aras - bab4

25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini didapatkan dengan informasi dari data sekunder yaitu rekam medik pasien perdarahan postpartum sebagai kasus dan rekam medik pasien dengan persalinan spontan normal sebagai kontrol di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari sampai Desember 2013. Jumlah kasus perdarahan postpartum yang didapatkan sebanyak 101 dan hanya 63 yang memenuhi kriteria inklusi. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan data sebanyak 165 dan diambil 63 berdasarkan matching kategori paritas dengan kelompok kasus. 4.1.1 Analisis Univariat a. Distribusi Sampel Menurut Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita . P aritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (BKKBN, 2006). Pada penelitian ini matching antara sampel kasus dan sampel kontrol diambil berdasarkan kategori paritas yang dibagi menjadi kategori multipara (paritas 2 dan 3) dan grandemultipara (paritas ≥ 4). Untuk kategori primipara tidak diikutsertakan karena merupakan kriteria eksklusi pada penelitian ini. Penentuan matching dari 126 sampel yang terdiri dari 63 kasus dan 63 kontrol, didapatkan sampel dengan kategori multipara sebanyak 100 sampel (50 pada kelompok kasus dan 50 pada kelompok kontrol) dan sampel dengan kategori

description

aras

Transcript of aras - bab4

Page 1: aras - bab4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini didapatkan dengan informasi dari data sekunder yaitu rekam

medik pasien perdarahan postpartum sebagai kasus dan rekam medik pasien dengan

persalinan spontan normal sebagai kontrol di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada

bulan Januari sampai Desember 2013. Jumlah kasus perdarahan postpartum yang didapatkan

sebanyak 101 dan hanya 63 yang memenuhi kriteria inklusi. Sedangkan pada kelompok

kontrol didapatkan data sebanyak 165 dan diambil 63 berdasarkan matching kategori paritas

dengan kelompok kasus.

4.1.1 Analisis Univariat

a. Distribusi Sampel Menurut Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Paritas

dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (BKKBN, 2006). Pada

penelitian ini matching antara sampel kasus dan sampel kontrol diambil berdasarkan kategori

paritas yang dibagi menjadi kategori multipara (paritas 2 dan 3) dan grandemultipara (paritas

≥ 4). Untuk kategori primipara tidak diikutsertakan karena merupakan kriteria eksklusi pada

penelitian ini.

Penentuan matching dari 126 sampel yang terdiri dari 63 kasus dan 63 kontrol,

didapatkan sampel dengan kategori multipara sebanyak 100 sampel (50 pada kelompok kasus

dan 50 pada kelompok kontrol) dan sampel dengan kategori grandemultipara sebanyak 26

sampel (13 pada kelompok kasus dan 13 pada kelompok kontrol).

b. Distribusi Kasus Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum adalah ibu bersalin yang didiagnosis dengan perdarahan

postpartum sebagaimana tercantum dalam rekam medik atau jika ibu bersalin yang

mengalami perdarahan lebih dari 500 ml setelah bayi atau plasenta lahir pada persalinan

pervaginam (Wiludjeng, 2007). Menurut waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi atas

dua bagian yaitu, kehilangan darah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan

dikenal sebagai perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage), sedangkan

Page 2: aras - bab4

kehilangan darah yang terjadi antara 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan disebut

perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) (Norwitz, 2008).

Distribusi frekuensi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kasus Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

n Persentase (%)

Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum sekunder

89

12

88,12

11,88

Jumlah 101 100

Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan

postpartum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan perdarahan postpartum

primer sebanyak 89 (88,12%) kasus dan perdarahan postpartum sekunder sebanyak 12

(11,88%) kasus.

c. Distribusi Etiologi Perdarahan Postpartum

Penyebab perdarahan postpartum adalah karena kelainan salah satu atau gabungan

dari empat penyebab dasar. Empat penyebab dasar tersebut meliputi 4T, yaitu tone atau

kurangnya kontraksi uteri setelah persalinan, trauma pada jalan lahir, tissue atau sisa jaringan

produk konsepsi, dan thrombin atau kelainan koagulasi darah (Evensen dan Anderson, 2013).

Distribusi etiologi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

n Persentase (%)

Tone

Atonia Uteri

Subinvolusi Uterus

Tissue

Retensio Plasenta

Sisa Plasenta

Trauma

4

1

34

23

3,96

0,99

33,67

22,77

Page 3: aras - bab4

Laserasi Jalan Lahir

Ruptur Perineum

Hematom

Luka Episiotomi

Thrombin

Kelainan Koagulasi Darah

Campuran

Atonia Uteri dan Sisa Plasenta

Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir

Retensio Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir

Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir

27

2

1

1

0

2

1

1

4

26,73

1,98

0,99

0,99

0

1,98

0,99

0,99

3,96

Jumlah 101 100

Berdasarkan tabel 3 di atas, etiologi kejadian perdarahan postpartum dibagi

berdasarkan empat penyebab dasar dan penyebab campuran. Gangguan tone didapatkan

sebanyak 5 (4,95%) kasus, gangguan tissue didapatkan sebanyak 57 (56,44%) kasus,

gangguan pada trauma didapatkan sebanyak 31 (30,69%) kasus, campuran didapatkan

sebanyak 8 (7,92%) kasus, dan tidak didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi

terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun

2013 adalah retensio plasenta dengan 34 (33,67%) kasus.

d. Distribusi Jarak Antarkelahiran

Jarak antarkelahiran adalah ruang sela antara kelahiran yang lalu dengan kelahiran

berikutnya (Gitta, 2007). Jarak antarkelahiran pada penelitian ini diambil dari waktu antara

kelahiran terakhir dengan kelahiran sebelumnya yang dilihat dari data rekam medik dan

dinyatakan dengan tahun.

Distribusi jarak antarkelahiran pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada

tabel 4 berikut:

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran

Jarak AntarkelahiranKasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Jarak antarkelahiran ≤2 12 19,0 6 9,5 18 14,3

Page 4: aras - bab4

tahun

Jarak antarkelahiran >2

tahun51 81,0 57 90,5 108 85,7

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 4 di atas, dari 18 ibu yang memiliki jarak antarkelahiran ≤2 tahun

didapatkan 12 (19,0%) sampel pada kelompok kasus dan 6 (9,5%) sampel pada kelompok

kontrol. Dari 108 ibu yang memiliki jarak antarkelahiran >2 tahun didapatkan 51 (81,0%)

sampel pada kelompok kasus dan 57 (90,5%) sampel pada kelompok kontrol.

e. Distribusi Usia

Usia adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Hoetomo, 2005). Sedangkan usia ibu

hamil pada penelitian ini adalah usia ibu yang diperoleh saat pengambilan data yang

dinyatakan dengan tahun.

Distribusi usia pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia

UsiaKasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Usia <20 tahun dan

>35 tahun20 31,7 9 14,3 29 23,0

Usia 20-35 tahun 43 68,3 54 85,7 97 77,0

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 5 di atas, dari 29 ibu yang memiliki usia <20 tahun dan >35 tahun

didapatkan 20 (31,7%) sampel pada kelompok kasus dan 9 (14,3%) sampel pada kelompok

kontrol. Dari 97 ibu yang memiliki usia 20-35 tahun didapatkan 43 (68,3%) sampel pada

kelompok kasus dan 54 (85,7%) sampel pada kelompok kontrol.

f. Distribusi Berat Badan Lahir

Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 jam pertama

setelah lahir (Putri, 2013). Berat badan lahir pada penelitian ini adalah berat badan bayi yang

tercatat di rekam medik dan dinyatakan dengan gram.

Page 5: aras - bab4

Distribusi berat badan lahir pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel

6 berikut:

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir

Berat Badan LahirKasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Berat badan lahir

≥4000 gram5 7,9 3 4,8 8 6,3

Berat badan lahir

<4000 gram58 92,1 60 95,2 118 93,7

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 6 di atas, dari 6 ibu yang memiliki berat badan lahir ≥4000 gram

didapatkan 5 (7,9%) sampel pada kelompok kasus dan 1 (1,6%) sampel pada kelompok

kontrol. Dari 118 ibu yang memiliki berat badan lahir <4000 gram didapatkan 58 (92,1%)

sampel pada kelompok kasus dan 60 (95,2%) sampel pada kelompok kontrol.

g. Distribusi Gemeli

Gemeli adalah suatu kehamilan dengan dua jenis atau lebih (Karkata, 2010). Dalam

penelitian ini gemeli didapatkan dari ibu yang melahirkan bayi lebih dari satu dalam satu kali

persalinan yang tercatat dalam rekam medik.

Distribusi gemeli pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli

GemeliKasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Gemeli 0 0 2 3,2 2 1,6

Tidak gemeli 63 100 61 96,8 124 98,4

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 7 di atas, dari 2 ibu dengan gemeli tidak didapatkan sampel pada

kelompok kasus dan didapatkan 2 (3,2%) sampel pada kelompok kontrol. Dari 124 ibu yang

tidak gemeli didapatkan 63 (100%) sampel pada kelompok kasus dan 61 (96,8%) sampel

pada kelompok kontrol.

Page 6: aras - bab4

h. Distribusi Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah tertinggalnya plasenta dalam uterus setengah jam setelah

anak lahir (Karkata, 2010).

Distribusi retensio plasenta pada kelompok kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel

8 berikut:

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Retensio Plasenta

Retensio PlasentaKasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Retensio plasenta 27 42,9 0 0 27 21,4

Tidak retensio plasenta 36 57,1 63 100 99 78,6

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 8 di atas, dari 27 ibu dengan retensio plasenta didapatkan 27

(42,9%) sampel pada kelompok kasus dan tidak didapatkan sampel pada kelompok kontrol.

Dari 99 ibu yang tidak retensio plasenta didapatkan 36 (57,1%) sampel pada kelompok kasus

dan 63 (100%) sampel pada kelompok kontrol.

i. Distribusi Abnormal Implantasi Plasenta

Abnormal implantasi plasenta adalah kelainan pada perlekatan plasenta pada uterus

yang dalam penelitian ini dibagi menjadi plasenta akreta, inkreta dan perkreta.

Distribusi abnormal implantasi plasenta pada kelompok kasus dan kontrol dapat

dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Abnormal Implantasi Plasenta

Abnormal Implantasi

Plasenta

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Abnormal implantasi

plasenta

0 0 0 0 0 0

Normal implantasi

plasenta

63 100 63 100 126 100

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Page 7: aras - bab4

Berdasarkan tabel 9 di atas, tidak didapatkan sampel dengan abnormal implantasi

plasenta pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.

j. Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada

persalinan di masa lalu sebagaimana tercatat dalam rekam medik.

Distribusi riwayat perdarahhan postpartum pada kelompok kasus dan kontrol dapat

dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat Perdarahan

Postpartum

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

Riwayat perdarahan

postpartum

3 4,8 1 1,6 4 3,2

Tidak ada riwayat

perdarahan postpartum

60 95,2 62 98,4 122 96,8

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 10 di atas, dari 3 ibu yang memiliki riwayat perdarahan postpartum

didapatkan 3 (4,8%) sampel pada kelompok kasus dan 1 (1,6%) sampel pada kelompok

kontrol. Dari 122 ibu yang tidak memiliki riwayat perdarahan postpartum didapatkan 60

(95,2%) sampel pada kelompok kasus dan 62 (98,4%) sampel pada kelompok kontrol.

4.1.2 Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

dipergunakan uji statistik Chi Square.

a. Hubungan Antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara jarak antarkelahiran dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada

tabel 10 berikut:

Tabel 10. Hubungan Jarak Antarkelahiran Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Jarak Perdarahan Postpartum Jumlah p value OR

Page 8: aras - bab4

Antarkelahiran (95% CI)

Perdarahan Tidak

perdarahan

n % n % n %

Jarak

antarkelahiran

≤2 tahun

12 19,0 6 9,5 18 14,3

0,203

2,235

(0,782-

6,389)Jarak

antarkelahiran

>2 tahun

51 81,0 57 90,5 108 85,7

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 10 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,203) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara jarak

antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,235 yang berarti ibu

bersalin dengan jarak antarkelahiran ≤2 tahun mempunyai peluang 2,235 kali untuk

terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan jarak

antarkelahiran >2 tahun. Dengan OR > 1 dan batas bawah 95%CI tidak melewati nilai 1,

maka jarak antarkelahiran bukan merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum.

b. Hubungan Antara Usia dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara usia dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Hubungan Usia Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Usia

Perdarahan Postpartum

Jumlahp value

OR

(95% CI)

Perdarahan Tidak

perdarahan

n % n % n %

Usia <20 tahun

dan >35 tahun20 31,7 9 14,3 29 23,0

0,034

2,791

(1,154-

6,747)Usia 20-35

tahun43 68,3 54 85,7 97 77,0

Page 9: aras - bab4

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 11 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,034) < α

(0,05), maka Ho ditolak, yang berarti secara statistik ada hubungan antara usia dan

perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=2,791 yang berarti ibu bersalin dengan usia

<20 tahun dan >35 tahun mempunyai peluang 2,791 kali untuk terjadinya perdarahan

postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin dengan usia 20-35 tahun. Dengan OR > 1

dan batas bawah 95%CI melewati nilai 1, maka usia merupakan faktor risiko terjadinya

perdarahan postpartum.

c. Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara berat badan lahir dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel

12 berikut:

Tabel 12. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Berat Badan

Lahir

Perdarahan Postpartum

Jumlahp value

OR

(95% CI)

Perdarahan Tidak

perdarahan

n % n % n %

Berat badan

lahir ≥40005 7,9 3 4,8 8 6,3

0,717

1,724

(0,394-

7,545)Berat badan

lahir <400058 92,1 60 95,2 118 93,7

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 12 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,717) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara berat

badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=1,724 yang berarti ibu yang

melahirkan bayi dengan berat ≥4000 gram mempunyai peluang 1,724 kali untuk terjadinya

perdarahan postpartum bila dibandingkan ibu yang melahirkan anak dengan berat <4000

Page 10: aras - bab4

gram. Dengan OR > 1 dan batas bawah 95%CI tidak melewati nilai 1, maka berat badan lahir

bukan merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum.

d. Hubungan Antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara gemeli dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 13

berikut:

Tabel 13. Hubungan Gemeli Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Gemeli

Perdarahan PostpartumJumlah

p valuePerdarahan Tidak perdarahan

n % n % n %

Gemeli 0 0 2 3,2 2 1,60,496

Tidak gemeli 63 100 61 96,8 124 98,4

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 13 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,496) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara

gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang tahun 2013. Untuk variabel gemeli tidak didapatkan nilai OR karena variabel

gemeli pada kelompok kasus bernilai 0.

e. Hubungan Antara Retensio Plasenta dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara retensio plasenta dan perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel

14 berikut:

Tabel 14. Hubungan Retensio Plasenta Dengan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Retensio

Plasenta

Perdarahan PostpartumJumlah

p valuePerdarahan Tidak perdarahan

n % n % n %

Retensio

plasenta

27 42,9 0 0 27 21,4 0,000

Page 11: aras - bab4

Tidak retensio

plasenta36 57,1 63 100 99 78,6

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 14 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000) < α

(0,05), maka Ho ditolak, yang berarti secara statistik ada hubungan antara retensio plasenta

dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

tahun 2013. Untuk variabel retensio plasenta tidak didapatkan nilai OR karena variabel

retensio plasenta pada kelompok kontrol bernilai 0.

f. Hubungan Antara Abnormal Implantasi Plasenta dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara abnormal implantasi plasenta dan perdarahan postpartum tidak

dapat dilakukan uji statistik karena variabel abnormal implantasi plasenta pada kelompok

kasus dan kelompok kontrol bernilai 0.

g. Hubungan Antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan

Postpartum

Hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum dapat

dilihat pada tabel 16 berikut:

Tabel 16. Hubungan Riwayat Perdarahan Postpartum Dengan Perdarahan Postpartum Ibu

Melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Riwayat

Perdarahan

Postpartum

Perdarahan Postpartum

Jumlahp value

OR

(95% CI)

Perdarahan Tidak

perdarahan

n % n % n %

Riwayat

perdarahan

postpartum

3 4,8 1 1,6 4 3,2

0,619

3,100

(0,314-

30,638)

Tidak ada

riwayat

perdarahan

postpartum

60 95,2 62 98,4 122 96,8

Page 12: aras - bab4

Jumlah 63 100 63 100 126 100

Berdasarkan tabel 16 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,619) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara

riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Secara statistik diperoleh nilai OR=3,100 yang

berarti ibu bersalin yang memiliki riwayat perdarahan postpartum mempunyai peluang 3,100

kali untuk terjadinya perdarahan postpartum bila dibandingkan dengan ibu bersalin yang

tidak memiliki riwayat perdarahan postpartum. Dengan OR > 1 dan batas bawah 95%CI tidak

melewati nilai 1, maka berat badan lahir bukan merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan

postpartum.

4.1.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik ganda untuk

mendapat model terbaik yang menggambarkan hubungan jarak antarkelahiran dengan

kejadian perdarahan postpartum setelah dikontrol beberapa variabel counfounding (Riyanto,

2012).

Model akhir uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 17 berikut:

Tabel 17. Model Akhir Uji Regresi Logistik

Variabel Sig Exp(B)95% C.I. forEXP(B)

Lower Upper

Jarak Antarkelahiran .133 2.235 .782 6.389

Berdasarkan tabel 17 di atas, dapat dijelaskan bahwa ibu dengan jarak antarkelahiran

≤ 2 tahun mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 2.235 kali lebih besar

dibandingkan dengan ibu dengan jarak antarkelahiran > 2tahun. Tidak didapatkan variabel

confounding hubungan antara jarakantarkelahiran dan perdarahan postpartum.

4.2 Pembahasan

a. Hubungan Antara Jarak Antarkelahiran dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan tabel 10 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,203) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara jarak

Page 13: aras - bab4

antarkelahiran dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang tahun 2013. Jarak antarkelahiran ≤2 tahun bukan merupakan faktor risiko

terjadinya perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 2,235, 95%CI: 0,782-6,389.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2007)

di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang menyatakan bahwa jarak antarkelahiran

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum. Pada

penelitian tersebut jarak antar kelahiran ≤2 tahun menjadi faktor risiko terjadinya perdarahan

postpartum dengan Odds Ratio 3.143, 95 %CI: 1,358-7,7276.

Jarak persalinan yang kurang dari 2 tahun mengakibatkan kelemahan dan kelelahan

otot-otot uterus. Kondisi rahim dan kesehatan ibu juga belum pulih dengan baik dari

persalinan anak sebelumnya, sehingga cenderung mengalami partus lama dan perdarahan

postpartum. Disamping itu persalinan yang berturut-turut dalam jarak waktu singkat

mengakibatkan uterus menjadi fibrotik, sehingga membuat otot-otot uterus menjadi kaku

yang dapat mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus. Selama kehamilan berikutnya

dibutuhkan waktu 2-5 tahun agar kondisi ibu kembali seperti kondisi semula (Armagustini,

2010).

b. Hubungan Antara Usia dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan tabel 11 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,034) < α

(0,05), maka Ho ditolak, yang berarti secara statistik ada hubungan antara usia dan

perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

tahun 2013. Usia ibu <20 tahun dan >35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya

perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 2,791, 95%CI: 1,154-6,747.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dina (2013) di

RSUD Majene yang menyatakan bahwa usia memiliki hubungan yang signifikan terhadap

kejadian perdarahan postpartum. Usia <20 tahun dan >35 tahun pada penelitian tersebut

menjadi faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 3,5, 95 %CI: 1,5-

8,3.

Umur aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita dengan usia

kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan

postpartum karena sistem reproduksi belum berkembang sempurna. Sementara wanita dengan

usia lebih dari 35 tahun menyebabkan proses penuaan. Sehingga menyebabkan tonus otot

berkurang, yang pada akhirnya menyebabkan atonia uteri terjadilah perdarahan postpartum.

Hal ini dikarenakan pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya

Page 14: aras - bab4

belum berkembang dengan sempurna sehingga belum siap menerima kehamilan dan bekerja

mendukung persalinan. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun, fungsi reproduksi wanita

sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga

memungkinkan untuk terjadinya komplikasi pascapersalinan terutama perdarahan (Agann

dan Everett, 2007).

c. Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan tabel 12 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,717) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara berat

badan lahir dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang tahun 2013. Berat badan lahir ≥4000 gram bukan merupakan faktor risiko

terjadinya perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 1,724, 95%CI: 0,394-7,545.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supa (2013) di

Puskesmas Jagir Surabaya yang menyatakan bahwa berat badan lahir ≥4000 gram memiliki

hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum. Bayi yang dilahirkan

dengan berat >4000 gram sering sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan

penyebab laserasi jalan lahir ketika persalinan berlangsung. Selain itu, bayi besar juga

membuat regangan uterus terlalu besar sehingga lebih berisiko untuk terjadi atonia uteri dan

pada akhirnya terjadi perdarahan postpartum (Bratakoesoema dan Angsar tahun 2011).

d. Hubungan Antara Gemeli dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan tabel 13 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,496) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara

gemeli dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan landasan teori. Gemeli adalah suatu

kehamilan dengan dua jenis atau lebih. Gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan pada

uterus sehingga mengakibatkan otot miometrium tidak berkontraksi secara adekuat. Hal ini

akan menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum akibat dari atonia uteri (Karkata, 2010).

e. Hubungan Antara Retensio Plasenta dan Perdarahan Postpartum

Berdasarkan tabel 14 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,000) < α

(0,05), maka Ho ditolak, yang berarti secara statistik ada hubungan antara retensio plasenta

Page 15: aras - bab4

dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

tahun 2013.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supa (2013) di

Puskesmas Jagir Surabaya yang menyatakan bahwa retensio plasenta memiliki hubungan

yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum primer. Retensio plasenta adalah

plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir. Pada retensio plasenta,

sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Namun,

apabila sebagian plasenta sudah terlepas, hal ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup

banyak (perdarahan kala III) dan harus diantisipasi dengan segera melakukan plasenta

manual, meskipun kala uri belum lewat setengah jam (Karkata, 2010).

f. Hubungan Antara Abnormal Implantasi Plasenta dan Perdarahan Postpartum

Hubungan antara abnormal implantasi plasenta dan perdarahan postpartum pada

penelitian ini tidak dapat dilakukan uji statistik karena tidak ditemukan variabel abnormal

implantasi plasenta pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.

Kelainan plasenta berdasarkan tingkat kedalamannya dibagi menjadi plasenta akreta

bila implantasi menembus desidua basalis, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta

sampai menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis sampai

menembus perimetrium. Hal ini akan membuat plasenta menjadi sukar dilepaskan dengan

pertolongan altif kala tiga disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus.

Kelainan ini menyebabkan terjadinya retensio plasenta dan inversi uterus pada perdarahan

postpartum (Karkata, 2010).

g. Hubungan Antara Riwayat Perdarahan Postpartum dan Perdarahan

Postpartum

Berdasarkan tabel 16 di atas, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,619) > α

(0,05), maka gagal menolak Ho, yang berarti secara statistik tidak ada hubungan antara

riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013. Riwayat perdarahan postpartum bukan

merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 3,1, 95%CI:

0,314-30,638.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosmadewi

(2011) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung yang menyatakan bahwa riwayat

perdarahan postpartum memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan

Page 16: aras - bab4

postpartum. Pada penelitian tersebut riwayat perdarahan postpartum menjadi faktor risiko

terjadinya perdarahan postpartum dengan Odds Ratio 7,408, 95 %CI: 3,781-14,517.

???????

1. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN

2. Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar.

Page 17: aras - bab4

4. Rosmadewi, 2011

Buku agus riyanto 2012 buku tri

Supa, hub paritas, berat, dan retensio