artikel kanda

download artikel kanda

of 6

Transcript of artikel kanda

Daftar Pustaka memuat sejumlah pustaka atau sumber lain yang digunakan penulis untuk mendukung pendapatnya, membedakan pendapatnya dengan ahli lain, menolak pendapat ahli lain, atau hanya sekedar memberikan informasi bahwa ahli lain memiliki pendapat yang tidak sejalan dengan pendapatnya. Berikut ini cara-cara menuliskan daftar pustaka (Nasucha, 2009: 84-87) : 1. Cara Menulis Daftar Pustaka Berupa Buku Ditulis berurutan mulai dari nama penulis, tahun penerbitan buku, judul buku (dengan huruf miring), tempat penerbitan, dan nama penerbit. Misal : Keraf, Gorys. 2005. Komposisi. Flores: Nusa Indah 2. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Buku kumpulan Artikel Penulisannya sama dengan cara diatas, hanya ditambah dengan tulisan (Ed.) di antara nama penulis dan tahun penerbitan. Misal : Dick, Hartoko (ed.). 2004. Golongan Cendekiawan: Mereka yang Berumah di Angin. Jakarta: Gramedia 3. Cara Menulis Daftar Pustaka dengan Mengambil Satu Artikel dari Buku Kumpulan Artikel Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti tahun penerbitan, judul artikel yang diapit oleh tanda kutip tanpa huruf miring. Setelah itu ditulis nama editor, judul buku kumpulan artikel, dan nomor halaman. Misal : Geertz, Clifford. 2003. Cendekiawan di Negara Berkembang. Dalam Kemala Sartika (Ed.), Menjelajah Cakrawala: Kumpulan Karya Visioner Soedjatmoko. Jakarta: Gramedia 4. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel dalam Jurnal Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal, tahun dan nomor. Misal : Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaaan dan pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, 1 (1);33-47 5. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel Majalah atau Koran Nama penulis ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Nama majalah atau Koran dicetak miring diikuti dengan nomor halaman. Misal : Gardner, H. 1998. Do Babies Sing A Universal Song? Psychological Today, hal.70 6. Cara Menulis Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis Nama Koran ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan nomor halaman. Misal: Kompas. 18 Maret 2005. Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal, hal. 41 7. Daftar Pustaka dari Karya Terjemahan Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu diikuti tahun terbit tulisan asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Misal: Eangleton, Terry. 1998. Teori Sastra: Satu Pengenalan. terjemahan oleh Mohammad Haji Saleh. 2004. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka 8. Daftar Pustaka dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi Nama penulis diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis atau disertasi yang diapit dengan tanda kutip, diikuti jenis karya ilmiah, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi. Misal: Paramita, Pradnya. 2007. Pengaruh Bioteknologi Pertanian Terhadap Proses Pematangan Tomat. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret 9. Daftar Pustaka dari Internet Nama penulis diikuti dengan tahun, judul karya yang diapit tanda kutip, diakhiri alamat sumber

pustaka dan tanggal akses. Misal: Herusatoto. 2002. Bioteknologi Pertanian (online), (http://www.chang.jayaheru.com/Biotekpertan04.htm, diakses tanggal 12 Desember 2002). Sumber Tulisan : Nasucha, Yakub dan Muhammad Rohmadi dan Agus Budi Wahyudi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa

Arsip Penulis: himcyoo

Pelayanan adalah tindakan yang sifat dan arahnya menuju kepada kondisi lebih baik yang membahagiakan bagi pihak yang dilayani. Siapapun juga yang [...]

Konseling adalah Pelayanan9 April 2012

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 6 menegaskan bahwa konselor adalah pendidik, sebagaimana juga [...]

Konseling adalah Pendidikan9 April 2012

Bahasan tentang profesi didasarkan pada dan dimulai dengan penegasan yang ada dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa pendidik merupakan [...]

Konseling Adalah Profesi9 April 2012

Secara lebih spesifik, pelayanan konseling tertuju kepada kondisi pribadi yang mandiri, sukses, dan berkehidupan efektif dalam kesehariannya. [...]

Konseling untuk Menjadi Pribadi yang Mandiri, Sukses dan K-E-S9 April 2012

Pelayanan konseling diselenggarakan dengan orientasi, prinsip dan asas serta landasan yang secara keseluruhan terpadu dalam setiap kegiatan [...]

Orientasi, Fungsi, Prinsip Asas dan Landasan Pelayanan Konseling9 April 2012

Sebagai profesi yang mandiri pelayanan profesional konseling menggunakan modus yang berbeda dalam pelaksanaan pelayanannya dibanding [...]

Modus dan Format Pelaksanaan Pelayanan Konseling9 April 2012

Memahami individu dengan teknik non testing merupakan teknik utama yang harus dikuasai oleh seorang konselor sekolah. Walaupun ada teknik testing untuk pemahaman individu. Tetapi sebagai tes yang terstandar, validitas dan reliable teruji, teknik testing sejauh ini baru dapat memahami individu pada aspek inteligensi, bakat, minat dan kepribadian. Sementara dalam pengumpulan informasi tentang diri klien, konselor dihadapkan pada kenyataan yang lebih kompleks. Seperti aspek biofisiologis, biologis, sosial, kepribadian dan nilai-nilai klien yang dipengaruhi oleh budaya yang dapat menjadi penyebab masalah klien belum dapat diungkap dengan teknik testing. Konselor menggunakan teknik testing atau teknik non testing itupun ditentukan oleh sasarannya. Apakah konselor hendak memahami klien pada aspek psikis, sosial atau fisiknya. Misalkan, konselor yang dihadapkan pada permasalahan klien yang mengalami masalah belajar. Tidak selalu penyebab klien mengalami kesulitan belajar karena tingkat inteligensinya rendah, tidak minat atau tidak berbakat dibidang tertentu. Banyak hal lain yang menyebabkan klien mengalami kesulitan belajar, seperti mungkin gangguan kesehatan, masalah dalam keluarganya, atau hubungan sosial dengan teman-temannya. Secara Terminologis Dikaji dari segi bahasa, pemahaman berarti proses kegiatan pengumpulan informasi untuk dapat mengenal, mendalami, mengerti dan memahami individu secara keseluruhan baik masalahnya maupun latar belakangnya serta kehidupan individu itu sendiri. Klien yang datang kepada Konselor tidak tahu masalah yang dihadapinya. Analoginya seperti seorang pasien yang datang kepada dokter dengan harapan sembuh dari penyakit yang sedang dideritanya. Pasien yang datang ke dokter, tidak tahu dia sedang mengalami sakit apa. Oleh karena itu, pasien bertanya kepada dokter sedang sakit apa dan bagaimana cara agar dapat sembuh. Begitu pula dengan seorang klien yang mengalami masalah. Klien tidak tahu apa masalah yang sedang dihadapinya dan bagaimana cara penyelesaiaannya. Dengan melakukan pemahaman individu, konselor melakukan pengumpulan informasi mengenai diri klien, kemudian konselor dapat melakukan diagnosis terhadap masalah klien. Pengumpulan informasi yang dimaksud yang itu berkaitan dengan individualitas klien. Individu berarti makluk monodualis yang terdiri dari individual dan sosial. Makhluk individual merupakan kesatuan antara aspek biofisiologis, biologis dan aspek fisik. Pada aspek biofisiologis dalam diri manusia antara lain kesegaran jasmani, kesehatan dan kekurangan fisik. Aspek biologis seperti perbedaan kelenjar tiap manusia yang menyebabkan berbeda dengan manusia yang lain. Perbedaan kelenjar ini dapat dilihat dari perbedaan perkembangan antara pria dan wanita, anak-anak yang mengalami kretinoid atau gigantisme. Pada aspek psikis terdapat

kecerdasan, minat, bakat, sikap dan kepribadian. Individu sebagai makhluk sosial senantiasa tingkah lakunya dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia besar dan berkembang seperti keluarga, status anak dalam keluarga, dan teman sebaya. Aspek-aspek pada diri individu itu yang hendak dipahami oleh konselor dalam rangka melakukan langkah-langkah bimbingan dan konseling. Jika dilihat dari banyaknya aspek-aspek yang harus dipahami oleh konselor, penggunaan teknik non testing amat sangat diperlukan. Penggunaan Teknik Non Testing Tes merupakan seperangkat tugas atau pertanyaan yang harus dijawab oleh testi. Selama ini kita mengenal berbagai tes psikologis. Seperti tes kecerdasan (WAIS, WISC, Binet Simon, Raven, tes Progressive Matrics), tes bakat kerja Kraepelin, Tes minat jabatan Lee Thorpe. Tes-tes ini merupakan tes terstandar yang telah dibuat kemudian diadaptasi di Indonesia. Tes-tes ini berguna untuk memahami individu dari aspek psikis, kognitif, non kognitif dan kepribadian yang hasilnya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Sementara non testing berarti seperangkat teknik selain tes-tes terstandar. Teknik non testing dapat berupa Observasi, interview, angket, inventori, dan catatan-catatan. Dalam penggunaannya teknik non testing pun disesuaikan dengan aspek yang ingin dipahami oleh konselor. Seperti misalkan Konselor hendak memahami bagaimana hubungan kerukunan klien dengan temannya. Maka, konselor cukup dapat menggunakan metode observasi bukan wawancara. Dengan melakukan observasi, konselor mengamati bagaimana kerukunan yang terjalin antara klien tersebut dengan temannya. Konselor tidak seharusnya bertanya Apakah Anda rukun dengan teman Anda?, karena konselor cenderung akan kesulitan dalam mendapatkan jawaban yang sebenarnya dan kurang dapat memahami individu tersebut. Penggunaan teknik non testing, digunakan untuk melihat gejala-gejala tingkah laku klien yang bermasalah dan mengetahui latar balakang atau penyebab masalah klien. Masalah klien yang satu dengan yang lain berbeda, bisa jadi gejalanya sama tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu, senantiasa konselor akan benyak menggunakan teknik non testing dalam memahami individu ketimbang menggunakan teknik testing. Target Pembelajaran Konselor yang berada di daerah perkotaan dimana tes terstandar mudah didapatkan atau instrument lain yang telah ada baik tes maupun non tes. Dapat menggunakan instrumentinstrumen tersebut. Akan tetapi apabila konselor tidak mempunyai alat-alat instrument tersebut bukan berarti proses pengumpulan informasi klien tidak bisa dilaksanakan. Misalkan konselor yang berada di pedesaan yang aktivitas akademisnya masih minim. Pada teknik non testing, konselor dibekali seperangkat keahlian untuk merancang, membuat, melakukan uji coba dan menerapkan instrument non test. Sehingga, Konselor dapat membuat sendiri alat-alat instrument yang dibutuhkan untuk memahami individu apabila tidak ada. Seperti pembuatan Alat ungkap masalah (AUM). Sebenarnya, pembuatan instrumen-instrumen ini dapat pula dibuat secara bersamaan oleh konselor-konselor dalam suatu daerah. Melalui musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) misalnya. Walaupun pada kenyataan saat ini, Konselor

sekolah yang variatif (bukan lulusan BK) menjadi penghambat dalam pembuatan instrument non tes dalam rangka pemahaman individu. Proses pengumpulan informasi klien (pemahaman individu), bagi konselor mutlak kiranya diperlukan. Konselor yang tidak dapat memahami individu dengan menggunakan teknik non testing sebetulnya tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini memang menjadi suatu permasalahan bagi perkembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling. Pada realitasnya, banyak konselor sekolah atau guru BK yang bergantung pada penggunaan tes terstandar dan tidak mampu melakukan proses pengumpulan informasi tentang diri klien dengan baik. Akibatnya, klien menjadi tidak terpecahkan permasalahan dan menjadikan ruangan bimbingan dan konseling semacam tempat pembuangan akhir bagi pendidik dan peserta didik. Sumber : Presentasi Mata Kuliah Pemahaman Individu Teknik Non Testing Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS 2011. Dosen pengampu: Dr. Sutarno, M.Pd. Mohon pembenahan apabila terdapat kesalahan dalam penulisan.