artikel kepemimpinan

2
*fr' iir'., erg,omeru,& d,urlKffi*iid, TIKA pemimpin memiliki . I komitmen tugas dan I tanggung jawab pada v rakyat, sosok pemimpin bisa dilihat dari bingkai peran dan gaya kepemimpinannya. Dari peran dan gaya kepe- mimpinan itulah, seorang pemimpin bisa dikategorikan demokratis atau distributive (Duf{y,2007), Faktor sosial, bu- daya, ekonomi dan politik erat dengan bingkai sebagaireflck- si tipe kepemimpinannya. Aneka faktor tersebut dari negara yang satu dengan negara lain juga mengeks- presikan bingkai yang berbe- da pula. OIeh karena itu, jika ada penelitian yang dilakukan di settingyang berbeda maka akan menghasilkan temuan yang berbedapula. Berkaitan dengan kepemimpinan dan persoalan bangsa, ada feno- mena dari negeri Panran Sam berkaitan dengan ide dan te- muan berkaitan kepemim- 'pinan demokrasiantaraakde- misi, militer, dan perusahaan. Temuan riset yang mem- buat kesan beda dalam suasa- na konferensi internasional di Malaysia baru-baru ini, juga disisipi petuah seorangjen- deral dari ffr e real Asia sekali- gus kesadaranakan bahaya praktik money politics dan hambatan logistik di Papua New Guinea. Tanpa menge- sampingkan puluhan temuan yang lain, dalam tulisan ini sengajatiga fenopena terse- but saya paparkan. Ada yang lebih menggelitik pikiran kita manakalaada riset berkaitan dengan_kepemim-, pinan yang membandingkan antara kepemimpinan akade. misi, militer, dan perusahaan. Penelitian oleh Prof Dr Michael F Duffy, dari Minot State Uni- versity,North Dakota, Amerika, berjudul A Comparison of Mili- tary, Corporate, and Academic Leadership Roles, mengambil sample120 responden semuan- ya diAmerika. Masing masing dari akademisi, militer, dan pe. rusahaan40 orang. RisetGuru BeslrAmerika inr menghasilkan beberapa te- muan. Pertama, bahwa kepe- mimpinan militer dan perusa- haan di negeri Paman Sam ini sama-sama menerapkan ke- bih dernokratis.Sebaliknya, kepemimpinan institgsi pi:n- didikan terbukti cenderung tidak demokratis. Kedua, dijelaskan bahwa kepemimpinan institusi pen- didikan cenderung distr ibi tid. Menurut Michael Duffy, kepe- Jmpinan distribut ed digambar- kan denganadanya pirtisipa- sl hanya orang-orang terpilih saja (the only selected mem\ers). Adapun kepemimpinan de- mokrasi ditandsi adanya be- berapa karakteristik. Ciri-ci- rinya adalah keterlibatan se- mua anggota organisasi, se_ nantiasa membuka dialog, partisipasi semuaanggota, eru- pathy,dansemuaanggota Pun- ya pengaruh dalam organisasi. ,Semua poin karakteristik terse- but, khusus kepemimpinan akademis di dalam institusi pendidikan kalah jauh skornya dibanding dengan organisasi militer dan perusahaan. . Halyangsempatdidebatkan atau dipertanyakan oleh au- diens adalah dua temuannya yang menyatakan, bahwa kepemimpinan institusi pen- didikan sangat jauh kurang adanva dava kreatifitas untuk peneinuan-baru dalam organ- isasi (ina e ntiae). Dibandingkan dengan kepemimpinan militer dan perusahaan, instibusipen- didikan mean score-^ya 7.786, Adapun kepemimpinanmi- liter dan perusahaanmasing masing4,600 dan 4.927.Tetapi ketika dibandingkan dengan tingkat inisiatif atau prakarsa, \epemimpinan istitusi pendid- ikan lebih sedikit trng$ dlban- ding kepemimpinan militer dan perusahaan.Untuk ke- pemimpinan institusi pendi- dikan 4,583, adapun militer 3,050 dan perusahaan 3,610. Bagaimanabisa terjadi, bah- wa institusi pendidikan lebih tinggi prakarsanya tetapilebih jauh rendah tingkat temuan barunya (inucntiue) bagi organ- isasi? Prakarsa digambarkan senantiasa mengambil kepu- tusn dengan cepat tanpa menunggu. Prakarsa digam- barkan segeramencari ide se- bagai bahan pengambilan keputusan. Sifat sifat ini bi- , asanya justru lekat dengan mi- liter dalam kondisi, misalnya, 'Michael Duffy berpendapat, bahwa setting. yang berbeda dengan multifaktor sosial,bu- daya, ekonomi, politik serta tingkat perkembangan ilmu dan teknologi yang berbeda, maka hasil penelitian diasum- sikanberbeda pula. Pada dasar- nya, dia juga menyadari, bah- wa penelillannya baru tahap menguji metode penelitian (testing the aalidity of research method). Meski inisiatif juga terkait dengan pencarian ide sebagai bahan pengambilankepufusan dia menyatakan bahwa, 'A lof of tnitiatiaes donotalways produce inuention', Inilah yang patut dicermati. Setidaknya, ada fenomenabaru dalam institusi apapun jika statement tersebut menjadikan dalil kehidupan organisasi. Fenomenalain adalah se- buah komitmen seorang jen- deral sebagai salahsatukey note sp etrker dalam konf erensiterse- but. Ada pepatah sekaligg! petua yang sangat berkesan dan menarik perhatian. Entah kata-katafilosofis. Entah kata- kata mutiara. Ataukah kese- ngajaan sebuah kalimat yang dipersiapkan khusus dalam pembukaan ceramahnya agar men,ikat audiensdari berbagai mancanegara. Tetapiini benar- benar terjadi dan memukau peserta konferensi dari ber- iragai benua. Kata-kata terse- but adalahsebagai berikut. "Jika rakyat sebuah negara bodoh, jika rakyat sebuah negaramiskin, dan jika rakyat sebuah negaraterbelakang, itu bergantung pada siapa pemim- pinnya," Secarasingkat kata- kata tersebut diakhiri dengan kalimat, " Thns, the q ualifof 6ur nation depends on the quality of our leaders" . Sebagai salah satu keYnote speaker tersebut adalah lende- ral T;inSri Dato' Scri HjAbdul Aziz Bin Hj Zainal, menteli pertahanan (the chiet' ofdet'ense force), Malaysia. ]enderal dari the real Asia ini menyajikan makalah berjudul Lead ershiP in Milit a ry| Public S era ices visd-uis Como rate World.D alam uraian yang hanya terpampang di pow erpoinl-nya, dia sebagai . pemimpin di bidang militer senantiasameniuniung tinggi uRu yut sland, Australia, dengan riset- nva di PapuaNew Guineaber- iidul Uni aa elin g Iud e rshiP B a r' iers in P aoua N eta Guinea. Sebe- narnva aita 14 hambatan efek- tivitas pemimpin di negeri ini. Hanya saja yaig pallng krusial, pertama adalah kurangnYa in- Irastruktur berupa jalur angku- tan atau logistik. Kedua, keka- yaan seseorang senantiasa di- iadikan tolok ukur untuk men- jadi pemimpin. Siapa vang , uangnya banyak mereka bisa membeli dukungan menjadi pemimpin. Di sinilah, faktor hambatan yang menjadikan kurang efektifnya pemimpin di negeri itu. Dari tiga fenomena di atas, maka bagi Indonesia negeri yang dulu dikenal dengan ge- mah ripah loh jinawi ini bisa mengambil hikmah. Faktor so- sial,budaya, ekonomi dan poli , tik senantiasalekat dengan I Uingtal gaya dan peran kepe- mimpinan negeri ini, Tentang perdebatan besar kecilnya ka- dar inisiatif suatu organisasi yang berbeda, yang jelas tidak sedikit kerimpangansosial, bu- daya, ekonomidan politik dise- babkan kurangnya inisiatif, suatu tindakan segera. Lihat saja sejarahprosespe- nyelesaian bencana lumpur Si- doarjo, pcngibaran bendera RMS sa.rtprtx;iden tiba, tinda- kan anarkissaat pilkada di Tu- ban dan ,dalrrcg ketimpangan lain yang scnluanya gambaran kurangnya inisiatif untuk mengambil tindakan lebih dini. Pendek kata, saling menunggu. Perlu dipikirkan dalam nu- rani yang dalam benarkah kualitas pemimpin yang tqlah atau akan.kita pilih di penju- ru Nusantara ini melalui pil- pres, pilkada, wakil legislatif, maupun calon independent, menjunjung komitmen, bah- wa mcrcka siap menjadi wadah tlrt struices for the na' liorr.Oleh karena itu, siapa pun pemimpinnya jika terpi- lih melalui tttortcY Politica' maka budaya ini senantiasa menggerogoti eksistensi bang- sa karena menjadi Pengham- bat (barrier\. efektivitas pe- mimpin negeri tercinta ini. n

Transcript of artikel kepemimpinan

Page 1: artikel kepemimpinan

*fr'iir'.,

erg,omeru,&d,urlKffi*iid,

TIKA pemimpin memiliki. I komitmen tugas dan

I tanggung jawab padav rakyat, sosok pemimpinbisa dilihat dari bingkai perandan gaya kepemimpinannya.Dari peran dan gaya kepe-mimpinan itulah, seorangpemimpin bisa dikategorikandemokratis atau distributive(Duf{y,2007), Faktor sosial, bu-daya, ekonomi dan politik eratdengan bingkai sebagai reflck-si tipe kepemimpinannya.

Aneka faktor tersebut darinegara yang satu dengannegara lain juga mengeks-presikan bingkai yang berbe-da pula. OIeh karena itu, jikaada penelitian yang dilakukandi setting yang berbeda makaakan menghasilkan temuanyang berbeda pula. Berkaitandengan kepemimpinan danpersoalan bangsa, ada feno-mena dari negeri Panran Samberkaitan dengan ide dan te-muan berkai tan kepemim-

'pinan demokrasi antara akde-misi, militer, dan perusahaan.

Temuan riset yang mem-buat kesan beda dalam suasa-na konferensi internasional diMalaysia baru-baru ini, jugadisisipi petuah seorang jen-deral dari ffr e real Asia sekali-gus kesadaran akan bahayaprakt ik money pol i t ics danhambatan logistik di PapuaNew Guinea. Tanpa menge-sampingkan puluhan temuanyang lain, dalam tulisan inisengaja tiga fenopena terse-but saya paparkan.

Ada yang lebih menggelitikpikiran kita manakala ada risetberkaitan dengan_kepemim-,pinan yang membandingkanantara kepemimpinan akade.misi, militer, dan perusahaan.Penelitian oleh Prof Dr MichaelF Duffy, dari Minot State Uni-versity, North Dakota, Amerika,berjudul A Comparison of Mili-tary, Corporate, and AcademicLeadership Roles, mengambilsample 120 responden semuan-ya diAmerika. Masing masingdari akademisi, militer, dan pe.rusahaan 40 orang.

Riset Guru BeslrAmerika inrmenghasilkan beberapa te-muan. Pertama, bahwa kepe-mimpinan militer dan perusa-haan di negeri Paman Sam inisama-sama menerapkan ke-

bih dernokratis. Sebaliknya,kepemimpinan institgsi pi:n-didikan terbukti cenderungtidak demokratis.

Kedua, dijelaskan bahwakepemimpinan institusi pen-didikan cenderung distr ibi tid.Menurut Michael Duffy, kepe-Jmpinan distribut ed digambar-kan dengan adanya pirtisipa-sl hanya orang-orang terpilihsaja (the only selected mem\ers).Adapun kepemimpinan de-mokrasi ditandsi adanya be-berapa karakteristik. Ciri-ci-rinya adalah keterlibatan se-mua anggota organisasi, se_nant iasa membuka dialog,partisipasi semua anggota, eru-

pathy, dansemua anggota Pun-ya pengaruh dalam organisasi.,Semua poin karakteristik terse-but, khusus kepemimpinanakademis di dalam institusipendidikan kalah jauh skornyadibanding dengan organisasimiliter dan perusahaan.. Halyangsempatdidebatkanatau dipertanyakan oleh au-diens adalah dua temuannyayang menyatakan, bahwakepemimpinan institusi pen-didikan sangat jauh kurangadanva dava kreatifitas untukpeneinuan-baru dalam organ-isasi (ina e n tiae). Dibandingkandengan kepemimpinan militerdan perusahaan, instibusi pen-didikan mean score-^ya 7.786,

Adapun kepemimpinan mi-liter dan perusahaan masingmasing 4,600 dan 4.927.Tetapiketika dibandingkan dengantingkat inisiatif atau prakarsa,

\epemimpinan istitusi pendid-ikan lebih sedikit trng$ dlban-ding kepemimpinan militerdan perusahaan. Untuk ke-pemimpinan institusi pendi-dikan 4,583, adapun militer3,050 dan perusahaan 3,610.

Bagaimana bisa terjadi, bah-wa institusi pendidikan lebihtinggi prakarsanya tetapi lebihjauh rendah tingkat temuanbarunya (inucntiue) bagi organ-isasi? Prakarsa digambarkansenantiasa mengambil kepu-tusn dengan cepat tanpamenunggu. Prakarsa digam-barkan segera mencari ide se-bagai bahan pengambilankeputusan. Sifat sifat ini bi-

, asanya justru lekat dengan mi-liter dalam kondisi, misalnya,

'Michael Duffy berpendapat,bahwa setting. yang berbedadengan multifaktor sosial, bu-daya, ekonomi, politik sertatingkat perkembangan ilmudan teknologi yang berbeda,maka hasil penelitian diasum-sikan berbeda pula. Pada dasar-nya, dia juga menyadari, bah-wa penelillannya baru tahap

menguji metode penelit ian(testing the aalidity of researchmethod).

Meski inisiatif juga terkaitdengan pencarian ide sebagaibahan pengambilan kepufusandia menyatakan bahwa, 'A lofof tnitiatiaes do not always produceinuention', Inilah yang patutdicermati. Setidaknya, adafenomena baru dalam institusiapapun jika statement tersebutmenjadikan dalil kehidupanorganisasi.

Fenomena lain adalah se-buah komitmen seorang jen-deral sebagai salahsatukey notesp etrker dalam konf erensi terse-but. Ada pepatah sekaligg!petua yang sangat berkesandan menarik perhatian. Entahkata-kata filosofis. Entah kata-kata mutiara. Ataukah kese-ngajaan sebuah kalimat yangdipersiapkan khusus dalampembukaan ceramahnya agarmen, ikat audiens dari berbagaimanca negara. Tetapi ini benar-benar terjadi dan memukaupeserta konferensi dari ber-iragai benua. Kata-kata terse-but adalah sebagai berikut.

"Jika rakyat sebuah negarabodoh, j ika rakyat sebuahnegara miskin, dan jika rakyatsebuah negara terbelakang, itubergantung pada siapa pemim-pinnya," Secara singkat kata-kata tersebut diakhiri dengankalimat, " T hns, the q ualifof 6urnation depends on the quality ofour leaders" .

Sebagai salah satu keY notespeaker tersebut adalah lende-ral T;in Sri Dato' Scri HjAbdulAziz Bin Hj Zainal, mentelipertahanan (the chiet' of det'enseforce), Malaysia. ]enderal darithe real Asia ini menyajikanmakalah berj udul Lead ershiP inMilit a ry | P ublic S era ices v isd-uisComo rate World. D alam uraianyang hanya terpampang dipow erpoinl-ny a, dia sebagai

. pemimpin di bidang militersenantiasa meniuniung tinggi

uRu yutsland, Australia, dengan riset-nva di Papua New Guinea ber-iidul Uni aa elin g Iud e r shiP B a r'iers in P aoua N eta Guinea. Sebe-narnva aita 14 hambatan efek-tivitas pemimpin di negeri ini.Hanya saja yaig pallng krusial,pertama adalah kurangnYa in-Irastruktur berupa jalur angku-tan atau logistik. Kedua, keka-yaan seseorang senantiasa di-iadikan tolok ukur untuk men-jadi pemimpin. Siapa vang

, uangnya banyak mereka bisamembeli dukungan menjadipemimpin. Di sinilah, faktorhambatan yang menjadikankurang efektifnya pemimpindi negeri itu.

Dari tiga fenomena di atas,maka bagi Indonesia negeriyang dulu dikenal dengan ge-mah ripah loh j inawi ini bisamengambil hikmah. Faktor so-sial, budaya, ekonomi dan poli

, t ik senantiasa lekat denganI Uingtal gaya dan peran kepe-

mimpinan negeri ini, Tentangperdebatan besar kecilnya ka-dar inisiatif suatu organisasiyang berbeda, yang jelas tidaksedikit kerimpangan sosial, bu-daya, ekonomi dan politik dise-babkan kurangnya inisiatif,suatu tindakan segera.

Lihat saja sejarah proses pe-nyelesaian bencana lumpur Si-doarjo, pcngibaran benderaRMS sa.rt prtx;iden tiba, tinda-kan anarkis saat pilkada di Tu-ban dan ,dalrrcg ketimpanganlain yang scnluanya gambarankurangnya in is iat i f untukmengambil tindakan lebih dini.Pendek kata, saling menunggu.

Perlu dipikirkan dalam nu-rani yang dalam benarkahkualitas pemimpin yang tqlahatau akan. kita pilih di penju-ru Nusantara ini melalui pil-pres, pilkada, wakil legislatif,maupun calon independent,menjunjung komitmen, bah-wa mcrcka siap menjadiwadah tlrt struices for the na'l iorr . Oleh karena i tu, s iapapun pemimpinnya jika terpi-l ih melalui t t tor tcY Pol i t ica 'maka budaya ini senantiasamenggerogoti eksistensi bang-sa karena menjadi Pengham-bat (barrier\. efektivitas pe-mimpin negeri tercinta ini. n

Page 2: artikel kepemimpinan

*f , '::t'.. .

erg,omeru,&d,urlKffi*iid,

TIKA pemimpin memiliki. ! komitmen tugas dan

I tanggung jawab padav rakyat, sosok pemimpinbisa dilihat dari bingkai perandan gaya kepemimpinannya.Dari peran dan gaya kepe-mimpinan itulah, seorangpemimpin bisa dikategorikandemokratis atau distributiae(hrt{y,2007). Faktor sosial, bu-daya, ekonomi dan politik eratdengan bingkai sebagai reflek-si tipe kepernimpinannya.

Aneka faktor tersebut darinegara yang satu dengannegara lain juga mengeks-presikan bingkai yang berbe-da pula. Oleh karena itu, jikaada penelitian yang dilakukandi setting yang berbeda makaakan menghasilkan temuanyang berbeda pula. Berkaitandengan kepemimpinan danpersoalan bangsa, ada feno-mena dari negeri Paman Samberkaitan dengan ide dan te-muan berkai tan kepemim-

, pinan demokrasi antara akde-misi, militer, dan perusahaan.

Temuan riset yang mem-buat kesan beda dalarir suasa-na konferensi internasional diMalaysia baru-baru ini, jugadisisipi petuah seorang jen-deral dari f/r e real Asia sekali-gus kesadaran akan bahayaprakt ik money pol i t ics danhambatan logistik di PapuaNew Guinea. Tanpa menge-sampingkan puluhan temuanyang lain, dalam tulisan inisengaja tiga fenoynena terse-but saya paparkan.

Ada yang lebih menggelitikpikiran kita manakala ada risetberkaitan denga-n&pemim-,pinan yang membandingkanantara kepemimpinan akade.misi, militer, dan perusahaan.Penelitian oleh Prof Dr MichaelF Duffy, dari Minot State Uni-versity, North Dakota, Amerika,berjudul A Comparison of Mili-tary, Corporate, and AcademicLeadership Ro/es, mengambilsample 120 responden semuan-ya diAmerika. Masing masingdari akademisi, militeg dan pe.rusahaan 40 oralg. __

Riset Guru BesarAmerika inimenghasilkan beberapa te-muan. Pertama, bahwa kepe-mimpinan militer dan perusa-haan di negeri Paman Sam inisama-sama menerapkan ke-pemimpinan demokratis. Te-tapi di antara kepemimpinaninstitusi pendidikan atau aka-demisi, militer dan perusahaanmenuliulckan nerbedaan van g

bih demokratis, Sebaliknlra,kepemimpinan institr,lsi pen-didikan terbukti cenderungtidak demokratis.

Kedua, di ie laskan bahwakcpemimpinan institusi pen-didikan cenderung dist r ibi t ed.Menurut Michael Duffy, kepe-impinan distributed digambar-kan dengan adanya partisipa-sl ,nanya orang-orang terpilihsala \the only selected members).Adapun kepemimpinan de-mokrasi ditandai adanya be-berapa karakteristik. Ciri-ci-rinya adalah keterlibatan se-mua anggota organisasi, se-nant iasa membuka dialog,partisipasi semua anggota, erl-

pat hy, dan semua anggota pun-ya pengaruh dalam organisasi.Semua poin karakteristik terse-but, kliusus kepemimpinanakademis di dalam institusipendidikan kalah jauh skornyadibanding dengan organisasimiliter dan perusahaan.. Hal yang sempat didebatkanatau dipertanyakan oleh au-diens adalah dua temuannyayang menyatakan, bahwakepemimpinan institusi pen-didikan sangat jauh kurangadanya daya kreatifitas untukpenemuan baru dalam organ-isasi (ina e nt iae), Dibandingkandengan kepemimpinan militerdan perusahaan, institusi pen-didikan mean score-^ya 1.786.

Adapun kepemimpinan mi-Iiter dan perusahaan masingmasing 4.600 dan 4.927.Tetapiketika dibandingkan dengantingkat inisiatif atau prakarsa,

\epemimpinan istitusi pendid-ikan lebih sedikit trnggr dban-ding kepemimpinan militerdan perusahaan. Untuk ke-pemimpinan institusi pendi-dikan 4,583, adapun militer3,050 dan perusahaan 3,'610.

Bagaimana bisa terjadi, bah-wa institusi pendidikan lebihtinggi prakarsanya tetapi lebihjauh rendah tingkat temuanbarunya (i nuc n t iu e) bagi organ-isasi? Prakarsa digambarkansenantiasa mengambil kepu-tusn dengan cepat tanpamenunggu. Prakarsa digam-barkan segera mencari ide se-bagai bahan pengambilankeputusan. Sifat sifat ini bi-

, asanya justru lekat dengan nri-Iiter dalam kondisi, misalnya,senantiasa dalam kegentingan.Adapun ina erf iue secara naluriseharusnya mendapat tempatdaiam lingkungan ilmiah atausuasana akademis yang iden-

.Michael Duffy berpendapat,bahwa setting. yang berbedadengan multifaktor sosial, bu-daya, ekonomi, politik sertatingkat perkembqngan ilmpdan teknologi yang berbeda,maka hasil penelitian diasum-sikan berbeda pula. Pada dasar-nya, dia juga menyadari, bah-wa pene-lijiar.nygL baru tahap

menguji metode penelit ian(testing the aalidity ot' researchmethod).

Meski inisiatif juga terkaitdengan pencarian ide sebagaibahan pengambilan keputusandia menyatakan bahwa, 'A lofof lnitiatiaes do not alwaysproduceinuention'. inilah yang patutdicermati. Setidaknya, adafenomena baru dalam institusiapapun jtka statement tersebutmenjadikan dalil kehidupanorganisasi,

Fenomena lain adalah se-buah komitmen seorang jen-deral sebagai salahsahtkey notesp eaker dalam konf erensi terse-but. Ada pepatah sekaliguspetua yang sangat berkesandan menarik perhatian. Entahkata-kata filosofis. Entah kata-kata mutiara. Ataukah kese-ngajaan sebuah kalimat yangdipersiapkan khusus dalampembukaan ceramahnya agarmemikat audiens dari berbagaimanca negara. Tetapi inibenar-benar terjadi dan memukaupeserta konferensi dari ber-Lagai benua. Kata-kata terse-but adalah sebagai berikut.

"Jika rakyat sebuah negarabodoh, j ika rakyat sebuahnegara miskin, dan jika rakyatsebuah negara terbelakang, iLubergantung pada siapa pemim-pinnya." Secara singkat kata-kata tersebut diakhiri dengankalimat, " T hns, the quatiffof 6u rnation depends on the quality ofour leaders" ,

Sebagai salah satu keY notespeaker tersebut adalah lende-ral T;in Sri Dato' Seri HjAbdulAziz Bin Hj Zainal, menteripertahanan (the chief of det'ense

t'orce), Malaysia. ]enderal darithe real Asla ini menyajikanmakalah berj udul Lead ershiP in

- MilitarylPublicSeraicesuisi-uisCorpo rat e World. D alam uraianyang hanya terpampang dipow erpoinf-ny a, dia sebagai

. pemimpin di bidang militersenantiasa menjunjung tinggimordl dan komitmennYa Padapelayanan rakyat (the seraicesfor the nation).'

Fenomena ketiga adalah DrWrrtrav Prerleaux- dari School

uRu yutsland, Australia, dengan riset-nva di Papua New Guinea ber-

fiaU LIni aaeting bade r shiP Bar -ri ers in P aoun N cu G uinu. *be-narnva ada 14 hambatan efek-tivitds pemimpin di negeri ini.Hanya saja yang paling krusial,pertama adalah kurangnYa in-hastruktur berupa jalur angku-tan atau logutik. Kedua, keka-yaan seseorang senantiasa di-iadikan tolok ukur untuk men-jadi pemimpin. Siapa vanguangnya banyak mereka bisamembeli dukungan menjadipemimpin. Di sinilah, faktorhambatan yang menjadikankurang efektifnya pemimpindi negeri itu.

Dari tiga fenomena.di atas,maka bagi Indonesia negeriyang dulu dikenal dengan ge-mah ripah loh jinazli ini bisamengambii hikmah. Faktor so-sial, budaya, ekonomi dan poli,

, t ik senantiasa lekat dengan] bingkai gaya dan peran kepe-

mimpinan negeri ini. Tentangperdebatan besar kecilnya ka-dar' inisiatif suatu organisasiyang berbeda, yang jelas tidaksedikit kerimpangan sosial, bu-daya, ekonomi dan pol-itik disebabkan kurangnya inisiatif,suatu tindakan segera.

Lihat saja sejarah proses pe-nyelesaian bencana lumpur Si-doarjo, pcngibaran benderaRMS saat presiden tiba, tinda-kan anarkis saat pilkada di Tu-ban dan sealtreg ketimpanganlain yang scnluanya gambarankurangnya inisiatif untukmengambil tindakan lebih dini.Pendek kata, saling menunggu,

Perlu dipikirkan dalam nu-rani yang dalam benarkahkualitas pemimpin yang tqlahatau akan. kita pilih di penju-ru Nusantara ini melalui pil-pres, pilkada, wakil legislatif,maupun calon independent,menjunjung komitmen, bah-wa mcrcka siap menjadiwadah lltt strvices t'or the na'l iorr . Olch karena i tu, s iapapun pemimpinnya jika terpi-l ih melalui t t tot tcy pol i t ica,maka budava ini senantiasamenggerogoti eksistensi bang-sa karena meniadi Pengham-bat (barrier). efektivitas pe-mimpin negeri tercinta ini. n