ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA Web viewRuang terbuka didefinisikan sebagai landscape,...
-
Upload
nguyennhan -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA Web viewRuang terbuka didefinisikan sebagai landscape,...
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya Ruang Terbuka dapat digunakan secara umum dan secara privat, yaitu pada
lingkup masyarakat umum maupun pada ruang lingkup suatu bangunan baik di dalam bangunan
(internal void ) maupun di luar bangunan (external void.).
Untuk Ruang Terbuka Umum, jika ditinjau menurut kegiatannya dapat dibagi atas 2 (dua)
jenis, yaitu Ruang Terbuka Aktif dan Ruang Terbuka Pasif. Dimana untuk Ruang Terbuka Aktif
merupakan suatu ruang terbuka yang memiliki unsur – unsur kegiatan di dalamnya. Contohnya
dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi
sungai sebagai tempat rekreasi, dll.
Ruang terbuka pada umumnya merupakan ruang yang terdapat di luar massa bangunan
ataupun di tengah-tengah bangunan secara terbuka, yang dapat dimanfaatkan oleh orang
banyak dan memberi kesempatan para pengguna untuk melakukan berbagai macam kegiatan
(multifungsi), seperti bersantai, berolahraga, berkumpul, mengadakan perlombaan, berekreasi,
upacara, dsb.
Selain dimanfaatkan sebagai tempat untuk kegiatan manusia, Ruang Terbuka dapat
digunakan untuk mengindahkan suatu lingkungan maupun meletarikan lingkungan, yaitu dengan
cara memanfaatkan ruang terbuka tersebut untuk penghijauan, maupun dengan kombinasi
pemanfaatan ruang terbuka untuk sarana sosial dan penghijauan.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari
ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman
dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya
dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya.
Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang
terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang
diperuntukkan sebagai genangan retensi.
Secara fisik Ruang Terbuka Hijau dapat dibedakan menjadi Ruang Terbuka Hijau alami yang
berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, maupun Ruang Terbuka
Hijau non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga.
Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi.
Dari segi ekologis Ruang Terbuka Hijau dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,
mengurangi polusi udara, dan menurunkan temperatur kota. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka
Hijau perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, hutan kota, taman
botani, sempadan sungai dll. Secara sosial-budaya keberadaan Ruang Terbuka Hijau dapat
memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi. Bentuk Ruang Terbuka Hijau
yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, dsb.
Secara arsitektural RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota melalui
keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur hijau di jalan jalan kota.
Sementara itu RTH juga dapat memiliki fungsi ekonomi, baik secara langsung seperti
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
pengusahaan. Ruang di dalam dan di sekitar bangunan adalah dasar penilaian suatu , seperti
halnya ruang terbuka dalam arsitektur bangunan.
I.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Apakah Fungsi dari Ruang Terbuka Tersebut ?
Apa yang menyebabkan para pengungjung mau mengunjungi Ruang Terbuka
tersebut?
Apakah peran Ruang terbuka terhadap suatu kota?
I.3 BATASAN PENELITIAN
Adapun batasan kajian permasalahan dari penelitian ini,yaitu semua hal yang berhubungan
dengan perilaku manusia pada ruang terbuka. Dan juga kelebihan kekurangan pada ruang
terbuka tersebut.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
I.4 MANFAAT
Pendekatan-pendekatan dalam penyelesaian masalah pada perancangan dilakukan dengan
berbeagai cara diantaranya:
Pengumpulan data
a. Studi lapangan
Cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang sebenarnya dengan
mengobservasi lapangan secara langsung baik dengan wawancara maupun
dokumentasi terhadap objek yang diteliti.
b. Studi literatur
Cara yang digunakan untuk mendapatkan data dengan meneliti buku-buku,
majalah maupun dari internet untuk melengkapi data masukan yang dibutuhkan
mengingat data yang diperlukan tidak hanya sebatas data dari lapangan.
c. Bimbingan langsung dengan dosen pembimbing
Cara yang digunakan untuk mendapat arahan dari dosen pembimbing dengan
cara mengasistensi keseluruhan isi dari hasil laporan untuk diberikan masukan-
masukan serta koreksi atas masalah yang ada untuk penyempurnaan hasil laporan
ini, berupa menganalisis keseluruhan data yang diperoleh untuk mengetahui
kekurangan, kelebihan serta pemecahannya.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
I.5 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari Kajian terhadap Ruang Terbuka ini adalah:
Untuk mengetahui kriteria atau syarat Ruang Terbukapada umumnya.
Untuk mengetahui manfaat dari Ruang Terbuka
Untuk mengetahui kegiatan di Ruang Terbuka
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi orang yang datang pada Ruang
Terbuka tersebut.
I.6 KERANGKA BERPIKIR
LATAR BELAKANG MASALAH
IDENTIFIKASI MASALAH
DATA
ANALISA
KESIMPULAN DAN SARAN
FEEDBACK
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
I.7. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada penelitian kali ini sistematika penulisannya adalah:
BAB I, Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang permasalahan yang berisi tentang
suatu kajian arsitektur perilaku terhadap Ruang Terbuka di Kota Medan.
BAB II, Kajian Teori, berisi tentang kajian literatur yang akan dipakai dalam penelitian ini,
lingkup kajian teori ini meliputi pengertian judul itu sendiri, arsitektur perilaku, dan
kajian-kajian Ruang Terbuka Hijau.
BAB III,Metode Penelitian, menjelaskan tentang metode yang akan dipakai pada penelitian
kali ini. Tujuan utama adalah dengan diperolehnya pemahaman menyeluruh
tentang suatu fenomena yang diteliti dengan pendekatan menyeluruh.
BAB IV,Deskripsi Objek Penelitian, berisi tentang keadaan Lapangan Benteng dan
Lapangan Merdeka serta data fisik maupun non fisik dari kawasan yang diambil
untuk objek penelitian.
BAB V, Pembahasan Penelitian, berisi tentang penganalisaan untuk mencari citra Lapangan
Merdeka dan Lapangan Benteng sebagai objek penelitian.
BAB VI, Kesimpulan dan Saran, menjelaskan tentang kesimpulan akhir dari penelitian
tentang kajian arsitektur terhadap Arsitektur Perilaku Pada Ruang Terbuka, yang
kemudian diikuti dengan memberikan saran.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENGERTIAN TOPIK
II.1.1. RUANG TERBUKA
Ruang terbuka didefinisikan sebagai landscape, hardscape (jalan, trotoar, dan sejenisnya), taman,
dan ruang rekreasi diwilayah perkotaan. Unsur-unsur ruang terbuka meliputi taman-taman,
ruang hijau perkotaan, pepohonan, bangku, perkebunan,air, pencahayaan, paving, kios, tempat
sampah, air mancur, patung, jam, dan seterusnya. Pedestrian, tanda-tanda, dan fasilitas yang juga
mungkin dianggap sebagai elemen ruang terbuka yang dibahas secara terpisah (Shirvani, 1985).
Ruang terbuka ini terbentuk karena adanya kebutuhan akan perlunya tempat untuk bertemu atau
bersosialisasi. Dalam satukawasan permukiman baik yang tradisional maupun permukiman kota
yang sering kita temui adalah sebuah lahan kosong atausemacam seperti alun-alun ang dijadikan sebagai
ruang bersamabagi penghuni yang ada disekitarnya dengan jarak tertentu.
Manusia adalah subyek utama dalam suatu lingkungan. Baik tidaknya suatu lingkungan
ditentukan oleh manusia sendiri. Ruang Terbuka merupakan salah satu lingkungan yang sangat
sering digunakan oleh sekelompok manusia pada umumnya. Contoh-contoh dari ruang terbuka
diantaranya:
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Taman
Baik itu taman lingkungan, taman kawasan, hingga ke taman kota)
Biasanya taman hanya berfungsi sebagai sarana penghijauan yang terdapat
diantara padatnya pemukiman/perkantoran suatu wilayah. Adapun taman biasa
digunakan hanya untuk duduk-duduk dan bersantai, bahkan hanya sebagai sirkulasi
penghubung antar bangunan.
Playground
menyediakan fasilitas penunjang aktivitas anak-anak dalam hal bermain
Taman kanak-kanak yang biasanya disediakan di suatu pemukiman yang mayoritas
masih memiliki anak-anak di bawah umur 12 tahun.
Gambar 1 Taman Diponegoro
Gambar 2 China Beida Playground
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Taman ini biasanya menyediakan fasilitas berupa permainan-permainan yang
dapat diakses secara umum oleh anak-anak, tidak terkecuali dapat juga digunakan
oleh orang-orang dewasa.
Kecenderungan orang dewasa biasanya menggunakan ayunan(swing) untuk
duduk-duduk bersantai, mengobrol bersama teman, padahal fasilitas ini ditujukan
kepada anak-anak kecil.
Anak-anak kecil biasanya akan menggunakan kolam pasir untuk bermain bersama,
membuat macam-macam bentukan seperti kastil, dsb.
Plaza
berupa ruang terbuka yang biasanya digunakan oleh manusia untuk banyak kegiatan,
biasanya plaza ini merupakan ruang terbuka yang terdapat diantara banyak
bangunan, atau bahkan suatu bangunan memiliki plaza tersendiri yang dapat diakses
oleh pengguna bangunan tersebut.
Plaza biasanya digunakan oleh penduduk yang mobilitasnya tinggi karena letaknya
berada di kawasan metropolitan
Plaza pada umumnya berupa ruang terbuka yang berfungsi sebagai areal terbuka
untuk penghijauan kawasan dan sebagai alternatif penghubung antar bangunan.
Gambar 3 Civic Plaza
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Karena letaknya yang strategis biasanya plaza akan ramai dilewati oleh banyak
orang.
Kegiatan yang dilakukan pun beragam seperti, duduk-duduk sambil membaca
koran, mengobrol, membeli makanan-minuman(biasanya ada plaza yang di
dalamnya terdapat orang-orang yang berjualan), atau hanya digunakan oleh
orang-orang yang lalu-lalang melewatinya.
II.1.2. Jenis dan Kegiatan pada Ruang Terbuka
Ruang terbuka biasanya memiliki banyak bentuk dan fungsi, dan dapat dikategorikan
ke dalam hirarki ruang terbuka yaitu, lokal (lingkungan), kabupaten, regional dan ruang
terbuka yang dijadikan ikon negara. Di kawasan pinggiran kota, ruang terbuka sering
ditemukan taman setempat atau taman lingkungan yang menyediakan komponen-
komponen yang digunakan dalam infrastruktur setempat seperti peralatan bermain anak-
anak, lapangan hijau, kursi dan meja piknik. Ruang ini biasanya disediakan oleh
pengembang perumahan setempat dan umumnya dikelola oleh pengurus setempat,
didanai melalui iuran bulanan.
Jenis-jenis ruang terbuka juga dapat sangat berbeda dalam hal kegiatannya, mulai
dari olahraga secara individu maupun massal, taman-taman setempat untuk piknik dan
hiking pada daerah yang memungkinkan.
Jenis-jenis ruang terbuka dapat mencakup daerah kabupaten atau ruang terbuka
dalam bentuk fasilitas olahraga, seperti Hyde Park di Sydney. Ruang ini sering dipakai oleh
pemerintah setempat untuk mengadakan event-event penting di Sydney.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Jadi kesimpulan yang didapat adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh manusia
pada ruang terbuka antara lain :
Bersantai
Berolahraga
Piknik
Mengobrol
Membaca koran, majalah, dsb
Kecenderungan / perilaku negatif manusia pada ruang terbuka antara lain :
Membuang sampah sembarangan
Merusak komponen-komponen yang terdapat pada ruang terbuka seperti, bangku
taman, tempat sampah, permainan anak-anak, dsb
Merusak taman yang ada pada ruang terbuka
II.1.3. Klasifikasi Ruang Terbuka
Berdasarkan Land Use, yaitu :
a. Ruang Sirkulasi ( Jalan ), yaitu : berbagai jenis / tipe jalan, pedestrian
b. Perumahan, yaitu : halaman, taman, taman bermain
c. Pendidikan, yaitu : lapangan olahraga, halaman sekolah, dan taman
d. Perdagangan, yaitu : taman, jalan, pusat kota atau tempat parkir
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Berdasarkan Elemen Fisik Utama, yaitu :
a. Waterfront , yaitu : Di pelabuhan, sugai, pantai atau danau
b. Ruang Hijau, yaitu : Jalur hijau, taman kota, taman lingkungan , halaman
c. Plaza, yaitu : di pusat kota atau di depan / antar bangunan
Berdasarkan Peranan, yaitu :
a. Sumber Produksi, yaitu: Perhutanan, Pertanian, Produksi Mineral, Peternakan,
Perikanan, dll.
b. Perlindungan Kekayaan Alam dan Manusia, yaitu : Cagar Alam berupa hutan , laut,
daerah budaya dan sejarah.
c. Kesehatan, Kesejahteraan dan Keamanan, yaitu : melindungi kualitas tanah,
pengaturan, pembuangan sampah, mempertahankan kualitas udara, rekreasi, taman
lingkungan, taman kota dsb.
Berdasarkan Bentuk, yaitu :
a. Memanjang ( street ), yaitu: sirkulasi linear, mempunyai batas pada sisinya. Seperti
jalan , sungai dll.
b. Mencuat ( square ), yaitu : sirkulasi tergantung bentuk dan penataan, mempunyai
batas di sekelilingnya.
Berdasarkan Sifat Kegiatan, yaitu :
a. Aktif, yaitu : Kegiatan yang bersifat dinamis/ bergerak, seperti: jalan-jalan, olahraga,
bermain,dll.
b. Pasif, yaitu: Dilakukan tanpa berpindah tempat seperti :duduk-duduk.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Berdasarkan Jenis , yaitu :
a. Ruang Terbuka Lingkungan, yaitu : terdapat dalam suatu lingkungan dan bersifat
umum.
b. Ruang Terbuka Bangunan, yaitu : terbentuk oleh adanya bangunan bias bersifat
pribadi maupun publik.
Berdasarkan Rencana, yaitu :
a. Direncanakan, yaitu : Ruang Terbuka hasil perencanaan seperti taman kota, jalan.
b. Spontan, yaitu : Ruang terbuka yang dapat diakses publik yang tidak terencana, tetapi
menjadi fungsional, misalnya : sudut jalan , ruang sisa.
Ungkapan "Place without old building is like a person without a memory" sangat relevan
untuk mengungkapkan betapa pentingnya makna sejarah pada bangunan di suatu tempat,
terlebih bangunan itu selain mempunyai sejarah juga mempunyai makna ataupun nilai yang
tinggi. Oleh karena itu dengan adanya point of view urban structure, urban history yang akan
sangat berguna dalam penelitian tentang suatu kota yang menitikberatkan pada perbedaan
antara waktu lampau dan mendatang dengan pertimbangan pada fakta masa lampau yang
mempengaruhi masa saat ini dan mungkin ini juga akan memberi arti permanensi. Bangunan
sebagai elemen kota adalah sesuatu yang mempunyai masa lampau namun tetap memberi
pengaruh.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Berdasarkan klasifikasinya kami mengambil contoh studi kasus ruang terbuka
berdasarkan sifat kegiatannya, yaitu :
Ruang Terbuka Aktif : Kegiatan yang bersifat dinamis dan aktif, yang biasanya tetap
berfungsi aktif, baik pada hari tertentu, ataupun hari biasa,
seperti : Jalan - jalan, olahraga, bermain, dll.
Dari klasifikasi ruang terbuka aktif tersebut, kita mengambil Lapangan Merdeka
sebagai contoh studi kasus :
o Lokasi Penelitian : Lapangan Merdeka
Jalan : Jl. Balaikota No. 12 - 14, Medan
Kecamatan : Medan Barat
Kabupaten : Kota Medan
Sejarah Lapangan Merdeka
"Lapangan Merdeka memiliki nilai sejarah sebagai lokasi rapat
umum rakyat ketika proklamasi, sosialisasi sumpah pemuda, dan
penyatuan ikrar menolak PKI.
Menurut Cor, Passchir, 1995, cikal bakal grid kota Medan
dipengaruhi oleh keberadaan perkebunan Deli yang berkembang pesat di
akhir abad ke-19. Berbagai fasilitas dibangun sebagai pusat administrasi
Perkebunan Deli di daerah Kesawan khususnya di sekitar Lapangan
Merdeka. Lapangan Merdeka pada awalnya dikenal dengan Esplanade
merupakan bagian dari perkebunan tembakau. Di sekitar Lapangan
Merdeka secara bertahap dibangun gedung-gedung untuk mewadahi
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
kebutuhan perkebunan saat itu. Jika kita lihat hampir keseluruhan
bangunan yang ada di sekitar Lapangan Merdeka merupakan bagian dari
fasilitas penunjang perkebunan dan fasilitas pendukung bagi masyarakat
kolonial baik Inggris maupun Belanda saat itu. Selain dibangunannya
beberapa kantor dan gedung penunjang di sekitar Lapangan Merdeka juga
dibangun bangunan-bangunan penunjang di beberapa lorong disekitar
Lapangan Merdeka yang mempunyai akses ke pusat kota saat itu bahkan
sampai saat ini.
Lapangan Merdeka saat ini dikelilingi bangunan-bangunan lampau
atau bangunan kolonial namun seiring dengan perkembangan jaman
dibangun beberapa bangunan dengan bentuk yang baru untuk menunjang
kebutuhan masayarat masa kini.
Permasalahan Lapangan Merdeka
Fungsi awal Lapangan Merdeka telah hilang, sekarang ini sebagian
area Lapangna Merdeka telah didirikan beberapa bangunan sehingga
masyarakat yang melintasi Lapangan Merdeka tidak dapat menyaksikan
lapangan merdeka kaena telah ditutupi bangunan. Lapangan Merdeka
Medan seharusnya tetap menjadi area terbuka sehingga dapat menjadi
pusat kegiatan sosial masyarakat. Selain itu, berdasarkan konsep "Master
Plan" Kota Medan, Lapangan Merdeka juga merupakan daerah resapan air
yang bermanfaat untuk menanggulangi tingginya curah hujan di daerah
itu.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Bangunan - bangunan yang bertahan dari segi fungsi dan bentuk
bangunan antara lain yaitu Kantor Pos dan Stasiun Kereta Api. Tetapi juga
terjadi peruhahan fungsi pada beberapa bangunan yang ada saat ini
karena fungsi awal sudak tidak relevan, misalnya : Bank Mandiri yang ada
di sebelah Barat Lapangan Merdeka. Adanya bangunan Asuransi Jasindo,
beberapa bangunan yang digunakan sebagi perkantoran juga
memanfaatkan bentuk bangunan lama. Kesan kolonial di pusat kola juga
ada di jalan Pemuda yang masih sangat kuat kesan kolonialnya dan Jalan
Ahmad Yani yang merupakan terdapat bangunan style Cina dan style
kolonial Belanda.
Kontinuitas bangunan yang ada di Lapangan Merdeka dilihat dari
segi fungsi pada beberapa bangunan yang masih bertahan dengan fungsi
aslinya yang paling tidak mempunyai dimensi waktu yaitu : masa
perkebunan, masa kolonial dan masa sekarang dan diharapkan mampu
mempertahankan kemenerusannya di masa mendatang. Bangunan -
bangunan yang ada sebagai artefak di Lapangan Merdeka membentuk
suatu kawasan yang diharapkan mampu memunculkan kenangan masa
lalu sejarah Medan yang kuat dan tegas. Selain dari segi fungsi kontinuitas
atau yang lebih spesifik dengan istilah kontinuitas bentuk dilihat dengan
mempertimbangan keberadaan bangunan yang mampu bertahan
walaupun fungsinya sudah berubah. Seperti dikatakan Utami, 2001 bahwa
bangunan bisa dikatakan sebagai elemen dominan ( primer ) jika bangunan
tersebut mampu mempertahankan locus, fungsi dan bentuk bangunan
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
sesuai yang asli, mampu bertahan dari segi bentuk, mempunyai nilai locus
yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi keberadaan elemen kota yang
lain ataupun peranan bangunan sebagai elemen kota mampu menjadi
pemacu dalam perkembangan elemen berikutnya walaupun bangunan
atau elemen ini merupakan sesuatu yang baru. Dalam kajian collective
memory hanya akan mengambil elemen yang berperan sebagai elemen
primer dengan melihat pada kontinuitas pada fungsi dan bentuk ataupun
hanya bentuknya saja.
Data Hasil Survei Lapangan Merdeka
Pada pagi hari sebagian besar masyarakat mengunjungi Lapangan
Merdeka untuk berolahraga, Adapun kegiatan olahraga yang dapat
dilakukan di Lapangan Merdeka yaitu : jogging, ada yang menggunakan
alat-alat yang disediakan di Lapangan Merdeka untuk gym, sepak bola,
taekwondo, bulu tangkis, refleksi, bahkan bermain kenci secara beregu.
Selain melakukan kegiatan olahraga, sebagian pengunjung datang untuk
berkumpul dengan teman dan juga melakukan kegiatan fotografi
serangga.
Pengunjung yang datang ke Lapangan Merdeka datang dari
berbagai kalangan dari yang muda sampai yang tua, dari kalangan keluarga
sampai kalangan sekuriti Bank. Para Sekuriti Bank tersebut memanfaatkan
lapangan Merdeka untuk tempat latihan Taekwondo, yang biasanya
dilakukan setiap Sabtu pagi dan sore. Intensitas pengunjung yang datang
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
ke Lapangan Merdeka sendiri pun bervariasi. Ada yang datang sekali
seminggu bahkan ada yang datang setiap tiap hari.
Pada saat survey kami bertemu dengan seorang Bapak yang
menjadi pengunjung setia Lapangan Merdeka, Bapak tersebut telah
menggunakan lapangan merdeka selama kurang lebih 20 tahun karena
tempatnya yang terbuka, sejuk, dan juga memberikan rasa nyaman
kepada pengunjungnmya.
Alasan para pengunjung untuk memilih lapangan merdeka sebagai
tempat untuk berolahraga yaitu : Lapangan Merdeka merupakan tempat
terbuka yang tergolong rindang, sejuk, bersih, tertata, nyaman dan juga
aman. Namun yang sangat disayangkan yaitu kurang adanya perawatan
terhadap alat - alat yang ada di lapangan Merdeka, yaitu alat - alat untuk
senam dan juga tempat bermain untuk anak- anak. Sehingga dapat
membahayakan pengunjung yang memakai alat tersebut.
Foto Hasil Survei Lapangan Merdeka
Foto di bawah merupakan foto hasil survei arsitektur perilaku pada
Lapangan Merdeka :
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Seorang bapak sedang menggunakan fasilitas olahraga yang tersedia di
Lapangan Merdeka
Jalan – jalan keluarga di pagi hari
Sekelompok anak muda sedang bermain bulu tangkis di Lapangan Merdeka
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Ruang Terbuka Pasif : Ruang terbuka yang hanya aktif digunakan apabila
disewakan untuk suatu acara ataupun pada saat adanya
event – event tertentu, misalnya : Hari Kemerdekaan, konser
musik, bazaar kuliner, dsb; tetapi akan menjadi ruang terbuka
yang pasif pada hari – hari biasa.
Dari klasifikasi ruang terbuka aktif tersebut, kita mengambil Lapangan Benteng
sebagai contoh studi kasus :
o Lokasi Penelitian : Lapangan Benteng
Jalan : Jl. Imam Bonjol, Medan
Kecamatan : Medan Barat
Kabupaten : Kota Medan
Sejarah Lapangan Benteng
Bangunan benteng dengan bagian depan menghadap ke jembatan
Jalan Raden Saleh, sekarang menjadi bagian dari pasar swalayan Grand
Palladium. Terakhir bangunan benteng ini dikelola bagian Peralatan
Daerah Militer ( Paldam ) Bukit Barisan hingga tahun 1960-an. Sedangkan
di tapak tanah Balaikota Medan sekarang, dulunya merupakan gedung
Dinas Kesehatan Daerah Militer ( Diskesdam ) Bukit Barisan. Sementara di
bagian belakangnya, hingga ke pinggiran delta dua aliran sungai kompleks
perumahan perwira menengah ( Pamen ).
Pada bagian dalam bangunan benteng (loji) sekarang, menjadi
bangunan Wisma Benteng, sebagai pengganti Balai Prajurit yang sekarang
Bank Central Asia (BCA) di Jalan Bukit Barisan depan Kantor Pos Besar
Medan mengarah ke stasiun. Sedangkan di bagian dalam benteng dulunya
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
menjadi komunitas hunian warga Maluku asal Ambon yang diduga
sebelumnya mereka anggota KNIL Belanda. Lapangan Merdeka saat ini
dikelilingi bangunan - bangunan lampau atau bangunan kolonial namun
seiring dengan perkembangan jaman dibangun beberapa bangunan
dengan bentuk yang baru untuk menunjang kebutuhan masayarat masa
kini.
Itu sebabnya, di sekitar Lapangan Benteng hingga akhir tahun
1960-an merupakan komunitas militer. Di sudut Jalan Kejaksaan dan Jalan
Maulana Lubis pernah menjadi markas Corps Polisi Militer ( CPM ) yang
kemudian pindah ke Jalan Jenderal Soeprapto. Pada bagian belakangnya
kantor Komando Distrik Militer ( Kodim ) yang semula adalah Pusat
Pendidikan Administrasi dari Korps Keuangan Dam Bukit Barisan.
Sebelumnya Kodim berada di bagian depan Perguruan Immanuel
sekarang, Jalan Imam Bonjol, Jalan Jenderal Soeprapto, Jalan Cut Nyak
Dhien. Sedangkan Pusat Pendidikan Administrasi dari Korps Keuangan
Dam Bukit Barisan sebelumnya menempati gedung yang kemudian
menjadi Sekolah Hakim dan Jaksa ( SHD ), Jalan Imam Bonjol dan kini
menjadi bagian lapangan parkir dari Hotel Danau Toba International ( HDTI
).
Pada areal bangunan benteng maupun Lapangan Benteng, jelas
merupakan kompleks militer peninggalan Belanda, tidak terkecuali di
tapak tanah gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD )
Sumatera Utara, dulunya merupakan asrama prajurit dan beberapa
rumah gedung di sebelah kirinya, dihuni perwira komandannya.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Begitu juga dengan barisan rumah toko ( Ruko ) di Jalan Raden
Saleh, sebelumnya merupakan bangunan rumah terbuat dari kayu /
papan, di kiri / kanan dan depan bangunan dikelilingi halaman yang
luas. Bangunan rumah tersebut, merupakan hunian perwira Kodam
Bukit Barisan.
Terdapat ruas jalan dari Jalan Raden Saleh menuju ke ruas Jalan
Ahmad Yani VII, sebelumnya Jalan Kebudayaan, yakni Jalan Mayor yang
merupakan jenjang kepangkatan disandang Tjong A Fie warga turunan
Tionghoa yang dipercaya Belanda menjadi pimpinan etnisnya. Jenjang
kepangkatan Tjong A Fie bermula dengan Jalan Letnan ( sekarang Jalan
Bandung ) di kawasan Pecinan ( China Town ) dan Jalan Kapten,
berganti nama menjadi Jalan Pandu dan terakhir Jalan Hj. Ani Idrus.
Dipercaya, pemerintahan Hindia Belanda dengan andalan kekuatan
militer, terpusat di seputar Jalan Diponegoro, sebelumnya bernama
Jalan Yogya dan sewaktu za-man Belanda dinamakan “Manggaland
Straat”, karena di sepanjang jalan tersebut tumbuh subur dan berbuah
mangga. Kemudian Jalan Imam Bonjol, dulunya Jalan Jakarta.
Di seberang jalan bangunan benteng arah ke Petisah, dihubungkan
dengan jembatan lengkung yang unik dan khas, memasuki Jalan Gatot
Subroto dan persimpangan Jalan S. Parman, dulunya terdapat pasar
kecil yang dinamakan “Pajak Bundar”, karena bentuknya memang
bundar dan kini menjadi taman bunga dan air mancur serta dihiasi
patung Guru Patimpus sebagai pendiri “Kampung Medan” yang kelak
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
menjadi cikal bakal ibukota Provinsi Sumatera Utara ini sebagai kota
metropolitan.
Permasalahan Lapangan Benteng
Rumput dan tanah pada Lapangan Bneteng tidak terawat, dimana
kontur tanah tidak merata, serta ada bebearpa bagian tanah yang
sangat lembab dan lunak. Rumput pada lapangan tersebut juga kurang
tertata dengan rapi, serta kebersihan lapangan tersebut kurang
terjaga.
Data Hasil Survei Lapangan Benteng
Dari hasil survei kita, Lapangan Benteng merupakan ruang terbuka
pasif, dimana hanya terdiri dari bentangan rerumputan hijau dan tidak
terdapat fasilitas apapun di dalamnya. Karena itulah, lapangan ini
hanya digunakan dan dikunjungi masyarakat apabila diadakan acara /
event tertentu pada lapangan tersebut.
Foto Hasil Survei Lapangan Benteng
Foto di bawah merupakan foto hasil survei arsitektur perilaku pada
Lapangan Merdeka :
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
II.1.4. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka
Fungsi dari ruang terbuka secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu:
1. Fungsi Sosial
Fungsi sosial dalam ruang terbuka masih terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
- Tempat bermain dan olahraga.
- Tempat komunikasi sosial.
- Tempat peralihan dan menunggu.
Foto Situasi Lapangan Benteng saat diadakan acara tertentu
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
- Tempat untuk mendapatkan udara segar.
- Tempat untuk refreshing.
- Sarana penghubung antara satu tempat dengan tempat lainnya.
- Pembatas di antara massa bangunan.
Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk
membentuk kesadaran lingkungan.
Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan
keindahan lingkungan.
2. Fungsi Ekologis
Fungsi ekologis dalam ruang terbuka terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
- Penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.
- Menyerap air hujan.
- Pengendali banjir dan pengatur tata air.
- Memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuthfah.
- Pelembut arsitektur bangunan.
Adapun manfaat – manfaat yang ditimbulkan dengan adanya Ruang Terbuka Hijau di
wilayah perkotaan ataupun di suatu wilayah tertentu, antara lainnya :
a. Memberikan kesegaran, kenyamanan, dan keindahan lingkungan sebagai paru – paru
kota.
b. Memberikan lingkungan yang sehat dan bersih bagi penduduk kota.
c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
d. Sebagai tempat hidup satwa dan plasma nuthfah.
e. Sebagai resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam tanah, mengurangi
aliran air permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah
agar kesuburan tanah tetap terjamin.
f. Sirkulasi udara dalam kota.
g. Sebagai tempat sarana dan prasarana kegiatan rekreasi.
II.2. TERMINOLOGI JUDUL
ARSITEKTUR
Arsitektur berasal dari bahasa yunani, yaitu “arche” artinya bangunan dan “tecton”
artinya orang yang membangun. Pengertian Arsitektur adalah :Seni dan ilmu merancang serta
membuat konstruksi bangunan, metode, dan gaya rancangan suatu konstruksi. Dan merupakan
Seni bangunan, gaya bangunan lingkungan binaan, atau suatu lingkungan binaan yang dibuat
oleh manusia, dan menjadi tempat manusia melakukan kegiatannya.
Arsitektur dalam definisi yang lebih luas ialah meliputi segala kegiatan desain :
dari level mikro ( desain bangunan atau bangun-bangunan , kompleks bangunan, desain
furnitur) ke tingkat macro (desain perkotaan : kawasan, bagian kota, arsitektur lengkap) Saat ini,
asrsitektur dapat merujuk pada aktfitas merancang sistem apapun dan sering digunakan dalam
dunia IT.
Karya arsitektur sering dianggap sebagai :
Karya Seni
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Symbol Politik dan Budaya
Sejarah peradaban manusia sering diidentifikasikan dengan karya arsitektur yang masih
ada sebagai bagian perjalanan peradaban manusia itu sendiri.
Arsitektur lahir dari dinamika antara Kebutuhan dan cara, yaitu :
- Tempat Tinggal - Bahan Bangunan
- Keamanan - Teknologi
- Ibadah - Keterampilan Yang Tersedia
Uraian sederhana diatas mebantu memperjelas kualitas penting arsitektur sebagai tanda
atau komunikasi. Vitruvius, arsitek Roma pada awal abad ke-1 Masehi berpendapat, bangunan
yang baik harus memenuhi 3 prinsip ( De architectura ) :
Firmitatis – utilitatis – venustatis, yaitu :
- Daya Tahan, bediri kokoh dan tetap dalam kondisi baik.
- Utility , bermanfaat dan berfungsi dengan baik bagi orang-orang yang menggunakannya.
- Keindahan, menyenangkan orang dan meningkatkan semangat mereka.
Dalam banyak peradaban kuno ,arsitektur dan urbanisme mencerminkan keterlibatan
konstan dengan yang ilahi dan supernatural. Budaya tradisional melibatkan faktor-faktor yang
bersifat :
1. Fisik
2. Non Fisik
3. Simbolik : Simbol – simbol yang digunakan untuk mengkomunikasikan makna
susunan tertentu
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
PERILAKU
Pengertian dari Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan / sikap, tidak saja dari gerakan badan atau ucapan, tetapi juga dari hasil interaksi antara
desakan dan keinginan yang ada di dalam diri individu atau kelompok dengan situasi / kondisi
sekitarnya ( lingkungannya ), serta perasaan atau tindakan individu / kelompok yang
menggambarkan rasa senang, gembira, nyaman, tertekan, sedih, sumpek, stress, dsb.
ARSITEKTUR PERILAKU
Secara keseluruhan Arsitektur Perilaku dapat diartikan sebagai suatu lingkungan binaan
yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan
mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut
pola pikir, karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai.
Sehubungan dengan pengertian di atas, maka Arsitektur Perilaku tersebut membahas
tentang hubungan antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari pembahasan psikologi yang secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungannya.
Menurut Garden Murphy, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan
oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
“ Sampai Sejauh Mana Perilaku Dan Arsitektur Saling Mempengaruhi? “
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari lingkungan yang membentuk
diri mereka. Di antara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang didesain oleh manusia,
secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam
arsitektur dan lingkungannya tersebut.
Sebuah arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari
arsitektur itu lah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali. Hal ini pernah dikemukakan
oleh Winston Churchill:
“We shape our buildings; then they shape us” – Winston Churchill (1943)
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan kita, yang kemudian
bangunan itu membentuk perilaku kita yang hidup dalam bangunan tersebut. Bangunan yang
didesain oleh manusia yang pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuh manusia
tersebut mempengaruhi cara kita dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang ada
dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup
berdampingan dalam keselarasan lingkungan.
Seperti pada contoh selasar Departemen Arsitektur Universitas Indonesia yang dulunya
diletakkan kursi panjang untuk duduk. Orang-orang dapat duduk santai di kursi tersebut. Namun
dengan diletakkannya kursi tersebut, membuat orang banyak berkumpul di sekitar kursi dan
menghalangi sirkulasi orang pada koridor itu. Hal ini yang dikatakan sebuah arsitektur
membentuk perilaku kita. Kutipan Churchill begitu dirasa ketika kursi panjang tersebut
dipindahkan ke samping koridor dimana tidak ada sirkulasi orang disana. Terlihat di selasar tidak
ada lagi kumpulan orang yang menghambat jalur sirkulasi koridor. Namun apakah benar hanya
sampai disitu saja?
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Pernyataan Churchill ini 51 tahun kemudian diinterpretasikan kembali oleh Steward Brand:
“First we shape our buildings, then they shape us, then we shape them again-ad infinitum” –
Stewart Brand (1994)
Manusia membangun bangunan, yang kemudian membentuk perilaku manusia itu
sendiri. Lalu menurut Brand, setelah perilaku manusia terbentuk akibat arsitektur yang telah
dibuat, manusia kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun sebelumnya atas dasar
perilaku yang telah terbentuk, dan seterusnya.
Seperti pada urban housing Pruitt-Igoe (St. Louis, USA) oleh Minoru Yamasaki. Pruitt-Igoe
yang dibuat berdasarkan asas Le Corbusier mendapat penghargaan arsitektural. Gedung-gedung
dibuat anti rusak dengan pemakaian bahan tertentu sebagai lapisan luar gedung. Namun karena
perilaku ini yang kemudian membawa efek yang berbeda terhadap arsitektur itu sendiri. Karena
dibuat anti rusak, orang-orang sekitar malah tertantang untuk merusak gedung yang sulit dirusak
tersebut. Tidak hanya eksterior saja, secara interior, lampu gedung ini ditutupi oleh kerangka
agar lampu tidak bisa dirusak atau dipecahkan secara sengaja, cat tembok terbuat dari bahan
karet agar tidak bisa dicoreti, ataupun lift terbuat dari bahan antigores. Melihat perlakuan
seperti ini, perilaku masyarakat menjadi tertantang kembali untuk merusak arsitektur yang
katanya tidak bisa dirusak tersebut. Muncullah permasalahan baru yakni Vandalism. Rasis antara
kulit hitam dengan putih, kesenjangan sosial, hingga kriminalitas banyak terjadi disini.
Ternyata, setiap arsitektur yang dibuat atas dasar kebutuhan manusia menghasilkan efek
perilaku yang berbeda terhadap arsitektur itu sendiri. Hal ini yang dimaksud dengan Brand
terhadap interpretasi kutipan Churchill itu., mengenai pembangunan kembali arsitektur yang
diadaptasi dari kebutuhan dan perilaku manusia yang berdampak terhadap psikologi seseorang.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
RUANG TERBUKA
Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container) untuk kehidupan manusia, baik secara
individu maupun berkelompok,serta wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembangsecara
berkelanjutan (UUPR no. 24/1992).
Suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai
penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo, 1999; 90).
Ruang yang berfungsi antara lain sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak dan
dewasa, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan sebagai areal konservasi lingkungan hijau
(Gallion,1959; 282)
Ruang yang berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka hijauyaitu dalam bentuk
taman, lapangan atletik dan taman bermain(Adams, 1952; 156)
Lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangundi wilayah perkotaan yang
mempunyai nilai untuk keperluantaman dan rekreasi, konservasi lahan dan sumber daya alam
lainnya, atau keperluan sejarah dan keindahan (Green, 1962).
Ruang terbuka ( Open Space ) merupakan ruang terbuka yang terletak diluar bangunan
yang dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang sebagai wadah untuk melakukan
berbagai kegiatan.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Yang dimaksud dengan ruang terbuka antara lain : Jalan, Pedestrian, Taman Lingkungan, Plaza, Lapangan
Olahraga, Taman Kota, Dan Taman Rekreasi ( Hakim, 2003 : 50 ).
Perilaku ataupun aktivitas manusia terhadap penggunaan Ruang Terbuka ditimbulkan
karena adanya kebutuhan dari manusia tersebut untuk mempergunakan Ruang Terbuka. Secara
psikologis, manusia membutuhkan tempat dimana dia dapat beraktivitas dan atau berinteraksi
sesama manusia lainnya, apakah aktivitas itu berupa olahraga, jalan – jalan, berkumpul bersama
teman atau keluarga, penghijauan, ataupun acara – acara publik lainnya yang menggunakan
ruang terbuka (publik).
Penataan akan Ruang Terbuka pun juga dipengaruhi dari kebutuhan manusia untuk
mempergunakan Ruang Terbuka itu sendiri, selain karena memang diperlukannya suatu Ruang
Terbuka atau Ruang Terbuka Hijau menurut peraturan pemerintah. Perubahan – perubahan
dilakukan pada Ruang Terbuka untuk memenuhi kebutuhan manusia akan fasilitas, keamanan,
kenyamanan, dan lainnya.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 METODE PENELITIAN
Studi Lapangan
Dalam penelitian ini penulis ini menggunakan beberapa cara termasuk diantara ini adalah
pengamatan langsung pada lokasi yang di tuju dan mengamati langsung menggunakan
foto dan sketsa lapangan.
Studi Literatur
Dalam hal ini penulis menggunakan beberapa media pembantu dalam penelitian ini
berupa data dari buku-buku dan internet.
Studi Kuisioner
Dalam hal ini penulis menggunakan cara tanya jawab langsung di lapangan guna
mengumpulkan data dengan bantuan dari teman seprofesi.
Analisa
Langkah-langkah dalam proses penelitian menuju hasil akhir berupa kajian data-data
yang diamati.
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
III.2. PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data yang kami lakukan adalah melalui hasil observasi dan wawancara.
Observasi yang kami lakukan yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di lokasi
penelitian yaitu di Lapangan Merdeka dan di Lapangan Benteng, dari hasil observasi ini kami
mendapatkan data-data bangunan, perilaku pengunjung, keadaan lokasi, kondisi bangunan yang
berupa dokumentasi keadaan Lapangan Merdeka dan Lapangan Benteng.
Kemudian pengambilan data juga kami lakukan dengan cara wawancara langsung dengan
pengunjung yang datang ke tempat ini. Kebanyakan pengunjung datang ke tempat ini pada hari
Sabtu dan Minggu. Namun hari Minggu lebih ramai dari hari Sabtu. Dari hasil wawancara kami
dapat mengetahui tanggapan pengunjung yang datang terhadap Lapangan Benteng dan juga
Lapangan Merdeka dari segi arsitektural , fasilitas - fasilitas yang tersedia, kenyamanan, dan
terutama dari segi perilaku manusia pada ruang terbuka tersebut.
III.3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian : Lapangan Merdeka
Jalan : Jl. Balaikota No. 12 - 14, Medan
Kecamatan : Medan Barat
Kabupaten : Kota Medan
Lokasi Penelitian : Lapangan Benteng
Jalan : Jl. Imam Bonjol, Medan
Kecamatan : Medan Barat
35
ARSITEKTUR PERILAKU PADA RUANG TERBUKA
Kabupaten : Kota Medan
Waktu Penelitian
Ada pun waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu dari tanggal 7 April sampai dengan 28
April 2012.