Argo Puro

5
Berangkat malang-probolinggo via kendaraan umum Perizinan Pendakian ke taman hidup Pendakian ke sabhana lonceng Summit attack Turun ke cikasur dengan kecepatan tinggi Turun ke pos baderan Perjalanan baderan ke malang Argopuro Sang Pemecah Langit Jawa Argopuro, gunung yang memang tak setenar gunung-gunung lain di Jawa maupun di luar Jawa. Gunung yang berada di Probolinggi dan Situbondo Jawa Timur ini memiliki track terpanjang se-Jawa. Track dengan panjang sejauh 50-an kilometer itu mampu menyajikan perjalanan yang dipenuhi dengan melewati banyak bukit dan padang savana. Selain itu, hutan yang sangat lebat membuat para pendaki menikmati sensasi pecahnya suasana panasnya savana dan asrinya hutan. Dimulai dengan pemberangkatan menggunakan angkutan umum pada malam hari pukul 19.00, yaitu Malang – Probolinggo. Seperti biasa line atau angkot ADL khas Malang mengantarkan kami ke terminal Arjosari sebagai bertenggernya bus-bus yang akan mengantarkan kami ke Probolinggo. Namun, sebelum sampainya ke Probolinggo kami harus berganti bus di Bungurasih. Pada saat perjalanan ke Probolinggo, kami disuguhkan pemandangan orang Madura yang khas akan celotehnya. Perjalanan bus tersebut, mengantarkan kami ke pertigaan (aku lali jenenge) yang mana kami harus bermalam dahulu di kantor Polsek (aku lali jenenge). Karena pada hal ini pukul 23.30 kami menginjakan kaki dan meminta izin untuk bermalam.

description

rencana pendakian

Transcript of Argo Puro

Page 1: Argo Puro

Berangkat malang-probolinggo via kendaraan umum

Perizinan

Pendakian ke taman hidup

Pendakian ke sabhana lonceng

Summit attack

Turun ke cikasur dengan kecepatan tinggi

Turun ke pos baderan

Perjalanan baderan ke malang

Argopuro Sang Pemecah Langit Jawa

Argopuro, gunung yang memang tak setenar gunung-gunung lain di Jawa maupun di luar Jawa.

Gunung yang berada di Probolinggi dan Situbondo Jawa Timur ini memiliki track terpanjang se-Jawa.

Track dengan panjang sejauh 50-an kilometer itu mampu menyajikan perjalanan yang dipenuhi

dengan melewati banyak bukit dan padang savana. Selain itu, hutan yang sangat lebat membuat

para pendaki menikmati sensasi pecahnya suasana panasnya savana dan asrinya hutan.

Dimulai dengan pemberangkatan menggunakan angkutan umum pada malam hari pukul 19.00, yaitu

Malang – Probolinggo. Seperti biasa line atau angkot ADL khas Malang mengantarkan kami ke

terminal Arjosari sebagai bertenggernya bus-bus yang akan mengantarkan kami ke Probolinggo.

Namun, sebelum sampainya ke Probolinggo kami harus berganti bus di Bungurasih. Pada saat

perjalanan ke Probolinggo, kami disuguhkan pemandangan orang Madura yang khas akan

celotehnya. Perjalanan bus tersebut, mengantarkan kami ke pertigaan (aku lali jenenge) yang mana

kami harus bermalam dahulu di kantor Polsek (aku lali jenenge). Karena pada hal ini pukul 23.30

kami menginjakan kaki dan meminta izin untuk bermalam.

Pada keesokan harinya pukul 5 pagi kami melanjutkan perjalanan dengan angkot lokal ke arah Pos

Bremi sebagai gerbang petualang kami. Pada gunung Argopuro ini terdapat 2 pos pendakian, yaitu

Bremi dan Baderan. Pada kesempatan ini kami mengambil perjalanan dari Bremi menuju Baderan

atau dengan istilah lintas. Pada saat di pos kami melakukan pendaftaran dan perizinan seperti di

gunung-gunung lainnya. Namun, perizinan di sini juga terdapat surat pernyataan bermaterai untuk

ditanda-tangani oleh ketua tim pendakian.

Page 2: Argo Puro

Adapun untuk tarif masuk yaitu Rp 20.000/hari untuk weekday dan Rp 30.000/hari untuk weekend

dengan minimal pendaftaran 4 hari. Hal ini dikarenakan pendakian gunung Argopuro tidak mungkin

dilakukan pendakian selama kurang dari 4 hari mengingat tracknya yang panjang. Adapun untuk

track gunung Argopuro ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Foto 1

Setelah perizinan, pendakian dimulai dari Pos Bremi pukul 10.00 dengaan target menuju ke Danau

Taman Hidup. Pendakian hari pertama ini banyak melalui hutan-hutan lebat khas hutan hujan tropis.

Namun, jalur pendakian masih jelas dikarenakan juga terdapat motor cross yang ikut meramaikan

suasana di track tersebut. Hutan-hutan yang masih alami ini dilalui dengan tracking yang naik dan

juga berkelok dan terkadang menemukan ”bonus” yaitu jalan datar untuk sesaat. Namun, jangan

berharap menemukan jalan menurun. Dan syukurnya kami tiba di Danau Taman Hidup sekitar pukul

17.00 dengan kondisi gerimis. Kami bermalam di Danau Taman Hidup dan hanya ada 1 rombongan

lain.

Untuk hari kedua, kami bersiap dan berangkat sepagi mungkin pukul 07.00 dengan target smpai ke

Sabana Lonceng. Track hari kedua ini lebih mensyikan daripada hari pertama karenakan dimanjakan

oleh padang savana yang silih berganti dipisahkan oleh hutan-hutan kecil. Terlebih lagi, juga

terkadang melewati lereng yang dipenuhi oleh pohon cemara yang disebut Cemoro Limo. Dan

syukurlah kami tiba di Sabana Lonceng pukul 16.00 yangmana sangat membuat lega. Sabana lonceng

merupakan padang savana yang luas dengan dikelilingi oleh 3 gunung, yaitu gunung Argopuro,

gunung Iyang, dan gunung Rengganis.

Adapun untuk hari ketiga kami summit attack pada pukul 04.00 ketiga gunung yang dimulai dengan

gunung Rengganis terlebih dahulu. Pada waktu summit ke gunung Rengganis masih gelap dan kami

memutusakn untuk memotong jalur lurus ke arah gunung Rengganis dengan harapan dapat melihat

sunrise. Namun, hal tersebut justru membuat kami tersesat dan diputuskan untuk menunggu hingga

terang. Setelah terang, kami melanjutkan ke jalur yang sesuai dengan arah yang benar.

Syukurnya, kami kembali ke camp dan melanjutkan ke gunung Rengganis lalu cukup untuk

menyanyikan lagu Syukur dan Hymne AMC kami melanjutkan ke gunung Argopuro. Dan setelah kami

menapakkan kaki di gunung Argopuro kami melanjutkan ke gunung Iyang yang khas akan hadirnya

unsur sesembahan. Ketiga gunung tersebut sontak memecah langit Jawa karena dengan sekali

pendakian kami dapat menapakkan ke tiga gunung. Gunung-gunung yang khas akan unsur mistisnya

membuat kekhawatiran selalu mewarnai dari diri kami. Berikut foto-foto kami di ketiga gunung

tersebut.

Page 3: Argo Puro

Foto 2

Foto 3

Foto 4

Setelaah cukup rasa khawatir tersebut memenuhi diri, kami memutuskan untuk kembali ke camp

dan melanjutkan perjalanan dengan target Cikasur. Cikasur merupakan suatu padang savana yang

sangat sangat sangat luas. Ya, sangat luas sekali hingga tidak terlihat ujungnya jika kita berada di

ujung yang satunya. Namun, savana tersebut tidk untuk dilewati secara penuh tetapi kita bertuju

pada bekas bangunan bandara yang berada pada sebuah sisi savana tersebut. Konon ceritanya

memang savana ini dulunya pada zaman penjajahan akan dibuat menjadi bandara. Namun, akibat

konflik antar penjajah tidak dilanjutkan mega proyek ini.

Perjalanan menuju Cikasur ini sungguh luar biasa, dikarenakan savana yang terus-menerus

menemani perjalanan dan juga melewati hutan-hutan yang sering kali ditemani oleh monyet-

monyet serta babi hutan. Sebenarnya sepanjang tracking akan melihat jejak babi hutan yang sangat

sering ditemukan. Terlebih lagi, mereka merusak tanah untuk mencari cacing sebagai menu santap

mereka.

5 jam menuju Cikasur ini dari Sabana Lonceng, yang sebelumnya menemui Rawa Embik yang khas

akan airnya yang jernih dan segar. Di Cikasur juga terdapat sungai yang deras airnya sebagai suplai

kehidupan para pendaki. Cikasur ini juga terdapat perhiasan savana yaitu burung merak yang

senantiasa menari-nari dengan nyanyian khas untuk menarik hati lawan jenisnya. Kurang puas

rasanya jika hanya satu malam di Cikasur ini, karena tempat pemecah langit Jawa yang senantiasa

menghadirkan suatu arti bagaimana kita hidup di dunia ini.

Namun, hari keempat kita harus beranjak dari keheningan dan ketenangan Sang Pemecah Langit

Jawa ini. Kami melakukan tracking pada hari keempat menuju Pos Baderan dengan track yang

normalnya menurun karena bertujuan untuk menuruni gunung. Namun, track yang naik tetap saja iri

untuk mengantarkan kepulangan kita. Bukit , lembah, hutan, savana semuanya saling beradu untuk

memberi semangat kepada kami untuk segera bertemu dengan keluarga di Malang. Syukurlah kami

menuju Pos Baderan dan melakukan laporan kepada pihak penjaga.

Kata syukur tidak pernah berhenti kami gumamkan ketika perkampungan khas celotehan orang

Madura mewarnai tibanya kami. Terlebih lagi, angkot khas Argopuro yang akan jalan jika dicarter

menambah rasa bahagia kami untuk dapat kembali ke Besuki. Besuki menjadi satu tempat hingar

bingar pertama yang dapat kami nikmati setelah 4 hari bergaul dengan Sang Pemecah Langit Jawa.

Page 4: Argo Puro

Dan bus-bus dengan rute yang sama kami jalani untuk mengantarkan kamu pulang menuju Malang.

Malang menjadi satu kota dengan keindahan tersendiri untuk senantiasa bersujud berucap syukur

dalam diri.

kwkwkkwkwk