya,Jakarta:Yayasan Obor

Indonesia.

Johnson, Louise C., 2009, Cultural Capitals, London: TJ International Ltd,

Padstow. Cornwall.

Jones, P. P., 2009, Pengantar Teori-teori Sosial, Jakarta: Yayasan Oleh Indonesia.

Kartjono, 1984,“Depolitization Politics in Indonesia,” Transnationalization of

The State and Sosial Formation: Indonesia Experience, Research

Project’s Seminar on The State and People in the Context of

Transnationalization”, held in Salatiga, October 8-12, 1984, Sponsored

by U.N. University, LP3ES.

Kim, Youna,2008, Media Consumption and Everyday Life in Asia,

London:Routledge Taylor & Francis e-Library.

Koshar, Rudy, 2002, Histories of Leisure, London: Oxford International

Publishers Ltd.

Laporan Tahunan Kecamatan Senen Tahun 2011, Pemerintah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta Kota Administrasi Jakarta Pusat Kecamatan Senen.

Lavine, Madeline, Chalenging the Cultured of Affluence, Independent School, 67

(207): 28-36.

Leftwich, R.H. and A.M. Sharp, 1984, Economics of Social Issues, Plano, Texas:

Business Publication, Inc.

Page 48: Artikel Masyarakat Urban

Lincoln, Y.S, & Guba, E. G, Naturalistic Inquiry, Beverly Gills: Sage.

Lindner, Rolf, 2006,The Reportage of Urban Culture,London, Cambridge

University Press.

Low, Nicholas, Brendan Gleeson, Ingemar Elander and Rolf Lidskog, 2005,

Consuming Cities, USA:Routledge Taylor & Francis Group

Mahasin, A, 1977, “Pengantar Redaksi,” Prisma, No. 6, Jakarta: LP3ES.

Mangunwijaya, Y.B, 1983, Teknologi dan Dampak Kebudayaannya, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Mantra, Ida Bagoes, 2008,Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian dan Metode

Penelitian Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryani, 2005,Metode Penelitian Kebudayaan, Malang:Bumi Aksara.

Mc Luhan, 1965,Under Standing Media: The Extenshion New York, Herald

Tribune

Mark, Karl, 2000, Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis, Jakarta,LKIS

Max Weber, 2010, Teori Sosial atau Tindakan Sosial, Jerman.

Mercuse, Hebert 1964, Manusia Dalam Satu Dimensi, Boston, Beaca Press.

Miles, Steven and Malcolm Miles, 2004, Consuming Cities, USA: Palgrave

Macmillan.

Miller, Daniel, 1998, Material Cultures, London: UCL Press Limited Taylor &

Francis Group.

Mitlin, Diana and David Satterthwaite, 2004, Empowering Squatter Citizen,

London: Earthscan

n.n, 2009, Dixi Square Mall: Dawu Of The Dead Mall. Harvey, Illinois: Harvey

Nairin, Agnes,Jo Ormrod and Paul Botton Ley Wathcing, 2007, Wanting and

Wellbering, Exploring the Link – A Study of 9-13 Years Old. National

Consumer Council.

Nawawi, Hadari, 1993, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM

Press.

Page 49: Artikel Masyarakat Urban

Pacione, Michael, 2009, Urban Geography,USA: Routledge, Taylor &Finance

Group.

Palermo, Pier Carlo and Davide Ponzini, 2010, Spatial Planning and Urban

Development, Italia: Springer Science+Business Media.

Paterson, Mark, 2006, Consumption And Everyday Life, USA: Taylor & Francis

Group.

Piliary Yasraf A, 2004, Dunia Yang di Lepas, Yogyakarta: Jalasutra.

Pilliang, Yasraf A, Realitas Kebudayaan dalam Era Post Metafisika, Yogyakarta:

Jalasutra.

Rahmanto, Andre 2009, Media dan Budaya Populer, Klaten, PPMUNS

Ransome, Paul, 2005, Work, Consumption And Culture, London: SAGE

Publications Ltd

Ritzer, George dan Douglas J. 2011. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial

Postmodern.terj.Yogyakarta. Kreasi Wacana Offset.

Robotham, Don, 2005,Culture, Society and Economy, London: Sage Publications

Ltd.

Ronald, Walpole E. and Raymond H. Myers, 1995, Ilmu Peluang dan Statistika

untuk Insinyur dan Ilmuwan, Bandung: Penerbit ITB.

Santoso, Bibit, 2005, “Efektifitas Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Malaysia”,Tesis, Jakarta:Pasca Sarjana Universitas Jaya Baya Jakarta.

Saraswati, Sylvia, 2009,Cara Mudah Menyusun Proposal, Skripsi, Tesis dan

Disertasi, Jakarta: Am Ar-Ruzz Media.

Saukko, Paula, Doing Research in Cultural Studies, an Introduction to

Clasical,UK: University of Exeter.

Setiawan, Bambang. 2012. Kelas Menengah: Konsumtif dan

Intoleran.http://nasional.kompas.com/read/2012/06/08/11204529/Kelas.

Menengah.Konsumtif.dan.Intoleran

Setioko, Bambang, 2000,“Pengendalian Urbanisasi Dalam Rangka Memantapkan

Ketahanan Nasional,”Kertas Karya Perorangan (Taskap) Kursus

Reguler Angkatan XXXIII Lemhannas Tahun 2000, Jakarta: Lemhanas.

Page 50: Artikel Masyarakat Urban

Showalter, Pamela S. and Yongmei Lu, 2010,Geospatial Techniques in Urban

Hazard and Disaster Analysis, Texas: Springer ScienceBusiness Media.

Storey, John, 2011, Pengantar Teori dan Metode Budu Cultural Studies dan

Kajian Budaya Pop,Jakarta: Jalasutra.

Suara Pembaruan, 17 Agustus 2003, Katanya Krisis, Konsumerisme Malah

Meningkat, Tahun XVII Nomor 5800, Jakarta: Suara Pembaruan.

Sudjana, 1983,Teknik dan Metode Penelitian,Bandung: Tarsito

Sudjana, 1992, Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi Bisnis, Bandung: Alfabeta.

Sunardi, R. M, 2004, Ketahanan Ekonomi Wilayah.Jakarta: Gramedia.

Suparlan, Parsudi, 2003, “Iklan dan Polusi Gaya Hidup”, Prisma, No 6, Jakarta:

LP3ES

Tim, 2001, Pedoman Penulisan Disertasi, Yogyakarta: Program Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada.

Veblen, Thorstein, 1899, The Theory of The Leisures Class, USA: Societal Study.

Wick, M. Jeffry Hord, 2001, Mall Maka, Phila delpia: University Of Press.

Wong, Cecilia, 2006, Indicator for Urban and Regional Planning,USA: The RTPI

Library series 11.

Yasin, Sulchan,1995, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia.

Yenny, 1990,Pengaruh iklan makanan di media massa di Rusia.

Page 51: Artikel Masyarakat Urban

BIODATA PENELITI

A. Jati Diri

Nama Lengkap : Bibit Santoso

Tempat dan Tanggal lahir : Bojonegoro,15 Desember 1951

Agama : Islam

Pangkat/Golongan : Mayor Jenderal TNI Purn./1A

Isteri Hj. Dra Siti Rahayu,MSc,MH

Anak : Mayor Inf Hendra Santiko Aji

Lettu Kav Kurnia Santi Adi Wicaksono

Alamat : Jl. DR. Abdurrahman Saleh No.23 Senen

Jakarta Pusat

No. Telpon : 081234312198/ 087859106189

e-mail : [email protected], [email protected]

Pendidikan Umum :

- SDN tamat tahun1963

- SMPN tamat tahun 1966

- STMN tamat tahun 1969

- Fakultas Sos Pol UT Jurusan Administrasi Negara

- Fakutas Hukum Universitas Jaya Baya jurusan Hukum Bisnis

Pendidikan Militer :

- AKABRI tahun 1975

- Sussarcab tahun1976

- Sustafpur tahun 1986

- Seskoad tahun 1991

- Sesko ABRI tahun 1997

- KRA Lemhannas tahun 2000

Pendidikan Pengembangan Spes :

- Susjurpajasmil tahun1977

- Susjurpaturbak tahun 1981

- Sus Ins Radar Giraffe dan RBS 70 th. 1983

- Sus Bahasa Inggris tahun 1985

Page 52: Artikel Masyarakat Urban

- Sus Manual Test Equipment Rudal Rapier tahun1987

- Sus English Mathematic Phiycs Teacher tahun 1988

- Penataran P4

- Sussospol ABRI tahun 1998

- Sus Scuba Diver tahun 1998

Pendidikan dan penugasan Luar Negeri :

- Giraffe Radar and RBS 70 Ins Course di Swedia 1982

- Instroduction Rapier Course di Australia tahun 1984

- Manual Tech Equip Rapier Course di Inggris 1986

- English Math Physic Teacher Course Inggris 1988

- United Nation Somalia Garuda XIVA

- Inspector RPV Snipe Inggris 1995

- Inspector RBS 70 Swedia 1996

- KKLN Sesko ABRI Thailand 1997

- Seminar Defence Management Australia 1998

- Subyect Matter Expert Exchance USA 1998

- Asia Pasific Cecter For Sec Studies Hawaii USA 1999

- National Development Course Taiwan 2000

- KKLN Lemhannas RI Perancis 2000

- KKLN Lemhannas RI Philipina 2001

- Symposiom On East Asia Security USA 2003

- Symposiom On East Asia Security Jepang 2003

- Symposiom On East Asia Security Korea sel 2003

- Toast Master Delegation Sabah Malaysia 2005

- Senior APCSS Hawaii USA 2006

Page 53: Artikel Masyarakat Urban

B. Riwayat Jabatan :

1. Jabatan Terakhir adalah :

(1) Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Politik dan Kewarganegaraan Lemhannas

RI

(2) Manager Sasana Tinju Aru Boxing Club

2. Jabatan Sebelumnya :

(1) Danton 2 Baterai B Batalyon Arhanudri -15/Dam IV Diponegoro tahun

1976

(2) Danrai D Yon Arhanudri 15 /Dam IV Diponegoro tahun 1981

(3) Danrai A Yon Arhanudri 15/Dam IV Diponegoro tahun 1982

(4) Kasi 1/Intelejen Yon Arhanudri 15/Dam IV Diponegoro tahun 1982

(5) Gumil Gol VII Pus Arhanud tahun 1982

(6) Danrai Har Pus Arhanud tahun 1985

(7) Kasi 2 Yon Arhanudse-10/Dam Jaya tahun 1986

(8) Kabenghar Elka Instek TNI-AD tahun 1988

(9) Instruktur Gol VI Instek TNI-AD tahun 1988

(10) Dan Denarhanud Rudal 001/Dam I/BB 1989

(11) Kadep Sista Instek TNI-AD tahun1991

(12) Danyon Arhanudse -8 /Dam V/BRW tahun 1991

(13) Dansearhanud Pusdikart tahun 1994

(14) Danserudal Pusdikart tahun 1995

(15) Dosen GolIV Seskoad tahun 1997

(16) Kabinjianbang Straops Seskoad 1999

(17) Kasubdit Rendalduk Ditrendik Dedik Lemhannas Dephan tahun 1999

(18) Widya Iswara Madya Bidang Strategi Lemhannas RI tahun 2001

(19) Karohumas dan Kermalugri Lemhannas RI tahun 2003

(20) Waka Puspen TNI tahun 2005

Page 54: Artikel Masyarakat Urban

C. Riwayat Kepangkatan

Letda 01-12-1975

Lettu 01-04-1978

Kapten 01-10-1981

Mayor 01-04-1988

Letkol 01-04-1992

Kolonel 01-04-1997

Brigjen 15-07-2001

Mayjen 22-05-2009

D. Tanda Penghargaan : SL Kesetiaan XVI tahun

SL KesetiaanXXIV tahun

SL Dwija Sista I

SL Dwija Sista II

SL UNOSOM PBB Somalia

SL Santi Dharma VI

SL OPS Seroja TIM TIM

SL GOM VI Aceh

Bintang Karika Eka Phaksi Nararya

Bintang Yudha Dharma Nararya

SL Maheswara tingkat III

E. Penugasan Operasi :

Operasi Seroja Timor Timor tahun 1978-1979

Operasi GOM Aceh tahun1988-1989

Operasi Perdamaian PBB Garuda XIV Somalia tahun 1994-1995

F. Penghargaan Yang diterima :

- Juara I Lulusan Terbaik SDN Ponco Kec Parengan Tubanth1963

- Juara harapan 2 Menembak seluruh Pati TNI th 2005

- Juara 1 Team Tennis Lapangan Mabes TNI 2005

Page 55: Artikel Masyarakat Urban

G. Piagam Penghargaan

- Dari Gubernur Lemhannas RI pada saat menjabat sebagai Karo Humas dan

Kermalugri

- Dari Ketua PGSI sebagai Pelaksana Kejurda Gulat Expoar Senior Sejatim

- Dari Dan Danseskoad sebagai Dosen GOL IV SESKOAD

- Dari Lemhannas RI sebagai Tenaga AHli Pengkaji Bidang Politik Lemhannas

RI

- Dari Danseskoad sebagai Ketua Pengarah Materi PMN dalam PKB Juang

antar Sesko Angkatan / Sespim Polri dan Program Pasca Sarjana

ITB,UNPAD,IKIP,Th 1997/1998 tanggal 4-9 Mei 1998 di Bandung.

- Dari Danseskoau sebagai Wasru SUB kogla D Gladi Posko PKB OPSGAB

WIRA SIAGA XVII/1997 tanggal 20 – 24 A pril 1998

- Dari Danseskoal sebagai Wasru LINUD II SUB KOGLA C Gladi POSKO

OPSGAB WIRA SIAGA XVII/97 TANGGAL 21 April sd 26 April 1997

- Dari Danseskoad sebagai anggota De Oyu SUBGLA A dalam GLADI

POSKO PKB OPSGAB WIRA siaga xix/99 TANGGAL 19 sd 23 April 1999

H. Tulisan yang dipublikasikan :

Beberapa Tulisan di Majalah Patriot TNI diantaranya tentang

WawasanKebangsaan

Beberapa Tulisan di Majalah Tannas Lemhannas RI diantaranya tentang

Bagaimana membentuk satu Kesatuan yang Efektif dan Efisien.

I. Peran Serta dalam Pertemuan Ilmiah :

1. Peserta Asia Pasific Retail and Workshop 30 Nov 2004

2. Peserta Seminar Nasional tema Urgensi Pemekaran Daerah untuk

Meningkatkan Pelayanan dan Kesejahteraan Masyarakat di Lemhannas RI

tanggal 29 September 2009

Page 56: Artikel Masyarakat Urban

3. Peserta Seminar PRODIK PPRA XLIII Lemhannas dengan Judul

Penguatan Kebijakan Energi Mendukung Perekonomian Nasional dalam

Rangka Ketahanan Nasional diLemhannas RI tanggal 2 Desember 2009

4. Peserta Seminar Prodik PPSA XVI Lemhannas dengan Tema Membangun

Indexs Pencegahan Korupsi Indonasia dan Penindakan Korupsi Indonesia

guna mewujudkan Good Governance dalam rangka Pembangunan

Nasional

5. Panitia Diskusi Panel Forum Kajian Masalah Kerusuhan Sosial dan Krisis

Moneter tanggal 24 November 1997 di Seskoad Bandung

6. Peserta Defence Management Seminar 1-6 Maret 1998 di Australia

7. Peserta Rapat Kerja Terbatas tentang Penyusunan Rencana Tindakan

Menghadapi Kontijensi Terpilih di Papua di Wantnnas tanggal 20

September 2007

8. Moderator/Fasilitator serta peseta Seminar Counter Terrorism di

Lemhannas tanggal9-11 Maret 2004

9. Ketua Koordinator Humas dalam Simposiom, Seminar dan Lokakarya

Kewaspadaan dan Ketahanan Nasional: Aktualisasi Panca Sila untuk

Persatuan Bangsa dalam Meningkatkan Wawasan Kebangsaan di

Lemhannas tanggal 2 Mei 2005

10. Peserta Sosialisasi UUD 45setelah amandemen oleh MPR RI tahun 99-

2002 di Lemhannas RI tanggal 18 Maret 2003

11. Peserta Seminar KRA XXXVI Lemhannas dengan Tema Stabilitas Politik

sebagai Prasarat utama dalam menyongsong Pemilu 2004 di Lemhannas

tanggal 4 Desember 2004

12. Peserta Seminar Nasional Migas dg Tema Sistem Pengamanan Terpadu

berbasis Masyarakat setempat proyek vital sumber daya alam migas di

Lemhannas tanggal 8 juli 2003

13. Peserta seminar 2 hari SUSREG XXXIII Lemhannas dengan tema

Pemberdayaan Hukum di daerah menuju Indonesia Baru di Lemhannas

tanggal 22-23 November 2000

Page 57: Artikel Masyarakat Urban

14. Peserta Seminar KSA XI Lemhannas Judul Penegakan Supremasi Hukum

Guna Meningkatkan Stabilitas Politik dalam Memperkokoh Integrasi

Nasional di Lemhannas tanggal 23 Oktober 2003

15. Peserta lokakarya tema Sinkronisasi Pendidikan Umum dan Pendidikan

Kedinasan dengan Pendididkan Ketahanan Nasional dalam rangka

meningkatkan kualitas Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Lemhannas

tanggal 24 Agustus 2004

16. Peserta Seminar Nasional dalam rangka memperingati Hari Olah Raga

Nasional tanggal 4 September 2002 di Hotel Indonesia

17. Peserta Seminar Nasional Kebijakan Pengelolaan Konservasi Hutan dalam

rangka mendukung Ketahanan Nasional di Lemhannas tanggal 21 Oktober

2003

18. Peserta Seminar SUSREG XXXV Lemhannas dengan judul Aktualisasi

Manejemen Nasional guna meningkatkan Investasi dalam rangka

memulihkan Ekonomi Nasional diLemhannas tanggal 29-30 Oktober 2002

19. Peserta Seminar KSA X Lemhannas dengan Tema Peningkatan Peran

Kepemimpinan Nasional dalam Rangka Mewujudkan Stabilitas Nasional

di LEMHANNAS TANGGAL 18-19 Juni 2002

20. Peserta Seminar KSA II Lemhannas dengan Tema Meningkatkan

Kerjasama antar Daerah Guna mendorong pertumbuhan dan pemerataan

pembangunan daerah dalam rangka mencegah disintegrasi bangsa di

Lemhannas tanggal 3-4 Desember 2001

21. Peserta Seminar nasional dalam rangka HUT Lemhannas RI Kerjasama

dengan Yayasan Jati Diri Banga dengan tema Implementasi Character

Building dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna

memperkokoh Wawasan Kebangsaan di Lemhannas RI tanggal 6 Mei

2003

22. Peserta Seminar KRA XXXVII Lemhannas dengan tema Percepatan

Pembangunan Wilayah Perbatasan guna meningkatkan kesejahteraan

Page 58: Artikel Masyarakat Urban

masyarakat dalam rangka memperkokoh NKRI di Lemhannas RI tanggal

11 November 2004

23. Nara Sumber pada Pelaksanaan KRA XXXVII Lemhannas RI tahun 2004

24. Pembicara pada Kuliah Umum di Fakultas Tehnik UniversitasPakuan

Bogor tanggal 29 Mei 2004.

25. Perencana dalam menyusun Seminar Nasional Counter Terrorism di

Lemhannas RI tahun 2004.

26. Peserta Seminar KSKA II Lemhannas dengan Tema Meningkatkan Kerja

sama antar Daerah guna mendorong pertumbuhan dan Pemeretaaan

Pembangunan Daerah dalam Rangka mencegah Dis Integrasi Bangsa

tanggal 4 Desember 2001

27. Peserta Seminar Nasioanl kembali ke UUD 45 „Kemajuan atau

Kemunduran dari Ikatan Aumni Resimen Mahasiswa Indonesia tanggal 11

Maret 2010.

28. Peserta Seminar Indo Defence AND Indo Aerospce 2008 dengan tema

Harceney Defence Tehnology Capabilities and Improving the Role of

Current National Air Transportation tanggal 20 November 2008

29. Peserta Konferensi Nasional Membangun Indonesia Baru tema

Reformulasi Format Penyelenggara Negara dalam rangka Memperkokoh

Persatuan dan Keasatuan Indonesia tanggal 20 sd 22 Maret 2010