Argo Puro
-
Upload
afie-ainul-yaqin -
Category
Documents
-
view
224 -
download
3
description
Transcript of Argo Puro
Berangkat malang-probolinggo via kendaraan umum
Perizinan
Pendakian ke taman hidup
Pendakian ke sabhana lonceng
Summit attack
Turun ke cikasur dengan kecepatan tinggi
Turun ke pos baderan
Perjalanan baderan ke malang
Argopuro Sang Pemecah Langit Jawa
Argopuro, gunung yang memang tak setenar gunung-gunung lain di Jawa maupun di luar Jawa.
Gunung yang berada di Probolinggi dan Situbondo Jawa Timur ini memiliki track terpanjang se-Jawa.
Track dengan panjang sejauh 50-an kilometer itu mampu menyajikan perjalanan yang dipenuhi
dengan melewati banyak bukit dan padang savana. Selain itu, hutan yang sangat lebat membuat
para pendaki menikmati sensasi pecahnya suasana panasnya savana dan asrinya hutan.
Dimulai dengan pemberangkatan menggunakan angkutan umum pada malam hari pukul 19.00, yaitu
Malang – Probolinggo. Seperti biasa line atau angkot ADL khas Malang mengantarkan kami ke
terminal Arjosari sebagai bertenggernya bus-bus yang akan mengantarkan kami ke Probolinggo.
Namun, sebelum sampainya ke Probolinggo kami harus berganti bus di Bungurasih. Pada saat
perjalanan ke Probolinggo, kami disuguhkan pemandangan orang Madura yang khas akan
celotehnya. Perjalanan bus tersebut, mengantarkan kami ke pertigaan (aku lali jenenge) yang mana
kami harus bermalam dahulu di kantor Polsek (aku lali jenenge). Karena pada hal ini pukul 23.30
kami menginjakan kaki dan meminta izin untuk bermalam.
Pada keesokan harinya pukul 5 pagi kami melanjutkan perjalanan dengan angkot lokal ke arah Pos
Bremi sebagai gerbang petualang kami. Pada gunung Argopuro ini terdapat 2 pos pendakian, yaitu
Bremi dan Baderan. Pada kesempatan ini kami mengambil perjalanan dari Bremi menuju Baderan
atau dengan istilah lintas. Pada saat di pos kami melakukan pendaftaran dan perizinan seperti di
gunung-gunung lainnya. Namun, perizinan di sini juga terdapat surat pernyataan bermaterai untuk
ditanda-tangani oleh ketua tim pendakian.
Adapun untuk tarif masuk yaitu Rp 20.000/hari untuk weekday dan Rp 30.000/hari untuk weekend
dengan minimal pendaftaran 4 hari. Hal ini dikarenakan pendakian gunung Argopuro tidak mungkin
dilakukan pendakian selama kurang dari 4 hari mengingat tracknya yang panjang. Adapun untuk
track gunung Argopuro ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Foto 1
Setelah perizinan, pendakian dimulai dari Pos Bremi pukul 10.00 dengaan target menuju ke Danau
Taman Hidup. Pendakian hari pertama ini banyak melalui hutan-hutan lebat khas hutan hujan tropis.
Namun, jalur pendakian masih jelas dikarenakan juga terdapat motor cross yang ikut meramaikan
suasana di track tersebut. Hutan-hutan yang masih alami ini dilalui dengan tracking yang naik dan
juga berkelok dan terkadang menemukan ”bonus” yaitu jalan datar untuk sesaat. Namun, jangan
berharap menemukan jalan menurun. Dan syukurnya kami tiba di Danau Taman Hidup sekitar pukul
17.00 dengan kondisi gerimis. Kami bermalam di Danau Taman Hidup dan hanya ada 1 rombongan
lain.
Untuk hari kedua, kami bersiap dan berangkat sepagi mungkin pukul 07.00 dengan target smpai ke
Sabana Lonceng. Track hari kedua ini lebih mensyikan daripada hari pertama karenakan dimanjakan
oleh padang savana yang silih berganti dipisahkan oleh hutan-hutan kecil. Terlebih lagi, juga
terkadang melewati lereng yang dipenuhi oleh pohon cemara yang disebut Cemoro Limo. Dan
syukurlah kami tiba di Sabana Lonceng pukul 16.00 yangmana sangat membuat lega. Sabana lonceng
merupakan padang savana yang luas dengan dikelilingi oleh 3 gunung, yaitu gunung Argopuro,
gunung Iyang, dan gunung Rengganis.
Adapun untuk hari ketiga kami summit attack pada pukul 04.00 ketiga gunung yang dimulai dengan
gunung Rengganis terlebih dahulu. Pada waktu summit ke gunung Rengganis masih gelap dan kami
memutusakn untuk memotong jalur lurus ke arah gunung Rengganis dengan harapan dapat melihat
sunrise. Namun, hal tersebut justru membuat kami tersesat dan diputuskan untuk menunggu hingga
terang. Setelah terang, kami melanjutkan ke jalur yang sesuai dengan arah yang benar.
Syukurnya, kami kembali ke camp dan melanjutkan ke gunung Rengganis lalu cukup untuk
menyanyikan lagu Syukur dan Hymne AMC kami melanjutkan ke gunung Argopuro. Dan setelah kami
menapakkan kaki di gunung Argopuro kami melanjutkan ke gunung Iyang yang khas akan hadirnya
unsur sesembahan. Ketiga gunung tersebut sontak memecah langit Jawa karena dengan sekali
pendakian kami dapat menapakkan ke tiga gunung. Gunung-gunung yang khas akan unsur mistisnya
membuat kekhawatiran selalu mewarnai dari diri kami. Berikut foto-foto kami di ketiga gunung
tersebut.
Foto 2
Foto 3
Foto 4
Setelaah cukup rasa khawatir tersebut memenuhi diri, kami memutuskan untuk kembali ke camp
dan melanjutkan perjalanan dengan target Cikasur. Cikasur merupakan suatu padang savana yang
sangat sangat sangat luas. Ya, sangat luas sekali hingga tidak terlihat ujungnya jika kita berada di
ujung yang satunya. Namun, savana tersebut tidk untuk dilewati secara penuh tetapi kita bertuju
pada bekas bangunan bandara yang berada pada sebuah sisi savana tersebut. Konon ceritanya
memang savana ini dulunya pada zaman penjajahan akan dibuat menjadi bandara. Namun, akibat
konflik antar penjajah tidak dilanjutkan mega proyek ini.
Perjalanan menuju Cikasur ini sungguh luar biasa, dikarenakan savana yang terus-menerus
menemani perjalanan dan juga melewati hutan-hutan yang sering kali ditemani oleh monyet-
monyet serta babi hutan. Sebenarnya sepanjang tracking akan melihat jejak babi hutan yang sangat
sering ditemukan. Terlebih lagi, mereka merusak tanah untuk mencari cacing sebagai menu santap
mereka.
5 jam menuju Cikasur ini dari Sabana Lonceng, yang sebelumnya menemui Rawa Embik yang khas
akan airnya yang jernih dan segar. Di Cikasur juga terdapat sungai yang deras airnya sebagai suplai
kehidupan para pendaki. Cikasur ini juga terdapat perhiasan savana yaitu burung merak yang
senantiasa menari-nari dengan nyanyian khas untuk menarik hati lawan jenisnya. Kurang puas
rasanya jika hanya satu malam di Cikasur ini, karena tempat pemecah langit Jawa yang senantiasa
menghadirkan suatu arti bagaimana kita hidup di dunia ini.
Namun, hari keempat kita harus beranjak dari keheningan dan ketenangan Sang Pemecah Langit
Jawa ini. Kami melakukan tracking pada hari keempat menuju Pos Baderan dengan track yang
normalnya menurun karena bertujuan untuk menuruni gunung. Namun, track yang naik tetap saja iri
untuk mengantarkan kepulangan kita. Bukit , lembah, hutan, savana semuanya saling beradu untuk
memberi semangat kepada kami untuk segera bertemu dengan keluarga di Malang. Syukurlah kami
menuju Pos Baderan dan melakukan laporan kepada pihak penjaga.
Kata syukur tidak pernah berhenti kami gumamkan ketika perkampungan khas celotehan orang
Madura mewarnai tibanya kami. Terlebih lagi, angkot khas Argopuro yang akan jalan jika dicarter
menambah rasa bahagia kami untuk dapat kembali ke Besuki. Besuki menjadi satu tempat hingar
bingar pertama yang dapat kami nikmati setelah 4 hari bergaul dengan Sang Pemecah Langit Jawa.
Dan bus-bus dengan rute yang sama kami jalani untuk mengantarkan kamu pulang menuju Malang.
Malang menjadi satu kota dengan keindahan tersendiri untuk senantiasa bersujud berucap syukur
dalam diri.
kwkwkkwkwk