ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
description
Transcript of ARBITRASE SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
1
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
2
mengadili serta menyelesaikan setiap sengketa yang diajukan dianggap sebagai
tempat menyelesaikan sengketa yang tidak efektif dan efisien.2
Alternatif penyelesaian sengketa melalui arbitrase kemudian menjadi solusi
lain bagi para pihak yang bersengketa yang memang tidak menginginkan
penyelesaian sengketa lewat jalur pangadilan. Ditambah lagi dengan hadirnya
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi cara-
cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan dalam setiap perjanjian di bidang
perdagangan nasional maupun internasional.3
Arbitrase
Kata arbitrase berasal dari kata arbitrate (Latin), arbitrage (Belanda),
Arbitration (Inggris), schiedspruch (Jerman) dan arbitrage (Prancis), yang berarti
kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai oleh
arbiter.4
Menurut UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Umum, Pasal 1 angka 1: Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata diluar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian Arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.5
Abdulkadir Muhammad memberikan definisi Arbitrase sebagai berikut:
Arbitrase adalah badan peradilan swasta di luar lingkungan peradilan umum,
yang dikenal khusus dalam dunia perusahaan. Arbitrase adalah peradilan yang
dipilih dan ditentukan sendiri secara sukarela oleh pihak – pihak pengusaha yang
bersengketa. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan Negara merupakan
kehendak bebas pihak-pihak. Kehendak bebas ini dapat dituangkan dalam
2Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk Penegakan
Keadilan, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2004), .3. 3 Priyatna Abdurrasyid, dkk., Prospek Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2001), . 138. 4 Rachmadi Usman, Hukum Arbitrase Nasional, (Jakarta, Grasindo, 2002), . 1 5 UU RI No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Pasal 1 angka 1
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
3
perjanjian tertulis yang mereka buat sebelum atau sesudah terjadi sengketa sesuai
dengan azas kebebasan berkontrak dalam hukum perdata.6
Menurut peraturan prosedur BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia),
arbitrase adalah memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-
sengketa perdata yang timbul mengenai perdagangan, industri, keuangan baik
yang bersifat nasional maupun internasional. (Pasal 1 AD BANI)
Dan peraturan prosedur BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia),
arbitrase adalah penyelesaian sengketa yang timbul dalam hubungan
perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain, serta memberikan suatu
pendapat yang mengikat tanpa adanya suatu sengketa mengenai suatu persoalan
yang berkenaan dengan perjanjian. (Pasal 1 AD. BAMUI)7
Dalam pengertian yang lebih sederhana dapat dijelaskan, arbitrase adalah
cara penyelesaian sengketa diluar lembaga litigasi atau peradilan yang diadakan
oleh para pihak yang bersengketa dengan tugas menyelesaikan persengketaan
yang terjadi diantara mereka. Untuk pemilihan arbiter seyogyanya didasarkan
kemampuan dan keahlian dalam bidang tertentu dan dapat bertindak secara
netral.
Di dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa juga diberikan batasan arbitrase secara otentik.
Berdasarkan batasan tersebut, maka arbitrase merupakan salah satu cara
penyelesaian sengketa diluar peradilan umum yang didasarkan perjanjian tertulis
pihak yang bersengketa, disamping cara lainya melalui konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Tetapi harus diingat bahwa tidak semua
sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, kecuali hanya sengketa yang
menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar
kesepakatan diantara mereka.
Keuntungan Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase
6Rachmadi Usman, Hukum Arbitrase… . 3 7 Sudiarto, Mengenal Arbitrase, Salah Satu Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis.
(Jakarta. Raja Grafindo, 2004), . 30
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
4
Dalam dunia bisnis tentunya banyak pertimbangan yang mendasari para
pelaku bisnis untuk memilih arbitrase sebagai upaya penyelesaian yang akan atau
mereka hadapi. Secara umum dinyatakan bahwa lembaga arbitrase mempunyai
kelebihan dibandingkan lembaga peradilan, diantaranya:8
1. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak
2. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif
3. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah
yang disengketakan, jujur, dan adil
4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan
masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase, dan
5. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan melalui
tatacara sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan.
Pada kenyataannya apa yang disebutkan diatas tidak semuanya benar,
sebab di negara-negara tertentu proses peradilan dapat lebih cepat daripada
proses arbitrase. Satu – satunya kelebihan arbitrase terhadap pengadilan adalah
sifat kerahasiaannya karena putusannya tidak dipublikasikan. Namun
penyelesaian melalui arbitrase masih lebih diminati daripada litigasi, terutama
untuk kontrak bisnis yang bersifat internasional.
Sifat rahasia arbitrase ini dapat melindungi para pihak dari hal-hal yang
tidak diinginkan atau yang merugikan disebabkan adanya penyingkapan
informasi bisnis kepada publik. Selain itu hal ini dapat melindungi mereka dari
publisitas yang merugikan dan akibat – akibatnya, seperti kehilangan reputasi,
bisnis, pemicu bagi tuntutan-tuntutan lainnya yang dalam proses pengadilan
dapat mengakibatkan pemeriksaan sengketa secara terbuka.
Agnes M. Toar mengemukakan keuntungan arbitrase antara lain:
8Rachmadi Usman, Hukum Arbitrase… . 5.
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
5
1. Keuntungan dari satu peradilan arbitrase adalah menang waktu karena dapat
dikontrol oleh para pihak sehingga keterlambatan dalam proses peradilan
pada umumnya dapat dihindari
2. Kerahasiaan proses penyelesaian sengketa suatu hal yang sangat dibutuhkan
dalam dunia usaha dapat dikatakan lebih terjamin
3. Macam-macam bukti dalam penyelesaian perselisihan yang tidak terletak
dalam bidang yuridis-pun dapat digunakan sehingga tidak perlu terlambat
karena ketentuan undang – undang mengenai pembuktian yang bersangkutan
4. Suatu putusan arbitrase pada umumnya terjamin, tidak memihak, mantap,
dan jitu karena diputuskan oleh (orang) ahli yang pada umumnya menjaga
nama dan martabatnya oleh karena kebiasaan berprofesi dalam bidang
tersebut.
5. Peradilan arbitrase potensial menciptakan profesi yang lain, yaitu sebagai
arbiter yang merupakan faktor pendorong untuk para ahli agar lebih
menekuni bidangnya untuk mencapai tingkat paling atas secara rasional.
Berkaitan dengan dasar pertimbangan mengapa para pihak memilih
arbitrase sebagai upaya penyelesaian sengketa mereka, para investor juga
mempunyai dasar pertimbangan sebagai berikut;
1. Penyelesaian arbitrase sangat sesuai dengan moto mereka (time is money)
dan prinsip mereka (efisien dan ekonomis)
2. Kurang mengetahui tentang hukum negara tempat ia hendak menanam
modalnya
3. Peradilan umum terlalu lamban menyelesaikan suatu perkara. Di Indonesia
peradilan sifatnya bertingkat, mulai dari pengadilan tingkat pertama sampai
tingkat kasasi, dan hal ini tentu akan memakan waktu yang lama.
4. Meskipun sudah ada keputusan, Mahkamah Agung masih sering menemukan
kendala untuk mengeksekusi keputusan tersebut.9
Dari beberapa uraian tentang dasar pertimbangan mengapa para pihak lebih
condong memilih penyelesaian melalui arbitrase daripada pengadilan, pada
9 Lely Nirwan, “Mengapa Harus Arbitrase”, dalam Agnes M. Toar, dkk., . 121
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
6
dasarnya dapat disimpulkan ada tiga hal pokok seperti yang dikemukakan oleh
Subekti, bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase atau perwasitan,
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) Dilakukan dengan cepat; (2) Oleh
ahlinya, dan (3) Secara rahasia.10
Kesimpulan tersebut didasari bahwa untuk menyelesaikan sengketa di
pengadilan dengan membuat suatu gugatan akan membutuhkan waktu yang
sangat panjang. Terlebih jika tidak selesai ditingkat pertama, maka akan
berlanjut ditingkat banding dan kasasi ke Mahkamah Agung.
Dalam pemeriksaan di muka pengadilan dapat terjadi bahwa hakim kurang
mampu menghadapi perkara yang sangat teknis, seperti masalah pencanteran
kapal dan lain sebagainya. Menurut hukum acara yang berlaku, hakim dapat
menunjuk ahli – ahli untuk didengar sebagai saksi ahli, namun tetap
membutuhkan tambahan biaya yang tidak sedikit. Dalam arbitrase para pihak
dapat langsung menunjukan atau mengangkat para ahli dalam penyelesaian
perselisihan mereka. Dengan demikian, putusan yang akan diambilnya akan
didukung pengetahuan yang mendalam tentang hal – hal yang dipersengketakan.
Meskipun penyelesaian melalui arbitrase diyakini memiliki keunggulan-
keunggulan dibandingkan dengan jalur pengadilan, tetapi penyelesaian melalui
Arbitrase juga memiliki kelemahan – kelemahan, yaitu:
1. Hanya untuk para pihak bona fide
Arbitrase hanya bermanfaat untuk para pihak atau pengusaha yang bona fide
(bonafid) atau jujur dan dapat dipercaya. Para pihak yang bonafid adalah mereka
yang memiliki kredibilitas dan integritas, artinya patuh terhadap kesepakatan,
pihak yang dikalahkan harus secara sukarela melaksanakan putusan arbitrase.
Sebaiknya, jika ia selalu mencari-cari peluang untuk menolak melaksanakan
putusan arbitrase, perkara melalui arbitrase justru akan memakan lebih banyak
biaya, bahkan lebih lama dari proses di pengadilan. Maka bagi masyarakat awam
arbitrase belum dikenal cukup luas dalam hal ini.
2. Keuntungan mutlak pada arbiter
10Subekti, Arbitrase Perdagangan, (Bandung, Bina Cipta, 1992), . 5.
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
7
Putusan arbitrase selalu tergantung pada kemampuan teknis arbiter untuk
memberikan putusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa keadilan para
pihak. Meskipun arbiter memiliki keahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal yang
mudah bagi majelis arbitrase untuk memuaskan dan memenuhi kehendak para
pihak yang bersengketa. Pihak yang kalah akan mengatakan bahwa putusan
arbitrase tidak adil, demikian pula sebaliknya (pihak yang menang akan
mengatakan putusan tersebut adil).
3. Tidak ada presenden putusan terdahulu
Tidak ada legal precedence atau keterikatan terhadap putusan-putusan
arbitrase sebelumnya.11 Artinya, putusan – putusan arbitrase atas suatu sengketa
terbuang tanpa manfaat, meskipun di dalamnya mengandung argumentasi –
argumentasi berbobot dari para arbiter terkenal di bidangnya.
4. Masalah putusan arbitrase asing
Penyelesaian sengketa melelui arbitrase internasional memiliki hambatan
sehubungan dengan pengakuan dan pelaksanaan putusannya. Karena biasanya
pihak yang kalah terkadang hartanya tidak mau dieksekusi sehingga menempuh
jalur hukum lain melalui pengadilan. Di mana lembaga arbitrase tidak memiliki
daya paksa untuk atau kewenangan dalam pelaksanaan eksekusi.
Sengketa yang Menjadi Kewenangan Arbitrase
Menurut UU No 30 Tahun 1999 dilihat dari pengertian arbitrase maka
dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup arbitrase cukup luas, yaitu semua
sengketa dalam bidang keperdataan. Dalam hal ini tentunya yang dapat
diselesaikan secara arbitrase adalah sengketa-sengketa dibidang perdagangan,
dan dibidang perburuhan/ketenagakerjaan, sepanjang sengketa tersebut
menyangkut hak pribadi yang sepenuhnya dapat dikuasai oleh para pihak.
Adapun yang dimaksud hak pribadi adalah hak – hak yang untuk menegakkannya
tidak bersangkut paut dengan ketertiban atau kepentingan umum, misalnya
11 Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2006), . 15.
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
8
proses – proses mengenai perceraian, status anak, pengakuan anak, penetapan
wali, pengampuan dan lain-lain.12
Merujuk kepada pasal 1 Anggaran Dasar BANI, ruang lingkup arbitrase
menurut lembaga ini adalah: Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat
dalam sengketa-sengketa perdata yang timbul mengenai soal-soal perdagangan,
industri, keuangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai suatu persoalan yang
berkenaan dengan perjanjian para pihak.
Menurut pasal 1 Anggaran Dasar BAMUI, ruang lingkup arbitrase menurut
lembaga ini adalah: Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam
sengketa-sengketa perdata yang timbul mengenai soal-soal perdagangan,
industri, keuangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai suatu persoalan yang
berkenaan dengan perjanjian para pihak.13
Macam-macam Arbitrase
Klausula arbitrase harus memuat pernyataan apakah arbitrase akan
dilakukan secara lembaga/ institusional atau ad hoc.
1. Arbitrase Ad Hoc
Arbitrase ad hoc disebut juga arbitrase volunter, arbitrase ini dibentuk
secara khusus atau bersifat insidentil untuk memeriksa dan memutus sengketa
tertentu dalam jangka waktu tertentu pula, setelah sengketa diputus maka
berakhir pula arbitrase ad hoc ini. Pembentukan arbitrase ad hoc dilakukan
setelah sengketa terjadi. Para pihak yang memilih dan menentukan arbiternya
dapat pula meminta bantuan pengadilan untuk mengangkat arbiternya, yang
bertugas memeriksa dan memutus sengketa yang bersangkutan.
12 Sudiarto, Mengenal Arbitrase…, 50-51 13Ibid.
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
9
Untuk mengetahui dan menentuukan apakah arbitrase yang disepakati para
pihak adalah arbitrase ad hoc, dapat dilihat dari rumusan klausula. Apabila
klausula pactum de compromittendo atau akta kompromi menyatakan
perselisihan akan diselesaikan oleh arbitrase yang berdiri sendiri di luar arbitrase
institusional atau dengan kata lain apabila klausula menyebut arbitrase yang
akan menyelesaikan perselisihan terdiri atas arbiter perseorangan, maka arbitrase
yang disepakati adalah arbitrase ad hoc. Ciri pokoknya penunjukan para
arbiternya secara perseorangan.
Pada prinsipnya arbitrase ad hoc tidak terikat atau terkait dengan salah satu
badan arbitrase. Para arbiternya ditentukan dan dipilih sendiri berdasarkan
kesepakatan para pihak. Oleh karena arbitrase ad hoc tidak terikat dengan salah
satu badan arbitrase, boleh dikatakan jenis arbitrase ini tidak memiliki aturan
tata cara sendiri baik mengenai pengikatan arbiternya maupun mengenai tata
cara pemeriksaan sengketa. Dalam hal ini arbitrase ad hoc tunduk sepenuhnya
mengikuti aturan tata cara yang ditentukan dalam perundang-undangan.14
2. Arbitrase Institusional
Arbitrase institusional adalah arbitrase yang melembaga yang didirikan dan
melekat pada suatu lembaga terntentu. Sifatnya permanen dan pada umumnya
arbitrase institusional memiliki prosedur dan tata cara pemeriksaan sengketa
tersendiri. Arbiternya diangkat dan ditentukan oleh lembaga arbitrase
institusional sendiri. Arbitrase institusional tersebut juga menyediakan jasa
administrasi arbitrase, yang meliputi pengawasan proses arbitrase, aturan-aturan
prosedural sebagai pedoman para pihak dan pengangkatan arbiter. Di Indonesia
saat ini terdapat dua lembaga arbitrase yang memberikan jasa administrasi
arbitrase, yaitu Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), dan Badan
Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI)15yang sekarang diganti menjadi Badan
Arbitrase Syariah Nasional Indonesia (BASYARNAS).
14Rachmadi Usman, Hukum Arbitrase… . 28-29 15Ibid. 29
el-Faqih, Volume 1, No. 1 April 2015
10
Kemudian, badan Arbitrase institusional itu sendiri dibagi menjadi dua,
yiatu:
1. Arbitrase Institusional (Nasional)
Ruang lingkup keberadaan dan yuridiksinya hanya meliputi kawasan negara
yang bersangkutan, misalnya arbitrase institusional BANI merupakan badan
arbitrase yang berwawasan nasional Indonesia. Ruang lingkup keberadaan dan
yuridiksinya hanya meliputi kawasan wilayah Indonesia. Meskipun BANI hanya
bersifat nasional, bukan berarti ia hanya berfungsi menyelesaikan sengketa –
sengketa berkadar nasional, tetapi juga dapat menyelesaikan sengketa yang
berbobot internasional, asal hal itu disepakati dan diminta para pihak.16
2. Arbitrase Institusional (Internasional)
Selain arbitrase institusional yang bersifat nasional, ada juga arbitrase
institusional yang berwawasan internasional, bahkan badan – badan arbitrase
internasional ada yang sudah lama didirikan antara lain, Court of Arbitration of
The International Chamber of Commerce (ICC) dan The International Centre foe
Settlement of Investment Disputes (ICSID).
16Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Alternative Dispute Resolutions (ADR),
(Bogor, Gia Indonesia, 2010), 157