argento.docx

7
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Pada percobaan ini, AgNO3 yang digunakan dibuat sendiri oleh praktikan dengan melarutkan 4,25 gram AgNO3 dengan akuades hingga volumenya 250 ml (diencerkan dalam labu ukur 250 ml). Dalam pembuatan AgNO3, normalitas yang diharapkan adalah 0,1 N. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi : 2 CrO4 2- + 2 H+ ↔ Cr2O7 2- + H2O Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O dengan reaksi : 2 Ag+ + 2OH- ↓ ↔ H2O Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO4 2- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl. Pemilihan indikator dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulu bereaksi pada ion CrO4 2-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+ dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO4 2-. Selain itu ion Cl- jika

Transcript of argento.docx

Page 1: argento.docx

Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalahmetode Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akanmenjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapaititik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutanmenjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen.Pada percobaan ini, AgNO3 yang digunakan dibuat sendiri olehpraktikan dengan melarutkan 4,25 gram AgNO3 dengan akuades hinggavolumenya 250 ml (diencerkan dalam labu ukur 250 ml). Dalam pembuatanAgNO3, normalitas yang diharapkan adalah 0,1 N.Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral.Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kaliumkromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ionbikromat dengan reaksi :2 CrO42- + 2 H+ ↔ Cr2O72- + H2OSedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH-dari basa dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasimenjadi A2O dengan reaksi :2 Ag+ + 2OH- ↓ ↔ H2OHasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dariNaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelahion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi denganion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna,dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habisbereaksi dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimanajumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl.Pemilihan indikator dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl- lebih dulubereaksi pada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifanAg+ dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-. Selain itu ion Cl- jikabereaksi dengan Ag+ akan lebih mengendap karena kelarutannya adalah KspAgCl = 1,82 x 10-10 , berdasarkan reaksi maka :Ksp AgCl = S210 5 1,82 10 1,35.10− −S = x =Sedangkan kelarutan ion kromat (Ksp K2CrO4 = 1,1 x 10-12) adalah :Ksp K2CrO4 = 45317S = 0,52 .10-3Dalam proses standarisasi AgNO3 dengan NaCl digunakan 25 ml NaCltiap kali titrasi dan volume rata-rata AgNO3 yang diperlukan dalam percobaanadalah 27,67 ml. Dengan rumus netralisasi V1.N1 = V2 . N2, maka normalitasAgNO3 dapat dihitung dengan rumus perhitungan :3

Page 2: argento.docx

3 V AgNON NaCl .V NaClN AgNO =dan diperoleh hasil N AgNO3 adalah 0,09 N (Z1). AgNO3 perlu distandarisasiagar diharapkan bisa diperoleh larutan standar AgNO3 0,1 N atau paling tidakmendekati yang nantinya digunakan untuk menstandarisasi larutan yang lain.

PEMBAHASANNama                    : Yova YuvitasariNIM                       : 12141030

Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Dalam titrasi ini, zat yang ditentukan bereaksi dengan zat pentiter membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan zat yang ditentukan itu berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan itu diamati dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator atau peralatan yang sesuai.            Dalam percobaan ini, digunakan titrasi pengendapan dengan metode mohr untuk menentukan kadar klorida dalam sampel. Dimana AgNO3 digunakan sebagai peniter atau larutan baku sehingga titrasi ini disebut juga titrasi argentometri.

-          Metoda mohrPada metoda mohr titik akhir titrasi ditandai dengan pembentukan warna merah bata dari Ag2CrO4.·                Penentuan konsentrasi AgNO3

Dalam suatu larutan terkadang terdapat komponen lain yang bukan merupakan bagian dari larutan tersebut. Karena itu untuk menentukan konsentrasinya (dalam hal ini AgNO3) volume AgNO3 hasil titrasi pembakuan harus dikurangi dengan volume AgNO3 hasil dari titrasi blanko untuk mendapatkan volume perak nitrat sesungguhnya.Baik pada titrasi pembakuan maupun pada titrasi blanko masing masing digunakan indikator K2CrO4. Tujuan ditambahkannya indikator tersebut adalah supaya ketika mencapai titik akhir titrasi keadaan analit dapat diamati secara visual, karena dengan penambahan K2CrO4 akan terbentuk endapan berwarna merah bata yang menjadi tanda terjadinya titik akhir titrasi. Endapan merah bata terebut tak lain adalah Ag2CrO4.Ag+

(aq) + Cl-(aq) → AgCl (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) → Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)

Dari data hasil titrasi yang didapat dan dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi AgNO3 sebesar 0,112 N.

·                Penentuan kadar Cl dalam sampelPada percobaan penentuan kadar sample garam dapur ini, sampel garam dapur dilarutkan dalam aquades sebelum dititrasi dengan perak nitrat.                    NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3

Page 3: argento.docx

Seperti halnya pada titrasi pembakuan perak nitrat, pada titrasi penentuan kadar Cl ini pun digunakan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya endapan merah bata perak kromat.Ag+

(aq) + Cl-(aq) → AgCl (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) → Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)

Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel garam dapur sebesar 48.24 %.·           Penentuan kadar Cl dalam sample air ledengPada percobaan ini air ledeng diambil sebanyak 100 mL dan kemudian dititrasi dengan AgNO3. Namun sebelum dititrasi air ledeng ini ditambahkan K2CrO4 sebagai indikator agar saat tercapai titik akhir titrasi dapat diaamati secara visual. Titrasi ini berakhir ketika didalam analit terbentuk endapan berwarna kemerahan dari perak kromat.Ag+

(aq) + Cl-(aq) → AgCl (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) → Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)

Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel garam dapur sebesar 1.136 %.

Nama   : Yufi Mutia LestariNIM    : 121431031Titrasi Pengendapan merupakan suatu metode volumetric yang didasarkan pada pembentukan endapan yang sedikit larut. Munculnya endapan menandakan titik akhir titrasi. Endapan yang terbentuk tidak perlu dimurnikan selama pengotor yang terkandung didalamnya tidak bereaksi dengan titran. Titran yang umumnya digunakan adalah larutan standar perak nitrat (AgNO3), oleh karena itu metoda ini sering juga disebut argentometri.Terdapat tiga metoda penentuan titik akhir titrasi pengendapan, yaitu metode mohr, volhard, dan fajan. Pada praktikum metoda penentuan titik akhir titrasi yang kami lakukan hanya menggunakan metoda mohr. Metode Mohr ini digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator.1.      Penentuan konsentrasi AgNO3

Dalam suatu larutan terkadang terdapat komponen lain yang bukan merupakan bagian dari larutan tersebut. Karena itu untuk menentukan konsentrasinya (AgNO3) volume AgNO3 hasil titrasi pembakuan harus dikurangi dengan volume AgNO3 hasil dari titrasi blanko untuk mendapatkan perak nitrat sesungguhnya.Baik pada titrasi pembakuan maupun pada titrasi blanko masing masing digunakan indikator K2CrO4. Pemilihan indikator ini karena kalium kromat dapat bereaksi dengan perak nitrat membentuk endapan yang memiliki warna spesifik yaitu merah bata. Dengan ditambahkannya indikator tersebut akan didapatkan endapan berwarna merah bata yang menjadi tanda terjadinya titik akhir titrasi. Endapan merah bata tersebut adalah Ag2CrO4.Ag+

(aq) + Cl-(aq) → AgCl (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) → Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)

Titrasi blanko bertujuan untuk mengurangi kesalahan pada titrasi disebabkan adanya pereaksi lain atau anion lain yang beraksi dengan AgNO3 pada saat percobaan titrasi yang terdapat dalam pelarut (aquadest). Pada titrasi blanko ini dilakukan penambahan 0,1 gram CaCO3. Penambahan CaCO3 yang dimaksudkan sebagai suspensi tanpa ion klorida dan sebagai penetral.

Page 4: argento.docx

Dari data hasil titrasi yang didapat dan dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi AgNO3sebesar 0.112 N.2.      Penentuan kadar Cl dalam sampel air ledeng dan garam dapurTitrasi argentometri ini bisa dilakukan untuk menentukan kadar Cl- dalam suatu sampel dalam percobaan sampel yang dilakukan pengujian yaitu air ledeng dan garam dapur.Sampel garam dapur dilarutkan dalam aquades sebelum dititrasi dengan perak nitrat. Seperti seperti pada titrasi pembakuan perak nitrat, pada titrasi penentuan kadar Cl ini pun digunakan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan timbulnya endapan merah bata perak kromat.Ag+

(aq) + Cl-(aq) → AgCl (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO4

2-(aq) → Ag2CrO4(s) (cokelat kemerahan)

Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel garam dapur sebesar 48.24%Selanjutnya adalah penentuan kadar Cl- pada sampel air ledeng, penentuan titik akhir titrasi ini menggunakan metoda mohr juga, oleh karena itu sama halnya seperti percobaan sebelumnya menggunakan indikator kalium kromat yang apabila titik akhir titrasi tercapai warna larutan akan berubah menjadi coklat kemerahan. Dari hasil titrasi dan perhitungan diketahui kadar Cl pada sampel air ledeng sebesar 1.136%.

Nama                           : Yuni TriyantiNIM                            : 121431032            Pada praktikum kali ini melakukan Titrasi Argentometri. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Titrasi Argentometri dibedakan menjadi 3 metoda yaitu metoda Mohr, Fajan dan Volhard. Hal ini dibedakan berdasarkan penggunaan Indikator untuk menentukan Titik Akhir Titrasi. Percobaan kali ini dilakukan Titrasi Argentometri dengan Metoda Mohr. Prinsip dari metoda Mohr yaitu AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl-sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO4

2-dari indikator K2Cr2O4 yang ditambahkan, ini berarti Titik Akhir Titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata dari endapan Ag2CrO4.            Hal pertama yang dilakukan yaitu Pembakuan Larutan AgNO3 oleh NaCl p.a. kemudian di tambahkan Indikator K2Cr2O4 5 % sebanyak 1 ml ke dalam Titrat. Titrat berubah menjadi warna kuning karena dari indikator kemudian di titrasi oleh AgNO3. Timbul endapan putih mejadi endapan kemerahan. Titrasi dengan cara ini harus  dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi pada saat pembakuan larutan AgNO3 yaitu :

AgNO (aq) + NaCl (aq) à AgCl (s) (endapan putih) + NaNO3 (aq)

           Setelah semua ion klorida dalam analit habis bereaksi dengan ion Ag+ . maka kelebihan ion perak sedikit saja akan bereaksi dengan indikator. Reaksi yang terjadi yaitu :

Page 5: argento.docx

K2CrO4 ( indikator ) + AgNO3  à  Ag2CrO4(s) (endapan merah) + KNO3 

            Dengan timbulnya endapan merah bata tersebut maka proses Titrasi di hentikan, itu menandakan bahwa Titik Akhir Titrasi sudah tercapai. Dilakukan Triplo untuk mendapatkan ketelitian data yang lebih akurat, volum AgNO3 yang terpakai yaitu 22.50 ml, 22.50 ml, 21.70 ml. pada saat titrasi yang ketiga volum 21.70 dianggap tidak akurat karena terlalu jauh dari nilai toleransi minimum pada titrasi yaitu sebesar 0.05 ml.              Titrasi Blanko dilakukan untuk mencegah pada saat terjadi kelebihan indikator yang berwarna kuning karena akan mengganggu warna, ditambahkan zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna dari endapan putih menjadi endapan merah bata. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi AgNO3 dan NaCl yaitu … & ...            Percobaan selanjutnya dilakukan Uji sampel terhadap garam dapur dan terhadap air keran. Sampel dititrasi oleh AgNO3 sebelumnya ditambahkan indikator K2CrO4 5%. Terjadi perubahan warna, dari endapan berwarna putih menjadi berwarna merah bata. Dilakukan secara triplo untuk mendapatkan data yang lebih akurat, volum  AgNO3 yang digunakan yaitu sebesar 30.10ml, 29.90ml, 31.00ml. kelebihan titran sedikit saja akan mempengaruhi jumlah mol ekivalen yang terdapat dalam sampel dan warna merahnya pun akan lebih pekat. Kemudian pada titrasi sampel Air keran, volum AgNO3 yang diperlukan sebesar 0.80ml, 0.75ml, 0.65ml. terjadi perubahan warna endapan dari putih mejadi berwarna merah bata. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh kadar Cl dalam sampel garam dapur yaitu sebesar …. % dan kadar Cl dalam sampel air keran yaitu sebesar … %.