ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL...

18
ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG KACANG MERAH, DAN KARAGENAN TERHADAP KARAKTERISTIK BIHUN OLEH WAHIDA RISMI WARDANI J1A013141 FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2018

Transcript of ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL...

Page 1: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG KACANG MERAH, DAN KARAGENAN TERHADAP KARAKTERISTIK BIHUN

OLEH WAHIDA RISMI WARDANI

J1A013141

FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM 2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

ii

HALAMAN KELAYAKAN PUBLIKASI

Dengan ini kami menyatakan bahwa artikel yang berjudul “Pengaruh Rasio Tepung Beras Merah, Tepung

Kacang Merah, dan Karagenan Terhadap Karakteristik Bihun” disetujui untuk dipublikasikan.

Nama Mahasiswa : Wahida Rismi Wardani

Nomor Mahasiswa : J1A013141

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Minat Kajian : Teknologi Pengolahan

Mataram, November 2018

Page 3: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

ii

PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG KACANG MERAH, DAN KARAGENAN TERHADAP

KARAKTERISTIK BIHUN

The Effect of Red Rice Flour, Red Bean Flour and Carrageenan Ratioon the Characteristics of Rice Noodle

Wahida Rismi Wardani1), Zainuri2) dan Yeni Sulastri2) 1)Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA UNRAM

2)Staf Pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA UNRAM

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the effect of red rice flour, red bean flour and carrageenan ratioon

the moisture content, ash content, protein content, antioxidant activity, firmness, strength, color, aroma, and the taste

of rice noodle. The method that was use in this research was completely Randomize Block Design (CRBD) with six

treatments including p1 (60% red rice flour : 39% red bean flour : 1% carrageenan), p2 (55% red rice flour : 44,5% red

bean flour : 0,5% carrageenan), p3 (50% red rice flour : 49 % red bean flour : 1% carrageenan), p4 (45% red rice

flour, 54,5% red bean flour : 0,5% carrageenan), p5 (40% red rice flour : 59% red bean flour : 1% carrageenan), p6

(35% red rice flour : 64,5% red bean flour : 0,5% carrageenan). Each treatment was made into 3 replications. The data

were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) at 5% significant level with co-stat software. When the data were

significantly different, they were further analyzed using Honestly Significant Different at 5% significant level too. The

results showed that the ratio of red rice f

*, color and aroma, but gave non-significant effect on the ash content, protein

content, activity of antioxidant and taste of rice noodle. The treatment with 60% red rice flour, 39% red bean flour, and

1% carrageenan gave the best results and the rice noodle fulfilled the quality requirement based on the Indonesian

National Standard with the following characteristics: the moisture content 7,45% (maximum 13%), ash content 0,36%

(maximum 1%), protein content (11,55%) (minimum 4%), the antioxidant activity 39,58%, firmness 72,07%, the

values L* 38,23 and HUE 55,58. The ratio of 60% red rice flour, 39% red bean flour, and 1% carrageenan also resulted

in the taste, flavour, and color of rice noodle which were slightly liked by the panelists.

Keywords : rice noodle, red rice flour, red bean flour, carrageenan.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio tepung beras merah, tepung kacang merah, dan

karagenan terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, aktivitas antioksidan, keutuhan, daya tahan, uji warna, dan

organoleptik (warna, aroma, dan rasa) bihun. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok

(RAK) yang terdiri atas 6 perlakuan yaitu p1 (60% tepung berasmerah : 39% tepung kacang merah : 1% karagena), p2

(55% tepung beras merah : 44,5% tepung kacang merah : 0,5% karagenan), p3 (50% tepung beras merah : 49 %

tepung kacang merah : 1% karagenan), p4 (45% tepung beras merah, 54,5% tepung kacang merah : 0,5%

karagenan), p5 (40% tepung beras merah : 59% tepung kacang merah : 1% karagenan), p6 (35% tepung beras merah

: 64,5% tepung kacang merah : 0,5% karagenan) dengan 3 kali ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis

menggunakan analisis keragaman (Analysis of Variance) menggunakan Software Co-stat serta menggunakan uji lanjut

Beda Nyata Jujur pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio tepung beras merah, tepung kacang

merah, dan karagenan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap , nilai L, dan warna dan

aroma bihun, namun memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar abu, kadar protein, aktivitas

antioksidan dan rasa. Perlakuan rasio 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah, dan 1% karagenan

memberikan hasil terbaik dan bihun memenuhi persyaratan mutu berdasarkan Standar Nasional Indonesia dengan

karakteristik bihun

55,58. Rasio

60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah, dan 1% karagenan juga menghasilkan bihun dengan rasa,

aroma, dan warna yang agak disukai oleh panelis.

Kata Kunci : bihun, tepung beras merah, tepung kacang merah, karagenan.

1

Page 4: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

2

PENDAHULUAN

Bihun merupakan salah satu bentuk

diversifikasi pangan yang berbasis beras. Di

pasaran dikenal dua jenis bihun, yaitu bihun

kering dan bihun instan. Bihun kering dibuat

dari tepung beras dengan atau tanpa bahan

tambahan dan berbentuk benang.

Sedangkan bihun instan dibuat dari tepung

beras dengan atau tanpa bahan tambahan,

berbentuk benang dan matang setelah

dimasak dengan air mendidih selama tiga

menit (Astawan, 1999). Pati untuk bahan

baku bihun yaitu memiliki ukuran granula

kecil, kandungan amilosa 27% atau lebih,

derajat pembengkakan dan kelarutan

terbatas serta tidak mengalami penurunan

viskositas selama proses pemanasan dan

pengadukan (Romadhoni dan Harijono,

2015).

Menurut Standar Nasional Indonesia

(SNI No. 01-2975-2006), syarat mutu bihun

yaitu memiliki kadar air maksimum 13%,

kadar abu maksimum 1%, dan kadar protein

minimal4%. Apabila kurang atau melebihi

standar yang telah ditetapkan maka produk

bihun yang dihasilkan kurang baik dari segi

proses pengolahan dan nilai gizi produk. Di

samping itu, bau dan rasa bihun harus khas

bihun. Bihun yang ada dipasaran umumnya

mengandung karbohidrat 82,10 gram, lemak

0,10 gram dan protein sejumlah 4,70 gram

(Ramdhani, Harijono, dan Saparianti, 2014).

Bihun secara umum terbuat dari tepung

beras putih. Beras putih dalam 100 gram

tepung mengandung kalori 353 kkal, lemak

0,9 gram, karbohidrat 77,1 gram, serat 0,2

gram dan protein 82 gram (Suyanti, 2010).

Menurut Ramdhani, Harijono, dan Saparianti

(2014), beras putih memiliki kandungan

amilopektin tinggi dan serat yang cukup

rendah sehingga bagi penderita diabetes

disarankan untuk tidak terlalu banyak

mengkonsumsi beras putih. Oleh karena itu,

perlu adanya penambahan bahan lain yang

memiliki kadar serat cukup tinggi. Salah satu

bahan pangan yang memiliki kandungan

serat tinggi adalah beras merah yang dapat

digunakan dalam pembuatan bihun.

Beras merah dalam 100 gram tepung

memiliki kandungan energi sebesar 349

kkal, lemak 1,7 gram, serat 0,8 gram,

vitamin 0,31 gram, dan kalsium 16 miligram

(Suyanti, 2010). Selain itu juga beras merah

lebih aman dikonsumsi untuk penderita

diabetes karenakarakteristik beras merah

memiliki kandungan amilopektin 20% lebih

rendah dan mengandung serat 0,8% lebih

tinggi dibandingkan dengan beras putih

0,2%. Berdasarkan penelitian Resti (2014),

pada pembuatan mie basah dengan

penambahan beras merah 30% dan tepung

terigu 70% menghasilkan mie warna, aroma

dan rasa khas mie basah. Selain itu hasil

penelitian Riyanto, Lorensia, dan Pranata

(2014), pada pembuatan mie dengan

penambahan beras merah 15% dan 85%

terigu, memberikan kualitas sensoris dari

segi warna, aroma dan rasa khas mie

terbaik. Beras merah memiliki kandungan

serat cukup tinggi namun kandungan

protein pada beras merah rendah, sehingga

perlu penambahan bahan lain seperti

kacang-kacangan untuk meningkatkan nilai

gizi protein pada bihun. Salah satu bahan

kacang-kacangan yang memiliki protein

tinggi adalah kacang merah.

Kacang merah merupakan salah satu

jenis kacang-kacangan yang memiliki

kandungan gizi protein tinggi. Kacang merah

mengandung karbohidrat 60,01 gram,

protein 23,58 gram, lemak 0,83 gram, serat

kasar 24,9 gram, dan asam amino lisin

sebanyak 1323 mg (Permana dan Putri,

2015). Berdasarkan hasil penelitian

Prasetiangga, Amanto, dan Rakhmawati

(2014), produk flakes dengan perlakuan

terbaik yaitu perlakuan proporsi tepung

tapioka 50%, tepung kacang merah 47%

dan tepung konjac 3% menghasilkan kadar

protein sebesar 13,48-16,84% dengan rasa

Page 5: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

3

yang disukai panelis. Penggunaan tepung

beras merah dan tepung kacang merah

diduga akan menghasilkan bihun dengan

sifat fisik yang mudah rapuh dan patah.

Oleh karena itu, diperlukan penambahan

bahan pengenyal atau hidrokoloid yang

dapat memperbaiki karakteristik pasta

bihun. Salah satu bahan pengenyal yang

dapat ditambahkan kedalam bahan pangan

adalah karagenan.

Karagenan adalah getah rumput

laut yang diekstrak dengan air atau larutan

alkali dari spesies tertentu dari kelas

Rhodophyceae (alga merah). Karagenan

merupakan suatu jenis galaktan yang

memiliki karakteristik unik dan memiliki daya

ikat air yang cukup tinggi. Karagenan

mampu menggantikan peran gluten karena

memiliki fungsi yang hampir sama yaitu

dapat memberikan tekstur yang kenyal dan

elastis. Berdasarkan hasil penelitian

Widyaningtyas dan Susanto (2015),

karagenan merupakan hidrokoloid paling

baik yang mempengaruhi tekstur mie kering

dibandingkan Carboxy Methyl Cellulose

(CMC) dan Xantan gum. Pada penelitian

Ramdhani, Harijono, dan Saparianti (2014)

yaitu penambahan 1% karagenan dengan

penambahan beras putih dalam pembuatan

bihun memberikan tekstur yang lebih elastis

dan tidak mudah putus. Selain itu,

Trisnawati dan Anisa (2015) dalam

penelitiannya tentang mie basah dengan

penambahan 0,75% karagenan memberikan

tekstur yang lebih baik. Oleh karena itu,

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

pengaruh rasio tepung beras merah, tepung

kacang merah, dan tepung karagenan untuk

menghasilkan bihun dengan karakteristik

kimia dan organoleptik yang paling baik.

BAHAN DAN METODELOGI

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain tepung beras

merah, tepung kacang merah, tepung

karagenan, STPP dan air. Tepung beras

merah, kacang merah dan tepung

karagenan. Bahan yang digunakan untuk

analisis antara lain aquades, alqohol, CuSO4,

K2SO4, larutan NaOH, Na2SO4, larutan HCL

0,1N, larutan H2SO4 0,1N, 450 mL methanol

96%, dan 1 mg DPPH.

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat pencetak bihun,

oven, baskom plastik, panci, sendok, sendok

sayur, kompor gas, timbangan digital, pisau,

loyang, ayakan 80 mesh dan penggiling

beras. Sedangkan alat-alat untuk analisis

antara lain mortar, sendok tanduk,

timbangan analitik, Erlenmeyer 250m, gelas

ukur 100 ml, cawan porselin, desikator,

rubber bulb, tanur, desikator, oven listrik,

destilator, labu kejeldahl, soxhlet, masker,

sarung tangan, tisu, dan alat tulis.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang

digunakan di dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

percobaan faktor tunggal, yaitu rasio tepung

beras merah, tepung kacang merah dan

karagenan terdiri dari 6 aras perlakuan yaitu

sebagai berikut:

P1= tepung beras merah 60%: tepung

kacang merah 39%: karagenan 1%

P2= tepung beras merah 55%: tepung

kacang merah 44,5%: karagenan 0,5%

P3= tepung beras merah 50%: tepung

kacang merah 49%: karagenan 1%

P4= tepung beras merah 45%: tepung

kacang merah 54,5%: karagenan 0,5%

P5= tepung beras merah 40%: tepung

kacang merah 59%: karagenan 1%

P6= tepung beras merah 35%: tepung

kacang merah 64,5%: karagenan 0,5%

Page 6: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

4

Masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 3 kali ulangan, sehingga

diperoleh 18 unit sampel. Analisis data

pengamatan diamati dengan menggunakan

analisis keragaman ANOVA (Analisis of

Variance) menggunakan Software Costat.

Apabila terdapat perbedaan yang nyata,

maka dilanjutkan dengan menggunakan Uji

Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata

5%.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga tahapan

pengerjaan yang meliputi proses

pembuatan tepung beras merah,

pembuatan tepung kacang merah, dan

proses pembuatan bihun.

1. Pembuatan Tepung Beras Merah

Dan Kacang Merah

a) Pembuatan Tepung Beras Merah.

Beras merah yang digunakan adalah

beras merah yang berasal dari Udayana

Kota Mataram. Beras merah direndam

dengan air selama 12 jam lalu dilakukan

penirisan. Setelah ditiriskan beras merah

kemudian digiling menggunakan mesin

penggiling tepung. Setelah itu dilakukan

pengeringan dengan cabinet drier pada

suhu 50-60OC. Selanjutnya dilakukan

penepungan dan pengayakan dengan

menggunakan ayakan 80 mesh.

b) Pembuatan Tepung Kacang Merah.

Kacang merah yang digunakan

dibeli dari Pasar Kebon Roek Ampenan.

Kacang merah disortir kemudian direndam

menggunakan air hangat. Setelah itu

dikupas kulitnya dan kemudian disangrai

selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan

penggilingan dengan menggunakan blender

dan diayak dengan ayakan 80 mesh.

2. Pembuatan Bihun

Pembuatan bihun dilakukan dengan

mencampur semua bahan kering terlebih

dahulu seperti tepung beras merah sesuai

perlakuan yaitu 60 g, 55 g, 50 g, 45 g, 40 g

dan 35 g. Kemudian tepung kacang merah

sebanyak 39 g, 44,5 g, 49 g, 54,5 g, 59 g

dan 64,5 g. Karagenan 1 g, 0,5 g, 1 g, 0,5

g, 1 g dan 0,5 g. STPP 0,3 g, Air 32,7 ml.

Selanjutnya dilakukan pengulenan selama

15 menit. Adonan yang telah kalis

selanjutnya dicetak. Setelah itu dilakukan

C kemudian

ditiriskan. Tahap akhir yaitu dilakukan

pengeringan selama 90 menit dengan suhu

40 C.

Parameter Penelitian

Parameter yang akan diamati dalam

penelitian ini yaitu parameter kimia yang

meliputi kadar air menggunakan metode

Thermogravimetri, kadar abu menggunakan

metode pengabuan Kering, kadar protein

menggunakan metode Kjeldahl, aktivitas

antioksidan menggunakan metode reduksi

DPPH, parameter fisik yaitu keutuhan,

warna (colorimeter), dan parameter

organoleptik yang meliputi warna, aroma,

rasa, dan daya tahan pengujian organoleptik

dilakukan dengan metode deskriptif

(penerimaan) dengan pengukuran secara

skoring dan metode afektif (kesukaan)

dengan pengukuran secara hedonik

(Rahayu, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan rasio tepung beras

merah, tepung kacang merah, dan

karagenan pada bihun memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap

kadar air, aktivitas antioksidan,

, warna, aroma, dan daya

tahan namun memberikan pengaruh yang

tidak berbeda nyata terhadap kadar abu,

kadar protein, dan rasa bihun. Adapun

pembahasan masing-masing parameter

sebagai berikut :

Page 7: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

5

Kadar Air

Air merupakan salah satu

karakteristik yang sangat penting pada

bahan makanan karena air dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur, serta

cita rasa makanan (Winarno, 2008).

Kandungan air dalam bahan pangan juga

ikut menentukan daya terima dan daya

tahan produk. Kandungan air dalam bahan

baku akan berpengaruh terhadap tekstur

produk bihun. Berdasarkan hasil

pengamatan dan analisis data yang telah

dilakukan bahwa pengaruh rasio tepung

beras merah, tepung kacang merah, dan

karagenan memberikan pengaruh yang

berbeda nyata. Adapun grafik pengaruh

rasio tepung beras merah, tepung kacang

merah, dan karagenan terhadap kadar air

bihun dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap kadar air bihun.

Berdasarkan Gambar 1,

menunjukkan kadar air bihun mengalami

peningkatan. Peningkatan kadar air pada

bihun disebabkan karena tingginya

penambahan tepung kacang merah dan

karagenan disusul dengan menurunnya

penambahan tepung beras merah.

Peningkatan kadar air dipengaruhi oleh

kandungan air bahan baku. Kadar air tepung

kacang merah 6,70% lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar air tepung beras

merah 6,25% sehingga kadar air bihun

semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan

pendapat Anisa (2018), bahwa peningkatan

kadar air dipengaruhi oleh kandungan air

pada masing-masing bahan dimana

kandungan kadar air tepung kacang merah

6,70%, beras merah 6,25%, dan kandungan

kadar air pada karagenan yaitu 13,90%.

Selain itu, kenaikan kadar air juga

dipengaruhi oleh kadar pati bahan baku.

Semakin tinggi kadar pati maka tingkat

penyerapan air semakin meningkat sehingga

kadar air produk juga meningkat.

Kandungan pati yang terdapat pada kacang

merah sebesar 90,49% dan kadar pati beras

merah sebesar 70,03% (Anisa, 2018).

Menurut Marzampi (1993) dalam Rasyda

(2016), menyatakan bahwa semakin tinggi

kadar pati dalam produk maka nilai

penyerapan air akan meningkat karena

terjadinya gelatinisasi pati yang semakin

banyak. Meskipun granula pati akan

menyerap air, namun penyerapannya

terbatas hanya sampai 30% dari berat

tepung. Oleh karena itu, semakin banyak

penambahan tepung kacang merah dan

karagenan maka semakin meningkat kadar

air bihun.

Persyaratan SNI No.01-2975-2006,

tentang kadar air maksimal yang ditetapkan

dalam standar mutu produk bihun adalah

maksimum 13% (b/b). Hasil penelitian ini

didapatkan bahwa kisaran kadar air bihun

dengan penambahan tepung beras merah,

tepung kacang merah, dan karagenan

adalah 7,45% sampai 12,13% sehingga

dapat dikatakan bahwa bihun dengan

komposisi tepung beras merah, tepung

kacang merah dan karagenan memenuhi

syarat mutu SNI bihun.

Kadar Abu

Kadar abu adalah parameter kimia

yang dapat menunjukkan adanya

kandungan mineral pada bahan pangan

maupun produk olahan. Menurut Wibowo

dan Evi (2012), kadar abu merupakan

parameter untuk menunjukkan nilai

kandungan bahan anorganik (mineral) yang

ada di dalam suatu bahan atau produk.

Semakin tinggi nilai kadar abu maka

7.45 c 7.85 c 8.97 bc

10.66 ab 12.09 a 12.13 a

0

2

4

6

8

10

12

14

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Ka

da

r A

ir (

%)

Page 8: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

6

semakin banyak kandungan bahan

anorganik di dalam produk tersebut.

Komponen bahan anorganik di dalam suatu

bahan sangat bervariasi baik jenis maupun

jumlahnya diantaranya kalsium, kalium,

fosfor, zat besi, magnesium dan lain-lain.

Berdasarkan hasil pengamatan dan

analisis keragaman didapatkan bahwa rasio

tepung beras merah, tepung kacang merah

dan karagenan pada bihun memberikan

pengaruh yang tidak berbeda nyata

terhadap nilai kadar abu bihun. Hal ini

disebabkan karena penambahan tepung

kacang merah yang semakin meningkat

sehingga menghasilkan kadar abu bihun

menurun. Adapun hasil analisis data untuk

kadar abu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap kadar abu bihun.

Apabila kadar air suatu bahan tinggi

maka komposisi kimia lain dari bahan

tersebut menurun termasuk kadar abu

(Sujhita, 2007 dalam Khaerul, 2017).

Berdasarkan Gambar 2, menunjukkan rasio

tepung beras merah, tepung kacang merah,

dan karagenan memberikan pengaruh yang

tidak berbeda nyata terhadap kadar abu

bihun. Semakin tinggi penambahan tepung

kacang merah disusul dengan menurunnya

penambahan tepung beras merah dan

karagenan tingkat kadar abu semakin

rendah. Hal ini disebabkan karena proporsi

bahan yang digunakan dalam penelitian ini

selisihnya berbanding 5% sehingga hasil

dari kadar abu tidak berbeda nyata dengan

masing-masing perlakuan. Selain itu, kadar

abu juga dipengaruhi oleh kandungan

mineral pada bahan baku diantaranya

kacang merah. Kacang merah memiliki

kandungan mineral lebih tinggi

dibandingkan tepung beras merah. Menurut

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

(1992), bahwa dalam 100 gram bahan

kacang merah memiliki kandungan vitamin

dan mineral diantaranya kalsium 260 mg,

fosfor 410 mg, dan zat besi 5,8 mg. Selain

itu, menurunnya kadar abu juga dipengaruhi

oleh kandungan kadar air pada produk.

Semakin tinggi kadar air pada produk maka

tingkat kadar abu akan semakin menurun.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsono

(2008) dalam Khaerul (2017), tingginya

kandungan mineral didalam bahan pangan

dapat berinteraksi dengan unsur hidrogen

sehingga daya kelarutan mineral pada

bahan pangan tersebut akan meningkat.

Peningkatan kadar air dapat melarutkan

mineral yang dapat menyebabkan

kandungan mineral pada produk akan

semakin menurun. Dilihat dari nilai yang

dapat mengenai kadar abu bihun, seluruh

perlakuan memenuhi standar mutu bihun

dengan rata-rata kadar abu 0,29%-0,36%.

Hal ini sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia (No.01-2975-2006), dimana

standar mutu bihun maksimum kadar abu

sebesar 1%, sehingga memenuhi standar

mutu bihun untuk dikonsumsi.

Kadar Protein

Kandungan protein dalam makanan

sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan dalam tubuh. Menurut

Soeparno (2005), protein merupakan zat gizi

yang sangat penting, karena erat

hubungannya dengan proses-proses

kehidupan. Di dalam sel, protein terdapat

sebagai protein struktural maupun protein

metabolik yang berperan penting dalam

pertumbuhan.

11.28 11.42 11.56 11.92 12.05 12.45

0

2

4

6

8

10

12

14

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Ka

da

r A

bu

%

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Page 9: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

7

Berdasarkan hasil pengamatan dan

analisis keragaman didapatkan hasil yang

tidak berbeda nyata pada bihun rasio

tepung beras merah, tepung kacang merah,

dan karagenan terhadap kadar protein.

Adapun hasil analisis data untuk kadar

protein dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap kadar protein

bihun.

Berdasarkan grafik pada Gambar 3,

dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

kadar protein dengan adanya peningkatan

penambahan tepung kacang merah disusul

dengan menurunnya penambahan tepung

beras merah dan karagenan. Kandungan

protein bihun tertinggi terdapat pada

perlakuan p6 (35% tepung beras merah,

64,5% tepung kacang merah, dan 0,5%

karagenan) dengan jumlah kadar protein

sebesar 12,45%, sedangkan kandungan

protein bihun terendah terdapat pada

perlakuan p1 (60% beras merah, 39%

kacang merah, dan 1% karagenan) dengan

jumlah kadar protein sebesar 11,15%.

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan

kadar protein bihun tidak berbeda nyata. Hal

ini karena selisih penambahan tepung

kacang merah pada masing-masing

perlakuan tergolong sedikit yaitu 5%,

sehingga tidak berpengaruh terhadap

jumlah nilai kadar protein. Selain itu, kacang

merah memiliki kandungan protein lebih

tinggi dibandingkan dengan tepung beras

merah sehingga semakin tinggi

penambahan tepung kacang merah maka

tingkat kadar protein akan semakin

meningkat. Hal ini sesuai pendapat

Muhaemin (2017), kacang merah memiliki

kadar protein tinggi yaitu 22,3%

dibandingkan dengan tepung beras merah

7,3%, dan karagenan 2,69%. Hal ini sesuai

juga dengan pendapat Purnamasari dan

Harijono (2014), menyatakan bahwa kadar

protein biji kacang merah sebesar 22,3%

yang dapat meningkatkan kadar protein

produk MP-ASI. Namun dilihat dari SNI No.

01-2975-2006, standar mutu bihun yang

baik memiliki kadar protein minimal 4%,

sehingga untuk bihun rasio tepung beras

merah, tepung kacang merah, dan

karagenan pada uji protein sudah memenuhi

standar mutu bihun karena rata-rata kadar

protein bihun 11,28% - 12,45%.

Aktivitas Antioksidan

Antioksidan dalam pengertian kimia

merupakan senyawa-senyawa elektron,

namun dalam pengertian biologis

antioksidan merupakan molekul atau

senyawa yang dapat meredam aktivitas

radikal bebas dengan mencegah oksigen sel,

termasuk enzim-enzim, dan protein-protein

pengikat logam (Syahrizal, 2008) dalam

(Khaerul, 2017). Antioksidan bekerja dengan

cara mendonorkan satu elektronnya untuk

menangkap terjadinya pembentukan radikal

bebas. Pengujian antioksidan ini

menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-l-

picryhydrazil). Pada metode ini, larutan

DPPH berperan sebagai radikal bebas yang

bereaksi dengan senyawa antioksidan yang

ada pada bihun. Pengukuran aktivitas

antioksidan menggunakan spektrofotometer

UV-VIS pada panjang gelombang 517 nm.

Hubungan rasio tepung beras merah,

tepung kacang merah dan karagenan

terhadap aktifitas antioksidan dapat dilihat

pada Gambar 4.

11.28 11.42 11.56 11.92 12.05 12.45

0

2

4

6

8

10

12

14

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Kad

ar

Pro

tein

%

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Mera, dan Karagenan (%)

Page 10: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

8

Gambar 4. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap aktivitas

antioksidan bihun.

Berdasarkan grafik pada Gambar 4,

menunjukkan aktivitas antioksidan pada

bihun rasio tepung beras merah, tepung

kacang merah, dan karagenan semakin

menurun. Kadar antioksidan tertinggi

terdapat pada perlakuan p1 (60% tepung

beras merah : 39% kacang merah : 1%

karagenan) dengan aktivitas antioksidan

sebesar 37,81%, sedangkan aktivitias

antioksidan terendah terdapat pada

perlakuan p6 (35% tepung beras merah :

64,5% kacang merah : 0,5% karagenan)

sebesar 28,71%. Berdasarkan hasil analisis

data didapatkan aktivitas antioksidan bihun

berbeda nyata. Hal ini karena kandungan

antioksidan pada beras merah lebih tinggi

dibandingkan tepung kacang merah

sehingga semakin menurun penambahan

tepung beras merah maka kandungan

antioksidan pada bihun akan semakin

menurun. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Yolaning (2012), didapatkan

kadar antioksidan pada beras merah ditinjau

dari karakteristik kimia dan biologi selama

penyimpanan yaitu sebesar 33,4%,

sedangkan kandungan antioksidan pada

tepung kacang merah tidak setinggi yang

terkandung pada beras merah yaitu 5,19%

dalam 100 gram bahan. Hal ini

membuktikan bahwa dengan menurunnya

penambahan tepung beras merah maka

aktivitas antioksidan pada produk akan

semakin menurun.

Keutuhan

Keutuhan merupakan sifat fisik yang

berhubungan dengan tekanan untuk

mematahkan produk. Keutuhan

menggambarkan ketahanan mie atau bihun

selama penanganan produksi terutama

terhadap perlakuan mekanis (Kusrini, 2008).

Berdasarkan hasil analisis percobaan dapat

dilihat hasil keutuhan pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan terhadap keutuhan bihun.

Berdasarkan grafik pada Gambar 5,

didapatkan hasil uji keutuhan pada bihun

yaitu signifikan. Hasil analisis keutuhan

bihun pada p1 (60% tepung beras merah :

39% tepung kacang merah : 1%

karagenan) adalalah terendah yaitu 72,07%,

sedangkan hasil keutuhan bihun terbaik

terdapat pada perlakuan p6 (35% tepung

beras merah : 64,5% tepung kacang merah

: 0,5% karagenan) dengan keutuhan

95,73%. Semakin rendah penambahan

tepung beras merah disusul dengan

tingginya penambahan tepung kacang

merah dan karagenan maka tingkat

keutuhan semakin tinggi. Hal ini

dikarenakan kandungan kadar air pada p1

(60% tepung beras merah, 39% tepung

kacang merah, dan 1% karagenan) lebih

rendah 7,45% sehingga tingkat keutuhan

menurun 72,07%, sedangkan tingkat kadar

air tinggi yaitu pada perlakuan p6 (35%

tepung beras merah, 64,5% kacang merah,

dan 0,5% karagenan) dengan kadar air

yaitu 12,13% dimana menghasilkan tingkat

keutuhan tinggi 95,73%. Hal ini

37.81a 34.81ab

32.69bc 31.56bcd 30.43cd 28.71d

0

5

10

15

20

25

30

35

40

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Akti

vit

as

An

tioksi

dan

%

72.07 a 75.58 a

91.65 b 93.33 c 95.43 d 95.73 e

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Ke

utu

ha

n (

%)

Page 11: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

9

menunjukkan bahan baku berpengaruh

terhadap tingkat keutuhan. Kacang merah

memiliki kandungan pati 90,49% yang

terdiri dari amilosa 39% dan amilopektin

60,50% (Anisa, 2018). Sedangkan pada

beras merah kadar pati 70,03% dengan

amilosa 29,44% dan amilopektin 40,58%

(Yolaning, 2012). Semakin tinggi kandungan

amilopektin pada bahan maka pati akan

bersifat lebih basah, lengket dan cenderung

sedikit menyerap air. Sebaliknya jika

kandungan amilosa bahan baku tinggi maka

pati akan bersifat kering, kurang lengket,

dan mudah menyerap air (Maylani, 2014).

Hal ini sesuai juga dengan pendapat

Boediono (2012), amilopektin dapat

memberikan sifat lengket pada mie yang

dihasilkan, sehingga mie tidak akan mudah

putus dan patah. Hal ini karena amilopektin

dapat memberikan sifat lengket apabila

dicampur dengan air. Selain itu, karagenan

juga berpengaruh dalam tingkat keutuhan

dimana semakin tinggi penambahan

karagenan maka tingkat keutuhan semakin

meningkat. Berdasarkan hasil penelitian

Widyaningtyas dan Susanto (2015),

karagenan merupakan suatu jenis galaktan

yang memiliki karakteristik unik dan memiliki

daya ikat air yang cukup tinggi. Karagenan

mampu menggantikan peran gluten karena

memiliki fungsi yang hampir sama yaitu

dapat memberikan tekstur yang kenyal dan

elastis.

Warna (Colorimeter)

Pengujian dengan penentuan mutu

bahan pada umumnya sangat bergantung

pada beberapa faktor diantaranya warna.

Selain sebagai faktor yang ikut menentukan

mutu, warna juga dapat digunakan sebagai

indikator kesegaran atau kematangan.

Proses pengolahan juga akan

mempengaruhi warna produk pangan yang

dihasilkan (Winarno, 1986). Berdasarkan

*

bihun. Adapun hasil analisis

L* dapat dilihat pada Gambar

6.

Gambar 6. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap warna bihun.

Berdasarkan Gambar 6,

menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan warna nilai HUE dan L*

dimana semakin tinggi penambahan kacang

merah dan disusul dengan sedikitnya

penambahan tepung beras merah dan

karagenan maka nilai

terendah pada perlakuan p1 (60% tepung

beras merah, 39

menunjukkan warna produk yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh

warna bihun yaitu merah kekuningan

(yellow red).

Nilai L* pada perlakuan p1 berbeda

nyata dengan p2, p3, p4, p5 dan p6.

Perlakuan p2 berbeda nyata dengan p3, p4,

p5, p6, dan p1. Perlakuan p3 berbeda

nyata dengan p4, p5, p6, p1 dan p2.

Perlakuan p4 tidak berbeda nyata dengan

p5 dan p6 namun berbeda nyata dengan p1,

p2, dan p3. Berdasarkan hasil purata nilai L*

menunjukkan bahwa nilai L* pada bihun

38.23 c 39.09 bc 41.34 b 44.32 a 44.83 a 45.77 a

55.58 c 56.79 c 59.70 b 60.44 b

64.11 b 65.14 b

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Nilai L

Nilai Hue

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Warn

a

Page 12: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

10

cenderung meningkat dengan semakin

menurunnya penambahan tepung beras

merah dan meningkatnya tepung kacang

merah dengan warna bihun yang terbentuk

cenderung menjadi lebih terang dimana

hasil pengamatan dengan Nilai L* tertinggi

yaitu pada p6 45,77. Warna yang terbentuk

yaitu intensitas warna merah kekuningan.

Hal ini sesuai dengan penelitian

Kurnianingtyas, Rohmawati, dan Ramani

(2014), bahwa tepung beras merah memiliki

warna kemerahan yang akan mempengaruhi

warna produk olahan yang dihasilkan.

Warna merah didapatkan dari pigmen

antosianin yang terdapat dalam beras

merah sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin rendah penambahan tepung beras

merah disusul dengan tingginya

penambahan tepung kacang merah maka

warna produk yang dihasilkan akan semakin

terang.

Rasa

Rasa merupakan sifat sensoris yang

paling penting pada produk makanan yang

dihasilkan. Rasa sangat berpengaruh dalam

menentukan tingkat penerimaan konsumen

terhadap suatu produk makanan, sebab

akan mempengaruhi keputusan akhir para

konsumen untuk menerima atau menolak

produk tersebut (Abubakar, Suryati, dan

Aziz, 2011). Berdasarkan hasil pengamatan

dan analisis data yang telah dilakukan

bahwa pengaruh rasio tepung beras merah,

tepung kacang merah dan karagenan

memberikan pengaruh yang tidak berbeda

nyata terhadap tingkat penerimaan panelis

terhadap rasa bihun Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan terhadap rasa bihun.

Berdasarkan grafik pada Gambar 7,

menunjukkan bahwa tingkat kesukaan

panelis terhadap rasa bihun berkisar antara

2,85 – 3,15. Panelis lebih menyukai bihun

yang agak berasa beras merah dan kacang

merah. Nilai terendah terdapat pada

perlakuan p4 (45% Beras merah, 54,5%

kacang merah, 0,5% karagenan).

Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada

perlakuan p3 (50% tepung beras merah,

49% tepung kacang merah, dan 1%

karagenan).

Hasil analisis keragaman

menunjukkan bahwa perlakuan rasio tepung

beras merah, tepung kacang merah, dan

karagenan memberikan pengaruh yang tidak

berbeda nyata terhadap nilai hedonik rasa

bihun. Berdasarkan hasil grafik pada

Gambar 7, menunjukkan nilai kesukaan

tertinggi pada penilaian rasa (hedonik) lebih

disukai pada perlakuan p3 (50% tepung

beras merah, 49% tepung kacang merah,

dan 1% karagenan). Hal ini disebabkan

karena penambahan tepung kacang merah

dan tepung beras merah seimbang sehingga

rasa bihun yang dihasilkan lebih disukai

panelis.

Aroma

Aroma suatu produk sangat

berpengaruh terhadap selera konsumen

yang berkaitan dengan indera penciuman,

sebab dengan aroma konsumen dapat

mengetahui tingkat kelezatan suatu

makanan. Aroma yang lezat dapat

3.1 3.0 3.15

2.85 2.9 2.95

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Ra

sa

Page 13: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

11

menimbulkan keinginan untuk

mengkonsumsi suatu produk makanan.

Industri makanan menganggap sangat

penting melakukan pengujian aroma sebab

dapat memberikan hasil penilaian

produksinya disukai atau tidak disukai

(Natsir, 2015). Berdasarkan hasil

pengamatan dan analisis data yang telah

dilakukan bahwa perlakuan rasio tepung

beras merah, tepung kacang merah dan

karagenan memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap aroma bihun yang

diuji secara hedonik. Berdasarkan hasil

analisis organoleptik aroma dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap aroma bihun.

Gambar 8, menunjukkan bahwa

tingkat kesukaan (hedonik) aroma berkisar

antara 3,20 - 3,70 (tingkat kesukaan panelis

antara agak suka sampai suka). Nilai

terendah terdapat pada perlakuan p6 (35%

tepung beras merah : 64,5% tepung kacang

merah : 0,5% karagenan) dan nilai tertinggi

terdapat pada perlakuan p1 (60% tepung

beras merah : 39% tepung kacang merah :

1% tepung porang).

Hasil analisis keragaman

menunjukkan perlakuan rasio tepung beras

merah, tepung kacang merah, dan

karagenan memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap nilai hedonik aroma

bihun. Hal ini disebabkan karena pengaruh

campuran tepung yang berbeda-beda yang

dapat mempengaruhi aroma bihun. Selain

itu, kesukaan aroma bihun disebabkan

adanya komponen asam amino dari kacang

merah yang memberikan aroma khas

kacang merah (Anisa, 2018), sehingga

aroma tepung kacang merah paling

mendominasi aroma bihun. Semakin tinggi

penambahan tepung kacang merah maka

aroma yang dihasilkan pada produk lebih

khas tepung kacang merah sehingga tingkat

kesukaan panelis menurun. Sedangkan

tepung beras merah dan karagenan tidak

memiliki aroma yang begitu khas sehingga

tidak memberikan pengaruh terhadap aroma

bihun. Hal ini sesuai dengan pendapat

Winarno (2002) dalam Kurnianingtyas

(2014), bahwa tepung kacang merah

memiliki aroma yang khas karena reaksi

asam organik sehingga penambahan tepung

kacang merah yang semakin meningkat

akan mempengaruhi penilaian dari

konsumen.

Warna

Warna merupakan salah satu atribut

mutu yang sangat penting pada bahan dan

produk pangan. Peranan warna sangat

nyata karena umumnya konsumen akan

mendapat kesan pertama, baik suka atau

tidak suka terhadap suatu produk pangan

dari warnanya (Andarwulan, Kusnandar, dan

Herawati, 2011). Berdasarkan hasil

pengamatan dan analisis data yang telah

dilakukan bahwa perlakuan rasio tepung

beras merah, tepung kacang merah, dan

karagenan memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap warna (hedonik)

bihun. Berdasarkan hasil analisis

organoleptik warna dapat dilihat pada

Gambar 9.

3.7a 3.5ab 3.45ab 3.45ab 3.30ab 3.2b

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Aro

ma

Page 14: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

12

Gambar 9. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan terhadap warna bihun.

Gambar 9, menunjukkan bahwa

tingkat kesukaan (hedonik) warna berkisar

antara 3,05-3,85 (tingkat kesukaan panelis

antara agak suka sampai suka). Nilai

terendah terdapat pada perlakuan P5 (40%

tepung beras merah : 59% tepung kacang

merah : 1% karagenan) sedangkan nilai

tertinggi terdapat pada perlakuan p1 (60%

tepung beras merah : 39% tepung kacang

merah : 1% karagenan). Hal ini dikarenakan

semakin tinggi penambahan tepung kacang

merah disusul dengan sedikitnya

penambahan tepung beras merah

memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap tingkat kesukaan warna (hedonik)

pada panelis. Perlakuan p6 (35% tepung

beras merah, 64,5% tepung kacang merah,

dan 0,5% karagenan) memiliki kandungan

antosianin lebih rendah dari beras merah

sehingga semakin tinggi penambahan

tepung kacang merah maka tingkat

kesukaan warna (hedonik) pada bihun

semakin menurun. Hal ini dikarenakan

warna merupakan salah satu parameter

untuk daya terima produk dan secara

keseluruhan tingkat kesukaan warna bihun

dengan penambahan tepung beras merah,

tepung kacang merah, dan karagenan masih

dapat diterima oleh panelis dengan rentang

tingkat kesukaan agak suka sampai suka.

Hal ini sesuai dengan pendapat Rasmaniar,

Ahmad, dan Sukina (2010), bahwa warna

mempunyai peranan penting pada

komoditas pangan terutama dalam hal daya

tarik, tanda pengenal, dan atribut mutu.

Diantara sifat-sifat produk pangan, warna

mempunyai faktor yang menarik perhatian

konsumen dan paling cepat memberi kesan

disukai atau tidak disukai.

Daya Tahan

Uji daya tahan bihun dilakukan

untuk mengetahui kualitas bihun yang

dipengaruhi oleh kemampuannya menyerap

air sehingga tekstur bihun yang dihasilkan

akan menjadi lunak. Hal ini menunjukkan

daya tahan bihun cukup baik (Kusrini,

2008). Berdasarkan hasil analisis percobaan

dilihat hasil daya tahan bihun pada Gambar

10.

Gambar 10. Grafik Pengaruh Rasio Tepung Beras

Merah, Tepung Kacang Merah, dan

Karagenan terhadap daya tahan

bihun.

Berdasarkan grafik pada Gambar

10, menunjukkan bihun rasio tepung beras

merah, tepung kacang merah, dan

karagenan dengan purata berkisar antara

3,6-5,0 (tingkat penilaiaan panelis antara

sedikit hancur sampai tidak hancur). Nilai

tertinggi terdapat pada p6 (35% tepung

beras merah : 64,5% tepung kacang merah

: 0,5% karagenan), sedangkan nilai

terendah terdapat pada perlakuan p1 (60%

tepung beras merah : 39% tepung kacang

merah : 1% karagenan). Semakin rendah

penambahan tepung beras merah disusul

dengan tingginya penambahan tepung

kacang merah tingkat daya tahan bihun

semakin meningkat. Hal ini dikarenakan

3.85a

3.40 abc 3.65ab

3.45abc 3.05c

3.25bc

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Wa

rn

a

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

3.6 c 3.7 c 3.8 c 4.4 b

4.7 ab 5.0 a

0

1

2

3

4

5

6

P1 (60:39:1) P2(55:44,5:0,5) P3 (50:49:1) P4(45:54,5:0,5) P5 (40:59:1) P6(35:64,5:0,5)

Da

ya

Ta

ha

n

Rasio Tepung Beras Merah, Tepung Kacang Merah, dan Karagenan (%)

Page 15: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

13

daya tahan bihun dipengaruhi oleh tingkat

penyerapan air, dimana semakin tinggi

tingkat penyerapan air maka pengembangan

bihun akan semakin meningkat dan

menghasilkan tekstur bihun yang lembek

dan mudah hancur, sedangkan semakin

rendah tingkat penyerapan air tekstur bihun

yang dihasilkan lunak dan tidak mudah

hancur (Kusrini, 2008). Tingkat penyerapan

air dipengaruhi oleh kadar pati bahan

dimana kacang merah memiliki kandungan

pati 90,49% lebih tinggi dibandingkan

tepung beras merah 70,03% (Yolaning,

2012). Semakin tinggi kandungan

amilopektin pada bahan maka pati akan

bersifat lebih basah, lengket dan cenderung

sedikit menyerap air. Sebaliknya jika

kandungan amilosa bahan baku tinggi maka

pati akan bersifat kering, kurang lengket,

dan mudah menyerap air (Maylani, 2014).

Hal ini sesuai pendapat Sunaryo

(1985), semakin menurun penambahan

tepung beras merah mengakibatkan pati

yang terserap oleh air menurun, sehingga

struktur bihun yang awalnya keras menjadi

lunak dan hasil air perendaman menjadi

keruh. Sedangkan menurut Putra (2012)

dalam Ulfa (2009), perubahan tekstur yang

terjadi pada produk bihun disebabkan

karena granula pati yang terdapat pada

bahan produk tersebut menyerap air dan

membengkak dalam jumlah yang terbatas,

sehingga pertambahan volume tersebut

relatif kecil. Pengembangan granula pati

inilah yang menyebabkan berubahnya

tekstur bihun karena kadar air pada produk

tersebut bertambah. Menurut SNI (No. 01-

2975-2006), daya tahan bihun

C selama 10 menit. Hal

ini membuktikan bahwa menurunnya

penambahan tepung beras merah disusul

dengan tingginya penambahan tepung

kacang merah maka daya tahan bihun

sudah cukup baik.

Kesimpulan

Perlakuan rasio tepung beras

merah, tepung kacang merah, dan

karagenan pada bihun memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap

kadar air, aktivitas antioksidan, uji

),

warna (hedonik), aroma (hedonik), dan

daya tahan (skoring) namun tidak berbeda

nyata terhadap kadar abu, kadar protein,

dan rasa (hedonik). Semakin tinggi

penambahan tepung kacang merah maka

kadar protein bihun semakin meningkat

dengan kadar protein tertinggi pada

perlakuan p6 sebesar 12,45%. Nilai kadar

air dan kadar abu pada semua perlakuan

sudah memenuhi standar SNI No. 01-2975-

2006 mutu bihun, dimana kadar air bihun

12,13% maksimum 13% dan kadar abu

0,36% maksimum 1%. Perlakuan terbaik

diperoleh pada perlakuan p1 (60% tepung

beras merah : 39% tepung kacang merah :

1% karagenan) karena aroma, warna, dan

rasa bihun disukai panelis. Perlakuan

tersebut menghasilkan bihun yang memiliki

kadar air 7,45%, kadar abu 0,36%, kadar

protein 11,55%, dan aktivitas antioksidan

39,58%.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, T. Suryati, dan A. Aziz, 2011.

Pengaruh Penambahan Karagenan

Terhadap Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Daging itik Lokal (Anas platynchos). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 787-799.

Andarwulan, N. F. Kusnandar, dan D.

Herawati, 2011. Analisis Pangan. Cetakan Pertama. PT. Dian

Rakyat. Jakarta.

Page 16: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

14

Anisa, R., 2018. Pengaruh Kombinasi Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) Dan Karagenan Terhadap Beberapa Komponen Mutu Biskuit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pangan

Dan Agroindustri. Universitas Mataram.

Astawan, M., 1999. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2006. SNI No. 01-2975-2006. Bihun. Badan Standarisasi

Nasional. Jakarta. Boediono, 2012. Pemisahan dan Pencirian

Amilosa dan Amilopektin dari Pati Jagung dan Pati Kentang pada Berbagai Suhu. Skripsi. FMIPA.

IPB.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992. Kandungan Gizi Kacang. Jakarta.

Khaerul, 2017. Pengaruh Kombinasi Tepung Terigu dan Bubur Okra (

Abelmoschus esculentus L) Terhadap Mutu dan Aktivitas Antioksidan Mie Basah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri. Universitas Mataram.

Kurnianingtyas, A., N. Rohmawati, dan A. Ramani, 2014. Pengaruh Penambahan Tepung Kacang

Merah Terhadap Daya Terima, Kadar Protein, dan Kadar Serat pada Bakso Jantung Pisang. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 no 3.

Kusrini, Y., 2008. Studi Pembutan Mie

Kering Proporsi Tepung Kasava Terfermentasi dan Penambahan Gluten Kering. Skripsi. Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Maylani, D., 2014. Kajian Mutu Mi Instan Yang Terbuat Dari Tepung Jagung

Lokal Riau Dan Pati Sagu. Jom Faperta. 1(2): 2.

Muhaemin, R., 2017. Pengaruh Kombinasi

Tepung Terigu, Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) Dan Tepung Porang (Amorphophallus oncophyluus) Terhadap Nilai Gizi Dan Organoleptik Biskuit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri. Universitas Mataram.

Natsir, F. I. R., 2015. Pengaruh Kombinasi

Bahan Pengikat dan Bahan Pengisi Terhadap Nilai Organoleptik dan Sifat Kimia Pada Pembuatan Nugget

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanudin. Makassar.

Permana, A. R., dan W. R. D. Putri, 2015. Pengaruh Proporsi Jagung Dan Kacang Merah Serta Substitusi

Bekatul Terhadap Karakteristik Fisik Kimia Flake. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2): 734-742.

Prasetiangga, D., B. S. Amanto, dan N. Rachmawati, 2014. Formulasi Dan Evaluasi Sifat Sensoris Dan

Fisikokimia Produk Flakes Komposit Berbahan Dasar Tepung

Tapioka, Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) Dan Tepung Konjac (Amorphophallus oncophillus). Jurnal Teknosains Pangan. 3(1): 69-70.

Purnamasari, E. W., dan Harijono, 2014.

Optimasi Kadar Kalori Dalam Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3) 19-27.

Rahayu, D., 1998. Penambaham Tepung Daun Kelor Dalam Pembuatan Mie

Sebagai Sumber Gizi Dengan Penambahan Ekstrak Umbi Wortel Sebagai Pengawet Alami. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Page 17: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

15

Ramdhani, A. F., Harijono, dan E. Saparianti, 2014. Pengaruh

Penambahan Karaginan Terhadap Karakteristik Pasta Tepung Garut Dan Kecambah Kacang Tunggak

Sebagai Bahan Baku Bihun. Jurnal Pangan Dan Agroindustri. 2(4): 41-49.

Rasmaniar, Ahmad, dan B. Sukina, 2010. Analisis Proksimat dan Organoleptik

Biskuit dari Tepung Ubi Jalar Kuning (Ipomea batatas), Tepung Kacang Hijau dan Tepung Rumput Laut

Sebagai Sarapan Sehat Anak Sekolah. J. Sains dan Teknologi Pangan. 2 (1): 315-324.

Rasyda, R. Z., 2016. Pengaruh Proporsi

Mocaf dan Tepung Porang Terhadap

Mutu Nugget Ikan Tenggiri. Skripsi. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram.

Resti, P., 2014. Pengaruh Penambahan

Telur Terhadap Kadar Protein,

Serat, Tingkat Kekenyalan Dan Penerimaan Mi Basah Bebas Gluten Berbahan Baku Tepung Komposit.

Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Riyanto, C., E. P. Lorensia, dan F. S. Pranata, 2014. Kualitas Mie Basah Dengan Kombinasi Edamame

(Glycine max L) dan Bekatul Beras Merah. Jurnal Teknobiologi. 2(1): 1-22.

Romadhoni, M., dan Harijono, 2015. Karakteristik Pasta Tepung Gembili, Pati Sagu Dan Karagenan

Potensinya Sebagai Bihun. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 53-54.

Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sunaryo, E., 1985. Pengolahan Produk Serelia dan Biji-bijian. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suyanti, 2010. Membuat Mie Sehat Dan Bergizi Yang Bebas Dari Pengawet.Swadaya.Jakarta.

Trisnawati, M. L., dan F. C. Anisa, 2015. Pengaruh Penambahan

Konsentrat Protein Daun Kelor dan Karagenan Terhadap Kualitas Mie Kering Tersubtitusi Mocaf. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 237-247.

Ulfah, C., 2009. Pemanfaatan Iota Karaginan (Eucheuma spinosum) Dan Kappa Karaginan

(Kappaphycus alvarezii) Sebagai Sumber Serat Untuk Meningkatkan Kekenyalan Mie Kering. Skripsi. IPB. Bogor.

Wibowo, L., Dan F. Evi, 2012. Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma cottoni) Menjadi Serbuk Minuman Instan. Jurnal Kelautan dan Perikanan. Vol. 8(2);101-109.

Widyaningtyas, M., dan W. H. Susanto,

2015. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Hidrokoloid (Carboxy methyl cellulose, xanthan gum,

Dan Karagenan) Terhadap Karakteristik Mie Kering Berbasis Pasta Ubi Jalar Varietas Ase

Kuning. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2):417-423.

Winarno, F. G., 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Utama Pustaka. Jakarta.

Winarno, F. G., 1986. Kimia Pangan dan

Gizi. Gramedia Utama Pustaka.

Jakarta.

Page 18: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH RASIO TEPUNG BERAS MERAH, TEPUNG ...eprints.unram.ac.id/10925/1/ARTIKEL ILMIAH WAHIDA RISMI WARDANI... · 60% tepung beras merah, 39% tepung kacang merah,

16

Yolaning, W. F., 2012. Kajian Kualitas Kimia Dan Biologi Beras Merah (Oryzaa nivara) Dalam Beberapa Pewadahan Selama Penyimpanan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.