Artikel jurnal ptk

24
PERSYARATAN UTILITAS RUANG SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PERANCANGAN BANGUNAN Sumardjito*) Abstrak Salah satu komponen kegiatan perancangan bangunan adalah penyusunan tata ruang yang disesuaikan dengan spesifikasi kegiatan yang akan diwadahi ruang tersebut. Pewadahan kegiatan bukan sekedar memberikan tempat pada suatu ruang, namun juga harus mempertimbangkan aspek utilitas ruang sebagai salah satu faktor penentu kenyamanannya. Pada aspek ini dibahas pemanfaatan kondisi alam tropis sebagai upaya perencanaan utilitas ruang, yang salah satunya adalah mengupayakan kelancaran sirkulasi udara di dalam ruang dengan memanfaatkan perbedaan suhu, berat jenis dan tekanan udara di dalam dan atau di luar ruangan. Bukaan-bukaan dinding dan atap sebagai upaya kelancaran sirkulasi udara perlu dimanfaatkan pula sebagai upaya pemanfaatan sinar matahari. Dengan demikian pemikiran perencanaan bukaan dinding untuk ventilasi harus merupakan satu kesatuan pemikiran dengan perencanaan penerangan alami. Salah satu permasalahan yang harus dipecahkan dalam pemanfaatan kondisi alam tropis adalah 1).memanfaatkan terang dari sinar matahari tanpa harus terkena secara langsung efek panasnya, 2).melancarkan sirkulasi udara ke dalam ruang dengan nyaman yaitu dengan kecepatan angin yang tidak terlalu keras. Dari kajian ini, didapatkan bahwa untuk mendapatkan sinar matahari yang nyaman untuk penerangan pada suatu ruang, maka lubang-lubang cahaya harus diletakkan di daerah bayang-bayang. Perbedaan tinggi lubang cahaya lebih berpengaruh terhadap intensitas cahaya di dalam ruangan dibandingkan dengan perbedaan dimensi horisontal. Kecepatan angin yang terlalu keras dapat dikendalikan dengan adanya jalusi yang dipasang pada lubang dinding dengan membentuk sudut-sudut tertentu. Selain itu, perletakan lubang ventilasi juga jarus mempertimbangkan arah angin dominan pada suatu lokasi. Kata kunci: Utilitas Ruang, Kenyamanan 1

Transcript of Artikel jurnal ptk

Page 1: Artikel jurnal ptk

PERSYARATAN UTILITAS RUANG SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PERANCANGAN BANGUNAN

Sumardjito*)

Abstrak

Salah satu komponen kegiatan perancangan bangunan adalah penyusunan tata ruang yang disesuaikan dengan spesifikasi kegiatan yang akan diwadahi ruang tersebut. Pewadahan kegiatan bukan sekedar memberikan tempat pada suatu ruang, namun juga harus mempertimbangkan aspek utilitas ruang sebagai salah satu faktor penentu kenyamanannya. Pada aspek ini dibahas pemanfaatan kondisi alam tropis sebagai upaya perencanaan utilitas ruang, yang salah satunya adalah mengupayakan kelancaran sirkulasi udara di dalam ruang dengan memanfaatkan perbedaan suhu, berat jenis dan tekanan udara di dalam dan atau di luar ruangan. Bukaan-bukaan dinding dan atap sebagai upaya kelancaran sirkulasi udara perlu dimanfaatkan pula sebagai upaya pemanfaatan sinar matahari. Dengan demikian pemikiran perencanaan bukaan dinding untuk ventilasi harus merupakan satu kesatuan pemikiran dengan perencanaan penerangan alami.

Salah satu permasalahan yang harus dipecahkan dalam pemanfaatan kondisi alam tropis adalah 1).memanfaatkan terang dari sinar matahari tanpa harus terkena secara langsung efek panasnya, 2).melancarkan sirkulasi udara ke dalam ruang dengan nyaman yaitu dengan kecepatan angin yang tidak terlalu keras.

Dari kajian ini, didapatkan bahwa untuk mendapatkan sinar matahari yang nyaman untuk penerangan pada suatu ruang, maka lubang-lubang cahaya harus diletakkan di daerah bayang-bayang. Perbedaan tinggi lubang cahaya lebih berpengaruh terhadap intensitas cahaya di dalam ruangan dibandingkan dengan perbedaan dimensi horisontal. Kecepatan angin yang terlalu keras dapat dikendalikan dengan adanya jalusi yang dipasang pada lubang dinding dengan membentuk sudut-sudut tertentu. Selain itu, perletakan lubang ventilasi juga jarus mempertimbangkan arah angin dominan pada suatu lokasi.

Kata kunci: Utilitas Ruang, Kenyamanan

Pendahuluan

Upaya perancangan bangunan, apapun sarana, metode, atau pendekatan yang

digunakan, pada akhirnya akan berfungsi sebagai wadah kegiatan manusia. Dengan

demikian titik tolak keseluruhan pemikiran dan upaya perancangan tersebut haruslah

berdasarkan pada tuntutan dan persyaratan dari manusia calon pemakai yang harus

dipenuhi. Dengan demikian diharapkan akan tercipta suatu ruang atau wadah yang secara

umum bisa dinikmati dan dirasakan nyaman oleh calon penghuni tersebut.

1

Page 2: Artikel jurnal ptk

Persyaratan utilitas ruang secara umum diartikan sebagai suatu persyaratan fisik

lingkungan dan suasana suatu ruang yang mengarah pada terciptanya ruang berkualitas,

ditinjau dari aspek kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, yang bisa diformulasikan

lagi sebagai suatu ruang yang menyenangkan

Kenikmatan (comfort) pada suatu ruangan akan tercipta dari 2 faktor pokok, yaitu

adanya 1).kesegaran atau kelancaran sirkulasi udara dan 2). adanya kenyamanan. Dari

aspek psikologis, kenikmatan dapat bersifat relatif, namun pada tinjauan aspek fisik,

kenikmatan akan lebih banyak bersifat universal, walau untuk inipun masih dibatasi pula

oleh kebiasaan manusia dan ciri fisik alam pada suatu batas geografis tertentu.

Kesegaran akan banyak menyangkut masalah terpenuhinya kebutuhan udara yang

sehat dan bersih bagi penghuni ruang, meliputi kelancaran sirkulasi, kuantitas maupun

kualitas udara yang ada, sedangkan kenyamanan, walaupun secara umum tidak bisa

dipisahkan dari faktor kesegaran ruang, akan lebih banyak menyangkut faktor

distribusi/penyebaran pencahayaan ruang, konstanitas kelembaban dan suhu ruang yang

diharapkan. Kedua hal tersebut diatas merupakan faktor pokok pada Persyaratan Utilitas

Ruang. Permasalahannya adalah bagaimana memanfaatkan terang sinar matahari tanpa

kena efek langsung panasnya dan melancarkan sirkulasi udara ke dalam ruangan dengan

nyaman ?. Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan permasalahan tersebut.

Pemanfaatan Kondisi Alam Iklim Tropis.

Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis

kering, sebagai contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya,

serta daerah dengan iklim tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-

negara di Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di Indonesia,

misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada kondisi tropis kering,

namun itupun tidak terjadi sepanjang tahun.

Dengan kondisi iklim tropis lembab, dimana potensi angin dan cahaya matahari

merupakan sumber daya alam yang cukup berlimpah, maka sewajarnyalah upaya

perancangan bangunan selalu berorientasi pada pemanfaatan kondisi dan potensi alam

tersebut.

2

Page 3: Artikel jurnal ptk

Matahari memberi banyak manfaat kepada kita, memberi sinar dan kehangatan

yang merupakan ciri daerah tropis, serta memberi kesehatan dan energi. Anginpun sangat

bermanfaat untuk memberikan kesejukan, kesegaran, kebersihan aroma dan kelegaan

bernafas pada paru-paru kita.

Kondisi suhu udara didaerah tropis lembab biasanya tinggi, namun hal tersebut

tidak akan terasa mengganggu apabila ada yang mengimbanginya, yaitu adanya

hembusan angin yang cukup. Sebagai contoh apabila kita berada dipantai, walaupun suhu

sangat panas, namun perasaan panas tersebut bisa tereduksi dengan berhembusnya angin

laut yang mengalir konstan.

Dengan demikian faktor penentu ketidaknyamanan terutama bukan disebabkan oleh

panasnya udara, namun pada faktor kelembaban yang berlebihan. Hembusan angin akan

sangat membantu penguapan kandungan air yang berlebihan pada udara, dengan

demikian akan mengurangi derajat kelembaban yang berlebihan, karena hal tersebut akan

banyak membawa kerugian bagi fisik bangunan maupun fisik manusia/aspek kesehatan.

Menyangkut hal tersebut, Brown (1987:87) menyatakan bahwa pengaruh

kelembaban yang berlebihan pada udara akan berpengaruh pada fisik bangunan yaitu

akan mempercepat tumbuhnya organisme yang merapuhkan dan membusukkan kayu,

menyebabkan tumbuhnya jamur dan lumut pada dinding serta mempercepat proses

oksidasi/pengkaratan pada bahan-bahan baja/logam, sedangkan pada fisik manusia bisa

menyebabkan timbulnya penyakit rheumatik, pneumonia dan sejenisnya.

Hal diatas harus benar-benar diperhatikan dalam suatu upaya perancangan

bangunan, yaitu dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan, standard, dan pedoman-

pedoman perancangan, sehingga diharapkan akan tercapai ruang yang segar dan nyaman,

yang berarti terciptanya ruang yang berkualitas.

Dari uraian diatas, maka upaya pemanfaatan dan pengelolaan kondisi alam

daerah beriklim tropis mencakup:

Pengupayaan sarana sirkulasi udara yang memadai,

Pengupayaan sarana pemanfaatan sinar matahari,

Pengatasan terhadap kelembaban dari air tanah

Pengatasan terhadap cuaca/iklim setempat.

3

Page 4: Artikel jurnal ptk

Sirkulasi Udara Pada Ruang ruang Kegiatan

Prinsip upaya perancangan bangunan pada daerah beriklim tropis yang benar harus

mempertimbangkan pemanfaatan sebanyak mungkin kondisi alam, diantaranya adalah

pengupayaan pemikiran penghawaan alami untuk memenuhi kebutuhan udara dan

kelancaran sirkulasi udara pada bangunan tersebut.

Brown (1987:123) menyebutkan bahwa prinsip terjadinya aliran udara adalah,

mengalirnya udara dari daerah bertekanan tinggi kearah daerah yang bertekanan rendah.

Perbedaan tekanan udara terjadi karena adanya perbedaan temperatur pada masing-

masing daerah tersebut, dimana secara horizontal akan menimbulkan perbedaan tekanan

dan secara vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis.

Dalam upaya pemanfaatan penghawaan alami, perlu diperhatikan bahwa pengaliran

udara yang perlahan-lahan namun kontinyu sangat mutlak diperlukan, agar udara didalam

ruangan selalu diganti dengan udara yang bersih, sehat, segar dan terasa nyaman. Pada

kegiatan rumah tinggal, pergantian udara bisa dikatakan baik apabila udara didalam

ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15 m3/orang/jam, semakin kecil ukuran ruang,

maka frekuensi pergantian udara harus semakin sering.

Keterlambatan atau kekurangan volume pergantian udara didalam ruang akan

meningkatkan derajat kelembaban ruang, yang akan menimbulkan perasaan tidak

nyaman, disamping itu udara kotor sisa gas buang yang tidak secepatnya tersalur keluar

akan sangat merugikan kesehatan pemakai ruang. Sebagai pedoman, suatu ruang akan

terasa nyaman untuk tubuh apabila kelembaban didalam ruang tersebut berkisar antara 40

– 60%. Pada ruang-ruang yang jarang terkena pengaruh panas sinar matahari, maka

pengendalian kelembaban sangat ditentukan oleh kelancaran sirkulasi udara yang

mengalir didalam ruang tersebut.

Kelembaban tinggi, disamping disebabkan oleh kurang lancarnya sirkulasi udara

didalam ruang dan kurangnya pengaruh sinar matahari, juga disebabkan oleh faktor-

faktor:

Air hujan:

Akibat merembesnya air hujan dari luar dinding kedalam dinding bangunan,

Akibat merembesnya air hujan yang disebabkan oleh sistem talang air hujan yang

tidak benar, misalnya talang datar yang teletak diatas dinding memanjang,

4

Page 5: Artikel jurnal ptk

Penyusupan air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain yang tidak rapat

sempurna dan masih terkena tampias air hujan.

Kondisi air tanah

Akibat merembesnya air dari tanah melalui pondasi dan dinding ke lantai secara

kapilerisasi.

Dengan demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban tinggi secara rinci

juga tergantung dari penyebab utama timbulnya hal tersebut.

Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Horisontal.

Perancangan tata ruang yang benar harus dengan memperhatikan kelancaran

sirkulasi atau pengaliran udara yang dapat melalui seluruh ruang-ruang yang dirancang.

Kelancaran aliran/ sirkulasi udara pada suatu susunan ruang bisa diperoleh dengan:

1. Membuat lubang-lubang ventilasi pada bidang-bidang yang saling berseberangan

(cross ventilation),

2. Memanfaatkan perbedaan suhu pada masing-masing ruang, karena udara akan

mengalir dari daerah dengan suhu rendah (yang mempunyai tekanan tinggi) kedaerah

dengan suhu tinggi (yang mempunyai tekanan rendah).

Dengan memperhatikan dua hal diatas, dalam perancangan tata ruang, perlu

dipikirkan 1). Spesifikasi arah angin dominan pada suatu lokasi dimana bangunan akan

didirikan, dan 2). Dengan memperhitungkan perancangan tata ruang yang dapat

menghasilkan ruang dengan kondisi suhu ruang yang bervariasi, untuk mengarahkan dan

memperlancar sirkulasi udara ruang, yaitu dengan upaya pengolahan pelubangan-

pelubangan yang berbeda-beda.

Pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi, angin yang datang masuk ke ruangan

ternyata terlalu kencang, sehingga justru menimbulkan perasaan yang tidak nyaman.

Untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan dan diupayakan adanya semacam louvre atau

kisi-kisi yang dipasang pada lubang tersebut. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai sarana

untuk membelokkan dan memperlambat kecepatan angin yang masuk ruangan, sehingga

ruangan bisa terasa nyaman. Brown (1987:87) menyatakan bahwa dengan dipasangnya

louvre atau kisi-kisi tersebut, dapat mengurangi kecepatan angin dari 9 - 40 km/jam

menjadi 5 – 7,5 km/jam.

5

Page 6: Artikel jurnal ptk

Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Vertikal.

Mangunwijaya (1980:153) menyebutkan bahwa prinsip perancangan ventilasi

vertikal adalah berdasarkan suatu teori bahwa udara kotor dan kering akan selalu

mengalir keatas secara alamiah, sedangkan udara segar dengan berat jenis yang lebih

besar akan selalu mengalir kebawah atau selalu mendekati lantai.

Prinsip diatas harus diperhatikan dalam upaya perancangan tata ruang, sehingga

pembuangan udara kotor keluar ruangan dan suplai udara segar ke dalam ruangan dapat

terpenuhi.

Penerapan prinsip-prinsip tersebut pada perancangan fisik ruang mencakup:

1. Pelubangan dan atau kisi-kisi pada langit-langit, yang memungkinkan udara kotor dan

kering bisa menerobos keluar ruangan secara vertikal,

2. Adanya pori-pori pada atap, aplikasinya pada susunan genting yang masih mempunyai

sela-sela.

3. Penerapan “skylight”, yaitu upaya memanfaatkan sinar matahari dengan sistem

pencahayaan dari atap, yang dikombinasikan dengan lubang-lubang ventilasi vertikal

pada daerah tersebut, dengan demikian panas akibat adanya radiasi sinar matahari dari

skylight bisa berfungsi sebagai penyedot udara, hal ini disebabkan didaerah tersebut

terjadi tekanan udara rendah akibat timbulnya kenaikan suhu udara,

Mangunwijaya juga menyebutkan bahwa, perencanaan penghawaan alami pada

perencanaan bangunan akan lebih efektif apabila merupakan penggabungan antara sistem

ventilasi horisontal dengan sistem ventilasi vertikal, karena kedua sistem tersebut akan

saling menunjang. Berdasarkan penelitian, upaya tersebut ternyata bisa menaikkan

tingkat keberhasilan 10% dibandingkan apabila sistem tersebut diterapkan secara

terpisah.

Pemanfaatan Sinar Matahari.

Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa dibedakan dalam

beberapa jenis:

1. Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa terhalang oleh apapun,

2. Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan,

6

Page 7: Artikel jurnal ptk

Untuk nomor 1 dan 2 biasa disebut sinar langit.

3. Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil pantulan (refleksi) cahaya dari

benda-benda yang berada diluar bangunan, dan masuk kedalam ruangan melalui

lubang-lubang cahaya. Termasuk disini adalah sinar matahari yang terpantul dari

tanah, perkerasan halaman, rumput, pohon yang selanjutnya terpantul kebidang kerja

didalam ruangan (bidang kerja adalah suatu bidang khayal atau anggapan, setinggi 75

cm dari lantai, yang dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan penyinaran).

4. Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya dari benda-benda

atau elemen-elemen didalam ruang itu sendiri.

Sinar matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga akan mendatangkan panas,

atau setidak-tidaknya akan menaikkan suhu ruang, dengan demikian perlu diperhatikan

kenyataan: 1). Bahwa gangguan sinar matahari datang dari silau sinarnya, dan kemudian

sengatan panasnya, 2).Sinar matahari disamping memberi terang juga memberi panas.

Dari kedua kenyataan diatas, perlu diambil langkah-langkah dalam upaya

perancangan tata ruang sebagai berikut:

Dalam memanfaatkan sinar matahari, seoptimal mungkin kita memanfaatkan sinarnya,

namun sekaligus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa mengurangi panas yang

timbul,

Dalam memanfaatkan potensi sinar matahari, kita tidak mengupayakan cahaya

langsung, tapi cukup cahaya pantulan atau cahaya bias.

Untuk mendapatkan cahaya pantul/bias, lubang cahaya harus diletakkan didaerah

bayang-bayang.

Pemanfaatan cahaya langsung didalam ruang biasanya hanya dipergunakan pada suatu

kasus atau keadaan khusus, yang memerlukan suatu effek arsitektural khusus, kesan

aksentuasi, atau untuk suatu fungsi-fungsi tertentu saja.

Menurut Dirjend Cipta Karya, (1987:12), disebutkan bahwa standard minimal

lubang cahaya untuk ruang-ruang kegiatan sehari-hari adalah 1/8-1/10 dari luas lantai.

Dalam ungkapan fisik, biasanya disain lubang cahaya merupakan pemikiran yang tidak

terpisahkan dari disain lubang ventilasi, dengan demikian rincian bentuk maupun

perletakannya perlu dijabarkan lagi dengan lebih detail dengan mempertimbangkan

kedua aspek tersebut.

7

Page 8: Artikel jurnal ptk

Derajat / tingkat Penyinaran.

Dalam kegiatan perancangan bangunan, upaya pemikiran pemanfaatan sinar

matahari perlu memperhitungkan 3 faktor yang akan mempengaruhi derajat/tingkat

penyinaran suatu ruang, yaitu:

Ketinggian lubang cahaya

Yang dimaksud ketinggian lubang cahaya adalah jarak vertikal yang diperhitungkan

dari bidang kerja kearah ambang atas maupun ambang bawah lubang cahaya.

Kedalaman ruang

Kedalaman ruang adalah jarak batas ruang terluar dengan batas datang sinar

(misalkan: panjang oversteck dimuka ruang).

Berkaitan dengan ketiga faktor tersebut, menurut Soetiadji, (1986;23), ternyata terdapat kaitan

antara ketinggian lubang cahaya dengan tingkat/derajat penyinaran pada ruangan berdasarkan tabel

dibawah ini:

DERAJAT/TINGKAT PENYINARANJENDELA SATU SISI JENDELA DUA SISI

1. Dikurangi 15 %2. Dikurangi 30 %3. Dikurangi 40 %

Turun 19 %Turun 38 %Turun 63 %

Turun 9,5 %Turun 25 %Turun 44 %

Lebar lubang cahaya

Lebar lubang cahaya merupakan dimensi horizontal dari lubang cahaya tersebut.

Menurut Soetiadji, lebar lubang cahaya juga memberi pengaruh pada derajat/tingkat

penyinaran sesuai tabel dibawah ini:

LEBAR LUBANG CAHAYA DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN

1. Dikurangi 22 %

2. Dikurangi 50 %

Turun 7 %

Turun 25 %

Dari tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa ketinggian lubang cahaya ternyata lebih

berperan dalam menentukan derajat/tingkat penyinaran ruang dibandingkan dengan

kelebaran (dimensi horisontal) lubang cahaya.

Ungkapan diatas bisa dijabarkan lebih jelas sebagai berikut:

8

KETINGGIAN LUBANG CAHAYA

Page 9: Artikel jurnal ptk

1. Bahwa walaupun lubang cahaya sudah cukup lebar, namun apabila ketinggian lubang

tersebut kurang memenuhi syarat, tidak akan menghasilkan tingkat penyinaran ruang

yang efektif.

2. Makin tinggi lubang cahaya, akan makin efektif tingkat penyinaran yang dihasilkan

pada suatu ruang.

Sedangkan pengaruh antara panjang/lebar oversteck dimuka lubang cahaya

terhadap derajat/tingkat penyinaran didalam ruang adalah sebagai berikut:

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN

SISI DEKAT SISI JAUH

1. 60,00 CM

2. 120,00 CM

3. 180,00 CM

.

Turun 14 %

Turun 24 %

Turun 39 %

Turun 7,5 %

Turun 15 %

Turun 22 %

Dari tabel tersebut bisa dinyatakan bahwa oversteck dimuka lubang cahaya sangat

mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran pada suatu ruang, dengan demikian perlu

perhitungan yang matang dalam perencanaan oversteck diatas/dimuka lubang cahaya,

supaya tidak merugikan kwalitas penyinaran pada ruang tersebut.

Radiasi Panas Sinar Matahari.

Disamping memancarkan sinar/cahaya, matahari juga akan mengeluarkan panas.

Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam upaya perancangan bangunan, setidak-

tidaknya dikurangi sehingga suhu ruangan bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Beberapa pemikiran perancangan ruang sebagai upaya untuk mengurangi efek

panas yang disebabkan oleh radiasi panas sinar matahari adalah berdasarkan suatu prinsip

memasang lubang cahaya didaerah bayang-bayang/bias cahaya matahari.

Aplikasinya dalam ungkapan fisik sebagai berikut:

1. Memasang tabir sinar matahari pada bagian luar ruang/lubang cahaya. Cara ini bisa

mereduksi radiasi panas sebesar 90 – 95 %

9

PANJANG OVERSTECK

Page 10: Artikel jurnal ptk

2. Memasang tabir sinar matahari dibagian dalam ruang/lubang cahaya. Cara ini dapat

mereduksi radiasi panas sinar matahari sebesar 60 – 70 %

Tabir sinar matahari bisa berupa tabir horisontal (horizontal blind), atau tabir sinar

matahari vertikal (vertical blind), yang pemasangannya bisa dengan cara pemasangan

dengan bentuk permanen, atau yang bersifat adjustable/moveable, yang bisa diatur sesuai

kebutuhan.

Pada penerapannya dalam ungkapan fisik, fungsi tabir sinar matahari bisa berfungsi

ganda, yaitu disamping sebagai sarana untuk mereduksi radiasi panas sinar matahari, juga

sebagai sarana pengatur derajat/tingkat penyinaran ruang, dengan demikian sebaiknya

tabir sinar matahari tersebut diberi warna yang terang/cerah untuk dapat memberi effek

bias yang maksimal.

Upaya Utilitas Ruang Pada Perancangan Fisik.

a. Untuk merancang suatu tata ruang bangunan, perlu dipikirkan suatu organisasi dan

pola perletakan ruang yang mengikuti pola pergerakan pemakai yang selalu

bersambung (continous space), sehingga disamping melancarkan arus sirkulasi

pergerakan, juga memperlancar sirkulasi udara didalam ruang.

b. Pemasangan pelubangan-pelubangan pada dinding-dinding ruang sebaiknya

diletakkan dengan ketinggian yang sama dengan plafond atau sedikitnya mendekati

sama dengan tinggi plafond, untuk ketinggian ambang bawah setinggi-tingginya 75

cm dari lantai (merupakan ketinggian bidang kerja), dengan demikian diharapkan:

1. Dari aspek penghawaan, akan lebih menyempurnakan kelancaran sirkulasi udara,

dengan menghindari kantong-kantong udara kering didalam ruang, serta

memperlancar distribusi udara segar masuk kedalam ruang.

2. Dari aspek penyinaran, efek penetrasi sinar matahari akan sangat efektif, karena

tingkat/derajat penyinaran kedalam ruang bisa maksimal.

c. Untuk perancangan langit-langit, sebaiknya pada tempat-tempat tertentu diberi kisi-

kisi untuk memudahkan pengaliran udara kering keatas, sedangkan pada ruang-ruang

yang membutuhkan aksen-aksen khusus, lubang/kisi-kisi tersebut bisa dikombinasikan

dengan lubang-lubang cahaya atas (skylight). Dengan demikian didapatkan manfaat

dari upaya diatas, yaitu:

10

Page 11: Artikel jurnal ptk

1. Sirkulasi udara arah vertikal bisa berjalan lancar mengalir keatas, karena hal ini

juga dibantu dengan panas yang timbul dari radiasi sinar skylight.

2. Penyinaran alami pada ruang tersebut akan mempunyai nilai khusus sebagai Eye

Catcher atau Point of Interest, yang biasanya pada skylight tersebut dibuat disain

khusus berupa kaca warna ornamental (glass in lood).

d. Warna/cat pada bidang-bidang pembatas ruang sebaiknya diatur sebagai berikut:

1. Warna langit-langit diusahakan memakai warna terang/cerah, karena bidang ini

berfungsi sebagai bidang pantul pokok.

2. Warna dinding diusahakan warna terang/cerah terutama bidang dinding yang

berseberangan dengan lubang cahaya, namun bisa dipilih dengan intensitas

terang dibawah warna langit-langit.

3. Warna lantai/tegel bisa dipilih sesuai selera (bisa warna gelap ataupun terang),

karena bidang lantai bukan merupakan unsur pokok yang mempengaruhi

pemantulan cahaya didalam ruang, kecuali apabila bidang lantai tersebut terletak

diteras, yang biasanya terkena langsung sinar matahari, perlu dipertimbangkan

pemilihan warna-warna yang teduh.

e. Pemilihan bahan lantai harus benar-benar dari bahan kedap air. Makin baik bahan

tersebut bisa mengisolir air akan makin baik dalam menjaga stabilitas suhu dan

kelembaban ruang yang diinginkan, karena dengan tertahannya air dari tanah yang

akan merambat keatas dengan cara kapiler, maka suhu dan kelembaban didalam ruang

akan tetap stabil.

Disamping itu perlu diperhatikan juga pemasangan pasangan kedap air sampai dengan

dinding setinggi 30 cm dari lantai untuk dinding-dinding umumnya, dan setinggi

minimal 150 cm untuk dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan tempat-

tempat basah.

f. Supaya dihindari pemasangan talang datar yang terletak sejajar diatas dinding, karena

rembesan dan pengembunan pada seng talang tersebut akan meresap ke dinding yang

mengakibatkan tumbuhnya jamur dan pelapukan.

g. Penutup atap dari bahan genting akan lebih baik dibandingkan dari bahan-bahan lain

yang berupa lembaran-lembaran besar (seng, asbes dsb), karena susunan genting pada

atap merupakan elemen yang cukup baik sebagai sarana ventilasi vertikal.

11

Page 12: Artikel jurnal ptk

h. Pemasangan tabir sinar matahari, cukit, jalusi atau pergola dimuka atas lubang jendela

sangat dianjurkan untuk mereduksi silau dan panas sinar matahari. Untuk

memperlambat kecepatan angin yang masuk ruangan perlu dipasang kisi-kisi/jalusi

yang dipasang dimuka lubang jendela.

i. Sejauh mungkin diupayakan, supaya pada salah satu sisi ruangan atau bangunan, bisa

dinaungi oleh rimbunnya gerumbul atau pepohonan, upaya tersebut bermanfaat untuk:

1. Menetralisir/mereduksi panas yang akan masuk ruangan.

2. Perbedaan suhu pada masing-masing sisi ruangan atau bangunan juga akan

mengarahkan dan mempermudah pengaliran sirkulasi udara didalam ruangan.

Kendala Kendala Yang Biasa Dijumpai

Persyaratan Utilitas Ruang bisa diterapkan dalam ungkapan fisik secara ideal

apabila tidak ada keterbatasan yang meliputi; keterbatasan lahan, keterbatasan dana dan

rendahnya kesadaran masyarakat.

Pada penerapannya, justru ketiga hal itulah yang menjadi kendala utama sehingga

persyaratan utilitas ruang tersebut tidak bisa secara maksimal diterapkan. Secara teknis,

kendala akibat keterbatasan lahan mencakup :

Pada kondisi tata ruang yang tersusun berjubel, mengakibatkan tidak lancarnya

sirkulasi udara serta menyulitkan sinar matahari masuk ruangan. Pada penerapan

rehabilitasi terhadap kondisi tersebut, ternyata sulit dalam menerapkan sistem ventilasi

dan pelubangan sinar sesuai pedoman.

Upaya perancangan pada lahan yang relatif sempit dengan dana pembangunan yang

sangat terbatas, juga sulit untuk bisa menghasilkan penataan ruang yang bisa

memanfaatkan penghawaan alami dan sinar matahari, karena dengan pertimbangan

penghematan biaya, bangunan-bangunan dari klas ini biasanya mempunyai penataan

ruang yang sangat sederhana, yang sering menimbulkan kesulitan pada upaya

pemanfaatan penghawaan alami dan sinar matahari secara optimal.

Bukaan-bukaan ruang ditengah ruang/rumah (inner court) yang berfungsi sebagai

sarana sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari sering dipandang sebagai suatu

pemborosan, karena seolah-olah ruang tersebut tidak bermanfaat, sehingga hal tersebut

12

Page 13: Artikel jurnal ptk

sering diabaikan, dan dipakai sebagai ruang pada umumnya. Akibatnya ruang-ruang

menjadi pengap dan panas karena tidak terdapat sirkulasi udara yang baik dan lancar.

Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan diatas, maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Bahwa dengan potensi alam yang sudah cukup melimpah di Indonesia ini, sebenarnya

sangat dianjurkan untuk memanfaatkannya seoptimal mungkin pada upaya

perancangan maupun pembuatan bangunan, karena dengan cara tersebut, sebenarnya

kita telah mengupayakan langkah-langkah hemat energi yang saat ini sedang giat

dicanangkan.

b. Dengan mengetahui pedoman, ketentuan dan patokan-patokan “persyaratan utilitas

ruang” tersebut, dapat menghindari adanya bentuk-bentuk bangunan yang berlebihan,

yang tidak diperlukan, atau bahkan mungkin malahan merugikan bangunan atau

penghuninya sendiri.

c. Untuk terciptanya ruang yang berkualitas, komponen-komponen pada “persyaratan

utilitas ruang” tidak bisa berdiri sendiri, terpisah dari komponen lainnya, namun

komponen-komponen tersebut akan berfungsi dengan saling terkait dan menunjang,

dengan demikian upaya perancangannya harus merupakan satu kesatuan pemikiran.

d. Untuk menerapkan “persyaratan utilitas ruang” pada upaya perancangan bangunan

secara optimal, diperlukan 3 faktor pokok yang salah satunya harus ada, yaitu:

1. Ketersediaan lahan yang relatif cukup,

2. Ketersediaan dana untuk membiayai upaya tersebut,

3. Kesadaran masyarakat penghuni/calon penghuni bangunan terhadap upaya hidup

secara sehat dan nyaman.

13

Page 14: Artikel jurnal ptk

14

Page 15: Artikel jurnal ptk

Daftar Pustaka

Brown. GZ, 1987. Matahari, Angin dan Cahaya. Bandung: Intermatra.

Departemen Pekerjaan Umum. 1989. Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit PU.

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1979. Penerangan Alami Siang Hari. Jakarta: Yayasan LPMB.

Mangunwijaya, YB, Dipl. Eng. 1981. Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Jakarta: Gramedia.

Soetiaji, Setyo, Ir. 1986. Anatomi Utilitas. Jakarta: Jambatan

_____, 1990. Lubang-Lubang Angin dan Cahaya. Jakarta, Majalah Konstruksi edisi September 1990.

15

Page 16: Artikel jurnal ptk

16