Argumen

5
We Are A Driver Not A Passenger Di Indonesia, banyak para mahasiswa yang masih memandang rendah tentang kemaritiman. Mereka lebih berfokus kepada bidang industri, arsitektur, atau komunikasi. Sebab, di pangsa pasar memang ketiga hal itulah yang saat ini masih merajai perekonomian di Indonesia. Padahal kalau kita teliti lebih dalam, banyak arsitek yang asal-asalan dalam membangun sebuah gedung atau bangunan, seperti tidak menghitung tata letak kota, penghijauan, atau saluran air yang dapat berakibat pada penyempitan dan mengurangi paru-paru kota. Banyak para desainer yang belom mau memanfaatkan sampah-sampah limbah sebagai bahan desainnya hanya karena mereka menganggap bahwa itu sudah tidak layak pakai lagi. Padahal banyak limbah sampah tersebut yang dapat di daur ulang dan memiliki nilai jual. Atau para industri-industri yang dengan tenangnya membuang limbahnya ke kali atau sungai tanpa di daur ulang terlebih dahulu. Padahal semenjak kuliah, mereka telah diajarkan untuk peduli terhadap lingkungannya. Kalau pembuangan limbah berbahaya itu tidak dapat dihentikan, minimal dapat dikurangi penggunaannya. Percuma ada mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan jika hasil yang di dapat

description

Maritime

Transcript of Argumen

  • We Are A Driver Not A Passenger

    Di Indonesia, banyak para mahasiswa yang masih

    memandang rendah tentang kemaritiman. Mereka lebih

    berfokus kepada bidang industri, arsitektur, atau komunikasi.

    Sebab, di pangsa pasar memang ketiga hal itulah yang saat ini

    masih merajai perekonomian di Indonesia. Padahal kalau kita

    teliti lebih dalam, banyak arsitek yang asal-asalan dalam

    membangun sebuah gedung atau bangunan, seperti tidak

    menghitung tata letak kota, penghijauan, atau saluran air yang

    dapat berakibat pada penyempitan dan mengurangi paru-paru

    kota.

    Banyak para desainer yang belom mau memanfaatkan

    sampah-sampah limbah sebagai bahan desainnya hanya karena

    mereka menganggap bahwa itu sudah tidak layak pakai lagi.

    Padahal banyak limbah sampah tersebut yang dapat di daur

    ulang dan memiliki nilai jual. Atau para industri-industri yang

    dengan tenangnya membuang limbahnya ke kali atau sungai

    tanpa di daur ulang terlebih dahulu. Padahal semenjak kuliah,

    mereka telah diajarkan untuk peduli terhadap lingkungannya.

    Kalau pembuangan limbah berbahaya itu tidak dapat dihentikan,

    minimal dapat dikurangi penggunaannya. Percuma ada mata

    kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan jika hasil yang di dapat

  • tetaplah sama seperti sebelumnya. Itu berarti mahasiswa tidak

    sungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajibannya.

    Hal sederhana seperti ini pun tidak disadari oleh mereka

    yang menganggap dirinya sudah mahasiswa. Sama seperti

    mereka yang belum mau menyadari tentang manfaat

    kemaritiman untuk kemajuan Indonesia. Mereka belum

    menyadari bahwa saat ini orang asing sedang berlomba-lomba

    untuk menguasai lautan Indonesia. Padahal, ke depan industri

    kelautan Indonesia akan semakin strategis, seiring dengan

    pergeseran pusat ekonomi dunia dari bagian Atlantik ke Asia-

    Pasifik. Hal ini terlihat 70 persen perdagangan dunia

    berlangsung di kawasan Asia-Pasifik. Secara detail 75 persen

    produk dan komoditas yang diperdagangkan dikirim melalui

    laut Indonesia dengan nilai sekitar 1.300 triliun dolar AS per

    tahun. Para mahasiswa belum sadar bahwa Indonesia sedang

    dihancurkan secara perlahan-lahan oleh orang asing yang telah

    mengetahui potensi kemaritiman Indonesia. Dengan cara apa?

    Dengan menawarkan bantuan baik dari segi materi maupun

    tenaga untuk membantu Indonesia.

    Perusahaan-perusahaan asing itu telah menancapkan

    kukunya di Indonesia, kapan para mahasiswa Indonesia akan

    menyadari hal ini? Kapan para mahasiswa akan mengambil alih

    perusahaan-perusahaan asing itu? Sebab laut itu adalah

    kepunyaan kita, bangsa Indonesia. Seharusnya kita yang

    bertanggung jawab atas itu semua. Seharusnya kita marah dan

  • mengambil langkah seperti saat ada orang lain yang mengambil

    barang kiita tanpa ijin.

    Mereka baru menancapkan kuku disini, tapi kita sudah

    dari dulu menancapkan akar. Jangan sampai akar kita akan

    tercabut oleh kuku-kuku itu. Sebab akar seharusnya lebih kuat

    daripada kuku.

    Tapi saya mengetahui bahwa perlahan-lahan mahasiswa

    di Indonesia berjuang dan bangkit untuk mengambil haknya

    lagi. Terbukti dari banyaknya pemuda di Papua dan Kepulauan

    Riau, yang wilayahnya dekat dengan laut, mempelajari tentang

    teknologi kelautan itu sendiri. Banyak dari kita yang tidak mau

    hanya menjadi penumpang di kapal sendiri, because were a

    driver not a passenger. Jadi, setiap dari kita adalah driver,

    pemegang kendali, yang memerintah bukan diperintah, dan

    yang paling mengetahui tentang laut Indonesia, karena sekali

    lagi kita telah menancapkan akar disini, Indonesia.

    Selama ini sudah menjadi rahasia umum bila industri

    dan jasa maritim Indonesia berada di bawah kendali Singapura.

    Sebagian kapal yang berlayar menghubungkan antar pulau,

    sebagian besar menggunakan bendera negeri The Red Dot,

    khususnya kapal yang memuat barang-barang terkait dengan

    berbagai macam industri. Sebagai contoh industri perkapalan

    yang bertebaran di beberapa tempat di Kepulauan Riau,

    khususnya di pulau Batam dan beberapa pulau sekitarnya,

    termasuk pulau Karimun. Di sana ada investasi bidang

  • perkapalan dan mayoritas pelakunya berasal dari negeri yang

    sangat takut terhadap Marinir Indonesia.

    Pertanyaannya, mengapa hal demikian bisa terjadi?

    Tidak sulit untuk menjawabnya, yaitu bisa jadi karena ada

    pembiaran dari pembuat kebijakan di bidang investasi. Bisa

    pula karena para pembuat kebijakan di negeri ini tidak paham

    strategisnya dunia maritim bagi Indonesia.

    Jika industri maritim Indonesia mau berkembang dan

    siap bersaing dengan industri sejenis, maka pemerintah

    khususnya Kementerian Perhubungan, Kementerian

    Perindustrian, Kementerian BUMN dan Kementerian

    Keuangan harus membuka mata dan jangan mau dipengaruhi

    para pelobi yang mewakili pihak-pihak pencari keuntungan,

    tanpa memikirkan nasib bangsa. Langkah pertama, melakukan

    revitalisasi atau deregulasi di sektor fiskal sehingga Indonesia

    bisa kompetitif. Kecuali bangsa ini mau jadi pecundang terus.

    Selanjutnya, lakukan perombakan total di lingkungan

    lembaga pemberi klasifikasi sehingga dunia pelayaran

    internasional dan asuransi kerugian mengakui keberadaannya.

    Kemudian, susun ulang kurikulum lembaga pendidikan maritim

    oleh Kemendiknas supaya Indonesia mempunyai SDM maritim

    yang berkualitas dan bertanggung jawab. Jika tidak, industri

    maritim Indonesia hanya tinggal nama.

  • Jadi hal sederhana sebagai mahasiswa yang saat ini

    sedang mempelajari tentang maritime di Indonesia adalah

    belajar dengan sungguh-sungguh, agar nantinya kita dapat

    memegang kendali dan memperbaiki hal-hal yang telah keluar

    dari jalurnya. Belajar tentang kejujuran dan bekerja keras dari

    sekarang sebab nantinya Indonesia memerlukan orang-orang

    yang jujur dan dapat dipercaya.