Arsip Untuk BERITA TV

4
Arsip untukBERITA TV BERITA TV DASAR JURNALISTIK TELEVISI Pendahuluan, Drs. A.M. Hoetasoehoet dari Sekolah Tinggi Publisistik/STP Jakarta, membedakan antara media cetak dengan media radio/televisi sebagai berkut: “ Radio dan Televisi menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu. Sementara media cetak (suratkabar/majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang “. Dari catatan tersebut dapat kita artikan bahwa media televisi pada saat ada siaran, siarannya dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancaran (menguasai ruang), tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu). Sedangkan media cetak untuk dapat sampai kepada pembacanya memerlukan waktu (tidak menguasai ruang), tetapi dapat dibaca dimana saja dan kapan saja serta dapat diulang-ulang (menguasai waktu). Penyajian berita televisi juga berlainan dengan penyajian berita radio, karena kedua media elektronik ini berbeda sifat dan karakteristiknya. Media televisi selain menyiarkan suara juga menyiarkan gambar sedan radio hanya menyiarkan suara. Hal ini menyebabkan siaran berita radio tidak perlu menuntut adanya sinkronisasi sedang kan siaran berita televisi mutlak menuntut adanya sinkronisasi. Sinkronisasi disini adalah ketepatan antara naskah berita yang dibaca dengan gambar yang ditayangkan. Jelasnya bila penyiar mengucapkan “sepuluh ekor sapi................” maka gambar yang tampak dilayar juga harus gambar sapi (meski tidak harus berjumlah sepuluh) dan bukan gambar gajah. Untuk itulah penyajian berita televisi harus mengingat antara lain : 1. Faktor Singkronisasi 2. Sifat media televisi itu sendiri 3. Rumus Easy Listening Formula, artinya enak didengar pada awalnya. Hal ini sangat erat hubungannya dengan pemilihan

description

PEMBELAJARAN BERITA TV

Transcript of Arsip Untuk BERITA TV

Arsip untukBERITA TV

BERITATVDASAR JURNALISTIK TELEVISI

Pendahuluan,Drs. A.M. Hoetasoehoet dari Sekolah Tinggi Publisistik/STP Jakarta, membedakan antara media cetak dengan media radio/televisi sebagai berkut:

Radio dan Televisi menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu. Sementara media cetak (suratkabar/majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang .

Dari catatan tersebut dapat kita artikan bahwa media televisi pada saat ada siaran, siarannya dapat diterima dimana saja dalam jangkauan pancaran (menguasai ruang), tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali (tidak menguasai waktu). Sedangkan media cetak untuk dapat sampai kepada pembacanya memerlukan waktu (tidak menguasai ruang), tetapi dapat dibaca dimana saja dan kapan saja serta dapat diulang-ulang (menguasai waktu).

Penyajian berita televisi juga berlainan dengan penyajian berita radio, karena kedua media elektronik ini berbeda sifat dan karakteristiknya. Media televisi selain menyiarkan suara juga menyiarkan gambar sedan radio hanya menyiarkan suara. Hal ini menyebabkan siaran berita radio tidak perlu menuntut adanya sinkronisasi sedang kan siaran berita televisi mutlak menuntut adanya sinkronisasi. Sinkronisasi disini adalah ketepatan antara naskah berita yang dibaca dengan gambar yang ditayangkan. Jelasnya bila penyiar mengucapkan sepuluh ekor sapi................ maka gambar yang tampak dilayar juga harus gambar sapi (meski tidak harus berjumlah sepuluh) dan bukan gambar gajah.

Untuk itulah penyajian berita televisi harus mengingat antara lain :

1. Faktor Singkronisasi

2. Sifat media televisi itu sendiri

3. Rumus Easy Listening Formula, artinya enak didengar pada awalnya. Hal ini sangat erat hubungannya dengan pemilihan kata-kata yang mudah dimengerti dan enak didengar serta cara penyampaiannya harus baik

4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, Baik berarti harus sesuai dengan etika dan benar berarti sesuai dengan kaidah.

Seleksi Berita

Selain harus berlandaskan pada ilmu-ilmu jurnalistik, wartawan televisi harus kreatif dan mengetahui benar peristiwa atau hal-hal yang mempunyai nilai jurnalistik. Namun sebagai warga negara yang mempunyai kewajiban menjaga keutuhan NKRI maka wartawan televisi Indonesia harus pula berpedoman pada Undang-Undang Pokok Pers dan Kote Etik Jurnalistik Indonesia.

Pers Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang Pokok Pers, dalam menyiarkan berita harus memenuhi syarat-syarat :

1. Penting (Important)

2. Menarik (Interesting)

3. Masih Baru (Actual)

4. Aman bila disiarkan (Security)

Meskipun pada dasarnya unsur berita yang paling penting adalah butir 1-3, tetapi karena kita harus tunduk kepada azas yang dianut oleh Pers Indonesia, yaitu Pers yang Bebas tetapi bertanggung Jawab. Maka Keutuhan Negara dan Keutuhan Pancasila harus kita utamakan.

Teknik Pembuatan Berita Televisi

Penulisan Berita televisi harus mengingat 5 (lima) unsur pokok, yaitu :

a. Accuracy - penulisan harus tepat (100% Akurat)

b. Brevity - Penulisan harus ringkas (kalimat pendek 20-25 kata per kalimat)

c. Clarity - Penulisan harus Jelas (bahasa yang baik dan mudah dimengerti)

d. Simplicity - Penulisan harus simpel/praktis (

e. Sincerity - Penulisan yang dapat dipercaya.

Kelima unsur pokok ini biasa disingkat ABCSS.

Penulisan juga harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang digunakan (di Indonesia bahasa Indonesia). John Hohenberg dalam bukunya The Profesional Journalist mengemukakan pendapat :

There are no exception to the rule that the correct grammatical usage is essential to good journalism. Preciseness of language sharpens the meaning of fact.That

is why the two go hand in hand .

Artinya :

Tidak ada kekecualian, bahwa jurnalisme yan baik adalah harus menggunakan tata bahasa/gramatika yang benar. Penggunaan bahasa yang benar akan memberikan arti yang tepat. Itulah sebabnya keduanya saling berkaitan. Untuk itu penulisan berita televisi hendaknya mengikuti kaidah-kaidah baku antara lain seperti :

- Jujur Artinya tidak menambah atau mengurangi fakta, dan kutipan harus sesuai dengan sumber berita.

- Akurat Artinya Memang betul-betul 100% akurat, dan opini/fakta yang belum diketahui umum harus ada atribusinya.

- Terbuka Artinya Semua phak mendapatkan kesempatan yang sama, membuka ruang hak jawab dan tidak membias. Mengingat sifat berita harian itu induktif, artinya bahwa harus dikemukakan yang penting-penting terlebih dahulu, baru diikuti yang kurang penting sebagai pelengkap, maka penulisan naskah berita televisi harus menggunakan teknik Piramida Terbalik.

Bila seorang reporter meliput suatu peristiwa atau seseorang redaktur akan membuat berita release, maka reporter/redaktur itu harus cepat dapat menentukan apakah yang menjadi topik berita tersebut. Setelah ditemukan topik beritanya, barulahdicari masalah yang paling dekat dengan topik berita itu (pemaparan masalah). Setelah itu, masalah dapat diuraikan sesuai hubungan permasalahan yang ada hubungannya dengan topik berita itu. Kalau waktu masih memungkinkan, maka latar belakang dari berita itu dapat ditambahkan, demikian pula keterangan lain yang sifatnya kurang penting.