ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

114
Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n 1 J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN (J.F. Hamah Sagrim) A. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan arti budhi atau akal, oleh karena itu kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa. Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. Dapat kita lengkapi lagi, bahwa budya adalah gagasan dunia dan orientasi hidup. Hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan. Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya adalah manusia yang bisa membangun. Dan manusia yang membangun arsitektur adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana, memiliki orientasi. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain, yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model – model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan – tindakannya. Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya bagi manusia untuk mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan – lingkungan tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprintatau desain menyeluruh dalam kehidupan. Kebudayaan itu sebenarnya merupakan ilmu pengetahuan yang tersusun melalui pengalaman-pengalaman yang membudaya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Wujud Arsitektur Tradisional Jawa/nDalem Pangeran dan Kebudayaan Pada hakekatnya, Arsitektur Tradisional Jawa/nDalem Pangeran, merupakan cermin kehidupan yang menggambarkan jati diri orang Jawa, yang mana ditampilkan dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya adalah: kehidupannya, sosialnya, ekonomi – spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Jawa/nDalem Pangeran, merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Jawa. Arsitektur Tradisional Suku Jawa, merupakan suatu ciri (idea), konsep, kaidah, prinsip, alas an dan nilai, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam mencipta dan berkarya.

Transcript of ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Page 1: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

1J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN(J.F. Hamah Sagrim)

A. Pengertian BudayaKebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan arti

budhi atau akal, oleh karena itu kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutandengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dandaya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa.

Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistemgagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yangdijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. Dapat kita lengkapi lagi, bahwa budya adalahgagasan dunia dan orientasi hidup. Hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan.

Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya adalah manusia yang bisa membangun.Dan manusia yang membangun arsitektur adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yangberjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana, memiliki orientasi.

Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakandengan belajar, antara lain, yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibatproses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagaitindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetiksemenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluksosial, yang isinya adalah perangkat model – model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakanuntuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong danmenciptakan tindakan – tindakannya. Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah suatu kumpulanpedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya bagi manusia untuk mengadaptasi diri denganmenghadapi lingkungan – lingkungan tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk merekadapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapathidup secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprint”atau desain menyeluruh dalam kehidupan. Kebudayaan itu sebenarnya merupakan ilmu pengetahuanyang tersusun melalui pengalaman-pengalaman yang membudaya dalam kehidupan sehari-hari.1. Wujud Arsitektur Tradisional Jawa/nDalem Pangeran dan Kebudayaan

Pada hakekatnya, Arsitektur Tradisional Jawa/nDalem Pangeran, merupakan cerminkehidupan yang menggambarkan jati diri orang Jawa, yang mana ditampilkan dalam meramurumah mereka, termasuk didalamnya adalah: kehidupannya, sosialnya, ekonomi – spiritual danbudayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Jawa/nDalem Pangeran, merupakan salahsatu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Jawa. Arsitektur Tradisional Suku Jawa, merupakansuatu ciri (idea), konsep, kaidah, prinsip, alas an dan nilai, yang merupakan dasar pengolahanbatin pikiran dan perasaan mereka dalam mencipta dan berkarya.

Page 2: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

2J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pada dasarnya arsitektur Tradisional Jawa, sudah mampu memenuhi tuntutan kebutuhanArsitektur yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia.b. Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermaknac. Membuat kehidupan Penghuni lebih nyamanDapat dikatakan bahwa Suku Jawa, juga memiliki lima jenjang kebutuhan terpenting dalam

hidup mereka yaitu :a. Physiological needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat

atas yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi kebutuhan –kebutuhan orang Jawa, yang berkaitan dengan alam dan keberadaannya sebagaimanusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat tinggal, dan teks.

b. Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisikebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman danterlindung dari setiap gangguan.

c. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisikebutuhan – kebutuhan orang Jawa, berkaitan dengan kedudukannya sebagai anggotamasyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi – interrelasi danberinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya.

d. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikankebutuhan – kebutuhan orang Jawa akan penghargaan yang didasarkan pada keinginanuntuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya ingin dihargai dan keinginaninilah yang menghasilkan kebutuhan orang Jawa, akan penghargaan tersebut yangdisebut dengan “Ningrat”.

e. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikankebutuhan orang Jawa, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat dankemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusiaumumnya.

Arsitektur Tradisional Jawa, mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan –kebutuhan orang Jawa, oleh karena itu, arsitektur Tradisional Jawa bukan hanya menyangkutmasalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan sebagai wadah kegiatan mereka belaka,dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisiologik. Perwujudan arsitekturTradisional Jawa tidak hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja,walaupun generalitas asas ini cukup dominan dalam perkembangan arsitektur umunya, akantetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil – hasilkarya arsitektur.

Perwujudan Arsitektur Tradisional Jawa tidak hanya menyangkut aspek – aspek fungionalsaja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam kebutuhan Masyarakat Jawa.Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai – nilai manusiawi dan memiliki predikat sendiri.

Arsitektur Tradisional Jawa merupakan manifestasi dari nilai –nilai budaya, yang manaditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat hidup, hakekat karya,

Page 3: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

3J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

persepsi Jawa tentang waktu, pandangan Jawa tentang alam dan hakekat Jawa dengansesamannya.

Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alamimaupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalahyang berkaitan dengan masalah lingkungan Jawa yaitu pandangan mereka tentang alam, danhakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budayaJawa terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujudarsitekturalnya.

Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku bangsa Jawa, terhadap alamnya, mereka telahmengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :

• Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Jawa, tunduk kepada Alam dan Merasamereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan kehidupan mula –mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta segala sesuatubagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah-omah) bagi mereka.Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah terhadapkondisi alam.

• Anthropocentries, merupakan fase dimana Orang Jawa, dengan kemampuannyamenguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka. Mereka mulaimemanfaatkan hasil alam (alam dieksploitasi) untuk kehidupan mereka. Eksploitasialam ini mendorong terjadinya kerusakan lingkungan alam disekitar mereka.

• Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Orang Jawa, mampu menyelaraskankehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan lingkunganalamnya, Orang Jawa juga mampu memperhatikan daya dukung alam sekitar merekasehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap berlangsung.

Pandangan – pandangan Orang Jawa terhadap situasi dan alamnya, memiliki pengaruh yangsangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Orang Jawa terhadap situasi danalam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat tergantung pada karakter –karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur Tradisional Jawa cenderungmengandung makna ketakutan dari mereka Terhadap alam dan kehidupan mereka yang berkaitandengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan – kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yangberada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk menguasai alam membuat mereka cenderungberupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil – hasil karya Arsitektur Tradisional SukuJawa menjadi sangat jauh dari lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasandengan alam, Masyarakat Jawa, cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka.Kekuatan – kekuatan lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatankepercayaan moderen atau yang dikenal pada wilayah mereka adalah Kejawen dan kemudianMuslim. Alam merupakan faktor – faktor yang dipertimbangkan bagi usaha – usaha mereka.

2. Aspek Sosial Budaya Jawaa. Mengenal Masyarakat Jawa Tengah

Persebaran Suku Jawa adalah suku yang mendiami pulau Jawa daerah tengah dan timur,sebelum adanya pembagian wilayah seperti sekarang ini. Pusat kebudayaan suku Jawa

Page 4: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

4J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

semula berpusat di Surakarta, tetapi dengan terjadinya perjanjian giyangti tahun 1755, pusatkebudayaan Jawa berpusat di dua tempat, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.

b. Sistem Religi dan Kepercayaan orang JawaAgama yang dianut oleh sebagian besar suku Jawa adalah Islam, Katolik, Hindu,Kristen,

Buddha. Islam sendiri berkembang di Jawa menjadi beberapa golongan, yaitu Islam SantriGolongan yang menjalankan ibadah Islam sesuai dengan syariat-syariatnya, Islam KejawenGolongan yang percaya pada ajaran Islam, tetapi tidak patuh menjalankan syariat Islam, danmasih percay pada kekuatan lain. Lekat dengan ajaran budaya Kejawen.

Disamping percaya kepada agama, masyarakat jawa juga masih percaya kepadakekuatan lain, seperti :

• Percaya kepada makhluk halus• Percaya kepada hari baik/naas• Percaya kepada hari kelahiran/weton• Percaya pada benda-benda pusaka• Perayaan hari istimewa/sakral(selamatan)

c. Sistem Kekerabatan Masyarakat JawaMasyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan bilateral atau paralel. Dimana semua anggota

keluarga terhubung sangat dekat.d. Sistem politik dan kemasyarakatan orang Jawa

Pada zaman dahulu, suku jawa mengenal stratifikasi sosial, yaitu:• Bendoro• Priyayi• Wong Cilik

Ada juga stratifikasi berdasarkan kepemilikan tanah, yaitu :• Wong Baku• Kuli gondok• Sinoman

e. Sistem Ekonomi Tradisional JawaMasyarakat Jawa sebagian besar berpofesi sebagai petani, tidak semua masyarakat Jawa

mempunyai tanah untuk berladang, karena itu ada sebagian masyarakat Jawa yangmengembangkan profesi ke bidang lain.

f. Kesenian JawaMasyarakat Jawa sebagian besar mempunyai kesenian olah tubuh, yaitu seni tari.

3. Makna Bangunan Rumah Sebagai BudayaHakekatnya, bangunan rumah tradisional Jawa merupakan pencerminan berbagai aspek

kehidupan manusia, termasuk didalamnya antara lain kehidupan sosial, ekonomi, spiritual danbudaya. Dengan demikian bangunan rumah Jawa merupakan hasil produk manusia Jawa itusendiri. Disadari bahwa pada manusia (orang Jawa) hidup dengan keinginan akan segala sesuatubaik tempat tinggal, makanan, pakaian dan teks yang mana disadari merupakan kebutuhan pokok.

Page 5: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

5J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pada dasarnya bangunan rumah diadakan untuk memenuhi kebutuhan sebagai berikut :1. Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan.2. Mengembangkan kehidupan untuk lebih bermakna.3. Membuat kehidupan untuk lebih nyaman.

1. Struktur Bangunan RumahBangunan rumah Jawa merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang,

pangan dan teks, papan juga dibutuhkan. Manusia membutuhkan kenyamanan akan diri sehinggaia mampu menciptakan segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan akan kenyamanan itu.

Berbicara mengenai suatu bangunan rumah, berarti berkaitan dengan struktur dan elemen –elemen pembentukan bangunannya, oleh karena itu tidak lengkap dan tidak jelas jika berbicarasuatu bangunan rumah tanpa berbicara strukturnya. Struktur bangunan rumah, terdiri dari tigaelemen pokok yaitu; Koloum, Dinding dan Atap, yang mana teruarai sebagai berikut:a. Struktur Atap

Yang dimaksud dengan struktur atap adalah, bagian elemen atau struktur kelengkapansebuah bangunan yang posisinya berada di bagian atas (kepala) yang mana terdiri dari;rangka, yaitu kuda-kuda, reng, nok/usuk dan atap.

Secara mayoritas Atap bangunan rumah Jawa berbentuk Joglo dan limasan. Atapsebagaimana layaknya filosofi kepala atau rambut seorang manusia yang bisa diguntingdengan beragam bentuk, begitupun atap bangunan dengan berbagai bentuk dan gayatergantung bentuk atau gaya mana yang ingin ditampilkan. Misalnya tampilan atap perisai,tampilan atap pelana, tampilan atap kubah, tampilan atap joglo, atau tampilan atapgabungan.

b. Struktur DindingDinding adalah suatu bagian elemen bangunan yang posisinya di tengah (badan).

Dinding terdiri dari rangka, dan penutup dinding (walls). Pada umumnya bahan dinding yangdi gunakan oleh suku Jawa, dalam membangun rumah tinggal mereka adalah;

- Bahan Kayu- Bahan Bambu- Bahan Tanah- Bahan BatuJika filosofi kepala manusia sebagai atap, maka filosifi badan manusia diibaratkan

sebagai dinding bangunan, yang didalamnya terdapat ruang aktifitas penghuni.c. Struktur Kolom

Kolom merupakan struktur dasar (kaki) sebuah bangunan yang mana berdiri sebagaiukuran dalam pembentukan suatu bangunan dengan ruang – ruangnya. Kolom pada rumahJawa yang posisinya berhubungan langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur kolomInduk (Saka guru) dan kolom Bantu.

Page 6: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

6J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

d. InteriorTujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk menciptakan ruang beraktifitas

dan ruang berlindung yang nyaman. Interior dalam pengertian bahasa inggris adalah ruangdalam bangunan, oleh karena itu interior merupakan salah satu elemen yang tercipta atashasil bangunan yang terbentuk oleh elemen vertikal (dinding-dinding) dan elemen horizontal(lantai).

Selain kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. Hati adalah salah satu organpenting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan yang tidak baik dalampertimbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang dalam sebuah bangunan yang manamampu menyimpan segala rahasia seseorang penghuni baik itu yang berkaitan dengan halyang baik dan ‘hal tidak baik’.

5. Fungsi Bangunan RumahBangunan rumah merupakan kebutuhan manusia, yang mana tidak hanya sekedar dibutuhkan

semata – mata namun secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi diri atausuatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat menampung segalasesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan penghuni yang berkelanjutan. Khususfungsi bangunan akan di ulas secara detail sebagai berikut :a. Fungsi Atap

Atap yang secara universal dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunanyang berfungsi sebagai penutup bangunan pada bagian atas bangunan dan pelindung yangmemberi kenyamanan kepada penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasiiklim sekitarnya.

Atap dalam pengertian orang Jawa, dibutuhkan sebagai penerus aliran hujan danpenghambat terik matahari kedalam ruang bangunan (interior).

b. Fungsi DindingDinding merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan. Didinding

bahwasanya berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari angin, danmelindungi penghuni dengan segala aktifitas yang sedang berlangsung dalam ruang.

c. Fungsi KolomKolom sebagai salah satu struktur atau elemen terpenting dalam membangun sebuah

bangunan, Karena selain klom yang berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta segalaisinya dan sebagai penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur kolom juga merupakansuatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk suatu bidangdan ruangan tertentu. Bagi orang Jawa, struktur kolom (Saka) diperlukan untukpembentukkan suatu bentuk bangunan

d. Fungsi Ruang dalam /InteriorInterior merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu, interior

mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan suatu bangunan.Orang Jawa pada hakekatnya membutuhkan suatu ruang untuk kelangsungan akan

aktifitas mereka, hunian dan kenyamanan keberlangsungan hidup dan kehidupan mereka.

Page 7: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

7J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

6. Makna BangunanBangunan atau rumah dimaknai sebagai jantung kehidupan yang mampu memberi kehidupan

yang layak kepada penghuninya. Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia, yang terdiri darikepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (kolom).

Ada ungkapan dimasyarakat yang berbunyi “rumah mu, wajahmu, dan jiwamu”. Dari ungkapanitu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan orang Jawa, mempunyai arti dan makna yang dalam,yaitu : kesejahteraan, kepribadian, dan keberadaban manusia penghuninya (suatu masyarakat atausuatu bangsa). Perumahan tidak sekedar dilihat sebagai suatu benda mati atau sarana kehidupansemata – mata, tetapi lebih dari itu, perumahan merupakan suatu proses bermukim. Kehadiranmanusia dalam menciptakan ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukimpada hakekatnya adalah hidup bersama. Untuk itu, fungsi rumah nDalem Pangeran Ngadiwinatanadalah sebagai tempat tinggal Pangeran, dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dansarana yang diperlukan oleh orang Jawa untuk memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakansarana pengaman bagi diri manusia, pemberi ketenteraman hidup, dan sebagai pusat kehidupanberbudaya. Di dalam rumah dan lingkungan Jawa tersebut itu, maka terbentuk dan berkembangmenjadi orang Jawa yang berkepribadian.

Dilihat dari fungsinya rumah Pangeran nDalem, juga memiliki fungsi lain yaitu; fungsi sosoial,fungsi ekonomi, fungsi politik. Sebagai fungsi sosial, masyarakat Jawa, memandang rumah (termasuknDalem) sebagai pemenuhan kehidupan sosial budaya dalam masyarakat. Dalam fungsi ekonomi,rumah (termasuk nDalem) merupakan investasi jangka panjang yang akan memperkokoh jaminanpenghidupan di massa depan. Dan sebagai fungsi politik, rumah (termasuk nDalem) berfungsi sebagaiindikator kedudukan/birokrat di masyarakat sekitarnya.

Perwujudan Arsitektur adalah BENTUK, yang lahir dari kebutuhan manusia akan wadah untukmelakukan kegiatan. Karya Arsitektur Jawa merupakan suatu ungkapan bentuk, yang mewadahi hal –hal sebagai berikut :

1. Guna dan CitraGuna yang dimaksud adalah pengertian bahwa rumah memiliki pemanfaatan,

keuntungan. Rumah memiliki kemampuan/daya/manfaat agar hidup menjadi lebih mengikat.Sedangkan Citra, menunjukkan suatu gambaran, kesan penghayatan bagi seseorangmengenai rumah tersebut. Citra memiliki arti yang mendekat spiritual menyangkut derajatdan martabat manusia (orang Jawa) yang menghuni rumah tersebut. Misalnya istana megah,Dalem, rumah rakyat, dan sebagainya jadi Citra menunjukkan tingkatan kemampuanmanusia itu.

2. Simbol KosmologisArsitektur Jawa dimaksudkan sebagai simbol pandangan manusia (orang Jawa) terhadap

dunianya. Pandangan ini berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Pada tahap awal orangJawa (manusia umunya) merasakan terkungkung oleh alam, sehingga bentukan arsitekturtampil sebagai suatu pelindung terhadap alam. Kemudian hal ini berkembang denganpandangan bahwa manusia adalah bagian dari alam. Bentuk menjadi personifikasi dari alam.Dengan mulai dikenalnya agama pada tahap berikutnya, bentuk tanpa menjadi simbolpemujaan terhadap Yang Maha Kuasa (Bait Suci). Namun hal ini masih belum terlepas dari

Page 8: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

8J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

budaya. Suatu masyarakat yang mempunyai agama sama tetapi budaya mereka pasti berbedayang mana bisa menghasilkan bentuk yang berbeda.

3. Orientasi DiriOrient = umur, bisa diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal

ini membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan. Sehingga dengandua persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap sebagai pusatkehidupan, tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu pusat, tentunya akan menimbulkannilai yang berbeda. Perbedaan nilai – nilai bisa berdasarkan suatu prioritas dan tidak hanyaberupa suatu bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertikal (tiga dimensi).

4. Cermin Sikap HidupRumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu menunjukkan cara pandang dalam

kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa berarti religius, praktis dan sebagainya. Sikap yangterbuka, mau bersahabat dan ramah terhadap sesama maupun alam akan tampil berbedadengan rumah penghuninya yang bersikap menguasai alam (tertutup) Bangunan tradisionalSuku bangsa Jawa, memuat kaedah – kaedah sebagai berikut :

a. WujudArsitektur Tradisional Jawa, merupakan perwujudan suatu kebutuhan, yang manamewadahi aktivitas – aktivitas penghuni yang akan terjadi didalam.

b. AnatomiArsitektur Tradisional Jawa, Sebagai salah satu kreativitas. Bentuk rumahtradisional Jawa, yang terpakai, dimana terdapat aturan/susunan yang harusdipenuhi agar bisa berfungsi.

c. IdentitasMewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran akan apa yangterwadahi.

Page 9: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

9J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

PERKEMBANGAN RUMAH JAWA(Hamah Sagrim)

A. PERJALANAN RUMAH JAWA – Tinjauan Histors1. Asalmuasal Rumah Jawa

Dari asal usulnya, para ahli sejarah belum mempunyai kesatuan pendapat tentang hal ini.Sebagian riwayat menceriterakan bahwa betapa sukarnya menentukan wujud bentuk rumah orangJawa pada mulanya. Ada yang mengatakan bahwa perkembangan rumah orang Jawa hanyadiceriterakan dari mulut ke mulut (lisan), dari kakek ke cucu, cicit, dan sterusnya. Akan tetapi adapula yang mengatakan bahwa rumah orang Jawa pada mulanya dibuat dari bahan batu. Dari pendapatyang bermacam-macam itu, dapat diambil kesimpulan bahwa hal itu masih gelap dan belum berhasilditemukan bentuknya.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa beberapa orang yang ahli telah membuktikan bahwa teknikpenyusunan rumah Jawa seperti teknik menyususnan batu-batu candi yang cukup banyak. Tetapimenurut para ahli, bukan rumah orang Jawa yang meniru bentuk candi, melainkan candi yang menirurumah orang Jawa. Mengapa demikian? Karena candi yang kita saksikan sekarang ini seperti candiDieng, Borobudur, Pawon, Mendut, Gedongsongo, dan lain-lain pada umumnya berdiri pada abad ke-18, sedangkan sebelum agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa, sebenarnya nenekmoyang orangJawa pasti sudah mempunyai tempat tinggal yang cukum permanen untuk melindungi diri dankeluarganya.

Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti tentang hal-hal tersebut diatas dengan pasti, danyang menjadi saksi bisu pastilah relief-relief yang terdapat pada batu candi. Tapi dugaan yang palingkuat diperoleh dari sebuah naskah kuno yang ditulis dengan tangan, yang menyebutkan bahwa rumahorang Jawa terbuat dari bahan kayu, serta dimulai dari jaman Prabu Jayabaya berkuasa di Memenangibukota Kediri.

Sekitar abad ke-11, baik adipati Harya Santang maupun Prabu Jayabaya, sendiri menyetujuiuntuk membuat rumah dari bahan kayu. Dan orang tidak usah khawatir lagi bahwa rumah batumereka akan dikikis habis oleh air hujan, atau oleh sebab-sebab yang lain. Tetapi kalau dibuat daribahan kayu, hal ini dikarenakan bahan kayu merupakan bahan yang ringan, mudah dikerjakan, mudahdicari dan kalau rusak mudah untuk menggantikannya.

Di istana Raja, barisan pekerja yang berada di wilayah pimpingan Adipati Harya Santang jugamendapat order memperbaiki istana raja. Menurut tulisan yang sama, pada jaman Prabu Wijayakaberkuasa di medangkemulan, ia telah melakukan berbagai perubahan terutama pada departemenperumahan yang sejak saat itu diurus oleh pejabat perumahan yang berpangkat Bupati. Mereka terdiridari:

1. Bupati Kalang Blandhong – ahli menebang pohon2. Bupati Kalang Obong – ahli pembersihan hutan

Page 10: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

10J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

3. Bupati Kalang Adeg – ahli perencana bangunan4. Bupati Kalang AbrekSemua pembangunan rumah Jawa, disesuaikan dengan budaya Jawa.

2. Bagaimana Tempat Tinggal Nenek Moyang Orang Jawa Dahulu?Diatas telah disebutkan bahwa rumah leluhur orang Jawa terbuat dari bahan batu. Namun hal itu

hanya perkiraan semata, dan sejak semula, orang beranggapan bahwa rumah batu tersebut baru adasekitar abad ke-10 dan itupun terbatas pada tempat-tempat tertentu. Tapi, pada jaman sebelumnya,orang-orang juga membutuhkan tempat tinggal untuk menanggulangi diri dan keluarganya dari hujandan panas. Mau tidak mau mereka berpikir praktis sehingga dengan berbagai usaha telah ditempuhuntuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, maka pada jaman kuno, orang-orang memanfaatkangua-gua “abris sous roche”. Gua-gua itu sebenarnya lebih mirib dengan ceruk-ceruk di dalam batukarang yang dapat dipakai untuk berteduh. Kini penelitian terhadap gua-gua semacam itu terusditingkatkan.

Limapuluh tahun yang lalu, tepatnya antara tahun 1928-1931, seorang peneliti yang pertamamelakukan penelitian di gua-gua tersebut adalah Van Stein Callenfels, di daerah Gua lawa dekatSampung Ponorogo, Madiun. Lambat laun berkembang menjadi semacam ekspedisi, yaitu gabungandari puluhan orang yang masing-masing memiliki keahlian khusus (spesialis) di samping didukungoleh dana yang besar.

Banyak benda-benda unik yang ditemukan disana. Bagi para peneliti yang berasal dari negeribarat seperti Belanda, Inggris maupun orang Eropa lainnya, cukup mengencangkan alat-alat batu,ujung panah dan flakes (kepingan senjata tajam), batu, penggalian, kapak-kapak yang sudah diasah(neolithikum), alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Disamping itu juga ditemukan alat-alat perunggudan besi.

Selain temuan-temuan tersebut yang diiedntifikasikan, termasuk identifikasi benda tersebutmenunjukkan bahwa manusia yang pertama hidup di Jawa dalah jenis manusia Papua-melanesoid.Sehingga dipastikan bahwa ceruk-ceruk tersebut telah lama ditempati oleh nenek moyang.

Setelah membuktikan secara ilmiah kapan benda-benda tersebut mulai ada di sana, makamuncullah istilah “sampung bone-culture” yang berarti alat-alat tukang dari sampung.3. Populasi Jenis-Jenis Arsitektur Rumah Adat Jawa

Arsitektur atau Seni Bangunan yang terdapat di daerah Provinsi Jawa Tengah dikelompokkanmenjadi dua, yaitu : a. Arsitektur Tradisional, yaitu Seni Bangunan Jawa asli yang hingga kini masihtetap hidup dan berkembang pada masyarakat Jawa. Ilmu yang mempelajari seni bangunan olehmasyarakat Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong Kalang. Yang merupakanbangunan pokok dalam seni bangunan Jawa ada 5 (lima) macam, ialah :

- Panggang-pe, yaitu bangunan hanya dengan atap sebelah sisi.- Kampung, yaitu bangunan dengan atap 2 belah sisi, sebuah bubungan di tengah saja.- Limasan, yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan de tengahnya.- Joglo atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru dan atap 4 belah sisi, sebuah

bubungan di tengahnya.

Page 11: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

11J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

- Tajug atau Masjid, yaitu bangunan dengan Soko Guru atap 4 belah sisi, tanpa bubungan, jadimeruncing.

Masing-masing bentuk berkembang menjadi beraneka jenis dan variasi yang bukan hanyaberkaitan dengan perbedaan ukurannya saja, melainkan juga dengan situasi dan kondisi daerahsetempat.

Dari kelima macam bangunan pokok rumah Jawa ini, apabila diadakan penggabungan antara 5macam bangunan maka terjadi berbagai macam bentuk rumah Jawa. Sebagai contoh : gedangselirang, gedang setangkep, cere gencet, sinom joglo lambang gantung, dan lain-lain. Menurutpandangan hidup masyarakat Jawa, bentuk-bentuk rumah itu mempunyai sifat dan penggunaantersendiri. Misalnya bentuk Tajug, itu selalu hanya digunakan untuk bangunan yang bersifat suci,umpamanya untuk bangunan Masjid, makam, dan tempat raja bertahta, sehingga masyarakat Jawatidak mungkin rumah tempat tinggalnya dibuat berbentuk Tajug. Rumah yang lengkap seringmemiliki bentuk-bentuk serta penggunaan yang tertentu, antara lain :

- Pintu gerbang : bentuk kampong- Pendopo : bentuk joglo- Pringgitan : bentuk limasan- Dalem : bentuk joglo- Gandhok (kiri-kanan) : bentuk pacul gowang- Dapur : bentuk kampong, dll.Tetapi bagi orang yang tidak mampu tidaklah mungkin akan demikian. Dengan sendirinya rumah

yang berbentuk doro gepak (atap bangunan yang berbentuk mirip burung dara yang sedang terbangmengepakkan sayapnya) misalnya bagian-bagiannya dipergunakan untuk kegunaan yang tertentu,misalnya : – emper depan : untuk Pendopo – ruang tengah : untuk tempat pertemuan keluarga – emperkanan-kiri : untuk senthong tengah dan senthong kiri kanan– emper yang lain : untuk gudang dandapur.

Di beberapa daerah pantai terdapat pula rumah-rumah yang berkolong. Hal tersebut dimaksudkanuntuk berjaga-jaga bila ada banjir.Dalam Seni Bangunan Jawa karena telah begitu maju, maka semuabagian kerangka rumah telah diberi nama-nama tertentu, seperti : ander, dudur, brunjung, usukpeniyung, usuk ri-gereh, reng, blandar, pengeret, saka guru, saka penanggap, umpak, dansebagainya.Bahan bangunan rumah Jawa ialah terutama dari kayu jati.

Arsitektur tradisional Jawa terbukti sangat populer tidak hanya di Jawa sendiri tetapi sampaimenjangkau manca negara. Kedutaan Besar Indonesia di Singapura dan Malaysia juga Bandar UdaraSoekarno-Hatta mempunyai arsitektur tradisional Jawa.

Arsitektur tradisional Jawa harus dilihat sebagai totalitas pernyataan hidup yang bertolak dari tatakrama meletakkan diri, norma dan tata nilai manusia Jawa dengan segala kondisi alam lingkungannya.Arsitektur ini pada galibnya menampilkan karya “swadaya dalam kebersamaan” yang secara arifmemanfaatkan setiap potensi dan sumber daya setempat serta menciptakan keselarasan yang harmonisantara “jagad cilik” (mikrokosmos) dan “jagad gedhe” (makrokosmos).

Pada dasarnya arsitektur tradisonal Jawa – sebagaimana halnya Bali dan daerah lain – adalaharsitektur halaman yang dikelilingi oleh pagar. Yang disebut rumah yang utuh seringkali bukanlahsatu bangunan dengan dinding yang pejal melainkan halaman yang berisi sekelompok unit bangunan

Page 12: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

12J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang dalam dan luar saling mengimbas tanpa pembatas yangtegar. Struktur bangunannya merupakan struktur rangka dengan konstruksi kayu, bagaikan payungyang terpancang terbuka. Dinding ruangan sekedar merupakan tirai pembatas, bukan dinding pemikul.Yang sangat menarik pula untuk diungkap adalah struktur tersebut diperlihatkan secara jelas, wajardan jujur tanpa ada usaha menutup-nutupinya. Demikian pula bahan-bahan bangunannya, semuadibiarkan menunjukan watak aslinya. Di samping itu arsitektur Jawa memiliki ketahanan yang cukuphandal terhadap gempa.

Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yang sangat melindungi ruangberanda atau emperan di bawahnya. Tata ruang dan struktur yang demikian sungguh cocok untukdaerah beriklim tropis yang sering mengalami gempa dan sesuai untuk peri kehidupan manusia yangmemiliki kepribadian senang berada di udara terbuka. Halaman yang lega dengan perkerasan pasiratau kerikil sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanamseringkali memiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu sebagai peneduh, penyaring debu, peredam angindan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia dan binatang bahkan sering pula dimanfaatkanuntuk obat tradisional.

Sumber utama untuk mengenal seni bangunan Jawa untuk untuk daerah Jawa Tengah adalahKraton Surakarta dan Kraton Mangkunegaran. Juga peninggalan-peninggalan bangunan makam kunoserta masjid-masjid kuno seperti Masjid Demak, Masjid Kudus dengan menaranya yang bergayakhusus, Makam Demak, Makam Kadilangu, Makam Mengadeg, dll.

Di samping seni bangunan Jawa asli yang berupa bangunan rumah tempat tinggal, terdapat jugaseni bangunan Jawa peninggalan dari jaman Sanjayawangça dan Syailendrawangça, semasa berkuasadi daerah Jawa Tengah. Bangunan semasa itu biasanya menggunakan bahan bangunan batu sungai,ada juga yang menggunakan batu merah, bahan kayu yang peninggalannya tidak kita jumpai lagi,tetapi kemungkinan dahulunya ada.

Fungsi bangunan-bangunan itu bermacam-macam : sebagai tempat pemujaan, tugu peringatan,tempat pemakaman, tempat bersemedi, dan sebagainya. Corak bangunan-bangunan agama itu adayang agama Budha Mahayana, misalnya : Borobudur. Yang bercorak Trimurti, misalnya : Dieng.Sedangkan yang bercorak campuran dengan kepercayaan daerah setempat, misalnya : Candi Sukuhdan Çeta.

Bentuk Rumah Panggang-pe : Banyak kita jumpai sebagai tempat jualan minuman, nasi dan lain-lainnya yang terdapat di tepi jalan. Apabila diperkembangkan dapat berfungsi sebagai tempat ronda,tempat mobil / garasi, pabrik, dan sebagainya.

Bentuk Rumah Kampung : Umumnya sebagai tempat tinggal, baik di kota maupun di desa dan digunung-gunung. Perkembangan dari bentuk ini juga dipergunakan sebagai tempat tinggal.Bentuk Rumah Limasan : Terutama terlihat pada atapnya yang memiliki 4 (empat) buah bidang sisi,memakai dudur. Kebanyakan untuk tempat tinggal. Perkembangannya dengan penambahan emperatau serambi, serta beberapa ruangan akan tercipta bentuk-bentuk sinom, kutuk gambang, lambanggantung, trajumas, dan lain-lain. Hanya saja yang berbentuk trajumas tidak biasa digunakan sebagaitempat tinggal.

Bentuk Rumah Tajug : Ciri utamanya pada atap berbentuk runcing, soko guru dengan blandar-blandar tumpang sari, berdenah bujur sangkar, lantainya selalu di atas tanpa bertingkat. Dipergunakan

Page 13: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

13J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

sebagai tempat suci, semisal : Masjid, tempat raja bertahta, makam. Tidak ada yang untuk tempattinggal.

Bentuk Rumah Joglo : Memiliki ciri; atap terdiri dari 4 (empat) buah sisi soko guru denganpemidangannya (alengnya) dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya dipergunakansebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal (nDalem).4. Rumah Dalam Kehidupan Orang Jawa

Rumah merupakan sesuatu yang penting karena mencerminkan papan (tempat tinggal),disamping dua macam kebutuhan lainnya yaitu sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Karenarumah berfungsi untuk melindungi dari tantangan alam dan lingkungannya. Selain itu rumah tidakhanya untuk memenuhi kebutuhan utamanya saja. Tetapi dipergunakan untuk mewadahi semuakegiatan dan kebutuhan yang ada di dalam rumah tersebut.

Rumah Jawa lebih dari sekedar tempat tinggal. Masyarakat Jawa lebih mengutamakan moralkemasyarakatan dan kebutuhan dalam mengatur warga semakin menyatu dalam satu kesatuan.Semakin lama tuntutan masyarakat dalam keluarga semakin berkembang sehingga timbullahtingkatan jenjang kedudukan antar manusia yang berpengaruh kepada penampilan fisik rumah suatukeluarga. Lalu timbulah jati diri arsitektur dalam masyarakat tersebut.

Rumah Jawa merupakan lambang status bagi penghuninya dan juga menyimpan rahasia tentangkehidupan sang penghuni. Rumah Jawa merupakan sarana pemiliknya untuk menunjukkan siapasebenarnya dirinya sehingga dapat dimengerti dan dinikmati orang lain. Rumah Jawa jugamenyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Jawa.

Bentuk dari rumah Jawa dipengaruhi oleh 2 pendekatan yaitu :- Pendekatan Geometrik yang dikuasai oleh kekuatan sendiri.- Pendekatan Geofisik yang tergantung pada kekuatan alam lingkungan.Kedua pendekatan itu akhirnya menjadi satu kesatuan. Kedua pendekatan mempunyai perannya

masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadikan salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkanbentuk yang berbeda bila salah satu peranannya lebih kuat. Rumah Jawa merupakan kesatuan darinilai seni dan nilai bangunan sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yangdapat dijabarkan secara keilmuan.

Bentuk rumah tradisional jawa dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan bentuk. Secaragaris besar tempat tinggal orang jawa dapat dibedakan menjadi:

1. Rumah Bentuk Joglo2. Rumah Bentuk Limasan3. Rumah bentuk Kampung4. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub5. Rumah bentuk panggang Pe

- Rumah JOGLODibanding 4 bentuk lainnya, rumah bentuk joglo merupakan rumah joglo yang dikenal

masyarakat pada umumnya.

Page 14: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

14J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rumah Joglo kebanyakanhanya dimiliki oleh mereka yangmampu. Hal ini disebabkan rumahbentuk joglo membutuhkan bahanbangunan yang lebih banyak danmahal daripada rumah bentukyang lain. Masyarakat jawa padamasa lampau menganggap bahwarumah joglo tidak boleh dimilikioleh orang kebanyakan, tetapirumah joglo hanya diperkenankanuntuk rumah kaum bangsawan,istana raja, dan pangeran, sertaorang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Dewasa ini rumah joglo digunakanoleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain, seperti gedung pertemuandan kantor-kantor.

Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumahbentuk joglo. Rumah bentuk joglo selain membutuhkan bahan yang lebih banyak, jugamembutuhkan pembiayaan yang besar, terlebih jika rumah tersebut mengalami kerusakan danperlu diperbaiki.

Kehidupan ekonomi seseorang yang mengalami pasang surut pun turut berpengaruh,terutama setelah terjadi penggeseran keturunan dari orang tua kepada anaknya. Jika keturunanseseorang yang memiliki rumah bentuk joglo mengalami penurunan tingkat ekonomi dan harusmemperbaiki serta harus mempertahankan bentuknya, berarti harus menyediakan biayasecukupnya. Ini akan menjadi masalah bagi orang tersebut. Hal ini disebabkan adanya suatukepercayaan, bahwa pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan pantangan sebabakan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadimelarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya.

Pada dasarnya, rumah bentuk joglo berdenah bujur sangkar. Pada mulanya bentuk inimempunyai empat pokok tiang di tengah yang di sebut saka guru, dan digunakan blandarbersusun yang di sebut tumpangsari. Blandar tumpangsari ini bersusun ke atas, makin ke atasmakin melebar. Jadi awalnya hanya berupa bagian tengah dari rumah bentuk joglo zamansekarang. Perkembangan selanjutnya, diberikan tambahan-tambahan pada bagian-bagiansamping, sehingga tiang di tambah menurut kebutuhan. Selain itu bentuk denah juga mengalamiperubahan menurut penambahannya. Perubahan-perubahan tadi ada yang hanya bersifat sekedartambahan biasa, tetapi ada juga yang bersifat perubahan konstruksi.

Dari perubahan-perubahan tersebut timbulah bentuk-bentuk rumah joglo yang beranekamacam dengan namanya masing-masing. Adapaun, jenis-jenis joglo yang ada, antara lain : joglojompongan, joglo kepuhan lawakan, joglo ceblokan, joglo kepuhan limolasan, joglo sinom apitan,joglo pengrawit, joglo kepuhan apitan, joglo semar tinandu, joglo lambangsari, joglo wantahapitan, joglo hageng, dan joglo mangkurat.

Foto : 1. Joglo jompongan Foto : 2. Joglo kepuh lawakan- Sumber Peneliti - 2010

Page 15: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

15J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

A. ARSITEKTUR nDALEM PANGERAN – cross cutting Karaton story1. Sejarah Arsitektur nDalem Pangeran Ngadi Winatan Suryoputran Yogyakarta Dalam

Perjalanan Karaton Ngayogyakarta.Dibawah bayangan gunung setinggi 2.914 meter, yang

disebut Gunung Merapi, berdiri Ngayogyakarto Hadiningrat,salah satu kerajaan Mataram di Jawa. Kini disebut sebagaiYogyakarta (Jogja) mulai tahun 1755, ketika wilayah KerajaanMataram dibagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta(Solo).

Keraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumipada saat itu, dan beliau menggunakan keraton sebagai pusatdaerah paling berpengaruh di Jawa sejak abad ke-17. Keratontetap menjadi pusat kehidupan tradisional dan meskipun adamodernisasi di abad ke-20, keraton tetap memancarkansemangat kemurnian, yang ditandai dengan kebudayaannyaselama berabad-abad.

Yogyakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan diJawa. Musik gamelan merupakan pandangan dari masa lalu,klasik dan sejaman, pertunjukan tari-tarian Jawa yang sangatindah dan memabukkan, pertunjukkan wayang kulit dan ratusankesenian tradisional yang membuat para pengunjung terpesona.

Semangat kehidupan yang luar biasa dan kehangatan kotaini sendiri yang hampir tidak pernah pudar. Seni kontemporerjuga tumbuh dalam suburnya kebudayaan dan masyarakatYogyakarta. ASRI, Akademi Seni Rupa, sebagai contoh,merupakan pusat kesenian di sini, dan Yogyakarta telahmencatatkan namanya sebagai sebuah sekolah seni lukis modernpenting di Indonesia, yang mungkin bisa dicontohkan dalamsosok pelukis impersionis, Affandi.

Propinsi ini merupakan salah satu daerah padat penduduk diIndonesia dan merupakan pintu gerbang utama menuju pusatJawa dimana secara geografis tempat ini berada. Membentangdari Gunung Merapi di sebelah utara menuju Samudera Hindiadi sebelah selatan. Penerbangan harian menghubungkanYogyakarta dengan Jakarta, Surabaya, Papua dan Bali, jugakereta api dan angkutan bis menawarkan perjalanan daratdengan rute sama.

Foto: 3. Logo keratonYogyakarta

Foto : 4. Tampak DepanKeraton Yogyakarta

Hadiningrat

Foto: 5. Budaya Garebeg

Foto: 6. Budaya Jathilan

Sumber Dinas KebudayaanDIY

Page 16: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

16J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (disingkat denganJogja), merupakan salah satu dari 34 propinsi di Indonesia.Propinsi ini dibagi menjadi 5 daerah tingkat II, KotamadiaYogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman,Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunung Kidul. LuasYogyakarta sekitar 3.186 km persegi, dengan total penduduk3.226.443 (Statistik Desember 1997). Propinsi ini terkenalsebagai kota kebudayaan dan pendidikan dan merupakandaerah tujuan wisata.

Berdasarkan sejarah, sebelum 1755 Surakarta merupakanibukota Kerajaan Mataram. Setelah perjanjian Gianti (PalihanNagar) pada 1755, mataram dibagi menjadi 2 kerajaan:Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan KasultananNgayogyakarto Hadiningrat. Mengikuti kebiasaan, PangeranMangkubumi, adik Susuhunan Pakubuwono II, dimahkotaisebagai Raja Ngayogyakarto Hadiningrat. Kemudian beliaudisebut sebagai Sultan Hamengku Buwono I. Pada tahun1813, dibawah penjajahan Inggris, pemisahan kerajaanMataram terjadi untuk ketiga-kalinya. Pangeran Notokusumo,putra dari Hamengku Buwono I, dimahkotai sebagai PangeranPaku Alam I. Kerajaannya terpisah dari KasultananYogyakarta.

Ketika Republik Indonesia berdiri pada 17 Agustus 1945,yang dilambangkan dengan penandatanganan ProklamasiKemerdekaan, Ngayogyakarto Hadiningrat dan Pakualamanmenyatu sebagai salah salah satu propinsi di Indonesia dimanaSri Sultan Hamengku Buwono IX ditunjuk sebagai gubernurdan Sri Paku Alam VIII sebagai wakil gubernurnya. Meskipunpropinsi DIY mempunyai wilayah yang relatif kecil, namunkaya akan daya tarik wisata. Pengunjung dapat menemukanberbagai macam hasil seni dan pertunjukan kesenian yangsangat menarik dan menakjubkan.

Sebagai pusat seni dan budaya di Jawa, terdapatbeberapa macam daya tarik wisata di Yogyakarta. Hal inimenjadi alasan mengapa orang mereferensikan Yogyakartasebagai tempat lahirnya kebudayaan Jawa. Dan untuk pecintagunung, pantai atau pemandangan indah, Yogyakarta jugamenyediakan beberapa tempat untuk itu. Propinsi ini jugadiakui sebagai tempat menarik untuk para periset, ahligeologi, ahli speleogi dan vulkanologi merujuk pada adanyagua-gua di daerah batuan kapur dan gunung berapi yang aktif.Di selatan kabupaten Gunung Kidul merupakan ujung laut,dimana terdapat beberapa fosil biota laut dalam batuan kapur

Foto : 8. Gedong kaca.Museum hamengkubuono IX

Foto : 9. Budaya NumplakWajik

Foto: 10. Budaya Pekchun

Foto : 12. Budaya Imogiri

Foto : 13. BudayaKarawitan

Sumber Dinas KebudayaanDIY & Peneliti 2010

Page 17: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

17J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

sebagai buktinya.Untuk para arkeolog, Yogyakarta sangat menarik sebab

setidaknya ada 36 candi / situs-situs sejarah disini. Ada beberapapeninggalan peradaban dari abad ke-9. Salah satunya, candiPrambanan adalah candi Hindu terbesar dan paling terkenal diIndonesia. Borobudur, candi Budha terbesar, tercatat sebagaisalah satu “tujuh keajaiban di dunia”. Borobudur dapat dicapaiselama 1 jam dari kota, hanya 42 km sebelah barat lautYogyakarta. Dalam perjalanan ke Borobudur, dapatmengunjungi Candi Mendut dan Candi Pawon. Candi Mendutmerupakan tempat untuk pemujaan, dengan adanya arca BudhaGautama didalamnya. Beberapa upacara ritual juga masihberlangsung di Yogyakarta, dan masih dilaksanakan sampaisekarang. Lingkungan yang indah, arsitektur tradisional,kehidupan sosial, dan upacara-upacara ritual membuatYogyakarta menjadi tempat paling menarik untuk dikunjungi.Seni dan budaya tradisional seperti musik gamelan dan tari-tarian tradisional akan selalu mengingatkan penonton akankehidupan Yogyakarta beberapa abad yang lalu. Pembangunanteknologi modern berkembang di Indonesia dan di Yogyakarta,ini berkembang secara harmoni dengan adat dan upacaratradisional.

Sesuai namanya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakartamemang benar-benar istimewa. Orang-orangnya sangat ramah.Hal ini membentuk kehidupan dan kelakuan mereka. Merekamenyukai olahraga tradisional, panahan sebagai hobi dan jugasangat menyukai permainan burung perkutut. Mereka jugapercaya bahwa orang dapat menikmati hidup denganmendengarkan kicauan burung. Kompetisi panahan tradisionalselalu diselenggarakan untuk memperingati kelahiran raja, yangdisebut dengan “Wiyosan Dalem”. Dan pada saat Sri SultanHamengku Buwono X lahir, tradisi ini juga dilaksanakan.

Dengan adanya berbagai macam kesenian adat dan upacaratradisional yang masih berlangsung, Yogyakarta juga dikenalsebagai “museum hidup Jawa”, yang dicerminkan dalam segalabentuk hal-hal tradisional berupa kendaraan, arsitektur, pasar,pusat cindera mata, museum, dan banyak pilihan atraksi wisatadi Yogyakarta.

Dengan berdirinya Karaton ngayogyakarta, makaselanjutnya didirikanlah bangunan-bangunan Pangeran,termasuk nDalem Ngadiwinatan Suryoputran yang berada dialun-alun Selatan Yogyakarta.

Foto : 15.a. BudayaRamayana

Foto : 15.b. BudayaRamayana

Foto : 16.a. BudayaGerebeg

Foto : 16.b. BudayaGerebeg

Sumber Dinas KebudayaanDIY

Page 18: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

18J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Inovasi Birokrasi di Dalam Keraton HadiningratKeraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari

kata ka+ratu+an= keraton. Juga disebut kadaton, yaitu ka+datu+an = kedaton, tempat datu-datu atau ratu-ratu. BahasaIndonesianya adalah istana, keraton ialah sebuah istana, tetapiistana bukanlah keraton. Keraton ialah istana yang mengandungarti, baik arti keagamaan, arti filsafat dan arti kultural(kebudayaan).

Keraton Yogyakarta memiliki arti-arti tersendiri. Arsitekturbangunannya, letak bangsal-bangsalnya, hiasannya, sampai warnagedungnya mempunyai arti, pohon yang ditanamnya pun bukansembarang pohon. Semua yang terdapat di sana seakan-akanmemberi nasehat kepada kita untuk cinta dan menyerahkan dirikita kepada Tuhan Yang Maha Esa, berlaku sederhana dan tekun,berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-hari dan lain-lain.

Arsitek dari keraton tersebut adalah Sri Sultan HamengkuBuwono I, waktu masih muda, baginda bergelar PangeranMangkubumi. Kompleks keraton terletak di tengah-tengah, tetapidaerah keraton membentang antara sungai Code dan sungaiWinanga, dari utara ke selatan, dari Tugu sampai Krapyak. Namakampung-kampung jelas memberi bukti kepada kita, bahwa adahubungannya antara penduduk kampung itu dengan tugasnya dikeraton pada waktu dulu, misalnya Gandekan=tempat tinggalgandek-gandek (koerir) dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggalpara prajurit keraton Wirabraja, Pasindenan tempat tinggalpesinden-pesinden keraton.

Daerah keraton terletak di hutan Garjitawati, dekat DesaBeringin dan Desa Pacetokan. Karena daerah ini dianggap kurangmemadai untuk membangun sebuah keraton dengan bentengnya,maka aliran sunagai Code dibelokkan sedikit ke timur dan aliransungai Winanga sedikit ke barat.

Kerton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahunJawa 1682, diperingati dengan sebuah condrosengkolo memet dipintu Gerbang Pemagangan dan di pintu Gerbang Melati berupadua ekor naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasaJawa:”dwi naga rasa tunggal.” Artinya dwi=2, naga=8, rasa=6,tunggal=1 (dibaca dari belakang : 1682). Warna naga hijau, hijauadalah simbol dari pengharapan. Tahunnya sama, tetapidekorasinya tidak sama. Ini tergantung dari arsitektur, tujuan dansudut yang dihiasinya. Warna naga merah, dimana sebagaisimbol dari keberanian. Di halaman Kemagangan ini dahuludijadikan ujian-ujian bela diri memakai tombak antar calon

Foto : 18. Pakualaman

Fotoa : 19. TuguYogyakarta

Foto : 20.a. KaratonYogyakarta

Foto : 20.b. KaratonYogyakarta

Foto : 21. BudayaWayang

Sumber DinasKebudayaan DIY

Page 19: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

19J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

prajurit-prajurit keraton. Mestinya mereka pada waktu itu mereka sedang marah dan berani.Luas keraton Yogyakarta adalah 14.000 meter2. di dalamnya terdapat banyak bangunan-

bangunan, halaman-halaman, dan lapangan-lapangan. Dimulai dari halaman keraton ke utara:1. Kedaton atau prabayeks.2. Bangsal Kencana3. Regol Danapratapa (pintu gerbang)4. Sri manganti5. Regol Sri Manganti (pintu gerbang)6. Bangsal Ponconiti (dengan halaman Kemandungan)7. Regol Brajanala (pintu gerbang)8. Siti Inggil9. Tarub Agung10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64)11. Alun-alun utara (dihias dengan pohon beringin 62 batang)12. Pasar (Beringharja)13. Kepatihan14. Tugu, angka 64 manggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa atau 62 tahun

Masehi.Sedangkan dari halaman keraton ke selatan maka dapat terlihat:1. Regol Kemagangan (pintu gerbang)2. Bangsal Kemagangan3. Regol Gadung mlati (pintu gerbang)4. Bangsal Kemandungan5. Regol Kemandungan (pintu gerbang)6. Siti Inggil7. Alun-alun Selatan8. Krapyak

Perhatian :1. Regol = pintu gerbang2. Bangsal = bangunan terbuka3. Gedong = bangunan terturtup4. Plengkung = pintu gerbang benteng5. Selogilang = lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam poium rendah tempat duduk

Sri Sultan atau tempat singgasana Sultan6. Tratag = bangunan, biasanya tempat berteduh, beratap anyaman-anyaman bambu dengan

tiang-tiang tinggi, tanpa dinding. Di pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIIIsemua tratag kraton dimuliakannya dan diberi atap seng, tetapi arsitekturnya tetap tidakberubah.

Page 20: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

20J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Ditengah-tengah halaman Kemandungan Kidul berdiri sebuah bangsal, yang dinamakanBangsal Kemandungan. Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengku Buwono I di DesaPandak Karangnangka waktu Perang Giyanti (1746-1755).

Krapyak ialah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan, kalau baginda sedangmemperhatikan tentara atau kerabatnya memperlihatkan ketangkasannya mengepung, memburu,dan menangkap rusa. Kompleks keraton dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, benteng yangpanjangnya 1 km, berbentuk empat persegi, tingginya 3,5 m, lebarnya 3 sampai 4 m. Di beberapatempat di benteng itu ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi, Di keempatsudutnya terdapat bastion dengan lubang-lubang kecil dindingnya untuk mengintai musuh. Tigadari bastion itu saat ini masih dapat dilihat. Benteng Dui sebelah luar dikelilingi oleh parit lebardan dalam.

Kaitannya antara inovasi dalam keraton, kami mengangkat tema inovasi birokrasi dalamkeraton. Dalam pengertian ini inovasi menunjuk pada suatu proses kreativitas yaitu kombinasidari dua konsep atau lebih, sehingga melahirkan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidakdiketahui oleh individu yang bersangkutan. Dalam pengertian ini inovasi, diartikan sebagai prosespengambilan dan internalisasi atau proses memasarkan ide-ide baru. Inovasi menurut Barnet(1953) adalah semua pemikiran, perilaku, atau hal-hal yang baru karena hal itu secara kualitatifberbeda dengan bentuk-bentuk yang telah ada. Menurut Zaltman, dkk, inovasi adalah semua ide,praktek-praktek atau artefak yang oleh individu-individu dalam masyarakat yang bersangkutandianggap baru. Zaltman, dkk. (1973 : 32) mengelompokkan inovasi dalam tiga kategori besaryaitu (1) Berdasarkan keberadaanya dalam sistem; (2) Berdasarkan pada fokus sasaran; (3)Berdasarkan pada hasil atau pengaruh inovasi.

Merujuk pada teori Zaltman, dkk. bentuk inovasi birokrasi pada keraton dalam kategorikesatu temasuk kategori inovasi yang tidak diprogramkan. Contohnya semenjak Negara KesatuanRepublik Indonesia berdiri dan Yogyakarta menyatakan diri menjadi bagian dari NegaraKesatuan Republik Indonesia, maka secara otomatis kedudukan Raja sebagai petinggi keratonYogyakarta merangkap sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menyebabkandalam menjalankan pemerintahannya sebagai seorang gubernur dibantu oleh staf gubernur (dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sedangkan dalam menjalankanpemerintahannya sebagai raja dalam lingkungan keraton, raja dibantu oleh abdi dalem.

Inovasi dalam kategori kedua yaitu inovasi struktural contohnya adanya pembagian pangkatdan golongan pada abdi dalem. Kedudukan abdi dalem di dalam keraton disamakan denganpegawai negeri, di mana mereka juga digaji sesuai dengan pangkat dan golongan mereka.Masing-masing bagian di kepalai oleh kepala bagian, yang bertanggung jawab penuh atas kinerjaanggota di bawahnya. Kinerja anggota dititik beratkan pada nilai-nilai kejawen, diantaranya tatakarma, sikap, tutur kata, perilaku, dan kepribadian yang mencerminkan orang Jawa yangsesungguhnya. Abdi dalem di dalam keraton dibagi menjadi dua belas kelompok, yang masing-masing kelompok bekerja dalam dua belas hari sekali. Gaji yang mereka terima disesuaikandengan pangkat dan golongan yang jumlahnya sangat sedikit. Berdasarkan informan yang kamiwawancarai, mengaku bahwa gaji beliau tidak seberapa, “seorang abdi dalem namung angsal gajisekawan ewu rupiah”. Menurut beliau gaji abdi dalem sekarang berbeda dengan gaji abdi dalempada saat pemerintahan Hamengku Buwono VIII. Pada saat pemerintahan Hamengku Buwono I-

Page 21: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

21J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

VIII gaji abdi dalem masih bisa untuk menghidupi keluarganya. Mereka bekerja sebagai abdidalem semarta-mata sebagai wujud pengabdian terhadap Sultan, dan untuk “nguri-uri” budayaJawa (melestarikan budaya Jawa).

Semenjak Hamengku Buwono VIII mangkat, terjadi perubahan yang besar dalam keratonyang mana bentuk perubahan tersebut dapat kita kategorikan dalam bentuk inovasi birokrasidalam keraton. Contohnya adalah dihapuskannya sistem upeti karena sudah terbentukkarisedenan-karisedenan di Surakarta dan tidak digunakannya Patih dalam keraton karena padamasa sekarang lebih mementingkan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan setiappermasalahan (semua permasalahan ditangani langsung oleh Raja) sedangkan pada jaman dahulukekuasaan Raja adalah mutlak contoh yang lain adalah adanya perbedaan antara kegiatan rajayang dahulu dengan sekarang. Pada jaman dahulu, kegiatan raja semata-mata hanya di kerajaansedangkan kegiatan Raja pada jaman sekarang merupakan perpaduan antara kegiatan di kantorGubernuran dan kegiatan di keraton.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan radikal pada keraton mulaidari perubahan fungsi-fungsi pejabat-pejabatnya yang mengalami perubahan nama saja sampaipada adanya proses difusi dalam sistem pemerintahan yang mengalami percampuran denganNegara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun terjadi percampuran antara Negara Kesatuanrepublik Indonesia, diharapkan fungsi keraton sebagai pusat budaya Jawa tetap dijagakeasliannya sebagai pusat budaya Jawa.

3. Profile Berdirinya nDalem Ngadiwinatan SuryoputrannDalem Ngadiwinatan Suryoputran Yogyakarta, berdiri Pada tahun 1927, di daerah Alun-

alun Selatan, didirikan oleh SriS Sultan, yang semulanya ditempati oleh Pangeran, kemudianditempati oleh SMKI, sebelum tahun 1977, atau ± 1970-an. Kemudian ditempati Bidang Pemuda(BIMUD) Propinsi Daerah Iatimewa Yogyakarta, pada tahun 1990-an, setelah itu digantikan danditempati oleh Balai Pengembangan Pemuda Olahraga (BPPO) Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta, pada tahun 2001-2009, setelah itu ditempati oleh Dinas Pendidikan, Pemuda danOlahraga Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2009 –sekarang, sebagai Perkantoran kerja.

4. Bentuk Bangunan nDalem Ngadiwinatan Suryoputrana. Macam Bentuk Atap

Bentuk atap nDalem adalah atap gabungan antaraatap limasan dan joglo, dimana atap Joglo beradadibagian tengah (central) dan diapit oleh atap limasandi sekeliling kiri, kanan, dan muka belakang.

Bentuk Joglo, sebagai penutup ruang bagiantengah. Dalam nilai rumah Jawa, bahwa ruang tengahatau ruang bagian dalam ini disebut dengan gedongan,dijadikan sebagai mihrab, tempat Imam memimpinsalat yang dikaitkan dengan makna simbolis sebagaitempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan. Foto : 22. Bentuk atap nDalem

Page 22: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

22J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidurutama yang dihormati dan pada waktuwaktu tertentudijadikan sebagai ruang tidur pengantin bagi anak-anaknya.

Fungsi ruang tengah kini difungsikan sebagairuang perkantoran staf Kepemudaan dan OlahragaPropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semenjak tahun2009-sekarang.

Rumah adat jawa tengah berbentuk rumah joglo,Sebuah bangunan joglo yang menimbulkan interpretasiarsitektur Jawa mencerminkan ketenangan, hadir diantara bangunan- bangunan yang beraneka ragam.Interpretasi ini memiliki ciri pemakaian konstruksiatap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan diruang per ruang.

Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan karya seninya yangbermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang sekaligusmerupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional.

Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri atas soko guruberupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpangtelu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang strukturutama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu.

Pada arsitektur bangunan rumah joglo, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman senikonstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Kecintaanmanusia pada cita rasa keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitekturrumah dengan gaya ini.

Pada bagian pintu masuk memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di tengah dan pintukedua yang berada di samping kiri dan kanan pintuutama. Ketiga bagian pintu tersebut memiliki maknasimbolis bahwa kupu tarung yang berada di tengahuntuk keluarga besar, sementara dua pintu di sampingkanan dan kiri untuk besan.b. Macam Bentuk Kolom

Bentuk kolom pada nDalem menggunakan kolomompak. Dengan bentuk hiasannya yang diambil dariurutan huruf arab: mim - ” ”, ha – “ ”, mim, dandhal – “ ” (mohamad) yang distilisasikan

sedemikian rupa sehingga berbentuk hiasan bermotifpadma, pada umpak, sebagai sitilisasi songkok padaumpak, menjadi motif sorotan pada tiang bangunan

Foto : 23. Bentuk kolom DalemSumber peneliti 2010

Gambar: 3. Proyeksi.Sumber Peneliti 2010

Page 23: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

23J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

nDalem, yang mana kesemuanya itu untuk mengagungkan kuasa Nabi Mohamad.Rangkaian huruf Arab: mim, ha, mim, dhal, serta huruf : ra, sin, wau, lam, aiif, lam, lam

dan ta simpul, dimaksudkan untuk menyebutkan : Mohammad Rasul Allah. Tulisan inidistilisasikan sedemikian rupa sehingga berbentuk hiasan dengan motif putri mirong pada tiang.

Kolom pada rumah nDalem berjumlah genap. Hal ini merupakan tata aturan dalammendirikan rumah adat Jawa. Bahwa setiap rumah adat Jawa, jumlah kolom bangunan harusgenap, tidak boleh ganjil. Kolom rumah nDalem tersebut disusun sesuai dengan titik sudut,sebagai keseimbangan.

Karena bangunan nDalem ini merupakan aliran arsitektur Jawa yang keseluruhannyamerupakan hasil dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, sehingga sistem keseimbangannyadibentuk dengan kolom yang genap, dengan 4 kolom utama sebagai struktur di tengah sebagaisoko guru.

Soko guru atau juga bisa disebut saka guru, kedua sebutan ini juga mempunyai makna yangsama.c. Macam Bentuk Bukaan

Foto. 25. Ruang Penyeimbang.Sumber peneliti 2010

Gambar. 4. Proyeksi ruangpenyeimbang – sumber peneliti.2010

Foto : 25. Bentuk Pintu kantor Foto : 26. Bentuk Pintu Kamar Mandi/WCSumber Peneliti 2010

Page 24: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

24J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pintu, berbentuk memanjang vertikal dengan bahan pintu terbuat dari kayu. Setiap pintu,selain pintu kayu diluar, bagian dalamnya dilapisi dengan pintu kaca dengan bingkai dari kayu.

Pola bentuk pintu, berbentuk kotak, pada bagian atasmembentuk segi empat memanjang, sedangkan bagian bawaberbentuk segi empat pendek.

Jumlah keseluruhan pintu pada bangunan nDalemNgadiwinatan Suryo Putran; 16 buah, dengan bentukkanyang berbeda-beda, antara pintu pada ruang dalam bangunanberbeda dengan pintu di kamar mandi/wc, maupun sebuahpintu yang di bagian kiri bahannya terbuat dari kaca denganbingkainya dari kayu, pintu tersebut hanya berbeda daribahannya, namun bentuk tipenya menyerupai bentuk pintudalam bangunan lainnya.

Pada bagian atas pintu kamar mandi/wc, berbentukpelangi dengan ujung-ujungnya menyerupai anak panah, inimelambangkan pelangi dengan bagian sebelah menyebelahmenuju ke titik tertentu yang menghubungkan adanyakunjungan antara penguasa laut yang satu dengan penguasalaut yang lain.

Bentuk jendela yang asli pada bangunan nDalem iniadalah berbentuk segi empat memanjang, dengan bahanadalah bagian lapisan luar dengan bahan utama kayu, yangmana tidak tertutup semua, tetapi disusun dengan bercelah,dengan tujuan sebagai ventilase. Selain dibagian luar yangmemakai kayu, pada lapisan dalammya menggunakan bahankaca dengan bingkai dari kayu.

Total jendela pada bangunan pangeran nDalemNgadiwinatan Suryo Putran adalah; 8 buah, denganbentuknya yang sama, namun pada bagian sisi kanan, telahmengalami perubahan ketika terjadigempa, sehingga telah digantikanbahannya dengan kaca.

Pintu Gerbang utama ada satu buah.Letak pintu utama langsung berhadapandengan Jalan utama alun-alun selatan.Penutup pintu menggunakan kayu yang dirakit dengan baut sehingga kuat. Umurpintu ini seumur dengan umur bangunan,dan bahan-bahannya pun juga masih tetapawet hingga sekarang. Hanya sajaperawatannya yang selalu di cat, namunwarna cat yang dipakai tetap mengikuti

Foto : 27. Bentuk JendelaSumber Peneliti 2010

Foto : 28. Gerbang UtamaSumber Peneliti 2010

Foto: 29. Gerbang sayap kiri dan KananSumber peneliti 2010

Page 25: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

25J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

warna awal yang di pakai semenjak didirikan bangunan tersebut.Selain itu, dibagian sayap kiri dan kanan terdapat pintu gerbang. Pintu gerbang pada sayap

kiri dan kanan di apit dengan tembok yang dihubungkan langsung dari antara dinding bangunandan tembok pagar. Bahan pintu terbuat dari kayu jati. Semu pintu nDalem terdiri atas dua daunpintu yang berbentuk kupu tarung (kupu yang sedang kelai) jika dibuka. Kedua gerbang tersebutsalah satunya, yang terletak di sayap kanan telah mengalami perbaikan pasca gempa, sedangkangerbang pada sayap kiri tetap seperti bentuk terdahulu lengkap dengan daun pintu dan bahan-bahannya. Walaupun mengalami patahan pada bagian dindingnya, namun sudah diperbaiki/renovasi.

d. Macam Bentuk Ventilasi

Bentuk-bentuk ventilasi pada bangunan nDalem pangeran Ngadiwinatan suryoputran,membentuk lengkung, persegi empat dengan dihiasi bentukkan ornament, dan bergaris.e. Macam Bentuk Motif

1. Motif Dinding

Pada umumnya dinding nDalem Ngadi Winatan berbentuk polos, dan mengalami reliefpada bagian puncak atas yang berbatasan dengan plafond, dan batasan bawah dengan lantaidan pondasi, sedangkan bentuk yang lain dengan relief yang menonjol ke dalam denganberbentuk garis horizontal dan vertikal pada bagian bukaan (Pintu, Jendela, Ventilasi).

Foto : 30. Bentuk-Bentuk Ventilasi. Sumber Peneliti 2010

Foto : 31. Bentuk Motif Dinding. Sumber Peneliti-2010

Page 26: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

26J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Motif KolomMotif-motif kolom ada yang polos dan ada yang bermotif. Kebanyakan kolom yang bermotif

pada bagian kaki, dengan berwarna kehitaman, umpak. Sedangkan pada bagian yang lain, dapatkita jumpai dibagian tengah dan bagian atas/kepala dengan warna putih.

3. Motif Langit-langit

Motif lagnit-langit didominasi oleh persegi empat untuk plafond ruang lainnya, yangdibatasi dengan gari-garis vertikal dan horizontal dan berbentangan dengan garis finis padabagian ujung dinding. Sedangkan pada ruang penyeimbang, bentuk plafondnya persegiempat yang diapit oleh Brunjung, motifnya berbentuk Bintang di bagian tengah sebagaisentral, dan dibagi dengan tumpang sari serta dikelilingi oleh garis dan motif bunga padaujung akhir 4 sisi. Bentuk ini terdiri atas dua plafond, yang mana pada bagian tengah dibagioleh penangkur, yang diukir berbentuk gugungan atau Kayon. Bentuk bintang tersebutmasing-masing yang berada dibagian kiri dilihat dari depan, tertuliskan tahun, sedangkanpada bagian kanan dituliskan huruf arab.

Foto : 32. Bentuk Motif Kolom. - Sumber Peneliti-2010

Foto : 33. Bentuk Motif plafond. - Sumber Peneliti 2010

Page 27: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

27J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

4. Motif Kuda-kuda

f. Macam Bentuk Ornament1. Ornament Langit-langit

Tidak semua langit-langit diberi ornament. Kita hanya dapat menjumpai ornamentpada langit-langit ruangpenyeimbang, yang ditutupidengan atap Joglo. Baik plafondmaupun brunjung, diberi ornament.

2. Ornament Tembok PagarOrnament pagar diistilasi dari

ragam hias semacam kaligrafi yangdiambil dari huruf Arab yangdirangkum menjadi wujud hiasanornament. Pada bagian temboknDalem, kita akan temukanornament yang berwujudkan bunga padma sebagai symbol 4 penjuru angin dan buahlabuh (labu) sebagai lambang kata Allah. Kata Allah diambil dari kata waluh atau

Foto : 34. Bentuk Motif Kuda-Kuda. Sumber Peneliti-2010

Foto : 35. Bentuk ornament plafond. Sumber Peneliti-2010

Foto : 36. Bentuk ornament Pagar.Sumber Peneliti-2010

Page 28: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

28J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

waloh yang sebutannya mirib seperti sebutan Allah dalam bahasa Arab. Hiasan tersebutditempatkan sebagai ujung pilar pada bangunan pagar (tembok) dilingkungan halamannDalem.

3. Ornament Gerbang

4. Ornament Kolom

5. Ornament Listplank

Foto : 37. Bentuk ornament Pintu. Sumber Peneliti-2010

Foto : 38. Bentuk ornament Koloum. Sumber Peneliti-2010

Foto : 39. Bentuk ornament listplank. Sumber Peneliti-2010

Page 29: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

29J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

g. Bahan – bahan Bangunan1. Bahan Atap

Bahan utama penutup atap nDalem Ngadiwinatan Suryoputran adalah Genteng, danditambahkan dengan atap senk pada bagian sosoran pematah sinar matahari dibagian jendeladan ventilasi.

2. Bahan DindingBahan dinding nDalem, menggunakan tembok yang tersusun dari bahan Bata, semen,

pasir, dan cor-coran.

3. Bahan Lantai

Foto : 40. Bahan Atap. Sumber Peneliti-2010

Foto : 41. Bahan Lantai. Sumber Peneliti-2010

Page 30: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

30J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

4. Bahan Plafond

B

Bahan plafond menggunakan kayu, pada ruang penyeimbang yang beratap Joglo,sedangkan pada bagian ruang lainnya menggunakan bahan plafond dari Triplek.

5. Bahan bukaan

Bahan bukaan pintu, Jendela dan Ventilasi, terdiri atas Kayu, Kaca dan beton. Untukpintu dan Jendela, menggunakan kayu dan kaca, sedangkan untuk ventilasi ada yangmenggunakan Beton dan ada yang menggunakan kaca.

h. Bentuk Bangunan nDalem Ngadiwinatan SuryoputranBentuk denah nDalem Ngadiwinatan Suryoputran adalah persegi empat memanjang.

Bentuk tata ruang terdiri atas dua belas (12) kamar yang kini digunakan oleh BPPO ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta. Berikut lihat Pada Gambar Denah.

Foto : 42. Bahan Plafond. Sumber Peneliti-2010

Foto : 43. Bahan bukaan. Sumber Peneliti-2010

Page 31: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

31J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Foto: 44Tampak Samping Kiri

Foto: 45Tampak Belakang

Foto: 46Tampak Samping Kanan

Foto: 48Bentuk Ornament Pada

Sosoran Bagian Kiri

Gambar: Denah

Foto: 47Tampak Depan

Sumber: Peneliti, 2010Organisasi Ruang

1. Teras depan 8. Ruang Kepala2. Ruang tengah penyeimbang/ruang staf 9. Ruang Kabag. TU.3. Ruan sidang 10. Ruang Kasub. TU.4. Ruang staf kepala 11. Ruang Kepala Umum5. Ruang staf dan magang 12. Teras Belakang6. Ruang seksi pemuda dan olahraga 13. Teras Kanan7. Rung Kepala Pemuda dan Olahraga 14. KM/WC

B. ARSITEKTUR RUMAH RAKYAT1. Rumah Rakyat Bentukkan Joglo

Bangunan rumah tradisional Jawa termasuk diklasifikasikan sesuai dengan stratifikasikedudukan. Pada bagian awal, telah kita bahas tentang rumah nDalem Ngadiwinatan Suryoputran,

Page 32: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

32J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

sebagai bangunan kelas menengah. Berikut ini kita akanuraikan bangunan rumah tradisional Jawa khusus hunianrakyat biasa.

Perbedaan utama pada bangunan rumah rakyat biasadan rumah hunian bagi strata menengah sebagai berikut:Tata ruang lebih banyak untuk rumah strata menengah,bentuk dan ukuran bangunan lebih besar untuk rumahmenengah, untuk bangunan strata menengah lebihkomplit dan elit dibanding dengan rumah rakyat, jenisdan mutu bahan bangunan untuk rumah strata menengahlebih mahal dibanding rumah rakyat biasa.

Rumah ini berlokasi di jl. Laksda Adi SuciptoYogyakarta berfungsi sebagai tempat menyimpankoleksi barang-barang antik yang salah satunya terlihatdidepan rumah tersebut yaitu lesung.

Rumah ini didirikan tahun 2007 dengan menyusunbeberapa elemen dari berbagai rumah yang ditatasedemikian rupa sehingga menjadi utuh dan membentuksebuah rumah dengan gaya klasik jawa.

Hal ini dapat dilihat dari perbedaan secara visualantara tiang yang berada diteras dengan dinding bagiandepan. Terlihat dengan jelas bahwa usia kayu tersebutterpaut jauh.

Demikian juga jika dilihat dari bentuk lisplanknyamenunjukkan perbedaan waktu pembuatannya, karenalisplanknya terlihat lebih using dibandingkan dengan dinding bagian depan rumah.

Foto 49. Bangunan Rumah RakyatBiasa - Sumber Peneliti - 2011

Foto : 51. Tampak Kontradiksi antarabangunan Tradisional dengan

moderen – Sumber data Peneliti - 2010

Foto 52. KonstruksiPengaku dan ukiran –

Sumber data Peneliti 2011

Foto 53. Kolum dan Ukiran– Sumber data Peneliti 2011

Foto 54. Pedestal –Sumber data Peneliti 2011

Page 33: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

33J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rumah berikut ini terletak di Jl. NgeksigondoYogyakarta Dibangun sekitar tahun 1921. Seluruhkayu yang dipakai Adalah kayu jati dengan Kualitasyang sangat bagus. Terbukti meskipun usianya Sudah90 tahun namun rumah tersebut tetap kokoh. Langgamarsitektur jawa Sangat kental terlihat pada bentuk atapjoglo dan ornamen-ornamen yang ada pada tiang danbubungan atap. Jika diperhatikan ornamen pengakupada tiang hampir sama dengan ornamen pada tiangrumah yang berada di Jl. Laksda Adi Sucipto.Kemungkinan ornamen seperti itu sedang populer padajamannya.

Menurut pemiliknya, rumah ini sudah dihuni olehtiga gnerasi dan belum pernah mengalami renovasi yang berarti termasuk saat terjadi gempa tahun2006. Berdasarkan survey memang rumah kayu lebihtahan terhadap gempa dibanding dengan rumah yangterbuat dari batu bata.

Dinding dari kayu jati dibiarkan tanpa finishing catmaupun politur. Lantai rumah dibiarkan terbuat dari tanah tanpa penyelesaian layaknya rumah-rumahpada masa sekarang yang kebanyakan menggunakan perkerasan.

Tumpang sari yang bersusun tujuh trap dengan ukiran terbuat dari kayu jati dan sudah dipolitur.Biasanya jumlah susunan tumpang sari dapat menunjukkan status sosial dari pemiliknya. Semakinbanyak susunannya maka semakin kaya pemiliknya.

Foto : 56. Bentuk arsitektur Jawa yangkental. Lihat atap – sumber peneliti 2011

Foto. 57. Dinding dari Kayu Jati.Sumber data penelti - 2011

Foto. 58. Tumpang Sari pada Langit-Langitdengan ukiran. Sumber data peneliti, 2011

Page 34: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

34J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Rumah Rakyat Berbentuk LimasanRumah tinggal ini terletak di Dukuh Kledokan Desa Catur tunggal Kecamatan Depok

Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Menurut pemiliknya, Bapak Sumarto, rumah ini didirikan pada tahun1956 dan telah mengalami perbaikan dua kali. Yangpertama adalah pada tahun 1972 perbaikan terhadapdinding yang terbuat dari anyaman bambu.Mengingat anyaman bambu jika dipakai untukdinding luar dan tidak diberi pengawet akan cepatrusak.

Perbaikan yang kedua yaitu pada tahun 2006saat gempa melanda Yogyakarta. Perbaikan yangkedua kalinya meliputi dinding dan usuk serta rengyang semuanya terbuat dari bambu. Tidak terdapatornamen-ornamen khusus pada rumah inidikarenakan pemiliknya menjaga keaslian daribentuk semula yang mempunyai arti sejarah yangsangat berkesan ketika rumah tersebut masih dihunibersama orang tua Bapak Sumarto. Disamping rumahterdapat tambahan ruangan dengan inding seng untuk dijadikan dapur dan kamar mandi. Bentukatapnya limasan, kuda- kuda pelana. Konstruksi utama terbuat dari kayu jati dan kayu glugu.

Bentuk arsitektur tradisional Jawa semacam ini, kebanyakan ditemukan di desa-desa danpemiliknya adalah masyarakat yang tergolong ekonomi lemah, atau kadang disebut sebagaimasyarakat miskin dan masyarakat kampong. bentuk-bentuk bangunan khas Jawa yang kental, tidakdijumpai pada wajah tata ruang kota, akan tetapi kebanyakan tersembunyi dibalik cengkeraman dankemegahan gedung-gedung bergaya asing yang berdiri megah mendominasi wajah perkotaan di Jawa.

Mungkin sebaiknya konsep penataan ruang Jawa harus menampilkan sebanyak-banyaknya citraJawa dengan arsitektur Jawa. Walaupun kelihatannya terlambat, namun setidaknya di daerah-daerahperkampungan yang baru beranjak menuju perkembangan, sudah harus diterapkan konsep ini sebagaifondasi awal menuju daerah pemerdekaan karakter sendiri yang diharapkan menambah citrakejawaan.

Disadari bahwa, semakin manusia berkeinginan untuk maju, disaat itulah ia mulai melakukan hal-hal yang menunjukkan kemajuannya. Masyarakat Jawa kini sedang dan sudah dalam proses semacamini. Oleh karena itu, maka terjadilah perubahan dalam perkembangan berarsitektur mereka. OrangJawa sudah melakukan sedikit demi sedikit perubahan, dan kelihatan jelas pada arsitektur yang begituterlupakan. Dengan kecenderungan ingin mengikuti gaya hidup bangsa lain terutama gaya hidupkebarat-baratan, maka kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa kini dalam proses Penetrasian.Secara Sadar dan tidak sadar, hal ini sedang berjalan dan sedang menyusup masuk kedalam jantungsosial budaya Jawa, dan kelihatannya sudah merasuki pemikiran masyarakat Jawa sebagai ManusiaJawa yang berkarakter Jawa sedang mengalami penurunan hakekat Kejawaannya. Ini akan berakibatpada kehilangan bentuk dan gaya, baik bagi masyarakat Jawa maupun masyarakat tradisional lainnyadi Nusantara bahkan suku bangsa di benua lainnya. Untuk perkembangan arsitektur Jawa, lihatperkembangan dan perubahannya pada analisis berikut.

Foto. 59. Rumah Rakyat BentukLimasan – Sumber data Peneliti 2011

Page 35: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

35J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Perkembangan Bentuk-bentuk arsitektur tradisional Jawa dan perubahansumber analisis peneliti 2011

Foto 60: Bentuk Asli Rumah Joglomenggunakan bahan Kayu

Foto 61: Bentuk Transisi Rumah Joglo.Mengalami perubahan pada bahan, warna

dan tata ruang.

Foto 62: Bentuk ModerenRumah Joglo. Mengalami

Perubahan pada bahan bangunandari kayu dan warna tradisionalmenjadi bentuk yang inofatif.

Foto 63: Bentuk Asli Rumah Limasanmenggunakan bahan Bambu (gedeg)

Foto 65: Bentuk ModerenRumah Limasan. Mengalami

Perubahan pada bahanBangunan dari kayu dan warnatradisional menjadi bentuk yang

inofatif

Foto 64: Bentuk Transisi Rumah Limasan.Mengalami perubahan pada bahan, warna

dan tata ruang.

PERKEMBANGANARSITEKTUR

TRADISIONAL JAWA

Page 36: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

36J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

ARSITEKTUR INDONESIA(J.F. Hamah Sagrim)

Asitektur Indonesia terdiri dari klasik-tradisional, vernakular dan bangunan baru kontemporer.Arsitektur klasik-tradisional adalah bangunan yang dibangun oleh zaman kuno. Arsitektur vernakularjuga bentuk lain dari arsitektur tradisional, terutama bangunan rumah hunian, dengan beberapapenyesuaian membangun dari generasi ke generasi. Arsitektur Baru atau kontemporer lebih banyakmenggunakan materi dan teknik konstruksi baru dan menerima pengaruh dari masa kolonial Belandake era pasca kemerdekaan. Pengenalan semen dan bahan-bahan modern lainnya dan pembangunandengan pertumbuhan yang cepat telah menghasilkan hasil yang beragam.A. Arsitektur Klasik Indonesia

Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat paada bangunan candi dengan strukturmenaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di atas tanah dengan cirrikhas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis, bangunan candi adalah sebagai representasidari Gunung Meru yang legendaris, yang dalam mitologi Hindu-Buddha diidentifikasi sebagaikediaman para dewa. Candi Buddha Borobudur yang terkenal dari abad ke-9 dan Candi Prambananbagi umat Hindu di Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan makro kosmos yangdirepresentasikan dengan sebuah gunung. Di Asia Timur, walau dipengaruhi oleh budaya India,namun arsitektur Indonesia (nusantara) lebih mengedepankan elemen-elemen masyarakat lokal, danlebih tepatnya dengan budaya petani.

Budaya Hindu paling tidak 10 abad telah mempengaruhi kebudayaan Indonesia sebelumpengaruh Islam datang. Peninggalan arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di Indonesia sangat terbatasuntuk beberapa puluhan candi kecuali Pulau Bali yang masih banyak karena faktor agama penduduksetempat.B. Arsitektur vernakular di Indonesia

Arsitektur tradisional dan vernakular diIndonesia berasal dari dua sumber. Pertamaadalah dari tradisi Hindu besar dibawa keIndonesia dari India melalui Jawa. Yang keduaadalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumahvernakular yang kebanyakan ditemukan di daerahpedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti atap rumbino, daun sagu,ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa,dan batu. Bangunan adalah penyesuainsepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar.Rumah-rumah di pedalaman Indonesia masihbanyak yang menggunakan bambu, dan kayu,

Fot 66. Rumah Tradisional Nusantara –Sumber Analisis Peneliti- 2011

Page 37: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

37J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

namun seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu dan kayu ini sedikit demisedikit diganti dengan bangunan dinding bata.C. Pengaruh Hindu dan Islam dalam Arsitektur Jawa

Budaya Islam di Indonesia dimulai padatahun 13 Masehi ketika di Sumatra bagianutara muncul kerajaan Islam Pasai pada 1292.Dua setengah abad kemudian bersama-samajuga dengan orang-orang Eropa, Islam datangke Jawa. Islam tidak menyebar ke kawasanIndonesia oleh kekuatan politik seperti diIndia atau Turki namun lebih melaluipenyebaran budaya. Budaya Islam padaarsitektur Indonesia dapat dijumpai di masjid-masjid, istana, dan bangunan makam.

Kekuatan kerajaan Hindu Majapahit diJawa menandai bergantinya periode sejarah diJawa. Kebudayaan Majapahit tersebutmeninggalkan kebesarannya dengan serangkaian candi-candi monumental sampai abad ke-14.Meskipun demikian, tidak berarti bahwa "Zaman Klasik" di Jawa ini kemudian diganti dengan zaman"beradab" dan juga bukanlah awal dari "Abad Kegelapan". Selanjutnya kerajaan-kerajaan Islammelanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi secara jenius. "New Era" selanjutnyamenghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid di Demak, Kudus dan Banten pada abad ke-16 Jugadengan situs makam Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad ke-18. Faktasejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru dan ajaran-ajarannyapun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi, atau dengan kata lain melaluisinkretisme, sayangnya hal inilah yang mempengaruhi ‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baruyang benar-benar tidak menghapuskan warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).

Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dari abad ke-12 dan seterusnya denganmemperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun, perubahan dari gaya lama ke baruyang lebih bersifat ideologis baru dengan teknologi. Kedatangan Islam tidak mengarah padapengenalan bangunan yang sama sekali baru, melainkan melihat dan menyesuaikan bentuk-bentukarsitektur yang ada, yang diciptakan kembali atau ditafsirkan kembali sesuai persyaratan dalam Islam.Walaupun kebanyakan menggunakan konsep dasar kubah pada mesjid. Menara Kudus, di JawaTengah, adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat mirib dengan candi dari abad ke-14 diera kerajaan Majapahit, menara ini diadaptasi untuk kepentingan yang lebih baru dibangun masjidsetelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Demikian pula, masjid-masjid di awal perkembangan Islam diIndonesia murni terinspirasi dari tradisi bangunan lokal yang ada di Jawa, dan tempat lain diNusantara, dengan empat kolom utama yang mendukung atap tengahnya. Dalam kedua budaya iniempat kolom utama atau Saka Guru mempunyai makna simbolis.

Fot 67. Bentuk Aliran Hindu dan Islam

Page 38: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

38J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

EVOLUSI ARSITEKTUR(J.F. Hamah Sagrim)

Dalam analisis ini kami menggunakan metode evolusi sehingga dilakukan analisis dalam evolusiarsitektur Tradisional ke Moderen. Evolusi arsitektur lahir dari sebuah kesadaran berwacanasebagai bagian dari proses berarsitektur. Tujuan mengemukakan evolusi arsitektur ini untuk sebagaisuatu konsep dalam menganalisis, pengamati, peneliti, mencari, menemukan dan mendata,perkembangan arsitektur. Selain itu, Evolusi arsitektur ini tidak lain merangkum tulisan-tulisan yangmengetengahkan beragam isu arsitektur dari berbagai sudut pandang perkembangannya. Semuanyabertujuan untuk memperkaya wacana dalam berarsitektur, baik terkait dengan mengalami arsitektur,membuat arsitektur dan mempertanyakan arsitektur. Eksplorasi teori dan metoda desain menjadi intiwacana dalam usulan analisis kami ini, yang mendukung praktek desain arsitektur berbasis riset danteori melalui eksplorasi tanpa batas untuk mengetahui perkembangan dari awal hingga bentuk yanglain. Evolusi arsitektur berupaya menjembatani perkembangan dan perubahan arsitektur denganberlandaskan teori dan praktek dalam berarsitektur, serta mengungkap secara jelas proses perubahanarsitektur dari batas antara arsitektur dan bukan arsitektur. Selamat berwacana!A. Evolusi Arsitektur Jawa – dari vernakular ke Tradisional

Setiap lokasi di muka bumi pastimemiliki spesifikasi tertentu, penyelesaianmasalah desain arsitektur juga spesifik untuksetiap lokasi. Contoh di pulau madura adalahsalah satu penyelesaian masalah desainarsitektur di daerah pesisir. Tentunyapenyelesaian ini akan berbeda jika terjadi didaerah hutan datar, daerah pegunungankering, daerah pegunungan subur, daerah dikaki gunung, daerah di lereng gunung, dansebagainya. Sketsa berikut memperlihatkanevolusi serupa yang terjadi untuk arsitekturJawa.

Tentunya evolusi arsitektur yang terjadidi pulau Sumatra akan memiliki perbedaan.Begitu pula dengan kota medan, wilayah minang, wilayah sunda, pulau Kalimantan, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan lain-lain. Semuanya memiliki ciri tersendiri yang perlu digalioleh putra-putra terbaik dari daerahnya. Arsitek-arsitek nusantara yang adiluhung membawa jiwaleluhur kita.

Sudah barang tentu pada saat ini ilmu teknik bangunan dan arsitektur demikian majunya.Berbagai filosofi, langgam, bahan, struktur dan konstruksi baru sudah demikian memusingkan arsitek

Gambar : 3. Evolusi Arsitektur Jawa.SumberPutu Mahendra. Dikomposisikan oleh

Peneliti 2010

Page 39: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

39J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

nusantara masa kini. Tatanan dan aturan tradisional dengan berbagai keunikan cara dan penamaanelemen konstruksi merupakan tambahan permasalahan baru bagi arsitek masa kini yang inginbereksplorasi dengan ke-nusantara-an. Justru kerumitan inilah yang membuat arsitektur nusantarasemakin dijauhi karena memang sulit didekati.

Perlu formula baru yang dapat membuang segala kesulitan ilmu arsitektur “import” yangmemusingkan. Perlu pemahaman baru agar order nusantara tetap dapat diterapkan dengan lebihsederhana dalam berarsitektur. Perlu semangat baru agar arsitektur nusantara dapat menjadi produk“eksport” yang membanggakan. Akhirnya memang perlu niat bersih dari arsitek nusantara untukdapat bekerjasama dengan meminggirkan setiap keaslian.1) Arsitektural dalam Perkembangan Evolusinya

Evolusi arsitektur adalah proses perubahan pada seluruh bentuk aliran arsitektur dari bentuksemula menjadi bentuk yang baru, dan evolusi arsitektur mempelajari bagaimana evolusi initerjadi pada perkembangan arsitektur. Dalam setiap bentuk perkembangan arsitektur, mewarisialiran khas arsitektural yang dimiliki oleh suku bangsa tertentu melalui proses membangun danmendesain bentuk. Perubahan bentuk ini dapat kita katakana sebagai suatu proses mutasi atauproses perpindahan bentuk arsitektural. Proses mutasi atau perpindahan bentuk arsitektural inidimaksud bahwa bentuk arsitektural itu tetap dipertahankan atau mengalami perubahan total.Pada bentukkan ini, jika tidak dipertahankan maka akan muncul bentuk-bentuk aliran arsitekturbaru pada pengembangan suatu bentuk gaya arsitektural. Pada populasi suatu arsitekturtradisional, beberapa nilai dan filosofis serta alirannya akan menjadi lebih dikenal secara umum,bila tetap dipertahankan, akan tetapi yang lainnya akan hilang jika tidak dipertahankan. Unsur-unsur arsitektur yang menjadi akibat daripada keberlangsungan perubahan bentuk arsitektur akanlebih berkemungkinan berakumulasi pada bentuk suatu aliran arsitektural yang tidak fasihdikembangkan (hilang). Proses ini disebut sebagai seleksi arsitektural, yang mana didorong olehbentuk dan keindahan “estetika”. Proses assimilasi bentuk arsitektural itu terjadi akibat keinginanmanusia yang bersemangat untuk memiliki suatu bentuk bangunan rumah yang berbeda, indahdan estetis, mengikuti aliran bentuk lain yang baginya sesuai namun sebenarnya tidak bernilaibagi budayanya. Keinginan semacam inilah akhirnya menghasilkan banyak jumlah populasibentukkan gaya arsitektur asing semakin berkembang di suatu kawasan tanpa memperdulikanketerwarisan khasanah khas setempat. ini merupakan fakta tambahan mengenai perkembanganarsitektur yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi arsitektural itu. Gaya dorong seleksiarsitetktur dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, seperti Arsitektur Joglo diJogja dan Solo, Arsitektur Halit-Mblo Chalit di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, Arsitektur Honaidi Wamena Papua, Arsitektur Tongkonan, Arsitektur Meru, dan arsitektur nusantara lainnya diIndonesia yang kini terdesak oleh proses ilmiah seleksi arsitektur. Selain itu, terjadinya prosesilmiah seleksi arsitektural ini juga dipengaruhi oleh alam atau juga disebut sebagai seleksi alam.Bentuk perkembangan arsitektur yang dibentuk oleh seleksi alam dapat dilihat pada skematikaperkembangan bentuk rumah mulai-mula. Para ahli antropologi bersepakat bahwa, perkembanganhidup manusia mula-mula mempunyai tempat hunian pertama pada Bandar pohon, selanjutnyamenggunakan lubang batu atau Goa, kemudian mulai membentuk sebuah shelter, kemudianmembentuk suatu rumah tanpa dinding, dan kemudian melengkapinya dengan dinding,selanjutnya hingga bentuk moderen. Moderen di sini tidak membicarakan bentuk lokalitas, akantetapi berkaitan dengan industrialisasi, yang mana memaksa manusia untuk berkecimpung dalam

Page 40: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

40J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan danpembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yangdipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan polapengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen,paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur.Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demisetahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan taklukerhadap alam dan Alam

menyediakan hunian bagimanusia. Bandar pohon dan goa

sebagai hunian – Sumber AnalisisPeneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusiamulai sadar dan menaklukkan

alam. Manusia mengenal bahanbangunan dan menciptakan

hunian. Sumber Analisis Peneliti2011

Manusia mulai berionvasi. Manusiamulai dewasa dalam berpikir.

Manusia mulai mengembangkanbentuk arsitektur dari tradisional

menjadi moderen – Sumber AnalisisPeneliti-2011

ALAM SEBAGAISEBAB MANUSIAMENCIPTAKAN

TEMPAT TINGGAL(ARSITEKTUR) DANMANUSIA SEBAGAI

SEBAB TERJADINYAEVOLUSI

ARSITEKTUR

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

40J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan danpembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yangdipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan polapengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen,paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur.Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demisetahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan taklukerhadap alam dan Alam

menyediakan hunian bagimanusia. Bandar pohon dan goa

sebagai hunian – Sumber AnalisisPeneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusiamulai sadar dan menaklukkan

alam. Manusia mengenal bahanbangunan dan menciptakan

hunian. Sumber Analisis Peneliti2011

Manusia mulai berionvasi. Manusiamulai dewasa dalam berpikir.

Manusia mulai mengembangkanbentuk arsitektur dari tradisional

menjadi moderen – Sumber AnalisisPeneliti-2011

ALAM SEBAGAISEBAB MANUSIAMENCIPTAKAN

TEMPAT TINGGAL(ARSITEKTUR) DANMANUSIA SEBAGAI

SEBAB TERJADINYAEVOLUSI

ARSITEKTUR

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

40J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan danpembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yangdipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan polapengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen,paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur.Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demisetahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan taklukerhadap alam dan Alam

menyediakan hunian bagimanusia. Bandar pohon dan goa

sebagai hunian – Sumber AnalisisPeneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusiamulai sadar dan menaklukkan

alam. Manusia mengenal bahanbangunan dan menciptakan

hunian. Sumber Analisis Peneliti2011

Manusia mulai berionvasi. Manusiamulai dewasa dalam berpikir.

Manusia mulai mengembangkanbentuk arsitektur dari tradisional

menjadi moderen – Sumber AnalisisPeneliti-2011

ALAM SEBAGAISEBAB MANUSIAMENCIPTAKAN

TEMPAT TINGGAL(ARSITEKTUR) DANMANUSIA SEBAGAI

SEBAB TERJADINYAEVOLUSI

ARSITEKTUR

Page 41: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

41J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

a) Tahapan Awal – Manusia dan AlamSecara rinci urutan pada gambar diatas menjelaskan

bahwa manusia pada mulanya bersifat pasrah dan tunduk kepadaalam. Lihat gambar ke satu, bentuknya hampa dan berwarnahitam, artinya tahapan ini manusia belum mampu berpikirtentang siapa dirinya (blind) buta. Tahapan ini dapat kitasimpulkan sebagai tahapan dimana akal dan logika manusiabelum berfungsi. Tahapan ini juga manusia belum mampumengelola alam disekitarnya sebagai sesuatu yang bermanfaatbaginya. Manusia memanfaatkan segala sesuatu yang disediakanoleh alam. Pada tahapan ini, merupakan tahapan dimanamanusia hidupnya berpindah-pindah. Mereka akan beristirahatpada siang hari jikalau mereka merasa lelah, dan juga padamalam hari mereka akan beristirahat, karena gelap. Inilah tahapan dimana perkembangan tanpaakal dan logika, bahkan pe-rasa-an juga belum matang. Manusia yang hidup pada zaman ini,selalu bepergian tanpa arah tetapi tujuan utamanya adalah berburu dan mencari perburuan.Manusia pada zaman ini belum mengetahui apa itu dingin dan panas secara nalar, melainkanmereka harus bersentuhan langsung dengan objek, karena akal dan logika mereka belumberfungsi. Tahapan ini merupakan tahapan un-undagi, atau tahapan kehidupan manusia bukanpencipta.b) Tahapan Kedua Manusia Menaklukkan Alam

Tahapan kedua, merupakan tahapan dimana manusia mulai menyadari dirinya. Tahapan inimerupakan tahapan dimana manusia mulai menaklukkan alam. Pada zaman ini, manusia mulaimenyadari betapa penting dirinya, sehingga ia harus meyelamatkan diri serta mengamankandirinya seperti binatan buas, matahari, hujan dan angin. Manusia mulai menciptakan sesuatu yangbisa melindungi dirinya, yaitu shelter dan seterusnya hingga menjadi suatu bangunan rumah.Selain rumah sebagai tempat tinggal, ia juga menciptakan alat-alat yang dipakai untuk pertahananhidup serta alat-alat berburu, seperti; kapak batu, pisau dan tombak. Pada tahapan ini, dapat kitasebut sebagai tahapan dimana akal mulai berkembang tanpa logika. Manusia pada zaman initergolong manusia undagi, atau manusia pencipta. Zaman ini merupakan zaman dimana manusiamulai hidup menetap dengan mencari makanan dan menyimpan makanan (food and gatering).Tahapan ini, merupakan tahapan dimana manusia mulai meramu dan memanfaatkan alam disekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari. Zaman inilah zaman dimana arsitektur mulai dikenal.Bahan-bahannya merupakan bahan alami, seperti ranting pohon, dedaunan, dan tali, yang manamerupakan hasil kreasi daripada akal. Manusia berusaha melepaskan dirinya dari taklukkan alam,yaitu dari pemikiran untuk menjadikan sesuatu yang tiada menjadi ada (ex nihilo) dan ini sangattradisional, atau sederhana. Dalam proses inilah kekentalan pola hidup manusia yang sebenarnyaterlihat. Warna hitam pada gambar kedua menggambarkan manusia mula-mula atau primitif,sedangkan warna kuning dan bentuk simbol panah melengkung menggambarkan kesadaranakalnya yang belum sempurna, artinya masih kaku atau pemikirannya masih membelok danbelum terarah. Warna kuning dan simbol panah artinya manusia zaman itu sudah menyadari diridan mulai mencipta, namun pemikirannya belum terarah sebagaimana sibol pana yang membelok

Gambar. 6. Manusia danalam – dikomposisikan

oleh peneliti, 2010

Page 42: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

42J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dan tidak terarah, atau dapat kita katakan bahwa pemikirannya belum matang karena ia hanyamenggunakan akal tanpa logika.c) Tahapan Ketiga Manusia Mulai Berinovasi

Tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia sudah matang dalam pola pikirnya. Artinya,pada tahapan ini manusia sudah menggunakan akal dan logika, sehingga ia mulai berinovasi.Sebagaimana pada gambar ketiga, inovasi disimbolkan dengan warna. Berbagai warna disinimenggambarkan bahwa akal dan logika semakin berkembang dan memberikan ide tentang suatunuansa baru yang dapat diterima.

Tahapan inilah merupakan tahapan dimana kreasi manusia semakin pesat dan terjadilahrevolusi. Yang mana revolusi itu sendiri datang dari kreasi akal dan logika manusia. Tahapan inimerupakan tahapan dimana mengakibatkan perubahan signifikan dan pengaruh yang mengglobal,ketika terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan perkembangan industri dan melahirkanteknologi mutakhir sehingga mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan setiap suku bangsa di duniamenjadi terubahkan.

Tahapan inovasi ini dapat kita sebutkan sebagai tahap pencerahan teknologi industrialisasi,karena segala sesuatu yang tadinya diolah dan diramu dengan teknologi sederhana, kinidikerjakan oleh industri dan teknologi. Disinilah terjadi evolusi bahan bangunan, yaitu dari bahanbangunan arsitektural yang diramu melalui dedaunan, tali, dan ranting, kini tergantikan denganbahan industri seperti senk, paku dan semen, serta besi. Inilah proses evolusi perubahan bahanbangunan. Dengan terjadinya evolusi bahan bangunan, maka dengan sendirinya mempengaruhibentukkan arsitektural dan menyurutkan nilai-nilai daripada arsitektural dan manusia itu sendiri.

Evolusi arsitektur juga terjadi karena alam, dan suatu bentuk arsitektur dipengaruhi olehalam karena bentuk arsitekturalnya terisolir atau tidak dikembangkan. Hal ini diakibatkan olehkarena geografi maupun mekanisme lain yang mengakibatkan perubahan arsitektural itu.Walaupun dalam waktu yang cukup lama, bentuk arsitektur yang terisolasi ini akan menjadialiran baru. Maksud daripada terisolir disini diakibatkan karena perpindahan penduduk suatuetnis dengan budaya yang berbeda dan hidup dan berasimilasi dengan etnis yang lain denganbudayanya yang lain, dank arena ia sendiri dan dipengaruhi oleh budaya luar itu, sehinggapandangan dan wawasan kebudayaannya terisolir. Karena merasa bahwa ia berada pada geografisdan budaya yang berbeda, sehingga ia harus mengembangkan bentukkan arsitektur yang bukankhasnya. Proses semacam ini dapat kita pahami sebagai Arsitektural evolusioner.

2) Evolusi Arsitektur Melalui Seleksi AlamPerkembangan mula-mula arsitektur dipengaruhi oleh alam. Pada mulanya, manusia mulai

dengan segera setelah sadar tentang dirinya dan menciptakan sebuah tempat untuk melindungi dirinyakarena dipengaruhi oleh alam. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa, manusia zaman ini terinspirasioleh alam. Segala sesuatu yang dilakukannya sebagai suatu bentuk daripada seleksi alam. Dasarpengamatan yang memperkuat seleksi alam ini adalah:

1. Manusia menggunakan Bandar pohon untuk berlindung dari hujan dan terik matahari.Artinya matahari dan hujan sebagai sesuatu yang fenomenal sehingga menusia mulaimenggunakan akalnya untuk mengamankan diri.

2. Manusia menggunakan goa atau ceruk-ceruk batu sebagai tempat melindungi diri darimatahari dan hujan serta angin. Matahari, hujan, dan angin sebgai fenomena alam.

Page 43: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

43J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

3. Manusia mulai menciptakan shelter, atau rumah untuk melindungi diri dari matahari, hujan,angin, dan menjadikannya sebagai tempat yang tetap. Persoalannya bila dianalisis secaraacak balik, Bandar pohon tidak memberikan kenyamanan yang baik, berikutnya goa bolehdikatakan sebagai tempat yang aman untuk melindungi diri, namun goa juga difungsikanoleh binatang untuk melindungi diri, karena manusia merasa terganggu akhirnya ia mulaimenciptakan rumah/shelter untuk melindungi dirinya. Menurut kami, pada zaman inilahakal manusia itu mulai bertumbuh. Mungkin karena setiap kali terbentur oleh ketidakbersahabatnya alam, maka akal mulai bertumbuh. Sebagaimana dalam ilmu falac megatakanbahwa semakin kita berada pada konidisi kritis, akal dan logika kita akan bekerja untukmemberikan solusi yang baik untuk keselamatan kita.

3. Evolusi Arsitektur Melalui Seleksi ModerenKita akan bersepakat Bahwa tiap-tiap aliran arsitektur dibentuk oleh pemikiran manusia dan

nenek moyang yang suku bangsa yang tidak sama, Gagasan evolusi arsitektur melalui seleksimoderen ini disusun melalui pengamatan-pengamatan berikut:

• Jika seluruh bentuk khas aliran arsitektur tradisional berhasil dikembangkan, maka aliranarsitektur tersebut akan meningkat secara tidak terkendali.

Aliran arsitektur tersebut akan tetap dari tahun ke tahun. Sumber daya manusia dan kemampuan mengembangkannya terbatas. Tiada dua gaya arsitektural suatu aliran yang persis mirip satu sama lainnya (proses

penggabungan dua bentuk aliran arsitektural). Banyak variasi bentuk nuansa arsitektural dalam suatu bangunan yang diciptakan dan

diwariskan kepada keturunan selanjutnya sebagai konsep moderen. Terjadinya pergeseran bentuk arsitektur akibat inovasi dan kreasi yang dipengaruhi oleh

teknologi seperti iklan TV, Koran, Majalah, dll.Kita akan simpulkan bahwa, oleh karena aliran arsitektur tertentu mampu dipertahankan dan

dikembangkan, sehingga akan bertambah dan semakin bertambah lebih banyak daripada yang tidakdikembangkan. Ini merupakan suatu faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentukdan kematian suatu bentuk. Sebenarnya sangat jelas terlihat bahwa terdapat persaingan untuk suatubentuk arsitektur sebagai khasanah budaya yang ingin bertahan hidup, walaupun hanya beberapabentuk aliran arsitektur tradisional di belahan dunia yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi.Keeksistensian dan Keberlangsungan hidup suatu budaya (arsitektur) tidaklah didasarkan padakebetulan belaka. Namun, keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu manusiasebagai pemiliknya, dan sifat-sifat ini dapat membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidupdan perkembangan arsitektur tradisional. Arsitektur tradisional yang beradaptasi dengan baikmemiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tetap eksist dan bisa dikembangkan menjadi lebihbanyak. Namun dikhawatirkan bahwa kemampuan beradaptasi yang tidak setara dari suatu budayadapat menyebabkan perubahan perlahan dalam suatu bentuk unsur budaya (arsitektur). Sifat-sifatyang membantu suatu unsur budaya terutama unsur arsitektur bertahan hidup dan berkembang akanberakumulasi dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya, sifat-sifat yangmenghalangi keberlangsungan hidup suatu unsur budaya arsitektur dan berkembang, akanmenghilang.

Page 44: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

44J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pengamatan terhadap variasi pada arsitektur dan kebudayaan merupakan dasar-dasar teori seleksimoderen. Kita akan mencatat bahwa bentuk-bentuk arsitektur tradisional di seluruh dunia inimempunyai variasi bentuk, baik strukturnya yang menarik, hingga pada filosofisnya. Akan tetapi akanterjadi suatu penyeleksian melalui teknologi, yang mana secara tidak sadar bahwa manusiaberhadapan dengan suatu ide dan otak yang ditawarkan melalui teknologi berupa media elektronikdan media cetak, yang mana mempu merasuk dan mensubtitusikan pemikiran khasnya yang berkaitandengan nuansa kebudayaannya, sehingga tergantikan oleh sesuatu yang kelihatannya baru namuntidak bermakna apa-apa pada dirinya.

Kita akan melihat bahwa evolusi arsitektur bergantung sepenuhnya oleh manusia. Artinya,arsitektur tradisional itu menjadi berkembang, atau tidak bergantung pada manusianya. Arsitekturmerupakan salah satu unsure kebudayaan, yang merangkunl symbol-simbol kebudayaan seperti seni,religi, filosofis, dll. Kita akan melihat bahwa, perjalanan social budaya suatu suku bangsa itu sepertisebuah pohon, yang mana manusia sebagai akarnya, dan semua unsure kebudayaan yang terjadi ituseperti batang pohon dan ranting-rantin ini menggambarkan suatu keutuhan bersama. sedangkanujung cabang pohon mewakili kehidupan modern yang berevolusi dari tradisional itu sendiri. Dengandemikian, maka kita dapat bersepakat bahwa semua unsur kebudayaan pada suatu wilayah kehidupantertentu adalah suatu sistem yang utuh dan membentuk serta memberikan nilai tersendiri bagi manusiayang ada dan ini berarti bahwa semua unsur kebudayaan haruslah berasal dari suatu kehidupan yangmengalami beberapa bentuk proses atau sebut saja proses "evolusi dengan modifikasi".1) Sintesis Evolusi Arsitektur Moderen

Sintesis evolusi arsitektur moderen merupakan gabungan dari beberapa aliran arsitektur yangberkutat pada pemahaman arsitektural evolusioner. Dalam perkembangan moderen ini, terdapatusaha untuk menggabungkan aliran arsitektural, misalnya seperti arsitektur asia eropa, arsitekturfengshui dan colonial dll. menjadi satu kesatuan model aliran arsitektur moderen. Penerapanprinsip-prinsip estetika dan filosofis serta aliran arsitektur dari suatu unsur tertentu dengan unsurarsitektur yang lain ke dalam bentuk arsitektur yang baru ini, akan mengubah pemahaman dannilai. Hal ini dipahami sebagai suatu proses-proses evolusi pada arsitektur. Jika hal ini dapatdilakukan, maka Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa bentuk-bentuk arsitektur sebagaisekelompok aliran yang saling kawing ataupun yang berpotensi dapat dikawingkan atau dapatdimodifikasi, yang secara reproduktif terisolasi dari bentukkan lainnya. Sintesis evolusiarsitektur modern menekankan pentingnya bentuk arsitektur tradisional sebagai satuanevolusioner, peran pusat seleksi adalah manusia sebagai sang orator dalam mekanisme prosespaling penting dalam evolusi ini. Kita akan bersepakat bahwa, perubahan dan kematian suatualiran arsitektur yang dianggap sebagai identitas bangsa yang besar merupakan akumulasiperubahan kecil dalam periode waktu yang panjang.

2) Koevolusi ArsitekturKoevolusi arsitektur adalah proses dari dua atau lebih bentuk aliran arsitektur yang

mempengaruhi proses evolusi arsitektur yang satu sama lainnya. Menurut hipotesis kami, bahwaSemua bentuk arsitektur dipengaruhi oleh manusia disekitarnya, sebagai pelaku budaya, yangmana terdapat bukti-bukti bahwa, unsur-unsur atau wujud arsitektur yang ditentukan oleh budayapada tiap aliran arsitektur secara langsung disebabkan oleh interaksi langsung antara individutertentu yang berbudaya lain dengan dua atau lebih individu dengan budaya yang berbeda.

Page 45: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

45J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Contoh kasus koevolusi arsitektur yang terdokumentasikan dengan baik adalah hubunganantara Peneybaran Hindu-Buddha, Islam, dan penjajahan kolonial di Indonesia terutama diYogyakarta. Dimana para penjajah memanfaatkan kekuatannya untuk memperoleh tanahsehingga mampu mendirikan bangunan seperti candi, Masjid dan arsitektur colonial. Keberadaanbentukkan arsitektural Hidnu-Buddha, Islam dan colonial ini memberikan suatu nuansa asingpada tatanan budaya Kejawaan. Akhirnya individual Jawa, kini berada pada dualism nuansaarsitektural. Artinya disisi awal, mereka berada pada nuansa monolit Kejawen, dengan nuansaarsitektural Joglo yang kelihatannya sederhana, hormat, dan sangat ramah ini menjadi sepertitelah mendapat penantang baru, yaitu arsitektural Hindu-Buddha dengan gaya Piramid, colonialdengan gaya monumental serta dilengkapi dengan estetika dan lengkungan bentuk, Islam denganBentuk Kubah. Akibatnya, masyarakat Jawa mulai berasimilasi dan mulai berkeinginan yangtidak sejalan dengan nuansa kejawaannya, kini terjadi dualime pikiran dalam mendirikan rumah.Malahan saat sekarang ini mereka lebih bersemangat mendirikan rumah dengan gaya-gaya asing.

Koevolusi arsitektur seperti ini tidak menandakan bahwa Penguasa Jawa, Hindu-Buddha,Islam dan Kolonial memilih untuk berperilaku secara altruistik, melainkan perilaku inidisebabkan oleh perubahan budaya yang kecil pada kebudayaan jawa, Hindu-Buddha, Islam danKolonial yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapati ini memberikankesempatan yang lebih besar agar peninggalan budaya ini diwariskan kepada generasiselanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi arsitektural di Jawa yang berkelanjutan,mulai menciptakan hubungan seperti yang kita saksikan sekarang pada peninggalan budaya asing.

3) Seleksi Arsitektur Secara BuatanSeleksi arsitektur secara buatan adalah koomodifikasi terkontrol yang diterapkan pada suatu

bentuk aliran arsitektur. Manusia sebagai arsiteknya dan menentukan aliran arsitektur manaataupun simbol filosofis mana yang akan diadopsi sebagai unsur dalam kreasi bentuk arsitekturbuatannya, sehingga manusia atau sang arsitek mampu menentukan makna pada bangunantersebut yang telah diramu menjadi bentuk yang estetis untuk diturunkan kepada generasiselanjutnya. Proses seleksi arsitektur secara buatan ini memiliki pengaruh yang besar terhadapevolusi arsitektur secara global. Contohnya, para arsitek moderen telah berhasil mempersatukanunsur arsitektur yang berbeda menjadi suatu nuansa aliran arsitektur baru yang terkontrol.

Kita dapat menemukan bentuk-bentuk arsitektural semacam ini pada daerah-daerah jajahan,dan juga kebanyakan kaum arsitektur moderen mulai melakukan koomodifikasi arsitektur untukmencari suatu bentuk yang baru. Walaupun pada suatu bangunan yang kita temukan ternyatamerupakan suatu bentuk aliran arsitektur yang digabungkan dari unsur arsitektur asia dan eropa,akan tetapi keduanya merupakan akibat evolusi arsitektur secara buatan dari beberapa unsur danfilosofis yang di modifikasikan oleh manusia.

4) Arsitektur AlopatrikArsitektur alopatrik terjadi karena adanya penghalang materi seperti kekuasaan, Materi

{uang, tanah, alam dan sebagainya}. Penghalang ini memisahkan sebuah konsep dari konsepaslinya yang berarti memotong aliran-aliran arsitektur dari suatu unsur budaya. Setelah terisolasi,akhirnya penguasa, atau orang yang berkuasa, mempunyai uang dan tanah akan membentuksuatu nuansa arsitektur baru, termasuk sebagai penjajah budaya yang mampu memberikan suatunuansa yang membedakannya dari aliran arsitektur setempat. Contoh arsitektur kolonial, di

Page 46: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

46J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Yogyakarta, berdiri megah dan monumental karena didukung oleh materi, uang, bahkan di zamanitu, merupakan zaman kekuasaan kolonial Hindia Belanda sebagai penjajah di Indonesia. Contohlain secara lokal bahwa, di pulau Jawa kebanyakan dibatasi sesuai strata, bahwa yang dapatdengan mampu mendirikan bentuk arsitektur nDalem adalah kasta menengah dll. Karenamemiliki materi yang cukup dan kekuasaan. Dengan terjadinya hambatan semacam ini, makaterjadilah berbagaimacam bentuk aliran arsitektur yang berada di Pulau Jawa, bersama-samadengan arsitektur tradisional jawa sebagaimana yang kita jumpai. Adanya keaneka ragamanarsitektur ini dipengaruhi oleh berbagai macam hal, misalnya seperti; Kasta/kedudukan,Geografi/alam, materi dan kepemilikan tanah.

5) Arsitektur SimpatrikArsitektur simpatrik adalah terbentuknya gaya arsitektur baru dalam suatu wilayah tanpa

adanya penghalang (barrier). Perkembangan arsitektur ini dapat terjadi karena adanya isolasipengembangan arsitektur moderen yang mencegah perkembangan aliran arsitektur tradisional(arsitektur Jawa) di wilayah kebudayaan Jawa, arsitektur Halit, di wilayah Maybrat, Imian,Sawiat, Papua, arsitektur Honai di Wamena Papua, arsitektur tongkonan, arsitektur meru dll.Arsitektur alopatrik adalah terbentuknya bentuk gaya arsitektur baru dalam satu wilayah karenaadanya penghalang sehingga mencegah aliran khas arsitektural didalam wilayah sendiri.Arsitektur Parapatrik adalah terbentuknya gaya arsitektur baru dalam suatu wilayah karenaadanya perkawinan antar dua budaya yang berdekatan.

4. Fenomena Arsitektur Indonesia di Era Globalisasi – kritik dan saranKetika negara-negara menjadi satu dalam kesatuan yang kokoh, maka pada saat ini akan terjadi

pertukaran kebudayaan yang sangat cepat dan luar biasa pengaruhnya kepada perkembanganArsitektur. Misalnya pada saat pertama era globalisasi maka akan terjadi suatu fenomena yang tidakkita duga sebelumnya, dimana segala hal yang menyangkut kehidupan manusia akan begitu dominandidalam pemecahan bentuk dari suatu bentuk dan ruangan.

Pada saat orang sudah mulai kehilangan identitas diri dalam berkarya, maka yang akan terjadiialah semua orang akan mempunyai suatu selera yang hampir sama yaitu suatu bentuk yangsederhana, tetapi mampu memenuhi segala kebutuhan hidup mereka dari mulai tidur, bekerja,bersantai bahkan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Ketika suatu negara merasa bahwa ciri kenegaraannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, makayang akan terjadi adalah suatu bentuk arsitektur yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan utamadalam kehidupannya, dan yang pertama akan terlihat adalah bagaimana mereka mulai mengolahpemikiran yang sifatnya tidak individualis lagi tetapi lebih mengarah pada kebersamaan denganlingkungannya karena disanalah mereka akan merasa bahwa ternyata di dunia ini tidak hanya ada satubentuk arsitektur yang selama ini dia yakini, tetapi begitu banyak ragam arsitektur yang pada akhirnyaakan menjadi suatu bentuk yaitu bentuk globalisasi “Globalized style”.

Melihat fenomena diatas, lalu apa yang akan terjadi di Indonesia dimana kita harus mempunyaikebanggan pada bentuk arsitektur tradisional kita dan harus berusaha menjadikannya menjadiarsitektur dunia, karena kalau tidak, bagaimana cara kita memasuki globalisasi. Untuk mengetahui apadan bagaimana arsitektur kita nanti, sebaiknya kita menelusuri dulu Arsitektur tradisional kita.Pertama, bahwa didalam kehidupan masyarakta Indonesi,a sudah terjadi beberapa perbedaan yangmencirikan bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali beragam suku bangsa, dimana mereka

Page 47: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

47J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

mempunyai adatistiadat dan kebiasaan yang hampir sama tetapi berbeda dalam pengungkapannya danselalu menyatu didalam kebhinekaan itu. Kedua, apabila sebuah budaya lahir, itu berarti bangsatersebut adalah suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang mencerminkan pola pikir ataupunkebiasaan hidup masyarakatnya. Ketiga, didalam perjalanan hidup, banyak bangsa Indonesiamengalami degradasi kebudayaan, karena begitu kuatnya pengaruh kehidupan barat, sehingga banyaksekali penduduk Indonesia yang merasa bahwa kehidupan jaman dulu atau yang kita sebut tradisionalsudah banyak yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman (kuno), sehingga mereka lebih menyukaisegala sesuatu yang berbau luar negeri. Keempat, didalam perenungan, seorang empu gandringIndonesia akan menjadi suatu negara yang sangat kuat dan hebat karena pada saat itu kerajaanMajapahit begitu kuat sehingga didalam perenungannya, negara itu akan menjadi negara besarsehingga banyak hal yang harus dipertahankan demi menjaga keutuhan kehidupan tradisional kita,dan hal ini membuat perkembangan arsitektur kita menjadi sangat terhambat bahkan cenderungberhenti tidak dapat berkembang lagi. Kelima, apabila kita menelusuri arah kemana kita akan perginanti, maka kita akan melihat suatu arah yang tidak pasti dan tidak jelas, karena kita dihadapkan padaberbagai macam pilihan perjalanan yang membuat kita tidak dapat memutuskan arah yang sesuaidengan keinginan kita sebagai orang Indoneisa, dan ketika suatu perubahan yang sangat drastis terjadimaka kita semua akan merasa kaget dan sedih, karena ternyata kita melangkah kearah masa depanyang tidak mencerminkan tradisi kita lagi.akibatnya kehilangan identitas budaya termasuk didalamnyaArsitektur tradisional ikut hilang.

Inilah fenomena yang akan kita hadapi nanti, lalu apa yang harus kita lakukan, apakah mulaisekarang kita menghapus saja ciri kearsitekturan kita, atau kita membiarkan sesuatu terjadi secaraalami tanpa harus ada yang diperjuangkan ataupun dipertahankan? Memang bagaikan, buahsimalakama yang harus kita telan begitu saja, namun apa yang terjadi nanti karena kita tidakmempunyai kekuatan untuk dapat mempertahankan tradisi kita pada era globalisasi nanti. Lalubagaimana nasib kita sebagai bangsa Indonesia ini? Apakah akan menyerah pada keadaan atauberjuang mempertahankan sesuatu yang sudah mendekati dan pasti akan hilang.

Disinilah letaknya renungan kita sekarang. Bagaimana kita harus bersikap dan bagaimana kitaharus berbuat, karena hati nurani kita tidak dapat dibohongi bahwa kita harus tetap mempertahankanciri budaya kita dalam dunia arsitektur. Kita tidak ingin penjajahan bentuk baru menjajah kita lagi .Kita tidak ingin arsitektur kita dijajah oleh arsitektur bangsa lain. Kita tidak ingin negara kita menjadinegara gado-gado karena tidak lagi terlihat budaya asli kita mendominasi kehidupan bangsaIndonesia. Jadi apa yang harus kita perbuat, karena sepertinya tidak ada pilihan yang dapat kitajadikan patokan kita melangkah? Analisanya begini, Apabila kita membuat suatu keputusan bulatuntuk tetap mempertahankan Ciri arsitektur budaya kita, maka kita akan dihadapkan pada beberapakendala besar yaitu :

a. Arsitektur tradisional. Kita tidak dapat mengadopsi dengan baik segala hal yang berbauteknologi modern, karena arsitektur tradisional kita berangkat dari suatu pandangankehidupan religius yang sama sekali tidak memperhatikan adanya teknologi moderen.Apabila kita memaksakan kehendak terhadap bentuk arsitektur tradisional denganmemaksakan segala unsur yang berbau moderen kedalamnya, maka yang akan terlihat adalahbentuk yang sangat memprihatinkan karena sudah tidak jelas lagi dominasi budayanya.

Page 48: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

48J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

b. Dalam pembentukan pola hidup. Bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemikiran kuno,yaitu bahwa kehidupan kita sudah ada yang mengatur dan kita tidak usah terlalu meyakinibahwa kita sendiri dapat mengatur kehidupan kita, jadi janganlah membuat suatu hal yangakan merusak citra kehidupan tadi dan jangan pula mencoba merubah sesuatu yang sudahdiciptakan menjadi kehidupan kita, karena hal itu akan membuat kita tidak bahagia dan halini juga merupakan suatu penolakan pada takdir kehidupan kita. Pola ini sangat tradisionaldan Merupakan sesuatu yang tidak pernah sejalan dan akur dengan sosial budaya moderen.

c. Jika didalam pemikiran bangsa Indonesia sekarang tidak lagi dipengaruhi oleh hal-hal yangberbau kepasrahan kepada yang mengatur “yang Diatas”, maka kita akan dihadapkan padahal-hal yang sifatnya lebih kepada sesuatu yang tidak jelas acuannya, karena begitubanyaknya hal yang tidak dapat kita cerna begitu saja, seperti halnya perkembanganteknologi yang kadang-kadang tidak dapat kita pakai apabila kita benturkan pada masalahpola hidup kita, dan hal ini akan membuat pola pikir kita menjadi tidak begitu terarah denganjelas lagi. Kemana kita akan mengarah dan kemana kita akan pergi dan kemana kita akanmenetapkan diri.

Begitu banyak hal-hal diluar jangkauan pikiran kita yang sudah terjadi maupun yang akan terjadidan juga begitu banyak masalah yang muncul pada beberapa faktor yang mempengaruhiperkembangan arsitektur Indonesia.

Seperti kata pepatah kuno yang mengatakan bahwa hidup tidak akan pernah berhenti apabila kitasendiri tidak menghentikannya atau memang kita sudah saatnya berhenti karena sudah takdir. Apakahpepatah ini akan kita kaitkan dengan kehidupan Arsitektur Tradsional kita ataukah kita akan terusberjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan keberadaannya? Tentu sajajawabannya tidak mudah, dan memang tidak akan pernah mudah, karena keputusan apapun yangdiambil kita harus melihat berbagai kasus dan problem yang muncul yang berpengaruh didalamkehidupan bangsa Indonesia ini dan yang paling penting adalah bagaimana kita menyikapi pengaruhyang datang yang diakibatkan oleh perkembangan bilateral dan perkembangan politik yang sangatberpengaruh pada pola kehidupan dan pola pikir masyarakat Indonesia, dan ini sangat berakibat padaperkembangan arsitekturnya.

Jadi apa yang harus kita lakukan selanjutnya dan kira-kira kemana akan kita arahkan arsitekturTradisional Nusantara dimasa depan nanti. Yang bisa kita lakukan mungkin Pertama, kita harusmelakukan suatu penelitian yang mencangkup gambaran awal terjadinya arsitektur tradisional dimasing-masing daerah Nusantara yang tentu saja sangat penting sebagai acuan awal darimana kitaakan mulai berpijak Kedua, kajian berikut adalah bagaimana arsitektur pada jaman itu dijadikansebagai arsitektur tradisional kenapa bukan arsitektur Indonesia saja atau arsitektur jaman Belandaatau jaman Majapahit. Ketiga, apabila kita telah mendapatkan bagaimana kita memulai danbagaimana kita mengetahui arsitektur kita pada jaman dulu maka kita dapat melihat bagaimana hal itubisa menjadi suatu patokan untuk kita, apakah benar bahwa arsitektur yang kita kenal sebagaiarsitektur tradisional itu adalah benar sesuai dengan tuntutan jaman waktu itu, atau apakah arsitekturtradisional hanya menggambarkan suatu pola kehidupan masyarakat pada jamannya. Keempat, kalaumelihat lebih jauh kebelakang lagi, maka kita akan melihat suatu fenomena yang agak menyimpangdari apa yang kita lihat sekarang, dimana sekarang ini arsitektur tradisional se-olah-olah merupakanbarang mati yang tidak bisa kita tawar lagi dan tidak bisa kita kembangkan lagi. Fenomena tersebut

Page 49: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

49J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

barangkali sebagai sesuatu yang membuat kita dapat melihat dari suatu perubahan yang sangatdrastis, dari pola kerajaan yang serba gemerlap dan serba menjadi suatu pola kehidupan rakyat yangserba sederhana, dan sepertinya dikuasai oleh suatu peradaban yang sangat bertumpu pada kehidupankeagamaan. Kelima, jika kita mencoba menelusuri lebih jauh maka kita akan menemukan bahwaperadaban bangsa Indonesia sudah sangat maju pada zaman kerajaan Majapahit dulu, dan dilanjutkandengan zaman kerajaan Sriwijaya sehingga kalau kita sekarang ini begitu terpukau oleh datangnyaarsitektur luar yang kelihatannya sangat modern atau sangat teknologis, maka hal ini sebenarnya akanmembuat hati kita teriris pilu karena jaman dulu kita begitu hebat keluar, namun sekarang kita begituterjepit oleh pengaruh luar. Keenam, jika dalam pandangan sempit kita seolah-olah tidak berdayamenghadapi pengaruh kemajuan jaman yang dicirikan oleh kemajuan teknologi, maka dalampandangan yang lebih luas kita seharusnya bangga dengan pengaruh kita terhadap perkembanganperadaban pada jaman dulu.

Dari keenam faktor diatas, yang masih selalu menjadi perhatian adalah bahwa kita harus tetapmempertahankan arsitektur tradisional kita walaupun sebenarnya sudah sangat tidak mungkin lagiuntuk bisa bertahan dalam era globalisasi nanti. Pertanyaannya adalah; kita akan apakan arsitekturtradisional kita ini, akan kita ganti dengan sesuatu yang baru atau akan kita bina dan kembangkansehingga mampu bersaing dengan arsitektur luar dan mampu kita jual keluar Indonesia sehinggaarsitektur Indonesia mempunyai nama dan pengaruh didalam perkembangan arsitektur dunia.

Arsitektur Indonesia, apakah ada di Negara kita ini? Kalau ada bagaimana bentuk danfilosofinya dan kalau tidak ada kenapa sampai tidak ada padahal kita sangat bangga dengan berbagaimacam bentuk bangunan yang menggambarkan ciri dari tiap daerah yang katanya sangat dikagumioleh turis mancanegara. Dilihat dari letak dan posisi negara Indonesia, maka kita sangat strategis bagialiran sirkulasi perdagangan maupun dari segi keamanan dunia karena negara kita terletak padabagian yang mempunyai akses paling mudah untuk belahan dunia utara dan selatan yang artinya bagiperkembangan budaya Indonesia sangat rawan terhadap pengaruh yang dibawa oleh mereka yangakan memakai jalur ini yaitu bangsa-bangsa yang akan membina suatu hubungan bilateral dengannegara dibelahan bumi yang lain.

Mereka yang akan melalui jalur ini tanpa disengaja maupun disengaja akan membawa dampakyang cukup kuat terhadap budaya Indonesia yang memang sudah rawan terhadap budaya luar. Tetapikalau kita simak lebih jauh, ternyata apa yang kita khawatirkan bahwa akan terjadi pengaruh yangakan berakibat merosotnya nila budaya kita, tidak pernah akan terjadi karena begitu kuatnya adatsetempat sehingga budaya luar agak sulit berkembang dan hal ini adalah merupakan suatu potensiyang luar biasa bagi ketahanan negara kita terhadap pengaruh budaya asing.

Masuknya budaya asing yang ternyata sulit dibendung, justru karena akibat perkembanganteknologi yang sangat cepat sehingga informasi ataupun gambaran pola kehidupan yang sepertinyasangat menyenangkan tertangkap oleh masyarakat luas dari mulai kota besar sampai ke pedesaanterpencil dan ini tidak bisa dicegah lagi karena kita tidak bisa menghindar dari perkmbangan ini.Akibatnya kita sudah bisa terka bahwa sebagian masyarakat kita tidak bisa lagi bertahan denganbudaya nenek moyangnya yang dinilai sudah ketinggalan jaman atau sudah kuno, dan inilah cikalbakal dari lunturnya budaya bangasa kita.

Arsitektur adalah bagian dari ekspresi budaya masyarakat karena sangat berkaitan dengan polapikir dan pola hidup penggunanya sehingga didalam perkembangannya sangat terlihat perubahan

Page 50: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

50J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dalam bentuk, tata letak ruang dan perabotan serta peralatan lain yang dibutuhkan. Jadi, apabila kitaakan mempertahankan arsitektur tradisional kita yang diharapkan menjadi ciri khas budaya kita,budaya yang akan kita pertahankan, karena sangat jelas terlihat akibat dari perkembangan teknologiyang merambah begitu cepat pada setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana kitadapat mempertahankan Arsitektur Indonesia, kalau kenyataanya Arsitektur Indonesia itu tidak adakarena yang sekarang selalu didengungkan adalah arsitektur tropis dan kalau bicara arsitektur tropisternyata bukan kita saja yang memakai thema seperti itu, karena selain negara Indonesia masihbanyak negara yang terletak didaerah tropis. Apakah Arsitektur Indonesia itu identik denganArsitektur Tradisional Papua, Maybrat, Imian, Sawiat, Sunda, Jawa, Bali, Sumba dan daerah-daerahlain, atau memang arsitektur Indonesia ini terdiri dari arsitektur arsitektur yang mempunyai cirikedaerahan. Selama ini Arsitektur Indonesia hanya dikaji dan ditulis dengan bahsa ilmiah yangkedengarannya sangat filosofis dan sangat tidak dimengerti oleh orang awam karena belum pernahada yang mencoba membuat bentuk yang jelas mengenai arsitektur Indonesia. Seorang arsitek luarpernah mencoba membuat disain banguna perkantoran yang katanya merupakan jelmaan dari filosofiarsitektur Indonesia dan yang terlihat adalah permainan bentuk atap tropis yang dipasang disetiaplantai, dan setelah kita lihat-lihat akihirnya kita bertanya apakah benar ini arsitektur Indonesia.Dengan melalu keputusan para pejabat setempat, tiap daerah yang merasa mempunyai arsitekturtrsadisional berusaha untuk mempertahankan bentuk arsitekur tradisional dengan membuat bentukatap yang katanya itu merupakan ciri budaya setempat. Alhasul terlihatlah arsitektur daerah denganbentuk atap yang aneka macam sesuai dengan permintaan para pejabat yang sepertinya tidak mengertiapa arti dari arsitektur itu sendiri. Ketidak mengertian ini sangat membingungkan para pembuatdisain, karena dengan posisi jabatannya membuat para perencana harus mengikuti apa yangdiinginkan mereka, karena tidak ingin dianggap tidak berbudaya kedaerahan. Jadilah arsitekturtradisional adalah arsitektur atap, yang penting atapnya menggambarkan ciri kedaerahan yang kuattidak peduli apapun fungsi yang dinaunginya.

Tahun 2003 adalah langkah awal pada era globalisasi dimana kita sudah tidak mungkin lagimenghindar masuknya para ekspert asing ke Indonesia termasuk para arsiteknya, dan sudah bisadipastikan arsitek kita harus bersaing keras dengan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dantendensi orang yang beruang memkai tenaga mereka sangat kuat karen Amereka masih sangatdipengaruhi oleh image bahwa segala sesuatu yang berbau asing pasti akan lebih baik. Selain hal itu,berbagai proyek besar yang melibatkan investor asing pun akan bermunculan, dimana mereka sudahbarang tentu akan membawa tenaga expert mereka karena selain pesan dari negaranya sendiri jugamasalah kepercayaan akan keahliannya. Maka sudah dapat kita bayangkan bahwa Indonesia akankedatangan para arsitek yang mungkin keahlian dan kemampuannya masih jauh dibawah para arsitekdalam negeri. Tetapi mengapa merak begitu menakutkan dan mengancam kehidupan para arsitekdalam negeri? Pertama, andaikata masalahnya hanya karena investor asing yang membawa seluruhkrunya dari negaranya, kita tidak bisa apa-apa kecuali pasrahn saja hanya mungkin ada sedikitpengharapan kepada petinggi negara yang akan membuat peraturan mengenai ketenaga kerjaansehingga setiap proyek dengan investasi asing harus menyertakan tenaga ahli dari dalam negeri.Kedua apabila masalahnya terletak pada kwalitas arsitek luar, kita tidak bisa berbuat apa-apa untukinovasi tenaga arsitektur.

Page 51: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

51J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

5. Membangun Ketahanan Budaya Lokal Melalui Arsitektur Tradisional – Local WisdomCampaignMaju mundur atau pasang surut kebudayaan (culture) sepanjang sejarah kemanusiaan, secara

mendasar ditentukan oleh bagaimana kebudayaan itu dijadikan sebagai kerangka acuan yangdijabarkan melalui suatu tatanan normatif. Sejarah membuktikan bagaimana Kebudayaan Mesir Kuno(Fharounic), Kebudayaan Lembah Sungai Kuning di Cina, Kebudayaan Indian Amerika (Astec danMaya) runtuh karena kebudayaan itu ditinggalkan oleh manusia pendukung peradabannya. Kemudiankebudayaan akan kehilangan dayanya sebagai acuan untuk menjabarkan pola tindak dan pola laku biladidesak oleh adanya suatu sistem nilai baru, misalnya Revolusi kebudayaan di China, Modernisasi diTurki, Islamisasi di Arab dan Revolusi Bolsjewik di Rusia. Jadi dalam sejarah kemanusiaan banyakcontoh menunjukkan bahwa pasang surut dan timbul tenggelamnya kebudayaan ditentukan olehperubahan zaman dan kebudayaan lama didesak oleh suatu sistem nilai baru. Kebudayaan akanmengalami masa tumbuh dan berkembang, masa kejayaan atau masa keemasan dan masa kemunduranatau keruntuhannya bergantung sejauhmana pemilik mampu mempertahankannya sepanjangperubahan zaman.

Di dalam Kebudayaan, sebenarnya terkandung dua daya atau potensi yang menyebabkankebudayaan itu tetap eksis dalam kehidupan, pertama yaitu daya untuk melestarikan kebudayaan(preservatif) dan kedua yaitu daya menarik kebudayaan itu untuk maju (progresif). Di dalam dua dayainilah masyarakat pendukung kebudayaan berada dan menentukan kearah mana kebudayaannya.Untuk dapat menentukan ke arah mana kebudayaannya, maka masyarakat pendukung kebudayaanharus memiliki Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya (Cultural Resilience). Kesadaran Budayaadalah suatu bentuk perasaan yang tinggi soal rasa hati (gemoed), soal daya cipta dan tanggapan(verbeeldingskracht) dari budi dan daya (budhayah). Sedangkan ketahanan budaya adalah kondisidinamis suatu bangsa untuk menghadapi segala macam bentuk ancaman, tantangan, hambatan dangangguan yang ditujukan terhadap kebudayaannya.

Permasalahan yang dihadapi masyarakat sekarang adalah karena rapuhnya kesadaran budaya danketahanan budaya yang dimiliki, dan ini disebabkan oleh pertama adanya anggapan bahwakebudayaan luar terutama kebudayaan barat (west) adalah superior dan kebudayaan sendiri terutamakebudayaan timur (east) adalan inferior, padahal sesungguhnya barat adalah barat dan timur adalahtimur dan keduanya tidak bisa bersatu, malah Profesor Jan Romein dalam bukunya Aera Eropamengatakan bahwa kebudayaan timur adalah kebudayaan yang menyimpang dari pola umum yangartinya apa yang di timur dipositifkan justru di barat dinegatifkan. Sebagai contoh, bagaimana orangtimur memandang fenomena alam secara subjektif dan orang barat justru memandang fenomena alamsecara objektif. Anggapan bahwa kebudayaan luar adalah superior dan kebudayaan sendiri adalaninferior akan menyebabkan situasi masyarakat yang terasing dari kebudayaannya sendiri (culturalalienation). Faktor kedua penyebab rapuhnya Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya adalahpengaruh globalisasi dan teknologi informasi yang menyebabkan terjadinya pemadatan dimensiruang dan waktu, jarak semakin diperdekat dan waktu semakin dipersingkat, situasi seperti inimenyebabkan terjadinya banjir deras informasi (information glut) yang menghujani masyarakat dannyaris tidak terkendali. Pada setiap terjadinya banjir pasti membawa limbah, yang dimaksud di siniadalah limbah budaya. Limbah budaya inilah yang sekarang merasuki hampir disetiap sendikehidupan masyarakat. Sedangkan penyebab ketiga adalah terjadinya perubahan orientasi pada nilai-nilai budaya yang dilanjutkan dengan perubahan norma - norma dan tolak ukur perilaku warga

Page 52: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

52J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

masyarakat. Perubahan orientasi nilai menjelma dalam wujud pergeseran budaya (shift), biasanyacenderung dalam bentuk asimilasi dan akulturasi budaya, contohnya bagaimana saat pasanganpengantin mengenakan beragam macam baju pengantin disaat pesta, mulai dari mengenakan bajupengantin adat, baju pengantin Eropa dan baju baju pengantin lainnya, contoh lain, yaitu terjadinyapergeseran budaya dalam aturan menghidangkan makanan dari sistem yang menggunakan dulang kesistem menghidangkan ala Francis, malah sekarang dalam acara ruwahan di kampung - kampungsudah menggunakan sistem Francis. Kemudian perubahan orientasi nilai juga menyebabkanpersengketaan (conflict) yang melahirkan sikap ambhivalensi masyarakat. Sebagai contoh timbulnyapro dan kontra masyarakat ketika Artika Sari Devi yang diberi gelar oleh Lembaga Adat SerumpunSebalai dengan gelar Yang Puan Jelita Nusantara harus mengenakan pakaian renang dalam pemilihanMiss Dunia. Sikap pro dan kontra terjadi karena masyarakat menilai Artika Sari Devi adalah PuteriIndonesia serta berasal dari Bangka Belitung yang sangat kental dengan budaya melayunya mauberpakaian mempertontonkan aurat yang bertentangan dengan nilai - nilai budaya yang dianutnya.Terakhir perubahan orientasi nilai pada masyarakat akan menimbulkan perbenturan (clash) yangmelahirkan sikap penentangan (rejection), sebagai contoh ketika akan dibangun pendopo di belakangkediaman Gubernur yang direspon oleh masyarakat dengan ketidaksetujuan karena pendopo adalahbangunan dengan arsitektur vernakuler Jawa.

Untuk membangun Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya di masyarakat maka perludilakukan upaya - upaya yaitu, pertama dengan meningkatkan daya preservatif meliputi upayaperlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan serta meningkatkan daya progresif berupaupaya -upaya peningkatan peran pemerintah, swasta, serta pemberdayaan masyarakat adat dankomunitas budaya. Perlindungan adalah upaya menjaga keaslian kebudayaan dari pengaruh unsur -unsur budaya luar atau asing dan penyimpangan dalam pemanfaatannya. Sedangkan pengembanganadalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas kebudayaan yang hidup di tengah - tengahmasyarakat tanpa menghilangkan nilai - nilai yang terkandung di dalamnya dan kegiatan pemanfaatanadalah pemberdayaan kebudayaan untuk pemenuhan kebutuhan batin masyarakat baik dalam eventyang bersifat sakral maupun profan. Upaya kedua untuk membangun Kesadaran Budaya danKetahanan Budaya di masyarakat adalah dengan memberdayakan nilai - nilai budaya baik nilaibudaya yang terkandung di dalam kebiasaan budaya (cultural habits) maupun yang terkandung didalam aturan budaya (cultural law). Baik nilai budaya yang tampak (tangible) maupun nilai budayayang tak tampak (intangible). Diketahui bahwa kebudayaan dan peradaban dapat diwariskan dari satugenerasi ke generasi berikutnya melalui tradisi lisan seperti ungkapan tradisional, puisi rakyat(pantun, syair, tarian, dan gurindam), cerita rakyat (mitos, legenda, dongeng), nyanyian rakyat.Kemudian dapat diwarisi melalui tradisi setengah lisan seperti permainan rakyat, kepercayaan rakyat,upacara tradisional (daur hidup/life cycle, kepercayaan dan peristiwa alam), arsitektur tradisional/vernakuler dan rumah adat, pengobatan tradisional, makanan tradisional, pakaian adat, pasartradisional, pengetahuan dan tekhnologi tradisional serta dapat juga diwarisi melalui tradisi bukanlisan seperti bangunan bangunan kuno dan naskah-naskah kuno. Pemberdayaan nilai budaya padaprinsipnya adalah upaya untuk membuat sesuatu peristiwa budaya menjadi lebih bermanfaat,bermakna, lebih berfungsi dan berguna. kegiatan budaya yang menghasilkan nilai budaya adalahkegiatan - kegiatan yang dapat menuntun manusia berperilaku lebih beradab, dan sesuai dengankaedah atau norma - norma yang berlaku di masyarakat. Perilaku beradab tersebut dapat terealisasidalam kehidupan masyarakat bila nilai - nilai budaya tersebut sudah terinternalisasi dengan benar

Page 53: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

53J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dalam sanubari masyarakat. Untuk mengupayakan terinternalisasinya nilai - nilai budaya diperlukankerja keras dan upaya yang sungguh - sungguh dari seluruh komponen masyarakat termasuk penggiatbudaya, apresian budaya dalam level apapun, oleh para pemangku adat, tokoh adat, dan pemuka adat.Sekarang ini untuk mempermudah pemberdayaan nilai - nilai budaya sehingga terinternalisasi denganbaik, hal utama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan event atau peristiwa budaya yangberhubungan dengan peristiwa kemasyarakatan yang biasanya diikuti oleh banyak orang danmendatangkan anggota masyarakat lainnya, baik peristiwa yang berhubungan dengan agama,peristiwa yang berhubungan dengan adat, maupun peristiwa yang berhubungan dengan sikluskehidupan. Upaya terakhir untuk membangun kesadaran budaya dan ketahanan budaya adalah denganmemperkuat dan mengukuhkan identitas dan jatidiri, karena di dalam jatidiri terkandung kearifan -kearifan lokal (local wisdom) dan local genius.

Setiap masyarakat betapapun sederhananya, memiliki Kebudayaan yang dikembangkannyasebagai respon terhadap lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan buatan di sekitarnya.Perbedaan antara lingkungan fisik, sosial dan buatan itulah yang menyebabkan perbedaan kebudayaandi masyarakat. Oleh sebab itu salah satu kebijakan dalam pengembangan kebudayaan adalah upayauntuk menguatkan identitas dan kekayaan budaya nasional yang bertujuan untuk memperkenalkan,menguatkan dan mendorong kreatifitas budaya masyarakat agar mampu berkembang dan beradaptasidengan perubahan zaman. Kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh peristiwa budaya, prosespembentukan peristiwa budaya di atas berlangsung berabad - abad dan betul - betul teruji sehinggamembentuk suatu komponen yang betul - betul handal, terbukti dan diyakini dapat membawakesejahteraan lahir dan batin, komponen inilah yang disebut dengan jatidiri. Di dalam jatidiriterkandung kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil dari local genius dari berbagai sukubangsa yang ada. Kearifan lokal inilah seharusnya kita rajut dalam satu kesatuan kebudayaan untukmewujudkan suatu nation (bangsa) yaitu Bangsa Indonesia dan sebagai alat untuk meredam berbagaikonflik horizontal yang terjadi di masyarakat yang marak terjadi di berbagai daerah saat ini.6. Peran Arsitektur Dalam Fenomena Lingkungan

Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan. Sementara Kebudayaan Nusantaraberakar pada Kebudayaan Tradisionalnya, begitupun Arsitektur Tradisional juga merupakan akar dariArsitektur Nusantara. Kita kenal bahwa arsitektur tradisional sangat beranekaragam di Indonesia,seiring dengan keanekaragaman suku bangsanya. Sulit rasanya memilih arsitektur tradisional manayang bisa mewakili, karena riskan sekali rasanya bila memilih salah satu arsitektur tradisional sebagaiwadahnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari suku bangsa tertentupasti akan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat suku bangsa tersebut. namundemikian, apakah suatu suku bangsa tertentu akan merasa bangga dengan arsitektur tradisional daridaerah lain? Kita ambil hematnya saja bahwa, biarlah suatu suku bangsa memakai arsitekturtradisionalnya, begitupun yang lainnya, asalkan ditempatkan dengan sesuai. Jadi, sebenarnya yangkita perlukan adalah jiwa berarsitektur dari masyarakat tradisional tersebut. Sehingga tidak perlu lagikita menciplak total pada arsitektur tradisional tertentu. Yang perlu kita ejawantahkan adalah pesan-pesannya ataupun konsep dasarnya. Kemudian diinterpretasikan dengan kreatifitas baru pada latarbelakang kehidupan sosio-budaya masyarakat yang terus ‘berkembang’ saat ini. Pada intinyaarsitektur tradisional mempunyai konsep dasar kesemestaan yang universal, sehingga mampumengiringi perjalanan hidup manusianya sepanjang zaman.

Page 54: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

54J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pada hakekatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang sebagai wadah, dengan manusiasebagai isi yang menjiwai wadah itu sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudanruang (meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk) yang sangat ditentukanoleh keselarasan kehidupan daya dan potensi dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya(meliputi norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jatidiri, dan kebudayaannya).

Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk sekaligus sebagai makhluksosial, dalam setiap kegiatannya senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Adalahsesungguhnya bahwa manusia itu dalam bersosialisasi membutuhkan dan memiliki jangkauaninteraksi pada tiga jalur arah. Pertama, berinteraksi dengan Sang Pencipta (sosio-spiritual/religius),meliputi kegiatan ibadah-spiritual maupun aplikasi amaliah dari norma dan tata-nilai yang telahditetapkan-Nya pada dua jalur berikutnya. Kedua, berinteraksi dengan sesama manusia (sosio-kultural), baik antar pribadi dengan pribadi, pribadi dengan kelompok maupun kelompok dengankelompok, berdasarkan norma dan tata-nilai sosio-spiritual/religius di atas. Ketiga dan terakhir,berinteraksi dengan alam semesta sebagai sesama makhluk ciptaan (sosio-natural/universal), yaknimanusia sebagai pembina sekaligus pengguna setiap unsur daya dan potensi alam agar berdaya-manfaat secara tepat-guna dan berkesinambungan sehingga tercipta hidup dan kehidupan yangmakmur bersahaja. Ketiga jalur arah interaksi ini merupakan inti dasar kegiatan manusia untukbermasyarakat, yang seluruhnya harus diwadahi secara terpadu, setimbang, dan dinamis dalam ruangarsitektur.

Dapat disimpulkan dari semua paparan diatas bahwa manusia dalam berarsitektur merupakanwujud terbaik dari aturan yang ditetapkan-Nya dalam menjaga alam sebagai tempat hidupnya, danmenjaga hubungan dengan sesamanya sebagai teman hidupnya. Inilah wujud kesemestaan. Dalamkeadaannya saat ini, kelestarian alam sudah sangat terabaikan. Pemanasan global dan bencana banjiradalah wujud akibat yang ditimbulkan, dan arsitekturlah yang berperanan besar dalammewujudkannya. Sehingga tema Arsitektur Ramah Lingkungan dengan konsep kesemestaan patutlahuntuk diangkat.7. Kepunahan Bentuk Dan Aliran Arsitektur

Kepunahan arsitektur merupakan kejadian hilangnya keseluruhan bentuk aliran arsitekturtertentu. Kepunahan bukanlah peristiwa yang tidak umum, karena bentuk aliran suatu arsitektur secarareguler muncul melalui aliran arsitekturalnya dan menghilang melalui kepunahan. Sebenarnya,hampir seluruh bentuk aliran arsitektur yang pernah ada di bumi telah dan akan punah, seiringperjalanan manusia itu sendiri, dan kepunahan tampaknya merupakan nasib akhir suatu bentuk aliranarsitektur. Sebenarnya Kepunahan arsitektur telah terjadi secara terus menerus sepanjang sejarahperkembangan manusia. Kita akan berkesimpulan bahwa, laju kepunahan arsitektural akan semakinmeningkat tajam pada peristiwa kepunahan missal spesies manusia pada suatu etnik atau suku bangsatertentu.

Peranan kepunahan pada evolusi arsitektur tergantung pada jenis kepunahan tersebut. Penyebabpersitiwa kepunahan "tingkat rendah" secara terus menerus (yang merupakan mayoritas kasuskepunahan) tidaklah jelas dan kemungkinan merupakan akibat kompetisi antar aliran arsitekturtertentu terhadap bentuk aliran arsitektur yang terbatas (prinsip hindar-saing). Jika kompetisi darietnik tertentu lain mengubah probabilitas suatu bentuk arsitektur menjadi punah, hal ini dapatmenghasilkan seleksi aliran arsitektur sebagai salah satu tingkat seleksi manusia. Peristiwa kepunahan

Page 55: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

55J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

massal secara alami masih dapat diterima, daripada berperan sebagai gaya selektif, karena suatukebudayaan termasuk arsitektural yang beraneka ragam akan secara drastis dan mendorong terjadinyaevolusi arsitektur secara cepat dan secara tiba-tiba serta pensubtitusian pada kebudayaan suku bangsayang lain semakin tajam. Ini merupakan pangkal penjajahan kebudayaan melalui penjajahan danpeperangan.

B. Hubungan Iklim Dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur1) Proses Terjadinya Bentuk

- Form Determinants- Function- Context- Structure- Form Resolution- Material dan cara penggunaan- Metoda dan konstruksi- Pertimbangan ekonomi dan sumber daya- Estetika

2) Teori Bentuk Secara EkologiEkologi adalah ilmu yang mempelajari tempat tinggal makhluk hidup atau organisme. Antara

Ekologi dan Arsitektur dan antara evolusi dan perancangan (desain) terdapat hubungan yangsangat erat. Berdasarkan hubungan yang konseptual ini maka timbullah prinsip perancangansecara pre skriptis dengan dasar-dasar teori bentuk secara deskriptif dalam alam ini.

Arsitektur dapat digambarkan sebagai bentuk dari strategi adaptasi manusia dengan alam,termasuk didalamnya arsitektur tradisional Jawa. Gambaran tersebut bersifat suatu kesatuan yangmenyeluruh, keseimbangan yang dinamis dan penyempurnaan hal-hal yang relatif dan tidak jelas.Dari prinsip-prinsip di atas maka terjadilah tiga prinsip utama dari penurunan bentuk, yaitu:

- Kesatuan yang utuh antara manusia (orang Jawa) dan tempat atau lingkungan- Keseimbangan yang dinamis dari yang teratur dan tak teratur- Penyempurnaan energi dan informasiHubungan antara ekologi dan arsitektur jelas terlihat pada arti asli (secara linguistik) dari

ekologi, yaitu ‘oikos’, kata asli dari ekologi dalam bahasa Greek yang berarti rumah dan rumahtangga (house dan household). Apabila ekologi diartikan sebagai sains dan organisme besertatempat hidupnya (habitatnya), maka arsitektur dapat dipandang sebagai art dan sains dariorganisme manusia dalam merealisir habitasinya pada lingkungan alam natural.

Bentuk dari organisme adalah hasil dari atau proses Interaksi antara bentuk genetik denganlingkungannya. Dalam teori arsitektur secara ekologi, bentuk arsitektur adalah produk dariinteraksi antara perubahan kebutuhan manusia atau fungsi dengan kontek ekologi manusia,(termasuk arsitektur tradisional Jawa dan orang Jawa).

- Forms follow both function and environment- Form, function and environment are interdependent

Dalam hubungan dengan teori ini, arsitektur modern mempunyai kegagalan, yaitu:

Page 56: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

56J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

- Arsitektur modern menolak tradisi sebagai kemungkinan sumber-sumber kontiunitasuntuk variasi di kemudian hari yang lebih kreatif.

- Arsitektur modern mengenyampingkan batas-batas kontek cultural- Arsitektur modern terlalu memberikan nilai lebih hanya pada strategi adaptasi

arsitektural yang spesifik saja.3) Bentuk dan Lingkungannya

Alam memberikan tekanan secara langsung kepada proses terjadinya bentuk semua yangberada di alam ini. Misalnya: bentuk arsitektur di Wamena Papua berbentuk Honai, atau di Jawatengah berbentuk Joglo. Di daerah lain, bentuk arsitekturnya monumental di Eropa terutamakepulauan krete Italia, ada yang diatas pohon seperti di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, atau sukuDayak, atau berbentuk shelter di daerah Indian, Amerika, dll. karena dengan bentuk ini dapatmenyimpan panas lebih lama. Ini semua terjadi karena factor lingkungan yang mempengaruhibentuk-bentuk arsitekturalnya.

Dengan demikian maka, dapat kita simpulkan bahwa perubahan yang konstan sesuai denganteori evolusi, yaitu apabila “bentuk” atau spesies yang sama dengan lingkungan yang berbedaakan memberikan pengaruh proporsi yang berbeda pula.

Demikian pula proses terjadinya “shape” bangunan, shape yang optimum adalah bentuk yangdapat menerima panas sesedikit mungkin di waktu musim panas, dan mampu menahan panassebanyak mungkin pada waktu musim dingin.

4) Bentuk Tata LingkunganIklim mempengaruhi bentuk tata lingkungan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik tata

lingkungan pada beberapa daerah (termasuk didalamnya arsitektur Jawa) sesuai dengan iklim yangberlaku di tempat tersebut:

- Untuk daerah beriklim tropis lembab atau panas lembab, jarak antara bangunan mempunyaipengaruh yang sangat besar. Luasan dinding bangunan dengan pembukaan untuk ventilasisebanyak mungkin berhubungan dengan luar sangat menguntungkan. Hal ini disebabkankarena kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran anginyang cukup pada tubuh manusia. Perancangan landscape harus memperhatikan prinsipkelancaran angin yang mengalir.

- Sebaiknya untuk di daerah panas kering, luasan dinding bangunan dikurangi sebanyakmungkin untuk tidak berhubungan langsung dengan ruang luar. Antara bangunan dihindariadanya ruang luar, satu sama lain kompak, sehingga sinar matahari sangat sedikit yangmenimpa langsung bangunan. Bila harus ada ruang di antara bangunan pun diusahakan agarantara dinding bangunan yang satu dengan yang lain saling membayangi terhadap sinarmatahari. Oleh sebab itu kecenderungannya bangunan lebih efisien kalau rendah dan masif.Oleh sebab itu kepadatan bangunan di daerah tropis lembab kecenderungannya rendah.

Kepadatan bangunan tinggi untuk daerah tropis kering. Untuk di daerah dingin, bentuk susunanbangunannya cenderung kompak, padat dan mempunyai luasan jendela yang luas agar dapatmenerima panas matahari yang lebih banyak.

Page 57: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

57J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

C. Definisi Evolusi ArsitekturEvolusi arsitektur secara sederhana didefinisikan sebagai perubahan pada bentuk atau aliran suatu

arsitektur dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Walaupun demikian, definisi "evolusi arsitektur"juga sering kali ditambahkan dengan klaim-klaim berikut ini:

1. Perbedaan pada komposisi bentuk antara aliran arsitektur yang terisolasi oleh nuansaarsitektur lain mengakibatkan munculnya aliran arsitektur baru.

2. Semua aliran arsitektur yang sekarang dikembangkan merupakan suatu sistem nilai dankarya dari nenek moyang yang berbeda.

D. Evolusi Arsitektur Dalam Perubahan Sosial Budaya GlobalPerubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam

suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masadalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yangselalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakanbahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebabdari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosialbudaya:

1. tekanan kerja dalam masyarakat2. keefektifan komunikasi3. perubahan lingkungan alam.Perubahan sosial budaya juga dapat timbul akibat

timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru,dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh,berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistempertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi barulainnya dalam kebudayaan.a. Penetrasi Kebudayaan

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaanke kebudayaan lainnya, termasuk didalamnya arsitektural. Penetrasi kebudayaan dapat terjadidengan dua cara:1) Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruhkebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidakmengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruhkedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpamenghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yangmerupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalahbercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis

Gambar. 7. Perubahan sosialbudaya akibat kontak budaya satudengan kebudayaan asing. Sumber

Google Terjemahan Bebas,dikomposisikan oleh Peneliti 2011

Page 58: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

58J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baruyang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.2) Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknyakebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehinggamenimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujudbudaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahunlamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistempemerintahan Indonesia.

b. Cara Pandang Terhadap Sosial Budaya Global1) Kebudayaan Sebagai Peradaban Moderen

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan sosial"budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 danawal abad ke-19. Gagasan tentang sosial "budaya" inimerefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropadan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Merekamenganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawankata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satudengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satukebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture)oleh Edgar Degas. Pada prakteknya, kata kebudayaan merujukpada benda-benda dan aktivitas yang "elit" seperti misalnyamemakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musikklasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untukmenggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambilbagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jikaseseorang berpendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasaseni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalanzaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".

Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaanlain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur normadan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yangberbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidakberkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidakberkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemendari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (humannature).

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antaraberkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidakberkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagaiperkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat

Foto. 68. Bentuk sosialbudaya EropaSumber- www.

Moderenstyle.com

Page 59: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

59J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja)dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasiksebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan denganalam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yangsebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masingmasyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosialmembedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur,yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.2) Kebudayaan Sebagai "Sudut Pandang Umum"

Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadapgerakan nasionalisme - seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, danperjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria -mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran inimenganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masihmengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" ataukebudayaan "primitif."

Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisiyang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusiatumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.

Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda darikebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad inipula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam kontekspekerja organisasi atau tempat bekerja.3) Kebudayaan Sebagai Mekanisme Stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produkdari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersamadalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.4) Kebudayaan Diantara Masyarakat

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur),yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaandari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranyakarena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dangender,

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dankebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung padaseberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyakimigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antarbudaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

Page 60: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

60J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehinggamasyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.

Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi diJerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkankebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalammasyarakat asli.

Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan aslitanpa campur tangan pemerintah.

Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritasuntuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengankebudayaan induk.

c. Sosial Budaya Menurut Wilayah Geografis1. Tinjauan Global

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan informasi, hal tersebut jugadipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama. Inilah tiga unsur utama yang mempengaruhidunia secara global.

a. Sosial Budaya AfrikaBeberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui p

enjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu,wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaanArab dan Islam.

Kebanyakan pengaruh eropa masuk ke Afrika melaluiMisionarys gereja-gereja. Disamping itu, teknologi sebagaipenunjang penyebaran injil. Dan pengaruh utama eropa terhadapafrika terlihat pada teknologi baru yang diperlihatkan olehmisionaris eropa kepada orang afrika.

b. Sosial Budaya AmerikaKebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli

benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di AmerikaSerikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris,Perancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.

Kebudayaan tertua di benua Amerika adalah kebudayaa daribangsa Indian, mereka sebagai penduduk asili yang mendiami benuaitu, sebelum pada akhirnya colombus menemukan benua Amerikadan kemudian para penjelajah dari Spanyol, Inggris, Prancis,Portugis, Jerman dan Belanda berdatangan.c. Sosial Budaya Asia

Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu samalain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki

Foto.69. PengaruhEropa di Afrika

Foto.70. Orang Hopiyang sedang

menenun dengan alattradisional di

Amerika

Page 61: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

61J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaanTiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam. Dalam bidang agama, agama Budhadan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut,norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah AsiaSelatan dan tenggara.a. Perubahan Kebudayaan Jepang

Kebudayaan Jepang Kebudayaan Jepang telah banyakberubah dari tahun ke tahun, dari kebudayaan asli negaraini, Jomon, sampai kebudayaan kini, yangmengkombinasikan pengaruh Asia, Eropa dan AmerikaUtara. Setelah beberapa gelombang imigrasi dari benualainnya dan sekitar kepulauan Pasifik, diikuti denganmasuknya kebudayaan Tiongkok, penduduk Jepangmengalami periode panjang isolasi dari dunia luardibawah shogunat Tokugawa sampai datangnya “TheBlack Ships” dan era Meiji. Sebagai hasil, kebudayaanJepang berbeda dari kebudayaan Asia lainnya.

d. Sosial Budaya AustraliaKebanyakan budaya di Australia

masa kini berakar dari kebudayaan Eropadan Amerika. Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkandan disesuaikan dengan lingkunganbenua Australia, serta diintegrasikandengan kebudayaan penduduk asli benuaAustralia, Aborigin.e. Sosial Budaya Eropa

Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaannegara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenaljug a dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telahdiserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti denganbanyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnyadi seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negarayang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi olehkebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen,meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalamikemunduran beberapa tahun ini.

Foto. 71. Lukisan Jepangdipengaruhi oleh budaya

Asia dan EropaSumber – peneliti, 2003

Foto. 72. Kebudayaan Aborigin Australia

Foto. 73. Puing arsitekturklasik Eropa.

Page 62: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

62J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

f. Sosial Budaya Timur Tengah dan Afrika UtaraKebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat

ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agamaIslam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang didaerah ini.

Mulai dari cara berpakaian hingga pada music tradisionaldipengaruhi oleh kebudayaan timur tengah. Selain daripada itu,di daerah Afrika Utara merupakan daerah dengan populasi Islamterbanyak, yang mana dipengaruhi oleh kebudayaan dan religidari Timur Tengah.

2. Sosial Budaya NusantaraSosial budaya Nusantara juga mengalami pengaruh luar sebagaimana budaya lain di dunia.

a. Sosial Budaya BaliKehidupan sosial budaya masyarakat Bali dilandasi

filsafah Tri Hita karana, artinya Tiga Penyebab Kesejahteraanyang perlu diseimbangkan dan diharmosniskan yaituhubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan ), hubunganmanusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia denganlingkungan (Palemahan). Perilaku kehidupan masyarakatnyadilandasi oleh falsafah “Karmaphala”, yaitu keyakinan akanadanya hukum sebab sebab-akibat antara perbuatan denganhasil perbuatan. Sebagian besar kehidupan masyarakatnyadiwarnai dengan berbagai upacara agama/adat, sehinggakehidupan spiritual mereka tidak dapat dilepaskan dariberbagai upacara ritual. Karena itu setiap saat di beberapatempat di Bali terlihat sajian-sajian upacara. Upacara tersebut ada yang berkala, insidentil dan setiaphari, dan dikelompokan menjadi lima jenis yang disebut Panca Yadnya, meliputi Dewa Yadnya yaituupacara yang berhubungan dengan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang WidiWasa, Rsi Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan para pemuka agama (Pendeta, Pemangku danlain-lainnya), Pitra Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan roh leluhur (Upacara Ngaben,Memukur), Manusa Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan manusia (Upacara PenyambutanKelahiran, Tiga Bulanan, Otonan, Potong Gigi dan Perkawinan) dan Buta Yadnya yaitu upacara yangberkaitan dengan upaya menjaga keseimbangan alam (Upacara Mecaru, Mulang Pekelem).

Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian baratpulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya orang-orang Hindu dari India pada 100SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India, yang prosesnya semakincepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti,diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M danmenyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanamanpadi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang padamasa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa,

Foto.74. Kebudayaan diAfrika Utara

Foto 75: Masyarakat Adat Bali

Page 63: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

63J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantaraberagama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yangantara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis, dan masyarakatHindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.b. Sosial Budaya Maluku

Dengan kondisi daerah kepulauan yang menyebar,masyarakat Maluku Utara tumbuh dan berkembang dengansegala keragaman budayanya. Berdasarkan catatan di daerahMaluku Utara terdapat 28 sub etnis dengan 29 bahasa lokal.

Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di provinsiMaluku Utara secara umum sangat tipikal yaitu perkawinanantara ciri budaya lokal Maluku Utara dan budaya Islam yangdianut empat kesultanan Islam di Maluku Utara pad masa lalu.Asimilasi dari dua kebudayaan ini melahirkan budaya MolokuKie Raha. Sedangkan corak kehidupan masyarakatnyadipengaruhi oleh kondisi wilayah Maluku Utara yang terdiri darilaut dan kepulauan, perbukitan dan hutan-hutan tropis. Desa-desa di Maluku Utara umumnya (kurang lebih 85 %) terletak dipesisir pantai dan sebagian besar lainnya berada di pulau-pulaukecil. Oleh sebab itu, pola kehidupan seperti menangkap ikan,berburu, bercocok tanaman dan berdagang masih sangatmewarnai dinamika kehidupan sosial-ekonomi masyarakatMaluku Utara (sekitar 79 %).

Sementara itu, ikatan kekerabatan dan integrasi sosialmasyarakat secara umum sangat kuat sebelum terjadi konflik horizontal bernuansa SARA. Ikatanpertalian darah dan keturunan sesama anggota keluarga didalam satu komunitas di daerah tertentusangat erat dan familiar, walaupun keyakinan keagamaan berbeda seperti masyarakat di kawasanHalmahera bagian utara dan timur. Hubungan ini telah menumbuhkan harmonisasi dan integrasi sosialyang sangat kuat. Dalam konteks hubungan Islam dan Kristen, nuansa interaksi sosial tersebut lebihdidasarkan bukan pada pertimbangan kultural dan hubungan kekeluargaan.c. Sosial Budaya Jakarta – Betawi

Provinsi DKI Jakarta memiliki penduduk lebih dari 300 sukubangsa dengan 200 bahasa. Sebagai Ibukota Negara RepublikIndonesia, Jakarta merupakan titik pertemuan budaya nasionaldan internasional. Jakarta menjadi barometer perkembanganbudaya bangsa Indonesia. Berbagai atraksi budaya, kuliner, danseni ditampilkan secara rutin dalam berbagai event kebudayaan diPusat Kota Jakarta.

Provinsi DKI Jakarta secara rutin mengadakan pemilihanabang dan none Jakarta. Dalam berbagai kegiatan tersebut, selaluditampilkan “Ondel-ondel Boneka Khas Betawi (Penduduk AsliJakarta).

Foto 76. Tari Cakalele-Ambon

Foto 77. Tari Orlapei –Maluku

Foto 78. BudayaPerkawinan Betawi

Page 64: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

64J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

d. Sosial Budaya BantenKondisi sosial budaya masyarakat Banten diwarnai oleh

potensi dan kekhasan budaya masyarakatnya yang sangat variatif,mulai dari seni bela diri pencak silat, debus, rudat, umbruk, tarisaman, tari topeng, tari cokek, dog-dog, palingtung, dan lojor.Hampir semua seni tradisionalnya sangat kental diwarnai denganetika Islam. Ada juga seni tradisional yang datang dari luar kotaBanten, tapi semua itu telah mengalami proses akulturasi budayasehingga terkesan sebagai seni tradisional Banten, misalnya senikuda lumping, tayuban, gambang kromong dan tari cokek. Bahasayang digunakan masyarakat Banten khususnya yang berada diwilayah utara menggunakan bahasa Jawa Serang, sedangkan diwilayah selatan menggunakan Bahasa Sunda. Namun demikian, masyarakat setempat umumnya lebihsering menggunakan Bahasa Indonesia.e. Sosial Budaya Jawa Barat

Budaya Jawa Barat didominasi Sunda. Adat tradisionalnya yang penuh khasanah Bumi Pasundanmenjadi cermin kebudayaan di sana. Perda Kebudayaan Jawa Barat bahkan mencantumkanpemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah, kesenian, kepurbakalaan dan sejarahnya, nilai-nilaitradisional dan juga museum sebagai bagian dari pengelolaan kebudayaan. Pariwisata berbasiskebudayaan yang menampilkan seni budaya Jawa Barat, siap ditampilkan dan bernilai ekonomi.Untuk melestarikan budaya Jawa Barat, pemerintah daerah menetapkan 12 desa budaya, yakni desakhas yang di tata untuk kepentingan melestarikan budaya dalam bentuk adat atau rumah adat. Desabudaya tersebut adalah sebagai beikut:

1. Kampung Cikondang, Desa Lamajang, KecamatanPangalengan, Kabupaten Bandung;

2. Kampung Mahmud, Desa Mekar Rahayu, KecamatanMargaasih, Kabupaten Bandung;

3. Kampung Kuta, Desa Karangpaninggal, KecamatanTambaksari, Kabupaten Ciamis;

4. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, DesaSirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi;

5. Kampung Dukuh, Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet,Kabupaten Garut;

6. Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles,Kabupaten Garut;

7. Kampung Adat Ciburuy, Desa Palamayan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut;8. Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya;9. Kampung Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor;10. Rumah Adat Citalang, Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta;11. Rumah Adat Lengkong, Desa Lengkong, Kecamatan Garangwangi, Kabupaten Kuningan;

Rumah Adat Panjalin, Desa Panjalin, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka

Foto 79. Budaya BeladiriBanten. Sumber Peneliti 2010

Foto 80. Tari TradosionalSunda. Sumber peneliti 2010

Page 65: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

65J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

f. Sosial Budaya Daerah Istimewa YogyakartaBahasa pengantar umumnya menggunakan bahasa Jawa yang

sekaligus juga menunjukkan etnis yang ada di provinsi DIY adalahsaku/etnis Jawa.)

Kehidupan social budaya Yogyakarta dipengaruhi oleh budayaKejawen, Hindu, dan Islam. Kebudayaan asli Yogyakarta dibentukoleh budaya kejawen. Setelah itu budaya kejawen dipengaruhi olehbudaya Hindu, yang datang dari India. Setelah itu, pengaruh islammulai masuk sehingga terbentukklah kesultanan YogyakartaHadiningrat dan Kesultanan Surakarta Solo. Dimana keduanyadipengaruhi oleh budaya Islam dari Arab.7. Sosial Budaya Jawa Timur

Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruhdari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagaiMataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunyamerupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebutmeliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan,Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung,Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya diJawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasanini.

Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi olehkebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban,Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakandaerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima darisembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.

Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) danMalang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusatkebudayaan Jawa: Surakarta dan Yogyakarta.

Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingatbesarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduanbudaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi olehbudaya Hindu.

Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yangberdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain:tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelanglahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayiberusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.

Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran,pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami),setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu ataukepanggih. Masyarakat di pesisir barat: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki

Foto 81. Tarian Rhamadan Shinta

Foto 82. Tarian Reog

Page 66: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

66J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria, berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain diIndonesia, dimana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan masuk ke dalamkeluarga wanita.8. Sosial Budaya Nangroe Aceh Darusalam

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri atas sembilan suku, yaitu Aceh (mayoritas), Tamiang(Kabupaten Aceh Timur Bagian Timur), Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), Aneuk Jamee (AcehSelatan), Naeuk Laot, Semeulu dan Sinabang (Kabupaten Semeulue). Masing-masing sukumempunyai budaya, bahasa dan pola pikir masing-masing. Bahasa yang umum digunakan adalahBahasa Aceh. Di dalamnya terdapat beberapa dialeklokal, seperti Aceh Rayeuk, dialek Pidie dan dialek AcehUtara. Sedangkan untuk Bahasa Gayo dikenal dialekGayo Lut, Gayo Deret dan Gayo Lues.

Di sana hidup adat istiadat Melayu, yang mengatursegala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakatbersendikan hukum syariat Islam. Penerapan syariatIslam di provinsi ini bukanlah hal yang baru. Jauhsebelum Republik Indonesia berdiri, tepatnya sejak masakesultanan, syariat Islam sudah meresap ke dalam dirimasyarakat Aceh.

Keanekaragaman seni dan budaya menjadikan provinsi ini mempunyai daya tarik tersendiri.Dalam seni sastra, provinsi ini memiliki 80 cerita rakyat yang terdapat dalam Bahasa Aceh, BahasaGayo, Aneuk Jame, Tamiang dan Semelue. Bentuk sastra lainnya adalah puisi yang dikenal denganhikayat, dengan salah satu hikayat yang terkenal adalah Perang Sabi (Perang Sabil).9. Sosial Budaya Sumatera Utara

Sumatera Utara juga dikenal sebagai provinsimultikultural, di dalamnya terdapat etnis dan agama. SelainBatak dan Melayu yang menjadi penduduk asli provinsiini, ada banyak kelompok etnis lainnya juga yang jugahidup berdampingan. Setidaknya ada 13 suku berkembangdi provinsi ini 13 bahasa daerah. Dari semua suku yangada, sembilan diantaranya adalah suku asli dan empat sukupendatang. Keragaman suku-suku ini belum termasukJawa, Cina, dan India yang juga hidup berdampinganbersama mereka. Keberagaman suku tentu diikuti pula olehmosaik adat istiadat dan nilai-nilai budaya. Keragaman adatistiadat di Sumatera Utara diwarnai oleh adat Batak, Mandailing, Melayu, Karo, Nias, Pesisir,Angkola, Pakpak, dan Simalungun. Perkembangan sosial budaya relatif baik mengingat tingkatkesadaran dan kedewasaan masyarakatnya dalam memahami pluralisme, keragaman budaya, mosaikadat istiadat serta kerukunan antar umat beragama cukup tinggi.

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagaipenduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah

Foto 75. Atraksi Tamiang

Foto 83. Rumah Atap Ijuk Tamiang

Foto 84. Rumah Adat Batak Karo

Page 67: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

67J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragamaKristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau diSumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yangdipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa.Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :

1. Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai,dan Langkat

2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo3. Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir4. Suku Batak Pesisir : Tapanuli Tengah, Kota Sibolga5. Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan

Mandailing Natal6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat8. Suku Nias : Pulau Nias9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat10. Suku Aceh : Kota Medan11. Suku Jawa : Pesisir Timur & Barat12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur & Barat.

10. Sosial Budaya Sumatera BaratMayoritas penduduk Sumatera Barat

merupakan suku Minangkabau. Suku iniawalnya berasal dari dua klan utama: KotoPiliang didirikan Datuak Katumanggungan danBodi Chaniago yang didirikan Datuak Parpatiahnan Sabatang, Suka Kato Piliang memakaisistem aristokrasi yang dikenal dengan istilahTitiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istanaPagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebihbersifat demokratis, yang dikenal dengan istilahMambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi denganBahasa Minangkabau yang memiliki beberapadialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek Payakumbuh.Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer di lepas pantaiSumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan BahasaBatak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing.

Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional sertaterbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitasyang sangat kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku

Foto: 85. Suku Mentawai

Page 68: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

68J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Minangkabau mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan mereka relatifrukun dan damai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, sepertisuku Mentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa diPasaman dan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam dikota-kota di Sumatera Barat. Di antara sesama mereka terdapat hubungan dan interaksi sosial yangpositif dan jarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dangolongan. Hal ini merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dandikembangkan serta ditingkatkan.

11. Sosial Budaya BengkuluTerdapat empat bahasa daerah yang digunakan oleh

masyarakat Bengkulu, yakni : Bahasa Melayu, Bahasa Rejang,Bahasa Pekal, Bahasa Lembak. Penduduk Provinsi Bengkuluberasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari Suku Rejang,Suku Serawai, Suku Melayu. Sedangkan lagu daerah yaituLalan Balek.

Di bidang kehidupan beragama, kesadaran melaksanakanritual keagamaan mayoritas penduduk yang beragama Islamsecara kuantitatif cukup baik. Kesadaran dikalangan pemukaagama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan interndan antar umat beragama yang aman, damai dan salingmenghargai cukup baik. Disamping itu, terdapat adat danistiadat yang cukup akrab dengan masyarakat Bengkulu,diantaranya: Kain Bersurek, merupakan kain bertuliskan hurufArab gundul. Kepercayaan masyarakat di Provinsi Bengkuluumumnya atau sebesar 95% lebih menganut agama Islam.Upacara adat juga banyak dilakukan masyarakat di ProvinsiBengkulu seperti, sunatan rasul, upacara adat perkawinan,upacara mencukur rambut anak yang baru lahir. Salah satuupacara tradisional adalah upacara “TABOT” yaitu suatuperayaan tradisional yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampaidengan tanggal 10 Muharram setiap tahunnya, untukmemperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu NabiMuhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalampeperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah. Pada perayaan TABOT tersebut dilaksanakan berbagaipameran serta lomba ikan – ikan, telong – telong, serta kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok –kelompok kesenian yang ada di Provinsi Bengkulu, sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat danmenjadi salah satu kalender wisatawan tahunan.

Falsafah hidup masyarakat setempat, “Sekundang setungguan Seio Sekato”. Bagi masyarakatBengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengardengan bahasa pantun yaitu: ”Kebukit Samo Mendaki, Kelurah Samo Menurun, Yang Berat SamoDipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing”, artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jikasama-sama dikerjakan bersama akan terasa ringan juga. Selain itu, ada pula ”Bulek Air Kek

Foto 86. Suku Enggano

Foto 87. Upacara Adat SukuRejang Lebong

Page 69: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

69J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pembukuh, Bulek Kata Rek Sepakat”, artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya pendapat denganmusyawarah.

12. Sosial Budaya RiauRiau berada di garda terdepan dalam menjaga tradisi dan

kebudayaan Melayu di Indonesia. Bahasa pengantar di provinsi iniumumnya Melayu. Adat istiadat yang berkembang dan hidup diprovinsi ini adalah adat istiadat Melayu, yang mengatur segalakegiatan dan tingkah laku warga masyarakatnya bersendikan SyariahIslam. Penduduknya pun terdiri dari Suku Melayu Riau dan berbagaisuku lainnya, mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling, Batak, Jawa,Minangkabau, dan China. Uniknya, di provinsi ini masih terdapatkelompok masyarakat yang di kenal dengan masyarakat terasing,antara lain:

1. Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam di beberapakabupaten antara lain Kampar, Bengkalis, Dumai:

2. Suku Talang Mamak: berdiam di daerah KabupatenIndragiri Hulu dengan daerah persebaran meliputi tigakecamatan: Pasir Penyu, Siberida, dan Rengat:

3. Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah HutanPanjang Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis:

4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Barudan Jangkang di Bengkalis, dan juga membuat desa Sokapdi Pulau Rangsang Kecamatan Tebing Tinggi sertamendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.

13. Sosial Budaya Sumatera BaratMayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku

Minangkabau. Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama: KotoPiliang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yangdidirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliangmemakai sistem aristokrasi yang dikenal dengan istilah Titiak DariAteh (titik dari atas) ala istana Pagaruyung, sedangkan BodiChaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan istilahMambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).

Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi dengan BahasaMinangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialekBukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialekPayakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer dilepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasamanbahkan Bahasa Batak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing.Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbukaterhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas yang sangat

Foto 89. Suku Sakai

Foto 88. Kancet PunanLettu, Kancet Nyelama-

Suku Sakai

Foto 90. RumahTradisional Minang

Page 70: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

70J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku Minangkabaumendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan mereka relatif rukun dandamai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, seperti sukuMentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa di Pasamandan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam di kota-kotadi Sumatera Barat. Di antara sesama mereka terdapat hubungan dan interaksi sosial yang positif danjarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dan golongan.Hal ini merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dandikembangkan serta ditingkatkan.

14. Sosial Budaya Sumatera SelatanSumatera Selatan di kenal juga dengan sebutan Bumi

Sriwijaya karena wilayah ini di abad VII – XII Masehimerupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat diIndonesia yakni Kerajaan Sriwijaya. Pengaruhnya bahkansampai ke Formosoa dan Cina di Asia serta Madagaskar diAfrika. Di provinsi yang amat sangat terkenal dengan kainsongket dan kain pelanginya ini terdapat 12 jenis bahasa daerahdan delapan suku, di antaranya dominan adalah Suku

Palembang, Suku Komering, Suku Ranau, dan Suku Semendo.Untuk menjaga keragaman ini tetap berada dalam harmoni,pemerintah lokal membuat peraturan daerah yang bertujuanuntuk mengelola kebudayaan yang ada. Peraturan ini mencakup pemeliharaan bahasa, sastra sertaaksara daerah, pemeliharann kesenian, pengelolaan kepurbakalaan kesejarahan serta nilai tradisionaldan museum. Pariwisata Sumatera Selatan bahkan dalam koridor peraturan daerah in, agar pariwisatadi sana tetap berbasis kebudayaan Sumatera Selatan di satu sisi dan bernilai ekonomi tinggi di sisiyang lain.

Masyarakat Sumatera Selatan umumnya hidup rukun dan agamis. Selama periode 2004 – 2006,misalnya, tidak terdapat catatan buruk tentang konflik antar kelompok atau antarsuku tertentu.Kendati demikian, sebagai langkah preventif pemerintah harus berupaya menggalang kerukunandiantara masyarakatnya dengan menghadirkan tokoh agama terkenal, dan lain sebagainya. Di berbagaiforum semacam itulah pemerintah menekankan pentingnyaharmoni dan stabilitas demi kelanjutan pembangunan.

15. Sosial Budaya Bangka BelitungMeski banyak suku yang menetap di Kepulauan Bangka

Belitung. Melayu, Bugis, Jawa, Batak, Buton, Sunda, Madura,Flores, Bali, dan Keturunan Tionghoa (Cina) bahasa palingdominan yang mereka gunakan adalah Melayu yang jugamerupakan bahasa daerah setempat, Bahasa Mandarin danBahasa Jawa menempati urutan berikutnya.

Foto 91. Budaya PerkawinanPalembang

Foto 92. Tari tradisionalBamgka Belitung

Page 71: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

71J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Di bidang kebudayaan, adat – istiadat masyarakat setempat tentu saja menjadi dominandiselenggarakan, bahkan untuk ukuran tertentu bisa di eksploitasi menjadi daya tarik pariwisatatersendiri. Beberapa adat – istiadat yang kerap dilakukan masyarakat misalnya:

1. Sepintu Sedulang; ritual yang lebih dikenal dengan sebutan Nganggung, di mana masyarakatdulang berisi makanan untuk dimakan siapa saja yang hadir di masjid;

2. Rebo Kasan; upacara yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah, Tuhan YangMaha Esa, agar mereka terhindar dari bencana sebelum ke laut mencari ikan;

3. Buang Joang; upacara tolak bala untuk keamanan desa, mirip upacara Rebo Kesan;4. Ceriak Nerang; upacara yang dilakukan setelah panen padi sebagai puji syukur pada Allah,

Tuhan Yang Maha Esa;5. Perang Ketupat; upacara yang diadakan setiap bulan Sya’ban menyambut Ramadhan;6. Mandi Belimau; dilaksanakan seminggu sebelum awal Ramadhan di pinggir Sungai

Limbung;7. Lesong Panjang; upacara yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas

hasil panen; Adat Sijuk; upacara khusus pada hari besar agama;Tari Sambut; tarian khas di Bangka Belitung, dilakukan saat masyarakat menyambut tamu – tamuistimewa, dan Nirak Nanggok; upacara adat untuk menunjukan rasa syukur atas kebaikan,dilakukan di Desa Membalong, Belitung.

16. Sosial Budaya JambiHanya ada satu bahasa daerah di Provinsi Jambi, yaitu Bahasa

Melayu, dengan beberapa dialek lokal seperti dialek Kerinci,Bungo/Tebo, Sarolangun, Bangko, Melayu Timur (TanjungJabung Barat dan Tanjung Jabung Timur), Batanghari, JambiSeberang, Anak Dalam dan Campuran. Khusus untuk masyarakatKerinci, mereka mempunyai aksara tersendiri yang dikenaldengan Aksara Encong yang dapat ditemui dan digunakan olehsekelompok masyarakat di sana.

Provinsi ini dapat dikatakan multietnis. Sebagian besar adalahMelayu Jambi dan selebihnya adalah berbagai suku dan etnis dariseluruh Indonesia. Etnis dominan adalah Minang, Bugis, Jawa,Sunda, Batak, Cina, Arab, dan India. Di provinsi ini adat istiadatMelayu sangat dominan. Adat inilah yang mengatur segalakegiatan dan tingkah laku warga masyarakat yang bersendikankepada hukum islam. Adagium ”Adat bersendikan sara’, sara’bersendikan kitabullah” atau ”Sara’ mengato adat memakai”sangat memsyarakat di sana. Penegak syariat Islam banyakmewarnai masyarakat Jambi. Dalam keseharian mereka, banyakajaran dan pengaruh Islam diterapkan, diantaranya tradisi tahlilankematian, Yasinan, serta berbagai upacara yang dilakukan mengikuti daur hidup manusia. Sebagaimasyarakat agraris, warga Jambi juga kerap melaksanakan adat–istiadat yang berkaitan juga dalambidang pertanian, misalnya adat “serentak turun ke umo”. Dalam mengolah sawah sesuai denganmusimnya dengan berpedoman pada rotasi iklim, hal ini di sebut “piamo”. Dalam hal keamanan

Foto 93. Cara BerburuTradisional Jambi – SumberDinas Kebudayaan Jambi.

Dikomposisikan olehPeneliti 2011

Page 72: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

72J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

tanaman agar tidak dirusak ternak, berlaku pepatah adat ”umo bekandang siang, kerbo bekandangmalam”, yang berarti jika binatang ternak mengganggu tanaman siang hari, maka tanggung jawabtetap pada si pemilik sawah atau kebun. Sebaliknya jika ternak memasuki sawah atau kebun padamalam hari, tanggung jawab tetap ada di pundak pemilik ternak.

Untuk memperkuat dan memelihara adat istiadat tersebut, berbagai kegiatan kesenian dan sosialbudaya kerap di lakukan, antara lain :

1. Tari Asik, dilakukan oleh sekelompok orang untuk mengusir bala penyakit;2. Tradisi Berdah, dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak bencana;3. Kenduri Seko, bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris, tombak, Al Kitab

dalam bentuk Ranji–ranji Kuno;4. Mandi Safar, dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk menolak

bala;5. Mandi Belimau Gedang, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan menyucikan dan

mengharumkan diri; dan6. Ziarah Kubur, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan arwah leluhur.Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerah adalah

anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan,daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasilanyaman ini bermacam–macam pula, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang,atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo,lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya adalah hasil tenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan danbatik motif flora.

17. Sosial Budaya LampungProvinsi Lampung dikenal juga dengan julukan “Sang

Bumi Ruwa Jurai” yang berarti satu bumi yang didiami olehdua macam masyarakat (suku/etnis), yaitu masyarakatPepadun dan Saibatin. Masyarakat pertama mendiami daratandan pedalaman Lampung, seperti daerah Tulang Bawang,Abung, Sungkai, Way Kanan, dan Pubian, sedangkanmasyarakat kedua mendiami daerah pesisir pantai, sepertiLabuhan Maringgai, Pesisir Krui, Pesisir Semangka(Wonosobo dan Kota Agung), Balalau, dan Pesisir Rajabasa.Di samping penduduk asli Suku Lampung, Suku Banten, SukuBugis, Jawa, dan Bali juga menetap di provinsi itu. Suku-sukuini masuk secara massif ke sana sejak Pemerintah HindiaBelanda pada tahun 1905 memindahkan orang-orang dariJawa dan ditempatkan di hampir semua daerah di Lampung.Kebijakan ini terus berlanjut hingga 1979, batas akhirLampung secara resmi dinyatakan tidak lagi menjadi daerahtujuan transmigrasi. Namun, mengingat posisi Lampung yang strategis sebagai pintu gerbang pulauSumatera dan dekat dengan Ibu Kota Negara, pertumbuhan penduduk yang berasal dari pendatangpun tetap saja tak bisa di bendung setiap tahunnya.

Foto 94. Upacara NaikPepaduan Lampung

Page 73: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

73J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Masyarakat Lampung memiliki bahasa dan aksara sendiri, namun penggunaan bahasa Lampungpada daerah perkotaan masih sangat minim akibat heterogenitas masyarakat perkotaan dan karena itupenggunaan Bahasa Indonesia lebih menonjol. Untuk daerah pedesaan, terutama pada perkampunganmasyarakat asli Lampung (riyuh ataupun pekon), penggunaan Bahasa Lampung sangat dominan.Bahasa Lamapung terdiri dari dua dialek, pertama dialek “O” yang biasanya di gunakan olehmasyarakat Pepaduan, meliputi Abung dan Menggala: serta dialek “A” dan umumnya digunakanmasyarakat Saibatin, seperti Labuhan meringis, Pesisir Krui, Pesisie Semangka, Belalau, Ranau,Pesisir Rajabasa, Komering, dan Kayu Agung. Namun demikian ada pula masyarakat Pepaduan yangmenggunakan dialek “A” ini, yaitu Way Kanan, Sungkai, dan Pubian. Di samping memiliki bahasadaerah yang khas, masyarakat Lampung juga memiliki aksara sendiri yang disebut dengan huruf khagha nga. Aksara dan Bahasa Lampung itu menjadi kurikulum muatan lokal yang wajib dipelajari olehmurid-murid SD dan SMP di seluruh Provinsi Lampung. Nilai-nilai budaya masyarakat Lampungbersumber pada falsafah Piil Pasenggiri, yang terdiri atas: Piil Pasanggiri (harga diri, perilaku, sikaphidup):

1. Nengah nyappur (hidup bermasyarakat, membuka diri dalam pergaulan):2. Nemui nyimah (terbuka tangan, murah hati dan ramah pada semua orang)3. Berjuluk Beadek (bernama, bergelar, saling menghormati)4. Sakai Sambayan (gotong royong, tolong menolong)

Nilai-nilai masyarakat Lampung tercermin pula dalam bentuk kesenian tradisional, mulai dari taritradisional, gitar klasik Lampung, sastra lisan, sastra tulis, serta dalam bentuk upacara kelahiran,kematian dan kematian. Pembinaan terhadap seni budaya daerah ini dilakukan oleh pemerintah daerahdan lembaga adat secara sinergis. Pada tahun 2006 terdapat sejumlah organisasi kesenian, baik yangbersifat seni tradisional maupun kreasi baru, yang tersebar di berbagai daerah di Lampung. Cabangorganisasi tersebut meliputi 127 organisasi seni tari, 87 organisasi seni musik, 15 organisasi seniteater, dan 30 organisasi seni rupa.

Pada kunjungan kerja ke Provinsi Lampung pada tanggal 14 Juli 2005, dalam acara PeresmianPembukaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX tahun 2005, Presiden Susilo BambangYudhoyono berpesan bahwa: Bangsa kita memang bangsa yang majemuk, yang mempunyai latarbelakang kesukuan, kebudayaan, dan keagamaan yang berbeda-beda. Namun hakekat kemanusiaansesungguhnya adalah satu, yaitu semua manusia adalah ciptaan Tuhan. Sebab itu, perbedaan-perbedaan tidaklah menjadi halangan bagi kita untuk hidup rukun, hidup damai, dan hidup bersatumenjadi sebuah bangsa di bawah naungan NegaraKesatuan Republik Indonesia.

18. Sosial Budaya PapuaMengacu pada perbedaan tofografi dan adat

istiadat, penduduk Papua dapat dibedakanmenjadi tiga kelompok besar, masing-masing:

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauandengan ciri-ciri umum rumah di atastiang (rumah panggung) dengan matapencaharian menokok sagu danmenangkap ikan);

Foto 95. Ekspresi 2 Unsur Tari Huembelo.Sumber Data Peneliti - 2011

Page 74: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

74J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah serta kakigunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu danmengumpulkan hasil hutan;

Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secarasederhana. Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masingberbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani,dan Sentani. Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yanglebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan,Biak, Arni, Sentani, dan lain-lain.

Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatandengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budayasetempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpenduduk asliPapua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangatdipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

Dalam perilaku sosial terdapat suatu falsafah masyarakat yangsangat unik, misalnya seperti yang ditunjukan oleh budaya sukuKomoro di Kabupaten Mimika, yang membuat genderang denganmenggunakan darah. Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yanggemar melakukan perang-perangan, yang dalam bahasa Dani disebutWin. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan di jadikanfestival budaya lembah Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai,yang didalamnya terdapat mummy yang di awetkan dengan ramuantradisional. Terdapat tiga mummy di Wamena; Mummy Aikimaberusia 350 tahun, mummy Jiwika 300 tahun, dan mummy Pumoberusia 250 tahun. Di suku Marin, Kabupaten Merauke, terdapatupacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan sebagai bagiandari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah hari kematian seseorang dan akandicabut kembali setelah 1.000 hari. Budaya suku Asmat dengan ukiran dan souvenir dari Asmatterkenal hingga ke mancanegara. Ukiran asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-masing:

1. Melambangkan kehadiran roh nenek moyang;2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia;3. Sebagai suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan benda-

benda lain;4. Sebagai lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang.Budaya suku Imeko di kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan budaya

suku Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah barudan lainnya.

Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat diPapua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain,mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun demikian sejalan dengan semakin lancarnyatransportasi dari dan ke Papua, jumlah orang dengan agama lain termasuk Islam juga semakinberkembang. Banyak misionaris yang melakukan misi keagamaan di pedalaman-pedalaman Papua.Mereka memainkan peran penting dalam membantu masyarakat, baik melalui sekolah misionaris,

Foto 96. Gaya berperang,suku Kiwai & Komba

daerah sungai fly. SumberData Peneliti - 2007

Page 75: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

75J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

balai pengobatan maupun pendidikan langsung dalam bidang pertanian, pengajaran bahasa Indonesiamaupun pengetahuan praktis lainnya. Misionaris juga merupakanpelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerahpedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.19. Sosial Budaya Papua Barat

Papua Barat memiliki 24 suku dengan bahasa yang berbeda-beda antara suku yang satu dengan yang lainnya. Bahkan satu sukumemiliki beberapa bahasa. Wilayah Papua Barat tidak identikdengan wilayah budaya masing-masing karena suku tersebutmenyebar pada beberapa kabupaten. Suku Arfak mendiamipegunungan Arfak di kabupaten Manokwari hingga ke Bintuni.Suku Doteri merupakan suku migran dari pulau Numfor di wilayahpesisir kabupaten Wondama, bersama suku Kuri, Simuri, Irarutu,Sebyar, Moscona, Mairasi, Kambouw, Onim, Sekar, Maibrat, Tehit,Imeko, Moi, Tipin, Maya, dan Biak yang sedak dahulu merupakansuku mayoritas dan telah mendiami wilayah kepulauan RajaAmpat.

Penduduk asli Papua Barat bermata pencaharian sebagainelayan dan petani tradisional. Makanan asli penduduk Papua Baratadalah sagu, ubu-ubian dan nasi. Selain masyarakat asli papuabarat, hidup berbaur suku-suku lain dari seluruh nusantara sepertiJawa, Bugis, Batak, Dayak, Manado, key, Tionghoa dan lainnya.

Kehidupan tradisional masyarakat asli Papua Barat masih dapat dijumpai di kampung-kampungtiap daerah dengan adanya kepala suku sebagai pimpinan. Masyarakat asli Papua Barat menganutmayoritas beragama Kristen protestan, Khatolik dan Islam. Wilayah Papua Barat merupakan tempatpekabaran Injil dan juga syiar Islam. Kehidupan primitif di tanah Papua Barat sudah hampir tidakdijumpai lagi. Rumah-rumah tradisional yang terbuat dari kulit kayu, batang dan cabang-cabangpohon serta tali-tali rotan dan liana hutan sudah mulai digantidengan konstruksi rumah semi permanen. Sisa-sisa peradabanpurbakala dapat dijumpai di daerah Fakfak dan Kaimana yangberupa lukisan purbakala bermotif telapak tangan manusia,motif tumbuhan, dan motif hewan yang dilukis di dinding-dinding pulau kerang dengan menggunakan pewarna alamiyang hingga kini masih merupakan mistik.20. Sosial Budaya Gorongtalo

Sebelum masa penjajahan keadaan daerah Gorontaloberbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adatketatanegaraan Gorontalo. Antara agama dengan adat diGorontalo menyatu dengan istilah “Adat bersendikan Syara’dan Syara’ bersendikan Kitabbullah”. Pohalaa Gorontalomerupakan pohalaa yang paling menonjol diantara kelimapohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.

Foto 96. Tari PersembahanSuku Maybrat, Imian,

Sawiat- suber peneliti-2010

Foto 97. Budaya PerkawinanGorongtalo. SumberPeneliti

2011

Page 76: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

76J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya ‘seorangpengembara yang turun dari langit’. Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila, akhirnya ia menikahdengan seorang wanita pendatang bernama Tilopudelo yang singgah dengan perahu ke tempat itu.Perahu tersebut berpenumpang 8 orang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan komunitas etnisatau suku Gorontalo. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnyaGorontalo. Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialekGorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialekGorontalo. Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam. Islam masuk kedaerah ini sekitar abad ke-16. Karena adanya kerajaan-kerajaan di masa lalu sempat muncul kelas-kelas dalam masyarakat Gorontalo: kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyatkebanyakan (tuangolipu).21. Sosial Budaya Kalimantan Barat

Melihat sosial budaya Kalimantan Barat, kita bagaikan melihatmosaik yang berdenyut dinamis. Bayangkan saja, jika terdapat 164bahasa daerah, 152 diantaranya bahasa adalah bahasa SubsukuDayak dan 12 sisanya bahasa Subsuku Melayu. Aneka ragambahasa ini dituturkan oleh sedikitnya 20 suku atau etnis, tiga diantaranya suku asli dan 17 sisanya suku pendatang. Sejumlah adatistiadat masih lestari di sana, terutama ketika berlangsung acaramelahirkan, peringatan tujuh bulan jabang bayi di kandungan,kematian, menanam padi, panen, pengobatan, anisiasi, mangkokmerah. Dalam kaitan itu, nilai-nilai budaya seperti: Semangatgotong royong, religiuslitas, kejujuran, toleransi, keadilan sosial,perdamaian, kompetisi, kritis, dan ksatria masih tetap di pelihara ditengah-tengah masyarakat.

Dalam mengembangkan sektor ekonominya, Kalimantan Barat cukup gigih berjuang. Bedahalnya di sektor kepariwisataan. Salah satu kelemahan turisme di provinsi ini adalah kurangnya sarandan prasarana pariwisata. Tentu saja ini amat sangat disayangkan. Potensi ke arah lain, sesungguhnyasangat besar, mengingat Kalimantan Barat bersebelahan persis dengan luar negeri. Karena turismekurang populer, maka penduduk setempat kurang aware dengan industri satu ini. Inilah kelemahankedua industri turisme di Kalimantan Barat. Kondisi ini, jauh berbeda dengan keadaan Yogyakartaatau Bali, dimana penduduknya sadar betul bahwa mereka bisa mengais devisa yang sangat besar daridunia pariwisata. Ke depan, menjadi tugas pemerintah lokal mengeksplorasi potensi-potensi wisata diprovinsi ini, misalnya dengan mengembangkan sarana jalan dan tempat-tempat penginapan di sekitarDanau Sentarum hingga danau ini bisa menjadi sekaliber Danau Toba di Sumatera Utara.3. Unsur-Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan,antara lain sebagai berikut:1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

a) alat-alat teknologib) sistem ekonomic) keluargad) kekuasaan politik

Foto 98. Karnafal BudayaSuku Dayak

Page 77: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

77J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:a) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnyab) organisasi ekonomic) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga

adalah lembaga pendidikan utama)d) organisasi kekuatan (politik)

d. Wujud Dan Komponen Budaya1. Wujud Budaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,dan artefak.

Gagasan (Wujud Ideal)Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapatdiraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alampemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itudalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan danbuku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (Tindakan)Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalammasyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial initerdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adattata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamatidan didokumentasikan.

Artefak (Karya)Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dankarya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapatdiraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujudkebudayaan.Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak

bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan idealmengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

2. Komponen BudayaBerdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan darisuatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

Kebudayaan Nonmaterial

Page 78: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

78J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasike generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

3. Hubungan Antara Unsur-Unsur KebudayaanKomponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknikmemproduksi, memakai, serta memelihara segalaperalatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalamcara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat,dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, ataudalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah ataumasyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian palingsedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional(disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaanfisik), yaitu:1. Alat-alat produktif 2. Senjata3. wadah 4. Alat-Alat menyalakan Api4. makanan 5. Pakaian6. pakaian 7. Tempat Berlindung8. alat-alat transportasib. Sistem Mata Pencaharian

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

A. Berburu dan meramuB. BeternakC. Bercocok tanam di ladangD. Menangkap ikan

c. Perburuan atau Berburu adalah praktikmengejar, menangkap, atau membunuh hewanliar untuk dimakan, rekreasi, perdagangan, ataumemanfaatkan hasil produknya (seperti kulit,susu, gading dan lain-lain). Dalampenggunaannya, kata ini merujuk padapemburuan yang sah dan sesuai dengan hukum,sedangkan yang bertentangan dengan hukumdisebut dengan perburuan liar. Hewan yangdisebut sebagai hewan buruan biasanya berupamamalia berukuran sedang atau besar, atauburung.

Foto 99. Bekerja menggunakanbahan tradisional hasil

teknologi sederhana

Gambar 4. Sistem berburu.Dikomposisikan oleh Peneliti-2011

Page 79: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

79J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

KONSEP RUANG TRADISIONAL JAWA DALAM KONTEK KEBUDAYAAN(J.F. Hamah Sagrim)

Kita akan mencoba mengulas misteri rumah tinggal orang Jawa, dengan penekanan padakonsep ruang yang terjadi melalui pengetahuan budaya yang dimiliki oleh orang Jawa.Pengetahuan budaya yang terdiri dari kepercayaan dan ritual terlihat mempunyai kaitan yangerat dengan konsep ruang yang terjadi mulai dari orientasi ruang maupun konfigurasi ruang.Banyak hal yang terjelaskan dan membuktikan bahwa ruang pada arsitektur rumah Jawa tidakbebas nilai.

Dalam era globalisasi saat ini dunia kehilangan sekat batas antara negara dan kebudayaan menimbulkanbanyak persoalan kebudayaan. Akibat pertemuan antar kebudayaan maka terjadilah banyak mutasikebudayaan yang berakibat pada mutasi perwujudan arsitektur.

Dibalik masalah globalisasi muncul global paradoks, nilai-nilai lokal menguat dan diyakini mampumenjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual cukup tinggi. Hal ini ditunjang pula dengan menguatnyapemikiran post modernisme yang merambah segala aspek kehidupan.

Banyak wujud bentuk masa lalu diadopsi untuk dihadirkan pada masa kini denganreinterpretasi baru. Kehadiran arsitektur tradisional Jawa dapat dilihat dan dirasakan pada berbagaiarsitektur dengan fungsi bermacam-macam dan berbagai improvisasi. Mulai muncul berbagai keluhan dankerisauan di kalangan masyarakat, apakah kehadiran arsitektur tradisional

Jawa saat ini sudah sesuai dengan filosofi bangunan Jawa dan pertanyaan tersebut masih dapatdilanjutkan: kalau sudah sesuai maka filosofi bangunan Jawa yang mana. Sebab kalau dilihat kedudukanPulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan jawa Timur sangat spesifik dan sangat luar biasa dalam sejarahIndonesia dan sekaligus menempatkan pada posisi kunci dalam sejarah Asia Tenggara akibat ”pengalamanganda”. Menurut Denys Lombard,1996 Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami tumpang tindih dansaling berpaut dua kebudayaan besar. Menurut Lombard 1996, mutasi yang pertama adalah ”Indianisasi”dan mutasi yang kedua adalah ”Kolonialisasi Belanda”. Belum lagi antara kebudayaan Jawa pedalamandan kebudayaan Jawa pesisir. Data dan kodifikasi arsitektur tradisional Jawa yang terekam dengan jelasadalah pada saat mulai ”Indianisasi” sedangkan sebelumnya sangat sulit sekali ditelusuri kebenaranperwujudan arsitekturnya. Sangat miskin data yang ada, baik yang berupa inskripsi maupun artefak yangtertinggal. Banyak hipotesis yang mengacu kepada gambar-gambar bangunan yang terpampang di dindingpercandian Hindu gaya Jawa Tengah. Hipotesa inipun patut dipertanyakan kebenarannya, sebabgambar-gambar tersebut apakah merupakan bentukan yang telah hadir sebelum Hindu masuk atau padasaat Hindu berkembang. Salah satu indikator dari akibat kuatnya ”Indianisasi” mempengaruhi Jawa-Tengah dan Jawa Timur adalah kehadiran bentuk bangunan yang tidak mempunyai kolong (rumahpanggung). Bentuk ini berbeda dengan bentuk yang dimiliki daerah tetangganya seperti Jawa Barat,Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan kawasan Indonesia Timur yang memiliki kolong pada bangunannya.Menurut Parmono Atmadi 1984, hal ini bisa saja akibat terpengaruh kebudayaan India yang berbentukbangunan percandian yang ada di India.

Page 80: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

80J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Gambar 5. Diagram Empat LingkaranKonsentris Kerajaan Jawa

(Selo Sumarjan, 1962)

A. Latar Belakang Kepercayaan Dan Ritual JawaKepercayaan Jawa didasarkan atas pandangan dunia Jawa yaitu keseluruhan keyakinan deskriptip

orang Jawa tentang realitas sejauh mana merupakan suatu kesatuan dari padanya manusia memberistruktur yang bermakna kepada pengalamannya (Suseno,1984).

Magnis Suseno membedakan 4 unsur pandangan dunia Jawa yang berhubungan dengan yang Illahiatau Adikodrati. Kesatuan dengan yang Illahi disebut Numinus yang berasal dari kata Numen artinya cahayaIllahi atau Adikodrati.Kesatuan Numinus menunjuk pada suatu keadaan jiwa (state of mind) yang mampumenghubungkan realitas dengan gejala-gejala Adikodrati yang dialami dengan perasaan penuh misteri,kekaguman, takut dan cinta.

Unsur pertama adalah kesatuan numinus antara alam, masyarakat dan alam adikodrati. Orang Jawa,terutama petani di pedesaan dalam melakukan pekerjaannya sebagai petani mengenal irama alamseperti pergantian siang dan malam, musim hujan dan musim kering yang menentukan hasil pertaniannya.Mereka percaya ada suatu kekuatan gaib yang mengendalikan alam, kekuatan ini muncul secara jelas padasaat-saat terjadinya bencana. Orang Jawa dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakatnya.Masyarakat terwujud pertama-tama dalam lingkungan keluarga, kemudian tetangga, keluarga yang lebihluas dan akhirnya masyarakat seluruh desanya. Dalam lingkungan keluarga inilah setiap individumenemukan identitasnya dan merasa aman. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Revianto BudiSantosa, 2000 bahwa orang Jawa begitu keluar dari rumah dan keluarganya maka dia akan merasakan ketidakpastian dan kemungkinan berhadapan dengan halangan. Dengan ”berada dijalan” seseorang berartiberada pada posisi tak menentu karena meninggalkan rumah, pijakan dirinya yang mapan baik secara sosialmaupun spatial. Kesatuan numinus antara alam, keluarga dengan yang Adikodrati dicapai lewat upacara-upacara ritual. Penghormatan terhadap Dewi Sri yang dilakukan di Sentong Tengah yang terdapat padasetiap rumah petani merupakan upaya untuk memelihara keserasian dengan kekuatan gaib yang menguasaialam agar panenan berhasil.

Unsur yang kedua yaitu kesatuan numinus dengan kekuasaan. Dalam paham Jawa kekuasaanadalah ungkapan energi Illahi yang tanpa bentuk, suatu kekuatan yang berada dimana- mana. Pusat kekuatanitu ada pada raja. Konsep kerajaan jawa adalah suatu lingkaran konsentris mengelilingi Sultan sebagai pusat.Lingkungan yang terdekat dengan sultan adalah keraton.Lingkaran yang kedua yang mengitari keraton adalah ibukotanegara, lingkungan ketiga adalah Negaragung yang secaraharafiah berarti ibukota yang besar, lingkaran terakhiradalah mancanegara atau negara asing (Selosoemarjan, 1962),lihat gambar 5

1. Kraton2. Nagara (Ibu Kota)3. Nagara Gung (Negara agung)4. Manca Negara (Secara Harafiah Negara

Asing)Unsur ketiga adalah dasar numinus keakuan. Pada

dasarnya keakuan manusia manunggal dengan dasarIllahi dari mana ia berasal, karena itu orang Jawasepanjang hidupnya akan berusaha untuk menemukan

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

80J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Gambar 5. Diagram Empat LingkaranKonsentris Kerajaan Jawa

(Selo Sumarjan, 1962)

A. Latar Belakang Kepercayaan Dan Ritual JawaKepercayaan Jawa didasarkan atas pandangan dunia Jawa yaitu keseluruhan keyakinan deskriptip

orang Jawa tentang realitas sejauh mana merupakan suatu kesatuan dari padanya manusia memberistruktur yang bermakna kepada pengalamannya (Suseno,1984).

Magnis Suseno membedakan 4 unsur pandangan dunia Jawa yang berhubungan dengan yang Illahiatau Adikodrati. Kesatuan dengan yang Illahi disebut Numinus yang berasal dari kata Numen artinya cahayaIllahi atau Adikodrati.Kesatuan Numinus menunjuk pada suatu keadaan jiwa (state of mind) yang mampumenghubungkan realitas dengan gejala-gejala Adikodrati yang dialami dengan perasaan penuh misteri,kekaguman, takut dan cinta.

Unsur pertama adalah kesatuan numinus antara alam, masyarakat dan alam adikodrati. Orang Jawa,terutama petani di pedesaan dalam melakukan pekerjaannya sebagai petani mengenal irama alamseperti pergantian siang dan malam, musim hujan dan musim kering yang menentukan hasil pertaniannya.Mereka percaya ada suatu kekuatan gaib yang mengendalikan alam, kekuatan ini muncul secara jelas padasaat-saat terjadinya bencana. Orang Jawa dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakatnya.Masyarakat terwujud pertama-tama dalam lingkungan keluarga, kemudian tetangga, keluarga yang lebihluas dan akhirnya masyarakat seluruh desanya. Dalam lingkungan keluarga inilah setiap individumenemukan identitasnya dan merasa aman. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Revianto BudiSantosa, 2000 bahwa orang Jawa begitu keluar dari rumah dan keluarganya maka dia akan merasakan ketidakpastian dan kemungkinan berhadapan dengan halangan. Dengan ”berada dijalan” seseorang berartiberada pada posisi tak menentu karena meninggalkan rumah, pijakan dirinya yang mapan baik secara sosialmaupun spatial. Kesatuan numinus antara alam, keluarga dengan yang Adikodrati dicapai lewat upacara-upacara ritual. Penghormatan terhadap Dewi Sri yang dilakukan di Sentong Tengah yang terdapat padasetiap rumah petani merupakan upaya untuk memelihara keserasian dengan kekuatan gaib yang menguasaialam agar panenan berhasil.

Unsur yang kedua yaitu kesatuan numinus dengan kekuasaan. Dalam paham Jawa kekuasaanadalah ungkapan energi Illahi yang tanpa bentuk, suatu kekuatan yang berada dimana- mana. Pusat kekuatanitu ada pada raja. Konsep kerajaan jawa adalah suatu lingkaran konsentris mengelilingi Sultan sebagai pusat.Lingkungan yang terdekat dengan sultan adalah keraton.Lingkaran yang kedua yang mengitari keraton adalah ibukotanegara, lingkungan ketiga adalah Negaragung yang secaraharafiah berarti ibukota yang besar, lingkaran terakhiradalah mancanegara atau negara asing (Selosoemarjan, 1962),lihat gambar 5

1. Kraton2. Nagara (Ibu Kota)3. Nagara Gung (Negara agung)4. Manca Negara (Secara Harafiah Negara

Asing)Unsur ketiga adalah dasar numinus keakuan. Pada

dasarnya keakuan manusia manunggal dengan dasarIllahi dari mana ia berasal, karena itu orang Jawasepanjang hidupnya akan berusaha untuk menemukan

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

80J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Gambar 5. Diagram Empat LingkaranKonsentris Kerajaan Jawa

(Selo Sumarjan, 1962)

A. Latar Belakang Kepercayaan Dan Ritual JawaKepercayaan Jawa didasarkan atas pandangan dunia Jawa yaitu keseluruhan keyakinan deskriptip

orang Jawa tentang realitas sejauh mana merupakan suatu kesatuan dari padanya manusia memberistruktur yang bermakna kepada pengalamannya (Suseno,1984).

Magnis Suseno membedakan 4 unsur pandangan dunia Jawa yang berhubungan dengan yang Illahiatau Adikodrati. Kesatuan dengan yang Illahi disebut Numinus yang berasal dari kata Numen artinya cahayaIllahi atau Adikodrati.Kesatuan Numinus menunjuk pada suatu keadaan jiwa (state of mind) yang mampumenghubungkan realitas dengan gejala-gejala Adikodrati yang dialami dengan perasaan penuh misteri,kekaguman, takut dan cinta.

Unsur pertama adalah kesatuan numinus antara alam, masyarakat dan alam adikodrati. Orang Jawa,terutama petani di pedesaan dalam melakukan pekerjaannya sebagai petani mengenal irama alamseperti pergantian siang dan malam, musim hujan dan musim kering yang menentukan hasil pertaniannya.Mereka percaya ada suatu kekuatan gaib yang mengendalikan alam, kekuatan ini muncul secara jelas padasaat-saat terjadinya bencana. Orang Jawa dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan masyarakatnya.Masyarakat terwujud pertama-tama dalam lingkungan keluarga, kemudian tetangga, keluarga yang lebihluas dan akhirnya masyarakat seluruh desanya. Dalam lingkungan keluarga inilah setiap individumenemukan identitasnya dan merasa aman. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Revianto BudiSantosa, 2000 bahwa orang Jawa begitu keluar dari rumah dan keluarganya maka dia akan merasakan ketidakpastian dan kemungkinan berhadapan dengan halangan. Dengan ”berada dijalan” seseorang berartiberada pada posisi tak menentu karena meninggalkan rumah, pijakan dirinya yang mapan baik secara sosialmaupun spatial. Kesatuan numinus antara alam, keluarga dengan yang Adikodrati dicapai lewat upacara-upacara ritual. Penghormatan terhadap Dewi Sri yang dilakukan di Sentong Tengah yang terdapat padasetiap rumah petani merupakan upaya untuk memelihara keserasian dengan kekuatan gaib yang menguasaialam agar panenan berhasil.

Unsur yang kedua yaitu kesatuan numinus dengan kekuasaan. Dalam paham Jawa kekuasaanadalah ungkapan energi Illahi yang tanpa bentuk, suatu kekuatan yang berada dimana- mana. Pusat kekuatanitu ada pada raja. Konsep kerajaan jawa adalah suatu lingkaran konsentris mengelilingi Sultan sebagai pusat.Lingkungan yang terdekat dengan sultan adalah keraton.Lingkaran yang kedua yang mengitari keraton adalah ibukotanegara, lingkungan ketiga adalah Negaragung yang secaraharafiah berarti ibukota yang besar, lingkaran terakhiradalah mancanegara atau negara asing (Selosoemarjan, 1962),lihat gambar 5

1. Kraton2. Nagara (Ibu Kota)3. Nagara Gung (Negara agung)4. Manca Negara (Secara Harafiah Negara

Asing)Unsur ketiga adalah dasar numinus keakuan. Pada

dasarnya keakuan manusia manunggal dengan dasarIllahi dari mana ia berasal, karena itu orang Jawasepanjang hidupnya akan berusaha untuk menemukan

Page 81: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

81J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dasar Illahi, usaha untuk mencari realitas diri ini tersirat dalam istilah manunggaling kawulo lan gusti ataumencari sangkan paraning dumadi. Pengalaman manusia Jawa dalam mencari dasar Illahikeakuannya terbentuk menjadi rasa yaitu suatu pengertian tentang asal dan tujuan segala mahlukhidup. Bagi petani pengertian rasa ini adalah suatu keadaan batin yang tenang, bebas dari ancamanatau kekacauan.

Unsur keempat adalah kepercayaan atau kesadaran akan takdir yaitu kesadaran bahwa hidupmanusia sudah ditetapkan dan tidak bisa dihindari. Hidup atau mati, nasib buruk dan penyakitmerupakan nasib yang tidak dapat dilawan. Menentang nasib hanya akan mengacaukan keselarasankosmos. Setiap orang mempunyai tempat yang spesifik yang sudah ditakdirkan, tempat ini ditentukansecara jelas melalui kelahiran, kedudukan sosial dan lingkungan geografis. Pemenuhan kewajibankehidupan yang spesifik sesuai dengan tempatnya masing-masing akan mencegah konflik, sehinggadicapai ketentraman batin dan keseimbangan dalam masyarakat serta kosmos. Konsep di atasmerupakan konsep yang mencerminkan sikap orang jawa terhadap dunia, manusia wajib memperindahdunia dengan tidak mengganggu keselarasannya.

B. Rumah Tinggal Orang JawaMengenai asal muasal wujud rumah tinggal orang Jawa sampai saat ini masih merupakan hal

yang belum jelas karena kurangnya sumber-sumber tertulis pada jaman sebelum ”Indianisasi”.Menurut suatu naskah tentang rumah Jawa koleksi museum pusat Dep. P&K No.Inv.B.G.608disebutkan bahwa rumah orang Jawa pada mulanya dibuat dari bahan batu, teknik penyusunannyaseperti batu-batu candi. Tetapi bukan berarti rumah orang Jawa meniru bentuk candi. Bahkan beberapaahli menduga bahwa candi meniru bentuk rumah tertentu pada waktu itu (Hamzuri, tanpa tahun).Namun dugaan ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut mengingat bangunan candi di Jawa dibuatseiring dengan masuknya agama Hindu dan Buddha ke Jawa dari India dan seperti diketahui orang Indiasebagai pembawa ajaran agama Hindu dan Buddha telah mempunyai pengetahuan yang cukup canggihdalam pembuatan bangunan candi di India (Manasara dan Silpasastra). Pada relief candi Borobudurabad VIII yang diteliti oleh Parmono Atmadi ditemui gambaran tentang bangunan rumah konstruksikayu yang mempunyai bentuk atap pelana, limasan dan tajug. Pada relief candi Borobudur tidakditemui bentuk atap Joglo (Atmadi,1979).

Page 82: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

82J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Gambar 6. Rumah Tinggal Tradisional Jawa selo sumarjan 1962

Pengertian rumah bagi orang Jawa dapat ditelusuri dari kosa kata Jawa. MenurutKoentjaraningrat (1984) dan Santosa (2000) kata omah-omah berarti berumah tangga,ngomahake membuat kerasan atau menjinakkan, ngomah-ngomahake menikahkan, pomahanpekarangan rumah, pomah penghuni rumah betah menempati rumahnya.

Sebuah rumah tinggal Jawa setidak-tidaknya terdiri dari satu unit dasar yaitu omah yang terdiridari dua bagian, bagian dalam terdiri dari deretan sentong tengah, sentong kiri, sentong kanan danruang terbuka memanjang di depan deretan sentong yang disebut dalem sedangkan bagian luar disebutemperan seperti dijelaskan dalam gambar 7.

Panggang Pe Kampung Pokok Limasan Pokok Tajug Pokok

Tajuk Lawakan Tajug Lambang Gantung

Joglo Lawakan Joglo Lambang Gantung

Gambar 6: Tipologi Bangunan Jawa (DIY)Sumber Selo Sumarja, 1962, dikomposisikan oleh Peneliti, 2011

Page 83: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

83J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rumah tinggal yang ideal terdiri dari 2 bangunan atau bila mungkin 3, yaitu pendopo dan peringgitan,bangunan pelengkap lainnya adalah gandok, dapur, pekiwan, lumbung dan kandang hewan, lihatgambar 7.

Gambar 7. Denah Rumah Tinggal Tradisional Jawa.Sumber Selo Sumarja, 1962.

Dikomposisikan Oleh Peneliti, 2011

Page 84: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

84J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

C. Ruang Pada Rumah Jawaa. Konsep Ruang

Konsep ruang dalam pandangan barat berasal dari dua konsep klasik yang bersumber pada filsafatYunani. Konsep yang pertama dari Aristoteles, menyatakan bahwa ruang adalah suatu medium dimanaobjek materiil berada, keberadaan ruang dikaitkan dengan posisi objek materiil tersebut (konsep position-relation). Konsep yang kedua dari Plato kemudian dikembangkan oleh Newton yaitu konsep displacement-container yang melihat ruang sebagai wadah yang tetap, jadi walaupun objek materiil yang ada didalamnyadapat disingkirkan atau diganti namun wadah itu tetap ada Munitz,1951). Kedua konsep tersebut mendasaripandangan Barat yang melihat ruang dari dimensi fisiknya yaitu suatu kesatuan yang mempunyai panjang,lebar dan tinggi atau kedalaman, dengan demikian ruang mempunyai sifat yang terukur dan pasti.

Ini dipertegas oleh Descartes dengan konsep Cartesian space yang memilah-milah ruang kedalambentuk-bentuk geometris seperti, kubus, bola, prisma, kerucut atau gabungan dari bentuk-bentuk gseometristersebut (Van de Ven, 1978). Konsep ruang barat ini banyak sekali dipakai oleh para arsitek masa kini.Nama ruang pada rumah tinggal ”modern” mencerminkan secara jelas fungsi-fungsi untuk pemenuhankebutuhan fisik-biologis. Fungsi-fungsi yang mencerminkan kebutuhan sosial dan ungkapan budayakurang diperhatikan karena penataan ruang-ruang tersebut lebih menekankan aspek ekonomis (efisiensi)dan teknis (Tjahjono,1989). Demikian pula dengan pembatas halaman pada rumah tinggal moderndipergunakan pagar-pagar besi yang tinggi sehingga membuat pemisahan teritorial yang tegas sehinggamempunyai kesan tertutup, tidak komunikatif dengan tetangga.

Gambar 8. Skema Denah Rumah Tinggal Tradisional Jawa, Sumber Selo Sumarjan 1962.Dikomposisikan oleh Peneliti, 2011

Page 85: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

85J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Konsep ruang dalam rumah tinggal menurut tradisi arsitektur Jawa pada kenyataannya berbedadengan konsep ruang menurut tradisi Barat. Tidak ada sinonim kata ruang dalam bahasa Jawa, yangmendekati adalah Nggon, kata kerjanya menjadi Manggon dan Panggonan berarti tempat atau Place. Jadibagi orang Jawa lebih tepat pengertian tempat dari pada ruang (Tjahjono,1989, Setiawan,1991).Rumah tinggal bagi orang Jawa dengan demikian adalah tempat atau tatanan tempat, konsep ruanggeometris tidak relevan dalam pengertian rumah tinggal Jawa. Pengertian tempat lebih lanjut dapatdilihat pada bagian-bagian rumah tinggal orang Jawa. Pada rumah induk (omah) istilah dalem dapatdiartikan sebagai keakuan orang Jawa karena kata dalem adalah kata ganti orang pertama (aku) dalambahasa Jawa halus. Dasar keakuan dalam pandangan dunia Jawa terletak pada kesatuan dengan Illahiyang diupayakan sepanjang hidupnya dalam mencari sangkan paraning dumadi dengan selalu memperdalamrasa yaitu suatu pengertian tentang asal dan tujuan sebagai mahluk (Magnis Suseno,1984). Sentong tengahyang terletak dibagian Omah merupakan tempat bagi pemilik rumah untuk berhubungan dan menyatudengan Illahi sedangkan Pendopo merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan sesama manusianya(Priyotomo,1984). Demikianlah pengertian ruang dalam rumah tinggal Jawa ini mencakup aspek tempat,waktu dan ritual. Rumah tinggal merupakan tempat menyatunya jagad-cilik (micro cosmos) yaitu manusiaJawa dengan jagad-gede (macro-cosmos) yaitu alam semesta dan kekuatan gaib yang menguasainya. Bagiorang Jawa rumah tinggalnya merupakan poros dunia (axis-mundi) dan gambaran dunia atau imago-mundi(Eliade,1957) dan memenuhi aspek kosmos dan pusat (Tjahjono,1981), lihat gambar 9.

Skema Konsep Persatuan Ibu Pendopo pringgitan UmahBumi dan Bapa Langit

Gambar 9. Urutan Tingkat Kesakralan dan Cahaya Dalam Ruang (Gunawan Tjahjono, 1981)dikomposisikan oleh Peneliti, 2011

b. Orientasi RuangRumah tinggal di daerah Yogyakarta dan Surakarta kebanyakan memiliki orientasi arah hadap ke

Selatan. Orientasi ini menurut tradisi bersumber pada kepercayaan terhadap Nyai Roro Kidul yangbersemayam di Laut Selatan. Demikian juga dengan arah tidur (Wondoamiseno dan Basuki, 1986). Namunrupanya makin jauh dari pusat keraton (kebudayaan Jawa) kebiasaan ini makin ditinggalkan, seperti yangterjadi di daerah Somoroto, Ponorogo (Setiawan,1991). Dalam primbon Betaljemur Adammakna bab 172dipaparkan juga cara penentuan arah rumah yang diperhitungkan berdasarkan hari pasaran kelahiranpemilik rumah berkaitan dengan arah ke empat penjuru angin.

Page 86: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

86J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

c. Konfigurasi Ruang

Konfigurasi ruang atau bagian-bagian rumah orang Jawa di desa membentuk tatanan tiga bagian linierbelakang. Bagian depan pendopo, di tengah peringgitan dan yang paling belakang dan terdalam adalahdalem. Konfigurasi linier ini memungkinkan membuat rumah secara bertahap dengan bagian dalemdibangun terlebih dahulu. Luas pendopo pada rumah tinggal orang Jawa kenyataannya cukup luas. Halini terjadi karena diprediksikan dapat menampung sanak-sedulur atau kindred pada hari raya Idul Fitridimana semua anak cucu dan para kerabat akan datang. Selain itu pendopo mempunyai fungsi untukpengeringan padi. Pada konfigurai ruang rumah Jawa dikenal adanya dualisme (oposisi binair), antara luardan dalam, antara kiri dan kanan, antara daerah istirahat dan daerah aktivitas, antara spirit laki-laki (tempatplacenta yang biasanya diletakkan sebelah kanan) dan spirit wanita (tempat placenta yang biasanyadiletakkan pada bagian kiri), sentong kanan dan sentong kiri. Pembagian dua ini juga terjadi pula pada saatpagelaran wayang, dimana layar diletakkan sepanjang Peringgitan, dalang dan perangkatnya di bagianpendapa dengan penonton laki-laki sedangkan perempuan menonton dari bagian belakang (bayangannya)dibagian Emperan rumah, lihat gambar 10.

Gambar 10. Posisi Pagelaran Wayang. Sumber Selo Sumarjan 1962.Dikomposisikan oleh Peneliti, 2011

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

86J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

c. Konfigurasi Ruang

Konfigurasi ruang atau bagian-bagian rumah orang Jawa di desa membentuk tatanan tiga bagian linierbelakang. Bagian depan pendopo, di tengah peringgitan dan yang paling belakang dan terdalam adalahdalem. Konfigurasi linier ini memungkinkan membuat rumah secara bertahap dengan bagian dalemdibangun terlebih dahulu. Luas pendopo pada rumah tinggal orang Jawa kenyataannya cukup luas. Halini terjadi karena diprediksikan dapat menampung sanak-sedulur atau kindred pada hari raya Idul Fitridimana semua anak cucu dan para kerabat akan datang. Selain itu pendopo mempunyai fungsi untukpengeringan padi. Pada konfigurai ruang rumah Jawa dikenal adanya dualisme (oposisi binair), antara luardan dalam, antara kiri dan kanan, antara daerah istirahat dan daerah aktivitas, antara spirit laki-laki (tempatplacenta yang biasanya diletakkan sebelah kanan) dan spirit wanita (tempat placenta yang biasanyadiletakkan pada bagian kiri), sentong kanan dan sentong kiri. Pembagian dua ini juga terjadi pula pada saatpagelaran wayang, dimana layar diletakkan sepanjang Peringgitan, dalang dan perangkatnya di bagianpendapa dengan penonton laki-laki sedangkan perempuan menonton dari bagian belakang (bayangannya)dibagian Emperan rumah, lihat gambar 10.

Gambar 10. Posisi Pagelaran Wayang. Sumber Selo Sumarjan 1962.Dikomposisikan oleh Peneliti, 2011

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

86J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

c. Konfigurasi Ruang

Konfigurasi ruang atau bagian-bagian rumah orang Jawa di desa membentuk tatanan tiga bagian linierbelakang. Bagian depan pendopo, di tengah peringgitan dan yang paling belakang dan terdalam adalahdalem. Konfigurasi linier ini memungkinkan membuat rumah secara bertahap dengan bagian dalemdibangun terlebih dahulu. Luas pendopo pada rumah tinggal orang Jawa kenyataannya cukup luas. Halini terjadi karena diprediksikan dapat menampung sanak-sedulur atau kindred pada hari raya Idul Fitridimana semua anak cucu dan para kerabat akan datang. Selain itu pendopo mempunyai fungsi untukpengeringan padi. Pada konfigurai ruang rumah Jawa dikenal adanya dualisme (oposisi binair), antara luardan dalam, antara kiri dan kanan, antara daerah istirahat dan daerah aktivitas, antara spirit laki-laki (tempatplacenta yang biasanya diletakkan sebelah kanan) dan spirit wanita (tempat placenta yang biasanyadiletakkan pada bagian kiri), sentong kanan dan sentong kiri. Pembagian dua ini juga terjadi pula pada saatpagelaran wayang, dimana layar diletakkan sepanjang Peringgitan, dalang dan perangkatnya di bagianpendapa dengan penonton laki-laki sedangkan perempuan menonton dari bagian belakang (bayangannya)dibagian Emperan rumah, lihat gambar 10.

Gambar 10. Posisi Pagelaran Wayang. Sumber Selo Sumarjan 1962.Dikomposisikan oleh Peneliti, 2011

Page 87: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

87J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Demikian juga pada saat pernikahan dilakukan tatanan pengantin di depan sentong tengah dan paratamu dibagi menjadi 2 bagian antara tamu laki-laki dan tamu perempuan seperti pada gambar 7.

Rupa bangunan rumah tinggal tradisional Jawa didominasi oleh bentuk atapnya. Ada 3 bentukdasar atap yaitu Kampung, limasan dan joglo yang disebut bucu di daerah ponorogo (Setiawan,1991).Panggang Pe tidak termasuk dalam kategori ini karena umumnya bersifat sementara dan Tajug umumnyauntuk mesjid. Badan bangunan terdiri dari tiang-tiang kayu yang berukuran kecil antara 5 cm sampaidengan 20 cm, berdiri bebas tanpa dinding karena itu ruangnya terbuka (pendopo). Ukuran tinggi badanmulai dari bangunan muka lantai sampai garis atap terendah dibandingkan tinggi atap mulai dari garis atapterendah sampai puncak atap (molo) kira-kira 1:3 sampai 5 pada atap limasan dan bucu, karena badanbangunan pendek, terbuka dan berkesan ringan sedangkan atap menjulang tinggi, masif dan terkesan beratmaka bentuk atap menjadi dominan.

Untuk ornamentatif dekoratif, bangunan di pusat kebudayaan Jawa yaitu di keraton mempunyaibanyak ragam hias flora yang diwarnai merah, hitam, hijau, putih dan kuning keemasan sedangkan padadaerah pinggiran kebudayaan Jawa pada umumnya rumah tinggalnya sangat sedikit sekali diberikanornamentatif dan dekoratif dan warna yang digunakan lebih natural. Lihat gambar. 11.

Gambar 11. Denah Rumah Pak Suratman Saat Pesta Perkawinan.Sumber Selo Sumarjan 1962. Dikompisisikan oleh Peneliti, 2011

Page 88: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

88J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rumah tinggal orang Jawa selalu memperhatikan keselarasan dengan kosmosnya dalampengertianselalu memperhatikan dan menghormati potensi-potensi tapak yang ada disekitarnya. Konsep ruang tidakseperti yang dimiliki oleh konsep ruang barat tetapi lebih berwatak tempat (place) yang sangat dipengaruhioleh dimensi waktu dan ritual. Rumah Jawa juga memiliki pusat dan daerah yang ditata secara oposisi binair.Ruang yang terjadi memiliki hirarkhi ruang yang ditata secara unik dengan menggunakan aspek pencahayaan.

Page 89: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

89J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

TRANSISI MASYARAKAT TRADISIONAL INDONESIA DALAM BUDAYAKONSUMTIF

(J.F.Hamah Sagrim)

Masyarakat Indonesia sekarang ini sebagai masyarakat yang sedang berada dalam keadaantransisional. Mereka sekarang sedang bergerak dari masyarakat agraris tradisional yang penuh dengannuansa 89ancing8989gy89c89 menuju masyarakat 89ancing89 moderen yang 89ancing8989gy89c.Ditengah masyarakat Indonesia, warna kehidupan masyarakat, sudah terasa dalam denyut jantungkehidupan masyarakat, walaupun corak kehidupan agraris tradisional tidak lenyap sama sekali. Dalam89ancing8989gy keadaan Indonesia ini, dikategorikan sebagai masyarakat yang sedang bergerak daribentuk masyarakat yang penuh solidaritas 89ancing. Dalam kondisi seperti ini, kemungkinan akanmuncul fenomena kegalauan budaya pada tingkat individu dan tingkat sosial. Akibatnya, kebanyakanmasyarakat Indonesia menjual barang-barang unik, seperti Jasa, hingga bangunan rumah tradisionalyang khas sebagai cagar budaya, misalnya beberapa nDalem yang dijual, mungkin untuk keperluantertentu yang pasti ujung-ujungnya merupakan hasil konsumtif, sehingga uang dibutuhkan untukmemperoleh barang-barang tersebut.

Fenomena kegalauan seperti ini akan tidak berada disini dan tidak pula berada disana, tidakdalam budaya tradisional yang sudah mulai ditinggalkannya dan tidak pula dalam budaya moderenyang sedang diciptakannya. Oleh karena masyarakat Indonesia yang sudah banyak mengadopsibudaya konsumtif, sehingga untuk tetap bertahan dan berpegang teguh pada kehidupan tradisionaltidak mungkin lagi, karena dianggap tidak cocok dan ketinggalan zaman, tetapi untukmenginggalkannya secara keseluruhan juga tidak mungkin, karena model kehidupan dunia baru punbelum begitu jelas dalam sistem gagasan masyarakat Indonesia secara jelas.

Dalam keadaan seperti itu, membuat masyarakat Indonesia cenderung untuk menmungut89ancin-simbol budaya dunia baru yang diambil secara sepotong-sepotong dan sementara itu jugamemilih sebagai 89ancin tradisional yang ada untuk tetap dipertahankan. Kelihatannya kinimasyarakat Indonesia mengadopsi kedua sistem budaya itu secara bersama, walaupun yang diambilumumnya hanya unsur-unsur budaya yang dipandang hanya bermanfaat guna kepentingan tertentusaja. Unsur-unsur budaya yang diambil dan dipertahankan itu cenderung lebih banyak memuat nuansakebendaan (materi) dibandingkan dengan makna yang tersembunyi dibalik unsur-unsur budaya itu,akibatnya, beberapa unsur budaya asing yang ditempat asalnya sudah dipandang sebagai sesuatuyang sudah harus ditinggalkan, ternyata di Indonesia kemungkinan malahan menjadi bagian darikehidupan baru yang dijalani masyarakat.

Salah satu 89anci dari perilaku konsumtif adalah kecenderungan masyarakat tradisional Indonesiamengkonsumsi sesuatu bukan karena mereka memang betul-betul membutuhkannya, tetapi lebihbanyak karena mereka merasa membutuhkannya. Barang yang dikonsumsi itu bukan lagi dimiliki darifungsi substansialnya, tetapi lebih ditekankan hanya pada makna simbolis yang melekat pada bendaitu. Disini fungsi benda itu telah berubah menjadi sesuatu yang mempunyai makna simbolis yang

Page 90: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

90J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

mungkin berkaitan dengan status social, perasaan lebih berharga, atau sekedar terperangkap padabudaya primer . karena itu, sering terlihat dimasyarakat Indonesia yang mana menganggap bahwasemakin langka dan terbatas produksi suatu benda, semakin tinggi pula makna simolis yang melekatpadanya. Jadi masyarakat tradisional Indonesia kini terlihat kian sudah berpindah dari 90ancin baranguntuk menjadikan 90ancin. Diluar sadar, masyarakat tradisional Indonesia kini menjadi semakinterjajah oleh produk Negara-negara maju itu dan semakin teriring pada perilaku konsumtif dantampaknya perubahan sosial budaya masyarakat tradisional indonesi cenderung kearah 90ancing90.A. Tantangan Masa Depan

Wacana kami tentang hal ini, sudah lama telah kami amati dengan cermat bahwa memang benar,gejala perubahan sosial budaya masyarakat Indonesia yang cenderung kearah 90ancing90 itu. Inidapat dilihat dari pelbagai pernyataan dan informasi serta arus pergerakan arah keinginan yangtampak kita saksikan. Kesadaran akan semakin beratnya tantangan yang dihadapi oleh bangsaIndonesia dimasa depan betul-betul sangat dirasakan termanya saat ini. Persaingan akan semakin beratdengan semakin terbukanya masyarakat Indonesia terhadap pengaruh dunia luar (termasuk pengaruharsitekturalnya juga). Untuk itu diperlukan manusia yang antara lain mempunyai rasa percaya diriyang tinggi, disiplin, berwawasan luas, kreatif, punya inisiatif dan prinsipil, untuk menghadapitantangan yang tidak ringan itu. Bangsa Indonesia harus beranjak dari posisi sebagai konsumenmenjadi produsen dengan memanfaatkan potensi 90anci (local wisdom) sebagai landasanpergerakannya. Local wisdom tersebut diantaranya seperti Arsitektur Tradisional, DemokrasiKesukuan, Sistem Politik Tradisional, dll. Dari pernyataan yang didasarkan pada pengamatan kamiini, tampak beberapa kalangan menginginkan perubahan yang demikian itu. Kecenderungan arahperubahan kebudayaan masyarakat seperti yang dapat disaksikan sekarang ini, sudah pasti akanmenjadi kendala serius dalam upaya melanjutkan pembangunan yang sesuai dengan cita-citakemerdekaan bangsa. Karena itu, menjadi suatu tantangan yang tidak ringan untuk menemukan danmeracik resep agar masyarakat Indonesia jangan sampai kebablasan dengan kecenderungan yangsedang terjadi itu.

Dalam wujud manusia tunggal yang dapat menjawab tantangan masa depan itu, memang bukanpekerjaan yang mudah. Diperlukan strategi untuk menjgkaji kembali secara dinamis nilai-nilai budayabangsa yang dapat digunakan sebagai alat untuk menghadapi tantangan masa depan. Konseppewarisan nilai luhur yang selama ini menjadi slogan politik kebudayaan kita, harus dikaji ulang.Pewarisan nilai budaya harus dipahami sebagai suatu proses yang rumit dan tidak sederhana, karenamenyangkut semua dimensi dinamika kehidupan masyarakat. Patut pula untuk disadari bahwaterdapat kendala-kendala yang membutuhkan kecermatan yang mendalam dalam proses pewarisannilai itu.

Kendala pertama adalah menyangkut penentuan nilai-nilai yang perlu diwariskan (trmasukwarisan arsitektural), yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa depan.Bangsa Indonesia yang mempunyai ratusan kelompok etnik dengan beragam kebudayaan mempunyaisystem nilai budayanya sendiri-sendiri. Akan menjadi pekerjaan ruah yang tidak mudah untukmenentukan nilai mana yang akan diwariskan.

Kedua adalah menyangkut “Agen” yang bertugas untuk mewariskan nilai-nilai luhur itu. Apakah“agen” yang akan mewariskan nilai itu sendiri memahami benar keunggulan nilai budaya, danmeyakinkininya. Untuk meyakininya sebagai ‘sesuatu’ yang patut untuk diwariskan. Hal ini hanya

Page 91: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

91J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dapat dibuktikan dari sikap dan perilaku para “agen” itu sendiri. Jika pewarisan itu hanya bersifatpetuah yang tidak pernah diwujudkan hasil yang memuaskan. Patut untuk dipahami bahwa pewarisannilai tidak cukup dengan retorika dan semacamnya itu. Pewarisan nilai akan lebih mudah dilakukanjika diiringi dengan praktik kehidupan. Disinilah pentingnya pelaksanaan 91anci (low enforecementorder) dalam praktik kehidupan masyarakat, namun kecenderungan pemerintah dalam emenetapkan91anci-hukum baru banyak menentang nilai-nilai kearifan yang sebagai budaya, seperti UUPornografi yang kelihatannya membuat resah masyarakat karena nyaris mencampakkan nilai-nilaibudaya itu sehingga menjadi luntur.

Ketiga, proses globalisasi yang telah kita rasakan denyutnya dalam arah kehidupan bangsaIndonesia itu, selain telah membentuk corak budaya masyarakat yang mengarah pada gagasan yangrelative sama (Borderless), tetapi juga telah menumbuhkan gelombang perlawanan pada sebagianmasyarakat. Akan munculnya kelompok-kelompok sosial baru dengan system nilainya sendiri,menjadi kenyataan yang tidak bisa dihindari. Hal ini menyebabkan nilai budaya yang ingindiwariskan akan mendapat respons yang beragam pula, dan bahkan kemungkinan akan berbeda antarasatu kelompok masyarakat kepada kelompok lainnya, dan mungkin saja hal ini dapat mengganggukeutuhan bangsa.

Tentu terdapat kendala lain yang menyertai pewarisan nilai budaya itu. Misalnya sepertiPenetapan Undang – Undang yang bertentangan atau mengarah untuk penghapusan budaya,penetapan peraturan daera (perda) yang juga terdapat butir-butir yang di tetapkan cenderungmengarah untuk penghapusan budaya. Hal ini bagi kami merupakan suatu diskriminasi danpengabaian terhadap budaya bangsa. Indonesia akan terlihat tidak memiliki sesuatu yang dikenal“khas” yang merupakan kebanggaannya pada masa depan nanti. Kendala ini perlu menjadi agendauntuk diperbincangkan dengan serius oleh semua pihak yang menyadari akan tantangan masa depanyang semakin runtut dan rumit. Sebagai catatan akhir, perlu distir sebuah pepatah yang berisi nilaibudaya bangsa yang menurut kami perlu dijadikan sebagai renungan dalam upaya pewarisan nilai.Pepatah itu mengatakan “sekali 91ancing keujian, seumur hidup orang tidak percaya”. Budayapaternalistic yang basih tebal pada masyarakat Indonesia memerlukan keteladanan dari parapemimpinnya, baik pemimpin di tingkat bawah maupun di tingkat puncak. Dengan keteladanan ituunsur-unsur negative dalam perkembangan kebudayaan Indonesia kiranya dapat ditanggulangi dandapat diarahkan kepada budaya yang pasti untuk menyambut proses globalisasi yang telah mulaidirasakan denyutnya dalam urat nadi kehidupan bangsa.

Dinamika perubahan nilai budaya yang sedang berlangsung secara cepat di Indonesia itu dapatdicermati dari cerminan kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini, bahwa pelbagai sikap danperilaku sosial yang sedang berlangsung dalam kehidupan seiring membawa kepada kecemasan.Praktik kehidupan yang tidak lagi merujuk kepada nilai-nilai tradisional yang selama ini dipandangsebagai pola dasar bagi perilaku sosial telah mengalami pergeseran. Solidaritas eskalasi mobilitassocial yang semakin meningkat telah menyebabkan persentuhan antara pelbagai budaya etnik semakinintens. Kontak sosial yang semakin meningkat antar etnik selain dapat membawa kepadabertambahnya toleransi sosial, tetapi dapat pula menumbuhkan konflik yang dipicu oleh pertukaransosial (social exchange) yang tidak berjalan dengan baik. Seiring dengan itu, pelbagi fenomena sosialjuga ikut menyertai proses perubahan yang sedang berlangsung.

Page 92: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

92J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

MODERENISASI BUDAYA BANGSA DALAM PERSPEKTIF ARSITEKTURAL(J.F.Hamah Sagrim)

A. KEBUDAYAANDisadari bahwa kebudayaan merupakan entitas dari kehidupan manusia sebagai totalitas

mencakup didalamnya ide-ide, gagasan, organisasi, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, senibudaya, peraturan, hukum, religi, orientasi dan lain-lain. Kebudayaan juga mencakup seluruh aspekkehidupan berbangsa dan bernegara.

Arsitektur juga sebagai suatu aspek budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Arsitekturmemuat kaidah, gagasan, nilai, filosofi, hukum, dan religi, yang hakiki dan bertumbuh sertaberkembang dalam perilaku sosial budaya masyarakat suatu negara. Olehkarena itu, dapat kitakatakan bahwa, arsitektu mempunyai predikat luarbiasa dalam kebudayaan. Suatu bangsa atau Negarayang bernilai budaya tinggi dapat ditemukan dalam perspektif arsitekturalnya juga.

Eropa dapat dikenal dengan arsitekturalnya, Yunani juga termasuk dikenal melalui perspektifarsitekturalnya yang khas dengan bentuk pilar-pilar besar dan monumental. Moderenisasi kebudayaanbangsa Eropa sudah dikenal dan sudah mengglobal dan ditemukan melalui arsitekturalnya. Sebagaicontoh, bahwa arsitektur klasik Eropa, memaksa kita untuk harus mencari, menemukan dan mengertitentang Eropa, baik sosial, budaya maupun religi dan politik. Demikian sebaliknya, bahwa arsitekturYunani, memaksa kita untuk harus mencari, menemukan dan mengenal Yunani, yaitu mengerti sosial,budaya, politik dan religi Yunani. Arsitektur Nusantara juga menghendaki hal yang sama.

Tidak cukup dan tidak lengkap bagi seorang peneliti atau seorang pengamat dan penulis yangmempelajari suatu bentuk arsitektur tanpa mempelajari dan mengerti karakteristik sosial, budaya,politik dan religi bangsa tersebut. Arsitektur merupakan suatu perspektif budaya yang mana budayaitu dapat tercerimin didalamnya. Pencerminan budaya suatu bangsa tampak dari:

1. Karakteristik budaya tersebut (termasuk karakter arsitektur)2. Kondisi kehidupan suku bangsa (termasuk kondisi kehidupan dalam berarsitektur)3. Kinerja atau performance Kebudayaan (termasuk berarsitektur)4. Tampilan budaya tersebut (termasuk menampilkan aarsitektur)

a. Pemahaman Umum Perkembangan BudayaSemakin tua umur sejarah suatu bangsa, maka semakin tua pula budayanya. Semakin tua budaya

suatu bangsa, maka dia/bangsa tersebut akan semakin arif, memiliki nilai, memiliki citra, memilikikarsa, memiliki karya, yang tua dan patut dihormati. Bangsa-bangsa di dunia sepertinya berebutanuntuk menduduki posisi tertua. Hal ini membuat setiap suku bangsa berusaha melakukan spekulasisejarah untuk mempertua umur mereka.

Perkembangan sejarah kebudayaan sifatnya selalu berkembang dari waktu-kewaktu untukmemenuhi perkembangan tuntutan kehidupan manusia serta peradaban atau dimoderenisasi kalaudigarap dengan baik. Perkembangan sejarah dan kebudayaan dipengaruhi oleh:

1. Tuntutan alamiah

Page 93: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

93J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Saling berpengaruh3. Penetrasi budaya4. Penggarapan sendiri dan pihak lain5. Fenomena alam6. Fenomena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi7. Persaingan dan komoodifikasi

b. Perkembangan Budaya yang disengaja – Moderenisasi1. Memiliki Sasaran2. Memiliki landasan3. Memiliki patronDalam moderenisasi, mencakup didalamnya ada landasan atau fondasinya, dan ada arah dan

tujuan yang merujuk pada kemoderengan. Dalam pencapaian moderenisasi, hal-hal yang ikutmendukung perkembangannya yaitu didalamnya mencakup; pertama, seluruh aspek kehidupan sosial,budaya, politik. Kedua, masing-masing bagiannya memiliki Road Map. Ketiga, sifat moderennyatetap mempertahankan jati diri, sifat, filosofi, makna, nilai, atau watak dasarnya, keempat, semoderen-moderennya suatu suku bangsa ia tetap dan selamanya tetap adalah suku bangsa itu. Yaitu semoderen-moderennya Indonesia, tetaplah Indoensia.

Dalam konsep berbangsa dan bernegara, menurut pandangan kami dari perspektif arsitektur,mengatakan bahwa suatu bangsa dalam bernegara tujuannya ingin mewujudkan cita-cita bersama danbersepakat menggunakan cara dan metode yang sama, yaitu dengan idiologi tertentu mereka yangdiambil dari nilai-nilai budaya mereka (termasuk didalamnya arsitektur) yang khas dan betul-betulbermaknya.

1. Idiologi akan mewarnai segala aspek kehidupan bangsa yang berkarakter, bernilai, danmemiliki jati diri, sehingga akan mewarnai budaya bangsa. Arsitektur termasuk khasanahyang dijadikan sebagai idiologi bangsa.

2. Idiologi yang baik, adalah idiologi yang digali dari khasanah budaya bangsa, sehingga nilai-nilai yang terkandung didalamnya merupakan hasil pengalaman sejarah kehidupan bangsatersebut yang sudah teruji.

3. Arsitektur tradisional Nusantara akan menjiwai, mewarnai budaya bangsa Indonesia.Arsitektur tradisional Jawa akan menjiwai dan mewarnai budaya suku bangsa Jawa, yangakan menyangkut seluruh aspek kehidupan suku bangsa dan bernegara.

4. Moderenisasi budaya bangsa praktis tidak lepas dan mestinya ditampilkan melalui nilai-nilaiarsitektur.

Bagi bangsa Indonesia, Arsitektur Nusantara Merupakan:1. Filosofi Bangsa2. Idiologi Negara3. Citra, Karsa, Karya, nilai NegaraKesemuanya itu, akan mewarnai jati diri, karakter dan seluruh kehidupan bangsa Indonesia

sehingga bangsa ini memiliki predikat kebudayaan yang tinggi.1) Arsitektur Nusantara dipandang sebagai Filosofi bangsa yang bernuansa Arsitektural

merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai tuntutan hidup dan nilai hidupbangsa, dan juga menjadi arah dan mekanisme secara budaya selalu yang dijiwai nilai-

Page 94: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

94J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

nilai arsitekturalnya yang bersemangat universal, humanis, internasional, persatuan,nasionalisme, dan lain sebagainya.

2) Arsitektu Nusantara dipandang sebagai idiologi Bangsa dengan pendekatan filosofi,sosial budaya, dan religi. Diyakini bahwa arsitektur dapat mengantar tercapainya cita-cita moderen, cita-cita msayarakat yang bahagia lahir batin adil dan merata. Arsitektursecara budaya dikembangkan sesuai tuntutan perkembangan kebutuhan kehidupan danNegara menuju trend lingkungannya.

3) Arsitektur Nusantara dipandang sebagai citra, karya, karsa, yang mana termuatdidalam nilai citra, nilai karya, nilai diri, nilai karsa bangsa. Bisa dijadikan sebagai suatusumber objek pencitraan bangsa dan Negara. Tuntutan perkembangannya sebagaimekanisme moderenisasi budaya Nusantara yang dijiwai dan diwarnai nilai-nilaifilosofi, religi, sosial budaya dan idiologi. Arsitektur merupakan landasan yangmendasar untuk menjiwai road map dalam aspek sosial budaya suku bangsa.

B. PATRON MODERENISASI BUDAYAModerenisasi budaya bangsa adalah penyempurnaan nilai-nilai dan tradisi seluruh aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai tuntutan perkembangan kebutuhan kehidupan yang tidaklepas dari orientasi dan nilai-nilai kebudayaan baik dalam kedudukannya sebagai filosofi bangsa,sebagai idiologi Negara, sebagai dasar Negara, sebagai nilai Negara, melalui proses atau mekanismekehdiupan, pendidikan/pengajaran, bimbingan, atau tuntutan, pertukaran akulturasi, sosialisasi,keteladanan, mendoktrinasi, dan lain sebagainya sebagai peraturan.

Yang perlu dilakukan dalam perilaku moderenisasi budaya ini adalah, perlu penggarapanperkembangan sosial budaya melalui Arsitektur, atau moderenisasi budaya bangsa tersebut dimulaidari perbaikan moral dan etika sebagai bangsa yang arif. Kemudian di re-identifikasi tentang karaktersebagai bangsa yang unggul, menanam jati diri sebagai suatu bangsa yang bernilai melalui komponenidentitas, Jati diri, dan nilai.

Sebenarnya telah ada klaim pemahaman bahwa suku bangsa di Nusantara (Negara Indonesia),memiliki umur sejarah yang sudah tua sehingga budayanyapun sudah sangat tua, dengan demikianberarti moral dan etikanya sudah sangat arif. Keunggulan nilai-nilai budaya yang dimiliki cenderungbisa menempatkan suku bangsa di Nusantara (Negara Indonesia) pada posisi terhormat diantara sukudan bangsa lain.

Page 95: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

95J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

ARSITEKTUR TRADISIONAL VS PERKEMBANGAN GLOBAL SEBAGAIDOMINASI DALAM BUDAYA KAPITALISME MODEREN

(J.F. Hamah Sagrim)

Kajian terhadap globalisasi pasar bebas ini sebagai suatu gejala dominasi buday baru. Inimenurut kami bahwa globalisasi pasar bebas merupakan suatu gejala dominasi budaya yang manabukan sekedar fenomena perubahan style atau fashion belaka, melainkan ini akan menjadi suatufenomena sejarah. Inti daripada kajian ini adalah mengungkapkan suatu transformasi sosial simbolikdalam ruang kebudayaan dengan transformasi historis dalam model kapitalisme global. Modelkapitalime ini merupakan suatu penetrasian dan kolonisasi terhadap model-model sosial lokalsebagai budaya dari sebuah Negara atau bangsa, dengan ketidak sadaran (unconciousness), yakniberupa penghancuran sistem sosial budaya pra-kapitalis (termasuk penghancuran gaya aliranarsitektur tradisional) dan kelahiran globalisasi pasar bebas sebagai budaya kaptalisme yangmendominasi (termsuk gaya dan syle kapitalisme akan diterapkan di daerah non-kapitalisme).

Mengikuti akar tahapan perubahan momen pasar global sebagai suatu pengarahan akan dominasibudaya kapitalisme, maka kami mencoba mengkaji dengan menganalisis sosial budaya suatu bangsaatau Negara dengan mencoba mensejajarkannya pada pasar global yang mana merujuk pada suatudominasi budaya yang kapital, bahwa peralihan struktur daripada sosial budaya suatu Negara ataubangsa akan bergantung pada cepat atau lambatnya daya cerap bangsa atau Negara itu sendiri danjuga akan tercermin dalam perubahan kebudayaan mereka, karena terlihat bahwa hubungan inibegitu sangat kompleks. Menurut kami, dalam era globalisasi atau pasar bebas ini, akan terjadiledakan kebudayaan yang sangat luarbiasa. Biasnya disegala aspek kehidupan masyarakat diseluruhduni yang mungkin pernah disebut oleh Jameson, sebagai (dominasi budaya). Dominasi budaya inipada akhirnya serta merta akan memaksa dan mensubtitusikan setiap nilai-nilai budaya suatu bangsaatau Negara tertentu untuk mengikutinya. Hal ini akan terjadi di Indonesia dan khususnya wilayahJawa Tengah.

Didalam globalisasi dan pasar bebas seperti begini, konsep bangsa atau Negara seperti konsepsosial budaya mereka mengenai pembagian dan otonomi kerja dalam ruang sosial budaya bangsa atauNegara yaitu (ruang ekonomi bangsa atau Negara, ruang budaya bangsa atau Negara, ruang politikbangsa atau Negara) akan dilebur menjadi ruang ekonomi global, ruang budaya global, dan ruangpolitik global. Inilah masa-masanya yang boleh dikatakan bahwa ruang-ruang bangsa atau Negaraakan menjadi runtuh. Yaitu ruang ekonomi bangsa atau Negara, ruang sosial, ruang budaya, dan ruangpolitik bangsa atau Negara, akan diubahkan atau dilebur kedalam suatu sistem yaitu sistemglobalisasi. Salah satu persoalan utama yang perlu diperhatikan lagi, bahwa semua ini akan beralihmenjadi sesuatu yang global, termasuk didalamnya gaya arsitektur yang tradisional akandisubtitusikan dengan gaya kapitalisme dan bentuk arsitektur global. Sebenarnya ini sudah terlihatdengan bentuk-bentuk arsitektur eropa yang telah dikembangkan begitu banyak di Indonesia, inibukan sekedar arsitektural, melainkan sudah menunjukkan bahwa proses penjajahan arsitektur danproses dominasi budaya Eropa yang notabene sebagai Negara kapitalisme sudah diterapkan, tinggal

Page 96: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

96J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

menunggu waktunya untuk ditingkatkan. Perlu untuk disadari bahwa, Apabila sistem sosial budayamasyarakat Indonesia dan Negara non-kapitalisme lainnya tidak dapat mampu bersaing pada pasarglobal sebagaimana Negara-negara kapitalisme, maka sudah pasti bahwa potensi besar bagi sistemglobalisasi ini sebagai suatu kekuatuan sistem yang terpuruk bagi Negara-negara non-kapitalisme itusendiri. Dengan kata lain bahwa sosial, budaya, ekonomi, politik yang kuat akan tetap ada danbersaing, tetapi yang lemah atau tidak mampu bersaing, akan hilang atau mengalami suatudiskriminasi sosial, budaya, ekonomi dan politik besar-besaran.

Beberapa hal menurut kami yang mengakibatkan terjadinya pergeseran dan kematian sebuahbudaya bangsa adalah; (1) manusia, cenderung sebagai peniru, membuka diri, tidak inginmengembangkan identitasnya. (2) Politik, sebagai bentuk kekuasaan yang mendominasi. (3) Agama,sebagai bentuk sekular yang cenderung mengarahkan manusia dengan dogmatika. (4) Ekonomi,sebagai wakaf atau power yang mempengaruhi serta mengalahkan ideologi. Semua ini yang terutamaadalah manusianya. Segala batasan-batasan sosial, budaya, ekonomi, dan politik lokal, sebagaiproduk suatu bangsa sebelumnya yang dikenal sebagai falsafah dan identitas mereka akan diterabasdan direduksi hingga pada tahap kepunahan. Tidak ada lagi kononisasi atau institusionalisasiakademisi terhadap produk ini. Menurut kami, pasar global sebagai budaya kapitalisme, karena“semua produk-produk sebuah bangsa atau Negara seperti sosial, budaya, ekonomi dan politikmereka, akan terintegrasi dalam produk-produk global”.

Pasar global sebagai dominasi budaya kapitalis ini akan memaksa segala sesuatu yang lokal(termasuk arsitektur) untuk dilebur agar menjadi sesuatu yang global dengan tujuan untukdisejajarkan dengan sesuatu yang global agar supaya mampu menduduki kesetaraan globalisasisebagai tuntutan utama sehingga mendorong budaya kapitalisme untuk berinovasi yang baru. Eraglobalisasi ini akan ditandai oleh komodifikasi besar-besaran dihampir seluruh ruang kehidupan, baikterhadap alam fisik maupun terhadap tubuh manusia juga. Dengan kata lain, dominasi globalisasiadalah suatu dominasi budaya pasar global yang terjadi secara struktural dengan menampilkan suaturepresentasi kultural kapitalisme global dan ideology kapitalisme global. Hal ini akan semakinmenarik bagi kaum kapitalisme sebagai pemain utama, sedangkan kaum non-kapitalisme akan sebagaiorang yang merasa didiskriminasikan, dan tergolong kaum yang lemah bahkan disakiti dan inilahsuatu tragedi yang memilukan. Kaum non-kapitalis ini secara sosial akan kita sebut sebagai kaum“konsumen”.

Ada beberapa elemen-elemen baru dalam globalisasi pasar bebas nanti, yaitu:Pertama : Akan munculnya formasi-formasi global yang baru, organisasi-organisasi yang bersifatglobal, dan transglobalisasi yang mendominasi dunia dan monopoli sebagai ruang-ruang lokal danmenjadi batas-batas tersendiri.Kedua : Globalisasi sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam tatanan dunia kapitalisme global yangbaru dan ini tidak akan terikat pada satu Negara, tetapi akan memberikan suatu nuansa keuntungankepada Negara tertentu yang mana direpresentasikan dalam bentuk suatu kekuasaan dan pengaruhyang begitu besar ketimbang suatu Negara manapun (non-kapitalis). Globalisasi ini juga akan berlakudalam kerja yang memungkinkan adanya eksploitasi besar-besaran yang terus berlanjut terhadap paratenaga ahli dan pekerja dinegara-negara miskin guna mendukung kinerja modal multiglobalisasi.Dalam hal ini akan merujuk bahwa semua akan mengarah kesana dan banyak yang tersedot olehaliran dunia ketiga yang sudah maju, bersamaan dengan akibat-akibat sosial yang sudah lazimmeliputi krisis buruh tradisional dan kelas elit pada skala global.

Page 97: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

97J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

HETEROGENITAS DALAM ARSITEKTUR DAN KESEHARIAN(J.F. Hamah Sagrim)

Diawali dengan hadirnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, arsitektur hadir mendampingiperkembangan manusia dulu hingga sekarang. Dimulai dari masa dimana arsitektur hadir hanyasebagai sebuah usaha pemenuhan kebutuhan fisik hingga ke masa dimana arsitektur dapat hadir dalamberbagai hal. Termasuk didalamnya adalah fungsi yang hanya sekadar untuk memperindah saja. Ditiap-tiap masa tersebut, arsitektur hadir dengan karakteristik dan nilai yang berbeda. Nilai-nilai dankarakteristik tersebut selalu berkembang seiring dengan majunya pola pikir manusia.

Arsitektur pada awalnya merupakan sebuah bentuk solusi yang bersifat lokal terhadap suatumasalah, terutama kebutuhan akan perlindungan dan naungan dari alam. Lokal disini berarti hanyaterikat pada masalah tersebut saja. Arsitektur semacam ini (arsitektur tradisional Jawa) merupakansebuah hasil usaha trial and error yang dilakukan oleh manusia primitif dalam menghadapipermasalahan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Usaha yang dilakukan manusia ini merupakan sebuahbentuk interaksi langsung dan mendetail antara manusia dengan masalah yangdihadapainya.Penyelesaian yang lahir dari usaha trial and error membuat manusia menjadi mengenalipermasalahan tersebut secara mendalam dan mendetail. Hal ini dikarenakan solusi semacam inibersifat mendetail dari tiap aspek permasalahan tersebut, bukan secara makro, sehingga satupermasalahan dapat memiliki banyak solusi yang kesemuanya harus diterapkan bersama-sama. Ketikamencapai suatu masa dimana permasalahan tersebut sudah tidak dapat lagi diselesaikan denganrangkaian solusi tersebut, maka manusia akan kembali melakukan arsitektur trial and error untukmenyelesaikannya. Proses ini akan terus-menerus berulang.

Arsitektur vernakular yang sifatnya sangat beragam dan unik di setiap kelompok komunitas jugamerupakan sebuah bentuk arsitektur yang lahir dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnyadan permasalahan yang dihadapinya. Berbagai macam prinsip yang terdapat dalam arsitekturvernakular suatu daerah terbentuk dari persepsi manusia akan kepercayaan, budaya, cara hidup, gejalaalam yang mereka hadapi. Sekali lagi, arsitektur semacam ini menjadikan manusia memilikipemahaman yang mendasar dan mendetail terhadap suatu permasalahan.

Masa berikutnya, saat terjadi pergerakan seni dan segala nilai-nilai keindahan dan kesempurnaan,karakteristik arsitektur kembali berubah. Manusia pada masa ini selalu memimpikan akan datangnyakesempurnaan di masa yang akan datang. Pengharapan akan kondisi yang paling ideal untuk terjadidalam segala aspek kehidupan sangat besar. Segala macam utopia mendominasi pemikiran pada masaini. Segala imaji akan kesempurnaan yang merupakan kondisi paling ideal dari realita yang ada.Arsitektur, sebagai salah satu komponen yang dapat mewujudkan hal itu, menjadi penuh dengansegala macam utopia dari segi estetika. Nilai keindahan bentuk dikedepankan dan diutamakan dalamperwujudannya. Kondisi ini menjauhkan kesadaran akan pentingnya fungsi utama dari hasil karyaarsitektur tersebut. Metode menyelesaikan suatu permasalahan dalam berarsitektur selalu dikaitkanterhadap menghasilkan suatu keindahan bentuk yang pada akhirnya tidak melahirkan suatu keunikanakibat faktor utopia yang mendominasi.

Page 98: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

98J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Kemajuan pemikiran manusia dalam menghadapi sesuatu serta perkembangan teknologi turutmerubah arsitektur baik secara prinsipil maupun superficial. Perang Dunia II, penemuan mesin uap,kemajuan industri, prinsip mass production, dan sebagainya turut menggeser perlakuan manusiaterhadap arsitektur. Arsitektur pada masa itu menjadi sebuah alat pemenuhan kebutuhan masal demipemulihan akibat dampak Perang Dunia II. Dengan prinsip mass production, karakteristik arsitekturmenjadi homogen dan seragam dan mengabaikan nilai keheterogenitasan manusia. Permasalahanyang ditemui diselesaikan dengan solusi yang serupa sekalipun permasalahan tersebut adalah dua halyang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda.

Kini berbagai macam karakter dan keheterogenitasan kembali muncul. Tiap individu dihargai dandinilai sebagai individu. Berbagai macam bentuk arsitektur yang dianggap terlalu arogan pada masasebelumnya, dengan karakter yang sangat homogen, dianalisa. Berbagai macam kebebasan dansuperioritas sebuah individu dapat diekspresikan dengan maksimal. Keinginan untuk menjadi bintang,unik, dan monumental banyak dimiliki oleh individu. Pengulangan maupun pencampuran karakterarsitektur pada masa lalu untuk diterapkan pada hasil karya arsitektur seorang indvidu dapat diterimadengan baik. Tidak ada pengkategorian global yang benar-benar jelas dan nyata mengenai arsitekturyang berlaku sekarang. Satu hal yang benar-benar merupakan kesamaan karakteristik secara globalatas arsitektur adalah adanya penghargaan atas kebebasan.

A. Keseharian dan Arsitektur“It is for this reason we did not call the issue Architecture of the The Everyday –because that

would subsume that architecture can represent the The Everyday in a reified manner” (Wigglesworthand Till, 1998: 9). Sarah Wigglesworth dan Jeremy Till menganggap bahwa arsitektur tidak dapatmenginterpretasikan the everyday dengan mudah dalam cara tertentu. Mereka mengkhawatirkansebuah tindakan pengejawantahan the everyday ke dalam hasil karya arsitektur menjadi sebuah objekyang terfokus pada estetika. Berbeda dengan Deborah Berke, yang menganggap bahwa the everydaydapat diejawantahkan ke dalam suatu hasil karya fisik, sekalipun architecture of the everyday tidakdapat didefinisikan secara mutlak. “We may call the result an Architecture of The Everyday, thoughan architecture of the everyday resist strict definition; any rigorous attempt at a concise delineationwill inevitably lead to contradictous” (Berke, 1997:222)

Beberapa poin yang cukup terkait dengan architecture of the everyday antara lain;1. “An architecture of the everyday may be banal or common “(Berke, 1997:223). Di sini Berke

memberikan poin yang menyatakan karakter the everyday yang merupakan bentuk realitasyang ada dalam keseharian, maka arsitektur ini tidak mencari keunikan dengan mencobamenjadi luar biasa, yang mana seringkali berakhir menjadi tiruan daripada hasil yang luarbiasa sesungguhnya. Kemudian hasil arsitektur tersebut yang mungkin menjadi biasa tidakmendikte orang untuk berpikir apa, melainkan memberikan kesempatan untuk orangmenghasilkan pemahaman mereka sendiri.

2. ”An architecture of the everyday may be crude” (Berke, 1997:223). Dalam sesuatu yangmasih mentah atau tidak diperhalus terdapat keaslian dan kesegaran. Hasil karya arsitekturyang seperti ini jauh lebih mencerminkan keberagaman karakter yang ada.

3. ”An architecture of the everyday acknowledges domestic life” (Berke, 1997:224). Sebagaibagian dari realita yang sangat akrab namun seringkali terabaikan, kehidupan domestic ataukehidupan dalam suatu rumah tangga merupakan aspek yang termasuk dalam perhatian the

Page 99: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

99J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

everyday. Kehidupan domestik merupakan sebuah bentuk elemen yang paling akrab dengankeseharian.

Sebahagian besar arsitek terkecoh dengan kondisi yang ada. Banyak arsitek yang tidak mau atauberhasil mengidentifikasikan the everyday life. Kebanyakan hanya mampu melihat lapisan teratasatau imaji utopia yang dibentuk oleh sekelompok orang. Selain itu, sekarang kita hidup pada budayadimana pahlawan digantikan dengan selebritis, ketenaran selama lima belas menit dibayar dengankerja keras seumur hidup. Di era seperti ini banyak arsitek yang menghasilkan karya arsitektur denganmemaksakan menghadirkan karakter sang arsitek ke dalamnya, sekalipun hal tersebut bertentangandengan kondisi realita. Semua berlomba-lomba untuk menghasilkan karya arsitektur yangmonumental dan unik sekaligus show off, meskipun sebenarnya hasil arsitektur tersebut tidakmemerlukan kondisi seperti itu.

Arsitektur vernakular yang memiliki karakteristik hasil daripada usaha trial and error manusiadalam menyelesaikan suatu masalah merupakan satu bentuk architecture of the everyday. Tindakantrial and error manusia awam merupakan satu bentuk usaha menyelesaikan permasalahan denganmendetail dan tanpa mencoba untuk menjadikannya sebagai objek aestetik. Arsitek kebanyakanmelihat suatu permasalahan dari permukaan dan secara umum tanpa memperhatikan apa realitasesungguhnya yang terjadi. Gaya, pola pikir, dan imaji tentang utopia menghalangi pandangan arsitekkebanyakan sehingga hasil karya yang keluar hanyalah berupa objek estetika yang tidak berartibanyak.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, the everyday terkait dengan kehidupan domestikkarena tingkat keakraban yang dimilikinya. Ruang domestik merupakan sebuah ruang dimanapengalaman hidup berlangsung. Segala realita di dalam kehidupan domestik merupakan sebahagianbentuk the everyday. Organisasi ruang domestik menentukan ritual yang terjadi di dalamnya.

Sekarang ini, di Jakarta terdapat pembangunan ruang domestik dalam jumlah yang relatif banyak.Baik ruang domestik yang terletak di daerah pusat kota maupun di daerah marginal. Tidak sedikit daripembangunan ruang domestik tersebut yang menggunakan jasa seorang arsitek. Arsitek diminta untukmemanipulasi ruang-ruang domestik tersebut, agar segala macam bentuk rutinitas dan ritual dapatdijalankan sesuai dengan kebutuhan. Bagi arsitek yang memahami the everyday sebagai sebuahkonsep dapat menggunakannya untuk menjadikan ruang domestik tersebut berhasil menjadi sebuahkarya architecture of the everyday. Pemahaman tersebut merupakan sebuah bentuk hak bagi paraarsitek untuk memanipulasi dan merubah pola hidup orang lain untuk menjadi lebih baik. Tetapimasih tidak sedikit pula para arsitek yang masih terkecoh oleh prinsip gaya berarsitektur yang ada.Kondisi seperti ini merupakan sebuah kemunduran yang dapat menjadikan arsitektur kembali mundurke masa dimana kehomogenitasan dijunjung tinggi.

B. Arsitek, Konsep ‘Everyday’ dan Desain yang AbadiArsitek adalah sebuah profesi yang bergerak di bidang desain, yang merancang ruang untuk dihuni

oleh manusia seperti sebuah rumah atau bahkan yang skalanya lebih besar dari itu. Di sini kaitanmanusia dan ruang ataupun manusia dengan manusia dalam ruang menjadi sangat penting. Konsepeveryday penting untuk dipahami dalam menghasilkan sebuah karya arsitektur yang lebih humanis.Manusia dilihat sebagai penghuni, dan banyak terdapat hal-hal yang berkaitan dengannya sepertiaspek sosial, budaya, religi, dan norma-norma yang berlaku di tempat tinggalnya. Selain itu, terdapatpemahaman-pemahaman dan perkembangan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai

Page 100: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

100J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

penghuni. Mungkin timbul pertanyaan mengapa hal ini menjadi sangat penting. Untuk itu kita perlumengingat kembali tentang peruntukan dari arsitektur, yaitu ditujukan kepada manusia.

Manusia dengan akal dan pikiran serta pengaruh lingkungan dapat bertindak sebagai juri dalamkeberhasilan seorang arsitek. Seorang arsitek dikatakan berhasil apabila karyanya dapat digunakandengan baik oleh penghuninya, serta nyaman secara mental dan fisik bagi mereka. Dalam mencarisebuah kenyamanan seharusnya arsitek dapat membaca sebuah skenario yang berlaku pada suatutempat atau konsep dari tempat tersebut. Sehingga dalam berkarya arsitek tidak menghasilkan sesuatuyang bersifat alien di tempat tersebut yang pada akhirnya berujung pada suatu kesia-siaan. Untuk ituperlu kita pahami everyday sebagai sebuah skenario atau konsep yang umumnya ada pada semuatempat dengan keunikan masing-masing didalamnya.

Henri Lefebvre menjelaskan pemahaman tentang everyday dalam literatur The Everyday andEverydayness sebagai berikut, “...the everyday can therefore be defined as a set of functions whichconnect and join together systems that might appear to be distinct thus define” (Lefebvre, 1997). Iniberarti fungsi yang terhubung dan tergabung dalam menciptakan sebuah sistem menjadi penting untukdapat dibedakan dan pada akhirnya dapat didefinisikan untuk menjadi acuan dalam merancang.

”… the everyday is a product, the most general of product in an era where. Production engendersconsumption and where consumption is manipulated by producers: not by “workers,” but by managerand owners of the means of production ( intellectual, instrumental, scientific). The everyday istherefore the most universal and the most unique condition, the most social and the most individuated,the most obvious and the best hidden. A condition stipulated for legibility of form, ordained by meansfunctions inscribed within structures, he everyday constitutes the platform upon which thebureaucratic society of controlled consumerism is erected.” (Lefebvre, 1997)

Dengan demikian maka everyday adalah sebuah produk yang menimbulkan bentuk konsumsi yangdimanipulasi. Everyday terkait pula dengan aspek intelektual yang berkaitan dengan perkembanganpengetahuan dan pemahaman manusia. Sehingga everyday dapat menjadi kondisi yang sangatuniversal maupun sebaliknya, yaitu kondisi yang sangat unik bagi kita yang bukan memproduksieveryday tersebut.

“The everyday is therefore a concept .The everyday, established and consolidated, remain a solesurviving common sense referent and point of reference “intellectual,” on the other hand, sees theirsystems reference elsewhere: in language and discourse, or sometimes in a political party. Theproposition here is to decode the modern world, bloody riddle, according to the everyday” (Lefebvre,1997)

Jelaslah bahwa bahwa everyday adalah sebuah konsep yang sangat berkaitan dengan intelektual,bahasa dan percakapan. Masalah yang harus dihadapi adalah bagaimana mempelajari arti dari sebuahkode yang tidak dapat langsung dipahami secara kasat mata karena tidak dapat dijelaskan secaralangsung oleh logika. Karena terdapat kaitan yang erat antara perkembangan pengetahuan danpemahaman maka terjadi kebingungan atau jarak antara pihak yang menjalankan konsep everydaydengan orang asing yang melihatnya. Bisa jadi kita sebagai arsitek adalah orang asing itu, sehinggaperlu memahami pengetahuan yang berlaku.

“The concept of everydayness does not therefore designate a system, but rather a denominatorcommon to existing systems including judicial, contractual, pedagogical, fiscal, and police systems”(Lefebvre, 1997). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa konsep everydayness bertindak sebagaibentuk pembagi yang umum bagi suatu sistem seperti hukum, pengetahuan dan keuangan yang

Page 101: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

101J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

kemudian menyusun sistem secara keseluruhan. Alangkah baiknya jika kita dapat melihat pembagiantersebut sehingga konsep everydayness dapat lebih jelas.

“… the concept of the everyday illuminates the past” (Lefebvre, 1997). Everyday life bersifat‘sangat sekarang’, namun tak luput dari masa lalu .Yang ada sekarang adalah kelanjutan dari masalalu. Jika kita dapat mengetahui masa lalu maka akan sangat membantu dalam merunut ke masasekarang dan berguna dalam mengambil keputusan desain. “Everyday life has always existed, even ifin ways vastly different from our own”(Lefebvre, 1997). Dengan demikian mutlak perlu disadari untuktidak mengabaikan keberadaan dari everyday life.

“The character of the everyday that always been repetitive and veiled by obsession and fear… Thecyclical, which dominates in nature and the linear, which dominates in processes known as “rational.” The everyday implies on the one hand cycles, nights and days, seasons and harvests,activity and rest , hunger and satisfaction, desire and its fulfilment, life and death, and it implies onthe other hand the repetitive gestures work and consumption” (Lefebvre, 1997).

Dalam eksistensi everyday terdapat pengulangan yang terselubungi oleh obsesi dan ketakutan.Umumnya disebut sebagai budaya atau sesuatu yang pada akhirnya membudaya. Kesulitan yang akandialami oleh arsitek adalah ketidakcocokan antara repetisi yang kita(arsitek) alami dan yang mereka(klien yang bersangkutan) alami. Hal ini mengakibatkan perbedaan pada pemikiran rasional denganmereka yang pada akhirnya dapat berbuah pada kebingungan atau kecenderungan untuk mengabaikan.Di sinilah kita perlu memiliki sebuah tindakan yang tepat untuk mengambil keputusan yang tidakmengabaikan kepentingan penghuni.

Dalam literature Thoughts on The Everyday, Deborah Berke mengemukakan beberapa poin padaarsitektur everyday yang dapat membawa kita pada sebuah kontradiksi. Arsitektur everyday mungkinumum dan tanpa nama, biasa-biasa saja atau cukup biasa, tanpa sadar, kasar, dapat dirasakan, vulgar(bertentangan dengan tanpa nama), mengakui kehidupan domestik (yang sifatnya personal sehinggadapat menjadi kesulitan bagi seorang arsitek). Arsitektur everyday juga mengambil nilai–nilai dansimbol yang bersifat kolektif. Program dan fungsi menjadi hal yang mutlak direspon oleh arsitektureveryday.

Hal lain yang perlu dipahami adalah hal-hal dalam arsitektur everyday yang disebutkan olehSteven Harris. “Potential site for an architecture of the everyday begin with the body secretive andintimate, it is marked by routine, the repetitive, and the cyclical; as the locus of desire, it is oftenhome to the transgressive the perverse, and the abject” (Harris, 1997). Maka everyday merupakansesuatu yang penting tapi tidak secara vulgar terungkap. Everyday berkaitan dengan raga dankeintiman yang ditandai oleh perulangan dan perputaran serta menjadi tempat dari segala keinginanyang saling bertentangan. Hal ini penting untuk kita ketahui dan pertimbangkan dalam pengambilankeputusan.

Selain itu, Steven Harris juga membahas mengenai isu domesticity dan rutinitas yang dilakukan,“…by documenting the private, ordinary realm of the everyday lives of purportedly extra-ordinarypeople- homosexuals…” Isu mengenai rutinitas domestik perlu kita ketahui sebagai bagian daripemahaman konsep everyday, yang sudah menjadi hal yang umum pada konteks tertentu tapimungkin tidak wajar bagi kita.

Contoh kasus dari isu ini dapat dilihat terjadi di daerah Kelapa Dua, Depok. Kehidupan penghunidomestiknya taat beragama dan cenderung fanatik Islam, sehingga tak ada tempat kesenian wayangataupun teater yang menggabungkan wanita dan laki-laki, karena dianggap haram. Jika ada seorang

Page 102: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

102J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

arsitek yang tiba-tiba membangun sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman di tempat tersebut,tentunya tidak akan mendapat respon baik dan cenderung menimbulkan tindakan anarkis. Sehingga,dapat disimpulkan bahwa rutinitas domestik juga berkaitan dengan pemahaman orang- orang yangmenghuni tempat tersebut. Hal ini menjadi sangat penting untuk kita soroti.

Dalam memancing pemahaman masyarakat di suatu daerah dapat dilakukan pendekatan sepertidalam pameran tentang Ugly and Ordinary. Deborah Fausch menjelaskan dalam esainya mengenaipameran tersebut “…traces the debate among often contradictory uses of the term everyday and itsrelationship to ideas of vernacular, populist, and nominally democratic architecture” (Fausch, 1997).Pameran bertopik Ugly and Ordinary tersebut sangat membantu dalam mengetahui ataupunmensosialisasikan pemahaman manusia tentang sesuatu. Dari situlah kita dapat mengukur pemahamanyang ada, mempertimbangkan dan mengambil keputusan.

Keputusan menjadi batas dari semua yang ada. Untuk itu kita sebagai seorang arsitek harusmampu membaca, memprediksi kemudian membuat keputusan yang berakhir pada tindakan sebuahdesain. Desain yang baik selalu mengacu pada kehidupan manusia yang hendak diwadahi. Sepertimenurut Berke, ”What should architect do instead? A simple and direct responses acknowledge theneeds of the many rather than few address diversity of class, race, culture, and gender; withoutallegiance to a priori architectural styles or formulas, and with concern for program andconstruction…” (Berke, 1997).

Dalam uraian Berke, tindakan yang baik bersifat sederhana, langsung dan menyoroti padakebutuhan sehingga program dan konstruksi menjadi terfokus. Menurut saya, selain itu juga tidakmelupakan bekal-bekal pengetahuan sosial, budaya dan aspek manusia lainnya yang dapat menjadipertimbangan. Tindakan yang tepat untuk diambil adalah menggunakan metode partisipasi, menjadicara yang baik dalam menghasilkan sebuah karya yang dekat dengan penghuni dan lebih humanis.

Konsep everyday yang ada di Indonesia diantaranyaadalah; Jogja Window, Alun-Alun Jogjakarta, alun-alunBandung, Taman Hiburan Rakyat di Surabaya, Taman MiniIndonesia Indah di Jakarta, Taman Hiburan Rakyat diKabupaten Sorong Papua, Taman Imbi di Jayapura Papuadan THR di Kabupaten/Kota lain di Indoensia ini. Dalampengamatan konsep every day kami, bahwa kota-kota diIndonesia yang memiliki alun-alun dan Taman HiburanRakyat (THR) adalah kota yang hidup, kota yang selalusenyum, kota yang selalu ceriah, masyarakatnya semakinmencintai kota tersebut, penduduk semakin betah tinggaldisana, dan juga bisa saja penduduk yang berada di kota-kotatersebut sangat jarang depresi.

Contoh yang ada di Negara lain adalah seperi sebuah karya dari arsitek Diebedo Francis Kere,yaitu Gando Primary School yang berlokasi di Gando Village, Burkina Faso. Sang arsitek memilikimisi terhadap pendidikan. Dia merupakan orang asli Gando, dan satu-satunya orang yang bersekolahke keluar, dan melihat bahwa pendidikan di daerah asalnya kurang baik. Arsitek tersebut ingin agaranak-anak di daerah tersebut memiliki pendidikan yang lebih baik darinya. Dalam prosesperancangan, arsitek tersebut menggunakan sistem partisipasi yang melibatkan penduduk di berbagaiaspek pembangunan hingga menggunakan material dari pengrajin lokal.

Foto 100. Alun-Alun Yogyakarta.– Sumber data Peneliti 2011

Page 103: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

103J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Diabedo Francis Kere Sempat terjadi perbedaan pendapat karena kalangan Europeanmenyarankan agar masyarakat Afrika tetap hidup dalam skala kecil dengan menggunakan gubuk daritanah liat yang gelap, tapi penghuni merasa tidak terima dan memperlakukan tanah liat masih denganketerbelakangan pengetahuan mereka. Hujan kemudian membuktikan kekuatan batu bata dari desainsang arsitek yang menggunakan pengetahuannya tahan terhadap cuaca. Akhirnya, penduduk yangsemula kecewa dengan desainnya pada akhirnya menghargai. Sehingga desain yang awalnyadiperuntukan untuk 120 anak, sekarang mewadahi 350 murid dengan 150 orang lagi dalam waitinglist. Penghuni yang dulunya hidup berpindah-pindah dan menjauhkan diri dari pendidikan formal,akhirnya memasukan anaknya ke sekolah ini.

Diabedo Francis Kere Sang arsitek memiliki pemahaman everyday dan misi untuk memenuhikebutuhan yang belum ada di daerah tersebut. Dengan pendekatan partisipasi, pemahaman penghunimenjadi bertambah. Terlihat dari adanya perubahan pada keluarga nomaden yang sebelumnya tidakpeduli dengan kehidupan pendidikan formal namun sekarang memasukkan anaknya ke sekolahtersebut sehingga misi arsitek tercapai. Cara partisipasi ini efektif dalam mendapatkan pengetahuaneveryday di suatu tempat sehingga misi arsitek dapat tercapai. Tentunya pendekatan harus dilakukandengan baik. Tatkala muncul perbedaan ataupun keinginan penghuni yang seringkali terasa

Foto : 101. Gando Primary School. Sumber www.cityday.com- dikomposisikan olehpenelti 2011

Foto : 102. Gando Primary School. Sumber www. Cityday.com. dikomposisikan olehpeneliti 2011

Page 104: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

104J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

berlebihan, sebenarnya itu adalah salah satu wujud dari konsep everyday yang sangat personal.Alangkah baiknya apabila hal ini ditanggapi dengan bijaksana.

Salah satu contoh lain adalah sebuah penyelesaian yang pintar dalam melibatkan body danintimate pada desain Play-Pump di Afrika Selatan oleh Trevor Field. Desainnya mampu membacapotensi site yang ada. Anak-anak sebagai body dengan permainanyang bersifat akrab atau intimate, membuat desain ini sangat dekat dengan mereka.

Sambil bermain merry go round air terpompa ke menara air.Dari uraian dan beberapa contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan arsitek dalammemahami konsep everyday dan melakukan tindakan dengan mengacu pada hal tersebut akanmenghasilkan sebuah desain yang abadi.

Foto : 103. Play – Pump, Trevor Field. Sumber, www.cityday.com. Dikomposisikan oleh peneliti2011

Page 105: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

105J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

KERAGAMAN PERSEPSI TERHADAP ARSITEKTUR(J.F. Hamah Sagrim)

Arsitektur merupakan kata yang familiar bagi masyarakat. Namun apakah masyarakat pahamapa yang disebut arsitektur? Dan sejauh mana pemahaman mereka mengenai arsitektur? Pertanyaan-pertanyaan tesebut memang bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Tulisan ini pun tidak akanbenar-benar menjawab semua hal tersebut. Tulisan ini akan lebih banyak membahas mengenaiperbedaan pandangan yang ada di masyarakat mengenai pemahaman mereka tentang arsitektur.

Sebelum sampai ke pembahasan mengenai arsitektur itu sendiri, saya akan sedikit membahasmengenai asal mula arsitektur. Dari sumber yang saya baca, asal mula arsitektur dapat dipahamidengan baik bila orang memilih pandangan yang lebih luas dan meninjau faktor-faktor sosial budaya,dalam arti seluas-luasnya, lebih penting dari iklim, teknologi, bahan-bahan dan ekonomi (Catanese &Snyder, 1991). Rapoport (dalam Catanese & Snyder, 1991) juga mengungkapkan bahwa arsitekturbermula sebagai tempat bernaung. Oleh karena itu banyak anggapan di masyarakat bahwa arsitekturadalah sesuatu yang berhubungan dengan bangunan sebagai tempat tinggal.

Dalam buku itu pun Rapoport mengungkapkan bahwa arsitektur telah ada sebelum arsitekpertama, yang biasa dianggap sebagai perancang piramida berbentuk tangga di Mesir. Daripenjelasannya dapat diambil kesimpulan bahwa pada awalnya arsitektur memang lebih terkait kepadabangunan, terutama bangunan untuk tempat tinggal yang masih banyak dipengaruhi oleh adat,sehingga pembuatannya banyak memasukkan unsur adat. Kemudian dengan semakin majunya zaman,maka hasil karya arsitektur semakin bermacam-macam bentuknya. Dan cakupannya pun semakinlebih luas, tidak hanya pada bangunan saja. Pendefinisian mengenai arsitektur pun akhirnya semakinkompleks.

Dalam mendefinisikan arsitektur, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sudahbanyak buku yang membahas mengenai topik tersebut dan sudah banyak pula perdebatan yangdilakukan untuk membahasnya, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menjawab dengan pasti what isarchitecture? Hal tersebut disebabkan karena begitu kompleksnya arsitektur. Berikut ini beberapadefinisi mengenai architectur dari beberapa acuan:

Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan.Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, makaarchitecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapanhasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.

Menurut kami, kata arsitektur mempunyai pengertian lain dengan dua kata yang tidak begituberbeda pula, yaitu: arch = Seni. Esensi lain yang tersirat dalam makna Seni adalah; Budaya, Filosofi,Makna, Kaidah dan Nilai. dan techture = Warna. Esensi lain yang tersirat pada makna Warnaadalah; Fariasi, Aliran, Bentuk, Makna, Nilai dan wujud.

Menurut O’Gorman (1997) dalam ABC of Architecture, arsitektur lebih dari sekedar suatupelindung. Arsitektur bisa jadi merupakan suatu wujud seni, namun memiliki perbedaan, yaituarsitektur menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk digunakan sebagai interior.

Menurut Le Corbusier: ”architecture is the masterly, correct and magnificient play of massesseen in light. Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience”. Beberapa

Page 106: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

106J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

definisi arsitektur di atas menunjukkan bahwa ada banyak pendapat yang berbeda mengenaipengertian arsitektur. Pendefinisian itu bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkecimpungdi bidang arsitektur saja. Masyarakat awam yang mengalami hasil dari arsitektur itu pun memilikipemahaman sendiri mengenai arsitektur.

Pada masyarakat awam, mereka lebih memahami arsitektur sebagai sesuatu yang berhubungandengan merancang bangunan. Oleh karena itu seringkali mereka mengaitkan arsitektur denganbangunan dan tempat tinggal. Sebenarnya pemahaman mereka tidak salah, hanya saja masih belumtepat, karena arsitektur mencakup banyak hal tidak hanya merancang bangunan. Dan arsitektur pundapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti arsitektur sebagai sebuah simbol, arsitektur sebagaisebuah ruang, dan sebagainya. Akan sulit memang bagi mereka untuk dapat memahami arsitekturdengan benar-benar tepat, karena seperti yang saya ungkapkan pada paragraf sebelumnya, arsitekturmerupakan sesuatu yang kompleks. Bahkan bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitekturpun belum tentu dapat mendefinisikan arsitektur dengan tepat, meskipun mungkin mereka sudah lamaberkecimpung di bidang tersebut.

Bagi orang yang berkecimpung di bidang arsitektur umumnya pemahaman mereka mengenaiarsitektur berbeda dengan masyarakat awam. Mereka pun umumnya lebih dapat memandangarsitektur secara luas dan lebih terbuka. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa arsitekturmerupakan bagian dari kehidupan, yang mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dandekat dengan manusia. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai konsep Architectural Everyday. Dankarena arsitektur berhubungan dengan yang ada di sekitar dan dekat dengan kehidupan manusia, makaarsitektur berhubungan pula dengan ruang dan perasaan. Oleh karena itu arsitektur tidak selalu hanyabangunan, apa pun bisa saja merupakan suatu bentuk arsitektur, contohnya musik. Mungkin bagimasyarakat awam akan heran bila mendengar hal tersebut. Mereka mungkin akan bertanya, ”mengapamusik bisa menjadi bagian dari arsitektur?”

Untuk menjawab hal tersebut, Rasmussen (1964) dalam Experiencing Architecturemengemukakan bahwa arsitektur bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dandirasa pun merupakan bagian dari arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat menggambarkan sesuatuyang berhubungan dengan bentuk dan material. Pendengaran pun dapat mempengaruhi perasaanseseorang. Pada musik, di dalamnya ada irama yang dapat membawa suasana hati seseorang. Dandengan mendengarkan irama tersebut muncul interpretasi yang mungkin akan berbeda antara orangyang satu dengan yang lain. Interpretasi itu secara tidak langsung akan mengarah ke suatu kualitasruang. Meskipun hasil interpretasi tersebut bersifat maya, namun jika sudah dapatmenginterpretasikan sebuah kualitas ruang , berarti sebenarnya secara tidak sadar kita sudahmembentuk sebuah ruang di alam bawah sadar kita. Hal itu sama seperti arsitektur pada bangunanyang real, yang di dalamnya ada ruang dan memiliki kualitas ruang. Maka dari itu musik jugamerupakan bagian dari arsitektur.

Selain musik, masih banyak hal lain di sekitar kita yang merupakan bagian dari arsitektur, baikyang sifatnya maya maupun nyata. Namun Paul Shepheard (1999), mengungkapkan bahwaarchitecture is not everything, Ia mengatakan, “So when I say architecture is not everything. I meanthat there are other things in life and simultaneously. I mean that there are things that are notarchitecture, but which fit round it so closely that they help to show it is“.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa di sekitar kita ada yang merupakan arsitektur adapula yang bukan. Dan keduanya berada bersamaan, sehingga seringkali kita sulit untuk membedakan

Page 107: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

107J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

antara keduanya. Contohnya rambu lalu lintas berupa penunjuk jalan. Apakah itu bentuk arsitekturatau bukan? Tentu akan ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut, karena memang tidak adaketentuan khusus dan pasti antara keduanya.

Pada masyarakat awam, umumnya mereka menganggap rambu tersebut bukan bentuk arsitektur.Namun tidak menutup kemungkinan orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun adayang berpendapat demikian. Mereka umumya menganggap bahwa rambu yang merupakan sebuahtanda hanyalah berarti sebagai sebuah tanda biasa. Namun, bagi beberapa orang lain mereka tidaksetuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka tanda merupakan bagian dari arsitektur, maka dariitu disebut sebagai bentuk arsitektur. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Derridapembahasannya mengenai deconstruction, yang lebih menyangkut pembahasan mengenai text.Menurutnya, text (tanda) bukan merupakan instansi independen, setiap tanda menunjuk pada tanda-tanda lain. Dan keberadaan tanda berhubungan dengan ada dan hadirnya sesuatu. Dalam konteks ini,tanda tersebut adalah rambu yang menunjuk kepada keberadaaan yang lain, yang akhirnya akanmembentuk suatu jaringan. Dan hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, karena dalam arsitekturpun tidak ada sesuatu yang bisa berdiri sendiri, semuanya saling berhubungan, bahkan dapatmembentuk sebuah jaringan.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, arsitektur berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitarmanusia dan erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik maya maupun nyata. Dan terkadang, kitasulit untuk dapat membedakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa dilepaskandengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wigglesworthdan Till (1998), “issue of Architectural Design attempts to capture the fragility of that distortedreflection, where image and reality blur”. Lebih lanjut Wigglesworth dan Till juga mengungkapkan :“we explicitly acknowledge the everyday as a productive context for the making, occupation, andcriticism of architecture”.

Sesuatu yang merupakan suatu bentuk arsitektur pun bisa jadi merupakan sesuatu yang tidakkita sadari, tapi dekat dengan kehidupan kita, contohnya mengenai ugly and beauty. Banyak diantarakita yang menganggap kedua hal tersebut sebagai suatu keadaan yang memang ada dalam kehidupan,tapi bukan sebagai bentuk arsitektur. Ternyata pandangan mereka salah, kedua hal tersebut merupakanbagian dari arsitektur, tepatnya lebih kepada sense. Meskipun kedua hal tersebut sifatnya relatif,namun dalam arsitektur rasa akan sesuatu sangat penting artinya. Terutama bila hal tersebutberhubungan dengan sesuatu yang akan dihasilkan oleh seorang arsitek.

Dari semua pembahasan di atas menunjukkan bahwa arsitektur merupakan sesuatu yangkompleks, mulai dari asal mulanya sampai dengan definisinya. Dan dalam arsitektur subjektifitasmemang menjadi sesuatu yang sering terjadi. Bahkan dalam pendefinisian mengenai arsitektur itusendiri pun pandangan subjektif dari tiap orang menjadi penting, maka dari itu sulit untuk dapatbenar-benar mendefinsikan arsitektur. Dan seperti yang sudah dijelaskan juga, arsitektur memangmemiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan kehidupan manusia. Dan hal tersebut jarang disadarioleh kita, sehingga wajar jika banyak yang beranggapan bahwa arsitektur hanya sekedar merancangbangunan, sementara di luar itu bukan merupakan bentuk arsitektur. Oleh karena itu kita perluberpandangan terbuka jika ingin memahami arsitektur dengan baik.

Menurut kami, arsitektur merupakan intepretasi akal sadar manusia tentang kenyamanan.Manusia mulai menciptakan arsitek baginya sebagai tempat bernaung yang memberikan kenyamanan.Dalam berbagai macam persepsi tentang arsitektur, kami melihat arsitektur menurut pandangan lain

Page 108: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

108J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

bahwa, arsitektur itu tergolong sebagai sesuatu yang rasional dan Empiris. Berangkat dari keduapandangan ini sehingga kami coba menspekulasi Teori Rasionalisme dan Teori Empirisme menjadiTeori Rasionansi Arsitektur dan Teori Empirisme Arsitektur dalam mempelajari Arsitektur. KeduaTeori yang dispekulasi tersebut, memiliki pandangan yang sesuai dan pasti untuk dipergunakansebagai bagian daripada teori arsitektur.

Kedua Teori spekulasi ini, berpandangan bahwa, arsitektur sebagai tempat atau ruang yangdiciptakan bagi ketenangan, kenyamanan, dan strategi, Menurut Rasionansi Arsitektur. SedangkanEmpirisme Arsitektur berpandangan bahwa, Pemikiran tentang arsitektur tidak dibawa oleh manusiasemenjak lahir, melainkan melalui proses hidup sebagai pengalaman. Kita akan melihat uraian keduaTeori Spekulatif ini secara bersama.1. Rasionansi Arsitektur

Rasionansi Arsitektur. Merupakan teori spekulatif dari pemikiran rasionalisme, yangsengaja diusulkan sebagai suatu teori baru. Bahwa arsitektur merupakan gerakan rasionalis, yangdapat kita jadikan sebagai suatu dokrtin yang menyatakan bahwa suatu bentuk arsitektur haruslahditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta. Oleh karena itu,kami memberikan predikat namanya dengan Rasionansi Arsitektur. Nama tersebut sesuai denganPredikat Pemikirannya, yaitu bahwa Rasionansi Arsitektur mempunyai kemiriban dari segiideologi dan tujuan. Dalam hal pemikiran Rasional, arsitektur bertujuan sebagai sebuah wahanabagi kehidupan, baik kelompok maupun tunggal, dan pemikiran ini cukup beralasan logis.

Rasionansi Arsitektur mengatakan bahwa, arsitektur sebagai tempat atau ruang yangdiciptakan bagi ketenangan, kenyamanan, dan strategi. Pendapat lain daripada Aliran pemikiranRasionansi Arsitektur bahwa, arsitektur tidak memilih manusia, namun sebaliknya, bahwa yangmemilih dan menciptakan arsitektur adalah Manusia. Rasionansi Arsitektur tidak mengklaimbahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Karena, Arsitekturdapat diterapkan secara lebih umum dan lebih khusus. Tergantung yang membutuhkannya.

Teori Rasionansi Arsitektur ini dapat dijadikan sebagai teori arsitektur dalam terapan umumdan terapan khusus dalam berarsitektur. Mengapa demikian? Karena Teori Rasionansi Arsitekturmengatakan bahwa, arsitektur tidak dibutuhkan hanya sekedar sebagai tempat tinggal, melainkanarsitektur sebagai Nilai, Kaidah, dan Simbol (simbol Kejayaan bangsa, Simbol Kejayaan Negara,simbol Kejayaan suku, simbol agama, simbol adat istiadat, dan lain sebagainya), sehingga aliranteori Rasionansi Arsitektur menganggap, segala sesuatu itu memiliki ide dan membutuhkankenyamanan. Rasionansi Arsitektur juga mengatakan bahwa, Arsitektur tidak sebagai sesuatuyang umum saja, tetapi juga sebagai sesuatu yang pribadi, yaitu arsitektur sebagai nilai individu,Kaidah individu, simbol indidvidu, (simbol kemampuan seseorang, simbol kebesaran seseorang,arsitektur menjadi sebab stratifikasi. dll) karena Teori Rasionansi Arsitektur menempatkandirinya pada posisi yang holistik juga khusus, sehingga ia dapat diterapkan secara umum dankhusus. oleh karenanya, Teori Rasionansi Arsitektur sebagai sesuatu yang pemikirannyaberkaitan dengan Manusia secara umum, perorangan (Individu), Kelompok dan juga berkaitandengan objek kaku seperti Gedung, Kota, Jalan, Pelabuhan. Dll. Inilah pemikiran daripada TeoriRasionansi Arsitektur yang coba kami ketengahkan dari spekulasi Pemikiran Rasionalisme untukdipakai sebagai suatu teori dalam berarsitektur.

Page 109: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

109J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Empirisme Arsitektur.Empirisme Arsitektur. Merupakan suatu teori baru yang diusulkan sebagai aliran dalam

pemikiran berarsitektur. Teori ini menganut pemikiran Empiris, yang mana Teori ini menyatakanbahwa, semua pengetahuan tentang arsitektur itu berasal dari pengalaman manusia. Pemikirantentang arsitektur tidak dibawa oleh manusia semenjak lahir, melainkan melalui proses hidupsebagai pengalaman. Dengan pemikiran demikian, maka predikat nama daripada Teori ini disebutTeori Empirisme Arsitektur.

Berangkat dari Spekulasi pemikiran empirisme, sehingga muncullah teori EmpirismeArsitektur ini. Teori Empirisme Arsitektur berpendapat bahwa, manusia ketika melakukan segalasesuatu yang berkaitan dengan arsitektur, mereka terlebih dahulu mendapatkan inspirasi darihidup sebagai suatu pengalaman yang mendorong pemikiran mereka untuk berencana, bergerak,mendesain, dan membuktikan semua rencana itu secara nyata. Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa, arsitektur merupakan sesuatu yang lahir dari pengalaman empirik. Inilahaliran utama dalam pemikiran Teori Empirisme Arsitektur yang coba kami ketengahkan darispekulasi teori Empirisme untuk dijadikan sebagai sebuah teori dalam berarsitektur.

Walaupun kelihatannya pemikiran kedua Teori ini sebagai spekulasi Teori, namun keduanyamemiliki nilai aksiomatika, yang mana terdapat arah pemikiran dan pandangan penting dalammemaknai dan membaca serta mempelajari arsitektur secara beralasan dan logis.

Disadari bahwa, betapa pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik. Kita tidak bolehterlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Menurut Kami:"Praktik dan teori adalah Pangkal arsitektur. Bukti arsitektur sebagai hasil elaborasi pemikirandan kreasi. Didalam berpikir dan berkreasi, pasti muncul pertanyaan-pertanyaan yang berkaitandengan kreasi, pertanyaan-pertanyaan itu lalu dijawab oleh pemikiran. Ketika persoalan itu dapatdiselesaikan, maka merupakan suatu pengalaman dalam berkreasi. Dengan demikian makapemikiran tersebut akan tetap dipertahankan sebagai jalan atau pola utama dalam berkreasi.Pemikiran ini akhirnya dijadikan sebagai suatu teori. Dengan demikian bahwa, arsitektur atausegala perilaku dan kreasi manusia, merupakan hasil dari teori dan praktik. Tanpa teori praktiktidak berjalan dengan sempurna, begitupun sebaliknya bahwa tanpa praktik, teori tidak berguna.Praktik adalah tindaklanjut daripada khayalan, Rencana, Rancangan, Angan-angan, yangberkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau penkerjaannya dengan tangan, dalamproses konversi suatu kreasi bentuk dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiranberalasan yang menjelaskan proses konversi suatu kreasi menjadi hasil akhir sebagai jawabanterhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapatmenjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yangberteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorangarsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikankebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".

Page 110: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

110J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, P. 1979. Beberapa patokan perencanaan bangunan candi. Yogyakarta: Universitas gajah Mada,Disertasi, Fakultas Teknik, 1984. Apa yang Terjadi Pada Arsitektur Jawa. Yogyakarta: LembagaJavanologi. Dakung, S. 1981. Arsitektur tradisional daerah Istimewa Yogyakarta. ProyekInventarisasidan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Eliade, M. 1959. The Sacred and the Profane.The nature of the religion. Diterjemahkan olehWillard R.Trask.A. New York: Harvest Book, Harcourt, Brace& World,Inc.

Hamzuri, ......., Rumah tradisional Jawa. Proyek Pengembangan Permusiuman DKI. Jakarta: DepartemenPendidikan dan kebudayaan.

Ismunandar, K.R. 1986. Joglo,Arsitektur rumah tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize. Lombard, D.1999. Nusa Jawa: Silang budaya, warisan kerajaan-kerajaan konsentris.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Munitz, M.K. 1981. Space, Time and Creation: Philosophical aspects of scientific cosmology.

New York: Dover.Priyotomo, J. 1984. Ideas and forms of Javanese Architecture. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.Santosa, R.B. 2000. Omah, membaca makna rumah Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.Selosumarjan. 1962. Social changes in Yogyakarta. Ithaca: Cornell University Press.Suseno, M.F. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Setiawan, A.J. 1991. Rumah tinggal orang Jawa;Suatu kajian tentang dampak perubahan wujud arsitektur

terhadap tata nilai sosial budaya dalam rumah tinggal orang Jawa di Ponorogo. Jakarta:Universitas Indonesia, Tesis.

Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Fausch, D. (1997). Ugly and Ordinary: The Representation of the Everyday . Dalam Harris, S. danBerke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of theEveryday. New York: Princeton Architectural Press.Lefebvre, H. (1997). The Everyday and Everydayness. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.),Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Catanese, A. J. & Snyder, J. C. (1991). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit ErlanggaO’Gorman, J. F. (1997). ABC of Architecture. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Page 111: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

111J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rasmussen, S. E. (1964). Experiencing Architecture. Cambridge: The MIT Press.Shepheard, P. (1999). What is Architecture? Cambridge: The MIT Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.http://juanfranklinsagrim.blogspot.comhttp://www. Hamah.socialgo.comGoogle terjemahan bebas, tentang kebudayaa, arsitektur, kota.

Page 112: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

112J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

TENTANG PENULIS

Juan Frank Hamah Sagrim, Lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib,Kampung Sauf, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada06 April 1982. Ayah Nixon Sagrim (alm) dan Ibu Marlina Sagrim/Sesa.Orang tua bekerja sebagai Penginjil di lingkungan Klasis GKI Maybrat,dan tenaga Medic Klasis GKI Maybrat. Hamah adalah anak Kedua dariempat Bersaudara, (Jeremias, Daud Itas, dan Desi Sah Bolara).Pendidikan: SD Bethel Sauf, SLTP N1 Ayamaru, SMA YPK 1Ebenhaezer Sorong. Melanjutkan Kuliah di Institut Teknologi Adhi TamaSurabaya “ITATS” Jurusan Teknik Arsitektur, pindah danMelanjutkannya di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, 2006, padaJurusan yang sama. Aktivitas Ekstra: Menjadi Tutor Pelatihan Mengetik10 jari bersama Missionaris Jerman Tn. Hesse dkk. Di wilayah Maybrat,Imian, Sawiat, Tehit, thn.2000. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa timur Surabaya, 2004, Menjabat Ketua Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa Timur 2005. Anggota Ikatan Arsitektur Asia Pacific 2003. Anggota Gerakan MahasiswaNasional Indonesia (GMNI) 2004. Team Perumusan Metode Belajar Mengajar Nusantara bersamaDirjen Pendidikan Tinggi RI 2006. Menjabat Koordinator Mahasiwa Arsitektur Asia Pacific Rayon IIIndonesia Bagian Tengah DIY 2006-2008. Anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)2008. Menjabat Ketua Asrama Mahasiswa Papua 2008. Menjabat Direktur Program Lembaga StudyPapua (LSP) 2007-2008. Anggota Luar Biasa University Harytake program UNESCO 2007-2008.Menjabat Sekretaris Umum Lembaga Intelektual Tanah Papua 2009-sekarang. Peneliti Tamu bidanglintas Budaya (researcher of cross culture) pada Yayasan Pondok Rakyat (YPR) DIY 2008-2009.Civitas Yayasan STUBE-hemat Yogyakarta 2007-sekarang. Tenaga Pengarah kerja padaperkumpulan seniman rantau di Yogyakarta 2009-sekarang. Agen Informan GRIC dan Pax Roman2008-2010. Anggota International Working Group (IWG) for Asia Africa to Globalization 2009-sekarang. Staf Ahli pada Team Peneliti dan Pemerhati Arsitektur Tradisional Nusantara UWMY,2010. Peneliti Lepas dan Penulis. Ketika Menulis Buku ini, masih aktif Sebagai MahasiswaUniversitas Widya Mataram Yogyakarta. Berkeinginan besar sebagai Peneliti dan Ilmuwan Muda.Beberapa Karya Tulis adalah:

• Makalah Ilmiah “ Kajian Tentang Keterkaitan Seni BudayaEtnic Negro Melanesoid Papua Dan Negroid Afrika”, 2009.

“Karya ini merupaka karya yang luarbiasa baginya daripada karya yang lain”Karya yang sudah diterbitkan adalah:

Page 113: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

113J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

HISTORY OF GOD IN TRIBALS RELIGIONKISAH TUHAN DALAM AGAMA SUKU

RAHASIA THEOLOGIA TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUAWiyon-wofle

DIPARALELKAN DENGAN ALKITABBeberapa karya Tulis yang belum diterbitkan adalah:1. Arsitektur Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Papua “Halit-Mbol Chalit” dalam

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Dengan Usulan Konsep Desain dari Bentuk Tradisionalke Bentuk Moderen. “sebagai suatu kajian ethno arsitektur”.

2. Sistem Kepemimpinan dan sistem Politik tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat “Ra Bobot-NaBobot-Big Man” dan Pengaruh Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, Terhadap Lingkungannya .

3. Menyelamatkan Hutan Adat Papua Sebagai Suplai Oksigen Terbesar Dunia, dengan usulankonsep dan rekomendasi agar dalam pernyataan Protokol Kyoto mencanangkan pola penanganantata laksana lingkungan hidup untuk mengatasi Global warming dengan sistem communal.

4. Mengapa Orang Papua Diprediksikan akan Punah Pada tahun 2030?5. Tata Bahasa Maybrat. Disusun Dalam Bahasa Indonesia – Inggris –Maybrat.6. Penuntun Untuk Berpikir Bijaksana “The Bigest Thingking”.7. Bamboo in the socio cultural living society of Java - Kegunaan Bambu dalam kehidupan sosial

budaya masyarakat Jawa8. Teori Arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat9. Pengaruh Arsitektur Terhadap Fenomena Lingkungan Alam10. Pendidikan Tradisional Wanita Maybrat, Imian, Sawiat - “Finya mgiar”.

Kini sedang mempersiapkan penyusunan buku barunya, yaitu:1. ENCYCLOPEDIA ADAT ISTIADAT BUDAYA MAYBRAT

2. KAMUS BAHASA MAYBRAT

Makalah-makalah kajian lain adalah:1. Menguak Imunity Rasial Diskriminasi Terhadap Orang Papua (Makalah Konferensi Asia-

Afrika) disampaikan pada “International Conference of 55th. Asia – Africa Sustainabelity”,Thaksin University-Mindanao, Moro, Philipines; March, 2009; UI Depok Jakarta, Oktober, 2009.

2. Benturan budaya lokal negara non kapitalisme dengan budaya global negara kapitalisme(Makalah Simposium) – disampaikan pada “Simposium nasional”. Kebudayaan dankeeksistensian local wosdom sebagai tatanan bangsa, UGM, Yogyakarta, Juni, 2008.

3. Pandangan Kontemporer Papua tentang keindonesiaan (Makalah Dialog) - disampaikan pada“Dialog Nasional, Ketahanan Negara”, UC UGM, Yogyakarta, July, 2010.

4. Usaha Melepaskan Papua Dari Cengkeraman Asing (Makalah Seminar Nasional)- disampaikanpada “ National Seminary”, UPI Bandung, September, 2009.

5. Penyusunan Metode Belajar Mengajar Nusantara Bersama DIKTI, (Makalah Pembelajaran,Student Equity), Quality Hotel Yogyakarta April, 2006.

Page 114: ARSITEKTUR DAN KEBUDAYAAN - HAMAH SAGRIM

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

114J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

6. Peran Pemuda Dalam Memajukan Bangsa (Makalah Dialog), disampaikan dalam “DialogPemuda Nasional Regional II Indonesia Bagian Tengah”, Gedung Negara Gubernur Yogyakarta,Oktober, 2006.

7. Apa Peran Gereja di Tengah Pergolakan Umat Manusia di Tanah Papua (Makalah Diskusi),disampaikan dalam “Saresehan LITP”, Pogung Rejo Yogyakart, September, 2010.

8. SAVING EARTH’S HAS INTEGRAL LIFE SYSTEM: Can Asian-African Visions RescueBiodiversity from the West-born Globalization? (Makalah Konferensi) disampaikan dalam“Comemoration 55th. Asia-Afrika Conference”, Yogyakarta Indonesia, October, 25-27, 2010 -Rabat Moroco 23-25 Nopember, 2010.

9. Indegenous People In Papua and Asia Religion: DIVERSITY IN GLOBALIZED SOCIETY.(Makalah Konferensi) disampaikan dalam “The Role of Asia and Africa for a SustainableWorld 55 Years after Bandung Asian-African Conference 1955. Asia – Africa Summit,Yogyakarta-Molucas Nopember, 2010.

10. Kajian Kritis Tentang Pasar Bebas dan Pengaruhnya terhaap Ketahanan Negara nonKapitalisme. Kliping Pribadi, 2009

11. Pendidikan Zaman Pendudukan Bangsa Asing di Papua. Kliping Pribadi, 2010.12. Pranata Kehidupan Negara Berkembang. Kliping Pribadi, 2009.13. Struktur Fungsional Dominasi Budaya Kapitalisme. Kliping Pribadi, 2008.14. Memaknai Arsitektur Nusantara Sebagai Kearifan Lokal Di Era Globalisasi. Kliping Pribadi,

2010.15. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen Dalam Konstelasi Kristen di Tehit, Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua. Kajian sejarah. Kliping Pribadi, 2007.16. Evolusi Pemikiran Pembangunan. Kliping Pribadi, 2007.17. Kajian Kritis Tafsiran Yesus Kristus – Isa Almaseh dari Alkitab dan Al-Quran. Kliping

Pribadi, 2009.18. Refleksi Kehidupan Masyarakat Plural Moderen dan Majemuk Papua. Kliping Pribadi, 2010.19. Sejarah-Sejarah Alkitab dan yang berkaitan dengan Kejadian dalam Alkitab. Kliping Pribadi,

2008.20. Transisi Masyarakat Tradisional Indonesia. Kliping Pribadi, 2009.21. Teori konvergensi dan Pertumbuhan Ekonomi. Kliping pribadi, 2007.22. Arsitektur Tradisional dalam RENSTRA Pengembangan tata ruang kota berbasis kebudayaan

lokal. Kliping pribadi, 2008.23. Usulan teori dalam berarsitektur; Rasionansi Arsitektur, dan Empirisme arsitektur.

Kliping Pribadi, 2011.