Arti Dan Cerita Di Balik Ragam Motif Batik Klasik Jawa

download Arti Dan Cerita Di Balik Ragam Motif Batik Klasik Jawa

of 7

Transcript of Arti Dan Cerita Di Balik Ragam Motif Batik Klasik Jawa

Arti dan Cerita di Balik Ragam Motif Batik Klasik JawaMembatik pada mulanya merupakan salah satu kegiatan tradisi keluarga yang turun temurun. Pemilihan motif yang akan dibuatkan batiknya disesuaikan dengan keperluan pemakainya. Pada awalnya motif-motif batik juga diciptakan menurut fungsi dari para pemakainya dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi sangatlah mungkin kalau dari suatu motif akan dapat dikenali dari keluarga mana si pemakainya berasal. Misalnya motif-motif Parang Barong yang pada awalnya hanya digunakan oleh para Raja. Motif Parang sesungguhnya menggambarkan senjata, kekuasaan. Selaras dengan makna yang ada dalam motif Parang Barong, maka Ksatria yang menggunakan batik ini bisa berlipat kekuatannya.

Parang Barong, pernah dipakai eyang kakung jadul. Bahan morinya sudah sangat halus/ lembut Atau kain batik yang digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa saat ini, seperti motif kain batik: Ukel, Semen Rama; Semen Raja, pada awalnya juga hanya dikenakan oleh keluarga kesultanan. Hanya digunakan dalam kesempatan tertentu saja.

Ukel, yang sampai saat ini belum pernah saya kenakan . Motif yang penuh dengan Dalam perkembangan selanjutnya pembatasan itu menjadi pudar. Banyak dari keluarga orang yang berstatus tinggi dan orang berpunya di Indonesia juga ingin meniru apa yang terjadi dalam keluarga kesultanan. Dan pembatasan yang pada awalnya begitu ketat, tidak dapat mengatasi masuknya pengaruh luar yang begitu gencar. Dan seperti yang kita lihat saat ini, banyak upacara pernikahan adat Jawa dalam masyarakat Indonesia yang menggunakan upacara pernikahan adat keraton dengan perlengkapan dan tahapan upacara yang cukup lengkap. Bahkan beberapa motif batik tradisional yang biasanya hanya dipakai oleh keluarga keraton baik dari keraton Yogya maupun dari keraton Surakarta lambat laun juga sudah mulai bisa dimiliki oleh setiap orang yang ingin memilikinya. Walaupun tidak dengan kwaliteit seperti aslinya. Tradisi Kejawen, yang mengajarkan falsafah Jawa juga turut memberikan banyak masukan dalam penciptaan motif-motif batik. Falsafah Jawa yang berusaha antara lain untuk meraih kebesaran dan kemuliaan dalam hidup ini, dapat mempermudah penciptaan motif kain batik. Hal ini bisa dimengerti karena untuk mencapai kebesaran dan kemuliaan yang selalu dirindukan oleh manusia, orang percaya bahwa hal ini akan bisa dicapai dengan olah jati diri. Misalnya melalui jalan meditasi dan upacara mistik. semelehnya hati seseorang serta keheningan suasana di sekitarnya. Ini semua merupakan attitude yang pas dalam pemilihan dan penciptaan suatu motif batik. Penyempurnaan motif batik agar sesuai dengan makna yang diharapkan oleh pemikinya kadang harus disertai upacara mistik. Upacara ini bisa dilakukan misalnya dengan mempersembahkan offer dan pemanjatan doa. Hal ini biasanya dilakukan dengan bimbingan para Guru dalam bidang Kejawen, sehingga nilai sakral dan magisch bisa tersirat dalam motif yang ada dan terlihat ketika dikenakan oleh pemiliknya. Berapa lama dan laku mana yang harus dikerjakan seseorang sebelum ditemukan motifnya, sangat bergantung pada si pembatik dan si calon pemakainya sendiri. Jadi dalam hal ini setidaknya harus ada kerja sama di antara keduanya.

Motif dan warna dalam batik, pada awalnya memiliki nilai yang simbolik. Pemilihan warna dalam motif batik dapat memberikan informasi tentang perasaan dan harapan si pemakainya, karena dia yang memilih motif dan warnanya Buah dari laku meditasi yang bisa dipetik adalah akan dicapainya ketentraman batin dan. Tentang peran si pembatiknya biasanya menjadi lumer menyatu dengan perasaan dan harapan si pemakainya dan hal ini diwujudkan dalam bentuk/lukisan motif dalam batik itu. Patroon motif batik klassik pada awalnya hanya ada dalam kepala si pembatik. Motif-motif dalam batik klasik sering kali diungkapkan dalam bentuk yang abstrak. Daya khayal si pembatik dalam menggambarkan sebuah motif sangat mempengaruhi hasil akhir motif. Dan karena itu pula maka hampir tidak pernah terjadi ada dua kain panjang batik dengan satu motif batik, yang hasilnya sama dan serupa. Warna dalam motif batik banyak mengacu pada warna yang bisa memberikan / menimbulkan informasi berbagai rasa bagi si pemakainya dan yang melihatnya. Warna dasar motif batik klassik Jawa pada awalnya dapat kita temukan sebagai berikut:

1. Warna coklat. Warna ini dapat membangkitkan rasa kerendahan diri, kesederhanaan dan membumi, kehangatan, bagi pemakainya.

Dalam pemakaiannya warna coklat terutama, sering kita temukan dalam motif-motif semen (lihat foto 2). Dalam motif parang, juga digunakan warna coklat. (lihat foto3) Motif Semen merupakan salah satu motif indah yang sering kali dipenuhi dengan makna dan arti yang dapat kita temukan dalam Falsafah Jawa. Suatu motif yang pada saat ini juga hanya dimiliki oleh pemilik dompet tebal. Hal ini terjadi karena untuk menciptakan motif semen biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya motif ini dilukiskan dua kali, baik dari luar dan maupun dari dalam. Juga pengisian cecek yang harus dilukiskan satu demi satu. Sehingga pembuatan satu kain panjang bisa memakan waktu lebih dari 6 bulan. 2. Warna biru tua

Rasa ketenangan, effekt kelembutan, keichlasan dan rasa kesetiaan biasanya dapat ditunjukkan melalui pemakaian warna ini. Warna biru biasanya dapat kita temukan dalam motif batik klassik dari Yogyakarta. Lihat dalam motif Modang di bawah ini. Sebuah motif yang di sekeliling kain jariknya dilukiskan bentukbentuk parang tuding. Dalam kain panjang ini didasari dengan warna biru. Di dalamnya diisi dengan motif ganggong ranth, sejenis bunga.

Motif Modang dengan isen ganggong ranthe 3. Warna putih Yang juga muncul dalam motief Yogyakartan, menunjukkan rasa ketidakbersalahan, kesucian, ketentraman hati dan keberanian serta sifat pemaaf si pemakainya. (foto 5) . Membaca tentang makna warna seperti yang tersebut di atas, sangatlah dapat dimengerti mengapa motif Sido Asih ini dikenakan dalam upacara pernikahan adat. Menilik dari pemakaian warna putih tersirat harapan bahwa calon pengantinnya di kemudian hari akan selalu dilimpahi dengan kasih dan sayang dalam kehidupan berumah tangganya.

Sido Asih / Semen Calo / Gunung Sari latar pethak. (foto 5) 4. Dari warna-warna yang terdapat dalam motif batik juga terdapat warna yang kehitam-hitaman. Sesungguhnya warna hitam yang dimaksudkan merupakan suatu warna biru yang sangat tua. Sehingga tampak seperti hitam. Suatu warna yang seringkali memberikan gambaran yang negative. Tetapi dalam dunia perbatikan orang mengambil segi positif dari yang biasanya bermakna negative. Jadi warna hitam dalam batik melambangkan antara lain suatu kewibawaan, keberanian, kekuatan, ketenangan, percaya diri dan dominasi. Dalam motif itu diperlihatkan berbagai jenis binatang, suatu keaneka ragaman dalam kehidupan yang toch pada akhirnya dapat saling bertenggang rasa.

Motif batik Alas-alasan latar irengan (foto 6) Jadi bila seseorang mengenakan motif batik tertentu itu bukan saja berarti bahwa yang bersangkutan hanya ingin memperlihatkan betapa indahnya motif batikannya tetapi juga sekaligus ingin dan dapat memperlihatkan fungsi dan kedudukannya dalam masyarakat yang berlaku. Juga melalui motif batik yang dikenakannya akan tersirat harapan dan makna ungkapan perasaannya. Dan dengan mengenakan motif tertentu si pemakai juga ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup pembuatnya/ pemakainya. Juga dari pemilihan pemberian nama tentang nama motif batik sangat berkaitan erat dengan suatu harapan dan tujuan hidup dari pembuatnya. Misalnya: Motif Lintang Trenggono; Motif Gringsing Buketan

Motif Gringsing Buketan (foto 7) Dalam motif gringsing digambarkan sisik ikan yang menjadi latar belakang buketan (bouquet), ikatan bunga yang indah. Setiap sisik ikan dilukiskan dengan warna putih dengan garis pembatas warna soga (coklat) dan diisi dengan cecek. Si pemakai mengharapkan keindahan, keharuman dan kebesaran bagaikan bunga dalam motif yang juga disertai dengan kekayaan yang tak terhitungkan, seperti jumlah sisik ikan yang ada dalam motif itu. Dua motif di atas saya memberikan gambaran betapa luasnya makna yang terkandung dalam motif batik klassik Jawa. Saya kira setiap orang yang mengerti dan mendalami makna dan arti falsafah Kejawen dalam motif batik klassik Jawa juga mengharapkan bahwa makna yang tersirat dalam motif akan menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk saya, paling tidak sudah saya mulai dengan memiliki dulu kain jariknya. . Bagaimana dengan pembaca Baltyra? Bila kita memperhatikan motif-motif batik klassik Jawa, tampak bahwa setiap motif biasanya hanya dikenakan dalam kesempatan yang tertentu.