Argumen
-
Upload
an-nisa-nurbaity -
Category
Documents
-
view
5 -
download
3
description
Transcript of Argumen
-
We Are A Driver Not A Passenger
Di Indonesia, banyak para mahasiswa yang masih
memandang rendah tentang kemaritiman. Mereka lebih
berfokus kepada bidang industri, arsitektur, atau komunikasi.
Sebab, di pangsa pasar memang ketiga hal itulah yang saat ini
masih merajai perekonomian di Indonesia. Padahal kalau kita
teliti lebih dalam, banyak arsitek yang asal-asalan dalam
membangun sebuah gedung atau bangunan, seperti tidak
menghitung tata letak kota, penghijauan, atau saluran air yang
dapat berakibat pada penyempitan dan mengurangi paru-paru
kota.
Banyak para desainer yang belom mau memanfaatkan
sampah-sampah limbah sebagai bahan desainnya hanya karena
mereka menganggap bahwa itu sudah tidak layak pakai lagi.
Padahal banyak limbah sampah tersebut yang dapat di daur
ulang dan memiliki nilai jual. Atau para industri-industri yang
dengan tenangnya membuang limbahnya ke kali atau sungai
tanpa di daur ulang terlebih dahulu. Padahal semenjak kuliah,
mereka telah diajarkan untuk peduli terhadap lingkungannya.
Kalau pembuangan limbah berbahaya itu tidak dapat dihentikan,
minimal dapat dikurangi penggunaannya. Percuma ada mata
kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan jika hasil yang di dapat
-
tetaplah sama seperti sebelumnya. Itu berarti mahasiswa tidak
sungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajibannya.
Hal sederhana seperti ini pun tidak disadari oleh mereka
yang menganggap dirinya sudah mahasiswa. Sama seperti
mereka yang belum mau menyadari tentang manfaat
kemaritiman untuk kemajuan Indonesia. Mereka belum
menyadari bahwa saat ini orang asing sedang berlomba-lomba
untuk menguasai lautan Indonesia. Padahal, ke depan industri
kelautan Indonesia akan semakin strategis, seiring dengan
pergeseran pusat ekonomi dunia dari bagian Atlantik ke Asia-
Pasifik. Hal ini terlihat 70 persen perdagangan dunia
berlangsung di kawasan Asia-Pasifik. Secara detail 75 persen
produk dan komoditas yang diperdagangkan dikirim melalui
laut Indonesia dengan nilai sekitar 1.300 triliun dolar AS per
tahun. Para mahasiswa belum sadar bahwa Indonesia sedang
dihancurkan secara perlahan-lahan oleh orang asing yang telah
mengetahui potensi kemaritiman Indonesia. Dengan cara apa?
Dengan menawarkan bantuan baik dari segi materi maupun
tenaga untuk membantu Indonesia.
Perusahaan-perusahaan asing itu telah menancapkan
kukunya di Indonesia, kapan para mahasiswa Indonesia akan
menyadari hal ini? Kapan para mahasiswa akan mengambil alih
perusahaan-perusahaan asing itu? Sebab laut itu adalah
kepunyaan kita, bangsa Indonesia. Seharusnya kita yang
bertanggung jawab atas itu semua. Seharusnya kita marah dan
-
mengambil langkah seperti saat ada orang lain yang mengambil
barang kiita tanpa ijin.
Mereka baru menancapkan kuku disini, tapi kita sudah
dari dulu menancapkan akar. Jangan sampai akar kita akan
tercabut oleh kuku-kuku itu. Sebab akar seharusnya lebih kuat
daripada kuku.
Tapi saya mengetahui bahwa perlahan-lahan mahasiswa
di Indonesia berjuang dan bangkit untuk mengambil haknya
lagi. Terbukti dari banyaknya pemuda di Papua dan Kepulauan
Riau, yang wilayahnya dekat dengan laut, mempelajari tentang
teknologi kelautan itu sendiri. Banyak dari kita yang tidak mau
hanya menjadi penumpang di kapal sendiri, because were a
driver not a passenger. Jadi, setiap dari kita adalah driver,
pemegang kendali, yang memerintah bukan diperintah, dan
yang paling mengetahui tentang laut Indonesia, karena sekali
lagi kita telah menancapkan akar disini, Indonesia.
Selama ini sudah menjadi rahasia umum bila industri
dan jasa maritim Indonesia berada di bawah kendali Singapura.
Sebagian kapal yang berlayar menghubungkan antar pulau,
sebagian besar menggunakan bendera negeri The Red Dot,
khususnya kapal yang memuat barang-barang terkait dengan
berbagai macam industri. Sebagai contoh industri perkapalan
yang bertebaran di beberapa tempat di Kepulauan Riau,
khususnya di pulau Batam dan beberapa pulau sekitarnya,
termasuk pulau Karimun. Di sana ada investasi bidang
-
perkapalan dan mayoritas pelakunya berasal dari negeri yang
sangat takut terhadap Marinir Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa hal demikian bisa terjadi?
Tidak sulit untuk menjawabnya, yaitu bisa jadi karena ada
pembiaran dari pembuat kebijakan di bidang investasi. Bisa
pula karena para pembuat kebijakan di negeri ini tidak paham
strategisnya dunia maritim bagi Indonesia.
Jika industri maritim Indonesia mau berkembang dan
siap bersaing dengan industri sejenis, maka pemerintah
khususnya Kementerian Perhubungan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian BUMN dan Kementerian
Keuangan harus membuka mata dan jangan mau dipengaruhi
para pelobi yang mewakili pihak-pihak pencari keuntungan,
tanpa memikirkan nasib bangsa. Langkah pertama, melakukan
revitalisasi atau deregulasi di sektor fiskal sehingga Indonesia
bisa kompetitif. Kecuali bangsa ini mau jadi pecundang terus.
Selanjutnya, lakukan perombakan total di lingkungan
lembaga pemberi klasifikasi sehingga dunia pelayaran
internasional dan asuransi kerugian mengakui keberadaannya.
Kemudian, susun ulang kurikulum lembaga pendidikan maritim
oleh Kemendiknas supaya Indonesia mempunyai SDM maritim
yang berkualitas dan bertanggung jawab. Jika tidak, industri
maritim Indonesia hanya tinggal nama.
-
Jadi hal sederhana sebagai mahasiswa yang saat ini
sedang mempelajari tentang maritime di Indonesia adalah
belajar dengan sungguh-sungguh, agar nantinya kita dapat
memegang kendali dan memperbaiki hal-hal yang telah keluar
dari jalurnya. Belajar tentang kejujuran dan bekerja keras dari
sekarang sebab nantinya Indonesia memerlukan orang-orang
yang jujur dan dapat dipercaya.