ARTI SESKIM

download ARTI SESKIM

of 16

Transcript of ARTI SESKIM

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    1/16

    Penggunaan Sensor Warna RGB dalam Kolorimeter untuk

    Pengukuran Klinis Glukosa Darah yang Lebih Baik

    1 A. Sivanantha Raja, 2 K. Sankaranarayanan

    1 Alagappa Chettiar Fakultas Teknik dan Teknologi, Karaikudi - 630 004, India.

    [email protected]

    2 VLBJanakiammal College of Engineering dan Teknologi, Coimbatore - 641 042, India.

    [email protected]

    Abstrak

    Prinsip pengukuran glukosa darah dengan alat kolorimeter adalah melakukan pengukuran

    glukosa dalam plasma sampel darah yang diambil dari pembuluh vena. Karena itu, metode ini

    melibatkan suatu reaksi kimia yang diaktifkan oleh senyawa enzim, yakni Glukosa Oksidase.

    Sebagian besar kolorimeter yang digunakan untuk pengukuran glukosa di laboratorium klinis

    saat ini berrespon baik pada 100 - 400 mg/dl. Pada pemakaian alat glukometer (SMBG=Self

    Monitoring Blood Glucometers), setetes darah mula-mula ditempatkan pada jendela kecil

    dalam strip uji yang kemudian glukosa dalam darah tersebut akan bertindak sebagai indikator

    dalam reaksi kimia dengan menghasilkan perubahan warna. Perubahan warna itu akan

    terdeteksi oleh reflektansi meter dan dan akan ditampilkan sebagai nilai kadar glukosa.

    Tampilan yang baik juga akan ditunjukkan pada kisaran konsentrasi 60 - 400 mg/dl. Akan

    tetapi, lebih jauh lagi, ada suatu persyaratan khusus dalam pemakaian alat ini yang harus

    sangat diperhatikan oleh penggunanya. Makalah ini bertujuan untuk menggabungkan

    teknologi Kolorimeter dan SMBG serta instrumen klinis dalam memvisualisasikan data pada

    komputer, sehingga nantinya dapat diperoleh hasil diagnosis yang lebih baik. Adapun

    caranya adalah dengan meningkatkan kinerja kolorimeter yang telah beredar sebelumnya

    (kolorimeter lama), dengan bantuan sensor warna RGB dan Mikrokontroler yang kemudian

    dihubungkan dengan komputer untuk membuat pengukuran klinis lebih mudah. Hasil

    eksperimen menunjukkan bahwa kolorimeter yang dimodifikasi ini (kolorimeter

    modifikasi) dapat melakukan pekerjaan lebih baik daripada kolorimeter sebelumnya

    (kolorimeter lama).

    Kata Kunci: Instrumen klinis, pengukuran glukosa darah, Kolorimeter, Sensor Warna,

    pengukuran warna, warna dan kejenuhan (saturasi).

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    2/16

    1. Pendahuluan

    Tes kimia darah dilakukan di Laboratorium

    Klinik untuk membantu dokter untuk membuat

    prognosis. Sebelumnya, tidak jarang timbul

    kesalahan dalam pengukuran konsentrasi

    Komponen Kimiawis Darah yang membuat

    para Dokter salah mendiagnosis sehingga

    akibat buruk menimpa pasien. Dalam kasus

    pasien diabetes, memperkirakan kadar gula

    darah mereka penting untuk menghindari

    hipoglikemia dan hiperglikemia- Gula darah

    terendah dan tertinggi. pengontrolan gula darah

    pasien diabetes sangat diprioritaskan.

    Biasanya, alat pemantau glukosa diri (SMBG

    (Self Monitoring Glukosa Darah) -meter)

    digunakan untuk mengukur kadar gula pasien.

    Pada SMBG, setetes darah ditempatkan pada

    jendela kecil dalam strip uji. Glukosa darah

    bertindak sebagai pereaksi dalam reaksi kimia

    yang menghasilkan warna perubahan.

    Konsentrasi warna diukur dengan perefleksian

    oleh spektrometer. Suatu fungsi matematis

    yang tersimpan dalam prosesor sentral analisis

    ini digunakan untuk mengkonversi pengukuran

    konsentrasi zat warna ke dalam konsentrasi

    analit. Fungsi matematika ini lah sebagai

    parameter yang diukur selama kaliberasi.

    Standar terpenting (Gold Standard) tes darah glukosa dilakukan dalam metode

    kolorimeter sebagai metode oksidase glukosa di tiap laboratorium klinik. Senyawa kompleks

    yang muncul dalam serum darah nanti akan menimbulkan perubahan warna saat proses reaksi

    dengan reagen. Kolorimeter mengukur konsentrasi substansi darah berdasarkan jumlah

    penyerapan sinar monokromatik dalam larutan. Konsentrasi glukosa darah yang belum

    diketahui melalui pengujian ini akan diestimasi melalui pembandingan nilai absorbansinya

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    3/16

    yang terukur dalam kolorimeter dengan suatu nilai absorbansi yang telah diketahui untuk

    konsentrasi larutan glukosa.

    SMBG-meter bekerja baik hanya dalam kisaran 60-400 mg/dl glukosa Darah

    berbagai. [3,4,5]. Alat ini perlu dikalibrasi sekali dalam sebulan atau kapanpun bila ada

    pengukuran glukosa baru dengan dry slide. Bagaimanapun, hal terpenting dalam uji untuk

    glukosa darah ini adalah pengukurannya harus dengan kolorimeter. Kesalahan antara 5 - 20%

    tidak jarang terjadi dalam pengukuran dengan kolorimeter karena pengukurannya sangat

    memerlukan sumber monokromatik yang tinggi [9,10]. Maka dari itu, Bandwidth spektral

    filterdigunakan untuk menangani ini dan pengoperasionaliasian panjang gelombang detektor

    foto juga di belakang ketidaktepatan dalam hasil. Kolorimeter juga menunjukkan potensinya

    dalam mengukur kompleksitas, terutama dalam larutan reagen non-linier. Sebagai contoh,

    hanya dengan memakai jumlah glukosa konsentrasi 400 mg/dl, reagen dapat bereaksi

    menimbulkan linearitas perubahan warna.

    Kesalahan fatal dalam pengukuran Glukosa Darah di tingkat tinggi Glukosa yaitu,

    Hiperglikemia dan rendah Glukosa yaitu tingkat, Hipoglikemia dapat mengakibatkan

    abadi komplikasi seperti Jantung, otak, stroke, kebutaan, dan kegagalan ginjal, dll [11]. Oleh

    karena itu kesalahan harus diminimalkan dalam Klinis Peralatan laboratorium.

    Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengemabngkan potensi Kolorimeter dengan

    menggunakan sensor RGB Warna yang dihubungkan ke komputer [12]. Estimasi konsentrasi

    analit sudah harus dilakukan saat SMBG-meter menggunakan data RGB diterima dari sensor

    warna setelah absorbansi. Data RGB akan dikonversi ke dalam bentuk rona setara dan

    kejenuhan yang sesuai dan diimplementasikan ke dalam Diagram Kromatisitas[13 - 16]. Dari

    kejenuhan warna, konsentrasi glukosa darah dapat diperkirakan. Metode ini memiliki

    keunggulan dalam dua hal. Pertama, dalam sumber monokromatik non-syarat dan yang kedua

    dalam otomatisasi alat klinis.

    2.Teori Dasar

    Teori-teori dari kolorimeter yang pernah ada (kolorimeter lama) dan kolorimeter

    yang dimodifikasi (kolorimeter modifikasi) dibahas di bawah ini.

    2.1 Kolorimeter Lama

    Instrumen yang digunakan untuk mengukur konsentrasi glukosa darah bukanlah

    kolorimeter namun Alat Penyerap, karena alat tersebut dapat mengukur

    jumlah sinar yang diserap oleh konsentrasi warna dalam larutan (Gambar 1).

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    4/16

    Gambar. 1: Kolorimeter Lama

    Konsentrasi warna dalam glukosa darah warna pada uji ini dilakukan secara

    elektronis dengan mendeteksi intensitas warna sinar yang melewati sampel dimana sampel

    mengandung produk-produk reaksi serum dan reagen sebagai bentuk aplikasi Hukum Beer-

    Lambert. Sampel urin kuning, misalnya, dilewatkan pada cahaya kuning kemudian urin

    menyerap warna biru dan hijau. Untuk alasan ini, dan untuk memperoleh kemurnian dalam

    pengukuran, filter warna optik akhirnya digunakan untuk memilih persebaran panjang

    gelombang yang sempit (Bandwidth) dari cahaya yang bersinar pada fotodetektor.

    Larutan glukosa standar yang digunakan untuk eksperimen dan reagen yang

    digunakan untuk pengukuran konsentrasi glukosa adalah dari AUTOSPAN. Parameter uji

    dasar dari reagen ini tercantum pada Tabel 1.

    Tabel 1: Parameter Uji

    Setelah pengaturan kondisi awal pada kolorimeter, 10L larutan glukosa standar dengan

    konsentrasi 100 mg/dl (CStandar) ditambahkan ke dalam 1mL larutan reagen kosong pada

    tabung tes dan disimpan di dalam inkubator pada suhu 37 C. Setelah 10 menit, warna unguyang terbentuk sudah siap untuk dikembangkan dalam pengujian. Tabung tes ini dimasukkan

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    5/16

    ke dalam Kolorimeter dan sumber sinar monokromatik dengan panjang gelombang 520nm

    dilewatkan dalam pengujian tersebut. Absorbansi yang ditampilkan pada layar kolorimeter

    adalah sebagai Astandar nya. Kemudian, 10l dari glukosa darah yang tidak diketahui

    konsentrasinya, Cunknown,dimasukkan ke dalam 1mL reagen blangko dan disimpan pada 37 C

    selama 10 menit. Absorbansi yang diuji dengan menggunakan kolorimeter ini dicatat sebagai

    AUnknown. Lalu disubstitusi ke dalam persamaan (1) untuk mengetahui konsentrasi glukosa

    darah yang belum diketahui (Cunknown).

    (1)

    2.2 SMBG (Self Monitoring Blood Glucose)

    Teknologi lempeng kering (dry slide) multi-lapisan lapis tipis diadopsi di sebagian

    besar glukometer. Sebuah lapisan/lempeng kolorimeter (Gambar 2) terdiri dari beberapa

    lapisan terbungkus di atas plastik transparan.

    Gambar 2: Kolorimeter Lemepeng Kering

    Sampel diaplikasikan di atas atau disebar di atas lapisan lempeng. Hal ini

    memastikan agar dispersi seragam. Ia juga merupakan mikrofilter, yang berfungsi menyeleksi

    materi partikulat kecil dan molekul besar, seperti protein. Di dalamnya ini juga berisi reaktan

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    6/16

    putih terdifusi yang berperan sebagai medium refleksi selama kolorimetri dibuat melalui

    dukungan transparan.

    Berbagai lapisan dasar memiliki fungsi yang berbeda. Lapisan-lapisan tersebut

    tergolong dalam jenis lapisan reaksi yang biasanya berisi katalis enzim dan lapisan yang akan

    berwarna saat telah mencapai titik kesetimbangan dengan konsentrasi analit. Kepadatan

    warna diukur dengan reflektor spektrometer. Lapisan lainnya mungkin tergolong barrierfisik

    seperti membran semipermeabel dan termasuk jenis lapisan yang berpotensi dapat mengubah

    secara kimia campuran endogen. Dengan demikian, gangguan dapat diminimalkan.

    Untuk setiap tes fungsi matematika disimpan dalam prosesor pusat analisa itu. Hal ini

    digunakan untuk mengkonversi kepadatan pewarna diukur dalam konsentrasi analit. Bentuk

    persamaan fungsinya berupa polinomial pangkat tiga. Terdapat 3 koefisien yang dapat

    ditentukan selama kaliberasi.

    2.3 Usulan Kolorimeter

    Kekurangan dalam kolorimeter lama adalah adanya persyaratan untuk

    membutuhkan sumber sinar monokromatik yang sangat tinggi akan tetapi itu masih belum

    mampu untuk beroperasi di wilayah non-linear pada pengujian tersebut. Keduanya dapat

    dihilangkan jika warna uji langsung digunakan untuk mengukur glukosa yang memakai

    teknik pengukuran warna selain memakai prinsip pengukuran dengan absorbansi. Visualisasi

    dari kolorimeter dapat diketahui dengan komputerisasi otomatis, seperti dalam SMBG.

    Dalam rangka mengakomodasi teknik ini, kolorimeter yang ada dimodifikasi seperti

    ditunjukkan pada Gambar 3.

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    7/16

    Gambar 3: Kolorimeter Modifikasi

    Filter dilepas dan karenanya sumber monokromatik tereliminasi. Di tempatPhotodiode, suatusensor warna Agilent HDJD-S722-QR999 sensor warna RGB seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar 4 berikut, berfungsi untuk mendeteksi adanya warna tertentu dan mengidentifikasi

    koordinat persisnya melalui spektrum penuh warna. Sensor warna Agilent mengkonversi

    sinar berwarna menjadi tegangan output RGB yang proporsional. Tegangan output setiap

    saluran (R, G, dan B) meningkat linear seiring dengan peningkatan intensitas cahaya.

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    8/16

    Gambar 4. RGB Color Sensor - Agilent HDJD-S722-QR999

    Tegangan outputRGB ini terhubung ke Mikrokontroler PIC 18725 yang mengubah tegangan

    analog tersebut menjadi tiga data digital 8-bit. Data 24-bit RGB ini dihubungkan dengan

    komputer melalui serial port 9-pin. Data yang sudah terekam di komputer akan diproses

    sesuai dengan teknik pengukuran warna untuk menampilkan konsentrasi Glukosa.

    3. Teknik Pengukuran Warna

    Dari tiga data RGB variabel, rona warna dan kejenuhannya dapat diperoleh dengan

    menggunakan diagram Kromatisitas. Karena pengujian warna bersifat bebas konstan dengan

    konsentrasi glukosa, kejenuhan saja sudah cukup digunakan untuk membandingkan

    konsentrasi warna dengan konsentrasi glukosa. Pada kejenuhan, kemurnian sangat

    diperhatikan.

    3.1 Diagram Kromatisitas CIE 1931

    Suatu diagram yang sesuai untuk pengukuran warna ini adalah Kromatisitas Tapal

    Kuda (Horse Shoe shaped Chromaticity) [13, 14]. Posisi dari warna-wana, yakni dari biru

    (400nm) pada ujung satu dan merah (700nm) pada ujung lainnya, ditunjukkan pada kurva.

    Setiap titik yang sebenarnya tidak pada kurva garis padat, tetapi lokasinya masih di dalam

    daerah tertutup kurva. Mereka tidak mewakili spektrum murni, tetapi sebagai spektrumcampuran warna. Misalnya terdapat campuran berwarna putih, ia terletak di dalam daerah

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    9/16

    ini, khususnya pada titik C (Gambar 5). Warna yang paling intens, misalnya, warna merah,

    hijau, dan biru, dalam rona yang terdalam dapat diperoleh di tepi luar diagram. Warna yang

    lebih sering muncul, misalnya merah muda, hijau muda, biru pucat, akan muncul ketika ia

    bergerak menuju pusat. Akhirnya di titik pusat akan bertemu dengan warna putih (titik C).

    Gambar. 5: Diagram CIE 1931 Kromatisitas

    Istilah rona sering dikaitkan dengan panjang gelombang dominan. Dengan demikian,

    rona mewakili warna dasar yang nampak saat penjenuhan mengukur warna. Kemungkinan

    hal ini dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan warna pada basisnya dari jarak

    iluminasi titik C. Nilai kromatisitas hanya tergantung pada panjang gelombang dominan dankejenuhan (saturation), serta tidak tergantung pada jumlah energi cahaya. Misalnya, warna

    cokelat tidak nampak pada diagram dikarenakan warna cokelat memiliki pencahayaan

    oranye-merah yang rendah. Suatu standar sinar putih (biasanya disebut iluminan C) terletak

    dekat (tetapi tidak pada) x = y = z = 1 / 3. Jika dua warna diwakili oleh titik C1 dan C2,

    campuran aditifnya adalah titik C3, yang berada di suatu lokasi koordinat pada garis C1C2.

    Warna komplementer adalah warna-warna yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan

    sinar putih. Jika sebuah garis ditarik dari titik putih melalui titik warna spesifik, akan terlihat

    perpotongan garis dengan lokus spektral yang mendefinisikan panjang gelombang dominan.

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    10/16

    Jika baris melintasi warna ungu, panjang gelombang dominan tidak dapat didefinisikan,

    dan warna yang seperti ini disebut non-spektral. Memang, tidak ada warna magenta dalam

    pelangi.

    3.2 Konversi Data RGB ke Warna dan Kejenuhan

    Konversi RGB ke XYZ membentuk transformasi matriks sederhana [16]. Koordinat

    kromatisitas x, y, dan z diperoleh dari nilai Tristimulus X, Y, dan Z.

    Maka dari itu, konversi data RGB menjadi koordinat kromatisitas ekuivalennya dapat

    silakukan menggunakan dua persamaan di atas. Koordinat kromatisitas yang diadopsi

    (dirangkum) dari International Commission on Illumination untuk variasi spektrum warna,

    dinyatakan pada tabel 2.

    Kemiringan garis memberikan nilai rona dan kemiringan warna terhadap titik iluminan C

    dalam CIE 1931 Color Space, dapat dihitung menggunakan persamaan (4) bila koordinat x, y,

    dan z kromatisitas, diketahui.

    Kemiringan=(yputih-y) / (xputih-x) (4)

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    11/16

    Dimana xputih=yputih=1/3. Dari sini, rona dapat diukur. Hal ini sangat besar kemungkinannya

    untuk bisa mendeteksi kejenuhan suatu warna pada suatu basis yang diukur dari titik C.

    3.3 Model Matematika

    Untuk mengukur konsentrasi glukosa darah menggunakan data RGB, nilai kejenuhan

    warna (x) yang diperoleh untuk konsentrasi-konsentrasi standar glukosa (y) masuk ke dalam

    suatu persamaan polinomial untuk mth dan dari persamaan ini akan diperoleh karakteristik

    pola reagen yang digunakan dalam pengukuran glukosa darah.

    Secara umum urutan apapun yang menggunakan variabel 'm', akan memiliki persamaan

    polinomial seperti ini:

    (5)

    dari persamaan di atas, (m+1) persamaan simultan akan diturunkan. Dalam menyelesaikan

    persamaan (m+1) (dengan menggunakan hukum Cramel), nilai dari am hingga a0 yang belum

    diketahui, dapat dicari.

    Persamaan (1) yang digunakan terhadap kolorimeter hanya cocok untuk respon linear;

    sedangkan persamaan polinomial ini (5) juga cocok untuk respon non-linear. Persamaan

    polinomial ini merupakan persamaan karakteristik dari reagen yang digunakan dalam

    pengukuran glukosa darah. Setelah persamaan polinomial ini terselesaikan, nilai kejenuhan /

    saturasi (x) dari suatu glukosa yang belum teridentifikasi dapat disubstitusikan ke dalam

    persamaan (5) serta nilai konsentrasi glukosa yang belum teridentifikasi (y) pun dapat

    diperkirakan.

    4. Eksperimen dan Hasil

    Kolorimeter yang dimodifikasi (kolorimeter modifikasi) telah didesain sedemikian

    rupa dan dengan kemampuan yang telah teruji di laboratorium dapat menyaingi kemampuan

    kolorimeter yang pernah ada. Larutan standar glukosa digunakan untuk menginduksi

    eksperimen dalam laboratorium. Larutan standar glukosa dengan rentang konsentrasi antara

    50 mg/dl hingga 800 mg/dl diambil dan diuji dengan 12 macam tes di tiap kategorinya. Rata-

    rata hasil yang didapat menunjukkan bahwa dalam eksperimen pembandingan antara

    kolorimeter lama dengan kolorimeter baru dengan suatu sensor warna, dinyatakan pada

    tabel 3. Pada tabel tersebut dipaparkan mengenai karakteristik reagen yang digunakan pada

    pengukuran kosnsentrasi glukosa darah.

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    12/16

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    13/16

    Grafik ini secara gamblang menunjukkan ketidaklinearan respon reagen yang digunakan

    dalam pengukuran glukosa. Ketidaklinearan ini terjadi pada pengukuran absorbansi dan

    kejenuhan glukosa di kisaran kadar 400mg/dl. Pada hasil yang ditunjukkan oleh SMBG,

    konsentrasi glukosa (y) bila dibandingkan dengan data kejenuhan (x) di tabel 2, memiliki

    kesesuaian dengan hasil apabila dihitung dengan persamaan polinomial berpangkat 6.

    Persamaan ini digunakan untuk mengukur secara akurat glukosa darah yang menggunakan

    sensor warna kolorimeter. Persamaan untuk tabel 2 adalah:

    Dengan nilai koefisien relative (r)= 0,99969.

    Persamaan ini (6) mencirikan bahwa sifat dari reagen yang digunakan dalam pengukuran

    kadar glukosa dan nilai koefosien korelasi persamaan (regresi) yang digunakan adalah

    0,99969; nilai r yang sangat akurat. Prosedur ini dapat diulang kapanpun reagen diubah atau

    kapanpun kaliberasi dibutuhkan untuk preparasi instrument. Saat suatu persamaan polinom

    seperti ini telah diperhitungkan, maka konsentrasi glukosa darah yang belum diketahui apat

    diestimasi dengan data RGB dan data kejenuhan pun (x) dapat disubstitusikan pada

    persamaan tersebut (6). Hal ini lebih mudah dilakukan secara komputerisasi.

    Dalam hal memperkirakan presentase error pada suatu pengukuran konsentrasi

    glukosa pada kedua alat, yakni pada kolorimeter lama dengan kolorimeter modifikasi,

    perlu dilakukan suatu eksperimen awal sederhana, yakni dengan menggunakan larutan

    standar glukosa yang dikalkulasi dengan persamaan (1) dan (6). Dari sini, diperolehlah data

    sebagai berikut (Gambar 7):

    Gambar 7. Perbandingan galat pada pengukuran glukosa

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    14/16

    Gambar (7) di atas menunjukkan sutu grafik yang semakin naik pada pengukuran galat

    (kesalahan/ error) apabila digunakan alat kolorimeter lama; hal ini juga demikian pada uji

    wilayah non-linear. Apabila digunakan kolorimeter modifikasi, kesalahan / galat/error

    menjadi sangat minimal, kurang dari 10%.

    5. TentangSoftware

    Software yang digunakan dalam pengukuran warna ini dikembangkan dalam bentuk

    Visual Basic oleh pembuatnya. Software ini dapat memvisualisasikan data RGB seperti

    mengenai kemurnian ekuivalennya atau kejenuhan warnanya dan panjang gelombag dominan

    dari warna-warnanya (seperti yang dijelaskan pada Chapter 3.1, yang menggunakan diagram

    kromatisitas CIE 1931).

    Dengan menge-klik Check for a color pada halaman software, data RGB yang

    secara otomatis langsung ditampilkan pada layar LCD kolorimeter modifikasi, dapat dipilih.

    Gambar 8.Entry data RGB

    Saat kotak OK dipilih, software akan menampilkan data panjang gelombang

    ekuivalen warna RGB an data kemurnian, seperti yang ditunjukkan pada gambar 9.

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    15/16

    Gambar 9. Data anjang gelombang dan Kemurnian oleh RGB

    Data tersebut lalu disimpan pada halaman kerja MS Excel dan grafik antara

    konsentrasi glukosa (mg/dl) dengan kemurnian warna, secara otomatis bisa diatur kemudian.

    Saat grafik ter-plot, dengan menggunakan opsi Add trend line pada halaman Excel,

    persamaan polinimial (6) berpangkat 6 beserta nilai koefisien relasi (r), dapat ditentukan.

    Persamaan polinimial ini digunakan pada pengukuran selanjutnya.

    6. Kesimpulan

    Photo detectoryang digunakan dalam kolorimeter ini selain memiliki fungsionalitas

    performa yang baik terhadap keefisienan terhadap panjang gelombang 520 nm (hijau), juga

    digunakan terhadap warna merah muda atau ungu. Akan tetapi, fungsi ini tidak memiliki

    restriksi warna. Terlebih lagi, fungsi ini hanya dapat bekerja optimal pada sumber

    monokromatis yang tinggi dan pada keadaan bobot jenis suatu warna tidak linear .

    Hambatan yang dihadapi pada penggunaan khusus lempeng kering SMBG yaitu pada

    metodenya. Lempeng kering yang biasanya memang digunakan untuk 1 alat glukometer tidak

    dapat digunakan dengan glukometer yang lain dikarenakan data yang terekam pada

    lempeng kering tersebut tersimpan pada glukometernya yang ketika itu dikomplemenkan

    dengan lempeng kering. Artinya, bila lempeng kering yang telah berisi suatu data pada

    glukometer sebelumnya dikomplemenkan dengan glukometer berbeda, akan tidak berfungsi.

    Maka dari itu, dengan menggunakan kolorimeter modifikasi, kaliberasi data tersebut dapat

    dilakukan kapanpun pada laboratorium klinik oleh teknisi sehingga dengan begitu data yang

    terekam pada lempeng kering dapat dipindahkan ke dalam komputer. Selain itu, segala jenis

  • 8/3/2019 ARTI SESKIM

    16/16

    reagen juga dapat digunakan berulang setelah kaliberasi. Adapun untuk software mengenai

    ini juga telah dikembangkan oleh authornya.

    7. Proyek ke Depan

    Karena metode ini tergolong baru, maka untuk penggunaan atau aplikasi ke depannya,

    software dapat dikembangkan untuk selalu menjadi lebih baik sehingga segala proses untuk

    penelitian dan pendeteksian seperti dijabarkan di atas dapat dilakukan secara otomatis.

    Komponen pada kolorimeter modifikasi ini pun tidak selamanya dapat mendukung kinerja

    pendeteksian, sehingga perlu diadakan pembaruan di segi komponennya. Software baru

    mungkin dapat dikembangkan untuk dapat memproses data-data RGB yang berasal dari

    kolorimeter modifikasi agar dapat tampil di layar komputer. Penelitian ini pun hanya bisa

    diaplikasikan baru pada larutan standar glukosa. Untuk ke depannya, diharapkan metode atau

    alat ini dapat dikembangkan oleh laboratorium klinik sebagai pendeteksi glukosa darah

    pasien diabetesyang sesungguhnya dan kinerja (hasil pengukuran) kolorimeter modifikasi

    ini dapat dibandingkan dengan hasil atau data dari pengukuran dengan kolorimeter lama

    dan atau glukometer.